Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

PENELITIAN SAMPAH DI KEPULAUAN

DI SUSUN OLEH:
 DEVINA FITRIANI
 FRANSISKA ESTER NATALIAN PURBA
 IRHAM SAPUTRA
 PUTRI ADELINA
 REYNA RAHAYU
 SALMA HAJRAH ANJANI
 SARTIKA RIAU LINA
 TASYA KAROLINA

DOSEN PEMBIMBING: ULFA HANUM, S.KM


NIP: 1992041620015032003

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG PINANG


PENGOLAHAN SAMPAH
1A SANITASI
2024/2025

ii
KATA PENGANTAR

Puji yukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, dengan judul
“Pengelolaan sampah di kepulauan seribu”.Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Tujuan Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat penilaian pada Mata
Kuliah Pengelolahan sampah. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi kami, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untukmemberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalahini.

Tanjungpinang, 12 Februari 2024


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 5
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 6
1.4 Batasan Penulisan.................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 7
2.1 Studi Kasus.............................................................................. 7
2.2 Sumber Sampah....................................................................... 8
2.3 Timbunan Dan Karakteristik.................................................... 8
2.4 Dampak.................................................................................... 9
2.5 Pengelolaan Sampah Pada Studi Kasus..............................….10
2.6 Konsep Pengelolaan Sampah Secara Terpadu di Kepulauan
Seribu……………………………………………………………12
BAB III PENUTUP........................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 14
3.2 Saran....................................................................................….15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Wilayah kepulauan memang menjadi salah satu ciri khas di setiap negaranya, tidak
terpungkiri bahwa setiap negara memiliki kepulauan yang di unggulkan sebagai daya Tarik
yang dapat menjadi salah satu pemasukkan yang dimiliki oleh setiap negara di serluruh dunia,
Indonesia merupakan salah satu negara maritime di dunia yang memiliki banyak kepulauan,
saat ini kepulauan yang dimiliki oleh indonesia adalah 16.000 ini di hitung dari pulau sabang
sampai Merauke (news, 2020). Menurut KBBIsendiri pulau dapat di definisikan sebagai
lahan yang di kelilingi air baik itu air sungai,laut dan danau. Permasalahan pulau di Indonesia
beragam sesuai dengan karakteristik pulau tersebut.pada tulisan kali ini akan lebihmembahas
tentang permasalahan yang dimiliki oleh pulau pulau kecil yang ada di Indonesia, pulau pulau
kecil di Indonesia sering luput dari perhatian pemerintah pusat bahkan pemerintahan daerah
sekali pun, beberapa permasalahaan yang di hadapi oleh kepulauan kecil yakni tidak terurus
nya kepulauan tersebut, sebut saja salah satu factor yang menjadi permasalahan yang di alami
kepulauan kecil yang ada di Indonesia ini adalah permasalahan sampah laut yang sering
menghampiri kepulauan tersebut, dan menjadi faktor kebersihan di kepulauan kecil tersebut
terganggu. Kepulauan kecil yang menjadi pembahasan kali ini adalah kepulauan seribu yang
berada di Indonesia, kepulauan seribu ini memiliki beberapa kepulauan yang terpisah pisah.
Dari bebrapa pulau yang ada di kepulauan seribu ini terdampak dari permasalahan sampah
laut. Kepulauan seribu sendiri sejak tahun 2015 – 2020 telah terjadi penumpukkan sampah
terutama sampah yang tidak dapat di urai semisal plastik, jala ikan, bungkus makan dan juga
popok bayi yang masing masing persentasenya adalah sebagai berikut : 50% sampah plastic,
10 % sampah jala ikan, 15 % bungkus makanan dan sisanya adalah sampah popok bayi (LIPI,
2021). Dalam 5 tahun terakhir Indonesia umumnya dan kepuluan seribu sebagai perusak
lingkungan terutama di lautan dan penyebab rusaknya pulau pulau kecil yang sebenrnya
merupakan pulau yang memiliki benefit yang tinggi untuk Indonesia. Padahal pulau pulau
kecil seperti pulau yang berada di kepulauan seribu merupakan aspek penting dalam
mendongkrak penghasilan wisata di Indonesia.

