Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)
Oleh :
Sari Wahyu Aramiko
N I M : 207046100089
Pembimbing II
NIP: 195811281994031001
NIP: 197210262003121001
ii1
LEMBAR PERNYATAAN
Jakarta,
Maret 2011
iii
2
ABSTRAK
Sari Wahyu Aramiko. NIM 207046100089. Dampak Pasar Ritel Modern
terhadap Pasar dan Pedagang Pasar Tradisional diKota Tangerang Selatan dan
Upaya Penanggulangannya. Skripsi Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam),
Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/ 2011 M. xiv + 76 halaman + 8 halaman
lampiran.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dampak supermarket terhadap
pasar dan pedagang ritel tradisional di Tangerang Selatan dan mengidentifikasi
perilaku pedagang ritel tradisional di Tangerang Selatan setelah bersaing dengan
supermarket.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Analitis dengan meneliti 30
responden, yaitu para pedagang pasar tradisional di Tangerang Selatan, pengelola
pasar tradisional, pengelola/staf supermaket, dan pejabat Pemda terkait, APPSI, dan
APRINDO sebagai sampel penelitian dalam kapasitas responden. Setelah data
disajikan dengan teknik statistik, selanjutnya dilakukan analisis data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan
supermarket terhadap pasar ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan adalah sangat
signifikan, terlihat dari menurunnya omset para pedagang pasar tradisional setelah
adanya Supermarket. Namun, ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi
omset pedagang pasar tradisional, diantaranya: infrastruktur pasar, fasilitas umum,
dan cara pembayaran kepada pemasok.
Kata kunci
Pembimbing I
Pembimbing II
Daftar Pustaka
iv3
PANITIA UJIAN
1. Ketua
(..)
2. Sekretaris
(..)
3. Pembimbing I
(..)
4. Pembimbing II
(..)
5. Penguji I
(..)
6. Penguji II
(..)
v
4
KATA PENGANTAR
3. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Supriyadi Ahmad, MA. dan Bapak Afwan
Faizin, MA., yang telah membimbing, memberikan pengarahan, saran,
koreksi, ilmu pengetahuan, dan pengalamannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak Pak!.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama di bangku kuliah.
5. Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum juga
Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan fasilitas untuk pengadaan studi kepustakaan.
6. Kepala Sub. Bidang Data dan Statistik Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Tangerang Selatan, Ibu Irma dan Kepala Seksi
Pengelolaan Informasi dan Analisa Pasar
8. Terima kasih kepada Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda Mustar Amin dan
Ibunda Siti Nurhasanah yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada
penulis, dukungan moril dan materil yang tidak ternilai harganya. Doa dan
Nasehat yang Ayahanda dan Ibunda berikan selalu menyertai dan memotivasi
penulis untuk selalu semangat dan tak kenal menyerah dalam mencapai masa
depan. love u mom n dad!! Kakanda Syaiful Bahri Ayudiko, thankz y bang!
Buat semuanya yang udah bikin gw sadar klo ure the one whatever the else.
Adinda M. Imron Fajri dan Khofifah Ketiara yang selalu memberikan
keceriaan pada penulis dan selalu mendukung penulis untuk terus maju, its
wonderfull life so we must enjoy it with happiness and spirit, semoga Allah
SWT. selalu memberikan keagungan ilmu pengetahuan kepada kita semua.
Amin.
9. Bang qul terima kasih atas seluruh dukungannya baik moril maupun materil
hidup ini memang terlalu indah untuk ditangisi, Ka Ayu terima kasih atas
waktu, tenaga dan segala supportnya, Makul Asnawi terima kasih atas segala
kesabarannya yang selalu menasehati penulis sehingga dapat berdiri tegar, Bik
Pidah makasih ya buat semua dukungannya setiap aku sumpek pasti aku lari
kesana buat nge refresh semuanya, rumah bibi udah kaya villa pribadi buat
aku. Serta seluruh keluarga besar penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
10. Teman - teman mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Non-Reg Kelas A,
khususnya Rani, Nurul, Ita, dan Aulianathankz ya dukungan kalian selama
vi7
Penulis
iX8
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Hipotesis ............................................................................. 6
F.
G.
X
9
BAB II
BAB III
B.
C.
B.
C.
D.
E.
BAB IV
B.
C.
D.
Xi
10
E.
BAB V
F.
G.
PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................... 72
B.
Saran ................................................................................... 73
Xii
11
DAFTAR TABEL
1.
2.
Tabel 2. Data Jumlah Pasar Tradisional, Toko Modern dan Pusat Perbelan
jaan di Kota Tangerang Selatan .................................................................... 36
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Xiii
12
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
XiV
13
BAB I
PENDAHULUAN
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 63.
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 90 95.
14
Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kotakota lebih kecil dalam rangka mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga.
Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengahatas pada era 1980-an dan awal 1990-an (CPIS 1994), penjamuran supermarket
hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktek pemangsaan melalui strategi
pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk
mengakses supermarket.3
Dalam rencana tata kota Tangerang Selatan disebutkan tujuh kecamatan yang
ada, yaitu Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara,
dan Setu. Dari setiap kecamatan tersebut masing-masing memiliki pasar ritel baik
tradisional maupun modern (supermarket), kecuali Kecamatan Pamulang yang tidak
memiliki pasar tradisional dan Kecamatan Setu yang tidak memiliki pasar tradisional
maupun modern (supermarket).4
Kendati persaingan antar supermarket secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang
diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat
Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 1-2.
4
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat
Perbelanjaan Di Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa
Pasar, Wawancara Pribadi, Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.
2
15
penting mengingat supermarket yang saat ini secara langsung bersaing dengan pasar
tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu.5
Berbagai implikasi muncul sebagai akibat dari semakin runcingnya
persaingan antarperitel ini. Dari sisi konsumen, persaingan ini berdampak pada
semakin terjangkaunya harga barang dan meningkatnya mutu barang yang dijual.
Dampak ini terutama bermanfaat bagi keluarga yang kurang mampu karena sekarang
mereka bisa mengkonsumsi barang yang berkualitas dengan harga yang lebih
terjangkau.
Meski berdampak positif terhadap konsumen, ada kemungkinan bahwa
persaingan antar peritel modern berdampak negatif terhadap peritel tradisional, yang
berdagang di pasar-pasar tradisional dan umumnya berskala kecil.
