Anda di halaman 1dari 105

FENOMENA PEKERJA PEREMPUAN (WAITERS)

STUDI KASUS DI CAFE 168 KOTA PALU

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Syarat-syarat Ujian Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako

Oleh:
Nur Fitri
B 201 18 236

Program Studi Sosiologi


Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako
2024

i
ii
iii
ABSTRAK

NURFITRI B 201 18 236. Fenomena Pekerja Perempuan (waiters) Studi


Kasus di Café 168 Kota Palu, Dibimbing oleh Zaiful sebagai Pembimbing
Utama dan Indah Ahdiah sebagai Pembimbing Pendamping.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang pekerja
perempuan (waiters) di Café 168 Kota Palu dan (2) mengetahui kegiatan pekerja
perempuan di Café 168 Kota Palu. Permasalahan dari penelitian ini adalah (1)
bagaimana latar belakang pekerja perempuan (waiters) di Café 168 Kota Palu dan
(2) apa saja kegiatan yang dilakukan pekerja perempuan (waiters) di Café 168
Kota Palu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Metode tersebut menurut penulis tepat karena akan
memberikan jawaban mengenai fenomena pekerja perempuan (waiters) di Cafe
168 Kota Palu dengan menetapkan sebanyak 3 orang informan yaitu pekerja
perempuan (waiters). Tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi, sumber data juga diperoleh dari data
primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukan (1) latar belakang yang membuat para
Pekerja Perempuan (Waiters) berja di café 168 Kota Palu: Faktor Ekonomi,
Tingkat Pendidikan, Mengikuti tren gaya hidup dan Tidak ada peluang kerja yang
tepat. Hasil yang kedua yaitu aktivitas para pekerja perempuan (waiters) di café
168 Kota Palu layaknya seperti pelayan café pada umumnya. Namun dengan jam
kerja yang rawan bagi perempusn yaitu jam 19-00 sampai 04.00 terkadang para
pekerja perempuan (waiters) di café 168 Kota Palu mendapatkan beberapa
pandangan negatif dan perlakuan yang kurang pantas dari para pelanggan laki-
laki. Mereka juga harus pandai menawarkan minuman beralkohol kepada
pelanggan yang ada di dalam diskotik café 168 Kota Palu.

Kata kunci: Pekerja perempuan, Cafe

iv
ABSTRACT

NURFITRI B 201 18 236. The Phenomenon of Women Workers (Waiters)


Case Study at Café 168 Palu City, Guided by Zaiful as the Main Supervisor
and Indah Ahdiah as the Accompanying Guide.
This study aims to find out (1) the background of women workers
(waiters) at Café 168 Palu City and (2) find out the activities of women workers at
Café 168 Palu City. The problems of this study are (1) what is the background of
female workers (waiters) at Café 168 Palu City and (2) what are the activities
carried out by women workers (waiters) at Café 168 Palu City. The method used
in this research is qualitative with a case study approach. According to the author,
this method is appropriate because it will provide answers about the phenomenon
of women workers (waiters) at Cafe 168 Palu City by assigning as many as 3
informants, namely female workers (waiters). Data collection techniques used by
researchers are observation, interviews, and documentation, data sources are also
obtained from primary data and secondary data.
The results showed (1) the background that makes Women Workers
(Waiters) work at café 168 Palu City: Economic Factors, Education Level,
following lifestyle trends and There are no right job opportunities. The second
result is the activity of female workers (waiters) at café 168 Palu City like café
waiters in general. However, with working hours that are vulnerable for women,
namely 19-00 to 04.00, sometimes female workers (waiters) at café 168 Palu City
get some negative views and inappropriate treatment from male customers. They
must also be good at offering alcoholic beverages to customers in the discotheque
café 168 Palu City.

Keywords: Women worker, Cafe

v
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا ارحمن ارحيم‬


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

rahmat dan karunia-Nya yang merupakan anugerah tertinggi yang diberikan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

“Fenomena Pekerja Perempuan (Waiters) Studi Kasus di Cafe 168 Kota

Palu” Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam proses

penyelesaian studi pada Program Studi Sosiologi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako.

Hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu tugas akhir dan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako. Penulis menyadari bahwa

masih banyak terdapat kekurangan, hambatan, rintangan dan cobaan selalu

menyertai upaya ini. Namun atas anugerah dan petunjuk Allah SWT, serta

bimbingan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak moril maupun materi,

sehingga semua kesulitan dapat teratasi.

Penulis menyadari betapa berharganya setiap proses dan orang-orang

terkasih yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan kesabaran guna

selama penulis menempuh Pendidikan di Universitas Tadulako. Untuk itu dengan

penuh rasa hormat dan kerendahan hati memberikan do’a yang tak terhingga

sebagai ungkapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Arson

vi
Madjido dan Ibunda Almh. Wartin yang tidak ada hentinya mencurahkan cinta

dan kasih sayangnya dalam merawat, mendidik serta senantiasa memanjatkan

do’a bagi kesuksesan penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan yang sangat

berarti dalam penulisan hasil penelitian ini dan dalam proses penyelesaian studi

khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Amar ST, MT., IPU., ASEAN Eng. Rektor Universitas Tadulako

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu

pengetahuan di Perguruan Tinggi ini.

2. Prof. Dr. Muhammad Khairil, S.ag., M.Si. M.H, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

3. Dr. Hj. Nuraisyah, M.Si, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Untversitas Tadulako atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

4. Dr. Ikhtiar Hatta, S.Sos., M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako yang telah memberikan

kemudahan terhadap penulis terutama dalam hal pengurusan penyelesaian akhir

studi.

5. Dr. Zaiful S.Sos, M.Si, selaku Koordinator Program Studi Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako sekaligus pembimbing utama

yang telah banyak memberikan bantuan, arahan serta meluangkan waktu, pikiran

vii
dan tenaga dalam membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan perhatiannya

sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dengan lancar.

6. Dr. Indah Ahdiah, M.Si, selaku pembimbing pendamping sekaligus Dosen Wali

yang telah memberikan motivasi, dorongan serta arahan yang tidak ada hentinya

demi selesainya penulisan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Muhammad Nur Ali, M.Si, selaku penguji utama yang telah berkenan

menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Dr. Sudirman K Udja, M.Si, selaku ketua penguji yang telah memberikan

motivasi dan saran kepada penulis.

9. Dr. Andi Mascunra Amir, M.Si, selaku sekretaris penguji yang telah

memberikan masukan-masukan dan saran kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Tadulako khususnya pada Program Studi Sosiologi, yang telah mendidik dan

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama berada di bangku

kuliah.

11. Seluruh staf dan tata usaha di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Tadulako yang telah memberikan pelayanan administrasi

akademis kepada penulis sejak awal kuliah hingga selesai studi.

12. Kepada Manager Cafe 168 Kota Palu dan Informan yang telah bekerja sama

dengan penulis dan memberikan segala informasi yang penulis butuhkan selama

melakukan penelitian.

viii
13. Kepada kakakku Muamar S,Hut dan adikku Nur Latifah terima kasih telah

mensupport dan memberikan motivasi kepada penulis.

14. Kepada kaka Herny Ross, S.Pd dan teman-temanku kepada Firdayanti S.Sos,

Hafiza Fisahbilila S.Sos, Nutfiah, S.Sos, Wiliam, S.Sos, Ahmad Didin, Rexy

Rivaldo, dan Kusmayadi yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama

penyusunan skripsi.

15. Teman seperjuangan almamater Jurusan Sosiologi 2018 khususnya kelas D

tanpa terkecuali terima kasih atas segala kebersamaannya dan waktu yang kalian

berikan kepada penulis selama ini, semoga kita sukses di jalan kita masing-

masing. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

bisa disebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari sisi analisis, struktur kalimat maupun cara penulisan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh

penulis sehingga menjadi masukan untuk perbaikan skripsi ini. Segala bantuan

yang diberikan oleh banyak pihak baik langsung maupun secara tidak langsung,

semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Palu, Februari 2024


Penulis

NURFITRI
B 201 18 236

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI x
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 5
1.3.1 Tujuan Penelitian 5
1.3.2 Manfaat Penelitian 5
1.4. Sistematika Penulisan 6
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 8
2.1. Peneliti Terdahulu 8
2.2. Pengertian Pekerja 16
2.3. Teori Tindakan Sosial 17
2.4 Konsep Pelayan 22
2.5 Konsep Café 24
BAB 3. METODE PENELITIAN 26
3.1. Jenis Penelitian 26
3.2. Lokasi Penelitian 27
3.3. Unit Analisis dan Informan 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data 28
3.5. Teknik Analisis Data 29

x
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 31
4.1. Hasil Penelitian 31
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian 31
1. Sejaran Singkat Kota Palu 31
2. Keadaan Geografis Kota Palu 36
3. Letak Geografis Palu Timur 39
4. Letak geografis Kelurahan Besusu Tengah 40
5. Keadaan Demografis 40
6. Data Café di Kota Palu 43
7. Profil Cafe 168 Kota Palu 44
4.1.2 Profil Informan 46
4.2. Pembahasan 48
4.2.1 Latar Belakang Pekerja Perempuan (Waiters) di
Cafe 168 Kota Palu 48
4.2.2 Kegiatan Pekerja Perempuan (Waiters) di Cafe 168 Kota
Palu 60
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 75
5.1. Kesimpulan 75
5.2. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 77
Lampiran

xi
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Matriks Peneliti Terdahulu 12


Tabel 4.1. Kondisi Fisik Kecamatan Palu Timur 39
Tabel 4.2. Penduduk Kota Palu dirinci menurut Jenis Kelamin pada
setiap kecamatan tahun 2023 41
Tabel 4.3. Data Café di Kota Palu 43
Tabel 4.4. Jumlah Karyawan Beserta Jabatannya di Café 168 Kota
Palu 45

xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keadilan merupakan suatu nilai moral yang dijunjung di Indonesia

dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar sebagai landasannya. Nilai

moral keadilan juga merupakan cita-cita suatu bangsa dan negara yang mana

didalamnya terdapat berbagai kepentingan dari setiap golongan. Seiring

berjalannya waktu, pelaksanaan hak asasi manusia semakin berkembang dan

terus meningkat. Namun, di sisi lain perlakuan negatif seperti adanya

diskriminasi terhadap ras dan jenis kelamin, kemudian perbedaan pemberian

hak-hak antara pria dan wanita masih sering terjadi, terutama di dunia

ketenagakerjaan. Perkembangan dunia tenaga kerja memiliki peran yang

penting sebagai sumber daya. Oleh karena itu diperlukan pembangunan

sumberdaya tenaga kerja untuk menyediakan lapangan kerja sehingga dapat

memperoleh pekerjaan dan mendapat kehidupan yang layak bagi kemanusiaa

sesuai dengan Pasal 27 Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, serta untuk

meningkatkan kualitas dan peran tenaga kerja. (Fatrisa, 2022)

Dunia kerja pada zaman modern saat ini, atau biasa dikenal sebagai

era globalisasi, kini tidak lagi memandang jenis kelamin baik laki-laki

maupun perempuan dengan melihat kemampuan yang dimilikinya,

perempuan dipandang sebagai mitra bagi laki-laki yang mempuanyai posisi

dan peran penting dalam pengelolaan dan pertumbuhan ekonomi, baik yang

bersifat domestik maupun yang bersifat publik sehingga kiprah perempuan di

1
dunia publik tidak lagi menjadi pemandangan yang langkah, sebab pada

dahulu seluruh pekerjaan dari berbagai bidang di dominasi oleh laki-laki.

(Abd Rahman, 2014)

Dalam peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan dijelaskan setiap

tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk

memperoleh pekerjaan. Ini dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar

pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan kerja tanpa adanya perlakuan

diskriminasi untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya

dengan memperhatikan kondisi perkembangan dunia usaha. Diskriminasi

masih sering menghiasi kehidupan dalam bidang ketenagakerjaan dengan

melihat kasus kasus yang terjadi. (Muslim, 2020)

Pekerja dalam dunia kerja tidak ada diskriminasi laki-laki maupun

perempuan, seperti dijelaskan dalam konvensi CEDAW (Convention on

Elimination of All Forms of Discrimation Againts Women) diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 bahwa bentuk diskriminasi terhadap

wanita sudah tidak ada. CEDAW memerintahkan kepada seluruh negara di

dunia untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Hak-hak

yang diperoleh antara laki-laki dan wanita sama demi terwujudnya keadilan

dan kesejahteraan. Perempuan berhak untuk mendapat pekerjaan dan

menduduki jabatan tertentu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(Muslim, 2020)

Pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam wacana gender

umumnya merupakan pembedaan tugas dan peran sosial laki-laki dan

2
perempuan berdasarkan harapan, kebiasaan, adat dan tradisi yang melekat

pada kebudayaan suatu masyarakat. Sebagai gambaran, sebagian besar juga

karena kodrat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan

padakebanyakan pandangan masyarakat menghasilkan pembedaan yang

dipetakan: karakteristik ruang lingkup kerja dan fungsi, stereotip kerja,

pembagian kerja gender. (Musli, 2020)

Perempuan sejatinya memiliki kesempatan yang sama untuk secara

bebas berkiprah dalam berbagai sektor di masyarakat. Terlebih lagi pada era

globalisasi dunia kerja tidak lagi membutuhkan kekuatan fisik (otot), tetapi

lebih pada kebutuhan berfikir (otak). Melihat kemampuan berfikir mereka

yang sama, maka antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang

sama besar dalam dunia pekerjaan. Relasi kekuasaan dan status laki-laki

terhadap perempuan menjadi dasar dalam pembagian lapangan kerja. Jika

dalam masyarakat tradisional dikenal pembagian kerja secara seksual, laki-

laki sebagai pemburu (hunter) dan perempuan sebagai pengasuh (nurture),

maka hal yang sama masih dijumpai dalam masyarakat modern. (Nasaruddin

Umar, 1999)

Seiring berkembangnya zaman, perempuan kini menjadi pekerja di

berbagai sektor, salah satunya pekerjaan yang mengharuskan bekerja malam

seperti waiters (pelayan kafe) penyebabnya perempuan yang kerap pulang

malam bahkan dini hari selalu mendapat prasangka yang negatif dari

masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Bagi masyarakat yang tidak tahu,

mereka akan langsung berprasangka bahwa perempuan yang pulang malam

3
tersebut adalah perempuan “nakal” atau yang lebih parahnya lagi mereka

dinilai sebagai pekerja seks komersial. Dalam teori belajar sosial, prasangka

merupakan sesuatu yang dipelajari selama perkembangan manusia, baik dari

didikan, media serta lingkungan. Sebagaimana dalam kasus ini, masyarakat

pada umumnya menggolongkan kebanyakan perempuan yang pulang malam

sebagai perempuan “nakal”, dan memiliki pekerjaan yang tidak layak.

(Nurhidayah Usman, 2017)

Dalam perkembangan dunia pekerjaan sekarang ini sudah banyak

pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari sesuai yang diterapkan oleh

tempat kerja tersebut. Pekerjaan pada waktu malam hari dilakukan dengan

dasar target dari tempat usaha tersebut. Hal ini bisa kita lihat contohnya usaha

café-café yang ada di Kota Palu. Dari sekian banyak café yang ada di kota

palu salah satunya adalah café 168 yang membuka jam operasional cafenya

pada pukul 17.00 sampai dengan jam 04.00 WITA.

