Anda di halaman 1dari 80

FENOMENA PEKERJA PEREMPUAN (WAITERS)

STUDI KASUS DI CAFE 168 KOTA PALU

HASIL PENELITIAN

Diajukan Untuk memenuhi Syarat-syarat Ujian Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako

Oleh:
Nurfitri
B 201 18 236

Program Studi Sosiologi


Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing utama dan
pembimbing pendamping serta disetujui oleh Koordinator Program Studi
Sosiologi untuk selanjutnya diajukan dalam seminar proposal penelitian skripsi
pada Program Studi Sosiologi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Tadulako.

Nama : Nurfitri
No. Stambuk : B 201 18 236
Jurusan : Sosiologi
Konsentrasi : Pembangunan
Program Studi : Sosiologi

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Zaiful, S.Sos, M.Si Dr. Indah Ahdiah., M.Si


NIP. 19671019 200312 1 001 NIP. 19720917 199703 2 001

Judul Skripsi : Fenomena Pekerja Perempuan (Waiters) Studi Kasus di


Cafe 168 Kota Palu

Palu,
Mengetahui
Koordinator Program Studi Sosiologi

Dr. Zaiful, S.Sos, M.Si


NIP. 19671019 200312 1 001

HALAMAN PENGESAHAN
Diterima Oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, untuk
menjadi sebagia syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
dalam :

Nama : Nurfitri

Stambuk : B201 18 236

Jurusan : Sosiologi

Pada Hari/Tanggal :

No Nama/NIP Jabatan Tanda Tangan


1. Dr. Sudirman, M.Si Ketua
Nip. 19630509 198803 1 002
2. Soraya Sultan, M.Si Sekertaris
3. Prof. Dr. Nur Ali, M.Si Penguji Utama
Nip. 19630624 198803 1 001
4. Dr. Zaiful, S.Sos., M.Si Pembimbing 1
Nip. 19671019 200312 1 001
5. Dr. Indah Ahdiah, S.Sos., M.Si Pembimbing 2
Nip. 19720917 199703 2 001

Palu,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako,
Ketua Jurusan Sosiologi

Dr. Ikhtiar Hatta, S.Sos., M.Hum


Nip. 19761221 200604 1 002
ABSTRAK

NURFITRI B 201 18 236. Fenomena Pekerja Perempuan (waiters) Studi


Kasus di Café 168 Kota Palu, Dibimbing oleh Dr. Zaiful, S.Sos, M.Si sebagai
Pembimbing Utama dan Dr. Indah Ahdiah., M.Si sebagai Pembimbing
Pendamping.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang pekerja
perempuan (waiters) di Café 168 Kota Palu dan (2) mengetahui kegiatan pekerja
perempuan di Café 168 Kota Palu. Permasalahan dari penelitian ini adalah (1)
bagaimana latar belakang pekerja perempuan (waiters) di Café 168 Kota Palu dan
(2) apa saja kegiatan yang dilakukan pekerja perempuan (waiters) di Café 168
Kota Palu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Metode tersebut menurut penulis tepat karena akan
memberikan jawaban mengenai fenomena pekerja perempuan (waiters) di Cafe
168 Kota Palu dengan menetapkan sebanyak 3 orang informan yaitu pekerja
perempuan (waiters). Tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi, sumber data juga diperoleh dari data
primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukan (1) latar belakang yang membuat para
Pekerja Perempuan (Waiters) berja di café 168 Kota Palu : Ekonomi dan
Pendidikan, Mengikuti tren gaya hidup, dan Tidak ada peluang kerja yang tepat.
Dan hasil yang kedua yaitu aktivitas para pekerja perempuan (waiters) di café
168 Kota Palu layaknya seperti pelayan café pada umumnya. Namun terkadang
para pekerja perempuan (waiters) di café 168 Kota Palu mendapatkan beberapa
perlakuan yang kurang pantas dari para pelanggan laki-laki. Dan mereka harus
pandai menawarkan minuman beralkohol kepada pelanggan yang ada di dalam
diskotik café 168 Kota Palu.

Kata kunci: Pekerja perempuan, Cafe


ABSTRACT
NURFITRI B 201 18 236. The Phenomenon of Women Workers (Waiters)
Case Study at Café 168 Palu City, Guided by Dr. Zaiful, S.Sos, M.Si as Main
Supervisor and Dr. Indah Ahdiah., M.Si as Accompanying Supervisor.
This study aims to find out (1) the background of women workers
(waiters) at Café 168 Palu City and (2) find out the activities of women workers at
Café 168 Palu City. The problems of this study are (1) what is the background of
female workers (waiters) at Café 168 Palu City and (2) what are the activities
carried out by women workers (waiters) at Café 168 Palu City. The method used
in this research is qualitative with a case study approach. According to the author,
this method is appropriate because it will provide answers about the phenomenon
of women workers (waiters) at Cafe 168 Palu City by assigning as many as 3
informants, namely female workers (waiters). Data collection techniques used by
researchers are observation, interviews, and documentation, data sources are also
obtained from primary data and secondary data.
The results showed (1) the background that makes Women Workers
(Waiters) work at café 168 Palu City: Economy and Education, Following
lifestyle trends, and there are no right job opportunities. The second result is the
activity of female workers (waiters) at café 168 Palu City like café waiters in
general. But sometimes female workers (waiters) at café 168 Palu City get some
inappropriate treatment from male customers. And they must be good at offering
alcoholic beverages to customers in the discotheque café 168 Palu City.

Keywords: Women worker, Cafe


KATA PENGANTAR

‫بسم هللا ارحمن ارحيم‬


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

rahmat dan karunia-Nya yang merupakan anugerah tertinggi yang diberikan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

“Fenomena Pekerja Perempuan (Waiters) Studi Kasus di Cafe 168 Kota

Palu” Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam proses

penyelesaian studi pada Program Studi Sosiologi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako.

Hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu tugas akhir dan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako. Penulis menyadari bahwa

masih banyak terdapat kekurangan, hambatan, rintangan dan cobaan selalu

menyertai upaya ini. Namun atas anugerah dan petunjuk Allah SWT, serta

bimbingan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak moril maupun materi,

sehingga semua kesulitan dapat teratasi.

Penulis menyadari betapa berharganya setiap proses dan orang-orang

terkasih yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan kesabaran guna

selama penulis menempuh Pendidikan di Universitas Tadulako. Untuk itu dengan

penuh rasa hormat dan kerendahan hati memberikan do’a yang tak terhingga

sebagai ungkapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Arson

Madjido dan Ibunda Almh. Wartin yang tidak ada hentinya mencurahkan cinta
dan kasih sayangnya dalam merawat, mendidik serta senantiasa memanjatkan

do’a bagi kesuksesan penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan yang sangat

berarti dalam penulisan hasil penelitian ini dan dalam proses penyelesaian studi

khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir . Amar ST,MT.,IPU.,ASEAN Eng. Rektor Universitas Tadulako

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu

pengetahuan di Perguruan Tinggi ini.

2. Prof. Dr. Muhammad Khairil, S.ag., M.Si. M.H, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

3. Dr. Hj. Nuraisyah, M.Si, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Untversitas Tadulako atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

4. Dr. Ikhtiar Hatta, S.Sos., M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako yang telah memberikan

kemudahan terhadap penulis terutama dalam hal pengurusan penyelesaian akhir

studi.

5. Dr. Zaiful S.Sos, M.Si, selaku Koordinator Program Studi Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako sekaligus pembimbing utama

yang telah banyak memberikan bantuan, arahan serta meluangkan waktu, pikiran

dan tenaga dalam membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan perhatiannya

sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dengan lancar.

6. Dr. Indah Ahdiah, M.Si, selaku pembimbing pendamping sekaligus Dosen Wali

yang telah memberikan motivasi, dorongan serta arahan yang tidak ada hentinya

demi selesainya penulisan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Muhammad Nur Ali, M.Si, selaku penguji utama yang telah berkenan

menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Dr. Sudirman K Udja, M.Si, selaku ketua penguji yang telah memberikan

motivasi dan saran kepada penulis.

9. Soraya Sultan, M.Si, selaku sekretaris penguji yang telah memberikan

masukan-masukan dan saran kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Tadulako khususnya pada Program Studi Sosiologi, yang telah mendidik dan

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama berada di bangku

kuliah.

11. Seluruh staf dan tata usaha di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Tadulako yang telah memberikan pelayanan administrasi

akademis kepada penulis sejak awal kuliah hingga selesai studi.

12. Kepada Manager Cafe 168 Kota Palu dan Informan yang telah bekerja sama

dengan penulis dan memberikan segala informasi yang penulis butuhkan selama

melakukan penelitian.
13. Kepada kakakku Muamar S,Hut dan adikku Nur Latifah terima kasih telah

mensupport dan memberikan motivasi kepada penulis.

14. Kepada kaka Herny Ross, S.Pd dan teman-temanku kepada Firdayanti S.Sos,

Hafiza Fisahbilila S.Sos, Nutfiah, S.Sos, Wiliam, S.Sos, Ahmad Didin, Rexy

Rivaldo, dan Kusmayadi yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama

penyusunan skripsi.

15. Teman seperjuangan almamater Jurusan Sosiologi 2018 khususnya kelas D

tanpa terkecuali terima kasih atas segala kebersamaannya dan waktu yang kalian

berikan kepada penulis selama ini, semoga kita sukses di jalan kita masing-

masing. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

bisa disebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari sisi analisis, struktur kalimat maupun cara penulisan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh

penulis sehingga menjadi masukan untuk perbaikan skripsi ini. Segala bantuan

yang diberikan oleh banyak pihak baik langsung maupun secara tidak langsung,

semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Palu, 2024
Penulis

NURFITRI
B 201 18 236
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 4
1.3.1 Tujuan Penelitian 4
1.3.2 Manfaat Penelitian 4
1.4. Sistematika Penulisan 5
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 2
2.1. Peneliti Terdahulu 6
2.2. Pengertian Pekerja 11
2.3. Teori Tindakan Sosial 12
2.4 Konsep Pelayan 15
2.5 Konsep Café 17
BAB 3. METODE PENELITIAN 18
3.1. Jenis Penelitian 18
3.2. Lokasi Penelitian 18
3.3. Unit Analisis dan Informan 19
3.4. Teknik Pengumpulan Data 19
3.5. Teknik Analisis Data 20
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1. Hasil Penelitian 22
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian 22
1. Sejaran Singkat Kota Palu 22
2. Keadaan Geografis Kota Palu 26
3. Letak Geografis Palu Timur 4
4. Letak geografis Kelurahan Besusu Tengah 4
5. Keadaan Demografis 4
6. Data Café di Kota Palu 4
7. Profil Cafe 168 Kota Palu 4
4.1.2 Profil Informan 4
4.2. Pembahasan 4
4.2.1 Latar Belakang Pekerja Perempuan (Waiters) di Cafe 168 Kota
Palu 4
4.2.2 Kegiatan Pekerja Perempuan (Waiters) di Cafe 168 Kota

Palu 4
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5
5.1. Kesimpulan 5
5.2. Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 6
Lampiran 8
Daftar Tabel

Tabel 4.1. Kondisi Fisik Kecamatan Palu Timur 23


Tabel 4.2. Penduduk Kota Palu dirinci menurut Jenis Kelamin pada
setiap kecamatan tahun 2023
Tabel 4.3. Data Café di Kota Palu
Tabel 4.4. Jumlah Karyawan Beserta Jabatannya di Café 168 Kota
Palu
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keadilan merupakan suatu nilai moral yang dijunjung di Indonesia


dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar sebagai landasannya. Nilai
moral keadilan juga merupakan cita-cita suatu bangsa dan negara yang mana
didalamnya terdapat berbagai kepentingan dari setiap golongan. Seiring
berjalannya waktu, pelaksanaan hak asasi manusia semakin berkembang dan
terus meningkat. Namun, di sisi lain perlakuan negatif seperti adanya
diskriminasi terhadap ras dan jenis kelamin, kemudian perbedaan pemberian
hak-hak antara pria dan wanita masih sering terjadi, terutama di dunia
ketenagakerjaan. Perkembangan dunia tenaga kerja memiliki peran yang
penting sebagai sumber daya. Oleh karena itu diperlukan pembangunan
sumberdaya tenaga kerja untuk menyediakan lapangan kerja sehingga dapat
memperoleh pekerjaan dan mendapat kehidupan yang layak bagi kemanusiaa
sesuai dengan Pasal 27 Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, serta untuk
meningkatkan kualitas dan peran tenaga kerja. (Fatrisa, 2022)
Dunia kerja pada zaman modern saat ini, atau biasa dikenal sebagai
era globalisasi, kini tidak lagi memandang jenis kelamin baik laki-laki
maupun perempuan dengan melihat kemampuan yang dimilikinya,
perempuan dipandang sebagai mitra bagi laki-laki yang mempuanyai posisi
dan peran penting dalam pengelolaan dan pertumbuhan ekonomi, baik yang
bersifat domestik maupun yang bersifat publik sehingga kiprah perempuan di
dunia publik tidak lagi menjadi pemandangan yang langkah, sebab pada
dahulu seluruh pekerjaan dari berbagai bidang di dominasi oleh laki-laki.
(Abd Rahman, 2014)

Dalam peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan dijelaskan


setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk

1
memperoleh pekerjaan. Ini dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan kerja tanpa adanya perlakuan
diskriminasi untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
dengan memperhatikan kondisi perkembangan dunia usaha. Diskriminasi
masih sering menghiasi kehidupan dalam bidang ketenagakerjaan dengan
melihat kasus kasus yang terjadi. (Muslim, 2020)

Pekerja dalam dunia kerja tidak ada diskriminasi laki-laki maupun


perempuan, seperti dijelaskan dalam konvensi CEDAW (Convention on
Elimination of All Forms of Discrimation Againts Women) diratifikasi dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 bahwa bentuk diskriminasi terhadap
wanita sudah tidak ada. CEDAW memerintahkan kepada seluruh negara di
dunia untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Hak-hak
yang diperoleh antara laki-laki dan wanita sama demi terwujudnya keadilan
dan kesejahteraan. Perempuan berhak untuk mendapat pekerjaan dan
menduduki jabatan tertentu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
(Muslim, 2020)

Pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam wacana gender


umumnya merupakan pembedaan tugas dan peran sosial laki-laki dan
perempuan berdasarkan harapan, kebiasaan, adat dan tradisi yang melekat
pada kebudayaan suatu masyarakat. Sebagai gambaran, sebagian besar juga
karena kodrat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan
padakebanyakan pandangan masyarakat menghasilkan pembedaan yang
dipetakan: karakteristik ruang lingkup kerja dan fungsi, stereotip kerja,
pembagian kerja gender. (Musli, 2020)

Perempuan sejatinya memiliki kesempatan yang sama untuk secara


bebas berkiprah dalam berbagai sektor di masyarakat. Terlebih lagi pada era
globalisasi dunia kerja tidak lagi membutuhkan kekuatan fisik (otot), tetapi
lebih pada kebutuhan berfikir (otak). Melihat kemampuan berfikir mereka
yang sama, maka antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang
sama besar dalam dunia pekerjaan. Relasi kekuasaan dan status laki-laki

2
terhadap perempuan menjadi dasar dalam pembagian lapangan kerja. Jika
dalam masyarakat tradisional dikenal pembagian kerja secara seksual, laki-
laki sebagai pemburu (hunter) dan perempuan sebagai pengasuh (nurture),
maka hal yang sama masih dijumpai dalam masyarakat modern. (Nasaruddin
Umar, 1999)

Seiring berkembangnya zaman, perempuan kini menjadi pekerja di


berbagai sektor, salah satunya pekerjaan yang mengharuskan bekerja malam
seperti waiters (pelayan kafe) penyebabnya perempuan yang kerap pulang
malam bahkan dini hari selalu mendapat prasangka yang negatif dari
masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Bagi masyarakat yang tidak tahu,
mereka akan langsung berprasangka bahwa perempuan yang pulang malam
tersebut adalah perempuan “nakal” atau yang lebih parahnya lagi mereka
dinilai sebagai pekerja seks komersial. Dalam teori belajar sosial, prasangka
merupakan sesuatu yang dipelajari selama perkembangan manusia, baik dari
didikan, media serta lingkungan. Sebagaimana dalam kasus ini, masyarakat
pada umumnya menggolongkan kebanyakan perempuan yang pulang malam
sebagai perempuan “nakal”, dan memiliki pekerjaan yang tidak layak.
(Nurhidayah Usman, 2017)

Dalam perkembangan dunia pekerjaan sekarang ini sudah banyak


pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari sesuai yang diterapkan oleh
tempat kerja tersebut. Pekerjaan pada waktu malam hari dilakukan dengan
dasar target dari tempat usaha tersebut. Hal ini bisa kita lihat contohnya usaha
café-café yang ada di Kota Palu. Dari sekian banyak café yang ada di kota
palu salah satunya adalah café 168 yang membuka jam operasional cafenya
pada pukul 17.00 sampai dengan jam 04.00 WITA.

