Disusun oleh:
NIKO F. B. RUMBRAPUK
NPM: 14455444618047
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
NIKO F. B. RUMBRAPUK
NPM: 14455444618047
Dibimbing oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Fatmawati Marasabessy.S.Pi.M,Si
NIDN : 1411028901
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena kasih-Nya
sehingga penulisan laporan proposal Praktek Kerja Lapangan dengan judul
“Penangkapan Ikan Pelagis dengan Menggunakan Alat Tangkap Jaring
Insang Permukaan (Surface gill net) di Perairan Kampong Kunef Distrik
Supiori Selatan Kabupaten Supiori” dapat diselesaikan.
Laporan akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
jenjang pendidikan program Diploma III jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perairan (PSP) di Akademi Perikanan Kamasan Biak. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada bapak Bernhard Katiandagho, S.Pi.,M.Si selaku Dosen
Pembimbing I dan Bapak Dusye Rutumalessy, S.Tr.Pi selaku Dosen Pembimbing
II yang memberikan bimbingan dan dukungan moril dalam penyusunan proposal
ini. Tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Pdt J.M. Leunufna, S.Th.,M.M.Pd selaku Ketua Yayasan Kamasan Biak
2. Selfinus Patiassina, S.Pi.,M.Si selaku Direktur Akademi Perikanan
Kamasan Biak
3. Desener Ongge, SPi.,M.Si selaku Wakil Direktur I bidang Akademik
4. Bernhard Katiandagho, S.Pi.,M.Si selaku Wakil Direktur II bidang
Administrasi dan Keuangan
5. Fatmawati Marasabessy, S.Pi.,M.Si selaku Ketua Program Studi
Pemanfatan Sumberdaya Perairan
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Akademik Akademi Perikanan Kamasan Biak
7. Ayah dan ibu terkasih, keluarga serta teman-teman seangkatan yang
sangat membantu dalam penyelesaian proposal ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak keterbatasan dalam penyusunan
proposal, oleh sebab itu kritik dan saran sangat diharapakan guna perbaikan
proposal ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati segala
usaha dan kerja kita.
B i a k, April 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik...........................................................................................2
1.3 Kegunaan...................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dua per tiganya adalah
dikelilingi oleh laut. Dengan luas perairan lait Indonesia dapat diperkirakan
mencapai kurang lebih 5,8 km2 didalamnya termasuk Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE), potensi sumberdaya perikanan laut sebesar 6,1 juta ton per tahun. Potensi
perikanan yang telah dimanfaatkan menurut data pada tahun 1986 dapat
diperkirakan mencapai angka 30% namun tingkat pengusahaan sumberdaya
perikanan tidak merata pada semua jenis, ada pula yang sudah sangat berlebihan.
Perikanan laut Indonesia adalah merupakan sumberdaya hayati perairan
untuk mengeksplotasikan sumberdaya perikanan yang merupakan salah satu
kekayaan alam, dengan adanya kekayaan alam tersebut menjadi suatu dorongan
atau motivasi untuk melakukan sesuatu usaha pengembangan pada jenis-jenis alat
tangkap dan cara dalam usaha penangkapan ikan, baik yang diusahakan oleh
instansi yang bersangkutan (Soesanto, 1980).
Kabupaten Supiori merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Papua.
Kabupaten ini terletak pada posisi 13447’-136 BT dan 055’-127’ LS. Secara
geografis berada di sebelah pulau Irian pada Kawasan Teluk Cendrawasih dan
Samudra Pasifik ; berbatasan dengan Yapen Waropen di sebelah selatan dan
Kbupaten Manokwari dan Kabupaten Supiori disebelah barat serta laut pasifik di
sebelah utara dan timur. Kabupaten supiori merupakan kabupaten yang memiliki
pulau-pulau kecil tidak kurang dari 40 pulau, dan di antaranya yang relative
adalah Biak seluas 1.936 km2dan pulau supiori seluas 342 km2. Kepulauan ini
memiliki potensi sumberdaya perairan lebih besar di bandingkan dengan
sumberdaya daratannya. Dengan ekosistem mangrove menyebar seluas kurang
lebih 2,915 ha. Potensi perikanan tangkap yang cukup besar dengan perairan
seluas 1.086 km2dan potensi lestari sumberdaya ikan sebesar 661.600 ton/tahun.
