OLEH :
ERLANGGA LUMBAN TOBING
NIM. 1806110157
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
USUL PENELITIAN
OLEH :
ERLANGGA LUMBAN TOBING
NIM. 1806110157
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
ii
USUL PENELITIAN
Oleh :
ERLANGGA LUMBAN TOBING
NIM. 1806110157
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
Penulisan usul penelitian ini tidak luput dari bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Dr. Nurul Qomar, S.Hut., M.P selaku dosen pembimbing I dan bapak Kausar,
S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing II. Ucapan terimakasih juga penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................................5
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
I PENDAHULUAN
yang mencapai 27,14 juta hektar, yang kemudian terbagi menjadi 552 unit
konservasi tersebut meliputi 214 cagar alam, 79 suaka margasatwa, 131 taman
wisata alam, 34 taman hutan raya, 11 taman buru, 54 taman nasional, dan 29 unit
kawasan yang masih berstatus kawasan suaka alam (KSA) atau kawasan
pelestarian alam (KPA). Selain itu, telah terbentuk 12 unit kelembagaan kawasan
KEE mangrove, dan 4 KEE koridor satwa (Statistik Dirjen KSDAE, 2017).
II/1990 Tanggal 10 April 1990 dengan luas kawasan 4.712,50 ha. Suatu wilayah
ditetapkan menjadi kawasan TWA berdasarkan beberapa kriteria antara lain (1)
mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, bentang alam, dan gejala
alam serta formasi geologi yang unik, (2) mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi
pariwisata dan rekreasi alam, dan (3) kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung
pelestarian alam yang mempunyai potensi objek daya tarik wisata kota Dumai.
Letak Taman Wisata Alam Sungai Dumai ini berada tidak jauh dari pusat Kota
Dumai dan memiliki aksebilitas yang mudah, menjadikan kawasan ini memiliki
kegunaan dan nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat Kota Dumai. Namun
tenurial lahan, yang dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk perkebunan kelapa
kebakaran hutan dan lahan. Semua permasalahan ini menjadi bahaya untuk
kawasan konservasi Taman Wisata Alam Sungai Dumai yang sebagian besar
sekitar kawasan hutan, namun di sisi lain pemerintah atau pengelola membatasi
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
2
pada pasal 19 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap orang dilarang melakukan
suaka alam”.
Resolusi konflik harus menjadi perhatian bagi seluruh pihak yang terlibat
dalam pengelolaan kawasan hutan. Resolusi konflik adalah sebuah upaya untuk
pada kawasan konservasi yang tertuang dalam Perdirjen Konservasi Sumber Daya
Alam Ekosistem (KSDAE) No. 6/2018. Proses setelah adanya identifikasi konflik
diketahuinya areal-areal mana saja yang terkena dan seberapa luas kawasan yang
kemitraan konservasi.
bukanlah sebuah konsep baru, perlibatan masyarakat telah menjadi bagian dari
pengelolaan hutan sejak disahkannya UU No. 5 Tahun 1990 yang memuat pada
pasal 4, pasal 10 dan pasal 37. Ketiga pasal tersebut menegaskan bahwa
3
pemerintah dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab atas konservasi
kebakaran, dan gempa bumi) atau pemanfaatan kawasan konservasi yang tidak
KSDAE No. 6/2018 dapat dikatakan sebagai terobosan yang dapat menjadi solusi
Ada tiga peraturan, yaitu: (a) Permenlhk No. 83/2016, (b) Permenlhk No.
43/2017, dan (c) Permenlhk No. 44/2017, yang mendasari keluarnya Peraturan
Perdirjen KSDAE No. 6/2018 antara lain (a) pelibatan masyarakat dimulai dengan
mitra dan sederajat dalam pengelolaan kawasan konservasi, dan (c) menyusun dua
konservasi.
beberapa kali sosialisasi kepada masyarakat yang sudah terlanjur memiliki lahan
perladangan di dalam konservasi seperti, lahan sawit atau lahan yang sudah
TWA Sungai Dumai telah melakukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yaitu
4
penanaman jenis tanaman kehutanan di lahan bekas terbakar di areal blok
ekosistem.