Pesatnya perkembangan pemukiman dan pariwisata (Miswan & Sukaesih, 2019) di


Kepulauan Seribu menimbulkan berbagai permasalahan antara lain terjadinya degradasi
lingkungan, pencemaran lingkungan dan masalah persampahan (Maharani et al., 2018).
Pencemaran menjadi permasalahan utama di beberapa lokasi wisata pantai di Indonesia
(Attamimi et al., 2015). Berbagai usaha menjaga kebersihan di daerah pesisir pantai tersebut
akan sangat penting terutama dalam bidang pariwisata. Penelitian sebelumnya di wilayah
kepulauan seribu menunjukkan bahwa sampah mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan
(Hayati et al., 2020). Di beberapa pulau di Kepulauan Seribu, seperti Pulau Pramuka sebagai
contoh, telah ada kesadaran masyarakat terhadap permasalahan sampah dengan lahirnya
sebuah kegiatan pengolahan sampah berbasis masyarakat. Namun masih ada juga masyarakat
pulau yang belum mengetahui dampak sampah laut terhadap kehidupan masyarakat
kepulauan seperti pulau Pramuka dan pulau disekitarnya. Berdasarkan latar belakang,
perumusan masalah untuk program ini adalah sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang
dampak dari sampah laut serta langkah-langkah atau solusi apa yang dapat dilakukan untuk
menanggulanginya. Hal ini sangat penting untuk melihat dampak aktivitas pengelolaan
sampah di wilayah kepulauan seperti kepulauan Seribu.

5
1.1 Rumusan Masalah

a. Studi kasus mengenai sampah kepulauan.


b. Apa dampak dari masalah sampah tersebut.
c. Bagaimana pengolahan yang dilakukan terhadap studi kasus yang diambil.

1.2 Tujuan penulisan

a. Mengetahui masalah dari studi kasus yang diambil.


b. Sumber sampah di kepulauan seribu
c. Mengetahui dampak dari masalah sampah tersebut.
d. Mengetahui cara pengolahan terhadap studi kasus yang terjadi.

1.3 Batasan penulisan

Dalam makalah tentang “Pengolahan Sampah Di Kepulauan Seribu” berfokus pada masalah
sampah di Kepulauan Seribu, disebabkan oleh kiriman sampah dari aliran sungai dan kali
Jakarta serta sumber sampah dari luar pulau dan penduduk lokal. Tidak membahas secara
rinci mengenai aspek sejarah, geografis, atau budaya Kepulauan Seribu yang tidak langsung
terkait dengan masalah sampah laut yang dijelaskan dalam studi kasus di atas.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Studi kasus


Musim Penghujan, Sampah Kiriman dari Aliran Sungai dan Kali Jakarta Menumpuk di
Kepulauan Seribu

KEPULAUAN SERIBU - Pemda Kabupaten Kepulauan Seribu menemukan


tumpukan sampah rumah tangga di sekitar perairan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu
Selatan. Tumpukan sampah ini diduga terbawa arus dari sejumlah aliran Kali dan Sungai dari
Jakarta yang terbawa hingga wilayah hilir di Kepulauan Seribu.
Lurah Pulau Untung Jawa, Sidartawan menuturkan bahwa, petugas gabungan
Kelurahan Pulau Untung Jawa, melakukan kegiatan grebek sampah menjelang musim
penghujan dan menemukan cukup banyak sampah kiriman dari wilayah Jakarta dan
sekitarnya."Sampah-sampah ini datang dari kali dan sungai yang ada di Tangerang, Muara
Angke dan Kamal, untuk menangani banyaknya sampah itu, petugas gabungan melakukan
gerebek sampah di pesisir," Kata Sidartawan
Menurut Sidartawan, untuk menangani sampah berupa potongan batang kayu, bambu,
sampah plastik kemasan, kaleng, hingga sterefoam yang telah menumpuk. Pihaknya
mengerahkan 79 personil dari PPSU, Sudin LH, dan dari RPTRA dan BKSDA. Sidartawan
juga mengimbau kepada seluruh warga Jakarta untuk selalu menjaga lingkungan, tidak
membuang sampah secara sembarangan. Apabila tidak menjaga lingkungan, tentunya akan
berdampak kepada warga lainnya.
"Salah satunya kita yaitu warga pulau dengan banyaknya sampah yang menumpuk.
Kita pun selalu mengedukasi wisatawan yang berkunjung ke pulau untuk menjaga agar pulau
tetap bersih," tegasnya.Sementara itu, Kepala Seksi (Kasie)Peran serta Masyarakat dan
Penataan Hukum Sudin LH Kepulauan Seribu, Riza Lestari Ningsih menuturkan dari sampah
yang berhasil diangkut dari dua lokasi Pantai Taman Arsa dan Dermaga Utama sebanyak
21.984 kilogram."Ini hasil dari petugas yang membersihkan dari pagi hingga sore hari. Selain