Pekerja perempuan (waiters) kini menjadi fokus utama penulis


dalam penelitian ini, dimana penulis ingin mengetahui fenomena pekerja
perempuan yang ada di café tersebut. Tempat yang dimaksud penulis adalah
para perempuan pelayan (waiters) di Cafe 168 Kota Palu, jumlah mereka
sebanyak 3 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan di kafe 168 karena

3
dikafe itu jam kerja berlaku dari pukul 17.00-04.00 wita, jam tersebut
merupakan waktu rentan bagi perempuan dimalam hari. observasi awal yang
dilakukan ada beberapa perempuan yang bekerja sebagai waiters di Cafe
tersebut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik dalam mengangkat ini
menjadi sebuah penelitian yang berjudul ”Fenomena Pekerja perempuan
(Waiters) Studi Kasus di Cafe 168 Kota Palu”.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana latar belakang pekerja perempuan (waiters) yang bekerja di


Cafe 168 Kota Palu?
2. Apa saja kegiatan yang dilakukan pekerja perempuan (waiters) di Cafe 168
Kota Palu?

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui latar belakang pekerja perempuan (waiters) di Cafe
168 Kota Palu.
b. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pekerja perempuan
(waiters) di Cafe 168 Kota Palu.

1.3.2 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan kajian ilmiah khususnya dalam
bidang ilmu Sosiologi.
2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pekerja perempuan
(waiters) di Cafe 168 Kota Palu.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran serta
reverensi dalam penulisan selanjutnya terkait dengan perempuan

4
pekerja malam (waiters) dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif dan edukasi bagi masyarakat.

1.4 Sistematika Penulisan

Rencana proposal akan disusun dalam 3 Bab yang selanjutnya


dirincikan dalam beberapa sub bab, secara keseluruhan merupakan satu
komponen yang menjalin satu komposisi pembahasan yang serasi. Adapun
sistematikanya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang mencakup rumusan masalah, tujuan


dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat kajian pustaka yang berisi pengertian Strategi Adaptasi,
Perubahan Sosial, Teori AGIL Talcot Parsons

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian
lokasi penelitian, unit analisis dan informasi, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini terbagi ke dalam

BAB V PENUTUP

Bab ini diperinci dalam beberapa sub bab yakni Kesimpulan dan Saran

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peneliti Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan


perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan
dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan
hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Inda Rezki Yanti (2017)

Penelitian Inda Rezki Yanti (2017), berjudul “Persepsi


Masyarakat Terhadap Pekerja Wanita Ditempat Karaoke Princess
Syahrini Kota Makasar” Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, menyelidiki, dan menggambarkan keadaan, kondisi, situasi
peristiwa dan kegiatan lebih jauh mengenai lokasi penelitian yang akan
diteliti, melihat karakteristik dan dampak pekerja wanita serta persepsi
masyarakat terhadap pekerja wanita di tempat Karaoke Princess Syahrini
Kota Makassar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan


bahwa, 1. Terdapat beberapa karakteristik pekerja wanita di Princess
Syahrini kota Makssar diantaranya: a. Karakteristik pekerja wanita dari
segi pakaian. b. Karakteristik pekerja wanita dari segi ekonomi. c.
Karakteristik pekerja wanita dari segi solidaritas sosial. d. Karakteristik
pekerja wanita dari segi agama 2. Persepsi masyarakat terkai pekerja
wanita terdiri atas dua pendapat, yaitu ada masyarakat yang pro terhadap
pekerja wanita di tempat karaoke dan ada pula masyarakat yang kontra.
Masyarakat yang kontra beranggapan bahwa Wanita yang bekerja di

6
tempat karaoke Princess Syahrini adalah sesuatu yang tidak wajar di
lakukan oleh wanita. Sedangkan masyarakat yang pro berpendapat wajar
jika wanita bekerja pada malam hari atau bekerja di tempat karaoke
selama mereka dapat menjaga diri mereka. 3. Wanita yang bekerja di
tempat karaoke memiliki dampak negatif dan dampak positif. Dampak
negatifnya yaitu mempengaruhi status pekerja wanita, banyaknya
sindiran, penilaian buruk serta kritikan dari masyarakat terkait
pekerjaannya sebagai pekerja wanita di malam hari di tempat karaoke
Princess Syahrini. Sedangkan dampak positifnya yaitu peningkatan
kualitas hidup dari segi ekonomi serta kuatnya solidaritas dalam hal
saling tolong-menolong yang terjalin antar sesama karyawan ditempat
karaoke Princess Syahrini.

2. Hasil Penelitian Hunaifa Rizki Ulen Ini (2021)

Penelitian Hunaifa Rizki Ulen Ini (20210, berjudul “Agama,


Perempuan dan Cafe” Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan metode deskriptif kualitatif Adapun Teknik penentuan
informan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Teknik purpisive
sampling, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan suatu data yang
dianggap mengetahui atau menguasai pengetahuan tentang objek kajian yang
dilakukan oleh peneliti. Sehingga, dari Teknik purposive sampling tersebut
dapat mempermudah peneliti dalam mengelola data untuk penelitian yang di
kaji

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa,


hasil penelitian yang didapatkan yang dapat mencakup bahwa semua tegmen
yang melekat pada mereka perempuan pekerja di café bahwa fakta di balik
itu semua memiliki alasan tersendiri. Bekerja di ruang publik merupakan
sebuah keputusan yang harus mereka ambil walaupun mereka bekerja di
ranah yang belum biasa dan belum cukup banyak bagi perempuan dalam
masyarakat di aceh yang khususnya pada era sebelum 2000-an. Mayoritas
dari mereka memberikan alasan mereka untuk bekerja karena di pengaruhi

7
oleh faktor eksternal dan internal. Yang mana, faktor internal meliputi yang
harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan tanggungan keluarga
yang di bebankan sehingga mengharuskan untuk bekerja. Alasan
selanjutknya adalah untuk mengisi luang yang banyak juga di lakukan serta
tidak adanya peluang kerja yang tepat bagi mereka yang mungkin memilki
pendidikan yang tinggi. Kemudian, pada faktor eksternal di landasi dengan
tingkat umur dan tren ikut ikutan bekerja yang di jadikan alasan pendorong
bagi mereka mengapa bekerja di café. Isu keadilan yang terjadi pada
perempuan pekerja café di Banda Aceh sampai saat ini mash kerap terjadi,
sejauh ini peneliti menemukan beberapa isu ketidakadilan yang dialami oleh
sebagian dari mereka perempuan yang bekerja di café dimulai adanya
pembatasan ruang kerja bagi mereka perempuan yang bekerja, pembedaan
upa yang terjadi pada perempuan pekerja dan adanya pelecehan yang terjadi
pada sebahagian dari mereka perempuan yang bekerja dicafe. Dalam
pemaham perempuan yang bekerja di café merupakan hal yang belum biasa
dan belum banyak di jumpai di sekitarannya sehingga banyak menimbulkan
persepsi yang berbeda-beda dari kalangan masyarakat. Disini, diperjelas
dengan tanggapan masyarakat dengan dua segi yanitu segi keagamaan
masyarakat yang mengatakan bahwa tidak ada hal salah bagi perempuan
bekerja di café walaupun café yang dikenal dengan percampuran tempat
untuk laki-laki dan perempuan akan tetapi itu tidak menjadi masalah dalam
agama juga dijelaskan bahwasanya tidak ada pembatasan bagi perempuan
dan laki-laki untuk bekerja asal bekerja sesuai dengan jalur dan tidak
menyalahi aturan syariat islam. Dan kemudian, sesuai dengan segi agama
masyarakat untuk segi sosial masyarakat juga untuk perempuan yang bekerja
di café pekerjaan ini yang wajar untuk dilakukan dan hal mereka mempunyai
kualitas dan kuantitas yang bagus saat bekerja, hal tersebut sewajarnya
dilakaukan tampa menggagu dan merugikan orang lain serta dapat menjaga
diri saat bekerja. Dalam konteks yang menjadi permasalahan dalam ruang
lingkupnya perempuan bekerja di café di Banda Aceh adalah mengenai

8
pengetahuan/pendidikan yang menepatkan persfektif masyrakat dan pemilik
café memiliki perbandingan dan pengertian menurut mereka masing-masing.

3. Hasil Penelitian Fatrisa, Z, N. (2020)


Penelitian Fatrisa, Z, N. (2020), berjudul “Perlindungan
Hukum Terhadap Pekerja Wanita Yang Bekerja Pada Malam Hari Oleh
Pengusaha Hiburan Malam: Studi Kasus Tempat Karaoke di Kota
Surabaya” jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum empiris (empirical legal research), yakni penelitian
hukum untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
Penelitian hukum empiris dilakukan untuk mencari pemecahan masalah
atas isu hukum (legal issue) yang ada.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa, Perlindungan hukum terhadap pekerja wanita yang bekerja pada
malam hari dewasa ini masih saja terdapat pelanggaran oleh perusahaan.
Hal ini disebabkan masih ada perusahaan-perusahaan, yang
mempekerjakan tenaga. kerja wanita denganl waktu kerja yang melebihi
waktu yang ditentukan oleh undang-undang dan tidak menghiraukan
aturan yang berlaku tentang perlindungan terhadap tenaga kerja
perempuan yang bekerja pada malam hari. Sehingga perlindungan
terhadap perempuan yang bekerja di malam hari dapat dimaksimalkan
dan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam peraturan yang berlaku.
Perlindungan hukum bagi tenaga kerja perempuan di Indonesia belum
cuku memadai.
Karena masih terdapat hak-hak tenaga kerja perempuan di
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang apabila dilanggar oleh
pengusaha belum ada ketentuan sanksinya. Maka sudah seharusnya
terdapat peraturan daerah yang mengatur secara jelas tentang
perlindungan HAM terhadap tenaga kerja perempuan yang bekerja pada
malam hari. Apabila hal ini dilakukan, dimungkinkan kelemahan yang
ada dalam undang-undang dapat tertutup. Pengawasan perlindungan

9
hukum tenaga kerja (wanita), untuk mengawasi penerapan berlakunya
undang-undang yang terkait dengan ketenaga kerjaan kepada tenaga
kerja maupun perusahaan yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil
(Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Daerah/Pusat yang
menerima surat tugas), mencakup hak dan kewajiban perusahaan maupun
tenaga kerja.
Prinsip pengawasan ada pada bidang ketenagakerjaan, layanan
publik, lakuntabilitas, efisiensi dan efektivitas, universal,
proporsionalitas, bagi tenaga pengawas ketenagakerjaan berkewajiban
dan tidak menyalahgunakan kewenangannya, memegang segala
kerahasiaan profesionalitas integritas, kemandirian dan imparsialitas, dan
berkewenanggan menyelidiki, memberi perintah kepada penyidik untuk
ditindaklanjuti dan tetap melakukan koordinasi kepada pimpinan/kepada
kantor yang bersangkutan.
4. Hasil Penelitian Titis Dwi Haryuni (2020)
Penelitian Titis Dwi Haryuni (2020), berjudul “Perempuan dan
Warung Kopi Sebuah Perspektif Fenomologi” Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif berjenis fenomenologis dimana sebagai
pengalaman subjektif atau pengalaman yang ditampilkan dalam
fenomena keseharian individu dan studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang Husserl.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan


bahwa, Motivasi perempuan bekerja sebagai pelayan di kopi pangku di
Kabupaten Ponorogo, lebih dikarenakan pada tiga hal, pertama, sebagai
pekerjaan yang berawal dari sebuah kebutuhan dan tekanan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, hal kedua, rendahnya tingkat
pendidikan yang membuat perempuan memilih bekerja sebagai pelayan
di warung kopi pangku, dan hal ketiga adanya keinginan untuk hidup
secara mandiri. Simbol yang dilakukan pelayan perempuan dalam
menjalankan prostitusi terselubung selain sebagai pelayan di warung kopi
pangku, adalah berupa memakai pakaian ketat, mini dan seksi setiap hari;

10
polesan make up di wajah yang tebal dan mencolok; melalui ”kode” yang
dilontarkan melalui bahasa verbal dengan nada mendesah dan gestur
tubuh yang difokuskan pada setiap lekukan tubuh pelayan perempuan.