Pekerja perempuan (waiters) kini menjadi fokus utama penulis dalam

penelitian ini, dimana penulis ingin mengetahui fenomena pekerja perempuan

yang ada di café tersebut. Tempat yang dimaksud penulis adalah para

perempuan pelayan (waiters) di Cafe 168 Kota Palu, jumlah mereka sebanyak

3 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan di kafe 168 karena dikafe itu jam

kerja berlaku dari pukul 17.00-04.00 wita, jam tersebut merupakan waktu

rentan bagi perempuan dimalam hari. observasi awal yang dilakukan ada

beberapa perempuan yang bekerja sebagai waiters di Cafe tersebut. Hal inilah

yang membuat penulis tertarik dalam mengangkat ini menjadi sebuah

4
penelitian yang berjudul ”Fenomena Pekerja perempuan (Waiters) Studi

Kasus di Cafe 168 Kota Palu”.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana latar belakang pekerja perempuan (waiters) yang bekerja di

Cafe 168 Kota Palu?

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan pekerja perempuan (waiters) di Cafe 168

Kota Palu?

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui latar belakang pekerja perempuan (waiters) di Cafe

168 Kota Palu.

b. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pekerja perempuan

(waiters) di Cafe 168 Kota Palu.

1.3.2 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan kajian ilmiah khususnya dalam

bidang ilmu Sosiologi.

2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pekerja perempuan

(waiters) di Cafe 168 Kota Palu.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran serta

reverensi dalam penulisan selanjutnya terkait dengan perempuan

5
pekerja malam (waiters) dan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi positif dan edukasi bagi masyarakat.

1.4 Sistematika Penulisan


Rencana proposal akan disusun dalam 3 Bab yang selanjutnya

dirincikan dalam beberapa sub bab, secara keseluruhan merupakan satu

komponen yang menjalin satu komposisi pembahasan yang serasi. Adapun

sistematikanya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang mencakup rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat kajian pustaka yang berisi pengertian Strategi Adaptasi,

Perubahan Sosial, Teori AGIL Talcot Parsons

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian

lokasi penelitian, unit analisis dan informasi, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini terbagi ke dalam

6
BAB V PENUTUP

Bab ini diperinci dalam beberapa sub bab yakni Kesimpulan dan Saran

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan

perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan

dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan

hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Eva Norma Sari (2018)

Penelitian Eva Norma Sari (2018), berjudul “Fenomena

Kehidupan Buruh Gendong di Pasar Giwangan” Tujuan penelitian ini

diantaranya untuk mengetahui faktor pendorong perempuan bekerja

menjadi buruh gendong, keadaan sosial ekonomi serta dampak menjadi

buruh gendong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik sampling

yang digunakan purposive sampling. Validitas data menggunakan

triangualisi metode, sumber dan teori serta analisis data menggunakan

model analisis Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan

faktor pendorong perempuan bekerja menjadi buruh gendong

dilatarbelakangi oleh keluarga, tingkat ekonomi keluarga, pendidikan dan

keterampilan yang rendah, informasi dari rekan, sempitnya lapangan

pekerjaan. Penghasilan yang diperoleh dapat membantu pemenuhan

kebutuhan sehari-hari keluarga, komunikasi dan interaksi dengan

8
keluarga dan tetangga sekitar lingkungan rumah mereka berkurang

namun interaksi sesama buruh gendong sangat terlihat. Dampak positif

yaitu meningkatkan perekonomian keluarga, status sosial, relasi sosial,

solidaritas dan dampak negatif yaitu pandangan negative masyarakat

tentang perempuan bekerja, kurangnya komunikasi antar anggota

keluarga dan tetangga, beban ganda dan kesehatan.

2. Hasil Penelitian Winny Wahyu Hutami

Penelitian Winny Wahyu Hutami yang berjudul “Fenomena

Satuan Polisi Pamong Praja Perempuan” Perekrutan dan keterlibatan

perempuan menjadi anggota Satuan Polisi Pamong Praja menjadi

terobosan baru pemerintah Kota Surabaya untuk mengurangi konflik

yang seringkali terjadi antara anggota Satuan Polisi Pamong Praja dengan

masyarakat. Selain itu juga untuk menghilangkan pandangan buruk

masyarakat terhadap instansi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya.

Sebab dengan adanya anggota Satuan Polisi Pamong Praja perempuan

lebih mengedepankan pelayanan yang humanis kepada masyarakat. Studi

ini memfokuskan pada keterlibatan perempuan dalam bekerja sebagai

anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif yang berupa data deskriptif

mengenai lisan maupun tulisan serta tingkah laku yang diamati dari

subjek yang sedang diteliti. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori Fenomenologi oleh Alfred Schutz dan teori Feminisme

Struktural dicetuskan oleh Miriam Johnson. Teknik penentuan informan

9
yang digunakan melalui metode purposive. Pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam dan partisipasi langsung di

lapangan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain: 1)

perempuan – perempuan yang bekerja sebagai anggota Satuan Polisi

Pamong Praja dikarenakan ingin lebih baik dan mapan secara ekonomi

meskipun sebelumnya tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai tugas

dan pekerjaan sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja perempuan;

2) tugas yang dilakukan oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja

perempuan merupakan dikhususkan untuk bersosialisasi kepada

masyarakat dengan lembut, humanis dan santun serta bernegosiasi ketika

akan dilaksanakan penertiban.; 3) anggota Satuan Polisi Pamong Praja

perempuan memilih bertahan dengan pekerjaannya dengan beragam

alasan yaitu sudah nyaman dengan pekerjaannya atau karena baru

menjadi anggota Satuan Polisi Pamong Praja perempuan hingga memiliki

banyak tanggungan hidup serta tidak mungkin mencari pekerjaan baru

karena usia yang sudah tidak produktif.

3. Hasil Penelitian Ajeng Nurbaeti (2023)

Penelitian Ajeng Nurbaeti (2023), berjudul “Fenomena Sosial

Pekerja Perempuan Dalam Dunia Industri di Kecamatan Cipocok Jaya”

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keinginan peneliti untuk mengetahui

fenomena sosial pekerja perempuan dalam dunia industri di kecamatan

Cipocok Jaya, dengan studi kasus pekerja PT. EDS Manufacturing

Indonesia. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan industri yang

10
banyak diminati masyarakat. Sub masalah dalam penelitian ini adalah:

bagaimana fenomena sosial pekerja perempuan PT. EDS Manufacturing

Indonesia (PEMI), sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk

mengetahui fenomena sosial pekerja perempuan di perusahaan PEMI

pada lingkup kecamatan Cipocok Jaya. Jenis penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan

observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi sebagai pendukung.

Subjek penelitian informan terdiri dari lima orang informan inti yang

merupakan karyawan tetap, dua informan pendukung dari pihak

perusahaan, serta satu informan pendukung dalam sudut pandang

masyarakat. Informan juga memiliki kriteria yang telah ditentukan yaitu

yang bertempat tinggal di kecamatan Cipocok Jaya, serta bekerja di PT.

EDS Manufacturing Indonesia (PEMI) Hasil penelitian menunjukan

bahwa perekonomian yang menjadi sorotan penting bagi masyarakat,

dengan memperbaiki perekonomian maka kesejahteraan masyarakat

dapat terwujud. Selain itu pula terjadinya fenomena sosial terhadap

perempuan terdapat beberapa faktor. Pertama yaitu faktor adaptasi,

lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi perilaku, attitude, serta pola

pikir terhadap individu. Kedua, yaitu faktor goals (pencapaian),

pencapaian yang sudah bisa terwujud seperti sudah memiliki penghasilan

sendiri, dan perekonomian keluarga semakin membaik menjadi salah satu

faktor perilaku sosial di dalam masyarakat. Ketiga, yaitu faktor

integration atau hubungan pada bagian tertentu seperti menjaga

11
hubungan dengan partner kerja, karena dapat mempengaruhi output

produksi yang dihasilkan, individu mampu memelihara hubungan sebaik-

baiknya dengan lingkungan pekerjaan. Keempat, yaitu faktor latent atau

pemeliharaan hubungan baik dengan lingkungan kerja serta memberikan

pengaruh baik atau motivasi baik kepada partner kerja, lingkungan

perusahaan, serta masyarakat terutama perempuan yang sudah lulus

sekolah dengan tujuan bekerja.

2.1 Tabel Matriks Peneliti Terdahulu

No Nama Peneliti Metode Penelitian Hasil

1. Eva Norma Sari Penelitian ini Hasilpenelitian


“Fenomena menggunakan menunjukkan faktor
Kehidupan Buruh metode kualitatif pendorong perempuan
Gendong di Pasar dengan sumber bekerja menjadi buruh
Giwangan” data primer dan gendong
sekunder. Teknik dilatarbelakangi oleh
pengumpulan data keluarga, tingkat
menggunakan ekonomi keluarga,
observasi, pendidikan dan
wawancara, dan keterampilan yang
dokumentasi. rendah, informasi dari
Teknik sampling rekan, sempitnya
yang digunakan lapangan pekerjaan.
purposive Penghasilan yang
sampling. Validitas diperoleh dapat
data menggunakan membantu
triangualisi metode, pemenuhan
sumber dan teori kebutuhan sehari-hari
serta analisis data keluarga, komunikasi
menggunakan dan interaksi dengan
model analisis keluarga dan tetangga
Miles dan sekitar lingkungan
Huberman. rumah mereka
berkurang namun
interaksi sesama
buruh gendong sangat
terlihat. Dampak
positif yaitu
meningkatkan

12
perekonomian
keluarga, status sosial,
relasi sosial,
solidaritas dan
dampak negatif yaitu
pandangan negative
masyarakat tentang
perempuan bekerja,
kurangnya
komunikasi antar
anggota keluarga dan
tetangga, beban ganda
dan kesehatan.
2. WinnyWahyu Penelitian ini Hasil yang ditemukan
Hutami menggunakan dalam penelitian ini
“Fenomena metode penelitian antara lain: 1)
Satuan Polisi kualitatif yang perempuan –
Pamong Praja berupa data perempuan yang
Perempuan” deskriptif bekerja sebagai
mengenai lisan anggota Satuan Polisi
maupun tulisan Pamong Praja
serta tingkah laku dikarenakan ingin
yang diamati dari lebih baik dan mapan
subjek yang sedang secara ekonomi
diteliti. Teori yang meskipun sebelumnya
digunakan dalam tidak memiliki
penelitian ini pengetahuan cukup
adalah teori mengenai tugas dan
Fenomenologi oleh pekerjaan sebagai
Alfred Schutz dan anggota Satuan Polisi
teori Feminisme Pamong Praja
Struktural perempuan; 2) tugas
dicetuskan oleh yang dilakukan oleh
Miriam Johnson. anggota Satuan Polisi
Teknik penentuan Pamong Praja
informan yang perempuan
digunakan melalui merupakan
metode purposive. dikhususkan untuk
bersosialisasi kepada
masyarakat dengan
lembut, humanis dan
santun serta
bernegosiasi ketika
akan dilaksanakan
penertiban.; 3)

13
anggota Satuan Polisi
Pamong Praja
perempuan memilih
bertahan dengan
pekerjaannya dengan
beragam alasan yaitu
sudah nyaman dengan
pekerjaannya atau
karena baru menjadi
anggota Satuan Polisi
Pamong Praja
perempuan hingga
memiliki banyak
tanggungan hidup
serta tidak mungkin
mencari pekerjaan
baru karena usia yang
sudah tidak produktif.

3. Ajeng Nurbaeti Jenis penelitian ini Hasil penelitian


“Fenomena Sosial menggunakan menunjukan bahwa
Pekerja metode deskriptif perekonomian yang
Perempuan kualitatif. Teknik menjadi sorotan
Dalam Dunia pengumpulan data penting bagi
Industri di menggunakan masyarakat, dengan
Kecamatan observasi, teknik memperbaiki
Cipocok Jaya” wawancara, dan perekonomian maka
dokumentasi kesejahteraan
sebagai pendukung. masyarakat dapat
Subjek penelitian terwujud. Selain itu
informan terdiri pula terjadinya
dari lima orang fenomena sosial
informan inti yang terhadap perempuan
merupakan terdapat beberapa
karyawan tetap, faktor. Pertama yaitu
dua informan faktor adaptasi,
pendukung dari lingkungan
pihak perusahaan, masyarakat dapat
serta satu informan mempengaruhi
pendukung dalam perilaku, attitude,
sudut pandang serta pola pikir
masyarakat. terhadap individu.
Kedua, yaitu faktor
goals (pencapaian),
pencapaian yang

14
sudah bisa terwujud
seperti sudah
memiliki penghasilan
sendiri, dan
perekonomian
keluarga semakin
membaik menjadi
salah satu faktor
perilaku sosial di
dalam masyarakat.
Ketiga, yaitu faktor
integration atau
hubungan pada bagian
tertentu seperti
menjaga hubungan
dengan partner kerja,
karena dapat
mempengaruhi output
produksi yang
dihasilkan, individu
mampu memelihara
hubungan sebaik-
baiknya dengan
lingkungan pekerjaan.
Keempat, yaitu faktor
latent atau
pemeliharaan
hubungan baik
dengan lingkungan
kerja serta
memberikan pengaruh
baik atau motivasi
baik kepada partner
kerja, lingkungan
perusahaan, serta
masyarakat terutama
perempuan yang
sudah lulus sekolah
dengan tujuan
bekerja.

15
2.2 Pengertian Pekerja

Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenangakerjaan (selanjutnya disebut UUK), Pekerja atau buruh

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk lain. Pengertian ini tersebut memang agak umum, tetapi maknanya

lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja,

baik perseorangan, persekutuan, badan hukum maupun badan lainnya dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk apa pun. Penegasan imbalan

dalam bentuk apa pun ini perlu karena upah selama ini diberikan dengan

uang, padahal ada pula buruh atau pekerja yang menerima imbalan dalam

bentuk barang. (R Joni Bambang, 2013)

a. Pengertian Perempuan
Perempuan adalah pilihan kata untuk mengungkapkan salah satu

jenis kelamin manusia dengan kandungan makna tertentu yang berlawanan

dengan kata laki-laki, selain itu kata wanita sering juga digunakan kata

perempuan. (Dewi Anggriani, 2013)

Dalam pemahaman masyarakat Indonesia, kata perempuan

mempunyai arti degradasi sematik atau peyoritas, yang dalam arti

penurunan nilai makna kata dimana kata yang sekarang lebih rendah dari

pada makna kata yang dahulu, pengertian khusus tentang perempuan

identik dengan pembedaan jenis kelamin secara biologis. (Hunaifa, 2021)

Memahami pengertian perempuan tentunya tidak bisa lepas dari

persoalan fisik dan psikis. Dari sudut pandang fisik di dasarkan pada

16
struktur biologis komposisi dan perkembangan unsur-unsur kimia tubuh.

Sedangkan Sudut pandang psikis didasarkan pada persifatan, maskulinitas

atau feminitas. Perempuan dalam konteks psikis atau gender didefinisikan

sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim.

Sedangkan perempuan dalam pengertian fisik merupakan salah satu jenis

kelamin yang ditandai oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur dan

payudara sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perempuan berarti

jenis kelamin yakni orang atau manusia yang memiliki rahim, mengalami

menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

2.3 Teori Tindakan Sosial


Seluruh sosiologi Weber, jika menerima kata-katanya apa adanya,

didasarkan pada konsepnya mengenai Tindakan sosialnya (S.Turner,1983).