Penelitian ini menganalisis dampak supermarket pada pasar dan pedagang
ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini, responden hanya
terbatas pada pedagang di pasar-pasar tradisional yang merupakan mayoritas
pedagang tradisional di Tangerang Selatan. Terlebih lagi, karena produk yang
umumnya diperdagangkan para pedagang ini juga tersedia di supermarket, maka
pasar modern menjadi pesaing utama mereka. Oleh karena itu, penelitian ini menstudi
Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 2.
3
16
Dampak Pasar Ritel Modern Terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional
di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar
17
a. Bagaimana dan seberapa besar dampak pasar ritel modern terhadap omset
pedagang pasar ritel tradisional di wilayah kota Tangerang Selatan?
b. Bagaimana perilaku pedagang ritel tradisional di Tangerang Selatan
bersaing dengan supermarket?
c. Bagaimana upaya penanggulangan dampak yang ditimbulkan supermarket
terhadap pasar tradisional?
C.
5
18
D.
6
19
E.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan
dilakukan. Jawaban sementara dari penulis, yaitu Pasar Ritel Modern (Supermarket)
memiliki dampak yang cukup besar terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di
Wilayah Kota Tangerang Selatan, karena produk yang dijual di pasar tradisional juga
tersedia di supermarket. Maka bisa ditarik hipotesis awal yaitu:
Ho:
Pasar ritel modern (Supermarket) tidak berdampak pada pasar dan pedagang
ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan.
Hi :
Pasar ritel modern (Supermarket) memiliki dampak pada pasar dan pedagang
ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan.
F.
20
8
21
b) Studi Dokumentasi
Yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pada
dokumen-dokumen tentang dampak pasar ritel modern terhadap pasar
ritel tradisional yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang Selatan dan
laporan-laporan lainnya yang terkait dengan masalah penelitian.
5. Populasi dan Sampel
Proses penelitian dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis. Awal
dari dilakukannya penelitian adalah ditemukannya suatu masalah. Masalah
tersebut harus dilandasi teori yang ilmiah. Dengan teori tersebut akan terbangun
suatu kerangka pemikiran yang dapat menjawab permasalahan tersebut.
Jawaban dari permasalahan tersebut adalah hipotesis, yaitu jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji kebenaran hipotesis,
penulis harus melakukan pengumpulan data pada obyek penelitian.
Dalam hal ini populasi dalam penelitian meliputi seluruh pasar tradisional
yang terdapat di Kota Tangerang
Serpong, Bintaro Sektor 2, Ciputat Permai, Gedung Hijau, Moderen BSD, dan
Pasar Delapan.. Namun sampel yang penulis ambil adalah pasar tradisional
Ciputat dan Pasar Bintaro Sektor 2.
6. Teknik Analisis
9
22
10
23
11
24
n xy - (x) (y)
12
25
13
26
apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dari sampel
diambil. Apabila pada sampel terdapat hubungan positif, maka setelah
dilakukan uji signifikan ternyata terdapat hubungan yang positif pula, maka
hubungan positif berlaku pula pada populasi. Apabila pada sampel terdapat
hubungan negative, setelah dilakukan uji signifikan terdapat hubungan
negative juga, maka hubungan negative tersebut dapat diberlakukan pada
populasi.
Akan tetapi bila pada sampel ada hubungan positif atau negative, setelah
dilakukan uji signifikan ternyata tidak ada hubungan (menerima Ho), maka
hubungan positif atau negative yang terdapat pada sampel tidak signifikan.
Artinya hubungan positif atau negative yang terjadi pada sampel tidak dapat
diberlakukan pada populasi. 10
Uji signifikan yang dilakukan adalah t-test, dengan rumus:
t= rn-2
1 - r2
Keterangan :
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi product moment
10
Ali Mauludi, Statistika I, ( Ciputat: PT. Prima Heza Lestari, 2006), hal.102.
14
27
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum, Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini disusun
menjadi empat bab yang kemudian pada setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab
bahasan dengan rincian sebagai berikut:
Bab I menguraikan latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan
permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian
dan teknik penulisan serta sistematika penulisan. Bab II membahas tentang pengertian
dan fungsi pasar, pengertian ritel dan macam-macamnya serta mekanisme pasar
dalam Islam. Bab III menyoroti Letak dan kondisi Pasar Tradisional di Kota
Tangerang Selatan, Supermarket di Kota Tangerang Selatan, serta Kerangka
Kebijakan Sektor Usaha Ritel di Tangerang Selatan. Bab IV mengurai tentang
dampak yang ditimbulkan pasar ritel modern terhadap pasar tradisional serta upaya
penanggulangan dari dampak yang ditimbulkan. Terakhir, Penulis akan mengambil
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, serta akan mencoba memberikan saran-saran / rekomendasi perbaikan
yang dipandang perlu yang akan di tuangkan pada Bab V.
15
28
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PASAR DAN RITEL
11
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
12
Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar, ( Jakarta: PT
Pusaka Grafika Kita, 1988).
16
29
melaksanakan transaksi tukar-menukar, baik pada suatu tempat, maupun pada suatu
keadaan yang lain.
Dalam ilmu ekonomi, pasar itu lazim dibagi menjadi dua golongan: (1) pasar
yang nyata, yakni tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk berjual-beli
akan barang-barangnya, (2) pasar niskala, yang abstrak. Barang diperdagangkan tidak
sampai di pasar. Jual beli berlaku langsung atau hanya menurut contoh barang (Tohir,
tt:96).
Kedua pengertian diatas tercangkup dalam satu definisi yakni besarnya
permintaan dan penawaran akan suatu jenis barang atau jasa (Tohir, tt:96). Segala
kegiatan pengolahan dan penjajaan secara kecil kecilan merupakan klimaks dari
kegiatan
pasar.Kegiatan
jual-beli
tersebut
merupakan
kegiatan
ekonomi
17
30
18
31
Pasar sebagai pusat ekonomi, pasar biasanya menjadi pusat penjualan hasil
pertanian, dan pusat perbelanjaan orang yang tinggal dalam radius 5 mil dari pasar
(Dewey,1992:51), atau lebih dari itu sesuai dengan letak dari desa yang ada. Pasar
merupakan suatu sarana yang dapat menyerap dan menyediakan semua hasil serta
kebutuhan masyarakat.Jika diperhatikan secara seksama, kehadiran pedagang, dan
petani produsen si pasar hanya ingin mendapatkan tambahan pendapatan, dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.Bagi pedagang, kelebihan harga dari harga beli tiap
unit barang yang didapatkan merupakan rezeki yang diperoleh melalui perdagangan.