2.2 Pengertian Pekerja


Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenangakerjaan (selanjutnya disebut UUK), Pekerja atau buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Pengertian ini tersebut memang agak umum, tetapi maknanya
lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja,
baik perseorangan, persekutuan, badan hukum maupun badan lainnya dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk apa pun. Penegasan imbalan
dalam bentuk apa pun ini perlu karena upah selama ini diberikan dengan
uang, padahal ada pula buruh atau pekerja yang menerima imbalan dalam
bentuk barang. (R Joni Bambang, 2013)

a. Pengertian Perempuan

Perempuan adalah pilihan kata untuk mengungkapkan salah satu


jenis kelamin manusia dengan kandungan makna tertentu yang berlawanan
dengan kata laki-laki, selain itu kata wanita sering juga digunakan kata
perempuan. (Dewi Anggriani, 2013)

Dalam pemahaman masyarakat Indonesia, kata perempuan


mempunyai arti degradasi sematik atau peyoritas, yang dalam arti
penurunan nilai makna kata dimana kata yang sekarang lebih rendah dari
pada makna kata yang dahulu, pengertian khusus tentang perempuan
identik dengan pembedaan jenis kelamin secara biologis. (Hunaifa, 2021)

Memahami pengertian perempuan tentunya tidak bisa lepas dari


persoalan fisik dan psikis. Dari sudut pandang fisik di dasarkan pada

11
struktur biologis komposisi dan perkembangan unsur-unsur kimia tubuh.
Sedangkan Sudut pandang psikis didasarkan pada persifatan, maskulinitas
atau feminitas. Perempuan dalam konteks psikis atau gender didefinisikan
sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim.
Sedangkan perempuan dalam pengertian fisik merupakan salah satu jenis
kelamin yang ditandai oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur dan
payudara sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perempuan berarti
jenis kelamin yakni orang atau manusia yang memiliki rahim, mengalami
menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)

2.3 Teori Tindakan Sosial

Seluruh sosiologi Weber, jika menerima kata-katanya apa adanya,


didasarkan pada konsepnya mengenai Tindakan sosialnya (S.Turner,1983).

Tindakan manusia pada dasarnya menunjukan kepada aktivitas-


aktivitas manusia, yaitu segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Pada
tingkat yang lebih kompleks, tindakan bukan hanya menunjukan kepada
segala sesuatu yang dilakukan manusia secara individual, melainkan juga
kepada praktik-praktik yang dilakukan sekumpulan aktor (kelompok-
kelompok sosial). Max Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang
didasarkan pada tujuan individu dan tidakan-tindakan sosial. Tindakan sosial
adalah segala perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif. Menurut
Max Weber sesuatu dapat berarti tindakan sosial ketika tindakan itu berisi
tiga unsur. Pertama, perilaku itu mempunyai makna subjektif. Kedua,
perilaku itu mempengaruhi perilakuperilaku pelaku lain. Ketiga, perilaku itu
dipengaruhi oleh perilaku pelakupelaku lain. Unsur yang ditekan Weber
dalam pengertiannya adalah makna subjektif seorang pelaku. Tindakan sosial
tidak semestinya terbatas pada tindakan positif yang dapat diperhatikan secara
langsung. Tindakan itu juga meliputi tindakan negative, seperti kegagalan

12
melakukan sesuatu, atau penerimaan suatu situasi secara pasif. (Muhammad
Mustari 2011)

Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki


dimensi rasional tetapi terdapat berbagai tindakan nonrasional yang dilakukan
oleh orang, termasuk dalam tindakan orang dalam kaitannya dengan berbagai
aspek dari kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi. Weber menemukan
empat tipe dari tindakan sosial, yaitu:

a. Tindakan rasional instrumental (Zweckrationalität/in- strumentally


rational action), yaitu suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam kaitannya dengan tujuan suatu
tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada. Misalnya
kenapa para pengusaha banyak menjadi calon anggota legislatif? Ternyata
dari pengalaman hidup para pengusaha dalam dunia bisnis, kehidupan
mereka tidak bisa dilepaskan dari dunia politik. Oleh sebab itu, meng-
ombinasikan dua aspek kehidupan, yaitu bisnis dan politik, merupakan
usaha yang strategis untuk meraih kesempatan (di dalamnya terdapat
keuntungan materiel) yang lebih besar dibandingkan jika hanya berbisnis
Tindakan pengusaha tersebut dapat dipandang sebagai tindakan rasional
instrumental, karena mempertimbangkan antara tujuan yang ingin dicapai
(keuntungan material yang lebih besar) dan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan (berbisnis sambil berpolitik) tersebut. Bila Anda perlu
contoh lain untuk memahami lebih dalam. Berikut ini disajikan contoh
tersebut. Jika Anda seorang pekerja, maka apa pun alasannya dipastikan
Anda memilih pekerjaan yang dimiliki tersebut merupakan hasil dari
pertimbangan alat dan tujuan yang Anda miliki seperti pendidikan,
keterampilan (keahlian), kesempatan, latar belakang, dan kondisi keluarga.
(Damsar 2017)
b. Tindakan rasional nilai (Wertrationalität/value rational action), yaitu
tindakan di mana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai
absolut dan nilai akhir bagi individu, yang dipertimbangkan secara sadar

13
adalah alat mencapai tujuan. Memberi infak dan sedekah di kalangan umat
Islam, misalnya, dapat dilihat sebagai tindakan rasional nilai. Menjadi
hamba Allah yang diridhai dan meraih surga di akhirat kelak merupakan
tujuan yang berorientasi kepada nilai absolut dan nilai akhir. Pilihan
memberi infak dan sedekah sebanyak mungkin sebagai alat untuk meraih
tujuan yang berorientasi kepada nilai absolut dan nilai akhir tersebut tidak
bisa dinilai apakah lebih efisien dan efektif dibandingkan mengerjakan
shalat sunnah, misalnya. Mungkin ada baiknya dilanjutkan dengan contoh
lain. Untuk hidup Anda jelas membu- tuhkan suatu pekerjaan, apakah
Anda mencarinya membuat sendiri. Itu salah satu tujuan Anda. Namun ti-
dak semua pekerjaan mau Anda lakukan. Kenapa? Anda memiliki nilai
dan norma yang menjadi patokan atau rujukan Anda dalam melakukan
sesuatu, termasuk dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, Anda tidak akan
atau bekerja dalam perjudian dan prostitusi, misalnya, meskipun
pendapatan yang akan diperoleh relatif besar. Jadi, tindakan tersebut
dipandang sebagai tindakan rasional nilai. (Damsar 2017)
c. Tindakan afektif (affectual action), yaitu tindakan yang didominasi
perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang
sadar. Misalnya tindakan-tindakan yang dilakukan karena cinta, marah,
takut, gembira sering terjadi tanpa diikuti dengan pertimbangan rasional,
logis, dan ideologis. Ketika dua anak manusia berlainan jenis sedang
dilanda badai asmara, misalnya, yang menyebabkan mereka mengalami
"mabuk cinta". tidak jarang mereka melakukan suatu tindakan yang tidak
rasional dan logis, sehingga seolah-olah merasakan "tahi gigi jadi cokelat".
Contoh lain adalah misalkan Anda merasa terhina oleh perlakuan seorang
tetangga, oleh karenanya Anda marah dan tidak terima atas perlakuan
tersebut. Padahal Anda terhina karena tetangga tersebut mengkritik Anda
di hadapan orang ramai atas sikap Anda yang tidak memperhatikan (cuek)
terhadap penampilan diri, sehingga Anda terkesan kampungan. Karena
Anda marah dan tersinggung, maka apa saja yang dikerjakan oleh tetangga
tersebut Anda pandang jelek selalu, tidak pernah benar di mata Anda.

14
Tindakan ini mencerminkan tindakan afektif, tindakan didasari emosi atau
perasaan tanpa refleksi intelektual. (Damsar 2017)
d. Tindakan tradisional (traditional action), Tindakan kebiasaan atau tradisi.
Tindakan tersebut dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan,
apabila ditanyakan kenapa hal tersebut dilakukan, jawaban yang diberikan
adalah karena nenek moyang mereka telah melakukannya semenjak
dahulu kala. Oleh karena itu, tradisi ini harus dilanjutkan, kata pelaku
tindakan tradisional. Jika ditanyakan kepada para aktivis mahasiswa,
sebagai suatu contoh, kenapa mereka masih melakukan plonco terhadap
mahasiswa baru? Jawaban mereka adalah ini sudah jadi tradisi mahasiswa.
Alasan untuk menciptakan keakraban yang dilontarkan mahasiswa untuk
menopang alasan tradisi sering dipatahkan oleh argumentasi bahwa secara
sosiologis dan psikologis manusia cenderung untuk berteman. Oleh sebab
itu, tidak pun ada plonco, mahasiswa junior akan berusaha berteman
dengan seniornya. Lagipula kenapa harus dengan pemaksaan jika
tujuannya untuk mencipakan hubungan antara senior dan junior? Jika
belum paham, berikut contoh kedua. Jika Anda ditanyakan terhadap suatu
tindakan yang Anda lakukan, sedangkan jawabannya adalah semua orang
melakukannya dan Anda juga melakukannya seperti nenek moyang Anda.
Maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan tradisional. Karena
Anda melakukan suatu tindakan karena orang lain melakukan dan juga
Anda berulang kali melakukan, tanpa ada suatu refleksi sadar dan
perencanaan terhadap hal itu. ((Damsar 2017)

Untuk melihat penjelasan Pip Jones (2009:115) tentang tipologi Tindakan


sosial dengan cara menarik, lugas, dan tajam, berikut penjelasan dari Jones:

- Tindakan tradisional: Saya melakukan ini karena saya selalu


melakukannya
- Tindakan efektif: Apa boleh buat, saya lakukan
- Tindakan rasional nilai: Yang saya tahu saya hanya melakukan ini

15
- Tindakan rasional instrumental: Tindakan ini paling efisien untuk
mencapai tujuan ini, dan inilah cara terbaik untuk mencapainya. (Damsar
2017)
2.4 Konsep Pelayan
Pelayan (waiters) adalah karyawan atau karyawati didalam sebuah
restoran yang bertugas menunggu tamu-tamu membuat tamu-tamu merasa
mendapat sambutan dengan baik dan nyaman, mengambil pesanan makanan
dan minuman serta menyajikannya, juga membersihkan restoran dan
lingkungannya serta mempersiapkan meja makan untuk tamu. Menurut Endar
Sugiarto dalam bukunya Pengantar Akomodasi dan Restoran 1998
menjelaskan bahwa waiters ialah karyawan restoran hotel yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk melayani kebutuhan makanan dan minuman
bagi para pelanggan hotel restoran secara professional. (Endar Sugiarto 1998)
Membersihkan restaurant dan lingkungannya serta mempersiapkan
meja makan (table setting) untuk tamu berikutnya. agar waiter atau waitress
bekerja sesuai dengan Standart Operational Procedure, maka waiter atau
waitress harus memiliki sifat-sifat dan perilaku yang baik. Penampilan
fisikpun juga harus diperhatikan, seperti kebersihan badan dan kerapian dalam
menyajikan makanan atau minuman yang dipesan secara maksimal. Jika
pelayanan yang diterima konsumen baik maka semakin banyak pelanggan
yang datang sehingga kesejahteraan para pegawainya ikut membaik
dikemudian hari waitress atau waiter berdasarkan tugasnya adalah menyajikan
makanan dan minuman di restaurant dan termasuk dalam penyiapan alat-alat
hidang, serta mengatur meja dan memasang taplak meja dan lain-lain
perbedaan waitress atau waiter yaitu waitress adalah sebutan bagi pelayanan
perempuan di restoran yang bekerja melayani makan dan minum tamu
restoran secara professional dan pelayanan laki–lakinya disebut waiter. (Endar
Sugiarto, 1998)
Waitress atau Waiter bertanggung jawab juga untuk memelihara
kebersihan dan ikut serta di dalam memberikan service yang terbaik kepada
tamu, men-service makanan atau minuman ke tamu, clear up makanan atau

16
minuman ke tamu, Menset up meja, menurunkan table cloth dan napkin yang
kotor ke linen juga menjaga dan memelihara kebersihan restaurant. Menurut
Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya
dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan
merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.
Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat,
sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. (Kotler, 2007)

2.5 Konsep Cafe


Seiring dengan perkembangan zaman keberadaan warung kopi
banyak mengalami perubahan dari tradisional sampai ke modern seperti café
ataupun kedai-kedai yang menggunakan kopi sebagai daya tarik. Keberadaan
kedai-kedai maupun café yang lebih menawarkan berbagai macam sajian
bukan hanya dari kopi yang membuat konsumen tertarik untuk berada di
tempat tersebut, ditambah dengan pelayanan serta fasilitas yang dimiliki café.
Hal ini membuat warung kopi tradisional yang dahulunya menjadi tempat
nongkrong yang ramai pengunjung semakin sepi, menjadikan café sebagai
pesaing terbesar. Kedai kopi yang besar ini memiliki konteks yang berbeda
dengan warung kopi biasa yang biasanya terletak di sisi jalan, dengan
bangunan yang ala kadarnya. Cafe lebih memiliki bangunan yang mewah,
ditata dengan interior yang terkonsep modern dan memiliki variasi olahan
kopi beserta dengan makanan yang harganya berlipat dari warung kopi. Baik
Cafe maupun warung kopi, adalah ruang publik yang selalu lekat dengan
budaya nongkrong. Selain itu, kedua tempat ini relevan dengan gaya
tradisional terkait kebiasaan dalam meminum kopi sebagai sebuah komoditas
yang ingin dilestarikan oleh masyarakat setempat (Haryuni, 2020).
Menurut Maulidi (2017), pengertian Kafe (Cafe) adalah tempat
untuk bersantai dan berbincang-bincang dimana pengunjung dapat memesan

17
minuman dan makanan. Cafe termasuk tipe restoran namun lebih
mengutamakan suasana rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehingga
menyediakann tempat duduk yang nyaman dan sedikit alunan musik. Istilah
Cafe berasal dari bahasa Perancis yang secara harfiah artinya kopi, namun digunakan
sebagai nama tempat dimana orang-orang berkumpul atau sekedar bersantai dan
beraktivitas. Seiring perkembangan jaman, cafe bukan hanya menyediakan kopi,
tetapi juga minuman lain serta makanan ringan. Cafe biasanyanya tidak menyediakan
menu makanan utama namun hanya menyediakan minuman dan makanan ringan
sebagai menu hidangan dan ada juga yang menyediakan hiburan bagi para
pengunjung yang datang (Maulidi, 2017).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan


pendekatan studi kasus. Metode tersebut menurut penulis tepat karena akan
memberikan jawaban mengenai fenomena pekerja perempuan (waiters) di Cafe
168 Kota Palu. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif ini juga
bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam dan memberikan
gambaran secara mendalam tentang situasi yang diteliti.

Menurut Robert K YIN penelitian studi kasus adalah salah satu metode
yang digunakan dalam ilmu sosial untuk memahami fenomena sosisal yang
kompleks. Ini digunakan dalam banyak disiplin seperti psikologi, sosiologi, ilmu
politik, antropologi dan lain-lain. (Iswandi, 2023)

Sebagaimana Moleong (2005) menjelaskan bahwa penelitian yang


dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
secara utuh dan dengan cara deskriptif yaitu dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan peneliti dari segi

18
prosesnya. Dalam Moleong (2013) juga menjelaskan mengenai data deskriptif.
Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka-angka.

3.2 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka lokasi penelitian yang penulis


tetapkan yaitu di Cafe 168 yang terletak di Jl. Setia Budi, Besusu Tengah, Kec.
Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Karena cafe itu memberlakukan jam
kerja dari jam 19.00-04.00 WITA, jam tersebut rentan bagi perempuan. Sehingga
perlu diketahui bekerja ditengah malam itu menunjukan stigma masyarakat
terhadap perempuan yang bekerja malam.