7
dua titik yang dibersihkan, ada empat titik lainnya yang terdampak yaitu Kuala BKSDA
Barat, Pantau Pujasera, Docking Kapal, dan Kolam Labuh," pungkasnya.

2.2 Sumber sampah

Dilihat dari sumbernya, sampah di Kepulauan Seribu berasal dari luar pulau dan
penduduk yang bermukim di kepulauan tersebut. Berbagai penelitian dan survai telah
dilakukan di kawasan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, di antaranya penelitian yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanologi - LIPI. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu menerima sampah dari luar pulau melalui 13 sungai
yang bermuara di Teluk Jakarta.
Sampah yang berasal dari pemukiman di daratan pulau juga masih banyak yang dibuang
secara langsung ke laut, lalu terbawa oleh arus dan akhirnya kembali terdampar di pantai,
seperti yang terjadi di pantai Pulau Bidadari dan Pulau Anyer. Lebih jauh, sampah tersebar
hingga pulau- pulau seperti Pulau Untung Jawa, Pulau Rambut dan Pulau Pari yang jaraknya
dari Jakarta sekitar 35 km.
2.3 Timbulan dan karakteristik
Pusat Penelitian Oseanologi - LIPI telah melakukan pengamatan pada 23 pulau mulai dari
pulau yang berada di Teluk Jakarta hingga pulau yang jaraknya 70 km dari Jakarta. Metode
penelitian yang dilakukan adalah metode transek dengan meletakkan tali di pantai sepanjang
50 meter dan menghitung jumlah sampah yang berada 0,5 m di kanan dan kiri tali. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa pulau yang dekat dengan Jakarta menerima sampah lebih
banyak dibandingkan dengan pulau yang semakian jauh dari Jakarta.
Jumlah sampah yang terdampar di pantai semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya tahun. Pada tahun 1995 jumlah sampah bertambah menjadi dua kali lipat
dibandingkan dengan jumlah sampah pada tahun 1985. Dalam kurun waktu 10 tahun,
komposisi sampah organik dan anorganik berubah secara drastis. Pada tahun 1985 sebagian
besar sampah berupa sampah organik sedangkan pada tahun 1995 sebagian besar sampah
berupa sampah anorganik
Sampah padat yang berasal dari buangan rumah tangga dan sampah industri tersebut
biasanya berupa sampah anorganik seperti bekas botol kemasan air minum, kantong plastik,
bekas plastik kemasan, mangkok plastik, kaleng alat semprot, kaleng minuman, botol dari
gelas, karton, sandal plastik, sepatu, dan bola lampu. Sedang sampah organik berupa
potongan kayu. enceng gondok, daun, pohon pisang, keranjang bekas, dll. Botol plastik
kemasan minuman yang sebelumnya jarang ditemukan, pada pengamatan terakhir menjadi
komponen yang paling besar dijumpai.
Styrofoam, bekas pembungkus barang- barang elektronik, jumlahnya juga meningkat. Tar
ball, yaitu semacam gumpalan minyak mentah, juga banyak di jumpai mengapung di
permukan air dan sebagian terdampar di pantai. Tar ball ini banyak juga sampai di daerah
mangrove dan ketika terkena sinar matahari akan meleleh kembali dan melekat di skar-akar
nafas mangrove. Jika hal ini terjadi berulang kali maka pohon-pohon mangrove tersebut akan
terlihat mengering dan diikuti dengan kematian .