Tindakan manusia pada dasarnya menunjukan kepada aktivitas-

aktivitas manusia, yaitu segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Pada

tingkat yang lebih kompleks, tindakan bukan hanya menunjukan kepada

segala sesuatu yang dilakukan manusia secara individual, melainkan juga

kepada praktik-praktik yang dilakukan sekumpulan aktor (kelompok-

kelompok sosial). Max Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang

didasarkan pada tujuan individu dan tidakan-tindakan sosial. Tindakan sosial

adalah segala perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif. Menurut

Max Weber sesuatu dapat berarti tindakan sosial ketika tindakan itu berisi

17
tiga unsur. Pertama, perilaku itu mempunyai makna subjektif. Kedua,

perilaku itu mempengaruhi perilakuperilaku pelaku lain. Ketiga, perilaku itu

dipengaruhi oleh perilaku pelakupelaku lain. Unsur yang ditekan Weber

dalam pengertiannya adalah makna subjektif seorang pelaku. Tindakan sosial

tidak semestinya terbatas pada tindakan positif yang dapat diperhatikan secara

langsung. Tindakan itu juga meliputi tindakan negative, seperti kegagalan

melakukan sesuatu, atau penerimaan suatu situasi secara pasif. (Muhammad

Mustari 2011)

Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki

dimensi rasional tetapi terdapat berbagai tindakan nonrasional yang dilakukan

oleh orang, termasuk dalam tindakan orang dalam kaitannya dengan berbagai

aspek dari kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi. Weber menemukan

empat tipe dari tindakan sosial, yaitu:

a. Tindakan rasional instrumental (Zweckrationalität/in- strumentally

rational action), yaitu suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan

pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam kaitannya dengan tujuan suatu

tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada. Misalnya

kenapa para pengusaha banyak menjadi calon anggota legislatif? Ternyata

dari pengalaman hidup para pengusaha dalam dunia bisnis, kehidupan

mereka tidak bisa dilepaskan dari dunia politik. Oleh sebab itu, meng-

ombinasikan dua aspek kehidupan, yaitu bisnis dan politik, merupakan

usaha yang strategis untuk meraih kesempatan (di dalamnya terdapat

keuntungan materiel) yang lebih besar dibandingkan jika hanya berbisnis

18
Tindakan pengusaha tersebut dapat dipandang sebagai tindakan rasional

instrumental, karena mempertimbangkan antara tujuan yang ingin dicapai

(keuntungan material yang lebih besar) dan alat yang digunakan untuk

mencapai tujuan (berbisnis sambil berpolitik) tersebut. Bila Anda perlu

contoh lain untuk memahami lebih dalam. Berikut ini disajikan contoh

tersebut. Jika Anda seorang pekerja, maka apa pun alasannya dipastikan

Anda memilih pekerjaan yang dimiliki tersebut merupakan hasil dari

pertimbangan alat dan tujuan yang Anda miliki seperti pendidikan,

keterampilan (keahlian), kesempatan, latar belakang, dan kondisi keluarga.

(Damsar 2017)

b. Tindakan rasional nilai (Wertrationalität/value rational action), yaitu

tindakan di mana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai

absolut dan nilai akhir bagi individu, yang dipertimbangkan secara sadar

adalah alat mencapai tujuan. Memberi infak dan sedekah di kalangan umat

Islam, misalnya, dapat dilihat sebagai tindakan rasional nilai. Menjadi

hamba Allah yang diridhai dan meraih surga di akhirat kelak merupakan

tujuan yang berorientasi kepada nilai absolut dan nilai akhir. Pilihan

memberi infak dan sedekah sebanyak mungkin sebagai alat untuk meraih

tujuan yang berorientasi kepada nilai absolut dan nilai akhir tersebut tidak

bisa dinilai apakah lebih efisien dan efektif dibandingkan mengerjakan

shalat sunnah, misalnya. Mungkin ada baiknya dilanjutkan dengan contoh

lain. Untuk hidup Anda jelas membu- tuhkan suatu pekerjaan, apakah

Anda mencarinya membuat sendiri. Itu salah satu tujuan Anda. Namun ti-

19
dak semua pekerjaan mau Anda lakukan. Kenapa? Anda memiliki nilai

dan norma yang menjadi patokan atau rujukan Anda dalam melakukan

sesuatu, termasuk dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, Anda tidak akan

atau bekerja dalam perjudian dan prostitusi, misalnya, meskipun

pendapatan yang akan diperoleh relatif besar. Jadi, tindakan tersebut

dipandang sebagai tindakan rasional nilai. (Damsar 2017)

c. Tindakan afektif (affectual action), yaitu tindakan yang didominasi

perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang

sadar. Misalnya tindakan-tindakan yang dilakukan karena cinta, marah,

takut, gembira sering terjadi tanpa diikuti dengan pertimbangan rasional,

logis, dan ideologis. Ketika dua anak manusia berlainan jenis sedang

dilanda badai asmara, misalnya, yang menyebabkan mereka mengalami

"mabuk cinta". tidak jarang mereka melakukan suatu tindakan yang tidak

rasional dan logis, sehingga seolah-olah merasakan "tahi gigi jadi cokelat".

Contoh lain adalah misalkan Anda merasa terhina oleh perlakuan seorang

tetangga, oleh karenanya Anda marah dan tidak terima atas perlakuan

tersebut. Padahal Anda terhina karena tetangga tersebut mengkritik Anda

di hadapan orang ramai atas sikap Anda yang tidak memperhatikan (cuek)

terhadap penampilan diri, sehingga Anda terkesan kampungan. Karena

Anda marah dan tersinggung, maka apa saja yang dikerjakan oleh tetangga

tersebut Anda pandang jelek selalu, tidak pernah benar di mata Anda.

Tindakan ini mencerminkan tindakan afektif, tindakan didasari emosi atau

perasaan tanpa refleksi intelektual. (Damsar 2017)

20
d. Tindakan tradisional (traditional action), Tindakan kebiasaan atau tradisi.

Tindakan tersebut dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan,

apabila ditanyakan kenapa hal tersebut dilakukan, jawaban yang diberikan

adalah karena nenek moyang mereka telah melakukannya semenjak

dahulu kala. Oleh karena itu, tradisi ini harus dilanjutkan, kata pelaku

tindakan tradisional. Jika ditanyakan kepada para aktivis mahasiswa,

sebagai suatu contoh, kenapa mereka masih melakukan plonco terhadap

mahasiswa baru? Jawaban mereka adalah ini sudah jadi tradisi mahasiswa.

Alasan untuk menciptakan keakraban yang dilontarkan mahasiswa untuk

menopang alasan tradisi sering dipatahkan oleh argumentasi bahwa secara

sosiologis dan psikologis manusia cenderung untuk berteman. Oleh sebab

itu, tidak pun ada plonco, mahasiswa junior akan berusaha berteman

dengan seniornya. Lagipula kenapa harus dengan pemaksaan jika

tujuannya untuk mencipakan hubungan antara senior dan junior? Jika

belum paham, berikut contoh kedua. Jika Anda ditanyakan terhadap suatu

tindakan yang Anda lakukan, sedangkan jawabannya adalah semua orang

melakukannya dan Anda juga melakukannya seperti nenek moyang Anda.

Maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan tradisional. Karena

Anda melakukan suatu tindakan karena orang lain melakukan dan juga

Anda berulang kali melakukan, tanpa ada suatu refleksi sadar dan

perencanaan terhadap hal itu. ((Damsar 2017)

Untuk melihat penjelasan Pip Jones (2009:115) tentang tipologi Tindakan

sosial dengan cara menarik, lugas, dan tajam, berikut penjelasan dari Jones:

21
- Tindakan tradisional: Saya melakukan ini karena saya selalu

melakukannya

- Tindakan efektif: Apa boleh buat, saya lakukan

- Tindakan rasional nilai: Yang saya tahu saya hanya melakukan ini

- Tindakan rasional instrumental: Tindakan ini paling efisien untuk

mencapai tujuan ini, dan inilah cara terbaik untuk mencapainya. (Damsar

2017).

2.4 Konsep Pelayan

Pelayan (waiters) adalah karyawan atau karyawati didalam sebuah

restoran yang bertugas menunggu tamu-tamu membuat tamu-tamu merasa

mendapat sambutan dengan baik dan nyaman, mengambil pesanan makanan

dan minuman serta menyajikannya, juga membersihkan restoran dan

lingkungannya serta mempersiapkan meja makan untuk tamu. Menurut Endar

Sugiarto dalam bukunya Pengantar Akomodasi dan Restoran 1998

menjelaskan bahwa waiters ialah karyawan restoran hotel yang mempunyai

tugas dan tanggung jawab untuk melayani kebutuhan makanan dan minuman

bagi para pelanggan hotel restoran secara professional. (Endar Sugiarto 1998)

Membersihkan restaurant dan lingkungannya serta mempersiapkan

meja makan (table setting) untuk tamu berikutnya. agar waiter atau waitress

bekerja sesuai dengan Standart Operational Procedure, maka waiter atau

waitress harus memiliki sifat-sifat dan perilaku yang baik. Penampilan

fisikpun juga harus diperhatikan, seperti kebersihan badan dan kerapian dalam

menyajikan makanan atau minuman yang dipesan secara maksimal. Jika

22
pelayanan yang diterima konsumen baik maka semakin banyak pelanggan

yang datang sehingga kesejahteraan para pegawainya ikut membaik

dikemudian hari waitress atau waiter berdasarkan tugasnya adalah menyajikan

makanan dan minuman di restaurant dan termasuk dalam penyiapan alat-alat

hidang, serta mengatur meja dan memasang taplak meja dan lain-lain

perbedaan waitress atau waiter yaitu waitress adalah sebutan bagi pelayanan

perempuan di restoran yang bekerja melayani makan dan minum tamu

restoran secara professional dan pelayanan laki–lakinya disebut waiter. (Endar

Sugiarto, 1998)

Waitress atau Waiter bertanggung jawab juga untuk memelihara

kebersihan dan ikut serta di dalam memberikan service yang terbaik kepada

tamu, men-service makanan atau minuman ke tamu, clear up makanan atau

minuman ke tamu, Menset up meja, menurunkan table cloth dan napkin yang

kotor ke linen juga menjaga dan memelihara kebersihan restaurant. Menurut

Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya

dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan

merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.

Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat,

sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. (Kotler, 2007)

23
2.5 Konsep Cafe

Seiring dengan perkembangan zaman keberadaan warung kopi banyak

mengalami perubahan dari tradisional sampai ke modern seperti café ataupun

kedai-kedai yang menggunakan kopi sebagai daya tarik. Keberadaan kedai-

kedai maupun café yang lebih menawarkan berbagai macam sajian bukan

hanya dari kopi yang membuat konsumen tertarik untuk berada di tempat

tersebut, ditambah dengan pelayanan serta fasilitas yang dimiliki café. Hal ini

membuat warung kopi tradisional yang dahulunya menjadi tempat nongkrong

yang ramai pengunjung semakin sepi, menjadikan café sebagai pesaing

terbesar. Kedai kopi yang besar ini memiliki konteks yang berbeda dengan

warung kopi biasa yang biasanya terletak di sisi jalan, dengan bangunan yang

ala kadarnya. Cafe lebih memiliki bangunan yang mewah, ditata dengan

interior yang terkonsep modern dan memiliki variasi olahan kopi beserta

dengan makanan yang harganya berlipat dari warung kopi. Baik Cafe maupun

warung kopi, adalah ruang publik yang selalu lekat dengan budaya nongkrong.

Selain itu, kedua tempat ini relevan dengan gaya tradisional terkait kebiasaan

dalam meminum kopi sebagai sebuah komoditas yang ingin dilestarikan oleh

masyarakat setempat (Haryuni, 2020).

Menurut Maulidi (2017), pengertian Kafe (Cafe) adalah tempat untuk

bersantai dan berbincang-bincang dimana pengunjung dapat memesan

minuman dan makanan. Cafe termasuk tipe restoran namun lebih

mengutamakan suasana rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehingga

menyediakann tempat duduk yang nyaman dan sedikit alunan musik. Istilah

24
Cafe berasal dari bahasa Perancis yang secara harfiah artinya kopi, namun digunakan

sebagai nama tempat dimana orang-orang berkumpul atau sekedar bersantai dan

beraktivitas. Seiring perkembangan jaman, cafe bukan hanya menyediakan kopi,

tetapi juga minuman lain serta makanan ringan. Cafe biasanyanya tidak menyediakan

menu makanan utama namun hanya menyediakan minuman dan makanan ringan

sebagai menu hidangan dan ada juga yang menyediakan hiburan bagi para

pengunjung yang datang (Maulidi, 2017).

25
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Metode tersebut menurut penulis tepat karena akan

memberikan jawaban mengenai fenomena pekerja perempuan (waiters) di Cafe

168 Kota Palu. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif ini juga

bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam dan memberikan

gambaran secara mendalam tentang situasi yang diteliti.

Menurut Robert K YIN penelitian studi kasus adalah salah satu metode

yang digunakan dalam ilmu sosial untuk memahami fenomena sosisal yang

kompleks. Ini digunakan dalam banyak disiplin seperti psikologi, sosiologi, ilmu

politik, antropologi dan lain-lain. (Iswandi, 2023)

Sebagaimana Moleong (2005) menjelaskan bahwa penelitian yang

dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

secara utuh dan dengan cara deskriptif yaitu dalam bentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan peneliti dari segi

prosesnya. Dalam Moleong (2013) juga menjelaskan mengenai data deskriptif.

Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka-angka.

26
3.2 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka lokasi penelitian yang penulis

tetapkan yaitu di Cafe 168 yang terletak di Jl. Setia Budi, Besusu Tengah, Kec.

Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Karena cafe itu memberlakukan jam

kerja dari jam 19.00-04.00 WITA, jam tersebut rentan bagi perempuan. Sehingga

perlu diketahui bekerja ditengah malam itu menunjukan stigma masyarakat

terhadap perempuan yang bekerja malam.

3.3 Unit Analisis dan Informan

a. Unit Analisis

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah pekerja perempuan

(waiters) di Cafe 168 Kota dengan demikian yang menjadi unit analisis

dalam penelitian ini adalah pekerja perempuan (waiters) , Kota Palu,

Sulawesi Tengah.

b. Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pekerja

perempuan (waiters) di Cafe 168 Kota Palu yang di anggap bisa

memberikan berbagai informasi yang diperlukan oleh penulis. Jumlah

informan yang penulis tetapkan sejumlah 3 orang perempuan, dengan

menggunakan teknik purposive, dimana peneliti memilih informan dengan

tujuan tertentu yang ada dalam pikirannya (Ibrahim, 2015).

27
Selain itu juga di wawancarai masyarakat sebagai partisipasi dalam

melihat pandangan masyarakat terhadap pekerja perempuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Kajian pustaka

Penelitian pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji dan memilih

sebuah konsep atau teori yang dianggap mendukung proses penulisan dan

analisis data.

Oleh sebab itu, dalam kajian pustaka ini penulis berusaha

semaksimal mungkin untuk menelaah dan mempelajari berbagai literatur

yang tersedia, baik dari buku-buku, jurnal, artikel maupun sumber

lainnya.

b. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan di

lokasi atau objek penelitian. Dalam hal ini peneliti melihat secara

langsung situasi sosial berdasarkan kajian. Kemudian dapat memperoleh

data primer dan data sekunder penelitian. Adapun penelitian lapangan

dibagi menjadi tiga bagian diantaranya:

1. Observasi

Observasi yaitu mengamati serta melakukan pendekatan secara

langsung di lapangan mengenai fenomena perempuan pekerja malam

28
(waiters) situasi ini yang membuat observasi ini dilakukan untuk

mendapatkan data akurat.

2. Wawancara

Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada informan

guna untuk mendapatkan data secara langsung. Teknik wawancara

yang digunakan adalah pedoman wawancara yang disusun

berdasarkan pertanyaan dari masalah penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan pada saat wawancara dengan

informan sebagai salah satu bentuk data penguat dalam suatu

penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematik

untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data

menurut Sugiono (2015) yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan

lain sehingga dapat mudah di pahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis

berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Miles & Huberman (1992) analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: Reduksi data, Penyajian data dan

29
penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai tiga alur tersebut, lebih lengkapnya

sebagai berikut:

1. Data Collection (Pengumpulan data)

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi,

wawancara mendalam dan dokumentasi atau gabungan ketiganya.

2. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data artinya merangkum dan memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian mencari tema dan

polanya.