Pasar sebagai tempat rekreasi. Rekreasi bukan saja berlaku bagi orang yang
tinggal di Kota, melainkan kebutuhan setiap individu dimana saja berada
(Hasybullah, 1997:194).Untuk mengetahui tujuan pasar itu hanya ingin rekreasi dapat
dilihat dari sikap, tingkah laku serta perbuatannya.Tujuan yang demikian itu erat
hubungannya dengan adanya pasar harian, dan pasar mingguan yang diadakan sekali
dalam seminggu.
Di pedesaan jarang ditemui tempat rekreasi yang banyak dikunjungi orang,
melainkan yang menjadi sasaran tempat rekreasi hanyalah pasar.Oleh karena itu
seyogyanyalah ada orang desa yang datang di pasar hanya untuk melihat keramaian
pasar. Kehadiran mereka datang di pasar untuk rekreasi didorong oleh beberapa
faktor, antara lain disebabkan di kampung selalu dipacu dalam pekerjaan, tiada waktu
19
32
yang kosong bersantai ria, kecuali saat tertentu, seperti pada acara pesta perkawinan,
dan perayaan lainnya.13
Pasar sebagai tempat pertemuan sosial dan tukar informasi.Pasar pada
dasarnya merupakan tempat pertemuan sosial.Diantara pengunjung dapat bertukar
informasi.Pengunjung pasar cukup bervariasi, dari berbagai lapisan masyarakat.
Pertemuan pengunjung itu mengandung dampak positif, bahwa di balik kedatangan
mereka dengan tujuan yang berbeda beda dapat berjumpa dengan seseorang yang
berasal dari kampung yang berbeda, baik yang masih ada hubungan kekeluargaan
maupun yang tidak ada sama sekali. Kelompok pedagang saling bertukar informasi
tentang naik turunnya harga, masalah kredit dari bank, penjualan hasil pertanian,
kebijaksanaan
pemerintah
tentang
perdagangan.Oleh
karena
itu,
tidaklah
mengherankan jika pasar dipandang sebagai tempat pertemuan sosial serta media
yang baik untuk menyampaikan informasi. Kenyataan ini dapat dilihat selain tersebut
diatas, juga adanya spanduk, baik tentang kegiatan sesuatu maupun reklame film, dan
lain sebagainya.
13
20
33
14
21
34
Services,
USDA,
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.17
Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga
(termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran
dan dengan cara swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak
dagangan dan membayar ke kasir).18Itulah sebabnya, pasar dengan format
seperti ini disebut juga Pasar Swalayan.
Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini
terdapat 3 jenis pasar modern yaitu Minimarket, Supermarket dan Hypermarket.
Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis
barang yang diperdagangkan. Berikut karakteristik dari ke-3 jenis Pasar
Modern tersebut:
Tabel 1:
Karakteristik Pasar-Pasar Modern di Indonesia
Uraian
Minimarket
Supermarket
Hypermarket
Barang
yang Berbagai
macam Berbagai
macam Berbagai
macam
diperdaga
kebutuhan
kebutuhan
kebutuhan
ngkan
rumah tangga
rumah tangga
rumah tangga
termasuk
termasuk
termasuk
kebutuhan
kebutuhan
kebutuhan
sehari-hari
sehari-hari
sehari-hari
Jumlah item
< 5000 item
5000 - 25000 item
>25000 item
17
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Wishnu Basuki (ABNR)
Transl. wbasuki@abnrlaw.com.
18
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 91-92.
22
35
Jenis produk
Model
penjualan
- Makanan
kemasan
- Barang-barang
hygienis pokok
- Makanan
- Barang-barang
rumah tangga
- Makanan
- Barang-barang
rumah tangga
- Elektronik
- Busana/ pakaian
- Alat olahraga
Dilakukan secara Dilakukan
secara
eceran,
eceran,
langsung pada
langsung pada
konsumen
konsumen
akhir dengan
akhir dengan
cara swalayan
cara swalayan
Dilakukan secara
eceran,
langsung pada
konsumen
akhir dengan
cara swalayan
(pembeli
mengambil
sendiri barang
dari rak-rak
dagangan dan
membayar di
kasir)
Luas
lantai Maksimal 400m2
4000 5000 m2 >5000 m2
usaha
(berdasar
kan
Perpres
terbaru,
yakni
no.112 th
2007)
Luas
lahan Minim
Standard
Sangat luas
parker
Modal (diluar s/d Rp 200 juta
Rp 200 juta Rp 10 Rp 10 Milyar keatas
tanah dan
Milyar
bangunan
)
19
Pasar modern sebenarnya adalah usaha dengan tingkat keuntungan yang tidak
terlalu tinggi, berkisar 7-15% dari omset.Namun bisnis ini memiliki tingkat
19
Sumber: Peraturan Presiden no. 112 th 2007, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia,
Daniel Suryadarma et all (Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional
di Daerah Perkotaan di indonesia).
23
36
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 276.
24
37
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal 129-130.
25
38
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 134.
26
39
23
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 134.
27
40
24
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 140.
28
41
Tren ini juga diikuti peritel Indonesia. Yang masih disewakan adalah
gondola end, special display, atau area lain. Dengan area yang semakin sempit
dan pertarungan mendapatkan ruang di supermarket yang semakin sulit, maka
harga sewanya juga semakin melambung.25
Listing fee pun mulai diterapkan di Indonesia sejak awal tahun 1990,
meniru manajemen ritel modern di negara barat. Karena jumlah produk yang
ingin masuk ke supermarket semakin banyak, maka diperlukan langkah untuk
melakukan penyaringan. Adapun peran Listing fee dalam dunia ritel adalah:
1. Membuat pemasok berkomitmen dalam memasok barang
2. Mengganti ongkos administrasi dalam identifikasi produk untuk reorder
dan sebagainya
3. Memastikan produk didistribusikan secara terkontrol dan disebarkan di
cluster toko yang dikehendaki dalam rantai distribusi
4. Mencegah terjadinya persekongkolan antara pembeli dan pemasok
Listing fee satu peritel secara umum berlainan satu sama lain, demikian
juga antara satu kategori produk dengan kategori lainnya. Hal ini ditentukan
faktor:
1. Jumlah toko dalam rantai tersebut atau jumlah toko yang menjual produk
tersebut
25
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 141.
29
42
30
43
harga
tertentu.