3.3 Unit Analisis dan Informan

a. Unit Analisis

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah pekerja perempuan


(waiters) di Cafe 168 Kota dengan demikian yang menjadi unit analisis
dalam penelitian ini adalah pekerja perempuan (waiters) , Kota Palu,
Sulawesi Tengah.

b. Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pekerja


perempuan (waiters) di Cafe 168 Kota Palu yang di anggap bisa
memberikan berbagai informasi yang diperlukan oleh penulis. Jumlah
informan yang penulis tetapkan sejumlah 3 orang perempuan, dengan
menggunakan teknik purposive, dimana peneliti memilih informan dengan
tujuan tertentu yang ada dalam pikirannya (Ibrahim, 2015).

Selain itu juga di wawancarai masyarakat sebagai partisipasi


dalam melihat pandangan masyarakat terhadap pekerja perempuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

19
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Kajian pustaka

Penelitian pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji dan memilih


sebuah konsep atau teori yang dianggap mendukung proses penulisan dan
analisis data.

Oleh sebab itu, dalam kajian pustaka ini penulis berusaha


semaksimal mungkin untuk menelaah dan mempelajari berbagai literatur
yang tersedia, baik dari buku-buku, jurnal, artikel maupun sumber
lainnya.

b. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan di


lokasi atau objek penelitian. Dalam hal ini peneliti melihat secara
langsung situasi sosial berdasarkan kajian. Kemudian dapat memperoleh
data primer dan data sekunder penelitian. Adapun penelitian lapangan
dibagi menjadi tiga bagian diantaranya:

1. Observasi

Observasi yaitu mengamati serta melakukan pendekatan secara


langsung di lapangan mengenai fenomena perempuan pekerja malam
(waiters) situasi ini yang membuat observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data akurat.

2. Wawancara

Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada informan guna


untuk mendapatkan data secara langsung. Teknik wawancara yang
digunakan adalah pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
pertanyaan dari masalah penelitian ini.

3. Dokumentasi

20
Dokumentasi digunakan pada saat wawancara dengan informan
sebagai salah satu bentuk data penguat dalam suatu penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara


sistematik untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.
Analisis data menurut Sugiono (2015) yaitu proses mencari dan menyusun
secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah di pahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif,
yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Miles & Huberman (1992) analisis terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: Reduksi data, Penyajian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai tiga alur tersebut, lebih lengkapnya
sebagai berikut:
1. Data Collection (Pengumpulan data)
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi atau gabungan ketiganya.

2. Data Reduction (Reduksi data)


Mereduksi data artinya merangkum dan memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian mencari tema dan
polanya.
3. Data Display (Penyajian data)
Setelah data di rangkum, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
4. Conclusion drawing/Verification
Langkah keempat yang dilakukan dalam analisis data yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Kota Palu
Palu adalah “Kota Baru” yang letaknya di muara sungai. Dr.
Kruyt menguraikan bahwa Palu sebenarnya tempat baru dihuni orang (De
Aste Toradja’s van Midden Celebes). Awal mula pembentukan kota Palu
berasal dari penduduk Desa Bontolevo di Pegunungan Ulayo. Setelah
pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya mereka sampai di Boya
Pogego sekarang ini.
Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat
kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama
Kamonji, Panggovia sekarang bernama Lere, Boyantongo sekarang
bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut
Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para
pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan
Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat
berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap
Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa

22
kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan
perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur
Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal
tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah
peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan
jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi,
pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian
pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Berikut daftar susunan raja-raja Palu :

1. Pue Nggari (Siralangi) 1796 – 1805


2. I Dato Labungulili 1805 – 1815
3. Malasigi Bulupalo 1815 – 1826
4. Daelangi 1826 – 1835
5. Yololembah 1835 – 1850
6. Lamakaraka 1850 – 1868
7. Maili (Mangge Risa) 1868 – 1888
8. Jodjokodi 1888 – 1906
9. Parampasi 1906 – 1921
10. Djanggola 1921 – 1949
11. Tjatjo Idjazah 1949 – 1960

Setelah Tjatjo Idjazah, tidak ada lagi pemerintahan raja-raja di


wilayah Palu. Setelah masa kerajaan telah ditaklukan oleh pemerintah
Belanda, dibuatlah satu bentuk perjanjian “Lange Kontruct” (perjanjian
panjang) yang akhirnya dirubah menjadi “Karte Vorklaring” (perjanjian
pendek). Hingga akhirnya Gubernur Indonesia menetapkan daerah
administratif berdasarkan Nomor 21 Tanggal 25 Februari 1940. Kota Palu
termasuk dalam Afdeling Donggala yang kemudian dibagi lagi lebih kecil
menjadi Arder Afdeling, antara lain Order Palu dengan ibu kotanya Palu,
meliputi tiga wilayah pemerintahan Swapraja, yaitu :

23
1. Swapraja Palu
2. Swapraja Dolo
3. Swapraja Kulawi

Pertumbuhan Kota Palu setelah Indonesia merebut kemerdekaan


dari tangan penjajah Belanda kemudian Jepang pada tahun 1945 semakin
lama semakin meningkat. Dimana hasrat masyarakat untuk lebih maju dari
masa penjajahan dengan tekat membangun masing-masing daerahnya.
Berkat usaha makin tersusun roda pemerintahannya dari pusat sampai ke
daerah-daerah. Maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II Donggala
sesuai peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1952 yang selanjutnya
melahirkan Kota Administratif Palu yang berbentuk dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978.

Berangsur-angsur susunan ketatanegaraan RI diperbaiki oleh


pemerintah pusat disesuaikannya dengan keinginan rakyat di daerah-
daerah melalui pemecehan dan penggabungan untuk pengembangan
daerah, kemudian dihapuslah pemerintahan Swapraja dengan keluarnya
peraturan yang antara lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 serta Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1964 Tentang Terbentuknya Dati I Propinsi Sulteng dengan
Ibukota Palu.

Dasar hukum pembentukan wilayah Kota Administratif Palu


yang dibentuk tanggal 27 September 1978 atas Dasar Asas Dekontrasi
sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah. Kota Palu sebagai Ibukota Propinsi Dati I Sulawesi
Tengah sekaligus ibukota Kabupaten Dati II Donggala dan juga sebagai
ibukota pemerintahan wilayah Kota Administratif Palu. Palu merupakan
kota kesepuluh yang ditetapkan pemerintah menjadi kota administratif.

24
Sebagai latar belakang pertumbuhan Kota Palu dalam
perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari hasrat keinginan rakyat di
daerah ini dalam pencetusan pembentukan Pemerintahan wilayah kota
untuk Kota Palu dimulai sejak adanya Keputusan DPRD Tingkat I Sulteng
di Poso Tahun 1964. Atas dasar keputusan tersebut maka diambil langkah-
langkah positif oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan
Pemerintah Dati II Donggala guna mempersiapkan segala sesuatu yang
ada kaitannya dengan kemungkinan Kota Palu sebagai Kota Administratif.
Usaha ini diperkuat dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Sulteng Nomor
225/Ditpem/1974 dengan membentuk Panitia Peneliti kemungkinan Kota
Palu dijadikan Kota Administratif, maka pemerintah pusat telah berkenan
menyetujui Kota Palu dijadikan Kota Administratif dengan dua kecamatan
yaitu Palu Barat dan Palu Timur.

Berdasarkan landasan hukum tersebut maka pemerintah Kota


Palu memulai kegiatan menyelenggarakan pemerintahan di wilayah
berdasarkan fungsi sebagai berikut :

 Meningkatkan dan menyesuaikan penyelenggaraan pemerintah


dengan perkembangan kehidupan politik dan budaya perkotaan.
 Membina dan mengarahkan pembangunan sesuai dengan
perkembangan social ekonomi dan fisik perkotaan.
 Mendukung dan merangsang secara timbal balik pembangunan
wilayah Provinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi Tengah pada umumnya
dan Kabupaten Dati II Donggala

Hal ini berarti pemerintah wilayah Kotif Palu menyelenggarakan


fungsi-fungsi yang meliputi bidang-bidang :

1. Pemerintah
2. Pembina kehidupan politik, ekonomi, social budaya perkotaan
3. Pengarahan pembangunan ekonomi, social dan fisik perkotaan

25
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tanggal 12 Oktober
1994, Mendagri Yogi S Memet meresmikan Kota madya Palu dan
melantik Rully Lamadjido, SH sebagai wali kotanya. Kota Palu terletak
memanjang dari timur ke barat disebelah utara garis khatulistiwa dalam
koordinat 0,35 – 1.20 LU dan 120 – 122,90 BT. Luas wilayahnya 395,06
km2 dan terletak di Teluk Palu dengan dikelilingi pegunungan. Kota Palu
terletak pada ketinggian 0 – 2500 m dari permukaan laut dengan keadaan
topografis datar hingga pegunungan. Sedangkan dataran rendah umumnya
tersebut disekitar pantai. (sumber : http://palukota.go.id)

Adapun nama-nama Wali Kota sejak pertama sampai sekarang


sebagai berikut :

1. Kisman Abdulah 1978-1986 (Wali Kota Administratif Palu)


2. Sahbudin Labadjo 1986-1994 (Wali Kota Administratif Palu)
3. Rully A. Lamadjido 1994-2000 (Wali Kota Palu)
4. Baso Lamakarate 2000-2004 (Wali Kota Palu)
5. Suardin Suebo 2004-2005 (Wali Kota Palu)
6. Rusdi Mastura 2005-2015 (Wali Kota Palu Dua Periode)
7. Moh. Hidayat Lamakarate 2015-2016 (Pelaksana tugas Walikota)
8. Hidayat 2016-2021 (Wali Kota Palu)
9. Hadianto Rasyid 2021 samppai sekarang
2. Keadaan Geografis Kota Palu

Kota Palu sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tengah terletak pada


kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu. Wilayahnya terdiri dari lima
dimensi yaitu wilayah pegunungan, lembah, sungai, teluk dan lautan. Secara
astronomis, Kota Palu berada antara 0°,36”-0°,56” Lintang Selatan dan
119°,45” – 121°,1” Bujur Timur, sehingga tepat berada digaris Khatulistiwa
dengan ketinggian 0-700 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Kota
Palu mencapai 395,06 kilometer persegi yang terbagi menjadi delapan
kecamatan.

26
Batas-batas administrasi Kota Palu adalah sebagai berikut :

- Utara : Kabupaten Donggala


- Selatan : Kabupaten Sigi
- Barat : Kabupaten Donggala
- Timur : Kabupaten Donggala dan Kabupaten Prigi Mautong
Letak Kota Palu berbentuk memanjang dari timur ke barat terdiri
dari dataran rendah, dataran bergelombang dan dataran tinggi. Berdasarkan
topografinya, wilayah Kota Palu dapat dibagi menjadi 3 zona ketinggian
yaitu:

- Sebagian kawasan bagian barat sisi timur memanjang dari arah utara ke
selatan, bagian timur ke arah utara dan bagian utara sisi barat
memanjang dari utara ke selatan merupakan dataran rendah/pantai
dengan ketinggian antara 0 – 100 m di atas permukaan laut.
- Kawasan bagian barat sisi barat dan selatan, kawasan bagian timur ke
arah selatan dan bagian utara ke arah timur dengan ketinggian antara
100 – 500 m di atas permukaan laut.
- Kawasan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500 m di atas
permukaan laut.

Adapun pembagian wilayah menjadi empat, yaitu :


1. Kecamatan Palu Barat mencakup 15 Kelurahan

 Duyu  Lere
 Ujuna  Kabonena
 Nunu  Tipo
 Boyaoge  Buluri
 Balaroa  Silae
 Donggala Kodi  Watusampu
 Kamonji  Siranindi
 Baru

2. Kecamatan Palu Selatan mencakup 12 Kelurahan

 Tatura  Kawatuna
 Birobuli  Tanamodindi
 Petobo  Lolu Utara

27
 Tawanjuka  Lolu Selatan
 Palupi  Sambale Juraga
 Pengawu  Tamalanja

3. Kecamatan Palu Timur mencakup 8 Kelurahan

 Lasoani  Tondo
 Poboya  Besusu Tengah
 Talise  Besusu Timur
 Besusu Barat  Layana Indah

4. Kecamatan Palu Utara mencakup 8 Kelurahan

 Mamboro  Panau
 Taipa  Lambara
 Kayumalue Ngapa  Baiya
 Kayumalue Pajeko  Pantoloan

(sumber : http://palukota.go.id)

3. Letak Geografis Palu Timur

Kecamatan Palu Timur tepat berada di tengah kota terletak pada


posisi antara 0°44’50” dan 0°49’50” Lintang Selatan serta 119°50’00” dan
119°56’10” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Palu Timur sebagian besar
diapit oleh batas darat antara dua kecamatan, separuh dibatasi oleh satu
kecamatan yang dipisahkan oleh Sungai Palu, dan sisanya berbatasan
langsung dengan Teluk Palu. Secara administrasi Kecamatan Palu Timur
dibagi menjadi 5 kelurahan dengan luas dataran keseluruhan adalah 601
hektar Batas-batas Kecamatan Palu Timur secara administrasi yaitu
sebelah utara (Teluk Palu dan Kecamatan Mantikulore), sebelah timur
(Kecamatan Mantikulore), sebelah selatan (Kecamatan Palu Selatan),
sebelah barat (Kecamatan Palu Barat).