3. Data Display (Penyajian data)

Setelah data di rangkum, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

4. Conclusion drawing/Verification

Langkah keempat yang dilakukan dalam analisis data yaitu penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kota Palu

Palu adalah “Kota Baru” yang letaknya di muara sungai. Dr. Kruyt

menguraikan bahwa Palu sebenarnya tempat baru dihuni orang (De Aste

Toradja’s van Midden Celebes). Awal mula pembentukan kota Palu

berasal dari penduduk Desa Bontolevo di Pegunungan Ulayo. Setelah

pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya mereka sampai di Boya

Pogego sekarang ini.

Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat

kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama

Kamonji, Panggovia sekarang bernama Lere, Boyantongo sekarang

bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut

Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para

pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan

Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat

berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap

Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa

kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan

perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur

Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal

tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah

31
peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan

jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi,

pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian

pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

Berikut daftar susunan raja-raja Palu :

1. Pue Nggari (Siralangi) 1796 – 1805

2. I Dato Labungulili 1805 – 1815

3. Malasigi Bulupalo 1815 – 1826

4. Daelangi 1826 – 1835

5. Yololembah 1835 – 1850

6. Lamakaraka 1850 – 1868

7. Maili (Mangge Risa) 1868 – 1888

8. Jodjokodi 1888 – 1906

9. Parampasi 1906 – 1921

10. Djanggola 1921 – 1949

11. Tjatjo Idjazah 1949 – 1960

Setelah Tjatjo Idjazah, tidak ada lagi pemerintahan raja-raja di

wilayah Palu. Setelah masa kerajaan telah ditaklukan oleh pemerintah

Belanda, dibuatlah satu bentuk perjanjian “Lange Kontruct” (perjanjian

panjang) yang akhirnya dirubah menjadi “Karte Vorklaring” (perjanjian

pendek). Hingga akhirnya Gubernur Indonesia menetapkan daerah

administratif berdasarkan Nomor 21 Tanggal 25 Februari 1940. Kota Palu

32
termasuk dalam Afdeling Donggala yang kemudian dibagi lagi lebih kecil

menjadi Arder Afdeling, antara lain Order Palu dengan ibu kotanya Palu,

meliputi tiga wilayah pemerintahan Swapraja, yaitu :

1. Swapraja Palu

2. Swapraja Dolo

3. Swapraja Kulawi

Pertumbuhan Kota Palu setelah Indonesia merebut kemerdekaan

dari tangan penjajah Belanda kemudian Jepang pada tahun 1945 semakin

lama semakin meningkat. Dimana hasrat masyarakat untuk lebih maju dari

masa penjajahan dengan tekat membangun masing-masing daerahnya.

Berkat usaha makin tersusun roda pemerintahannya dari pusat sampai ke

daerah-daerah. Maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II Donggala

sesuai peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1952 yang selanjutnya

melahirkan Kota Administratif Palu yang berbentuk dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978.

Berangsur-angsur susunan ketatanegaraan RI diperbaiki oleh

pemerintah pusat disesuaikannya dengan keinginan rakyat di daerah-

daerah melalui pemecehan dan penggabungan untuk pengembangan

daerah, kemudian dihapuslah pemerintahan Swapraja dengan keluarnya

peraturan yang antara lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957

dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 serta Undang-Undang Nomor

33
13 Tahun 1964 Tentang Terbentuknya Dati I Propinsi Sulteng dengan

Ibukota Palu.

Dasar hukum pembentukan wilayah Kota Administratif Palu yang

dibentuk tanggal 27 September 1978 atas Dasar Asas Dekontrasi sesuai

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Daerah. Kota Palu sebagai Ibukota Propinsi Dati I Sulawesi

Tengah sekaligus ibukota Kabupaten Dati II Donggala dan juga sebagai

ibukota pemerintahan wilayah Kota Administratif Palu. Palu merupakan

kota kesepuluh yang ditetapkan pemerintah menjadi kota administratif.

Sebagai latar belakang pertumbuhan Kota Palu dalam

perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari hasrat keinginan rakyat di

daerah ini dalam pencetusan pembentukan Pemerintahan wilayah kota

untuk Kota Palu dimulai sejak adanya Keputusan DPRD Tingkat I Sulteng

di Poso Tahun 1964. Atas dasar keputusan tersebut maka diambil langkah-

langkah positif oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan

Pemerintah Dati II Donggala guna mempersiapkan segala sesuatu yang

ada kaitannya dengan kemungkinan Kota Palu sebagai Kota Administratif.

Usaha ini diperkuat dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Sulteng Nomor

225/Ditpem/1974 dengan membentuk Panitia Peneliti kemungkinan Kota

Palu dijadikan Kota Administratif, maka pemerintah pusat telah berkenan

menyetujui Kota Palu dijadikan Kota Administratif dengan dua kecamatan

yaitu Palu Barat dan Palu Timur.

34
Berdasarkan landasan hukum tersebut maka pemerintah Kota Palu

memulai kegiatan menyelenggarakan pemerintahan di wilayah

berdasarkan fungsi sebagai berikut :

• Meningkatkan dan menyesuaikan penyelenggaraan pemerintah

dengan perkembangan kehidupan politik dan budaya perkotaan.

• Membina dan mengarahkan pembangunan sesuai dengan

perkembangan social ekonomi dan fisik perkotaan.

• Mendukung dan merangsang secara timbal balik pembangunan

wilayah Provinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi Tengah pada umumnya

dan Kabupaten Dati II Donggala

Hal ini berarti pemerintah wilayah Kotif Palu menyelenggarakan

fungsi-fungsi yang meliputi bidang-bidang :

1. Pemerintah

2. Pembina kehidupan politik, ekonomi, social budaya perkotaan

3. Pengarahan pembangunan ekonomi, social dan fisik perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tanggal 12 Oktober 1994,

Mendagri Yogi S Memet meresmikan Kota madya Palu dan melantik

Rully Lamadjido, SH sebagai wali kotanya. Kota Palu terletak memanjang

dari timur ke barat disebelah utara garis khatulistiwa dalam koordinat 0,35

– 1.20 LU dan 120 – 122,90 BT. Luas wilayahnya 395,06 km2 dan terletak

di Teluk Palu dengan dikelilingi pegunungan. Kota Palu terletak pada

35
ketinggian 0 – 2500 m dari permukaan laut dengan keadaan topografis

datar hingga pegunungan. Sedangkan dataran rendah umumnya tersebut

disekitar pantai. (sumber: http://palukota.go.id)

Adapun nama-nama Wali Kota sejak pertama sampai sekarang

sebagai berikut:

1. Kisman Abdulah 1978-1986 (Wali Kota Administratif Palu)

2. Sahbudin Labadjo 1986-1994 (Wali Kota Administratif Palu)

3. Rully A. Lamadjido 1994-2000 (Wali Kota Palu)

4. Baso Lamakarate 2000-2004 (Wali Kota Palu)

5. Suardin Suebo 2004-2005 (Wali Kota Palu)

6. Rusdi Mastura 2005-2015 (Wali Kota Palu Dua Periode)

7. Moh. Hidayat Lamakarate 2015-2016 (Pelaksana tugas Walikota)

8. Hidayat 2016-2021 (Wali Kota Palu)

9. Hadianto Rasyid 2021 samppai sekarang

2. Keadaan Geografis Kota Palu

Kota Palu sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tengah terletak pada

kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu. Wilayahnya terdiri dari lima

dimensi yaitu wilayah pegunungan, lembah, sungai, teluk dan lautan. Secara

astronomis, Kota Palu berada antara 0°,36”-0°,56” Lintang Selatan dan

119°,45” – 121°,1” Bujur Timur, sehingga tepat berada digaris Khatulistiwa

dengan ketinggian 0 – 700 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Kota

36
Palu mencapai 395,06 kilometer persegi yang terbagi menjadi delapan

kecamatan.

Batas-batas administrasi Kota Palu adalah sebagai berikut :

- Utara : Kabupaten Donggala

- Selatan : Kabupaten Sigi

- Barat : Kabupaten Donggala

- Timur : Kabupaten Donggala dan Kabupaten Prigi Mautong

Letak Kota Palu berbentuk memanjang dari timur ke barat terdiri

dari dataran rendah, dataran bergelombang dan dataran tinggi. Berdasarkan

topografinya, wilayah Kota Palu dapat dibagi menjadi 3 zona ketinggian

yaitu:

- Sebagian kawasan bagian barat sisi timur memanjang dari arah utara ke

selatan, bagian timur ke arah utara dan bagian utara sisi barat

memanjang dari utara ke selatan merupakan dataran rendah/pantai

dengan ketinggian antara 0 – 100 m di atas permukaan laut.

- Kawasan bagian barat sisi barat dan selatan, kawasan bagian timur ke

arah selatan dan bagian utara ke arah timur dengan ketinggian antara

100 – 500 m di atas permukaan laut.

- Kawasan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500 m di atas

permukaan laut.

37
Adapun pembagian wilayah menjadi empat, yaitu:

1. Kecamatan Palu Barat mencakup 15 Kelurahan

• Duyu • Lere

• Ujuna • Kabonena

• Nunu • Tipo

• Boyaoge • Buluri

• Balaroa • Silae

• Donggala Kodi • Watusampu

• Kamonji • Siranindi

• Baru

2. Kecamatan Palu Selatan mencakup 12 Kelurahan

• Tatura • Tawanjuka

• Birobuli • Palupi

• Petobo • Pengawu

• Kawatuna • Lolu Selatan

• Tanamodindi • Sambale Juraga

• Lolu Utara • Tamalanja

3. Kecamatan Palu Timur mencakup 8 Kelurahan

• Lasoani • Tondo

• Poboya • Besusu Tengah

• Talise • Besusu Timur

• Besusu Barat • Layana Indah

38
4. Kecamatan Palu Utara mencakup 8 Kelurahan

• Mamboro • Panau

• Taipa • Lambara

• Kayumalue Ngapa • Baiya

• Kayumalue Pajeko • Pantoloan

(sumber : http://palukota.go.id)

3. Letak Geografis Palu Timur


Kecamatan Palu Timur tepat berada di tengah kota terletak pada

posisi antara 0°44’50” dan 0°49’50” Lintang Selatan serta 119°50’00” dan

119°56’10” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Palu Timur sebagian besar

diapit oleh batas darat antara dua kecamatan, separuh dibatasi oleh satu

kecamatan yang dipisahkan oleh Sungai Palu, dan sisanya berbatasan

langsung dengan Teluk Palu. Secara administrasi Kecamatan Palu Timur

dibagi menjadi 5 kelurahan dengan luas dataran keseluruhan adalah 601

hektar batas-batas Kecamatan Palu Timur secara administrasi yaitu sebelah

utara (Teluk Palu dan Kecamatan Mantikulore), sebelah timur (Kecamatan

Mantikulore), sebelah selatan (Kecamatan Palu Selatan), sebelah barat

(Kecamatan Palu Barat).

Tabel 4.1. Kondisi Fisik Kecamatan Palu Timur

No. Jenis Data Jumlah/Keterangan

1 Luas Wilayah 601 Hektar

2 Ketinggian Tempat 0-50 Mdpl

3 Iklim

39
a. Curah Hujan 8,8 mm – 87,1 mm

b. Kelembaban Udara 71,5 – 79%

c. Suhu 23,1 – 35,6 oC

4 Derajat Keasaman Tahan Brown Forest Soil dan

Alluvial, pH (5,0 – 8,4)

5 Topografi Relatif Datar

6 Kemiringan 0-8%

Sumber : BPS Kota Palu 2023

4. Letak Geografis Kelurahan Besusu Tengah


Kelurahan Besusu Tengah memiliki batas-batas geografis dan

administratif wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan: Kelurahan Talise

• Sebelah Timur berbatasan dengan: Kelurahan Besusu Timur

• Sebelah Selatan berbatasan dengan: Kelurahan Lolu Utara

• Sebelah Barat berbatasan dengan: Kelurahan Besusu Barat

Kelurahan Besusu Tengah terletak pada ketinggian antara 0-5

meter, dengan luas wilayah 2,26 Km². Dan terbagi atas 14 Rukun

Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW).

5. Keadaan Demografis

Berdasarkan proyeksi penduduk (Kota Palu Dalam Angka 2023),

Kota Palu berpenduduk sebanyak 382,017 yang terdiri atas penduduk laki-

laki sebanyak 191,478 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 190,539

jiwa.

40
Berikut gambaran penduduk Kota Palu tahun 2023, tersaji dalam table

berikut:

Tabel 4.2. Penduduk Kota Palu pada setiap kecamatan tahun 2023

Jumlah Penduduk
No Kecamatan
(Jiwa)

1. Palu Timur 44,428

2. Palu Barat 47,647

3. Palu Selatan 71,597

4. Palu Utara 25,041

5. Ulujadi 36,156

6. Tatanga 53,463

7. Tawaeli 23,342

8. Mantikulore 80,343

Jumlah 382,017

Sumber: dukcapil.palukota.go.id

Tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk terbesar bermukim di

kecamatan Mantikulore mencapai 80,343 jiwa dari total penduduk Kota

Palu. Besarnya jumlah penduduk yang bermukim di Mantikulore ini tidak

terlepas dari posisi Kecamatan Mnatikulore yang berada di tengah-tengah

kota palu, sehingga pusat-pusat pemukiman penduduk yang padat,

,fasilitas layanan ekonomi seperti toko, kios dan pusat-pusat perbelanjaan,

fasilitas pemerintah (khususnya fasilitas Pendidikan) yang besar berada di

Kecamatan Mantikulore Universitas Tadulako sebagai salah satu

perguruan tinggi terbesar yang ada di Kota palu. Dengan jumalah

mahasiswa yang sudah di atas 30 ribuan ditambah dengan tenaga pengajar

41
(Dosen) serta pegawai yang juga ribuan jumlahnya. Tentu mahasiswa,

dosen dan pegawai banyak yang bermukim di Kecamaan Mantikulore,

utamanya di kelurahan Tondo. Demikian pula dengan beberapa Sekolah

Lanjutan dan Kejuruan yang berada di Kecamatan Mantikulore. Semua

komponen tersebut berpengaruh langsung terhadap besaran penduduk

yang bermukim di Kecamatan Mntikulore.

Jumlah penduduk terbesar kedua adalah Palu selatan yang

mencapai 71,597 jiwa disusul dengan penduduk yang bermukim di

Kecamatan Tatanga yang menacapai 53,463 jiwa dari total penduduk Kota

Palu. Kemudian disusul oleh Kecamatan Palu barat dengan jumlah

penduduk 47,647 jiwa yang berada di posisi ke empat. Untuk Kecamatan

Palu timur sendiri mengalami penurunan jumlah penduduk dari yang

awalnya tahun 2017 sebanyak 70,378 jiwa sekarang di tahun 2023 menjadi

44,428 jiwa. Diposisi ke enam ada Kecamatan Ulujadi dengan jumlah

penduduk 36,156 jiwa. Kemudian Kecamatan Palu utara berada di posisi

ke tujuh dengan jumlah penduduk 25,041 jiwa. Sedangkan Kecamatan

Tawaeli menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu

23,342 jiwa.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin hari pertumbuhan

penduduk di Kota palu mengalami peningkatan, selain karena faktor

kelahiran, faktor migrasi juga sangat berpengaruh. Perkembangan kota

palu yang banyak membuka peluang-peluang kerja dan usaha, utamanya di

sektor informal secara langsung menjadi salah satu daya Tarik bagi orang-

42
orang untuk bermigrasi ke Kota Palu. Salah satu diantaranya adalah

semakin maraknya dibuka pusat-pusat kuliner skala kecil seperti cafe,

rumah makan dan tempat jajanan.