Tingkat pemanfaatan potensi perikanan laut kabupaten Supiori pada tahun 2002
1
mencapai 11,597,8% atau 1,75% sehingga potensi perikanan yang belum di
manfaatkan sebesar 98,25% (Anonimous, 2003).
Potensi sumberdaya perikanan di daerah ini belumlah dikelola dengan
baik. Hal ini diduga akibat dari pembangunan serta pengembangan di sektor
perikanan yang menyangkut sarana dan prasarana penangkapan dan pelatihan bagi
masyarakat nelayan masih sangat minim. Kondisi nelayan kita saat ini masih
tergolong dalam kategori menggunakan alat tangkap ikan dan sarana tradisional.
Penggunaan alat tangkap Jaring Insang Permukaan (Surface gill net) oleh nelayan
di kampung Kunef Distrik Supiori Selatan untuk penangkapan ikan pelagis di
perairan Supiori merupakan salah satu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan
selama ini, hal inilah yang menyebabkan sehingga penulis tertarik untuk memilih
judul ini dan memilih daerah tersebut sebagai tempat praktek kerja lapangan.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui desain dan kontruksi alat tangkap jaring insang permukaan
(Surface gill net).
2. Mengetahui cara pengoperasian alat tangkap jaring insang permukaan
(Surface gill net).
3. Mengetahui jumlah dan jenis hasil tangkapan dengan menggunakan jaring
insang permukaan (Surface gill net) serta penanganannya.
4. Mengetahui Daerah penangkapan serta factor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang
permukaan (Surface gill net).
2
1.3 Kegunaan
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaring insang “gill net” adalah suatu alat tangkap berbentuk empat persegi
panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris
bawa, besar mata jaring bervariasi disesuaikan denga sasaran yang akan
ditangkap. Ikan yang tertangkap dengan alat ini adalah dengan cara gilled atau
terjerat oleh mata jaring, pada bagian disekitar insangnya. Namun demikian, tidak
menutup kemungkinan bahwa ada di antara ikan-ikan tersebut yang tertangkap
secara ‘entangled’ atau terbelit/terpuntal tubuhnya oleh badan atau tubuh jaring
(Subani dan Barrus, 1989).
Pada umumnya, jaring insang mempunyai ukuran mata jaring yang sama
pada seluruh jaring, tinggi lebih pendek dibandingkan dengan panjangnya. Pada
lembaran jaring, bagian atas diletakkan pelampung (float) dan bagian bawah
diletakkan pemberat (sinker). Jaring bisa terendam didalam karena adanya gaya
berat (dari pemberat) dan gaya apung (dari pelampung) (Ayodhyoa, 1981).
Dilihat dari cara pengoperasian ataupun kedudukan jaring pada fishing
ground maka jaring insang permukaan, jaring insang dasar, jaring insang hanyut,
jaring insang lingkar, jaring insang termasuk alat tangkap yang potensial terlebih
sejak adanya keppres nomor 29 tahun 1980 (Anonimous, 2004).
Menurut Sima (1997), jaring insang permukaan ’gill net’ berbentuk empat
persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris dan tali ris
bawah tetapi kadang juga tidak menggunakan tali ris bawah atau langsung
menggunakan singker (selvedge). Besar mata jaring bervariasi karena disesuaikan
dengan sasaran ikan yang ditangkap. Daerah penangkapan jaring insang
permukaan adalah:
1. Daerah teluk
2. Daerah pantai
3. Muara-muara sungai
5
Keberhasilan penangkapan dengan jaring ini sangat ditetentukan oleh
terentang dan tidak terentangnya jaring baik ke arah panjang ataupun lebar, jaring
terentang dengan sendirinya oleh pelampung (float) atau pemberat dan pengaruh
arus (Subani dan Barrus, 1989).