28
Tabel 41. Kondisi Fisik Kecamatan Palu Timur

No. Jenis Data Jumlah/Keterangan


1 Luas Wilayah 601 Hektar
2 Ketinggian Tempat 0-50 Mdpl
3 Iklim
a. Curah Hujan 8,8 mm – 87,1 mm
b. Kelembaban Udara 71,5 – 79%
c. Suhu 23,1 – 35,6 oC
4 Derajat Keasaman Tahan Brown Forest Soil dan
Alluvial, pH (5,0 – 8,4)
5 Topografi Relatif Datar
6 Kemiringan 0-8%
Sumber : BPS Kota Palu 2023

4. Letak Geografis Kelurahan Besusu Tengah

Kelurahan Besusu Tengah memiliki batas-batas geografis dan


administratif wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan: Kelurahan Talise


 Sebelah Timur berbatasan dengan: Kelurahan Besusu Timur
 Sebelah Selatan berbatasan dengan: Kelurahan Lolu Utara
 Sebelah Barat berbatasan dengan: Kelurahan Besusu Barat
Kelurahan Besusu Tengah terletak pada ketinggian antara 0-5
meter, dengan luas wilayah 2,26 Km². Dan terbagi atas 14 Rukun
Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW).
5. Keadaan Demografis
Berdasarkan proyeksi penduduk (Kota Palu Dalam Angka
2023), Kota Palu berpenduduk sebanyak 382,017 yang terdiri atas
penduduk laki-laki sebanyak 191,478 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 190,539 jiwa.
Berikut gambaran penduduk Kota Palu tahun 2023, tersaji dalam
table berikut:

29
Tabel 4.2. Penduduk Kota Palu dirinci menurut Jenis
Kelamin pada setiap kecamatan tahun 2023

Jumlah Penduduk
No Kecamatan
(Jiwa)

1. Palu Timur 44,428


2. Palu Barat 47,647
3. Palu Selatan 71,597
4. Palu Utara 25,041
5. Ulujadi 36,156
6. Tatanga 53,463
7. Tawaeli 23,342
8. Mantikulore 80,343
Jumlah 382,017
Sumber: dukcapil.palukota.go.id
Tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk terbesar bermukim di
kecamatan Mantikulore mencapai 80,343 jiwa dari total penduduk Kota
Palu. Besarnya jumlah penduduk yang bermukim di Mantikulore ini tidak
terlepas dari posisi Kecamatan Mnatikulore yang berada di tengah-tengah
kota palu, sehingga pusat-pusat pemukiman penduduk yang
padat, ,fasilitas layanan ekonomi seperti toko, kios dan pusat-pusat
perbelanjaan, fasilitas pemerintah (khususnya fasilitas Pendidikan) yang
besar berada di Kecamatan Mantikulore Universitas Tadulako sebagai
salah satu perguruan tinggi terbesar yang ada di Kota palu. Dengan
jumalah mahasiswa yang sudah di atas 30 ribuan ditambah dengan tenaga
pengajar (Dosen) serta pegawai yang juga ribuan jumlahnya. Tentu
mahasiswa, dosen dan pegawai banyak yang bermukim di Kecamaan
Mantikulore, utamanya di kelurahan Tondo. Demikian pula dengan
beberapa Sekolah Lanjutan dan Kejuruan yang berada di Kecamatan
Mantikulore. Semua komponen tersebut berpengaruh langsung terhadap
besaran penduduk yang bermukim di Kecamatan Mntikulore.
Jumlah penduduk terbesar kedua adalah Palu selatan yang
mencapai 71,597 jiwa disusul dengan penduduk yang bermukim di
Kecamatan Tatanga yang menacapai 53,463 jiwa dari total penduduk Kota
Palu. Kemudian disusul oleh Kecamatan Palu barat dengan jumlah
penduduk 47,647 jiwa yang berada di posisi ke empat. Untuk Kecamatan

30
Palu timur sendiri mengalami penurunan jumlah penduduk dari yang
awalnya tahun 2017 sebanyak 70,378 jiwa sekarang di tahun 2023 menjadi
44,428 jiwa. Diposisi ke enam ada Kecamatan Ulujadi dengan jumlah
penduduk 36,156 jiwa. Kemudian Kecamatan Palu utara berada di posisi
ke tujuh dengan jumlah penduduk 25,041 jiwa. Sedangkan Kecamatan
Tawaeli menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu
23,342 jiwa.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin hari
pertumbuhan penduduk di Kota palu mengalami peningkatan, selain
karena faktor kelahiran, faktor migrasi juga sangat berpengaruh.
Perkembangan kota palu yang banyak membuka peluang-peluang kerja
dan usaha, utamanya di sektor informal secara langsung menjadi salah satu
daya Tarik bagi orang-orang untuk bermigrasi ke Kota Palu. Salah satu
diantaranya adalah semakin maraknya dibuka pusat-pusat kuliner skala
kecil seperti cafe, rumah makan dan tempat jajanan.
Hadirnya pusat-pusat kuliner tersebut secara langsung membuka
peluang kerja bagi banyak orang, apalagi bagai kalangan pencari kerja usia
belia (tamatan SLTA/SMK) yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi,
banyak meminati lapangan kerja tersebut. Inilah salah satu aspek yang
menjadi pemicu tingginya pertumbuhan di Kota Palu selain aspek lainnya.

6. Data Cafe di Kota Palu


Menurut data yang diperoleh dari BPS Kota Palu 2022 untuk
jumlah usaha mikro kecil di Kota Palu sebegai berikut:
Tabel 4.3 Data Café di Kota Palu Tahun 2022
Kecamatan Warung/Kedai makan 2022
Palu Barat 492
Tatanga 244
Ulujadi 150
Palu Selatan 725
Palu Timur 306

31
Mantikulore 603
Palu Utara 157
Tawaeli 4
Kota Palu 2681
Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan
penelitian di Café 168 Kota Palu yang berada di Kecamatan Palu Timur.
7. Profil Café 168
Café 168 merupakan salah satu usaha mikro kecil bidang
Kuliner yang menyediakan berbagai macam menu makanan dan
minuman dengan tempat yang nyaman dan fasilitas yang serta tempat
parkir yang aman. Cafe 168 Kota Palu terletak di Jalan Setia Budi No. 5
Kelurahan Besusu Tengah Kecamatan Palu Timur Kota Palu, Sulawesi
Tengah. Yang berada di antara sebuah gedung, di sebelah kanan
berdampingan dengan Coffe Malino Kopi milik salah satu warga. Sebelah
kiri berdampingan rumah warga. Sebelah selatan terdapat terdapat lampu
merah Moh. Hatta yang merupakan jalan utama jalur dua jl. Moh. Hatta.
Letak Café 168 berada di tengah-tengah kota palu dan sangat strategis.
Café 168 sendiri berdiri pada tahun 2017.
Café 168 memiliki fasilitas seperti mini bar, panggung untuk
live music serta tempat makan outdor dan tempat makan yang berada di
gazebo-gazebo yang bergaya modern. Bukan hanya itu saja, café 168 juga
mempunya fasilitas lain di dalamnya seperti diskotik dan tempat karaoke.
Tetapi untuk diskotik dan karaoke berada di dalam ruangan terpisah
dengan cafenya. Hal inilah yang membuat café 168 menjadi salah satu
tempat elit dan banyak diminati oleh masyarakat yang gemar
menghabiskan waktu di malam hari. Jumlah tenaga kerja baik laki-laki
maupun wanita café 168 sebanyak 36 orang, yang terbagi atas 2 orang
sebagai manager, 9 orang pekerja wanita dan 27 orang pekerja laki-laki.
Dengan pembagian kerja yaitu maneger, kasir, reception, cs,
waiter/waitress dan satpam seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Jumlah Karyawan Beserta Jabatanya di Café 168

32
Jumlah Karyawan
No Jabatan
Laki-laki Perempuan
1. Manager 1 1
2. Kasir 1 2
3. Resepsionis 1 1
4. Waiters 12 3
5. Cleaning Service (CS) 4 2
6. Satpam 8 0
Sumber data: Di ambil dari wawancara dengan Adit pada tanggal 17 Desember 2023

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahawa yang bertugas sebagai


Waiter dan Waitress memiliki jumlah karyawan terbayak di antara
karyawan yang lainnya. Sementara pekerja perempuan hanya
diperuntukkan sebagai waiters sebanyak 3 orang, sedangkan reception
hanya dikerjakan oleh laki-laki. Masing-masing karyawan memiliki tugas
masing-masing seperti:

1. Manager: Bertugas mengawasi semua karyawan yang ada di Café 168


2. Kasir: Bertugas melayani pengunjung yang igin memesan ruangan
serta tempat membayaran baik ruangan, makanan atau minuman yang
telah dipesan oleh pengunjung. Kasir dituntut untuk bersikap ramah,
murah senyum serta berwawasan luas dan cakap dalam berbicara.
3. Resepsionis: Bertugas mengantar pengunjung ke meja maupun
ruangan ruangan yang disediakan.
4. Waiter: Bertugas sebagai pelayan apabila ada pengunjung yang
memesan makanan atau minuman. Konon, Waitress atau Waiter inilah
yang memiliki pekerjaan paling berat diantara pembagian kerja di
Café 168, karena harus membawa makanan serta minuman ke
berbagai meja serta ruangan diskotik dan karauke mulai dari lantai
dasar hingga lantai atas.
5. Satpam: Bertugas menjaga keamanan tempat karaoke, mereka
biasanya berdiri tepat di depan pintu masuk Café 168 dan memeriksa
barang bawaan semua pengunjung.

Dari ke lima pembagian kerja karyawan, terdapat tiga orang


waiters perempuan dari 31 karyawan yang memiliki jam kerja 9 jam,

33
biasanya dalam sehari bekerja mulai pukul 19:00-04:00 Wita, khusus
untuk resepsionis biasanya di kerjakan oleh laki-laki yang berjumlah satu
orang. Namun hal tersebut sudah tidak berlaku saat ini, biasanya antara
waiter dan reception mereka sering kali bergantian atau saling tukar.

4.1.2 Profil Informan

Sebagaimana telah ditentukan sebelumnya bahwa informan dalam


penelitian ini berjumlah 3 orang. Profilnya adalah sebagai berikut:

1. Yuni panggilan sehari-hari yang beragama Islam, usia 24 tahun etnis


Buol lahir di Buol pada tanggal 2 Januari 1999 merupakan anak ke
pertama dari 2 bersaudara. Pendidikan Yuni adalah SMA yang tamat
pada tahun 2017 . Yuni mengaku tidak dapat melanjutkan Pendidikan di
perguruan tinggi karena tidak punya biaya, masih ada adiknya yang harus
di biayai, oleh karena itu Yuni memilih untuk bekerja.
2. Cinta usia 20 Tahun beragama islam, merupakan etnis Kaili yang lahir di
Palu 10 September 2000. Cinta merupakan anak pertama dari 3
bersaudara, ia tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Palu.
Cinta melanjutkan jenjang pendidikannya di salah satu universitas yang
ada di Kota Palu dan sudah semester akhir, karena faktor ekonomi dan
keterbatasan biaya terpaksa cinta harus bekrja oleh karena itu Cinta
mencari kerja agar dapat membiayai dirinya sendiri dan tidak terlalu
merepotkan orang tua.
3. Ayu merupakan perempuan kelahiran Kolonodale 5 April 2002, Ayu
beragama Kristen yang merupakan etnis Mori. Ayu merupakan anak
terakhir dari 5 bersaudara, Pendidikan terakhirnya SMA dan ia lebih
memilih bekerja dari pada melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Latar Belakang Pekerja Perempuan (waiters) di Café 168 Kota
Palu

34
Dalam bekerja tempat menjadi salah satu hal yang sangat
diperhatikan, terutama bagi mereka para pekerja perempuan. Seperti yang
telah di bahas sebelumnya disini menjadikan objek cafe tempat untuk
perempuan bekerja tidaklah menjadi permasalahan yang cukup besar dan
pemilihan tempatnya juga tergantung dengan keberuntungan yang didapat.
Seperti yang di ungkap oleh Yuni yang menceritakan awal mulannya bekerja
di café 168 Kota Palu.

“Alasan saya bekerja di café cukup sederhana dikarenakan pada


awalnya saya melamar pekerjaan ada di berapa tempat sekaligus.
Akan tetapi, kebetulan ada sudara saya yang bekerja di café 168
sehingga saya bisa bekerja di café 168 Kota Palu.” (17 Desember
2023)

Sebelum menentukan pilihan dimana akan bekerja dibutuhkan


kesiapan untuk menghadapi setiap permasalahan yang akan dihadapinya.
Dimana cafe menjadi tempat yang umum ramai dikunjungi oleh siapa pun
dan kapan pun itu. Tidak terlepas dengan alasan Yuni di atas yang bekerja di
waktu malam hari, Cinta yang merupakan salah satu mahasiswa semester
akhir yang bekerja juga mengatakan alasan dia menjadikan cafe 168 menjadi
tempat untuk dia bekerja adalah karena ketenggangan waktu yang bisa
dilakukan. Sehingga pekerjaaan yang dia lakukan tidak mengganggu tugas
akhir yang sedang dia jalani. Singkatnya dia bisa melakukan kewajibannya
untuk mengerjakan tugas akhirnya setengah hari dan bekerja pada malam
harinya. Jam kerja memiliki peranan yang penting bagi perempuan yang telah
berstatus sebagai mahasiswa untuk masuk dalam tenaga kerja maupun tidak.
Dimana adanya peran utama untuk berkuliah, ini semua akan memberikan
tanggung jawab kepada perempuan sebelum memutuskan untuk masuk dalam
dunia pekerjaan. Cinta mengungapkan:

“Sebelum saya memutuskan untuk bekerja, saya mengatur


dahulu waktu saya yang mana saya harus membagi antara
kewajiban saya yang berkuliah dengan bekerja. Dimana, jika
saya bekerja di toko pakaian semacamnya atau bahkan di
perkantoran pula mereka juga membutuhkan pekerja yang
bekerja sepanjang hari tetapi saya tidak bisa, karena saya pagi

35
sampai siang terkadaang harus ke kampus. Akan tetapi, di café
168 Kota Palu tempat saya bekerja jam kerja mereka di malam
hari sehingga tidak menggangu kegiatan di siang hari.” (18
Desember 2023)
Jadi bagi mereka perempuan yang memilih bekerja di cafe 168
Kota Palu sebagai tempat mereka kerja, dikarenakan cafe 168 Kota Palu
memberikan peluang mereka untuk memilih. Dengan kata sederhana dapat
memilih jam kerja pada malam hari sesuai dengan jam operasional cafe
tersebut dan mendapatkan penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur
dalam pekerjaan tersebut berdasarkan jumlah hari kerja yang dengan
tanggung jawab yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak baik itu dari
pekerja itu sendiri maupun dari pihak pemilik cafe sebelum menandatangani
kontrak yang ada. Untuk pegawai di 168 Kota Palu sendiri memiliki masa
trening jika pegawai tersebut masih baru seperti yang di ungkapkan Ayu:

“Saya sendiri masih merupakan karyawan trening karena saya


baru 2 bulan bekerja disini, masa magang di cafe 168 Kota Palu
ini selama 3 bulan dan setelah itu bisa menjadi karyawan tetap.”
(19 Desember 2023)
Tempat yang semacam inilah menjadikan alasan bagi mereka
pekerja perempuan menjadikan café 168 Kota Palu untuk mereka bekerja,
karena pihak cafe memberikan kebebasan serta kompensasi untuk para
pekerjanya memilih waktu untuk mereka bekerja. Hal tersebut juga
dibenarkan oleh salah satu owner cafe 168 Kota Palu yang beberapa
pekerjanya adalah perempuan yang menyebutkan bahwa cafe di tempatnya
mempunyai jam operasional bekerja pada malam hari. Terkhusus bagi mereka
yang perempuan dan mahasiswa pemilik cafe 168 Kota Palu memberikan
rentan waktu bekerja dengan batas waktu dari pukul 19.00 malam hingga
pukul 04.00 dini hari. Jadi, mereka hanya perlu menyesuaikan saja waktu
mereka untuk bekerja.