Hadirnya pusat-pusat kuliner tersebut secara langsung membuka

peluang kerja bagi banyak orang, apalagi bagai kalangan pencari kerja usia

belia (tamatan SLTA/SMK) yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi,

banyak meminati lapangan kerja tersebut. Inilah salah satu aspek yang

menjadi pemicu tingginya pertumbuhan di Kota Palu selain aspek lainnya.

6. Data Cafe di Kota Palu

Menurut data yang diperoleh dari BPS Kota Palu 2022 untuk

jumlah usaha mikro kecil di Kota Palu sebegai berikut:

Tabel 4.3 Data Café di Kota Palu Tahun 2022


Kecamatan Warung/Kedai makan 2022

Palu Barat 492

Tatanga 244

Ulujadi 150

Palu Selatan 725

Palu Timur 306

Mantikulore 603

Palu Utara 157

Tawaeli 4

Kota Palu 2681

Sumber : BPS Kota Palu 2023

43
Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan penelitian

di Café 168 Kota Palu yang berada di Kecamatan Palu Timur.

7. Profil Café 168 Kota Palu

Café 168 merupakan salah satu usaha mikro kecil bidang Kuliner

yang menyediakan berbagai macam menu makanan dan minuman

dengan tempat yang nyaman dan fasilitas yang serta tempat parkir

yang aman. Cafe 168 Kota Palu terletak di Jalan Setia Budi No. 5

Kelurahan Besusu Tengah Kecamatan Palu Timur Kota Palu, Sulawesi

Tengah. Yang berada di antara sebuah gedung, di sebelah kanan

berdampingan dengan Coffe Malino Kopi milik salah satu warga. Sebelah

kiri berdampingan rumah warga. Sebelah selatan terdapat terdapat lampu

merah Moh. Hatta yang merupakan jalan utama jalur dua jl. Moh. Hatta.

Letak Café 168 berada di tengah-tengah kota palu dan sangat strategis.

Café 168 sendiri berdiri pada tahun 2017.

Café 168 memiliki fasilitas seperti mini bar, panggung untuk live

music serta tempat makan outdor dan tempat makan yang berada di

gazebo-gazebo yang bergaya modern. Bukan hanya itu saja, café 168 juga

mempunya fasilitas lain di dalamnya seperti diskotik dan tempat karaoke.

Tetapi untuk diskotik dan karaoke berada di dalam ruangan terpisah

dengan cafenya. Hal inilah yang membuat café 168 menjadi salah satu

tempat elit dan banyak diminati oleh masyarakat yang gemar

menghabiskan waktu di malam hari. Jumlah tenaga kerja baik laki-laki

maupun wanita café 168 sebanyak 36 orang, yang terbagi atas 2 orang

44
sebagai manager, 9 orang pekerja wanita dan 27 orang pekerja laki-laki.

Dengan pembagian kerja yaitu maneger, kasir, reception, cs,

waiter/waitress dan satpam seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4. Jumlah Karyawan Beserta Jabatanya di Café 168

Jumlah Karyawan
No Jabatan
Laki-laki Perempuan

1. Manager 1 1

2. Kasir 1 2

3. Resepsionis 1 1

4. Waiters 12 3

5. Cleaning Service (CS) 4 2

6. Satpam 8 0

Sumber data: Di ambil dari wawancara dengan Adit pada tanggal 17 Desember 2023

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahawa yang bertugas sebagai

Waiter dan Waitress memiliki jumlah karyawan terbayak di antara

karyawan yang lainnya. Sementara pekerja perempuan hanya

diperuntukkan sebagai waiters sebanyak 3 orang, sedangkan reception

hanya dikerjakan oleh laki-laki. Masing-masing karyawan memiliki tugas

masing-masing seperti:

1. Manager: Bertugas mengawasi semua karyawan yang ada di Café 168

2. Kasir: Bertugas melayani pengunjung yang igin memesan ruangan

serta tempat membayaran baik ruangan, makanan atau minuman yang

telah dipesan oleh pengunjung. Kasir dituntut untuk bersikap ramah,

murah senyum serta berwawasan luas dan cakap dalam berbicara.

45
3. Resepsionis: Bertugas mengantar pengunjung ke meja maupun

ruangan ruangan yang disediakan.

4. Waiter: Bertugas sebagai pelayan apabila ada pengunjung yang

memesan makanan atau minuman. Konon, Waitress atau Waiter inilah

yang memiliki pekerjaan paling berat diantara pembagian kerja di

Café 168, karena harus membawa makanan serta minuman ke

berbagai meja serta ruangan diskotik dan karauke mulai dari lantai

dasar hingga lantai atas.

5. Satpam: Bertugas menjaga keamanan tempat karaoke, mereka

biasanya berdiri tepat di depan pintu masuk Café 168 dan memeriksa

barang bawaan semua pengunjung.

Dari ke lima pembagian kerja karyawan, terdapat tiga orang waiters

perempuan dari 31 karyawan yang memiliki jam kerja 9 jam, biasanya

dalam sehari bekerja mulai pukul 19:00-04:00 Wita, khusus untuk

resepsionis biasanya di kerjakan oleh laki-laki yang berjumlah satu orang.

Namun hal tersebut sudah tidak berlaku saat ini, biasanya antara waiter

dan reception mereka sering kali bergantian atau saling tukar.

4.1.2 Profil Informan

Sebagaimana telah ditentukan sebelumnya bahwa informan dalam

penelitian ini berjumlah 3 orang. Profilnya adalah sebagai berikut:

1. Yuni panggilan sehari-hari yang beragama Islam, usia 24 tahun etnis

Buol lahir di Buol pada tanggal 2 Januari 1999 merupakan anak ke

46
pertama dari 2 bersaudara. Pendidikan Yuni adalah SMA yang tamat

pada tahun 2017. Yuni tinggal sendiri di palu kost sedangkan orang

tuanya tinggal di Buol, Yuni mengaku tidak dapat melanjutkan

Pendidikan di perguruan tinggi karena tidak punya biaya, masih ada

adiknya yang harus di biayai, oleh karena itu Yuni memilih untuk

bekerja.

2. Cinta usia 20 Tahun beragama islam, merupakan etnis Kaili yang lahir di

Palu 10 September 2000. Cinta merupakan anak pertama dari 3

bersaudara, ia tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Palu.

Orang tua Cinta tinggal di Parigi Mautong sedangkan Cinta tinggal di

palu sendiri kost. Cinta melanjutkan jenjang pendidikannya di salah satu

universitas yang ada di Kota Palu dan sudah semester akhir, karena

faktor ekonomi dan keterbatasan biaya terpaksa cinta harus bekrja oleh

karena itu Cinta mencari kerja agar dapat membiayai dirinya sendiri dan

tidak terlalu merepotkan orang tua.

3. Ayu merupakan perempuan kelahiran Kolonodale 5 April 2002, Ayu

beragama Kristen yang merupakan etnis Mori. Orang tua Ayu tinggal di

Kolonodale sedangkan Ayu memilih untuk hidup sendiri di Palu. Ayu

merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara, Pendidikan terakhirnya SMA

dan ia lebih memilih bekerja dari pada melanjutkan Pendidikan ke

perguruan tinggi.

47
4.2 Pembahasan

4.2.1 Latar Belakang Pekerja Perempuan (waiters) di Café 168 Kota

Palu

Tempat bekerja menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan,

terutama bagi mereka para pekerja perempuan. Seperti yang telah di bahas

sebelumnya disini menjadikan objek cafe tempat untuk perempuan bekerja

tidaklah menjadi permasalahan yang cukup besar dan pemilihan tempatnya

juga tergantung dengan keberuntungan yang didapat. Seperti yang di ungkap

oleh Yuni yang menceritakan awal mulannya bekerja di café 168 Kota Palu.

“Alasan saya bekerja di café cukup sederhana dikarenakan pada awalnya saya
melamar pekerjaan ada di berapa tempat sekaligus. Akan tetapi, kebetulan
ada sudara saya yang bekerja di café 168 sehingga saya bisa bekerja di café
168 Kota Palu.” (wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 Desember 2023)

Sebelum menentukan pilihan dimana akan bekerja dibutuhkan

kesiapan untuk menghadapi setiap permasalahan yang akan dihadapinya.

Dimana cafe menjadi tempat yang umum ramai dikunjungi oleh siapa pun

dan kapan pun itu. Tidak terlepas dengan alasan Yuni di atas yang bekerja di

waktu malam hari, Cinta yang merupakan salah satu mahasiswa semester

akhir yang bekerja juga mengatakan alasan dia menjadikan cafe 168 menjadi

tempat untuk dia bekerja adalah karena ketenggangan waktu yang bisa

dilakukan. Sehingga pekerjaaan yang dia lakukan tidak mengganggu tugas

akhir yang sedang dia jalani. Singkatnya dia bisa melakukan kewajibannya

untuk mengerjakan tugas akhirnya setengah hari dan bekerja pada malam

harinya. Jam kerja memiliki peranan yang penting bagi perempuan yang telah

48
berstatus sebagai mahasiswa untuk masuk dalam tenaga kerja maupun tidak.

Dimana adanya peran utama untuk berkuliah, ini semua akan memberikan

tanggung jawab kepada perempuan sebelum memutuskan untuk masuk dalam

dunia pekerjaan. Cinta mengungapkan:

“Sebelum saya memutuskan untuk bekerja, saya mengatur dahulu waktu saya
yang mana saya harus membagi antara kewajiban saya yang berkuliah dengan
bekerja. Dimana, jika saya bekerja di toko pakaian semacamnya atau bahkan
di perkantoran pula mereka juga membutuhkan pekerja yang bekerja
sepanjang hari tetapi saya tidak bisa, karena saya pagi sampai siang
terkadaang harus ke kampus. Akan tetapi, di café 168 Kota Palu tempat saya
bekerja jam kerja mereka di malam hari sehingga tidak menggangu kegiatan
di siang hari.” (wawancara bersama Cinta pada tanggal 18 Desember 2023)
Jadi bagi mereka perempuan yang memilih bekerja di cafe 168 Kota

Palu sebagai tempat mereka kerja, dikarenakan cafe 168 Kota Palu

memberikan peluang mereka untuk memilih. Dengan kata sederhana dapat

memilih jam kerja pada malam hari sesuai dengan jam operasional cafe

tersebut dan mendapatkan penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur

dalam pekerjaan tersebut berdasarkan jumlah hari kerja yang dengan

tanggung jawab yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak baik itu dari

pekerja itu sendiri maupun dari pihak pemilik cafe sebelum menandatangani

kontrak yang ada. Untuk pegawai di 168 Kota Palu sendiri memiliki masa

trening jika pegawai tersebut masih baru seperti yang di ungkapkan Ayu:

“Saya sendiri masih merupakan karyawan trening karena saya baru 2 bulan
bekerja disini, masa magang di cafe 168 Kota Palu ini selama 3 bulan dan
setelah itu bisa menjadi karyawan tetap.” (wawancara bersama Ayu pada
tanggal 19 Desember 2023)
Tempat yang semacam inilah menjadikan alasan bagi mereka pekerja

perempuan menjadikan café 168 Kota Palu untuk mereka bekerja, karena

49
pihak cafe memberikan kebebasan serta kompensasi untuk para pekerjanya

memilih waktu untuk mereka bekerja. Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah

satu owner cafe 168 Kota Palu yang beberapa pekerjanya adalah perempuan

yang menyebutkan bahwa cafe di tempatnya mempunyai jam operasional

bekerja pada malam hari. Terkhusus bagi mereka yang perempuan dan

mahasiswa pemilik cafe 168 Kota Palu memberikan rentan waktu bekerja

dengan batas waktu dari pukul 19.00 malam hingga pukul 04.00 dini hari.

Jadi, mereka hanya perlu menyesuaikan saja waktu mereka untuk bekerja.

Bagi para pekerja perempuan dalam mengambil keputusan untuk

bekerja pasti memiliki alasan dibalik itu semua, terdapat beberapa alasan

yang mempengaruhi mereka untuk bekerja baik itu dari dalam diri mereka

masing-masing (faktor internal), maupun dari luar diri mereka (faktor

eksternal). Dalam kajian ini penulis akan mengkaji alasan yang melatar

belakangi para perempuan bekerja di antaranya:

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh berbagai

alasan yang melatarbelakangi mereka bekerja di cafe 168 Kota Palu.

a. Memenuhi kebutuhan ekonomi

Kehidupan bermasyarakat banyak kegiatan ekonomi diorganisir dan

muncul dari perantara keluarga. Setiap anggota keluarga langsung siap

berpartisipasi dalam kegiatan langsung siap berpartisipasi dalam kegiatan

ekonomi. (Suryanto, 2004)

50
Kecenderungan ekonomi yang rendah mengakibatkan setiap anggota

keluarga memilki tanggung jawab untuk mencari pemasukan untuk diri

sendiri, dalam keluarga disini menciptakan dan memberikan alasan untuk

memulai untuk memulai bekerja baik itu perempuan sekalipun. (Suryanto,

2004)

Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa perempuan harus

terjun ke dunia kerja. Keikutsertaan perempuan dalam permasalahan

ekonomi bukanlah sesuatu yang baru di dalam kehidupan bermasyarakat.

Perempuan memutuskan untuk memperoleh pekerjaan untuk mendapatkan

penghasilan dapat dikarenaka beberapa hal dan alasan lain, seperti adanya

keinginan perempuan untuk mandiri dalam bidang ekonomi maupun untuk

persoalan yaitu seperti berusaha untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan

mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi

tanggungannya dengan penghasilan diri sendiri. Kemudian, terdapat pula

adanya kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga.

Ada beberapa pekerja wanita yang memilih bekerja karena faktor

ekonomi, dan ada pula yang bekerja hanya karena mengisi waktu luang

ketika mereka libur kuliah bahkan ada yang bekrja karena ikut dengan

teman. Diantara 3 pekerja Wanita 2 dari mereka pekerja wanita yang

tergolong kurang mampu. Pekerja wanita yang kurang mampu berasal dari

berbagai daerah, bahkan ada di atara mereka yang berasal dari kabupaten

lain dan memilih menetap di Kota Palu. Rata-rata mereka yang tinggal jauh

51
dari orang tuanya, mereka hanya tinggal di sebuah kos-kosan tidak jauh dari

Café 168 Kota Palu.

Semakin banyaknya peluang perempuan untuk bekerja dan

menggunakan tenaga kerja perempuan jugalah salah satu faktor pendorong

kuat untuk perempuan bekerja. Dengan di dasarkan perekonomian yang

minim sehingga mengharuskan seseorang untuk bekerja. Demi untuk

membantu perekonomian, kemauan atau partisipasi perempuan untuk

mandiri di bidang ekonomi keluarga dilakukan hanya untuk berusaha

membiayayai kebutuhan hidupnya serta memenuhi tanggung jawab yg dia

tanggung.

“Saya bekerja untuk membantu meringankan beban orang tua saya,


dikarenakan penghasilan kerja ibu dan ayah saya yang hanya seorang petani
dan buruh serabutan terkadang sulit untuk bertahan dengan saya yang kuliah
dan adik saya yang sedang sekolah membuat saya bertekat untuk bekerja
membantu beringankan bebannya untuk menyekolahkan saya dengan adik
saya, setidaknya saya bisa menghidupi diri sendiri dari hasil bekerja”
(wawancara bersama Cinta pada tanggal 18 Desember 2023)

Ungkapan tersebut di ucapkan oleh Cinta yang sudah 8 bulan bekerja

hanya demi untuk membantu perekonomian keluarganya. Singkatnya,

bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bekerja, bersekolah,

dan mengurus rumah tangga serta bertanggung jawab dan bergantung pada

jumlah tanggungan keluarga yang bersangkutaan. Jika dilihat semakin

banyak banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi pula

tingkat keikut campuran perempuan demi membatu perekonomian keluarga.