8
Sampah yang teramati adalah sampah yang tarapung dan terdampar di pulau, padahal
banyak sampah yang tenggelam dan akan mengotori juga dasar perairan. Seberapa besar
jumlah sampah yang tenggelam, sampai saat ini belum diketahui. Sampah yang terdampar di
pantai jumlahnya bervariasi tergantung musim. Pada musim angin barat jumlah sampah yang
terdampar di kepulauan Seribu menjadi relatif lebih kecil.
Hal ini bukan berarti sampahnya berkurang. Pada saat musim Barat sampah yang di
buang di Teluk Jakarta akan dibawa arus kearah Timur ke tempat lebih jauh. Sebaliknya pada
musim Timur, arus dari arah Timur akan membawa seluruh sampah dari Jakarta dan
mendamparkan sampah tersebut di pantai-pantai Kepulauan Seribu. Pada musim Timur, arus
air yang berasal dari Teluk Jakarta membawa air totor. Pada saat seperti ini penduduk
kepulauan Seribu tidak dapat menanam rumput laut. Air kotor dan sampah yang terlalu
banyak berakibat rumput laut banyak yang terkena penyakit. Sampah yang dibawa arus
banyak yang menyangkut di tali-tali yang dibentangkan untuk menanam rumput laut,
akibatnya merusak tanaman rumput laut. Penduduk kepulauan Seribu paling sedikit 2-3 bulan
dalam satu tahun tidak dapat menanam rumput laut oleh karena menurunnya kualitas air
akibat berbagai sampah dari Jakarta.

2.4 Dampak

Dampak dari tumpukan sampah rumah tangga di sekitar perairan Pulau Untung Jawa,
Seribu Selatan, termasuk potongan batang kayu, bambu, sampah plastik kemasan,
kaleng, hingga styrofoam, adalah pencemaran lingkungan, terutama perairan dan
pantai. Selain itu, tumpukan sampah juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan dan ekosistem pulau.Beberapa dampaknya;

Dampak dari tumpukan sampah rumah tangga di sekitar perairan Pulau Untung Jawa,
Kepulauan Seribu Selatan, termasuk:

1. Dampak terhadap Lingkungan:


- Pencemaran lingkungan, terutama perairan dan Pantai.
- Potensi kerusakan ekosistem pesisir dan laut akibat tumpukan sampah plastik,
styrofoam, dan bahan-bahan non-biodegradable lainnya.

2. Dampak terhadap Kesehatan:


- Potensi terganggunya kesehatan masyarakat akibat pencemaran lingkungan dan air
laut
- Risiko kesehatan akibat paparan langsung terhadap sampah berbahaya seperti bahan
kimia dari sampah plastik dan logam.

3. Dampak terhadap Laut:


- Potensi terganggunya kehidupan laut akibat tumpukan sampah di perairan sekitar
Pulau Untung Jawa.
- Risiko terhadap ekosistem laut dan keberlanjutan sumber daya kelautan akibat
akumulasi sampah di perairan tersebut.

Upaya penanganan dan pencegahan dampak-dampak ini memerlukan kerjasama lintas


sektor dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik.

9
2.5 Pengolahan sampah pada studi kasus

Dari studi kasus yang diatas Kepulauan Seribu menghadapi masalah tumpukan sampah
rumah tangga yang disebabkan oleh arus dari sungai dan berulang di wilayah Jakarta. Hal ini
mengindikasikan adanya masalah serius dalam pengelolaan sampah, terutama dalam hal
kebijakan penggunaan lahan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pengelolaan sampah
yang komprehensif, yang meliputi hal-hal berikut:

1.Pengumpulan Sampah:

Pihak terkait perlu melakukan pengumpulan sampah secara


teratur dan sistematis di sepanjang pantai dan perairan Kepulauan Seribu untuk mencegah
penumpukan sampah yang lebih lanjut. Contohnya, petugas gabungan Kelurahan Pulau
Untung Jawa melakukan kegiatan grebek sampah menjelang musim penghujan dan
menemukan cukup banyak sampah kiriman dari wilayah Jakarta dan sekitarnya

2.Pengolahan/pemilahan Sampah:
Sampah yang terkumpul perlu diolah melalui metode daur ulang, pengomposan, atau
pengolahan lainnya sesuai dengan jenis sampahnya. Langkah ini dapat dilakukan dengan
melibatkan petugas gabungan dan sumber daya manusia terlatih. contoh, petugas pesisir
pantai dari Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Kepulauan Seribu, membersihkan
sampah kiriman yang ada di tepi Pulau Sabira, Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara. Sampah kiriman ini berasal dari Lampung Timur dan umumnya
terdiri dari jenis sampah organik seperti pohon pandan, eceng gondok, nipah, dan rumput
sungai. Sampah yang telah dibersihkan melibatkan 13 personel Sudin LH Kepulauan Seribu
dan mencakup jenis organik seperti pohon pandan, eceng gondok, nipa, dan rumput sungai.
Sampah organik dipilah untuk dijadikan pupuk.

3.Edukasi/Pendidikan Lingkungan:
Edukasi dan kesadaran lingkungan perlu ditingkatkan, baik di kalangan masyarakat
Jakarta maupun pengunjung Kepulauan Seribu, untuk mencegah pembuangan sampah secara
sembarangan dan mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan. Contoh tindakan yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan edukasi dan kesadaran lingkungan di Kepulauan Seribu,
antara lain:
1. sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan praktik-praktik
ramah lingkungan, baik di kalangan masyarakat Jakarta maupun pengunjung
Kepulauan Seribu. Hal ini dapat dilakukan melalui media sosial, spanduk, brosur, dan
kegiatan-kegiatan lainnya.Mengedukasi tentang metode 4R adalah suatu metode
pengelolaan sampah yang dilakukan dengan empat cara, yakni mengurangi (reduce),
menggunakan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan mengganti (replace).

2. Pelatihan dan bimbingan teknis (Bimtek) tentang pengelolaan sampah yang baik dan
benar, seperti pengolahan sampah organik melalui pengomposan, pengolahan sampah
non-organik melalui daur ulang, dan pengurangan sampah melalui penggunaan
kantong belanja kain atau botol minum ulang. Contohnya, Suku Dinas Lingkungan

10
Hidup Kepulauan Seribu menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan
Sampah di Grand Cemara Hotel, Menteng.

3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, seperti melalui


program "Jumat Bersih" atau kegiatan-kegiatan lainnya yang melibatkan masyarakat
dalam membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.
4. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran pembuangan
sampah sembarangan, seperti dengan memberikan sanksi atau denda bagi pelaku
pembuangan sampah sembarangan.

4.Kerjasama lintas Wilayah:


Kerjasama antarinstansi dan pemerintah daerah di wilayah Jakarta dan Kepulauan
Seribu sangat penting untuk mengatasi masalah ini secara bersama-sama.kerjasama antara
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
penanganan masalah sampah. Hal ini terlihat dari upaya petugas gabungan Kelurahan Pulau
Untung Jawa, yang melakukan kegiatan grebek sampah untuk menangani sampah kiriman
dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Selain itu, Kepulauan Seribu juga siap untuk meningkatkan teknologi pengolahan
sampah agar dapat mengelola sampah secara mandiri. Dengan langkah-langkah tersebut,
diharapkan masalah tumpukan sampah yang terbawa oleh arus dari aliran sungai dan kali
Jakarta ke Kepulauan Seribu dapat diminimalkan, sehingga lingkungan perairan dan pulau-
pulau di wilayah tersebut dapat terjaga dengan baik.