Dalam mengambil keputusan bagi mereka perempuan pekerja pasti


memiliki alasan dibalik itu semua, terdapat beberapa alasan yang
mempengaruhi mereka untuk bekerja baik itu dari dalam diri mereka masing-

36
masing (faktor internal), maupun dari luar diri mereka (faktor eksternal).
Dalam kajian ini penulis akan mengkaji alasan yang melatar belakangi para
perempuan bekerja di antaranya:

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh berbagai


alasan yang melatarbelakangi mereka bekerja di cafe 168 Kota Palu.

a. Memenuhi kebutuhan ekonomi


Di dalam kehidupan bermasyarakat banyak kegiatan ekonomi
diorganisir dan muncul dari perantara keluarga. Setiap anggota keluarga
langsung siap berpartisipasi dalam kegiatan langsung siap berpartisipasi
dalam kegiatan ekonomi. (Suryanto, 2004)
Kecenderungan ekonomi yang rendah mengakibatkan setiap
anggota keluarga memilki tanggung jawab untuk mencari pemasukan untuk
diri sendiri, dalam keluarga disini menciptakan dan memberikan alasan
untuk memulai untuk memulai bekerja baik itu perempuan sekalipun.
(Suryanto, 2004)
Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa perempuan
harus terjun ke dunia kerja. Keikutsertaan perempuan dalam permasalahan
ekonomi bukanlah sesuatu yang baru di dalam kehidupan bermasyarakat.
Perempuan memutuskan untuk memperoleh pekerjaan untuk mendapatkan
penghasilan dapat dikarenaka beberapa hal dan alasan lain, seperti adanya
keinginan perempuan untuk mandiri dalam bidang ekonomi maupun untuk
persoalan yaitu seperti berusaha untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan
mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi
tanggungannya dengan penghasilan diri sendiri. Kemudian, terdapat pula
adanya kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga.
Semakin banyaknya peluang perempuan untuk bekerja dan
menggunakan tenaga kerja perempuan jugalah salah satu faktor pendorong
kuat untuk perempuan bekerja. Dengan di dasarkan perekonomian yang
minim sehingga mengharuskan seseorang untuk bekerja. Demi untuk
membantu perekonomian, kemauan atau partisipasi perempuan untuk

37
mandiri di bidang ekonomi keluarga dilakukan hanya untuk berusaha
membiayayai kebutuhan hidupnya serta memenuhi tanggung jawab yg dia
tanggung.
“Saya bekerja untuk membantu meringankan beban orang tua
saya, dikarenakan penghasilan kerja ibu dan ayah saya yang
hanya seorang petani dan buruh serabutan terkadang sulit untuk
bertahan dengan saya yang kuliah dan adik saya yang sedang
sekolah membuat saya bertekat untuk bekerja membantu
beringankan bebannya untuk menyekolahkan saya dengan adik
saya, setidaknya saya bisa menghidupi diri sendiri dari hasil
bekerja” (18 Desember 2023)

Ungkapan tersebut di ucapkan oleh Cinta yang sudah 8 bulan


bekerja hanya demi untuk membantu perekonomian keluarganya.
Singkatnya, bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bekerja,
bersekolah, dan mengurus rumah tangga serta bertanggung jawab dan
bergantung pada jumlah tanggungan keluarga yang bersangkutaan. Jika
dilihat semakin banyak banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin
tinggi pula tingkat keikut campuran perempuan demi membatu
perekonomian keluarga.
Berbeda halnya dengan Ayu, keluarga Ayu termasuk keluarga
sederhana bisa dibilang mampu, Ayu menuturkan:
“Saya bekerja hanya untuk mengisi waktu luang saja, orang tua
saya sudah berulang kali menyuruh saya untuk kuliah tapi saya
masih ingin beristirahat dan mencari pengalaman terlebih dahulu
dengan bekerja.” (19 Desember 2023)
Sedangkan Yuni yang sudah 1 tahun bekerja di café 168 Kota
Palu menuturkan alasannya bekerja sama seperti Cinta.

“faktor ekonomi keluraga yang mengharuskan saya mau tidak


mau harus bekerja dari pada melanjutkan Pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, masih ada adik-adik saya yang harus
di biayai karena saya yatim, Ayah saya sudah meninggal jadi
hanya tinggal ibu saya yang membiyayai anak-anaknya.
Sehingga saya harus membantu ibu saya membiayai kehidupan
sehari-hari. (17 Desember 2023)

b. Tren mengikuti gaya hidup

38
Melakukan suatu kegiatan atau aktivitas secara ikut-ikutan zaman
sekarang tidaklah menjadi sesuatu yang aneh kita lihat, banyak seseorang
melakukan sesuatu dikarenakan ingin ikut seperti apa yang orang lakukan,
ingin terlihat lebih sama dan tidak ingin ketinggalan itu alasan utamanya
mengapa orang sering ikut-ikutan terlebih untuk gaya hidup. Gaya hidup
yang ditampilkan dan mengikuti karena adanya dorongan ingin terlihat sama
dan lebih dari orang lain dan yang ditampilkan antara kelas sosial satu
dengan kelas sosial yang lain, bahkan ada kecenderungan masing-masing
individu untuk mengembangkan gaya hidup yang eksklusif dan
membedakan dirinya dengan kelas yang lain. (Suryanto, 2004)

Gaya hidup lain yang tidak sama satu dengan yang lain adalah
dalam segi berpakaian maupun atribut lainnya yang bersifat lebih objektif.
Dengan secara lebih sfesifik melihat dengan finansial yang keterbatasan,
sehingga mengharuskan seseorang untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan
gaya hidupnya.

“Karena saya tipe orang yang suka dengan (fashion), sementara


Orang tua saya memberikan uang saku untuk saya terbatas, tapi
untuk saya pribadi uang segitu tidak cukup untuk memenuhi
kebutuah sehari-hari saja, dan untuk memenuhi kebutuhan saya
yang seperti itu saya harus mencari uang sendiri tanpa meminta
dan membebani orang tua saya, ya salah satunya dengan cara
saya bekerja disini, selain bisa menambah uang untuk memenuhi
kehidupan saya ya adalah saya sisipkan gaji saya untuk orang
tua saya walaupun hanya sedikit.” (18 Desember 2023)
Cinta yang mengungkapkan alasan keduanya yang tertera di atas
yang menjadikan gaya hidup yang dia jalani sebagai alasan untuk dia
bekerja di cafe 168 saat ini. Seperti itu juga dengan bekerja ada dari sekian
alasan yang ditanyakan mengapa bekerja dia hanya ingin ikut-ikutan dan
berkaitan dengan kebutuhan gaya hidup saja tidak terpaut seperti yang
menjadikan alasan perekonomian menjadi alasan mereka untuk bekerja.
Ayu yang merupakan salah satu pekerja yang memulai bekerja dengan
alasan yang hanya sekedar ikut-ikutan saja.

39
“Melihat dan mendengar keseruan teman saya saat bekerja dan
menghasilkan uang sendiri, saya juga meresa ingin ikut bekerja
dengan mereka dan ketika saya mengatakan saya juga ingin
bekerja dan bagusnya pada tidak lama setelah itu teman saya
menawarkan pekerjaan di tempat dia bekerja, merasa cocok
hingga saat ini saya bekerja dari pada saya hanya menganggur
dirumah karena tidak mau kuliah.” (19 Desember 2023)
Terdengar sangat sederhana alasan Ayu untuk dia memulai
memutuskan bekerja, siapa sangka dengan alasan tersebut Ayu mampu
mengubah sesuatu yang ada pada dirinya dan lebih banyak mendapatkan
pengalaman dan bahkan bisa mengubah siklus pendapatan ekonomi untuk
keluarga dan diri sendiri. Beda lagi halnya dengan Yuni dia mengatakan:

“Kalau saya tidak mengukiti tren, saya sendiri bekerja


memang atas kemauan saya sendiri dan bertujuan membantu
perekonomian keluarga.” (17 Desember 2023)
c. Tidak ada peluang kerja yang tepat
Perempuan merupakan potensi keluarga yang memiliki semangat
akan tetapi tak berdaya sehingga perlu diberdayakan oleh orang
disekitarnya. Kebijakan yang bisa dilakukan untuk membantu perempuan
bekerja juga adalah dilakukan dengan memberi motivasi, pola pendamping
usaha, pelatihan keterampilan, penyuluhan kewirausahaan ini dapat
membekali perempuan agar dapat bekerja, berusaha dan dapat memiliki
penghasilan.
Banyak juga, perempuan terhambat keinginannya bekerja di
karenakan peluang kerja yang terbatas dan hanya dapat bekerja di tempat
tertentu secara umum dapat bekerja. Cinta juga mengatakan hal tersebutlah
yang menjadikan dia sekarang hanya bisa bekerja di cefe 168 Kota Palu,
dengan pengelaman yang terbatas dan dibatasi juga dengan dia yang hanya
seorang mahasiswa.
“Dengan saya yang masih mahasiswa pasti susah untuk
mendapatkan lapangan yang sesuai dengan kondisi saya
apalagi saya harus bolak balik ke kampus, jadi ya menurut
saya dengan bekerja di café 168 Kota Palu sudah tepat dengan
waktu yang saya miliki sekarang.” (18 Desember 2023)

40
Begitu juga yang di ungkapkan oleh Yuni yang hanya sebagai
perempuan yang biasa tidak sedang berkuliah:
“Mendapatkan pekerjaan disini (café 168 Kota Palu)
sudah cukup untuk saya dikarenakan peluang kerja yang
lain tidak ada atau kurang pas untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari disini saya sangat merasa nyaman gajinya juga
lumayan kadang dapat 2 kali lipat gaji kalau ada acara
tertentu.” (17 Desember 2023)

Tidak adanya peluang kerja yang cukup bagi pekerja perempuan


mengharuskan mencari tempat kerja yang tidak harus mempekerjakan
pekerja nya dengan kriteria tertentu. Didukung dengan kebutuhan yang
harus dipenuhi yang mengharuskan mencari pekerjaan yang tidak
menargetkan serta mengharus kan dengan kriteria tertentu.
“Saya sendiri merasa lebih nyaman bekerja di café dari pada
tempat kerja yang lain misalnya di toko-toko, menurut saya
bekerja di toko atau tempat lain lebih cape karena harus bekerja
dari pagi sampai sore hari dan saya pribadi lebih senang
beraktivitas atau bekerja pada malam hari.” (19 Desember 2023)

Ungkap Ayu yang merasa lebih nyaman bekerja di malam hari


dan juga peluang untuk bekerja di café lebih besar dari pada di tempat lain
dengan Pendidikan yang hanya lulus SMA. Susahnya mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan keinginan bahkan dengan pendidikan yang minim.
Akan tetapi, baiknya mayoritas dari kebanyakan dari cafe yang berada di
kota Palu mereka mempersepsikan bahwa mereka tidak mengharuskan
pekerjanya harus berpendidikan tinggi, siapa, serta latar belakngnya apa,
disini mereka hanya memegang dengan konsep bekerja dengan jujur, bersih
dan disiplin.

4.2.1 Kegiatan Pekerja Perempuan di Café 168 Kota Palu


Untuk dapat memahami secara keseluruhan bagaimana kegiatan
pekerja perempuan di café 168 kota palu tersebut, peneliti membagi kedalam
beberapa indikator utama yaitu:

1. Jam Kerja

41
Jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya
pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk
bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan
konsekuensi mengorbankan penghasilan yang seharusnya ia dapatkan,
kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam kerja Panjang ataupun
pendek adalah merupakan keputusan individu. (Nicholson dalam Wicaksono,
2011)

Jam kerja dalam Penelitian ini jumlah atau lamanya waktu yang
dilakukan pekerja perempuan untuk bekerja pada malam hari di café 168
Kota Palu. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang akan datang merupakan
langkah-langkah memperbaiki pengurasan waktu. Apabila perencaan
pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat dijadikan panduan
untuk menentukan bahwa pekerjaan yang dijalankan adalah selaras dengan
sasaran yang ingin dicapai. Dengan adanya pengurasan kegiatan-kegiatan
yang hendak dibuat, seseorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya.
Perempuan yang bekerja di café 168 kota palu mulai bekerja mulai pukul
19.00 sampai dengan 04.00 pagi sehingga kegiatan para pekerja perempuan
(waiter) setelah bekerja ada bermacam-macam, ada yang setelah bekerja
istirahat ada juga yang melanjutkan aktivitas lainnya seperti kuliah atau
mengerjakan tugas akhirnya. Hal ini dibenarkan oleh Yuni yang mengatakan:

” Disini saya bekerja selama 9 jam dari malam hingga subuh, jadi
setelah bekerja saya hanya tidur dan istirahat di kos sebelum
akhirnya bekerja lagi dimalam hari.” (17 Desember 2023)
Jam kerja yang diterapkan di café 168 memang mengharuskan para
karyawannya untuk kuat begadang akan tetapi mereka tidak full satu minggu
bekerja, ada waktu dimana para karyawan diberikan untuk off bekerja, maka
tidak heran jika setelah bekerja mereka memilih untuk hanya beristirahat
seharian di kos mereka.

“Kalau saya setelah 9 jam bekerja biasanya saya sempatkan untuk


membuka dan mengerjakan tugas akhir saya, jika waktunya
bimbingan biasanya saya hanya tidur 3 jam kemudian kekampus.

42
Setelah dari kampus baru saya melanjutkan istirahat saya sebelum
beraktivitas Kembali di tempat kerja tapi kalau tidak ada urusan di
kampus saya habiskan waktu seharian untuk beristirahat.” (18
Desember 2023)

Ungkap Cinta yang kegiatan setelah bekerja ia manfaatkan untuk


mengerjakan tugas akhir dan pergi ke kampus untuk bimbingan dengan
dosennya pembimbingnya. Sama halnya seperti Ayu ketika di wawancara ia
mengatakan:
“kalau saya kan memang lebih suka begadang jadi
menurut saya bekerja 9 jam di cafe 168 Kota Palu ya biasa
saja. Soalnya sudah biasa makanya saya lebih senang kerja
di malam hari tidak panas juga.” (19 Desember 2023)

Tidak hanya jam kerja pelayanan dalam sebuah cafe biasanya


sangat berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena kenyamanan dan
pelayanan yang diberikan akan berpengaruh besar terhadap pelanggan dan
juga meningkatkan jasa pelayanan yang diberikan akan menambah atau
menaiki loyalitas pelanggan. Sebagai pemiliki cafe harus bisa membuat
pelanggan tertarik dan datang ke cafenya dengan menyediakan berbagai
bentuk pelayanan kepada pelanggannya. Sebagai seorang pelayan (waiter)
tidaklah mudah, butuh suatu keahlian untuk memberikan pelayanan yang bisa
menarik perhatian pelanggan.

2. Kegiatan Pekerja Perempuan (Waiters)

Cafe 168 Kota Palu yang memiliki pelayan (waiter) yang


merupakan seorang pelayan yang tugasnya seperti tempat cafe atau restoran
lainnya, yaitu melayani pelanggan dalam bentuk menghidangkan makanan
dan minuman sesuai dengan permintaan pelanggan dan juga membersihkan
tempat tersebut.

“Pekerjaan yang saya lakukan ya begitu memberikan menu


kepada pelanggan kemudian mengantarkan makanan pesanan
kepada pelanggan baik di dalam cafe atau di dalam diskotiknya”
(19 Desember 2023)

43
Ungkap Ayu yang menjelaskan pekerjaanya selama dia bekerja di
cafe 168. Cinta juga menambahkan sebagai pelayan di café 168 yang
beroperasional pada malam hari:

“Kami tidak hanya menghidangkan makanan dan minuman


seperti pelayan lain tetapi di sini mereka juga menawarkan
jasa pelayanan khusus contohnya seperti menawarkan
minuman beralkohol kepada pelanggan yang masuk ke
bagian diskotik di dalam café 168.” (18 Desember 2023)
Hal tersebut dibenarkan oleh Yuni yang sudah lumayan lama
bekerja di café 168 Kota Palu.