Berbeda halnya dengan Ayu, keluarga Ayu termasuk keluarga

sederhana bisa dibilang mampu, Ayu menuturkan:

52
“Saya bekerja hanya untuk mengisi waktu luang saja, orang tua saya sudah
berulang kali menyuruh saya untuk kuliah tapi saya masih ingin beristirahat
dan mencari pengalaman terlebih dahulu dengan bekerja.” (wawancara
bersama Ayu pada tanggal 19 Desember 2023)
Sedangkan Yuni yang sudah 1 tahun bekerja di café 168 Kota Palu

menuturkan alasannya bekerja sama seperti Cinta.

“faktor ekonomi keluraga yang mengharuskan saya mau tidak mau harus
bekerja dari pada melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
masih ada adik-adik saya yang harus di biayai karena saya yatim, Ayah saya
sudah meninggal jadi hanya tinggal ibu saya yang membiyayai anak-
anaknya. Sehingga saya harus membantu ibu saya membiayai kehidupan
sehari-hari. (wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 Desember 2023)
Henderson mengemukakan bahwa manusia adalah mahluk sosial

yang perlu bekerja dan ingin bekerja yang berarti dapat memberikan

dampak fisik dan emosi. Sementara itu bekerja merupakan upaya untuk

mengisi kwalitas hidup agar lebih baik. Sedangkan Brown mengemukakan

bahwa kerja merupakan penggunaan proses mental dan fisik dalam

mencapai beberapa tujuan yang produktif. Tujuan yang dimaksud seperti

yang dikemukakan oleh May Smith yang mengatakan bahwa tujuan kerja

adalah untuk hidup, dengan demikian, mereka yang menukarkan kegiatan

fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan hidup, yang berarti

bekerja.

Perempuan yang bekerja ketika malam hari dengan segala resiko dan

bahaya yang mengancam, merupakan salah satu kegiatan fisik yang

dilakukannya demi mengisi kwalitas hidup agar lebih baik, walaupun ada

dari pekerja Wanita merupakan keluarga mampu.

53
b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan “merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara” (UU No 20 tahun 2003)”

Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini

semua orang berkepentingan terhadap jalannya pendidikan karena

pendidikan merupakan wadah pembinaan tenaga kerja, dapat untuk

menambah lapangan pekerjaan, serta untuk memperoleh status tertentu

dalam masyarakat.

Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan kemajuan

zaman. Dengan adanya kemajuan zaman ini, banyak aspek‐aspek kehidupan

yang berubah dan bergeser. Oleh karena itu, mau tidak mau paradigma dan

sistem Pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Tentu saja

perubahan tersebut diharapkan dapat menuju pendidikan masa depan yang

lebih baik.

Perubahan pendidikan yang pertama berkaitan dengan sistem

pendidikan, yakni sistem pendidikan tradisional direformasi menjadi sistem

pendidikan empowering of people. Hal ini dilakukan karena Pendidikan

54
gaya lama (tradisional) menganggap siswa sebagai objek yang harus

menerima apa saja yang diberikan guru, sistem Pendidikan empowering of

people tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan masyarakat.

Sikap yang ditunjukan oleh mereka yang melihat fenomena ini

cukup singkat mengacu pada tingkat pendidikan karena sebagian besar yang

dilihat dari keseluruhan mereka para perempuan yang bekerja di café

mereka rata-rata adalah hanya lulusan sekolah menengah pertama (SMA).

Hal tersebut yang membuat para pekerja perempuan (waiters) di Café 168

Kota Palu memilih untuk bekerja sebagai waiters di Café 168 Kota Palu.

Seperti yang di ungkapkan Yuni:

“Saya rasa dengan hanya lulusan SMA sulit untuk bekerja di kantor-kantor
apa lagi kalau tidak punya koneksi,yang lulusan S1 saja susah cari kerja apa
lagi yang hanya lulusan SMA seperti saya.” (wawancara bersama Yuni
pada tanggal 17 Desember 2023)
Cinta yang merupakan seorang mahasiswa yang bekerja menjelaskan

bahwa:

”Bagi saya tingkat Pendidikan memang penting untuk dapat mencari


pekerjaan yang baik dikemudian hari karena pendidikan sangat menunjang
kita untuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan.” (Wwancara bersama
Cinta pada tanggal 18 Desember 2023)
Untuk pendidikan menurut Ayu sendiri yang notabennya memiliki keluarga

yang cukup berada dia mengatakan:

“Iya Pendidikan sangat penting karena sebenarnya cita-cita saya menjadi


dokter dan untuk menjadi dokter sendiri saya harus melanjutkan Pendidikan
ke tingkat universitas tidak mungkin juga saya selamanya akan bekerja di
cafe, cuman ya begitu saya masih malas untuk kuliah” (Wawancara pada
tanggal 19 Desember 2023)

55
Pendapat diterangkan oleh ibu Asri yang berpendapat bahwa

pendidikan juga dianggap menjadi tolak ukur untuk seseorang bekerja.

“Bekerja dan mendapat pekerjaan di kota tidaklah mudah, terlebih bagi


orang yang memiliki pendidikan yang rendah, jadi kenapa harus
mempermasalahkan tempat untuk kerja? Kan syukur bisa mendapat
pekerjaan apalagi di café disana juga kerjanya tidak cukup berat dilakukan.”
(Wawancara bersama ibu Asri pada tanggal 17 Desember 2023)
Akan tetapi, pendapat yang disampaikan ibu diatas bertolak belakang

dengan penjelasan yang diberikan oleh ibu Selvi yang merupakan salah satu

pengelola café 168 Kota Palu. Memang secara keterangan yang dikatakan

oleh salah satu manager café 168 Kota Palu Adit mereka tidak

mempermasalahkan jenjang pendidikan untuk mereka mempekerjakan

pekerja di café mereka.

“Untuk secara umum pendidikan yang tinggi bukanlah karakteristik yang


baru dimiliki oleh setiap pekerja untuk bekerja di café kami, karena
pendidikan tidak menjamin bagaimana bisa seseorang bisa berinteraksi
dengan baik dan memiliki sopan santun yang bagus untuk di perlihatkan
saat bekerja.” (wawancara bersama Adit dan Ibu Selvi pada tanggal 17
Desember 2023)
Pendapat semacam ini juga dikatakan oleh beberapa masyarakat

yang beranggapan sama pendidikan tidak menjadi suatu permasalahan jika

ingin untuk mendapatkan pekerjaan yang layak atau tidak layak untuk

bekerja terutama bagi mereka yang bekerja di café. Dan hal inilah yang

membuat perbadingan satu sama masyarakat dengan pemilik café tentang

perempuan yang bekerja di café.

56
c. Tren mengikuti gaya hidup

Melakukan suatu kegiatan atau aktivitas secara ikut-ikutan zaman

sekarang tidaklah menjadi sesuatu yang aneh kita lihat, banyak seseorang

melakukan sesuatu dikarenakan ingin ikut seperti apa yang orang lakukan,

ingin terlihat lebih sama dan tidak ingin ketinggalan itu alasan utamanya

mengapa orang sering ikut-ikutan terlebih untuk gaya hidup. Gaya hidup

yang ditampilkan dan mengikuti karena adanya dorongan ingin terlihat sama

dan lebih dari orang lain dan yang ditampilkan antara kelas sosial satu

dengan kelas sosial yang lain, bahkan ada kecenderungan masing-masing

individu untuk mengembangkan gaya hidup yang eksklusif dan

membedakan dirinya dengan kelas yang lain. (Suryanto, 2004)

Gaya hidup lain yang tidak sama satu dengan yang lain adalah dalam

segi berpakaian maupun atribut lainnya yang bersifat lebih objektif. Dengan

secara lebih sfesifik melihat dengan finansial yang keterbatasan, sehingga

mengharuskan seseorang untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan gaya

hidupnya.

“Karena saya tipe orang yang suka dengan (fashion), sementara Orang tua
saya memberikan uang saku untuk saya terbatas, tapi untuk saya pribadi
uang segitu tidak cukup untuk memenuhi kebutuah sehari-hari saja, dan
untuk memenuhi kebutuhan saya yang seperti itu saya harus mencari uang
sendiri tanpa meminta dan membebani orang tua saya, ya salah satunya
dengan cara saya bekerja disini, selain bisa menambah uang untuk
memenuhi kehidupan saya ya adalah saya sisipkan gaji saya untuk orang tua
saya walaupun hanya sedikit.” (wawancara bersama Cinta pada tanggal 18
Desember 2023)
Cinta yang mengungkapkan alasan keduanya yang tertera di atas

yang menjadikan gaya hidup yang dia jalani sebagai alasan untuk dia

57
bekerja di cafe 168 saat ini. Seperti itu juga dengan bekerja ada dari sekian

alasan yang ditanyakan mengapa bekerja dia hanya ingin ikut-ikutan dan

berkaitan dengan kebutuhan gaya hidup saja tidak terpaut seperti yang

menjadikan alasan perekonomian menjadi alasan mereka untuk bekerja.

Ayu yang merupakan salah satu pekerja yang memulai bekerja dengan

alasan yang hanya sekedar ikut-ikutan saja.

“Melihat dan mendengar keseruan teman saya saat bekerja dan


menghasilkan uang sendiri, saya juga meresa ingin ikut bekerja dengan
mereka dan ketika saya mengatakan saya juga ingin bekerja dan bagusnya
pada tidak lama setelah itu teman saya menawarkan pekerjaan di tempat dia
bekerja, merasa cocok hingga saat ini saya bekerja dari pada saya hanya
menganggur dirumah karena tidak mau kuliah.” (wawancara bersama Ayu
pada tanggal 19 Desember 2023)
Terdengar sangat sederhana alasan Ayu untuk dia memulai

memutuskan bekerja, siapa sangka dengan alasan tersebut Ayu mampu

mengubah sesuatu yang ada pada dirinya dan lebih banyak mendapatkan

pengalaman dan bahkan bisa mengubah siklus pendapatan ekonomi untuk

keluarga dan diri sendiri. Beda lagi halnya dengan Yuni dia mengatakan:

“Kalau saya tidak mengukiti tren, saya sendiri bekerja memang atas
kemauan saya sendiri dan bertujuan membantu perekonomian keluarga.”
(wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 Desember 2023)
d. Tidak ada peluang kerja yang tepat

Perempuan merupakan potensi keluarga yang memiliki semangat

akan tetapi tak berdaya sehingga perlu diberdayakan oleh orang

disekitarnya. Kebijakan yang bisa dilakukan untuk membantu perempuan

bekerja juga adalah dilakukan dengan memberi motivasi, pola pendamping

usaha, pelatihan keterampilan, penyuluhan kewirausahaan ini dapat

58
membekali perempuan agar dapat bekerja, berusaha dan dapat memiliki

penghasilan.

Banyak juga, perempuan terhambat keinginannya bekerja di

karenakan peluang kerja yang terbatas dan hanya dapat bekerja di tempat

tertentu secara umum dapat bekerja. Cinta juga mengatakan hal tersebutlah

yang menjadikan dia sekarang hanya bisa bekerja di cefe 168 Kota Palu,

dengan pengelaman yang terbatas dan dibatasi juga dengan dia yang hanya

seorang mahasiswa.

“Dengan saya yang masih mahasiswa pasti susah untuk mendapatkan


lapangan yang sesuai dengan kondisi saya apalagi saya harus bolak balik ke
kampus, jadi ya menurut saya dengan bekerja di café 168 Kota Palu sudah
tepat dengan waktu yang saya miliki sekarang.” (wawancara bersama Cinta
pada tanggal 18 Desember 2023)

Begitu juga yang di ungkapkan oleh Yuni yang hanya sebagai

perempuan yang biasa tidak sedang berkuliah:

“Mendapatkan pekerjaan disini (café 168 Kota Palu) sudah cukup untuk
saya dikarenakan peluang kerja yang lain tidak ada atau kurang pas untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari disini saya sangat merasa nyaman gajinya
juga lumayan kadang dapat 2 kali lipat gaji kalau ada acara tertentu.”
(wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 Desember 2023)

Tidak adanya peluang kerja yang cukup bagi pekerja perempuan

mengharuskan mencari tempat kerja yang tidak harus mempekerjakan

pekerja nya dengan kriteria tertentu. Didukung dengan kebutuhan yang

harus dipenuhi yang mengharuskan mencari pekerjaan yang tidak

menargetkan serta mengharus kan dengan kriteria tertentu.

“Saya sendiri merasa lebih nyaman bekerja di café dari pada tempat kerja
yang lain misalnya di toko-toko, menurut saya bekerja di toko atau tempat
lain lebih cape karena harus bekerja dari pagi sampai sore hari dan saya

59
pribadi lebih senang beraktivitas atau bekerja pada malam hari.”
(wawancara bersama Ayu pada tanggal 19 Desember 2023)

Ungkap Ayu yang merasa lebih nyaman bekerja di malam hari dan

juga peluang untuk bekerja di café lebih besar dari pada di tempat lain

dengan Pendidikan yang hanya lulus SMA. Susahnya mendapatkan

pekerjaan sesuai dengan keinginan bahkan dengan pendidikan yang minim.

Akan tetapi, baiknya mayoritas dari kebanyakan dari cafe yang berada di

kota Palu mereka mempersepsikan bahwa mereka tidak mengharuskan

pekerjanya harus berpendidikan tinggi, siapa, serta latar belakngnya apa,

disini mereka hanya memegang dengan konsep bekerja dengan jujur, bersih

dan disiplin.

4.2.2 Kegiatan Pekerja Perempuan di Café 168 Kota Palu

Dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan peran Waiters

sangat berpengaruh, Kemampuan komunikasi yang baik menjadi faktor kunci

dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara Waiters dengan

pelanggan. Kemampuan mereka untuk mengelola pesanan dengan baik,

menjawab pertanyaan dengan cepat, dan menghadirkan solusi dalam situasi

yang menantang menjadi faktor penentu kepuasan pelanggan. Keahlian

interpersonal mereka dalam mengingat preferensi pelanggan, mengenali nama

pelanggan, dan memberikan pelayanan yang personal menjadi faktor penting

dalam membangun hubungan yang positif dengan pelanggan.

Seperti Cafe 168 Kota Palu juga memiliki pelayan (waiter) yang

merupakan seorang pelayan yang tugasnya seperti tempat cafe atau restoran

60
lainnya, yaitu melayani pelanggan dalam bentuk menghidangkan makanan

dan minuman sesuai dengan permintaan pelanggan dan juga membersihkan

tempat tersebut.

“Kegiatan saya selama bekerja yaitu datang absen kemudian biasanya saya
makan dulu sebelum mulai bekerja, saya biasanya datang 30 menit sebelum
jam kerja jadi saya bisa makan dulu dan siap-siap sebelum bekerja.”
(wawancara bersama Ayu pada tanggal 19 Desember 2023)

Ungkap Ayu yang menjelaskan pekerjaanya selama dia bekerja

di cafe 168. Cinta juga menambahkan sebagai pelayan di café 168

yang beroperasional pada malam hari:

“Kegiatan saya ketika pelanggan datang saya langsung memberikan buku


menu kemudian mencatat pesanan pelanggan. Kemudian Kami tidak hanya
menghidangkan makanan dan minuman seperti pelayan lain tetapi di sini
kami juga menawarkan jasa pelayanan khusus contohnya seperti menawarkan
minuman beralkohol kepada pelanggan yang masuk ke bagian diskotik di
dalam café 168.” (wawancara bersama Cinta pada tanggal 18 Desember
2023)
Hal tersebut dibenarkan oleh Yuni yang sudah lumayan lama bekerja

di café 168 Kota Palu.