Sehingga
dengan
adanya
transaksi tersebut
akan
mengakibatkan terjadinya proses transfer barang dan jasa yang dimiliki oleh setiap
objek ekonomi tersebut. Dengan kata lain, adanya transaksi pertukaran yang
kemudian disebut sebagai perdagangan adalah satu syarat utama dari berjalannya
mekanisme pasar.26
Suatu pola ekonomi yang dialami oleh suatu zaman sangatlah tergantung dari
peradaban yang berlaku. Peradaban yang memandang dan tumbuh dari dunia
pertanian tidak menjamin sistem perdagangan juga akan tumbuh dan berkembang.
Sedangkan peradaban yang tumbuh dan berkembang dari dunia perdagangan sangat
memungkinkan mendorong terwujudnya dan terpenuhinya sistem pertanian maupun
industri. Dunia islami yang pada awalnya memang berawal dari peradaban Arab,
adalah suatu zaman yang telah maju apabila dibandingkan dengan peradaban yang
lain, terutama dalam dunia perdagangan. Sehingga dari adanya kemajuan
26
31
44
(- : ).
Artinya
Dalam konsep ekonomi Islam penentuan harga dilakukan oleh kekuatankekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep
Islam, pertemuan permintaan dan penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela
sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi pada
tingkat harga tersebut.28 Seperti dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 29:
( : )
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
27
Abdul Azim Islahi, Economic Concept of Ibn Taimiyah, ( The Islamic Foundation, 1988), hal.
97.
32
45
29
Long run competitive equilibrium terjadi bila terpenuhi tiga hal ini: (a) semua produsen dalam
industry tersebut melakukan upaya memaksimalkan profit, (b) tidak ada produsen yang mempunyai
insentif untuk masuk kea tau keluar dari industry tersebut karena economic profitnya nihil, (c) harga
sedemikian rupa sehingga jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta. Lihat Robert
Pindyck and Daniel Rubinfled. Microeconomics 3rd ed., (New Jersey: Prentice Hall,1995).
33
46
Islam mengatur
keuntungan dari
34
47
30
Ghaban adalah selisih antara harga yang disepakati penjual dan pembeli dengan harga pasar
akibat ketidaktahuan pembeli akan harga. Ghaban kecil dibolehkan sedangkan ghaban besar dilarang.
35
48
BAB III
GAMBARAN UMUM USAHA RITEL DI TANGERANG SELATAN
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir
tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November
2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut, yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam
bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan
kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Dengan 36 kecamatan luas wilayah
1.159,05 km2 dan jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang.31
Industri bukan merupakan sektor utama yang menggerakkan perekonomian
Kota Tangerang Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih besar dibandingkan
dengan sektor primer seperti sektor pertanian. Berdasarkan data Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terdapat beberapa jenis
industri dan yang terbanyak adalah industri kertas, percetakan dan penerbitan dan
industri alat elektronika dan komponennya, alat listrik dan komponennya masing
masing. Sebanyak 8 unit perusahaan. Nilai investasi PMA lebih besar dibandingkan
dengan PMDN. Nilai PMDN adalah sekitar dua ratus milyar rupiah sedangkan PMA
31
Irma, Profil Tangerang Selatan 2010, Kasubid Data dan Statistik BAPPEDA Tangsel,
Wawancara Pribadi, Kantor BAPPEDA, 23 Februari 2011.
36
49
lebih dari 24 trilyun rupiah. Investasi daerah dapat ditingkatkan jika daerah memiliki
potensi, baik itu berupa potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya
manusia. Hal lain yang juga sangat penting adalah kemampuan daerah menjual
potensi yang dimilikinya dan menciptakan iklim yang kondusif dan mendukung
investasi.
A. Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan
Kebanyakan pasar tradisional merupakan milik pemda. Pemda di Indonesia
umumnya memiliki Dinas Pasar yang menangani dan mengelola pasar tradisional,
termasuk di Kota Tangerang Selatan. Dinas ini mengelola pasar miliknya sendiri atau
bekerjasama dengan swasta. Metode kerjasama umumnya melibatkan pemberian izin
kepada pihak swasta untuk membangun dan mengoperasikan pasar tradisional di
bawah skema Bangun, Operasi, dan Transfer (BOT), dengan pembayaran oleh pihak
swasta kepada Dinas Pasar setiap tahun. Terdapat beberapa kelas pasar tradisional,
umumnya berdasarkan area (luas meter persegi) dan jumlah pedagang. Metode
klasifikasi berbeda pada setiap pemda, namun biasanya pasar kelas I atau kelas A
adalah pasar terbesar. 32Sudah menjadi kebiasaan bagi Dinas Pasar untuk menentukan
target penerimaan tahunan untuk setiap pengelola pasar, yang lazimnya meningkat
setiap tahun. Untuk beberapa tahun terakhir, proporsi penerimaan dari Dinas Pasar
antara 1,5% hingga 3%. 33
32
Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 27.
33
Tubagus Reza Maulana, Koor Divisi Usaha dan Jasa Tangerang, Wawancara Pribadi, Kantor
PD. Pasar Niaga Kerta Raharja, 8 Maret 2011.
37
50
Tabel
Data Jumlah Pasar Tradisional, Toko Modern dan Pusat Perbelanjaan
di Kota Tangerang Selatan
NO
KECAMATAN
SERPONG
SERPONG
UTARA
PONDOK AREN
CIPUTAT
CIPUTAT TIMUR
PAMULANG
SETU
2
3
4
5
6
7
JUMLAH
TOKO
MODERN
SKALA
KECIL
8
TOKO
MODERN
SKALA
BESAR
2
24
1
2
1
0
0
9
16
18
6
18
9
99
PASAR
TRADISIONAL
2:
PUSAT
PERBELAN
JAAN
JUMLAH
11
37
3
2
1
4
0
17
3
0
3
2
0
13
23
22
12
24
9
138
Tabel 3:
Data Nama-nama Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan
34
Tubagus Reza Maulana, Koor Divisi Usaha dan Jasa Tangerang, Wawancara Pribadi, Kantor
PD. Pasar Niaga Kerta Raharja, 8 Maret 2011.