2.6 Konsep Pengelolaan Sampah Secara Terpadu di Kepulauam Seribu

Sistem pengelolaan sampah di kawasan laut dan pantai berwawasan lingkungan tidak
begitu berbeda dengan sistem pengelolaan sampah pada umumnya. Dengan demikian
pembahasan tentang sistem pengelolaan sampah di kawasan wisata tidak dapat dipisahkan
dari sistem pengelolaan sampah secara umum. Permasalahan sampah merupakan
permasalahan umum yang manyangkut mulai dari perencanaan sistem, pelaksanaan,sampai
dengan pengawasan. Salah satu alternatif sistem pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu
adalah dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah terpadu yang diadaptasikan dengan
situasi dan kondisi setempat.

Pada tingkat operasional, sistem pengelolaan sampah terpadu merupakan kombinasi


dari sistem pengelolaan sampah dengan cara daur ulang sampah anorganik, pengkomposan
sampah organik, pembakaran (incinerator) dan sistem pembuangan akhir. Pendekatan ini
merupakan manifestasi dari sistem 4R yang saat ini sudah merupakan konsensus
internasional yaitu: Reduce, Reuse, Recycle dan Replace atau 4M (Mengurangi,
Menggunakan kembali,Mendaur ulang dan mengganti)
Sampah yang dapat didaur ulang umumnya berupa plastik, kertas, botol dan besi.
Karena barang-barang tersebut dapat didaur ulang, maka umumnya barang tersebut

11
mempunyai nilai uang sehingga dapat dijual. Oleh karena itu dalam memutuskan apakah
barang-barang tersebut akan didaur ulang sendiri atau dijual langsung. tergantung yang lebih
menguntungkan berdasarkan hasil evaluasi teknis dan ekonomis.

Proses pengkomposan merupakan proses dekomposisi materi organik menjadi pupuk


kompos melalui reaksi biologis mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi yang
terkendali. Teknologi kompos yang paling tepat untuk diterapkan di Indonesia adalah sistem
open windrow (6) Sistem tersebut secara teknis tidak memerlukan sarana dan prasarana yang
rumit sehingga dapat diterapkan dengan mudah dan tepat guna serta padat karya. Demikian
pula jumlah modal, biaya operasional dan biaya pemeliharaan usaha pengkomposan yang
lain. Sedangkan prosesnya sangat cocok dengan iklim tropika.
Untuk pembakaran dengan incinerator, maka incinerator yang akan digunakan harus
mempunyai spesifikasi teknis yang optimal sehingga efisien bahan baku, ramah lingkungan
dan mudah dioperasikan. Secara teoritis, apabila program pengelolaan sampah secara terpadu
diterapkan, maka dapat mengurangi sampah sehingga sarana transportasi dan lahan TPA pun
akan berkurang sesuai pengurangan jumlah sampah tersebut.
Sebagai contoh, dari setiap 100 ton sampah dengan komposisinya 70 ton sampah
organik dan 30 ton sampah anorganik akan dihasilkan kompos sekitar 17 ton dan bahan daur
ulang sebanyak 21 ton sedangkan sisanya langsang dibakar di incinerator atau dibuang ke
TPA.Program mengurangi atau minimisasi sampah dapat dimulai sejak sistem pengumpulan.
pengangkutan, dan sistem pembuangan sampah.
Dengan demikian program pengolahan sampah ini dapat dilakukan di setiap tahapan
sistem pengelolaan sampah.Fasilitas-fasilitas pengolahan sampah yang diperlukan dalam
sistem terpadu tersebut antara lain adalah alat pengumpul dan pengangkut sampah, plant
pengkomposan, unit daur ulang plastik, incinerator sampah dan TPA skala kawasan/pulau.
Sampah daratan yang organik dapat dikomposkan oleh warga sendiri, sedangkan
sampah anorganik terutama plastik dapat didaurulang bersama dengan sampah plastik yang
dikumpulkan di pantai. Unit daur ulang plastik dapat berupa mesin pencacah dan pelet
plastik. Produk kompos yang dihasilkan dapat dipakai untuk penghijauan pulau dan produk
daurulang plastik dapat dijual ke luar pulau.
Dalam pemilahan sampah, tidak hanya diperlukan peran serta masyarakat, tapi juga
diperlukan sistem pengelolaan sampah yang sudah memadai, baik berupa sarana-sarana fisik
atau peralatan maupun sarana nonPeran serta masyarakat dalam pemilihan sampah harus
ditunjang dengan penyediaan sarana yang sudah terpilah juga, seperti misalnya tempat
sampah terpilah, gerobak terpilah, jadwal pengangkutan yang berbeda dan konsistensi atau
kesinambungan sistem dari mulai proses kompos, daur ulang, pembakaran dan pembuangan
akhir. Dengan kata lain, masyarakat akan memberikan peran serta yang baik bila pihak
pengelola kebersihan telah menyediakan sistem yang baik pula.
Sampah apung sebagian besar berupa sampah plastik. Sebagian dari sampah plastik
tersebut merupakan sampah plastik yang dapat didaur ulang. Proses pengumpulan sampah
apung dapat dilakukan dengan jaring yang ditarik dengan perahu. Residu sampah yang tidak
dapat dikomposkan atau didaurulang dibuang ke TPA atau dibakar di dalam incinerator. Abu
dari incinerator dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan. Incinerator yang dipakai
dapat berupa incinerator kecil dengan teknologi yang sederhana. Sedangkan TPA yang
dibangun disesuaikan dengan jumlah sampah yang diproduksi oleh pulau tersebut. fisik yang