”Selain melayani pelanggan di cafenya saya juga biasa melayani pelanggan


yang ada di diskotik ketika mereka memesan menu, terus kita harus memiliki
skill menawarkan minuman agar pelanggan mau membeli minuman alkohol
yang mahal” (17 Desember 2023)
Cafe 168 Kota Palu memang memiliki sedikit perbedaan seperti yang

sudah di bahas sebelumnya, cafe 168 sendiri memiliki diskotik di dalamnya

tidak seperti café lain yang hanya menyediakan tempat untuk kuliner. Jadi

café 168 Kota Palu juga menerapkan berbagai persyaratan dalam menerima

karyawan perempuan, salah satu di antaranya yaitu harus berpenampilan

menarik.

61
Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan,

untuk gaji yang mereka dapatkan perbulannya untuk karyawan trening

mendapatkan gaji sejumlah 1,2 juta untuk yang sudah menjadi karyawan tetap

mendapatkan gaji 1,8 juta. Gaji tersebut tidak menentu seperti yang di

ungkapkan Yuni pada saat diwawancara:

“Kadang 1 bulan saya mendapat 2 kali gaji jadi ya sebulan saya bisa dapat
sampai 3 juta, itu karena kadang di café 168 Kota Palu sering mengadakan
acara-acara di diskotik misalnya mendatangkan DJ terkenal jadi pengunjung
bisa mencapai 2 kali lipat.” (wawancara bersama Yuni pada tanggal 17
Desember 2023)
Hal ini yang membuat para pekerja senang bekerja di café 168 Kota

Palu, karena mereka sering mendapatkan uang tambahan di luar gaji

pokoknya. Cinta yang seorang mahasiswa juga mengatakan pada saat

wawancara:

“saya sangat bersyukur bekerja disini karena bisa mendapatkan uang lebih
kalau hanya bekerja di café biasa gajinya tidak sebesar seperti bekerja disini,
kalau saya ya kadang terima sampai 1 juta uang tambahan diluar gaji pokok
saya.” (wawancara bersama Cinta pada tanggal 18 Desember 2023)
Untuk Ayu yang memang hanya menghidupi kehidupannya sendiri dia

mengatakan:

“Dengan hanya bekerja disini saya merasa sangat cukup, soalnya kan saya
hanya menghidupi diri saya sendiri disini paling ya cuma bayar kos, jadi ya
untuk gaji 1,2 karena masih magang tapi kadang ada tip-tip dari pengunjung
cukup lah buat kehidupan sehari-hari. Soalnya saya biasa dapat tip sampai
500 ribu kadang lebih.” (wawancara bersama Ayu pada tanggal 19 Desember
2023)
Dengan gaji yang di terangkan oleh para informan mereka rasa itu

sesuai dengan jam kerja yang diterapkan oleh café 168 Kota palu yaitu jam

19.00-04.00 WITA.

62
Jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya

pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk

bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan

konsekuensi mengorbankan penghasilan yang seharusnya ia dapatkan,

kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam kerja Panjang ataupun

pendek adalah merupakan keputusan individu. (Nicholson dalam Wicaksono,

2011)

Jam kerja dalam Penelitian ini jumlah atau lamanya waktu yang

dilakukan pekerja perempuan untuk bekerja pada malam hari di café 168

Kota Palu. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang akan datang merupakan

langkah-langkah memperbaiki pengurasan waktu. Apabila perencaan

pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat dijadikan panduan

untuk menentukan bahwa pekerjaan yang dijalankan adalah selaras dengan

sasaran yang ingin dicapai. Dengan adanya pengurasan kegiatan-kegiatan

yang hendak dibuat, seseorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya.

Perempuan yang bekerja di café 168 kota palu mulai bekerja mulai pukul

19.00 sampai dengan 04.00 pagi sehingga kegiatan para pekerja perempuan

(waiter) setelah bekerja ada bermacam-macam, ada yang setelah bekerja

istirahat ada juga yang melanjutkan aktivitas lainnya seperti kuliah atau

mengerjakan tugas akhirnya. Hal ini dibenarkan oleh Yuni yang mengatakan:

” Disini saya bekerja selama 9 jam dari malam hingga subuh, jadi setelah
bekerja saya hanya tidur dan istirahat di kos sebelum akhirnya bekerja lagi
dimalam hari.” (hasil wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 Desember
2023)

63
Jam kerja yang diterapkan di café 168 memang mengharuskan para

karyawannya untuk kuat begadang akan tetapi mereka tidak full satu minggu

bekerja, ada waktu dimana para karyawan diberikan untuk off bekerja, maka

tidak heran jika setelah bekerja mereka memilih untuk hanya beristirahat

seharian di kos mereka.

“Kalau saya setelah 9 jam bekerja biasanya saya sempatkan untuk membuka
dan mengerjakan tugas akhir saya, jika waktunya bimbingan biasanya saya
hanya tidur 3 jam kemudian kekampus. Setelah dari kampus baru saya
melanjutkan istirahat saya sebelum beraktivitas Kembali di tempat kerja tapi
kalau tidak ada urusan di kampus saya habiskan waktu seharian untuk
beristirahat.” (wawancara bersama Cinta pada tanggal 18 Desember 2023)

Ungkap Cinta yang kegiatan setelah bekerja ia manfaatkan untuk

mengerjakan tugas akhir dan pergi ke kampus untuk bimbingan dengan

dosennya pembimbingnya. Sama halnya seperti Ayu ketika di wawancara ia

mengatakan:

“kalau saya kan memang lebih suka begadang jadi menurut saya bekerja 9
jam di cafe 168 Kota Palu ya biasa saja. Soalnya sudah biasa makanya saya
lebih senang kerja di malam hari tidak panas juga.” (wawancara bersama Ayu
pada tanggal 19 Desember 2023)

Tidak hanya jam kerja pelayanan dalam sebuah cafe biasanya sangat

berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena kenyamanan dan pelayanan

yang diberikan akan berpengaruh besar terhadap pelanggan dan juga

meningkatkan jasa pelayanan yang diberikan akan menambah atau menaiki

loyalitas pelanggan. Sebagai pemiliki cafe harus bisa membuat pelanggan

tertarik dan datang ke cafenya dengan menyediakan berbagai bentuk

pelayanan kepada pelanggannya. Sebagai seorang pelayan (waiter) tidaklah

mudah, butuh suatu keahlian untuk memberikan pelayanan yang bisa menarik

64
perhatian pelanggan. Karena aturan jam kerja yang di tetapkan oleh café 168

Kota Palu beberapa masyarakat beranggapan bahwa perempuan yang bekerja

tengah malam merupakan perempuan tidak baik dan itu berpengaruh terhadap

kehidupannya.

Secara umum ketika kita berbicara terkait pandangan masyarakat

sekitar tempat tinggal informan banyak pula yang beranggapan bahwa

perempuan yang bekerja di malam hari adalah perempuan “Nakal” yang

pekerjaannya sudah jelas tidak baik. Apalagi bagi orang awam yang menilai

bahwa Café 168 Kota Palu merupakan tempat orang-orang untuk dugem.

Pada umumnya bagi seseorang yang mempunyai pekerjaan sampingan

sebagai pelayan cafe apalagi sebagai pelayan cafe di malam hari, akan

mendapat pandangan yang kurang bagus dari teman bahkan dari masyarakat

setempat, dan juga akan di jauh dari masyarakat. Masyarakat Kota Palu

sebagian berangapan bahwa perempuan yang bekerja di café 168 Kota Palu

pasti mengarah ke jual diri dan juga PSK apa lagi café 168 sendiri memiliki

diskotik di dalamnya. Maka berdasarkan asumsi-asumsi masyarakat terdapat

pandangan negatif.

Kartini Kartono menerangkan bahwa persepsi atau pandangan

merupakan proses yang mana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu

yang terjadi dilingkungannya melalui alat indra yang dimiliki, pengetahuan

lingkungan yang didapatkan melalui interpretasindera dapat melihat dan

memahami berbagai fenomena dan kejadian informasi dan data yang ada di

disekitarnya. Jadi, pendapat seseorang di latar belakangi oleh lingkungannya

65
melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan yang mereka punya. (Inda,

2017)

Semakin berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan

dalam kehidupan menuntut seseorang untuk keluar dari zona mereka masing-

masing. Perempuan bekerja, untuk saat ini di Kota Palu sudah banyak terlihat

nuansa-nuansa yang berbeda berubah menjadi kota yang padat dan memiliki

wilayah cukup luas, kehidupan yang jarang jika masyrakat untuk berinteraksi

satu dengan yang lain. Berbeda dengan susasana yang di pedesaan yang mana

mereka masih mempunyai tingkat kebersamaan yang lebih tinggi dari pada

dengan kehidupan mereka yang di kota. Sehingga dalam berbagai hal pula

kedua kelompok ini memilki sepemahaman yang berbeda dalam menanggapi

dan menyikapi sebuah hal atau peristiwa yang terjadi dilingkungannya.

Bekerja di malam hari tentu saja memberikan dampak buruk atau

negative terhadap kehidupan sosial perempuan. Bagaimana tidak, sebagian

besar masyarakat menganggap bahwa perempuan yang bekerja malam di café

apa lagi café 168 yang memiliki diskotik dan karaoke di dalamnya adalah

perempuan yang tidak benar atau, terkadang para perempuan yang bekerja

malam hari atau yang bekerja di Cafe mendapat sindiran dari masyarakat.

Seperti yang diungkapkan oleh Yuni,

“masyarakat atau tetangga kost sering kali melihat saya sebagai wanita
“Nakal”, bahkan tidak jarang di antara mereka mengatakan bahwa kami yang
bekerja di café 168 Kota Palu adalah wanita “Penghibur” dan dekat dari
kemaksiatan, padahal saya disana bekerja sebagai waiters bukan ledies.”
(wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 desember 2023)

66
Ia pun mengatakan bahwa sejak ia bekerja di tempat hiburan malam

masyarakat cendeung memandang aneh ketika mereka lewat di depannya.

Ayu juga mengatakan pada saat di wawancarai:

“Memang rata-rata orang yang tau saya kerja di café 168 Kota Palu pasti
mereka mengira saya disana bekerja sebagai ledies dan pandangan mereka
say aini perempuan nakal. Padahal kan pekerjaan disana untuk perempuan
bukan hanya itu.” (Wawancara bersama Ayu pada tanggal 19 desember 2023)
Senada dengan yang diungkapkan oleh Cinta, ia mengatakan bahwa

kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa mereka yang bekerja di tempat

karaoke dan pulang larut malam adalah wanita “Nakal”. ia juga mengatakan

bahwa:

“kebanyakan masyarakat memandang rendah pekerjaan kami, walaupun


masyarakat tidak tau jenis pekerjaannya seperti apa, masyarakat langsung saja
menilai kami sebagai perempuan yang tidak baik.” (wawancara bersama
Cinta pada tanggal 18 desember 2023)
Hal ini tentu saja membuat mereka merasa tidak nyaman, status

mereka sudah buruk dimata masyarakat. Walaupun masyarakat tidak tau

alasan mengapa mereka bekerja di Café 168 Kota Palu pada malam hari.

Marien yang kesehariannya sebagai pekerja swasta di klinik, ia tinggal

tidak jauh dari Café 168 Kota Palu akan tetapi dia mengaku belum pernah

menginjakkan kakinya di Café 168 Kota Palu. Walaupun sebenarnya dia

pernah beberapa kali menghadiri acara ulang tahun rekan kerjanya di Café

lain seperti My Kopi O! dan See You Latte Cafe. Ketika peneliti menanyakan

terkait dampak negatif pekerja perempuan terhadap kehidupan sosial pekerja

wanita, ia menjawab:

67
“Memang masyarakat awam akan beranggapan negatif ketika melihat
perempuan yang bekerja di tempat café yang ada hiburan malam atau klub-
klub malam. Andai saja saya punya wewenang maka saya akan memberikan
keterampilan terhadap pekerja perempuan agar bisa memiliki usaha sendiri
tanpa harus bekerja di café seperti itu yang ada tempat hiburan malamnya.
Terkadang saya kasihan terhadap perempuan yang bekerja di tempat seperti
itu karena secara status sosial mereka dianggap rendah oleh sebagian
masyarakat. Belum lagi masalah keselamatan, perempuan yang pulang larut
malam bahkan pulang pagi sampai pukul 04:00 saya rasa sangat
membahayakan keselamatan mereka.” (wawancara bersama Marien pada
tanggal 20 Desember 2023
Arif salah satu mahasiswa di Kota Palu, berpendapat bahwa banyak

masyarakat awam yang menilai bahwa pekerja perempuan adalah perempuan

yang tidak baik, karena perempuan yang kerja di malam hari sangat dekat dari

godaan seperti mengkomsumsi obat-obatan terlarang, minum-minuman keras,

jual diri dan lain sebagainya. Lanjutnya, rata-rata masyarakat menilai bahwa

presentase perempuan yang bekerja di tempat hiburan malam sangat rawan

bagi mereka untuk terjerumus melakukan hal-hal negatif. Karena apabila

perempuan yang hanya dibekali iman yang minim akan cepat tergoyahkan

atau tergiur dengan kemewahan hidup masyarakat Kota, maka dengan

gampang perempuan tersebut akan melakukan hal-hal negatif tanpa berfikir

panjang. Ia juga mengatakan bahwa penilaian masyarakat sebenarnya didasari

oleh tempat ia bekerja. Sebab pada dasarnya ketika kita menyebut tempat

hiburan malam maka yang akan terlintas dalam pikiran adalah perempuan-

perempuan “Nakal” dan sebagainya.

Maka dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

perempuan yang bekerja di Café 168 Kota Palu memiliki dampak negatif

yang mempengaruhi kehidupan sosial para pekerja perempuan. Dampak

68
negatif yang di dapat yaitu buruknya penilaian masyarakat terhadap dirinya,

serta banyaknya kritikan serta sindiran dari masyarakat selama bekerja di

Café 168 Kota Palu. Hal ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh

Michael Foucaul bahwa Wacana adalah ucapan pembicara dalam

menyampaikan segala sesuatu kepada pendengar atau lebih lanjut wacana

merupakan kumpulan-kumpulan pernyataan (statement) di mana eksistensi

posisi perempuan dalam reproduksi wacana yang berada dalam situasi

resistensi budaya atau kultur yang menjadikan perempuan sebagai komoditas

yaitu bentuk dari resistens kuasa kapitalisme.

Melihat teori yang dikemukakan oleh Michael Foucault menunjukkan

bahwa memang dalam kultur atau budaya, perempuan cenderung mendapat

ketidakadilan sehingga hampir disetiap reproduksi wacana yang muncul di

runag publik selalu menempatkan perempuan sebagai korban wacana.

Sebagai korban wacana perempuan sering kali mendapat statemen dari

sebagian masyarakat terlebih lagi ketika mereka bekerja di malam hari,

masyarakat yang tidak tahu jenis pekerjaannya pun tidak akan ragu atau segan

untuk mengatakan bahwa mereka adalah perempuan yang tidak baik, ketika

melihat perempuan bekerja di malam hari.

Sebagai perempuan yang berkerja pada malam hari tidak jarang para

informan mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan terlebih lagi

café 168 Kota Palu memiliki diskotik yang notabennya banyak sekali orang

yang mabuk-mabukan di dalamnya.

69
Untuk memutuskan bekerja seseorang harus mampu memikirkan apa

pun yang terjadi kedepannya karena secara umum setiap pekerjaan memiliki

aturan serta konsekuensinya. Begitu pula bagi mereka yang menjadi pekerja

dalam suatu pekerjaan mereka meliki hak dan perlindungan dari tempat

mereka bekerja.

Isu ketidakadilan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan di

kalangan masyarakat telah memasuki pembahasan yang cukup sering dibahas.