38
51
Nama Pasar
Pasar Ciputat
Pasar Jombang
Pasar Serpong
Pasar Bintaro Sektor 2
Pasar Ciputat Permai
Pasar Gedung Hijau
Pasar Moderen BSD
Pasar Delapan
Lokasi
(Kecamatan)
Ciputat
Ciputat
Serpong
Pondok Aren
putat Timur
Serpong Utara
Serpong
Serpong Utara
Luas Area
6.670
6.095
8.730
830
1.000
3.369
30.000
34.945
Pengelola
PD Pasar Niaga Kerta
Raharja
PT. Tritama Nila Griya
PT. Alam Sutera
BSD
Ppt. Alam Sutera
35
2.
35
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat
Perbelanjaan Di Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa
Pasar, Wawancara Pribadi, Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.
39
52
Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas maka ditentukan misi sebagai berikut
: Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, baik selaku Pegawai Perusahaan
Daerah maupun masyarakat yang terlibat dengan masalah perpasaran. Legalitas
kerangka dasar, yang mengandung filosofis, fundamental dan mengatur serta
melegalisasikan
setiap
langkahlangkah
atau
aktifitas
PerusahaanDaerah.36
40
53
37
41
54
38
Klasifikasi pasar
:I
Tipologi pasar
: Pasar eceran
Tahun berdiri
: 1997
Luas bangunan
: 3342 m2
Luas lahan
: 5670 m2
Jenis bangunan
: permanen 3 lantai
38
(APBD)
42
55
: 51 unit (APBD)
: 816 pedagang
Jumlah MCK
: 5 unit
: air tanah
Penerangan
: PLN
Kapasitas parkir
:-
Aktifitas pasar
: pagi - malam
TPS
: 63 m3
Klasifikasi pasar
:I
Tipologi pasar
: pasar eceran
Tahun berdiri
: 1997
Luas bangunan
: 1000 m2
Luas lahan
: 3051 m2
Jenis bangunan
: permanen (APBD)
: 15 unit (APBD)
Jumlah MCK
: 1 unit
: sumur
Penerangan
: PLN
43
56
Kapasitas parkir
: 2 mobil + 15 motor
Aktifitas pasar
TPS
: 3 m3
Klasifikasi pasar
:I
Tipologi pasar
: pasar eceran
Tahun berdiri
: 2008
Luas lahan
: 87300 m2
Luas bangunan
: 5742 m2
Jenis bangunan
: permanen 2 lantai
: 584 unit
:387 unit
Jumlah konter
: 108 unit
: 450 unit
: 288 unit
: 99 unit
: 837 pedagang
Jumlah MCK
: 3 unit
: air tanah
Penerangan
: PLN
Kapasitas parkir
: 55 motor/ 30 mobil
Aktifitas pasar
: pagi - siang
44
57
: 61,75 m3
TPS
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.
45
58
usaha ritel modern lain yang mulai menjamur. Hingga kini terdapat 116 usaha ritel
modern di Tangerang Selatan, 99 diantaranya adalah minimarket.42
Dewasa ini perkembangan pasar modern khususnya Carrefour sangat pesat.
Raksasa ritel dari Perancis yang mulai memasuki pasar Indonesia sejak awal 1998
menyebar benih keuntungan di beberapa kota. Keberadaan ritel ini berhasil
menggusur peran pasar tradisional. Daya tarik yang begitu besar sehingga menyedot
perhatian konsumen begitu banyak mengakibatkan hancurnya pasar tradisional
karena kalah bersaing dengan Carrefour.
Pertumbuhan supermarket dalam hal pangsa pasar juga mengesankan.
Laporan World Bank (2007) menunjukan bahwa pada 1999 pasar modern hanya
meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan pangan. Menjelang 2004, jumlah tersebut
meningkat tiga kali lipat menjadi 30%.terkait dengan tingkat penjualan, penelitian
tersebut menemukan bahwa jumlah penjualan di supermarket bertumbuh rata-rata
15%, sementara penjualan di ritel tradisional menurun 2% per tahun.
Indonesia telah masuk kedalam jurang neo-liberalisme sejak ikut menerapkan
konsensus Washington. Di Indonesia, pelaksanaan agenda-agenda ekonomi liberal
masih berlangsung setelah perekonomian dilanda krisis moneter pada 1997/1998 lalu.
Konsekuensi pelaksanaan resep ekonomi IMF ini sangat besar, misalnya
dengan masuknya korporasi luar negeri ke Indonesia sebagai konsekuensi dalam hal
42
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.
46
59
Agustus
2005, Carrefour didenda Rp 1,5miliar oleh KPPU. Carrefour terbukti melanggar pasal
19 huruf (a) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang "Larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat mengenai menolak dana atau
menghalangi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan".
Kedua, Carrefour tengah di bidik oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan
Usaha) dengan undang-undang yang sama. Menurut KPPU, Carrefour diduga
melanggar pasal 17 ayat 1 dan pasal 25 ayat 1 huruf (a). pasal 17 berisi larangan
melakukan monopoli yaitu menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang/
jasa tertentu. Sedangkan pasal 25 tentang penyalah gunaan posisi dominan yang bias
merugikan konsumen dan menghalangi pelaku usaha lain masuk kepasar serupa.
KPPU membidikduahal: pasar pemasok (upstream) dan pasar retail modern
(downstream).
Lebih parah lagi ketika Carrefour tidak mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku, dengan membuka gerai-gerai baru yang sangat berdekatan
dengan pasar tradisional, mengakibatkan pasar tradisional makin cepat tergusur.
Praktek bisnis supermarket pada umumnya, barang yang dijual relatif
merupakan barang-barang bermutu tinggi, dengan harga pasti, harga yang bersaing,
47
60
biaya
memajang
barang
dan
menentukan
lamanya
periode
pembayaran. 43
Supermarket menerapkan strategi harga campuran dan strategi nonharga
untuk menarik pelanggan dan untuk bersaing dengan para peritel lainnya. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa berbagai strategi penetapan harga digunakan, seperti
srategi penetapan harga batasan utnuk menghambat masuknya pelaku bisnis
43
Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah
Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 24.
48
61
44
Lukman, Manajer Supermarket PT. Carrefour Indonesia, Wawancara Pribadi, 8 Maret 2011.
49
62
45
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 43.
50
63
Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 44.
51
64
Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya
Pamulang Ciputat, Jalan Raya Pamulang Pondok Cabe dan Jalan Raya Ir. H.
Juanda (Ciputat Raya). 47
Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia berupa pasar, baik modern
maupun tradisional, bank, BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar
tradisional yang terdapat di tanah milik pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit,
yaitu Pasar Ciputat, Pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang, Pasar Bintaro Sektor 2,
Pasar Serpong, dan Pasar Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar Gedung
Hijau. Secara total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-pasar tersebut adalah
25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan 1.795 pedagang kaki lima.
Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan cenderung menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun demikian juga dengan PDRB per kapita. Pada tahun
2009, berdasarkan PDRB adh konstan, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah
sebesar 8,5%. Percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan pada tahun
2009 terutama didukung oleh percepatan pada sektor perdagangan, hotel, restoran dan
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh sangat signifikan.
Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan menunjukkan
pertumbuhan positif.
47
Irma, Profil Tangerang Selatan 2010, Kasubid Data dan Statistik BAPPEDA Tangsel, Wawancara
Pribadi, Kantor BAPPEDA, 23 Februari 2011
52
65
Pembatasan
Mal
Disperindag
Mengaku
Tidak
Berwenang
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011
49
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.
53
66
(DPRD) dan upaya pembinaan pasar tradisional, yang nantinya akan dikaitkan
dengan tata ruang dan tata wilayah Kota Tangerang Selatan.
Hal ini dimaksudkan sebagai pencitraan terhadap wajah kota dan
meminimalisir aspek-aspek negatif akibat pusat perbelanjaan modern yang terlalu
banyak di suatu daerah. Bahkan, dari informasi tersebut memberi peluang kepada
kepala daerah untuk merekomendasikan penghentian izin pembangunan mal. Terkait
imbauan tersebut, hingga saat ini belum ada program pembahasan terkait jumlah mal
yang layak di Kota Tangerang Selatan. Begitupun dengan usulan pembatasan izin mal
dan perdagangan berjejaring kepada Depdag. Alasannya, butuh banyak pertimbangan
yang harus dipikirkan secara matang. Misalnya, jumlah mal pada luasan daerah
tertentu. Kemudian, kondisi sebuah daerah dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan
budayanya. 50
50
Irma, Profil Tangerang Selatan 2010, Kasubid Data dan Statistik BAPPEDA Tangsel,
Wawancara Pribadi, Kantor BAPPEDA, 23 Februari 2011
54
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Deskriptif
Data-data yang diperlukan dalam analisis ini didapat dari laporan jumlah Pasar
Ritel Modern (Supermarket) yang terdapat di Kota Tangerang Selatan dari tahun
2005 dampai 2010. Dari hasil olah data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS
for windows versi 15.0 dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat
pada model regresi sederhana dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
1. Jumlah Pasar Ritel Modern (Supermarket) di Tangerang Selatan
Yang dimaksud jumlah pasar ritel modern adalah jumlah dari supermarket
yang ada di Tangerang selatan dan pertumbuhannya setiap tahun.
Tabel 4:
Data Jumlah Supermarket di tangerang Selatan
Tahun
Jumlah
Supermarket
Tingkat Pertumbuhan
(%)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2
2
7
12
15
17
0
250
75
25
13
55
68
Tabel 5:
Data omset Pedagang Pasar Tradisional
di tangerang Selatan
Tahun Rata-rata Pendapatan Pedagang
2005
Rp. 1,260,000,000
2006
Rp. 1,260,000,000
2007
Rp.
2008
Rp. 1,080,000,000
2009
Rp.
900,000,000
2010
Rp.
720,000,000
990,000,000
B.
Uji Linear
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berbentuk
linear atau tidak. Berdasarkan hasil uji linearitas yang dilakukan melalui program
SPSS for windows versi 15.0, melalui diagram pencar (scatter plot) dengan sub menu
Curve Estimation diperoleh hasil sebagai berikut:
Uji linearitas antara Jumlah Supermarket dengan Omset Pedagang Pasar:
56
69
Gambar 1:
Grafik Linearitas
Rata.rata.omset.Pedagang.Pasar.Tradisional.di.Tangerang.Selatan
Observed
Linear
1.3E9
1.2E9
1.1E9
1.0E9
9.0E8
8.0E8
7.0E8
0
10
15
20
Jumlah.Supermarket.di.Tangerang.Selatan
57
70
C.
Uji Normalitas
Analisis statistik yang pertama harus digunakan dalam rangka analisi data
adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Kolmogorof-Smirnov untuk menguji kesesuaian (goodness of
fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai
sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu. Jadi hipotesis statistiknya
adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi
frekuensi harapan (teoritis). Berikut adalah hipotesisnya:
Ho: F(x) = Fo(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi hasil pengamatan,
dan Fo(x) adalah distribusi frekuensi harapan (teoritis) dalam artian populasi
berdistribusi normal.
H1:
58
71
Tabel 6:
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jumlah.
Supermarket.
di.Tangerang.
Selatan
N
Normal Parameters
a,b
Most Extreme
Differences
6
9,17
6,494
,198
,198
-,169
,486
,972
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Rata.rata.
omset.
Pedagang.
Pasar.
Tradisional.di.
Tangerang.
Selatan
6
1035000000
211068709,2
,190
,143
-,190
,466
,982
59
72
Gambar 2:
Grafik Sebaran Data Omset Rata-rata
Pedagang Pasar Tradisional di Tangerang Selatan
1.2E9
1.1E9
1.0E9
9.0E8
8.0E8
7.0E8
7.0E8
8.0E8
9.0E8
1.0E9
1.1E9
1.2E9
1.3E9
Observed Value
60
73
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Berikut ini adalah gambar Q-Q
plot keluaran SPSS for windows versi 15.0
Gambar 3:
Grafik Sebaran Data Jumlah Supermarket
di Tangerang Selatan
20
15
10
0
0
10
Observed Value
61
74
15
20
D.
Uji Hipotesis
Rumusan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini,
menggunkan
rumus
korelasi
Product
Moment.
Dalam
penghitungannya,
menggunakan program SPSS for windows versi 15.0. adapun hasil uji hipotesis yang
didapatkan maka diperoleh nilai koefisien korelasi antara rata-rata pendapatan
pedagang pasar dengan jumlah supermarket adalah 0,913 korelasi tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7:
Product Moment
Correlations
Jumlah.Supermarket.di.
Tangerang.Selatan
Rata.rata.omset.
Pedagang.Pasar.
Tradisional.di.Tangerang.
Selatan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Jumlah.
Supermarket.
di.Tangerang.
Selatan
1
6
-,913*
Rata.rata.
omset.
Pedagang.
Pasar.
Tradisional.di.
Tangerang.