Masyarakat di dalam dan sekitar kawasan TWA Sungai Dumai yang selama
secara aman dengan mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam
terjadi di dalam kawasan TWA Sungai Dumai. Hal ini bisa terjadi karena
5
4. Mengetahui bentuk-bentuk kemitraan konservasi yang sudah ada dan
6
II TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu perception, dan juga berasal dari
bahasa latin percipare yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003).
beberapa hal melalui panca indera. Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi
adalah (1) proses mengetahui atau mengenali objek dan peristiwa objektif dengan
bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organik (3) suatu kelompok
Menurut Walgito (1997), agar individu dapat menyadari dan dapat membuat
persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, sebagai berikut :
persepsi (psikologis).
stimuly).
Istilah "masyarakat" mengacu pada sekelompok orang yang hidup bersama
dan terkait dalam suatu tatanan sosial. Persepsi masyarakat adalah suatu proses di
mana sekelompok orang yang tinggal dan bekerja di wilayah yang sama
dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan diri individu yang bersangkutan
pemahaman terhadap lingkungan dari kumpulan orang yang saling bergaul dan
berinteraksi karena keyakinan dan standar yang sama (Kartono dan Gulo, 1987).
berpegang pada premis bahwa setiap kawasan memiliki nilai. Hutan harus
dikelola sesuai dengan sifat, fungsi, dan karakteristik alamnya. Masalah mendasar
Indonesia yang tinggal di dalam atau di sekitar hutan dan menggantungkan mata
yang tinggal di dalam atau di sekitar hutan. Masyarakat yang tinggal di tepi hutan
8
budaya. Sebagian besar masyarakat hutan menggunakan berbagai taktik ekonomi
tradisional, termasuk bertani dan berburu, serta memanen sumber daya hutan
seperti kayu, rotan, madu, dan hasil hutan lainnya (Hardjasoematri, 1985).
judul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumber Daya Hutan Studi
Kasus Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo. Salah
satu hasil wawancara yang dilakukan, sebagian masyarakat meyakini bahwa hutan
berfungsi sebagai sumber kayu untuk membangun rumah. Persepsi ini tidak boleh
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, maka kegiatan illegal logging ini
Kawasan KPHP Model Poigar, diketahui bahwa secara umum tingkat persepsi
masyarakat Desa Lolan terhadap keberadaan kawasan KPHP Model Poigar adalah
pada kategori baik. Jika dirinci lebih lanjut dari seluruh responden diketahui
bahwa 70% responden berada pada tingkat persepsi baik, sedangkan 30% berada
pada tingkat persepsi sedang. Sebagian besar responden menyatakan bahwa hutan
9
akan berpengaruh pada kebutuhan masyarakat secara langsung, misalnya dalam
kawasan hutan, penebangan kayu secara ilegal, dan kegiatan pertambangan juga
adanya perbedaan persepsi terhadap keberadaan hutan. Salah satu konflik yang
Persepsi yang benar untuk keberadaan hutan dapat menghasilkan dampak positif
dalam mengelola hutan yang baik dan benar sebaliknya jika persepsi yang tidak
harapan yang tinggi untuk sesuatu lebih mungkin untuk memiliki pendapat
10
c) Kepribadian, dalam psikoanalisis ini disebut sebagai proyeksi, yang
pengaruh kuat pada sikap, nilai, dan bagaimana seseorang memandang dan
anak-anak. Orang tua yang telah mengembangkan cara unik dalam melihat
11
2.4 Kawasan Konservasi
adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
hutan sebagai ekosistem dengan tutupan pohon yang luas, biasanya terdiri dari
tegakan yang berbeda dalam komposisi spesies, struktur, kelas umur dan proses
terkait, dan umumnya termasuk padang rumput, uap, ikan dan satwa liar.
Pasal 1 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dibagi menjadi tiga yaitu hutan
produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Hutan konservasi adalah kawasan
hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
konservasi terdiri dari : (1) Kawasan hutan suaka alam (KSA) adalah kawasan
dengan kenampakan tertentu, baik di darat maupun di air yang berfungsi sebagai
12
kawasan sistem untuk melestarikan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan
Margasatwa dan Cagar Alam. (2) Kawasan hutan pelestarian alam (KPA) adalah
kawasan dengan kenampakan tertentu, baik di darat maupun di air yang memiliki
satwa, serta pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistemnya secara lestari,
terdiri dari Taman Wisata Alam (TWA), Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman
Nasional (TN).