12
berupa penyuluhan, pengawasan, pemantauan dan peraturan yang berjalan dengan baik
secara profesional, tidak hanya secara kwantitatif saja.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah tumpukan sampah di sekitar perairan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu
Selatan, disebabkan oleh arus dari aliran sungai dan kali Jakarta, mengancam lingkungan,
kesehatan masyarakat, dan keberlanjutan ekosistem pulau-pulau di wilayah tersebut. Upaya
penanganan telah dilakukan, termasuk pengumpulan dan pengolahan sampah, peningkatan
kesadaran lingkungan, serta kerjasama lintas wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pulau-pulau di Keplauan Seribu menerima lebih banyak sampah dari Jakarta, dengan proporsi
sampah anorganik meningkat. Dampaknya mencakup pencemaran lingkungan, risiko
kesehatan, dan terganggunya kehidupan laut. Pengelolaan sampah secara terpadu, melalui
pengumpulan, pengolahan, edukasi, dan kerjasama lintas wilayah, diharapkan dapat menjaga
lingkungan Kepulauan Seribu dengan baik.

3.2 Saran

Untuk mengatasi masalah tumpukan sampah di Kepulauan Seribu, diperlukan


langkah-langkah yang komprehensif. Hal ini meliputi peningkatan kerjasama lintas sektor
antara pemerintah daerah di Jakarta dan Kepulauan Seribu, peningkatan edukasi / kesadaran
lingkungan di kalangan masyarakat, pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah yang
efisien, dan penegakan hukum yang ketat terhadap pelanggaran pembuangan sampah
sembarangan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat meminimalkan masalah
tumpukan sampah dan menjaga keberlangsungan lingkungan di Kepulauan Seribu.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Okezone, Y.T. (2023) Musim Penghujan, Sampah Kiriman dari Aliran Sungai Dan
Kali Jakarta menumpuk di Kepulauan Seribu : Okezone Megapolitan,
https://megapolitan.okezone.com/.https://megapolitan.okezone.com/read/
2023/12/01/338/2930819/musim-penghujan-sampah-kiriman-dari-aliran-sungai-dan-
kali-jakarta-menumpuk-di-kepulauan-seribu (Diakses 7 Februari 2024).
2. Sahwan, F.L. (2004) Strategi Pengelolaan Sampah di Kawasan ..., STRATEGI
PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN KEPULAUAN SERIBU. Available at:
https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/download/292/192 (Diakses 12
Februari 2024).
3. Wahyono, S., F.L. Sahwan dan F. Suryanto, 2003. Menyulap Sampah Menjadi
Kompos Sistem Open Windrow Bergulir, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lingkungan, BPPT, Jakarta.(Diakses 12 Februari 2024)

14

Anda mungkin juga menyukai