Agar ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit (entangled) pada mata
jaring dan juga ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah
terlepas maka jaring diberikan shortening yangcukup (Anonimous, 2004).
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gill net) pada mata jaring dan dapat
terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring, maka baik material yang digunakan
ataupun pada waktu pembuatan jaring hendaklah diperhatikan hal-hal seperti
berikut ini (Nomura, 1978 dan Ayodhyoa, 1981) :
a. Shortening
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit-belit (entangled)
pada mata jaring dan supaya ikan-ikan tersebut tidak mudah terlepas dari
mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup.
Yang dimaksud dengan shortening adalah “pengerutan” yaitu beda
panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan
panjang jaring setelah diletakkan pada tali pelampung (float line) ataupun
tali pemberat (sinker line), disebutkan dalam persen (%). Untuk gill net
yang ikan-ikannya tertangkap secara terjerat sekitar insangmya, nilai
shortening berkisar antara 30%-40%. Sementara untuk ikan yang
tertangkap secara terbelit, nilai shortening berkisar antara 35%-60%.
Dengan demikian jaring yang digunakan untuk ikan-ikan yang tertangkap
secara terjerat, mempunyai keterangan yang lebih besar dari pada jaring
yang ditunjukkan untuk menangkap ikan secara terbelit/terpuntal.
b. Mesh Size dan besar ikan
Antara mesh size dari gill net dan besar ikan yang terjerat (gilled) terdapat
hubungan yang sangat erat sekali, terdapat kecenderungan bahwa sesuatu
mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan
yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan kata lain gill net akan
6
bersifat selektif terhadap besar ukuran dari catch yang besar jumlahnya
pada suatu fishing ground, hendaklah ukuran mesh size disesuaikan
dengan besar badan ikan yang jumlah terbanyak pada fishing ground
tersebut.
c. Warna Jaring
Warna jaring yang dimaksud disini adalah terutama warna dari badan
jaring (webbing). Warna float, ropers, sinker, dan lain sebagainay dapat
diabaikan mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah badan
jaring (webbing). Pada natural fiber, dengan tujuan mencegah
pembusukan, kerusakan dan lain-lain dilakukan pencelupan.
Tertangkapnya ikan pada gillnet dengan cara gilled dan entangled, ini
barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau ikan tersebut
menerobos jaring, maka warna jaring dapat berpengaruh pada ikan
sebagai penghadang. Dikatakan bahwa ikan-ikan dapat mengetahui
adanya jaring dengan indera penglihatan demikian pula di duga getaran-
getaran yang dapat dirasakan olej ikan-ikan.
7
8
BAB III
METODE PRAKTIK
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada bulan April s/d
Mei 2021 dan berlokasi di Wilayah perairan kampung Kunef, Distrik Supiori
Selatan Kabupaten Supiori.
L−I
S= X 100%
L
dengan mengadakan survey serta wawancara dengan para pemakai jarring
insang permukaan (Surface gill net) serta berpatisipasi aktif dalam proses
pengoperasian jarring insang permukaan dilokasi praktik. Salah satu data
yang diambil adalah nilai shortening (pemendekan). Menurut Sudirman
dan Mallawa (1999) nilai shortening dapat diketahui dengan mengunakan
rumus:
Keterangan:
S : Shortening (%)
I : Panjang (m)
L : Panjang Jaring (m)
b. Data sekunder
Pengumpulan data secara tidak langsung, penulis mengambil data-data
penunjang lainnya yang didapatkan dari badan atau lembaga yang
berkaitan dengan objek praktek kerja lapangan serta studi literature yang
berhubungan dengan penangkapan ikan.
Kegiatan praktik kerja lapangan telah berlangsung dan masih akan penulis
selesai dapat dilihat pada tabel 1.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. 97 hlm :
Bogor.