Selatan
-,913*
,011
6
1
,011
6
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai korelasi sebesar - 0,913 , hal ini
menunjukan adanya korelasi (hubungan) yang tinggi antara omset pedagang denga
jumlah supermarket. Angka koefisien korelasi bertanda negatif (-) menunjukan
bahwa hubungan antara kedua variabl tersebut bersifat berbanding terbalik, artinya
62
75
peningkatan satu variabel akan diikuti oleh penurunan variael lain, sehingga semakin
banyak jumlah supermarket akan membuat omset pedagang pasar tradisional
menurun.
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan Hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel
H1: Ada hubungan (korelasi) yang signifikan sntara dua variabel
Pengujian berdasarkan Uji Probabilitas (prob):
Jika Probabilitas > 0,05 , maka Ho diterima
Jika Probabilitas < 0,05 , maka Ho ditolak
Pada bagian output (kolom sig. (2-tailed)), utnuk korelasi variabel rata-rata
pendapatan pedagang pasar tradisional dengan jumlah supermarket didapat angka
probabilitas sebesar 0,011 atau probabilitas dibawah 0,05 (0,011< 0,05). Dengan
demikian Ho ditolak atau hal ini berarti bahwa memang ada hubungan antara Rta-rata
pendapatan pedagang pasar tradisional dengan jumlah supermarket dan hubungan
tersebut signifikan.
E.
gambar P-P plot of regression standardized residual dapat terlihat bahwa sebaran
data regresi antar omset pedagang dengan jumlah supermarket berada disekitar garis
regresi yang mengarah ke kanan sehingga data tersebut berdistribusi normal.
63
76
Gambar 4:
Histogram Sebaran Data Regresi Dua Variabel
Histogram
Frequency
Mean =2.78E-17
Std. Dev. =0.894
N =6
0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
64
77
1.5
Gambar 5:
Grafik Sebaran Data Regresi Dua Variabel
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
65
78
0.8
1.0
Tabel 8:
Regresi
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
JumlahSupermarketdi
TangerangSelatan
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1306956521,739
72479222,331
-29667984,190
6639511,527
Standardized
Coefficients
Beta
-,913
t
18,032
Sig.
,000
-4,468
,011
Pada output ini, dikemukakan nilai koefisien dan konstanta dari persamaan
regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi sederhana yang digunakan adalah:
Y = a + bx, dimana:
Y = Rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional
X = Jumlah Supermarket di Tangerang Selatan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Dari hasil pengolahan didapatkan model persamaan regresi:
Y = 1306956521,739 29667984,190 X
Dari model regresi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 1306956521,739 menyatakan bahwa jika tidak ada
supermarket, maka besarnya pendapatan atau omset pedagang pasar tradisional
adalah sebesar Rp. 1,306,956,521.739,2. Nilai koefisien regresi X (jumlah supermarket) sebesar 29667984,190 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 supermarket, karena nilai koefisien bertanda negatif (66
79
hitung
tabel
bisa didapat
pada tabel t-test, dengan = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari t
tabel
hitung
> t
tabel,
tabel
80
Ho
: a 0 (koefisien b signifikan)
hitung
tabel
tabel,
menjadi 0,025 , dan df = 4 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah
data, 6-2=4). Didapat t
tabel
hitung
<t
tabel,
(4,468 >
68
81
F.
Koefisien Determinasi
Tabel 9:
Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1
R
R Square
,913a
,833
Adjusted
R Square
,791
Std. Error of
the Estimate
96406378,0
a. Predictors: (Constant),
JumlahSupermarketdiTangerangSelatan
Pada tabel Model Summary, didapat 1 model regresi dengan nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0.913 , nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,833
(83,3%). Koefisien determinasi ini menunjukan bahwa 83,3% rata-rata pendapatan
pedagang pasar tradisional di Tangerang Selatan di pengaruhi oleh jumlah
69
82
supermarket di Tangerang Selatan. Sedangkan sisanya 16,7% dipengaruhi oleh halhal atau variabel lain. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,791 (79,1%) menunjukan
bahwa di lapangan pengaruh dari jumlah supermarket terhadap omset pedagang pasar
tradisional hanya sebesar 79,1%, berarti terjadi penurunan nilai koefisien determinasi
sebesar 4,2%.
G.
supermarket yang berlokasi dekat Pasar Ciputat dan Pasar Bintaro Sektor 2. Menurut
para pedagang, Superindo belum terlalu memberikan dampak yang signifikan pada
kegiatan bisnis mereka, sementara Carrefour telah menyerap sejumlah besar
konsumen. Beberapa pedagang yakin bahwa Carrefour telah menyebabkan penurunan
omset dan keuntungan mereka. Para pedagang yakin bahwa di masa mendatang,
keberadaan supermarket akan mengganggu keberadaan pasar tradisional karena
produk yang dijual tidak berbeda dengan harga yang sama atau bahkan lebih rendah.
Terlebih lagi, fasilitas dan infrastruktur di supermarket menjamin tersedianya rasa
aman dan kenyamanan yang lebih baik. Tidak hanya itu, Carrefour menyediakan
potongan harga pada akhir pekan. Berbeda dengan keterangan pedagang tradisional,
seorang staf dari Dinas Pasar Serpong menyatakan bahwa keberadaan supermarket di
seputar pasar tradisional kurang berdampak atau bahkan tidak berdampak sama sekali
pada pasar tradisional.
70
83
Akan tetapi, terkecuali di Pasar Moderen BSD, para pedagang juga menyatakan
bahwa dampak supermarket tidak sesignifikan akibat atau dampak yang ditimbulkan
oleh masalah internal. Selain itu, mereka juga mengakui bahwa ada sedikit perbedaan
dalam hal karakteristik pembeli yang datang ke pasar tradisional dan modern,
misalnya, pedagang keliling dan pemilik warung/ toko kecil masih memilih untuk
berbelanja di pasar tradisional. Disamping itu, masyarakat sekitar yang benar-benar
hanya ingin berbelanja kebutuhan akan lebih memilih berbelanja di pasar tradisional
dibandingkan ke supermarket karena jika ingin ke pasar tradisional tidak perlu
bersolek, ibaratnya bangun tidurpun bisa langsung ke pasar tradisional. Dalam salah
satu wawancara, para pedagang menyebutkan bahwa mereka siap bersaing selama
infrastruktur pasar dan fasilitas umumnya dikelola secara baik.