Pro-kontra dalam menyikapi konsep melahirkan pemahaman yang beragam,

yang disebabkan oleh kontruksi sosial yang membentuk dan mempengaruhi

perspektif mereka. (Mufidah, 2010)

Permasalahan isu gender antara laki-laki dan perempuan yang banyak

dituntut kaum perempuan (feminis), memang sudah bukan wacana baru

disebagian kehidupan bermasyarakat. Dan banyak kegiatan yang dilakukan

sebagai pengenalan dan membahas kategori dengan tujuan mensosialisasikan

konsep-konsep ketidakadilan dan sebaginya. Pembahasan mengenai gender

juga masih sering kali menimbulkan suasana kurang nyaman, baik itu dalam

forum khusus yang melibatkan keduanya (laki-laki maupun perempuan).

(Mufidah, 2010)

Bagi mereka para pekerja perempuan di café juga memiliki

konsekuensi dalam bekerja dikarenakan, café merupakan tempat yang umum

dan sering kunjungi oleh siapa saja yang mayoritas pengunjungnya adalah

laki-laki dan tidak ada pembatas lagi antara laki-laki maupun perempuan

disana semua sudah tercampur tampa ada pembatas yang ada, sehingga

70
karena itulah café sering di anggap sebagai tempat yang bebas serta memiliki

peluang yang besar untuk terjadinya ketidakaadilan dalam bekerja karena

mayorita pekerja di café 168 Kota Palu adalah campuran yaitu laki-laki dan

perempuan maka tidak heran jika perbedaan pemberlakuan di tempat kerja

tidak sama. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi mereka yang

bekerja di café 168 Kota Palu untuk berhenti dari pekerjaan mereka.

Mempunyai tujuan yang khusus untuk bekerja tanpa memikirkan

persepsi masyarakat tentang pekerjaan itulah yang mereka katakan. Bahkan,

isu ketidakadilan gender kerap didengar jika itu berhubungan dengan pekerja

perempuan baik itu dari tempat mereka bekerja maupun dari lingkungan

mereka bekerja. Secara umum ketidakadilan gender yang terjadi di kalangan

pekerja perempuan café 168 Kota Palu yaitu pelecehan pada pekerja

perempuan.

Sepintas kata pelecehan kerap terdengar jika berhubungan dengan

perempuan dan identik dengan kekerasan pada perempuan, baik itu secara

fisik dan non-fisik. Pelecehan terhadap perempuan merupakan manifestasi

penundukan yang berbasis kelas yang menepatkan perempuan dalam posisi

yang lebih inferior dibandingkan dengan laki-laki. (Sugihastuti,2007)

Hal ini bisa terjadi di kalangan pekerja perempuan karena pada

dasarnya pelecehan terjadi karena adanya anggapan perempuan itu lemah dan

perempuan harus tunduk. Pelecehan seksual juga dapat sederhana kita

golongkan dalam beberapa contoh seperti pelecehan fisik yang terjadi

perlakuan yang tidak wajar pada individu, kekerasan seksual yang pada

71
pekerja seperti dipegang pada tubuh bagian tertentu tampa persetujuan dari

korban, serta kekerasan psikologis ucapan juga sudah termasuk dalam

katagori pelecehan seperti mengeluarkan kata-kata kotor, bentakan, hinaan

dan ancaman. (Amanda, 2020)

Untuk kasus disini penulis menemukan bahwa adanya tindakan

pelecehan yang terjadi pada pekerja perempuan di café 168 Kota Palu yaitu

Cinta yang berparas cantik dan menarik mungkin suatu hal yang menjadi

penyebab dia kerap beberapa kali menjadapatkan sikap yang tidak pantas dari

beberapa pengunjung laki-laki, bukan melakukan kekerasan secara fisik akan

tetapi kekerasan seksual yang mana Cinta mengungkapkan kekerasan seksual

terjadi saat beliau sedang melaksanakan pekerjaanya sebagai wetters

melayani pengunjung yang datang.

”Saat saya datang kemeja pengunjung yang ada di dalam diskotik seperti
biasa saya menyapa dan mengantarkan minuman yang mereka pesan, tapi
waktu saya ambil buku menu kembali tangan saya ditahan dan dipegang oleh
salah satu pengunjung, dan waktu saya menarik tangan saya dia tidak
melepaskan alasanya dia seperti itu karena waktu itu saya tidak mau duduk
menemani mereka minum-minum.” (wawancara bersama Cinta pada tanggal
18 Desember 2023)
Tidak hanya sekali Cinta dalam pengalamanya yang bekerja sudah

hampir 8 bulan beliau sudah beberapa kali mendapat perlakuan yang serupa

dengan alasan yang sama ingin mengetahui informasi pribadi pengunjung

laki-laki kerap bersifat seperti itu bahkan sebagian dari mereka menawarkan

diri mengantar pulang kemudian Cinta akan diberikan uang. Saat diketahui

mendapatkan perlakuan seperti itu Cinta mengungkapkan:

“jujur saya awalnya trauma dan merasa takut dan tidak nyaman tetapi saya
berusaha bersikap biasa saja berusaha bekerja dengan professional dan

72
mengabaikan mereka dengan senyuman” (wawancara bersama Cinta pada
tanggal 18 Desember 2023)
Kasus yang sama juga pernah pada rekan kerja Cinta Yaitu Ayu, dia

mengungkapkan beberapa kali juga sering mendapatkan perlakuan serupa.

“Kalau saya ya sering di ajak duduk ditarik apa lagi kalau pengunjung
tersebut sudah mabuk, disuruh menuangkan minuman ke gelas bahkan
ditawari minum ketika saya sedang mengantar minuman ke diskotik di dalam,
tapi hal itu saya tanggapi biasa saja selagi saya bisa menjaga diri saya.” (19
Desember 2023)
Penuturan Ayu diatas juga sama seperti yang dituturkan oleh Yuni

pada saat di wawancara yaitu:

“Selama saya bekerja disini memang sering sekali saya mendapatkan


perlakuan yang tidak mengenakkan seperti di ajak minum di ppegang-pegang
bahkan ada pengunjung di diskotik ketika sudah mabuk hampir mau memeluk
saya, tetapi hal tersebut tidak membuat saya ingin pindah kerja. Selagi saya
bisa menjaga diri saya pasti tidak aka nada hal-hal yang tidak di inginkan.
Kadang juga kalo kita turuti sedikit menungkan minuman kita bisa dapat tip
dari pengunjung” (wawancara bersama Yuni pada tanggal 17 Desember
2023)
Hampir setiap pekerja perempuan (waiters) yang ketika masuk

melayani tamu di dalam diskotik pasti mendapatkan perlakuan yang kurang

mengenakan, banyak juga rekan kerjanya tersebut tidak bertahan lama

bekerja di tempat yang sama dengannya karena dia tidak bisa bertahan seperti

Cinta, Yuni dan Ayu yang mengganggap cuek tentang permasalahan seperti

ini. Akan tetapi tidak setiap hari mereka mengalami hal yang kurang

mengenakan, jika mereka melayani di bagian café tidak ada hal-hal negative

yang mereka terima.

Pelecehan semacam ini dapat dikategorikan kedalam kategori

kekerasan publik dimana kekerasan publik yang merupakan kekerasan

73
terhadap perempuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak memilki hubungan

kekerabatan atau relasi yang berdasarkan perkawinan. (Sugihastuti, 2007)

Seperti yang terjadi pada informan di atas yang mendapat perlakukan

kekerasan yang berasal dari orang luar tampa adanya ikatan keluarga atau

kerabat.

74
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.2 Kesimpulan

Untuk mengakhiri uraian dalam skripsi penulis mengemukakan

beberapa kesimpulan dan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Bahwa yang menjadi latar belakang utama pekerja perempuan yang

bekerja di café 168 Kota Palu adalah faktor Ekonomi, Tingkat

Pendidikan, Mengikuti Tren Gaya Hidup, Tidak Ada Peluang Kerja yang

Tepat dan Pemanfaatan Waktu KSerja.

2. Aktivitas para pekerja perempuan (waiters) di café 168 Kota Palu

layaknya seperti pelayan café pada umumnya. Namun dengan jam kerja

yang rawan bagi perempusn yaitu jam 19-00 sampai 04.00 terkadang

para pekerja perempuan (waiters) di café 168 Kota Palu mendapatkan

beberapa pandangan negatif dan perlakuan yang kurang pantas dari para

pelanggan laki-laki. Mereka juga harus pandai menawarkan minuman

beralkohol kepada pelanggan yang ada di dalam diskotik café 168 Kota

Palu.

4.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti memberi saran untuk

pemilik café 168 Kota Palu dan para pekerja perempuan (waiters) di café 168

Kota Palu yaitu pemilik kace harus lebih memperhatikan keselamatan dan

kenyamanan dalam bekerja untuk karyawannya terutama perempuan

dikarenakan café 168 Kota Palu beroperasi pada malam sampai dini hari

75
dimana jam tersebut sangat rawan untuk pekerja perempuan. Dan untuk

pekerja perempuan(waiters) harus lebih memproteksi dirinya agar terhindar

dari hal-hal yang tidak di inginkan selama bekerja di cefe 168 Kota Palu.

76
DAFTAR PUSTAKA

Abd Rahman. (2014) Wanita Antara Idealitas dan Realitas Masyarakat Perspektif

Hukum Islam. Makassar: Alauddin University Press

Ach Maulidi (2017). Investigasi dan Penghapusan Kecurangan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah di Sektor Pemerintahan (Studi Kasus dalam

Sistem Pengadaan di Indonesia: Kasus Tahun 2006 hingga 2012). Jurnal

Internasional Masalah Ekonomi dan Keuangan, 2017.

Ajeng Nurbaeti, Putri. Fenomena Sosial Pekerja Perampuan Dalam Dunia

Industri di Kecamatan Cipocok Jaya. PhD Thesis. Universitas Sultan

Ageng Titrayasa. 2023.

Anggriani Dewi. (2013) Perempuan Dalam Dinamika. Beragama: Suatu Tinjauan

Antropologi Agama. Makassar: Alauddin University Press

Amanda Raisa, “Perlindungan Bagi Para Pencari Kerja Dari Kualifikasi

Perusahaan Yang Diskriminatif”, dalam jurnal Mimbar Keaadilan. Vol

12 No 2. Agustus 2019-Januari 2020.

Bambang, R. Joni S, (2013). Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: CV Pustaka

Setia

Damsar. (2017). Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta: Kencana

Fatrisa, Z. N. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Wanita Yang

Bekerja Pada Malam Hari Oleh Pengusaha Hiburan Malam: Studi Kasus

77
Tempat Karaoke di Kota Surabaya. Bureaucracy Journal: Indonesia

Journal of Law and Social-Political Governance, 2(3), 972-984.

Herabudin. (2015). Pengantar Sosiologi. Bandung: Pustaka Setia

Hutami, Winny Wahyu. "FENOMENA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEREMPUAN." journal.unair.ac.id

Inda Rezki Yanti, Skripsinya “Persepsi Masyarakat Terhadap Pekerja Wanita

Ditempat Karaoke Princess Syahrini Kota Makasar”. Fakultas

Ushuluddin, Filsafat dan Politik. Univ Islam Negeri Alauddin Makasar

2017: 14

J. Dwi Narwoko, Bagong Suryanto (2004) “Sosiologi Teks Pengantar &Terapan”,

Kencana PRENATA MEDIA GROUP, jakarta 13220

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, (2007), Manajemen Pemasaran, PT.

Indeks, Indonesia.

Mufidah, “Isu-isu Gender Kontemporer Dalam Hukum Keluarga”, UIN-MALIKI

PRESS, 2010

Muhammad Mustari & M. Taufik Rahman.(1998). Pengantar Metode Penelitian.

(Bandung: Laksbang Pressindo, 2011).

Muslim, B. (2020). Perlindungan Hukum Pekerja Perempuan Di Malam Hari

Dalam Perspektif UU 13 Tahun 2003. Jurnal Panorama Hukum, 5(1),

26-36.

78
Nasaruddin Umar. (1999). Argumen Kesetaraan Gender. Jakarta: Paramadina

Nurhidayah Usmann, (2023, 29 Agustus) Prasangka Masyarakat Terhadap

Wanita, http://blogspot.co.id

RUKAJAT, Ajat. Pendekatan penelitian kualitatif (Qualitative research

approach). Deepublish, 2018.

SARI, Eva Norma; HIDAYAH, Nur. Fenomena Kehidupan Buruh Gendong

Perempuan di Pasar Giwangan. E-Societas, 2018, 7.2.

SUFIYANTI, Ety; SAYUTI, A. Jalaludin; WINDARTI, Ayu Oka. Tingkat

kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan minimarket. Jurnal

Riset Bisnis Dan Investasi, 2017, 3.1: 43-51.

Sugiarto, Endar dan Sri Sulartiningrum (1998) Pengantar Akomodasi dan

Restoran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sugihastuti, Itsna Hadi Saptiawan. “Gender Dan Inferioritas Perempuan: Praktik

Kritik Sastra Feminis”. Cet I, PUSTAKA PELAJAR. Yogyakarta 2007

Sugiyono., 2015, Motode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesi, Edisi 4,.

2008. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Turner, Stephen Park. 1983. “Weber on action.” American Sociological Review

48:5006-519.

79
Titis Dwi Haryuni, Anggaunita Kiranantika. “Perempuan dan Warung Kopi

Sebuah Perspektif Fenomologi”. Jurnal Studi Gender,2020,13:2

Wicaksono. 2011. “Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha, Dan Jam Kerja Terhadap

Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak.” Universitas

Diponegoro : Semarang

Sumber lain:

https://palukota.bps.go.id/indicator/35/124/1/jumlah-warung-kedai-makanan.html

https://dukcapil.palukota.go.id

80
LAMPIRAN

81
LAMPIRAN
1. PEDOMAN WAWANCARA
Profil informan
Nama :
Umur :
Suku :
Agama :
Pendidikan terkahir :
Status dalam keluarga :
Quisioner
1. Dari sekian banyak café di kota palu kenapa memilih untuk bekerja di café
168?
2. Apakah anda tinggal Bersama orang tua di palu?
3. Anda berapa bersaudara dan di dalam keluarga anda siapa saja yang sudah
bekerja?
4. Berapa jam efisien kerja di café 168 ?
5. Sudah berapa lama anda bekerja di kafe 168
6. Apakah anda nyaman bekrja di kafe 168
7. Berapa penghasilan anda perbulan selama bekerja di café 168?
8. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar anda melihat anda bekerja di café
168?
9. Apa kegiatan anda sehari-hari sebelum berangkat kerja di café 168?
10. Selama anda bekerja sebagai waiters di café 168, apakah ada hal-hal
negative yang pernah anda alami?
11. Apakah anda pernah diminta melakukan pekerjaan lain selain menjadi
waiters di café 168?
12. Apakah anda ada niatan untuk mencari tempat kerja lain?
13. Selama anda bekerja apakah anda menabung untuk tabungan jangka Panjang
dan berapa persen?

82
2. Surat Izin Penelsitian
2. Surat Balasan Café 168 Kota Palu
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Yuni Waiters di café 168 Kota Palu pada tanggal 17
Desember 2023
Wawancara dengan Ayu Waiters di café 168 Kota Palu pada tanggal 19 Desember
2023
Wawancara dengan Adit salah satu manager di café 168 Kota Palu pada tanggal
18 Desember 2023
Café 168 Kota Palu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS
Nama : NUR FITRI
No. Stambuk : B 201 18 236
Tempat Tanggal Lahir : Mamboro 20 Januari 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. S. Palayua

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Arson
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sarovele
Nama Ibu : Wartin
Pekerjaan : URT
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. S. Palayua
C. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Inpres 5 Taipalaga :2006-2012

2. SMP Negeri 18 Palu :2012-2015

3. SMA Negeri 5 Palu : 2015-2017

4. Universitas Tadulako : 2018-2024

Anda mungkin juga menyukai