Anonymous, 1992. Seminar Kelautan Strategi Konservasi dan Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta 7-8 Agustus 1992.
Anonymous, 2003. Hasil Survey SCSI. Surakarta : PPM FE UNS
Anonymous, 2004. Buku Petunjuk Penyusunan Skripsi Fakultas Geografi UMS
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nomura, M. dan Yamzaki T. 1978. Fishing Techiques. Japan Internasional
Cooperation Agency. Tokyo 206 Hal.
Soesanto, sewan S.K. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian
Batik Dan Kerajianan Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industry
Departemen Perindustrian R.I Jakarta.
Subani, W. dan Barus H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta : Balai
Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.
Sudirman dan A. Mallawa. 1999. Metode Penangkapan Ikan. Bahan Pengajaran
Metode Penangkapan Ikan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
11
KOREKSI :
Ukuran kertas proposal idealnya 4/3/3/3 dari kiri
Halaman Judul
1. Judul proposal idealnya menggunakan 1 spasi
2. Sesudah tanda buka kurung dan sebelum tanda tutup kurung tidak perlu
diberi jarak
3. Tidak hanya proposal diperjelas *proposal praktik kerja lapangan
4. Konsultasikan ke jurusan terkait ukuran logo …… X …….?
5. Nama prodi kurang huruf
6. Lebih tepat menggunakan oleh daripada menggunkan oleh
7. Logo sebaiknya format wrap text “In Line With Text” untuk memudahkan
rata kiri-kanan
8. Jarak antara logo dan tulisan sebaiknya menggunakan Spasi, lebih mudah
diatur
Lembar Pengesahan
1. Judul Proposal idealnya pakai 1 spasi
2. *disusun sambung
3. Dipastikan lagi NUPN pembimbing II asalnya darimana
Kata Pengantar
1. “syukur kepada” diawali dengan huruf kecil
2. Idealnya Tuhan Yang Maha Esa
3. Ucapan terima kasih nomor 4. Tidak perlu ditambahkan sekaligus
pembimbing I (sudah disampaikan pada paragraf sebelumnya)
4. Ucapan terima kasih nomor 6 (dosen bombing II sudah disampaikan pada
paragraf sebelumnya
5. Awal Alinea ke-2 dipertimbangkan lagi lebih tepat *proposal ini sebagai
syarat utama untuk melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan.
6. Alinea ke-1 Sebaiknya guna perbaikan (sebelum melaksanakan praktik)
Bab 1
1. Gunakan hidung untuk memudahkan membuat daftar isi dan menghindari
perubahan halaman
2. Memulai setiap paragraf dengan 7 ketukan dari sisi kiri, baris berikut
dimulai dari sisi kiri
3. Alinea pertama pada latar belakang tidak memiliki sumber (setiap kutipan
yang menyebutkan nilai idealnya disertakan sumber
4. Idealnya penulisan koordinat dimulai dari derajat/menit/detik
Bab 2
1. Kata jaring tidak double huruf “ r ”
12
2. Terdapat beberapa kata Bahasa asing tidak dimiringkan
3. Terdapat singkatan tidak ditutup dengan titik (idealnya setiap singkatan
ditutup dengan titik)
Bab 3
1. Kata “praktek” merupakan bentuk tidak baku dari kata “Praktik”,
konsultasikan lagi ke pembimbing.
2. Penulisan rumus dibuat sedemikian rupa agar lebih menarik dibaca
Daftar Pustaka
1. Sebelum tahun umumnya menggunakan tanda titik (konsultasikan ke
pembimbing 1)
2. Konsisten kalua memang ingin menggunakan huruf tebal pada judul buku
3. Tahun pada daftar pustaka tidak boleh menggunakan dalam kurung
4. Sima, 1997 tidak terdapat dalam daftar Pustaka
Catatan.
Sebaiknya menggunakan gambar agar pembaca memiliki gambaran yang lebih
jelas terkait alat tangkap, alat bantu penangkapan, jenis hasil tangkapan, serta
daerah penangkapan, lokasi PKL
13