APPSI Wilayah Kabupaten Tangerang dengan keras menolak kehadiran
supermarket. Mereka mengklaim bahwa pemerintah telah mengabaikan kepentingan
para pedagang pasar tradisional dengan mengizinkan pendirian supermarket yang
terlalu dekat dengan pasar tradisional. Meskipun APPSI hanya mewakili anggotaanggotanya, yakni sejumlah kecil para pedagang, pendapat APPSI cukup beralasan
karena Pemda Tangerang Selatan memang berulang kali melanggar rencana tata
ruangnya sendiri demi mengakomodasi kehadiran supermarket.
71
84
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan secara khusus dari
tiap metode analisis statistika yang telah diujicobakan pada sampel dan wawancara
dengan para responden. Beberapa kesimpulan tersebut adalah:
1. Didapat persamaan Y = 1306956521,739 29667984,190 X dari hasil uji
regresi. Dari perhitungan koefisien determinasi didapati bahwa variabel
terikat, yaitu jumlah supermarket di tangerang selatan memiliki pengaruh
sebesar 83,3% terhadap variabel bebas, yaitu rata-rata pendapatan pedagang
pasar tradisional di tangerang selatan. Jumlah supermarket dan rata-rata
omset pedagang pasar tradisional memiliki hubungan pengaruh terbalik,
dimana peningkatan jumlah supermarket dari tahun 2005 2010 telah
menyebabkan menurunnya jumlah rata-rata omset pedagang pasar
tradisional.
2. Para pedagang meyakini bahwa di masa
mendatang keberadaan
Saran
Kondisi yang terlihat dalam penelitian ini mengarah pada perlunya kebijakan
yang menyeluruh mengenai pasar ritel modern, termasuk peraturan untuk isu-isu
seperti hak dan tanggung jawab pengelola pasar dan pemda, serta sanksi kepada
mereka yang melanggar peraturan. Hal yang lebih penting adalah menjamin bahwa
semua pemangku kepentingan memahami peraturan tersebut dan semua tingkat
86
73
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Amir, M. Taufiq. Manajemen Ritel panduan lengkap pengelolaan toko
modern. PPM. Jakarta. 2005
Armando, Rochim. 7 Kunci Sukses Bisnis Tahan Krisis. Bangkit Publishing.
Jakarta Selatan. 2009.
Hejazziey, Djawahir. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah
dan Hukum. Jakarta. 2007.
Islahi, Abdul Azim. Economic Concept of Ibn Taimiyah. The Islamic
Foundation. 1988.
Jakti, Dorodjatun Kuntjoro. Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku
Pasar. PT Pusaka Grafika Kita. Jakarta.1988.
Kanjaya, Meshvara dan Susilo, Yongky. Retail Rules melihat keunggulan
dan potensi bisnis ritel makanan di masa depan. Esensi Erlangga Group.
Jakarta. 2010.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami edisi ketiga.PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2007.
Mauludi, Ali. Statistika I. PT. Prima Heza Lestari. Ciputat. 2006.
MS, Yogi. Ekonomi Manajerial Pendekatan Analisis Praktis Edisi kedua.
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. Jakarta. 2006.
Nugroho, Heru. NEGARA, PASAR dan KEADILAN SOSIAL. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta. 2001.
Nurgiantoro, Burhan. dkk, Statistik Terapan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 2004.
Rochaety, Ety. dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS.Edisi
Revisi. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2009.
Rahman, Arif. Rockin ur Retail Business modern retail handbook
@smallbusiness. ANDI. Yogyakarta. 2010.
88
75
76
89
Nama
Alamat
No.telp
: (021) 91559521
Alamat email
: momiaramiko@yahoo.com
Pendidikan :
1994 1995 : TK Syekh Abdur Rauf, Pondok Ranji.
1995 2001 : SDN 04 Pd. Ranji, Ciputat.
2001 2004 : SMPN 09 Ciputat, Tangerang Selatan.
2004 2007 : SMAN 04 Ciputat, Tangerang Selatan.
2007 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
77
90
Lampiran
78
91
DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL
Responden
:..
Jabatan
:..
92
DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL
Responden
:..
Jabatan
:..
93
DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL
Responden
:..
Jabatan
:..
94
DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL
Responden
:..
Jabatan
:..
12. Berapakah jumlah pasar tradisional yang ada di daerah Tangerang Selatan?
Sebutkan!
13. Pada tahun berapa pasar tradisional didirikan?
14. Bagaimana sistem pengelolaan di pasar tradisional?
15. Siapa yang berwenang untuk mengatur kebijakan pengelolaan pasar? Atas
dasar apa kebijakan tersebut dibuat?
16. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem pengelolaan pasar tersebut?
17. Kendala apa saja yang dialami oleh tim pengelola pasar tradisional dalam
menjalankan sistem tersebut?
18. Apakah ada turut campur pedagang di pasar tradisional dalam menentukan
kebijakan sistem pengelolaan pasar?
19. Strategi apa saja yang digunakan dalam rangka mengembangkan pasar
tradisional agar mampu bersaing dengan pasar-pasar yang lain termasuk pasar
modern (Supermarket)?
20. Bagaimana perkembangan pasar tradisional dari tahun ke tahun?
21. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Peraturan Presiden RI Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern?
22. Strategi atau kebijakan apa yang telah Pemerintah Daerah lakukan untuk
menyeimbangkan perkembangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern
(Supermarket) agar bisa berjalan beriringan?
95
DAFTAR WAWANCARA
PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
Responden
:................................................
1.
2.
3.
4.
5.
Menurut Bapak/ Ibu, apakah sistem pengelolaan pasar disini sudah optimal?
Baik dari segi fasilitas ataupun infrastrukturnya!
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Harapan Bapak/ Ibu kepada Pemda setempat / pengelola pasar dalam hal
peningkatan daya saing pasar tradisional dengan supermarket tanpa merugikan
salah satu pihak?
96
DAFTAR WAWANCARA
PENGELOLA/ STAF SUPERMARKET
Responden
:.......................................
1.
2.
3.
4.
Dalam bentuk apa saja fasilitas pembayaran yang diberikan kepada konsumen?
5.
6.
Apa yang Bapak/ Ibu ketahui tentang tata kelola pendirian supermarket yang
ditentukan oleh Pemda maupun Pemerintah Pusat?
7.
8.
Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu tentang isu yang mengatakan bahwa kehadiran
supermarket sangat mengganggu dan memperburuk perekonomian di pasar
tradisional?
97