wisata alam adalah kawasan lindung yang terutama digunakan untuk pariwisata
bahwa taman wisata alam sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta menunjang budidaya dan wisata alam.
taman wisata alam adalah (1) Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan alam
yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia. (2)
hakekatnya adalah sumberdaya dan tata lingkungan berupa (1) flora, baik jenis
maupun keragamannnya, (2) fauna, baik jenis maupun keragamannya, (3) tata
lingkungan alam yaitu bentuk dari sistem hubungan timbal balik antar unsur
dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan saling
13
mempengaruhi, (4) gejala alam yaitu bentuk sumberdaya alam yang dipengaruhi
oleh kondisi fisik bumi, seperti susunan geomorfologi, air terjun, sumber air panas
dan kawah, dan (5) pemandangan alam yaitu bentuk sumber daya alam dan tata
31’-1 38’LU dan 100 31’-101 28’BT dan secara administrasi kehutanan berada di
Besar KSDA Riau. Lokasi TWA Sungai Dumai terbelah menjadi dua bagian
yang diapit oleh beberapa kelurahan antara lain, Kelurahan Mundam Kecamatan
Bukit Datuk dan Kelurahan Bukit Timah Kecamatan Dumai Selatan dan
Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Dumai ini merupakan hutan hujan
tropis dataran rendah dengan tipe hutan rawa kering. Hutan ini mampu
bahwa TWA Sungai Dumai adalah kawasan yang diperuntukkan untuk tempat
flora yang ada antara lain kempas dengan capaian tinggi 40-50 m, durian,
bintangur dan meranti dan keanekaragaman fauna antara lain kucin hutan, burung
perselisihan antara dua pihak atau lebih, baik individu atau kelompok, yang sering
14
dipicu oleh perbedaan nilai, sudut pandang, kegiatan, status, dan kelangkaan
sumber daya alam. Konflik muncul ketika dua pihak atau lebih berkonflik karena
mereka dan merasa tercabut dari akar budaya mereka, membuat mereka acuh tak
tidak layak, komunikasi yang tidak baik dan perlakuan tidak manusiawi”. Konflik
Tenurial
alam disebut konflik tenurial (Sylviani dan Hakim, 2014). Konflik tenurial di
sumber daya, seperti antara pengelola hutan dan masyarakat yang menggunakan
kawasan hutan untuk pemukiman, jalan, sawah, ladang, dan kebun (Dassir, 2008).
daya hutan yang sama, yang mengakibatkan perubahan kondisi sosial, budaya,
persyaratan sumber daya hutan yang baru (Fuad dan Maskanah, 2000).
15
Perambahan hutan, sengketa lahan, konflik perbatasan hutan, dan
(muncul), dan terbuka (manifest) adalah tiga jenis konflik. Lebih lanjut disebutkan
bahwa, tergantung pada beratnya situasi, ada dua jenis konflik: konflik vertikal
konflik antara pemegang izin pengelolaan hutan, konflik antar masyarakat, dan
(pemerintah).
16
3. Konflik antara masyarakat transmigran dengan kementerian kehutanan
dan BPN.
Menurut Dassir (2008), Konflik muncul baik secara lateral maupun vertikal
yang melarang pemanfaatan kawasan hutan tanpa izin dari instansi yang
horizontal terjadi antar masyarakat karena tuntutan berdasarkan hak waris dan hak
tanpa izin dari instansi yang mengelola kehutanan, baik pemerintah pusat atau
pemerintah daerah. Konflik sumber daya alam biasanya berbentuk konflik vertikal
antara pemerintah dan masyarakat, tetapi bisa juga berupa konflik antar
Menurut para ahli yang mempelajari konflik istilah "resolusi konflik" yang
17
yang bisa bertahan lama diantara kelompok-kelompok yang berseteru. Menurut
konflik yang terkadang juga dipandang sebagai tahap-tahap dalam suatu proses,
yang terlibat.
a. Negoisasi adalah diskusi langsung antara dua pihak atau lebih yang terlibat
18
c. Arbitrasi merupakan proses penyelesaian antara para pihak dengan
19
Memberikan akses pengelolaan hutan melalui program perhutanan
sosial
pihak yang mendapat manfaat dari upaya satu sama lain untuk mencapai tujuan
“caring” yang saling memberikan empati dan perhatian pada mitra sehingga
Konservasi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dimaknai
sebagai kerja sama antara kepala unit pengelola kawasan atau pemegang izin pada
20
diarahkan pada blok pemanfaatan berdasarkan aksesibilitas, kesejahteraan
masyarakat, dan potensi sumber daya hutan atau air bukan kayu yang tidak
kelompok masyarakat yang harus dimiliki sebagai calon mitra adalah sebagai
1. Kartu tanda penduduk atau surat domisili atau surat dari pihak berwenang
KPA.
2. Bagi mitra yang berasal dari lintas desa, diberikan keterangan oleh camat
KPA.
berkelanjutan.
21
Gambar 1. Tahapan kemitraan konservasi dalam rangka pemberdayaan
Masyarakat
lokasi dilengkapi peta lokasi, jenis yang dimanfaatkan, dan waktu pemanfaatan.
yang telah disetujui, dirumuskan dan dituangkan dalam perjanjian kerja sama
dilaporkan kepada Direktur Jenderal. Kerja sama dengan jangka waktu sampai
sepanjang jangka pelaksanaan kerja sama dan dijabarkan dalam rencana kerja
22
tahunan setiap tahunnya. Waktu kerja sama dapat diperpanjang berdasarkan hasil
dan jasa wisata alam terbatas, serta fasilitas pembentukan kelompok dan
pembudidayaan HHBK yang dikumpulkan di dalam atau di luar KSA atau KPA
kepada UPT Pengelola Kawasan. UPT memberikan bantuan untuk kegiatan yang
23
dipermasalahkan sebagai bagian dari dukungannya terhadap inisiatif kemitraan
(Mutiono, 2020).
Ekosistem yang rusak di KSA dan KPA dapat dilakukan kerjasama konservasi
dalam rangka restorasi ekosistem. Kekuatan alam seperti bencana alam seperti
suaka margasatwa, taman hutan raya, taman wisata alam, atau kawasan rusak
lainnya, bukan pada kawasan jelajah satwa yang dilindungi atau habitat satwa
P.6/KSDAE/SET/Kum.1/6/2018) :
1. Kartu tanda penduduk atau surat domisili atau surat dari pihak berwenang
2. Bagi mitra yang berasal dari lintas desa, diberikan keterangan oleh camat
berkelanjutan.
24
5. Masyarakat di dalam kawasan konservasi sebagai penggarap dibuktikan
3. Jangka waktu kemitraan maksimal 10 tahun atau satu daur dan dapat
konservasi.
25
Gambar 2 Tahapan pelaksanaan dalam kemitraan konservasi pemulihan
ekosistem.
INVENTARISASI DAN RENCANA KEGIATAN
IDENTIFIKASI
DILAKSANAAN
NASKAH KERJASAMA
MUSYAWARAH
DILAPORKAN KE DIRJEN
riwayat dan bentuk interaksi masyarakat dengan KSA atau KPA, serta lahan dan
sistem kepemilikan sumber daya. Persepsi dan nilai KSA atau KPA, serta
26
III METODOLOGI
Dumai, Provinsi Riau. Alasan memilih dilokasi ini karena kawasan TWA Sungai
konservasi sebagai resolusi konflik. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta penelitian dan
instansi terkait. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
pertanyaan sebagai panduan dalam wawancara, alat rekam untuk wawancara,
Riau.
menemukan sampel yang sulit ditemukan terkait data yang lebih spesifik
dalam kawasan TWA Sungai Dumai dan pihak pengelola kawasan TWA
28
merekomendasikan siapa saja yang dapat memberikan informasi tambahan
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari hasil observasi dan
pencarian.
konservasi
d) Jenis-jenis kemitraan yang sudah ada di TWA Sungai Dumai dan yang
masih berjalan
b. Data Sekunder
yang menunjang data primer sehingga lebih cepat dicari dari berbagai sumber.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang relevan dengan objek kajian yang
29
data yang diperlukan sebagai penunjang dalam penelitian ini, yaitu keadaan umum
lokasi yang meliputi keadaan fisik lokasi penelitian serta data penunjang yang
diperoleh dari sumber yang terkait yakni instansi-instansi yang berkaitan dengan
penelitian.
dalam pola, kategori dan satuan urai dasar. Tujuan analisis adalah untuk
yang dikumpulkan dari wawancara atau pengamatan tentang masalah yang diteliti.
keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan untuk menganalisis data supaya bisa dijadikan dalam bentuk deskripsi
1. Reduksi data
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
data dari teori-teori untuk mendapatkan kejelasan pada masalah, baik data yang
dan dipilih secara selektif dengan disesuaikan pada permasalahan yang diangkat
30
yang didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera
2. Display data
Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data ke dalam satu bentuk
3. Menarik kesimpulan
kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal yang sudah ada masih bersifat
sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
dengan cara memikir ulang dan meninjau kembali catatan lapangan sehingga
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Prayitno, D. E. 2020. Kemitraan konservasi sebagai upaya penyelesaian konflik
Tenurial dalam Pengelolaan Kawasan. Jurnal Hukum Lingkungan
Indonesia. 6(2): 184-209.
Purhantara, W. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Rahmadi, T. 2011. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.
Rajawali Pers. Jakarta.
Rahmat. 2005. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara.
Rohidi dan Rohendi, J. 1992. Analisis data Kualitatif. UI Press. Jakarta.
Ruhimat, I. S. 2010. Implementasi kebijakan kesatuan pengelolaan hutan (KPH)
di Kabupaten Banjar. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 7(3): 169–
178.
Safitri, M. A., M. A. Muhshi, M. Muhajir, M. Shohibuddin. Y. Arizona. M. Sirait,
G. Nagara, dan H. Santoso. 2011. Menuju Kepastian dan Keadilan
Tenurial. Epistema Institut. Jakarta.
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Jakarta
Suhardjito, D. 2000. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. Pustaka Jaya.
Jakarta.
Suhardono, W. 2015. Konflik dan resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya Syar’I. 2(1):
1–17.
Suharyono. 2018. Deklarasi Penyelamatan TWA Sungai Dumai.
https://www.antaranews.com/berita/2046150/bbksda-riau-inisiasi-
deklarasi-penyelamatan-twa-sungai-dumai. Diakses 27 Febuari 2022.
Surono, A. 2008. Penyelesaian Konflik Sumber Daya Hutan Secara Kolaboratif
Kemitraan. Universitas Al-Azhar Indonesia. Jakarta.
Sylviani dan I. Hakim. 2014. Analisis tenurial dalam pengembangan kesatuan
pengelolaan hutan (KPH): studi kasus KPH Gedong Wani Provinsi
Lampung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Hutan. 11(4): 309–322.
Thoha, M. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Walgito dan Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta.
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Salemba Humanika. Jakarta
33
LAMPIRAN
A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Status/Perkawinan :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
B.DAFTAR PERTANYAAN
Jawaban :
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………
b. Tidak tahu
34
2. Apa fungsi TWA Sungai Dumai menurut bapak/ibuk/saudara ?
Jawaban………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3. Apakah ada manfaat yang bapak/ibu rasakan dengan adanya TWA Sungai
Dumai ? Apa saja ?
Jawaban………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Jawaban:………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Jawaban:………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
35
3. Berapa luas lahan yang bapak/ibu manfaatkan?
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
7. Jika status lahan yang bapak/ibu miliki ini legal apa bukti kepemilikan
lahan yang anda miliki?
Jawab…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawab…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
36
11. Apa saja langkah langkah yang dilakukan pihak TWA Sungai Dumai
dalam mengatasi konflik tenurial?
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
37
6. Bagaimana pendapat bapak/ibu/saudara terhadap syarat yang harus dipenuhi,
seperti KTP hingga membentuk suatu kelompok tani untuk mengajukan
kemitraan konservasi ?
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
D. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Jabatan :
Alamat :
1. Apa saja bentuk kemeitraan konservasi yang direncanakan dan atau sedang
dilakukan oleh pihak TWA Sungai Dumai dalam mengatasi konflik tenurial?
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
38
2. Bagaimana cara pendekatan pihak pengelola TWA Sungai Dumai dengan
masyarakat untuk pelaksanaan kemitraan konservasi?
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
4. Sudah ada berapa jenis kemitraan konservasi yang sudah selesai atau
sedang berjalan di TWA Sungai Dumai?
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Jawaban…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
39
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
13. Apakah pihak pengelola TWA Sungai Dumai yakin bisa meminimalisir
konflik lahan dengan kemitraan konservasi tersebut?
Jawab……………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
40