”Selain melayani pelanggan di cafenya saya juga biasa


melayani pelanggan yang ada di diskotik ketika mereka
memesan menu, terus kita harus memiliki skill menawarkan
minuman agar pelanggan mau membeli minuman alkohol yang
mahal” (17 Desember 2023)
Cafe 168 Kota Palu memang memiliki sedikit perbedaan seperti
yang sudah di bahas sebelumnya, cafe 168 sendiri memiliki diskotik di
dalamnya tidak seperti café lain yang hanya menyediakan tempat untuk
kuliner.

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan,


untuk gaji yang mereka dapatkan perbulannya untuk karyawan trening
mendapatkan gaji sejumlah 1,2 juta untuk yang sudah menjadi karyawan tetap
mendapatkan gaji 1,8 juta. Gaji tersebut tidak menentu seperti yang di
ungkapkan Yuni pada saat diwawancara:

“Kadang 1 bulan saya mendapat 2 kali gaji jadi ya sebulan


saya bisa dapat sampai 3 juta, itu karena kadang di café 168
Kota Palu sering mengadakan acara-acara di diskotik
misalnya mendatangkan DJ terkenal jadi pengunjung bisa
mencapai 2 kali lipat.” (17 Desember 2023)
Hal ini yang membuat para pekerja senang bekerja di café 168 Kota
Palu, karena mereka sering mendapatkan uang tambahan di luar gaji
pokoknya. Cinta yang seorang mahasiswa juga mengatakan pada saat
wawancara:

44
“saya sangat bersyukur bekerja disini karena bisa mendapatkan
uang lebih kalau hanya bekerja di café biasa gajinya tidak
sebesar seperti bekerja disini, kalau saya ya kadang terima
sampai 1 juta uang tambahan diluar gaji pokok saya.” (18
Desember 2023)
Untuk Ayu yang memang hanya menghidupi kehidupannya sendiri
dia mengatakan:

“Dengan hanya bekerja disini saya merasa sangat cukup,


soalnya kan saya hanya menghidupi diri saya sendiri disini
paling ya cuma bayar kos, jadi ya untuk gaji 1,2 karena
masih magang tapi kadang ada tip-tip dari pengunjung
cukup lah buat kehidupan sehari-hari. Soalnya saya biasa
dapat tip sampai 500 ribu lebih.” (19 Desember 2023)
3. Pandangan Masyarakat Terhadap Perempuan Yang Bekerja di Café
168 Kota Palu

Kartini Kartono menerangkan bahwa persepsi merupakan proses


yang mana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu yang terjadi
dilingkungannya melalui alat indra yang dimiliki, pengetahuan lingkungan
yang didapatkan melalui interpretasindera dapat melihat dan memahami
berbagai fenomena dan kejadian informasi dan data yang ada di disekitarnya.
Jadi, pendapat seseorang di latar belakangi oleh lingkungannya melalui
penglihatan, pendengaran, penghayatan serta penciuman mereka punya.
(Inda, 2017)

Dalam studi kasus yang akan di jelaskan penulis mengumpulkan


beberapa penjelasan dari beberapa informan dan akan membahas persepsi
masyarakat kota Palu mengenai perempuan yang bekerja di café 168 dengan
melihat dari sisi sosial masyarakat.

Pada umumnya bagi seseorang yang mempunyai pekerjaan


sampingan sebagai pelayan cafe apalagi sebagai pelayan cafe di malam hari,
akan mendapat pandangan yang kurang bagus dari teman bahkan dari
masyarakat setempat, dan juga akan di jauh dari masyarakat. Masyarakat
berangapan bahwa orang yang bekerja di cafe apalagi perempuan pasti

45
mengarah ke jual diri dan juga PSK apa lagi café 168 sendiri memiliki
diskotik di dalamnya.

Semakin berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan


dalam kehidupan menuntut seseorang untuk keluar dari zona mereka masing-
masing. Perempuan bekerja, untuk saat ini di Kota Palu sudah banyak terlihat
nuansa-nuansa yang berbeda berubah menjadi kota yang padat dan memiliki
wilayah cukup luas, kehidupan yang jarang jika masyrakat untuk berinteraksi
satu dengan yang lain. Berbeda dengan susasana yang di pedesaan yang mana
mereka masih mempunyai tingkat kebersamaan yang lebih tinggi dari pada
dengan kehidupan mereka yang di kota. Sehingga dalam berbagai hal pula
kedua kelompok ini memilki sepemahaman yang berbeda dalam menanggapi
dan menyikapi sebuah hal atau peristiwa yang terjadi dilingkungannya.

Sikap yang ditunjukan oleh mereka yang melihat fenomena ini


cukup singkat mengacu pada tingkat pendidikan karena sebagian besar yang
dilihat dari keseluruhan mereka para perempuan yang bekerja di café mereka
rata-rata adalah seorang mahasiswa.

“Bekerja dan mendapat pekerjaan di kota tidaklah mudah,


terlebih bagi orang yang memiliki pendidikan yang rendah,
jadi kenapa harus mempermasalahkan tempat untuk kerja? Kan
syukur bisa mendapat pekerjaan apalagi di café disana juga
kerjanya tidak cukup berat dilakukan.” (17 Desember 2023)
Pendapat diterangkan oleh ibu Asri diatas yang berpendapat bahwa
pendidikan juga dianggap menjadi tolak ukur untuk seseorang bekerja. Akan
tetapi, pendapat yang disampaikan ibu diatas bertolak belakang dengan
penjelasan yang diberikan oleh ibu Selvi yang merupakan salah satu
pengelola café 168 Kota Palu. Memang secara keterangan yang dikatakan
oleh salah satu manager café 168 Kota Palu Adit mereka tidak
mempermasalahkan jenjang pendidikan untuk mereka mempekerjakan
pekerja di café mereka.

“Untuk secara umum pendidikan yang tinggi bukanlah


karakteristik yang baru dimiliki oleh setiap pekerja untuk bekerja

46
di café kami, karena pendidikan tidak menjamin bagaimana bisa
seseorang bisa berinteraksi dengan baik dan memiliki sopan santun
yang bagus untuk di perlihatkan saat bekerja.” (17 Desember 2023)
Pendapat semacam ini juga dikatakan oleh beberapa masyarakat
yang beranggapan sama pendidikan tidak menjadi suatu permasalahan jika
ingin untuk mendapatkan pekerjaan yang layak atau tidak layak untuk bekerja
terutama bagi mereka yang bekerja di café. Dan hal inilah yang membuat
perbadingan satu sama masyarakat dengan pemilik café tentang perempuan
yang bekerja di café.

Berbeda dengan zaman dulu banyak ke khawatiran yang terjadi di


luar rumah bagi perempuan akan tetapi untuk sekarang hal tersebut tidak lagi
menjadi sesuatu hal yang di takutkan karena semua sudah terlindungi dengan
ketentuan perempuan yang di atur oleh pemenintah, seperti contohnya dalam
pemberlakuan bagi pekerja perempuan yang bekerja dan bahkan penjaminan
untuk jadwal untuk mereka bekerja di ranah publik.

Untuk pandangan masyarat di era sekarang terhadap mereka


perempuan yang bekerja di café bukanlah hal yang cukup diperdebatkan dan
hal yang buruk untuk dilakukan, hal tersebut dikarenakan ada alasan tertentu
yang dikatakan jika kita bertanya mengapa perempuan tersebut bekerja di
café dan bagi mereka yang hidup di kota permasalahan tersebut tidaklah
menjadi masalah selama pekerjaanya tidak mengganggu pekerjaan
masyarakat lain. karena siklus mereka bekerja di kota adalah mereka pergi
pagi dan kembali bekerja pada malam hari ataupun pergi kerja di malam hari
da pulang di pagi hari sehingga mereka tidak terlalu memerhatikan apa yang
terjadi di lingkungan mereka tanggapan tersebut di katakan oleh salah satu
masyarakat setempat.

“Saya juga perempuan bekerja jadi, jika menurut saya untuk


mereka perempuan yang bekerja di café 168 tidak masalah jika pun
orang berpendapat bahwa tempat tersebut tempat yang identik
dengan laki-laki dan ada tempat untuk dugemnya, jika bisa
menjaga diri kenapa tidak?. Toh sekarang orang bekerja pergi sore
jadi mau kapan pun seseorag pulang kerumahnya atau apa pun

47
aktivitasnya berakhir di luar kita tidak pernah tau karena sibuk
dengan pekerjaan masing-masing.”
Hal tersebut di ungkapkan oleh seorang perempuan ibu Rini yang
bekerja dan sekaligus ibu rumah tangga yang kediamannya berdekatan
dengan café 168 Kota Palu. Pendapat serupa juga disampaikan oleh tukang
parkir di sekitaran café 168 Kota Palu yang mengamati pekerjaan mereka dari
luar yang mengatakan bahwa tidak cukup buruk bagi mereka perempuan
untuk bekerja di café, walaupun memang café 168 Kota Palu kerap
dikunjungi oleh laki-laki kebanyakan karena di dalamnya terdapat diskotik
akan tetapi itu semua tidak seperti yang dibayangkan karena mereka hanya
melakukan pekerjaan mereka tanpa berbuat yang tidak-tidak.

Beda halnya dengan pendapat ibu Marin dia mengungkapkan


pendapatnya tephadap perempuan-perempuan yang bekerja di café 168 Kota
Palu menurutnya perempuan-perempuan yang bekerja di café yang ada
tempat hiburan malamnya seperti café 168 rata-rata pasti di dalam para
pekerja perempuannya mempunyai pekerjaan sampingan melayani tamu-tamu
dalam tanda kutip negative.

Menjadikan kebebebasan menjadi sebuah alasan untuk


mempersepsikan sebuah pekerjaan, berbeda dengan zaman dulu dimana café
yang atau yang hanya disebut sebagai warung kopi hanya di datangi oleh laki-
laki yang secara keseluruhan tempat tersebut dipenuhi dengan laki-laki.
Sekarang sebaliknya bahwa sekarang semua tercampur kedalamnya baik itu
dari pengunjung maupun dari para pekerjanya. Bahkan, café 168 Kota Palu
mereka memprioritaskan pekerja mereka adalah perubahan, hal tersebut
dikatakan langsung oleh salah satu pemilik café Ibu Selvi yang mayoritas
pekerjanya adalah perempuan baik itu di dapur daupur, kasir, hingga Wetters.

“Awal bisnis ini dibuka café ini hanya mempekerjakan laki-laki,


dan pada suatu saat ada salah satu karyawan yang mendatangi saya
dan mengatakan bahwa ada temannya ingin ikut bekerja akan tetapi
dia perempuan “apakah boleh pak”. Untuk situasinya saya
mengizinkan dan menetapkannya di bagian kasir karena
perempuan lebih jujur menurut saya jika soal keuangan. Setelah

48
beberapa minggu pekerja yang lain datang untuk mendapatkan
pekerjaan dengan mengadakan test untuk mereka bekerja selama
seminggu dan untuk dalam waktu semingu itu saya mengamati
bahwa disini khususnya pada (wetters) dibutuhkan yang seperti ini
karena perempuan lebih terlihat ramah dan kompeten dalam
melayani tamu.” (17 Desember 2023)
Terlepas dari itu semua daya tarik suatu café adalah dengan adanya
pelayanan yang bagus suasana yang nyaman serta apa pilihan yang disajikan,
seperti yang di jelasakan oleh salah satu manager café 168 di atas faktanya
para pekerja perempuan lebih mampu membaurkan diri dengan para
pengunjung. Alasan serupa juga di katakan oleh manager café Adit:

“Prinsip saya dalam usaha saya adalah saya menginginkan para


pekerja yang disiplin, bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya, serta memiliki sopan santun. Alasan tersebutlah
yang menjadi alasan mengapa saya mempekerjakan perempuan
di café 168 ini, contohnya ketika saya menugaskan untuk laki-
laki ontime untuk membuka café mereka sering terlambat dan
sering membuat alasan bekerja terlalu lama di malam hari
sehingga tidak cukup waktu untuk tidur, dan malah
mengalihkan pekerjaan tersebut ke pekerja perempuan saja
dari situ saja sudah terlihat bagaimana perbedaan kinerja laki-
laki dan perempuan” (18 Desember 2023)
Memiliki pendapat yang sama di dengarkan juga dari pengunjung
yang mereka juga menerangkan bahwa memang pekerjaan tersebut lebih
cocok dikerjakan oleh perempuan dikarenakan perempuan terlihat ramah,
sopan dan mampu berbaur dengan pengunjung. Salah satu pengunjung Odi
yang di tanyai dengan permasalahan bagimana pendapatnya mengenai jika
perempuan bekerja di café 168 ini yang banyak pengunjungnya laki-laki dan
bahkan mereka bekerja hingga subuh dia mengatakan jawabnya:

“Menurut saya sendiri tidak masalah dan justru bagus karena


mereka bekerja cukup baik, sopan, berpakaian rapi, dan ramah
serta pelayanan yang mereka berikan bagus, tidak ada hal yang
aneh menurut saya jika perempuan bekerja dari alam hari hingga
subuh di jaman sekarang kan ya, malahan saya seneng jika
pekerja disini tu perempuan karena bagi saya sih itu jadi daya
tarik buat pengunjung juga si kalo menurut saya.” (18 Desember
2023)

49
Tidak hanya bertanya kepada para pengunjung laki-laki saya
penulis juga bertanya kepada pengunjung perempuan bagaimana mereka
menanggapi persepsi ini, Siti salah satu mahasiswa yang mengatakan dirinya
yang lebih sering menghabiskan waktunya di café 168 karena tugas
menjelaskan bahwa benar adanya jika memang benar jika mempekerjakan
perempuan lebih terlihat lebih rapi ramah dan cukup menarik jika dilihat
pelayanan juga diberikan lebih menarik dan pengunjung pun lebih merasa
nyaman saat berkunjung apalagi jam di café 168 memang beroperasi dari
malam hingga subuh. Dan menurut hasil yang banyak diketahui pendapat
tersebut juga yang banyak di katakan oleh pengunjung.

Jadi, untuk keseluruhan yang didapat dari hasil wawancara yang


dilakukan untuk sejauh ini pandangan masyarakat terhadap mereka yang
bekerja di café merupakan pekerjaan yang wajar untuk dilakukan dan hal
mereka mempunyai kualitas dan kuantitas yang bagus saat bekerja, hal
tersebut sewajarnya dilakukan tanpa mengganggu dan merugikan orang lain
serta dapat menjaga diri saat bekerja.

4. Ketidakadilan Gender yang dialami para pekerja perempuan selama


bekerja di café 168 Kota Palu
Untuk memutuskan bekerja seseorang harus mampu memikirkan
apa pun yang terjadi kedepannya karena secara umum setiap pekerjaan
memiliki aturan serta konsekuensinya. Begitu pula bagi mereka yang menjadi
pekerja dalam suatu pekerjaan mereka meliki hak dan perlindungan dari
tempat mereka bekerja.
Isu ketidakadilan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan di
kalangan masyarakat telah memasuki pembahasan yang cukup sering dibahas.
Pro-kontra dalam menyikapi konsep melahirkan pemahaman yang beragam,
yang disebabkan oleh kontruksi sosial yang membentuk dan mempengaruhi
perspektif mereka. (Mufidah, 2010)
Permasalahan isu gender antara laki-laki dan perempuan yang
banyak dituntut kaum perempuan (feminis), memang sudah bukan wacana

50
baru disebagian kehidupan bermasyarakat. Dan banyak kegiatan yang
dilakukan sebagai pengenalan dan membahas kategori dengan tujuan
mensosialisasikan konsep-konsep ketidakadilan dan sebaginya. Pembahasan
mengenai gender juga masih sering kali menimbulkan suasana kurang
nyaman, baik itu dalam forum khusus yang melibatkan keduanya (laki-laki
maupun perempuan). (Mufidah, 2010)
Bagi mereka para pekerja perempuan di café juga memiliki
konsekuensi dalam bekerja dikarenakan, café merupakan tempat yang umum
dan sering kunjungi oleh siapa saja yang mayoritas pengunjungnya adalah
laki-laki dan tidak ada pembatas lagi antara laki-laki maupun perempuan
disana semua sudah tercampur tampa ada pembatas yang ada, sehingga
karena itulah café sering di anggap sebagai tempat yang bebas serta memiliki
peluang yang besar untuk terjadinya ketidakaadilan dalam bekerja karena
mayorita pekerja di café 168 Kota Palu adalah campuran yaitu laki-laki dan
perempuan maka tidak heran jika perbedaan pemberlakuan di tempat kerja
tidak sama. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi mereka yang
bekerja di café 168 Kota PPalu untuk berhenti dari pekerjaan mereka.
Mempunyai tujuan yang khusus untuk bekerja tanpa memikirkan
persepsi masyarakat tentang pekerjaan itulah yang mereka katakan. Bahkan,
isu ketidakadilan gender kerap didengar jika itu berhubungan dengan pekerja
perempuan baik itu dari tempat mereka bekerja maupun dari lingkungan
mereka bekerja. Secara umum ketidakadilan gender yang terjadi di kalangan
pekerja perempuan café 168 Kota Palu yaitu pelecehan pada pekerja
perempuan.
Sepintas kata pelecehan kerap terdengar jika berhubungan dengan
perempuan dan identik dengan kekerasan pada perempuan, baik itu secara
fisik dan non-fisik. Pelecehan terhadap perempuan merupakan manifestasi
penundukan yang berbasis kelas yang menepatkan perempuan dalam posisi
yang lebih inferior dibandingkan dengan laki-laki. (Sugihastuti,2007)
Hal ini bisa terjadi di kalangan pekerja perempuan karena pada
dasarnya pelecehan terjadi karena adanya anggapan perempuan itu lemah dan

51
perempuan harus tunduk. Pelecehan seksual juga dapat sederhana kita
golongkan dalam beberapa contoh seperti pelecehan fisik yang terjadi
perlakuan yang tidak wajar pada individu, kekerasan seksual yang pada
pekerja seperti dipegang pada tubuh bagian tertentu tampa persetujuan dari
korban, serta kekerasan psikologis ucapan juga sudah termasuk dalam
katagori pelecehan seperti mengeluarkan kata-kata kotor, bentakan, hinaan
dan ancaman. (Amanda, 2020)
Untuk kasus disini penulis menemukan bahwa adanya tindakan
pelecehan yang terjadi pada pekerja perempuan di café 168 Kota Palu yaitu
Cinta yang berparas cantik dan menarik mungkin suatu hal yang menjadi
penyebab dia kerap beberapa kali menjadapatkan sikap yang tidak pantas dari
beberapa pengunjung laki-laki, bukan melakukan kekerasan secara fisik akan
tetapi kekerasan seksual yang mana Cinta mengungkapkan kekerasan seksual
terjadi saat beliau sedang melaksanakan pekerjaanya sebagai wetters
melayani pengunjung yang datang.
”Saat saya datang kemeja pengunjung yang ada di dalam
diskotik seperti biasa saya menyapa dan mengantarkan
minuman yang mereka pesan, tapi waktu saya ambil buku
menu kembali tangan saya ditahan dan dipegang oleh salah
satu pengunjung,dan waktu saya menarik tangan saya dia
tidak melepaskan alasanya di seperti itu karena waktu itu
saya tidak mau duduk menemani mereka minum-minum.”
(18 Desember 2023)
Tidak hanya sekali Cinta dalam pengalamanya yang bekerja sudah
hampir 8 bulan beliau sudah beberapa kali mendapat perlakuan yang serupa
dengan alasan yang sama ingin mengetahui informasi pribadi pengunjung
laki-laki kerap bersifat seperti itu bahkan sebagian dari mereka menawarkan
diri mengantar pulang kemudian Cinta akan diberikan uang. Saat diketahui
mendapatkan perlakuan seperti itu Cinta mengungkapkan:

“jujur saya awalnya trauma dan merasa takut dan tidak


nyaman tetapi saya berusaha bersikap biasa saja berusaha
bekerja dengan professional dan mengabaikan mereka
dengan senyuman” (18 Desember 2023)

52
Kasus yang sama juga pernah pada rekan kerja Cinta Yaitu Ayu,
dia mengungkapkan beberapa kali juga sering mendapatkan perlakuan serupa.

“Kalau saya ya sering di ajak duduk ditarik apa lagi kalau


pengunjung tersebut sudah mabok, disuruh menuangkan
minuman ke gelas ketika saya sedang mengantar minuman ke
diskotik di dalam, tapi hal itu saya tanggapi biasa saja selagi
saya bisa menjaga diri saya.” (19 Desember 2023)
Penuturan Ayu diatas juga sama seperti yang dituturkan oleh Yuni
pada saat di wawancara yaitu:

“Selama saya bekerja disini memang sering sekali saya


mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan, tetapi hal
tersebut tidak membuat saya ingin pindah kerja. Selagi saya
bisa menjaga diri saya pasti tidak aka nada hal-hal yang tidak
di inginkan. Kadang juga kalo kita turuti sedikit menungkan
minuman kitab isa dapat tip dari pengunjung” (17 Desember
2023)
Hampir setiap pekerja perempuan (waiters) yang ketika masuk
melayani tamu di dalam diskotik pasti mendapatkan perlakuan yang kurang
mengenakan, banyak juga rekan kerjanya tersebut tidak bertahan lama
bekerja di tempat yang sama dengannya karena dia tidak bisa bertahan seperti
Cinta, Yuni dan Ayu yang mengganggap cuek tentang permasalahan seperti
ini. Akan tetapi tidak setiap hari mereka mengalami hal yang kurang
mengenakan, jika mereka melayani di bagian café tidak ada hal-hal negative
yang mereka terima.

Pelecehan semacam ini dapat dikategorikan kedalam kategori


kekerasan publik dimana kekerasan publik yang merupakan kekerasan
terhadap perempuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak memilki hubungan
kekerabatan atau relasi yang berdasarkan perkawinan. (Sugihastuti, 2007)
Seperti yang terjadi pada informan di atas yang mendapat perlakukan
kekerasan yang berasal dari orang luar tampa adanya ikatan keluarga atau
kerabat.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah suatu bab yang menjelaskan kesimpulan dari penelitian
tentang Fenomena Pekerja Perempuan (Waiters) Studi Kasus di Café 168 Kota
Palu. Penelitian ini akan mengajukan untuk beberapa saran dalam bab ini yang
berhubungan dengan analisis yang telah di teliti oleh peneliti.
4.2 Kesimpulan

54
Sebagai hasil sakhir dari penelitian dan analisis data yang telah
penulis lakukan, maka sebagian hasil akhir dari penelitian ini dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Ada beberapa latar belakang yang membuat para Pekerja Perempuan
(Waiters) berja di café 168 Kota Palu :
a. Ekonomi dan Pendidikan
b. Mengikuti tren gaya hidup
c. Tidak ada peluang kerja yang tepat
2. Aktivitas para pekerja perempuan (waiters) di café 168 Kota Palu layaknya
seperti pelayan café pada umumnya. Namun terkadang para pekerja
perempuan (waiters) di café 168 Kota Palu mendapatkan beberapa
perlakuan yang kurang pantas dari para pelanggan laki-laki. Dan mereka
harus pandai menawarkan minuman beralkohol kepada pelanggan yang
ada di dalam diskotik café 168 Kota Palu.
4.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti memberi saran untuk
pemilik café 168 Kota Palu dan para pekerja perempuan (waiters) di café 168
Kota Palu yaitu pemilik kace harus lebih memperhatikan keselamatan dan
kenyamanan dalam bekerja untuk karyawannya terutama perempuan
dikarenakan café 168 Kota Palu beroperasi pada malam sampai dini hari
dimana jam tersebut sangat rawan untuk pekerja perempuan. Dan untuk
pekerja perempuan(waiters) harus lebih memproteksi dirinya agar terhindar
dari hal-hal yang tidak di inginkan selama bekerja di cefe 168 Kota Palu.
DAFTAR PUSTAKA

Abd Rahman. (2014) Wanita Antara Idealitas dan Realitas Masyarakat


Perspektif Hukum Islam. Makassar: Alauddin University Press

Ach Maulidi (2017). Investigasi dan Penghapusan Kecurangan Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah di Sektor Pemerintahan (Studi Kasus dalam
Sistem Pengadaan di Indonesia: Kasus Tahun 2006 hingga 2012). Jurnal
Internasional Masalah Ekonomi dan Keuangan, 2017.

55
Anggriani Dewi. (2013) Perempuan Dalam Dinamika. Beragama: Suatu
Tinjauan Antropologi Agama. Makassar: Alauddin University Press

Amanda Raisa, “Perlindungan Bagi Para Pencari Kerja Dari Kualifikasi


Perusahaan Yang Diskriminatif”, dalam jurnal Mimbar Keaadilan. Vol
12 No 2. Agustus 2019-Januari 2020.

Bambang, R. Joni S, (2013). Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: CV Pustaka


Setia

Damsar. (2017). Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta: Kencana

Fatrisa, Z. N. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Wanita Yang


Bekerja Pada Malam Hari Oleh Pengusaha Hiburan Malam: Studi Kasus
Tempat Karaoke di Kota Surabaya. Bureaucracy Journal: Indonesia
Journal of Law and Social-Political Governance, 2(3), 972-984.

Herabudin. (2015). Pengantar Sosiologi. Bandung: Pustaka Setia


Inda Rezki Yanti, Skripsinya “Persepsi Masyarakat Terhadap Pekerja Wanita
Ditempat Karaoke Princess Syahrini Kota Makasar”. Fakultas
Ushuluddin, Filsafat dan Politik. Univ Islam Negeri Alauddin Makasar
2017: 14

J. Dwi Narwoko, Bagong Suryanto (2004) “Sosiologi Teks Pengantar &Terapan”,


Kencana PRENATA MEDIA GROUP, jakarta 13220

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, (2007), Manajemen Pemasaran, PT.
Indeks, Indonesia.

Mufidah, “Isu-isu Gender Kontemporer Dalam Hukum Keluarga”, UIN-MALIKI


PRESS, 2010

Muhammad Mustari & M. Taufik Rahman.(1998). Pengantar Metode Penelitian.


(Bandung: Laksbang Pressindo, 2011).

56
Muslim, B. (2020). Perlindungan Hukum Pekerja Perempuan Di Malam Hari
Dalam Perspektif UU 13 Tahun 2003. Jurnal Panorama Hukum, 5(1),
26-36.

Nasaruddin Umar. (1999). Argumen Kesetaraan Gender. Jakarta: Paramadina

Nurhidayah Usmann, (2023, 29 Agustus) Prasangka Masyarakat Terhadap


Wanita, http://blogspot.co.id

RUKAJAT, Ajat. Pendekatan penelitian kualitatif (Qualitative research


approach). Deepublish, 2018.

SUFIYANTI, Ety; SAYUTI, A. Jalaludin; WINDARTI, Ayu Oka. Tingkat


kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan minimarket. Jurnal
Riset Bisnis Dan Investasi, 2017, 3.1: 43-51.

Sugiarto, Endar dan Sri Sulartiningrum (1998) Pengantar Akomodasi dan


Restoran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sugihastuti, Itsna Hadi Saptiawan. “Gender Dan Inferioritas Perempuan: Praktik


Kritik Sastra Feminis”. Cet I, PUSTAKA PELAJAR. Yogyakarta 2007

Sugiyono., 2015, Motode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesi, Edisi 4,.
2008. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Turner, Stephen Park. 1983. “Weber on action.” American Sociological Review


48:5006-519.
Titis Dwi Haryuni, Anggaunita Kiranantika. “Perempuan dan Warung Kopi
Sebuah Perspektif Fenomologi”. Jurnal Studi Gender,2020,13:2
Wicaksono. 2011. “Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha, Dan Jam Kerja Terhadap
Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak.” Universitas
Diponegoro : Semarang

Sumber lain:

57
https://palukota.bps.go.id/indicator/35/124/1/jumlah-warung-kedai-makanan.html

https://dukcapil.palukota.go.id

LAMPIRAN

1. PEDOMAN WAWANCARA
Profil informan

58
Nama :

Umur :

Suku :

Agama :

Pendidikan terkahir :

Status dalam keluarga :

Quisioner

1. Dari sekian banyak café di kota palu kenapa memilih untuk bekerja di café
168?
2. Apakah anda tinggal Bersama orang tua di palu?
3. Anda berapa bersaudara dan di dalam keluarga anda siapa saja yang sudah
bekerja?
4. Berapa jam efisien kerja di café 168 ?
5. Sudah berapa lama anda bekerja di kafe 168
6. Apakah anda nyaman bekrja di kafe 168
7. Berapa penghasilan anda perbulan selama bekerja di café 168?
8. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar anda melihat anda bekerja di café
168?
9. Apa kegiatan anda sehari-hari sebelum berangkat kerja di café 168?
10. Selama anda bekerja sebagai waiters di café 168, apakah ada hal-hal
negative yang pernah anda alami?
11. Apakah anda pernah diminta melakukan pekerjaan lain selain menjadi
waiters di café 168?
12. Apakah anda ada niatan untuk mencari tempat kerja lain?
13. Selama anda bekerja apakah anda menabung untuk tabungan jangka Panjang
dan berapa persen?
2. Surat Izin Penelitian

59
60
3. Surat Balasan Café 168 Kota Palu

61
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Yuni Waiters di café 168 Kota Palu pada tanggal 17
Desember 2023

62
Wawancara dengan Ayu Waiters di café 168 Kota Palu pada tanggal 19 Desember
2023

63
Wawancara dengan Adit salah satu manager di café 168 Kota Palu pada tanggal
18 Desember 2023

64
Café 168 Kota Palu

65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai