Anda di halaman 1dari 98

DAMPAK PASAR RITEL MODERN TERHADAP PASAR DAN PEDAGANG

RITEL TRADISIONAL DI KOTA TANGERANG SELATAN


DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

Oleh :
Sari Wahyu Aramiko
N I M : 207046100089

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011

DAMPAK PASAR RITEL MODERN TERHADAP PASAR DAN PEDAGANG


RITEL TRADISIONAL DI KOTA TANGERANG SELATAN
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)
Oleh :

Sari Wahyu Aramiko


N I M : 207046100089
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA.

Afwan Faizin, MA.

NIP: 195811281994031001

NIP: 197210262003121001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011

ii1

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, termasuk pencabutan Gelar Akademik.

Jakarta,

Maret 2011

Sari Wahyu Aramiko

iii
2

ABSTRAK
Sari Wahyu Aramiko. NIM 207046100089. Dampak Pasar Ritel Modern
terhadap Pasar dan Pedagang Pasar Tradisional diKota Tangerang Selatan dan
Upaya Penanggulangannya. Skripsi Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam),
Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/ 2011 M. xiv + 76 halaman + 8 halaman
lampiran.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dampak supermarket terhadap
pasar dan pedagang ritel tradisional di Tangerang Selatan dan mengidentifikasi
perilaku pedagang ritel tradisional di Tangerang Selatan setelah bersaing dengan
supermarket.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Analitis dengan meneliti 30
responden, yaitu para pedagang pasar tradisional di Tangerang Selatan, pengelola
pasar tradisional, pengelola/staf supermaket, dan pejabat Pemda terkait, APPSI, dan
APRINDO sebagai sampel penelitian dalam kapasitas responden. Setelah data
disajikan dengan teknik statistik, selanjutnya dilakukan analisis data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan
supermarket terhadap pasar ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan adalah sangat
signifikan, terlihat dari menurunnya omset para pedagang pasar tradisional setelah
adanya Supermarket. Namun, ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi
omset pedagang pasar tradisional, diantaranya: infrastruktur pasar, fasilitas umum,
dan cara pembayaran kepada pemasok.

Kata kunci

: Pasar Ritel modern (Supermarket), Pasar dan Pedagang, Ritel


Tradisional.

Pembimbing I

: Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA.

Pembimbing II

: Afwan Faizin, MA.

Daftar Pustaka

: Tahun 1988 s.d. Tahun 2010

iv3

PENGESAHAN PANITIA UJIAN


Skripsi berjudul DAMPAK PASAR RITEL MODERN TERHADAP PASAR DAN
PEDAGANG RITEL TRADISIONAL DI KOTA TANGERANG SELATAN DAN
UPAYA PENANGGULANGANNYA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada Tanggal 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy.) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Juni 2011
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.


NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN
1. Ketua

: Drs. H. Ahmad Yani, MA.


NIP. 196404121994031004

(..)

2. Sekretaris

: Moch, Syafii, SEI

(..)

3. Pembimbing I

: Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA.


NIP. 195811281994031001

(..)

4. Pembimbing II

: Afwan Faizin, MA.


NIP. 197210262003121001

(..)

5. Penguji I

: Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA.


NIP. 195510151979031002

(..)

6. Penguji II

: Dr. Hendra Cholid, MA.

(..)

v
4


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya, karena hanya dengan izin
Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa
penulis sanjungkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa
umatnya kedalam jalan yang di ridhoi Allah SWT.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis beranggapan, ini adalah suatu jalan yang harus
penulis tempu untuk mencapai sebuah kesuksesan, karena Allah SWT tidak akan
mencoba hamba-Nya melebihi kemampuannya. Selain itu, Allah lebih menilai proses
yang dijalankan dibandingkan dengan hasil yang didapat. Akan tetapi apapun
rintangannya harus dihadapi dengan ikhlas.
Syukur alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan kemuliaan Nabi-Nya serta
keikhlasan hati dan kerja keras disertai doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga kesulitan dan hambatan
dapat penulis lalui dengan sebaik-baiknya. Dengan penuh kesadaran, penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, melalui tulisan ini
perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, S.H.,
M.A., M.M.
2. Ketua Program Studi Muamalat, Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Sekretaris
Program Studi Muamalat, Bapak Mumin Rauf, M.A., serta Koordinator
Teknis Program Non Reguler, Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. dan
Sekretaris Program Non Reguler Ibu Mufidah, S. Hi., serta Kak Safei.
vi

3. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Supriyadi Ahmad, MA. dan Bapak Afwan
Faizin, MA., yang telah membimbing, memberikan pengarahan, saran,
koreksi, ilmu pengetahuan, dan pengalamannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak Pak!.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama di bangku kuliah.
5. Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum juga
Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan fasilitas untuk pengadaan studi kepustakaan.
6. Kepala Sub. Bidang Data dan Statistik Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Tangerang Selatan, Ibu Irma dan Kepala Seksi
Pengelolaan Informasi dan Analisa Pasar

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Tangerang Selatan, Bapak Edwin Qodrianto, ST. yang


telah memberikan data-data yang penulis butuhkan terkait dengan skripsi ini.
7. Direktur Utama PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Kota Tangerang, Bapak Drs.
H. Deddy Supriadi, MM., Koordinator Divisi Usaha dan Jasa PD. Pasar Niaga
Kerta Raharja Kota Tangerang, Bapak Tubagus Reza Maulana, S.IP., dan
Koordinator Divisi Administrasi PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Kota
Tangerang, Ibu Marwah, SE., Ibu Vera beserta seluruh Staf PD. Pasar Niaga
Kerta Raharja Kota Tangerang yang telah mengizinkan serta membantu
penulis dalam melakukan penelitian guna melengkapi skripsi ini.
vii
6

8. Terima kasih kepada Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda Mustar Amin dan
Ibunda Siti Nurhasanah yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada
penulis, dukungan moril dan materil yang tidak ternilai harganya. Doa dan
Nasehat yang Ayahanda dan Ibunda berikan selalu menyertai dan memotivasi
penulis untuk selalu semangat dan tak kenal menyerah dalam mencapai masa
depan. love u mom n dad!! Kakanda Syaiful Bahri Ayudiko, thankz y bang!
Buat semuanya yang udah bikin gw sadar klo ure the one whatever the else.
Adinda M. Imron Fajri dan Khofifah Ketiara yang selalu memberikan
keceriaan pada penulis dan selalu mendukung penulis untuk terus maju, its
wonderfull life so we must enjoy it with happiness and spirit, semoga Allah
SWT. selalu memberikan keagungan ilmu pengetahuan kepada kita semua.
Amin.
9. Bang qul terima kasih atas seluruh dukungannya baik moril maupun materil
hidup ini memang terlalu indah untuk ditangisi, Ka Ayu terima kasih atas
waktu, tenaga dan segala supportnya, Makul Asnawi terima kasih atas segala
kesabarannya yang selalu menasehati penulis sehingga dapat berdiri tegar, Bik
Pidah makasih ya buat semua dukungannya setiap aku sumpek pasti aku lari
kesana buat nge refresh semuanya, rumah bibi udah kaya villa pribadi buat
aku. Serta seluruh keluarga besar penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
10. Teman - teman mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Non-Reg Kelas A,
khususnya Rani, Nurul, Ita, dan Aulianathankz ya dukungan kalian selama
vi7

ini ke gw, teman-teman Reguler khususnya Tieka + Buyul, Ian (Nyee!!


Jangan pas susah aja lo ama gw, giliran seneng ngacir sendirian lo), tementemen DZhigoh tanpa terkecuali yang selalu memberikan dukungannya
kepada penulis untuk terus berkarya.
11. Yoseptian : aa makasih ya buat semuanya!!. your support is very important
for me, u make me patient, u make me a grown up person. Its so nice all from
u for me.
Jakarta, Maret 2011

Penulis

iX8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK............................................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 3

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 4

D.

Review Studi Terdahulu ...................................................... 5

E.

Hipotesis ............................................................................. 6

F.

Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan ....................... 7

G.

Sistematika Penulisan .......................................................... 14

X
9

BAB II

BAB III

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PASAR DAN RITEL


A.

Pengertian dan Fungsi Pasar ................................................ 16

B.

Pengertian Ritel dan macam-macamnya .............................. 21

C.

Mekanisme Pasar dalam Islam............................................. 30

GAMBARAN UMUM USAHA RITEL DI TANGERANG


SELATAN
A.

Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan ....................... 36

B.

Supermarket di Kota Tangerang Selatan .............................. 45

C.

Kerangka Kebijakan Sektor Usaha Ritel di Tangerang Sela


tan ....................................................................................... 50

D.

Dampak Ritel terhadap Perekonomian di Tangerang Selatan


............................................................................................ 50

E.

Upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam memini


malisir Dampak Ritel modern terhadap Perekonomian ........ 52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A.

Analisis Deskriptif Jumlah Supermarket dan Pendapatan


Pedagang Pasar Tradisional di Tangerang Selatan ............... 55

B.

Uji Linier ............................................................................ 54

C.

Uji Normalitas ..................................................................... 56

D.

Uji Hipotesis ....................................................................... 62

Xi

10

E.

Analisis Regresi Serta Pengujian Signifikansi Konstanta dan


Koefisien Regresi ................................................................ 63

BAB V

F.

Koefisien Determinasi ......................................................... 69

G.

Dampak Supermarket terhadap Pasar Tradisional ................ 70

PENUTUP
A.

Kesimpulan ......................................................................... 72

B.

Saran ................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75


RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................ 77
LAMPIRAN ......................................................................................................... 78

Xii

11

DAFTAR TABEL

1.

Tabel 1. Karakteristik Pasar-Pasar Modern di Indonesia ................................ 21

2.

Tabel 2. Data Jumlah Pasar Tradisional, Toko Modern dan Pusat Perbelan
jaan di Kota Tangerang Selatan .................................................................... 36

3.

Tabel 3. Data Nama-nama Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan ....... 37

4.

Tabel 4. Data Jumlah Supermarket di tangerang Selatan ............................... 54

5.

Tabel 5. Data omset Pedagang Pasar Tradisional di tangerang Selatan .......... 55

6.

Tabel 6. Uji Kolmogorov-Smirnov................................................................ 58

7.

Tabel 7. Product Moment .............................................................................. 61

8.

Tabel 8. Regresi ............................................................................................ 65

9.

Tabel 9. Koefisien Determinasi ..................................................................... 68

Xiii

12

DAFTAR GAMBAR

1.

Gambar 1. Grafik Linearitas .......................................................................... 56

2.

Gambar 2. Grafik Sebaran Data Omset Rata-rata Pedagang Pasar Tradisi


onal di Tangerang Selatan ............................................................................. 59

3.

Gambar 3. Grafik Sebaran Data Jumlah Supermarket di Tangerang Selatan ..


..................................................................................................................... 60

4.

Gambar 4. Histogram Sebaran Data Regresi Dua Variabel ............................ 63

5.

Gambar 5. Grafik Sebaran Data Regresi Dua Variabel .................................. 64

XiV
13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ritel modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan
pada 1962. Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. Awal
dekade 1990-an merupakan tonggak sejarah masuknya ritel asing di Indonesia. Ini
ditandai dengan beroperasinya ritel terbesar Jepang Sogo di Indonesia. Ritel modern
kemudian berkembang begitu pesat saat pemerintah, berdasarkan Keppres no. 99
tahun 1998, mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman Modal
Asing. Sebelum Keppres no. 99 tahun 1998 diterbitkan, jumlah peritel asing di
Indonesia sangat dibatasi. 1
Saat ini, jenis-jenis ritel modern di Indonesia sangat banyak meliputi Pasar
Modern, Pasar Swalayan, Department Store, Boutique, Factory Outlet, Specialty
Store, Trade Centre, dan Mall / Supermall / Plaza. Format-format ritel modern ini
akan terus berkembang sesuai perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya
hidup masyarakat. 2

Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 63.

Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 90 95.

14

Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kotakota lebih kecil dalam rangka mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga.
Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengahatas pada era 1980-an dan awal 1990-an (CPIS 1994), penjamuran supermarket
hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktek pemangsaan melalui strategi
pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk
mengakses supermarket.3
Dalam rencana tata kota Tangerang Selatan disebutkan tujuh kecamatan yang
ada, yaitu Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara,
dan Setu. Dari setiap kecamatan tersebut masing-masing memiliki pasar ritel baik
tradisional maupun modern (supermarket), kecuali Kecamatan Pamulang yang tidak
memiliki pasar tradisional dan Kecamatan Setu yang tidak memiliki pasar tradisional
maupun modern (supermarket).4
Kendati persaingan antar supermarket secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang
diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat

Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 1-2.
4

Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat
Perbelanjaan Di Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa
Pasar, Wawancara Pribadi, Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.

2
15

penting mengingat supermarket yang saat ini secara langsung bersaing dengan pasar
tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu.5
Berbagai implikasi muncul sebagai akibat dari semakin runcingnya
persaingan antarperitel ini. Dari sisi konsumen, persaingan ini berdampak pada
semakin terjangkaunya harga barang dan meningkatnya mutu barang yang dijual.
Dampak ini terutama bermanfaat bagi keluarga yang kurang mampu karena sekarang
mereka bisa mengkonsumsi barang yang berkualitas dengan harga yang lebih
terjangkau.
Meski berdampak positif terhadap konsumen, ada kemungkinan bahwa
persaingan antar peritel modern berdampak negatif terhadap peritel tradisional, yang
berdagang di pasar-pasar tradisional dan umumnya berskala kecil.
Penelitian ini menganalisis dampak supermarket pada pasar dan pedagang
ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini, responden hanya
terbatas pada pedagang di pasar-pasar tradisional yang merupakan mayoritas
pedagang tradisional di Tangerang Selatan. Terlebih lagi, karena produk yang
umumnya diperdagangkan para pedagang ini juga tersedia di supermarket, maka
pasar modern menjadi pesaing utama mereka. Oleh karena itu, penelitian ini menstudi

Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 2.

3
16

Dampak Pasar Ritel Modern Terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional
di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah. Pertama, penelitian ini memfokuskan pengukuran dampak
keberadaan pasar ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional. Kedua, pasar
ritel modern dibatasi pada supermarket dengan mengabaikan minimarket karena
sebagian besar barang yang dijual di pasar tradisional seperti : daging dan sayursayuran tersedia di supermarket. Ketiga, penelitian ini khusus melihat pedagang
ritel pasar tradisional yang berusaha di dalam pasar, bukan pedagang kaki lima
maupun padagang keliling yang berada di luar pasar tradisional. Keempat,
penelitian ini berfokus pada pasar Tradisional yang berada di Kecamatan Ciputat,
Serpong Utara, dan Pondok Aren di wilayah Kota Tangerang Selatan.
2.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar

dampak supermarket terhadap omset pedagang ritel di pasar tradisional di wilayah


kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:

17

a. Bagaimana dan seberapa besar dampak pasar ritel modern terhadap omset
pedagang pasar ritel tradisional di wilayah kota Tangerang Selatan?
b. Bagaimana perilaku pedagang ritel tradisional di Tangerang Selatan
bersaing dengan supermarket?
c. Bagaimana upaya penanggulangan dampak yang ditimbulkan supermarket
terhadap pasar tradisional?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu :
1. Mengetahui bagaimana dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang
ritel tradisional di Tangerang Selatan.
2. Mengetahui bagaimana perilaku pedagang ritel tradisional di Tangerang
Selatan bersaing dengan supermarket.
3. Untuk memenuhi tugas akhir program S1 pada Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, yaitu : Penelitian ini
merupakan sarana untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dan
pembaca tentang pasar, khususnya yang berkaitan dengan dampak yang

5
18

ditimbulkan oleh supermarket terhadap pasar tradisional dan perilaku pedagang


tradisional dan bermanfaat juga untuk menerapkan ilmu serta untuk melakukan
studi banding antara teori yang pernah diperoleh selama kuliah dengan praktek
yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

D.

Review Studi Terdahulu


Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber

kepustakaan terdahulu, penulis melihat telah banyak penelitian sebelumnya yang


mengangkat penelitian tentang persaingan pasar tradisional dan pasar modern dari
berbagai aspek, diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Peneliti SMERU tentang Dampak
Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah
Perkotaan di indonesia, pada tahun 2008 yang membahas tentang dampak
dari perambahan peritel modern terhadap para pedagang tradisional di
Indonesia.
2. Skripsi pada tahun 2009 dengan judul Dampak keberadaan minimarket
terhadap pendapatan pedagang tradisional di Pasar Tradisional yang
menjelaskan tentang penurunan tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional
setelah adanya minimarket.

6
19

E.

Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan

dilakukan. Jawaban sementara dari penulis, yaitu Pasar Ritel Modern (Supermarket)
memiliki dampak yang cukup besar terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di
Wilayah Kota Tangerang Selatan, karena produk yang dijual di pasar tradisional juga
tersedia di supermarket. Maka bisa ditarik hipotesis awal yaitu:
Ho:

Pasar ritel modern (Supermarket) tidak berdampak pada pasar dan pedagang
ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan.

Hi :

Pasar ritel modern (Supermarket) memiliki dampak pada pasar dan pedagang
ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan.

F.

Metode Penelitian dan Teknik Penulisan


1. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu
metode analisis deskriptif yang didukung dengan metode penelitian kualitatif
meliputi wawancara mendalam dengan pihak terkait.
2. Jenis Penelitian
a) Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu mengadakan kajian
dengan menelaah dan menelusuri literature yang berkenaan dengan
masalah yang diteliti baik berupa buku, majalah, artikel, dan lain
sebagainya.

20

b) Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penulis menggunakan


penelitian dengan datang langsung ke lapangan atau objek penelitian.
3. Sumber Data
a) Data Primer merupakan data yang diperoleh dari para pedagang pasar
tradisional, pengelola pasar tradisional, pengelola/staf supermaket, dan
pejabat pemda terkait yang dikhususkan, yaitu sebagai sampel penelitian
dalam kapasitas responden.
b) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan seperti
gambaran umum pasar tradisional, grafik perkembangan omset
pedagang pasar tradisional, dan lain-lain.
c) Data Tersier merupakan data pelengkap atau penunjang yang bersumber
dari Koran, majalah, dan sebagainya. Yang tentunya memiliki korelasi
dengan tema penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab langsung kepada para pemangku
kepentingan di sektor usaha ritel: pedagang di pasar tradisional, pengelola
pasar tradisional; pengelola supermarket; pejabat pemerintah terkait di
dinas industri dan perdagangan, dinas pasar di Kabupaten Tangerang
Selatan.

8
21

b) Studi Dokumentasi
Yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pada
dokumen-dokumen tentang dampak pasar ritel modern terhadap pasar
ritel tradisional yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang Selatan dan
laporan-laporan lainnya yang terkait dengan masalah penelitian.
5. Populasi dan Sampel
Proses penelitian dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis. Awal
dari dilakukannya penelitian adalah ditemukannya suatu masalah. Masalah
tersebut harus dilandasi teori yang ilmiah. Dengan teori tersebut akan terbangun
suatu kerangka pemikiran yang dapat menjawab permasalahan tersebut.
Jawaban dari permasalahan tersebut adalah hipotesis, yaitu jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji kebenaran hipotesis,
penulis harus melakukan pengumpulan data pada obyek penelitian.
Dalam hal ini populasi dalam penelitian meliputi seluruh pasar tradisional
yang terdapat di Kota Tangerang

Selatan, yaitu pasar Ciputat, Jombang,

Serpong, Bintaro Sektor 2, Ciputat Permai, Gedung Hijau, Moderen BSD, dan
Pasar Delapan.. Namun sampel yang penulis ambil adalah pasar tradisional
Ciputat dan Pasar Bintaro Sektor 2.
6. Teknik Analisis

9
22

Untuk dapat mengumpulkan data dengan sistematis, maka perlu digunakan


instrument penelitian. Instrument tersebut harus valid dan reliable. Setelah data
terkumpul, dilakukan pendeskripsian data melalui penyajian data. Untuk
menyajikan data ini, diperlukan teknik statistik, biasanya statistik deskriptif.
Setelah data disajikan memakai teknik statistik, maka selanjutnya dilakukan
analisis data. Analisis data ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah, dan
menguji kebenaran hipotesis yang diajukan di awal.
a. Uji linieritas
Dalam suatu penelitian, kecenderungan asumsi mengelompokan data ke
jenis data linier cukup tinggi. Padahal, mungkin saja sebaran data tersebut
tidak linier, atau berbentuk kurva sehingga harus digunakan parameter lain,
bukan dengan regresi. Kepastian linier atau tidaknya suatu data, tidak
didasarkan pada asumsi-asumsi, melainkan harus dengan suatu uji linieritas. 6
b. Uji Normalitas
Data-data berskala interval sebagai hasil pengukuran pada umumnya
mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak tertutup kemungkinan data
tersebut tidak mengikuti asumsi. Untuk mengetahui kepastian sebaran data

Mhd.Taqwa Audiansyah, Pengaruh Ekuivalen Rate Terhadap Penghimpunan


Tabungan Mudharabah Pada BTN Syariah Cabang Jakarta, Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Perbankan Syariah Muamalat Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2008, hal. 13-17.

10
23

yang diperoleh, harus dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut.


Berbagai rumus statistik inferensial yang dipergunakan untuk menguji
hipotesis penelitian mendasarkan diri pada asumsi bahwa data yang
bersangkutan memenuhi ciri sebaran normal. Dengan kata lain, keadaan data
berdistribusi normal merupakan sebuah persyaratan yang harus dipenuhi.
Sebuah data yang berdistribusi tidak normal tidak dapat digarap dengan
rumus statistik tersebut. Dengan demikian, sebelum dianalisa dengan rumus
tertentu, normalitas sebaran suatu data harus sudah diketahui. Jadi, uji
normalitas data harus sudah dilakukan sebelum penerapan suatu rumus
statistic untuk pengujian hipotesis.7
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
uji kolmogorv-smirnov untuk menguji kesesuaian (goodness of fit). Uji
kolmogorv merupakan uji kecocokan antara data hasil pengamatan dengan
hipotesis. Uji ini mengukur apakah data dari sampel yang dipilih berasal dari
suatu sumber teoritis. Uji ini membandingkan antara frekuensi kumulatif
sebaran data hasil pengamatan dengan frekuensi kumulatif sebaran data
hipotesis.8
c. Regresi Sederhana
7

Burhan Nurgiantoro dkk, Statistik Terapan, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press, 2004) hal. 111.
8

Widayat, Riset Bisnis, ( Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2002), hal.155.

11
24

Regresi sederhana digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu


variabel berpengaruh terhadap variabel yang lainnya.
Rumus regresi adalah
Y= a + bx
Y: Variabel terikat
x : Variable bebas
a : Konstanta ( harga Y jika x = 0 )
b : Koefisien regresi
a = ( y ) ( x2 ) ( x ) ( xy )
n x2 ( x)2
b = n xy - ( x ) ( y )
n x2- ( x 2)
d. Korelasi
Digunakan untuk mengetahui hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio,
dan sumber data dari dua variabel adalah sama. Untuk menghitung korelasi,
rumus yang digunakan adalah r-product moment, yaitu:
Rxy =

n xy - (x) (y)
12
25

(nx2 - (x)2) (ny2 - (y)2)


e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh sebuah variabel terhadap variabel yang lainnya. Rumusnya adalah
r2. Nilai r didapat dari rumus r-product moment.9
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai variabel-variabel yang
diteliti, maka verifikasi variabelnya adalah sebagai berikut:
X= Supermarket yang terletak di dekat pasar tradisional
Y= Pasar tradisional
Pada penelitian ini, ada dua variabel yang akan diketahui hubungannya
satu sama lainnya. Variabel dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas
(independent) dan variable terikat (dependent). Variable bebas adalah
keberadaan supermarket di dekat pasar tradisional, sedangkan variabel
terikatnya adalah pasar tradisional.
f. Uji Signifikan
Uji signifikan adalah sebuah uji untuk mengetahui nyata dan tidak nyata
atau yakin dan tidak meyakinkan nilai hubungan antara dua variable atau
lebih. Kegunaan uji signifikan adalah untuk menjeneralisasi populasi, artinya
9

Sugiono, Statistika untuk penelitian, ( Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 250.

13
26

apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dari sampel
diambil. Apabila pada sampel terdapat hubungan positif, maka setelah
dilakukan uji signifikan ternyata terdapat hubungan yang positif pula, maka
hubungan positif berlaku pula pada populasi. Apabila pada sampel terdapat
hubungan negative, setelah dilakukan uji signifikan terdapat hubungan
negative juga, maka hubungan negative tersebut dapat diberlakukan pada
populasi.
Akan tetapi bila pada sampel ada hubungan positif atau negative, setelah
dilakukan uji signifikan ternyata tidak ada hubungan (menerima Ho), maka
hubungan positif atau negative yang terdapat pada sampel tidak signifikan.
Artinya hubungan positif atau negative yang terjadi pada sampel tidak dapat
diberlakukan pada populasi. 10
Uji signifikan yang dilakukan adalah t-test, dengan rumus:
t= rn-2
1 - r2
Keterangan :
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi product moment
10

Ali Mauludi, Statistika I, ( Ciputat: PT. Prima Heza Lestari, 2006), hal.102.

14
27

7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum, Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini disusun
menjadi empat bab yang kemudian pada setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab
bahasan dengan rincian sebagai berikut:
Bab I menguraikan latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan
permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian
dan teknik penulisan serta sistematika penulisan. Bab II membahas tentang pengertian
dan fungsi pasar, pengertian ritel dan macam-macamnya serta mekanisme pasar
dalam Islam. Bab III menyoroti Letak dan kondisi Pasar Tradisional di Kota
Tangerang Selatan, Supermarket di Kota Tangerang Selatan, serta Kerangka
Kebijakan Sektor Usaha Ritel di Tangerang Selatan. Bab IV mengurai tentang
dampak yang ditimbulkan pasar ritel modern terhadap pasar tradisional serta upaya
penanggulangan dari dampak yang ditimbulkan. Terakhir, Penulis akan mengambil
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, serta akan mencoba memberikan saran-saran / rekomendasi perbaikan
yang dipandang perlu yang akan di tuangkan pada Bab V.

15
28

BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PASAR DAN RITEL

A. Pengertian dan Fungsi Pasar


Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,
plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. 11
Pasar tempat jalinan hubungan antara pembeli dan penjual serta produsen
yang turut serta dalam pertukaran itu (Steiner, 1968: 575f). Pasar itu sendiri dilihat
dari segi pengertian ekonomi ialah suatu tempat menetap yang penduduknya terutama
hidup dari perdagangan daripada hidup dari pertanian (Weber,1966:66). Pengertian
yang lebih luas dikemukakan oleh Geertz (1977: 31) bahwapasar sebagai suatu
pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi
yang mencapai segala aspek. 12
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pasar, adanya suatu jalinan hubungan penjual dan pembeli dalam

11

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
12
Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar, ( Jakarta: PT
Pusaka Grafika Kita, 1988).

16
29

melaksanakan transaksi tukar-menukar, baik pada suatu tempat, maupun pada suatu
keadaan yang lain.
Dalam ilmu ekonomi, pasar itu lazim dibagi menjadi dua golongan: (1) pasar
yang nyata, yakni tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk berjual-beli
akan barang-barangnya, (2) pasar niskala, yang abstrak. Barang diperdagangkan tidak
sampai di pasar. Jual beli berlaku langsung atau hanya menurut contoh barang (Tohir,
tt:96).
Kedua pengertian diatas tercangkup dalam satu definisi yakni besarnya
permintaan dan penawaran akan suatu jenis barang atau jasa (Tohir, tt:96). Segala
kegiatan pengolahan dan penjajaan secara kecil kecilan merupakan klimaks dari
kegiatan

pasar.Kegiatan

jual-beli

tersebut

merupakan

kegiatan

ekonomi

pasar.Ekonomi pasar mengandung pengertian suatu perekonomian dimana barang


yang diperdagangkan terpecah pecah menjadi transaksi dari orang ke orang yang
masing masing tidak ada hubungan sebelumnya dengan jumlah yang sangat besar.
(laba, 1979:3)
Ekonomi pasar memiliki ciri khas, menurut Soemardi et.al.(1977:53) antara
lain:
1. Harga barang tidak pasti, orang dapat tawar menawar;
2. Barang beralih dari pedagang yang satu ke pedagang yang lain berkali
kali sebelum akhirnya jatuh ke tangan konsumen;

17
30

3. Adanya hubungan utang-piutang yang kompleks antara pedagang tersebut;


4. Barang dagangan sedikit.
Barang yang diperdagangkan itu pada umumnya barang yang tahan lama
disimpan dan sangat dibutuhkan masyarakat. Akan halnya barang yangdiolah dan
dibuat dalam pasar seperti: menjahit pakaian, memasak makanan/minuman,
pembuatan kue, dan sebagai pekerjaan reparasi diintegrasikan dalam sistem umum
tersebut. Hal yang sama menjual jasa, seperti tukang cukur, tukang jahit, pandai besi,
dan angkutan dalam pasar. Semua itu menunjukan karakteristik suatu pasar. Pasar
tidak hanya dilihat semata mata sebagai aparat distribusi yang sama sekali tidak
menambah nilai riil pada barang yang melewatinya. Pasar berperan juga sebagai
aparat produksi. Kedua unsur tersebut berjalan sepenuhnya, produksi, distribusi, dan
penjualan dipadukan menjadi satu pranata ekonomi yang komprihensif (Geertz,
1977:$$).
Dalam pasar terdapat tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan, yakni: penjual,
pembeli dan barang. Pertemuan penjual dengan pembeli menimbulkan transaksi jual
beli. Namun bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk pasar akan membeli
barang, tetapi ada yang datang hanya sekedar main saja, atau ingin berjumpa dengan
seseorang guna mendapatkan informasi tentang sesuatu. Cara demikian sekaligus
merupakan pertemuan sosial.Dengan demikan pasar berfungsi sebagai pusat
ekonomi, tempat rekreasi, pertemuan sosial, dan pertukaran informasi.

18

31

Pasar sebagai pusat ekonomi, pasar biasanya menjadi pusat penjualan hasil
pertanian, dan pusat perbelanjaan orang yang tinggal dalam radius 5 mil dari pasar
(Dewey,1992:51), atau lebih dari itu sesuai dengan letak dari desa yang ada. Pasar
merupakan suatu sarana yang dapat menyerap dan menyediakan semua hasil serta
kebutuhan masyarakat.Jika diperhatikan secara seksama, kehadiran pedagang, dan
petani produsen si pasar hanya ingin mendapatkan tambahan pendapatan, dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.Bagi pedagang, kelebihan harga dari harga beli tiap
unit barang yang didapatkan merupakan rezeki yang diperoleh melalui perdagangan.
Pasar sebagai tempat rekreasi. Rekreasi bukan saja berlaku bagi orang yang
tinggal di Kota, melainkan kebutuhan setiap individu dimana saja berada
(Hasybullah, 1997:194).Untuk mengetahui tujuan pasar itu hanya ingin rekreasi dapat
dilihat dari sikap, tingkah laku serta perbuatannya.Tujuan yang demikian itu erat
hubungannya dengan adanya pasar harian, dan pasar mingguan yang diadakan sekali
dalam seminggu.
Di pedesaan jarang ditemui tempat rekreasi yang banyak dikunjungi orang,
melainkan yang menjadi sasaran tempat rekreasi hanyalah pasar.Oleh karena itu
seyogyanyalah ada orang desa yang datang di pasar hanya untuk melihat keramaian
pasar. Kehadiran mereka datang di pasar untuk rekreasi didorong oleh beberapa
faktor, antara lain disebabkan di kampung selalu dipacu dalam pekerjaan, tiada waktu

19

32

yang kosong bersantai ria, kecuali saat tertentu, seperti pada acara pesta perkawinan,
dan perayaan lainnya.13
Pasar sebagai tempat pertemuan sosial dan tukar informasi.Pasar pada
dasarnya merupakan tempat pertemuan sosial.Diantara pengunjung dapat bertukar
informasi.Pengunjung pasar cukup bervariasi, dari berbagai lapisan masyarakat.
Pertemuan pengunjung itu mengandung dampak positif, bahwa di balik kedatangan
mereka dengan tujuan yang berbeda beda dapat berjumpa dengan seseorang yang
berasal dari kampung yang berbeda, baik yang masih ada hubungan kekeluargaan
maupun yang tidak ada sama sekali. Kelompok pedagang saling bertukar informasi
tentang naik turunnya harga, masalah kredit dari bank, penjualan hasil pertanian,
kebijaksanaan

pemerintah

tentang

perdagangan.Oleh

karena

itu,

tidaklah

mengherankan jika pasar dipandang sebagai tempat pertemuan sosial serta media
yang baik untuk menyampaikan informasi. Kenyataan ini dapat dilihat selain tersebut
diatas, juga adanya spanduk, baik tentang kegiatan sesuatu maupun reklame film, dan
lain sebagainya.

13

Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar, ( Jakarta: PT


Pusaka Grafika Kita, 1988).

20

33

B. Pengertian Ritel dan Macam-Macamnya


Retail adalah merupakan semua jenis usaha bisnis yang secara langsung
mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir
berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
tersebut.14
Bisnis ritel adalah penjualan barang secara eceran pada berbagai tipe
gerai seperti kios, pasar, department store, butik dan lain-lain (termasuk juga
penjualan dengan sistem delivery service), yang umumnya untuk dipergunakan
langsung oleh pembeli yang bersangkutan. 15
Bisnis ritel di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar,yakni Ritel
Tradisional dan Ritel Modern.16Ritel modern pada dasarnya merupakan
pengembangan dari ritel tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang
seiring perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat
yang membuat masyarakat menuntut kenyamanan yang lebih dalam berbelanja.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa took, kios,
los dan tenda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya

14

Gilbert, 2003, hal. 6.


Foreign
Agricultural
http://www.fas.usda.gov/info/factsheets/China/distribution.html.
16
http://www.aprindo.org.
15

21
34

Services,

USDA,

masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.17
Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga
(termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran
dan dengan cara swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak
dagangan dan membayar ke kasir).18Itulah sebabnya, pasar dengan format
seperti ini disebut juga Pasar Swalayan.
Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini
terdapat 3 jenis pasar modern yaitu Minimarket, Supermarket dan Hypermarket.
Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis
barang yang diperdagangkan. Berikut karakteristik dari ke-3 jenis Pasar
Modern tersebut:
Tabel 1:
Karakteristik Pasar-Pasar Modern di Indonesia
Uraian
Minimarket
Supermarket
Hypermarket
Barang
yang Berbagai
macam Berbagai
macam Berbagai
macam
diperdaga
kebutuhan
kebutuhan
kebutuhan
ngkan
rumah tangga
rumah tangga
rumah tangga
termasuk
termasuk
termasuk
kebutuhan
kebutuhan
kebutuhan
sehari-hari
sehari-hari
sehari-hari
Jumlah item
< 5000 item
5000 - 25000 item
>25000 item
17

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Wishnu Basuki (ABNR)
Transl. wbasuki@abnrlaw.com.
18
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 91-92.

22
35

Jenis produk

Model
penjualan

- Makanan
kemasan
- Barang-barang
hygienis pokok

- Makanan
- Barang-barang
rumah tangga

- Makanan
- Barang-barang
rumah tangga
- Elektronik
- Busana/ pakaian
- Alat olahraga
Dilakukan secara Dilakukan
secara
eceran,
eceran,
langsung pada
langsung pada
konsumen
konsumen
akhir dengan
akhir dengan
cara swalayan
cara swalayan

Dilakukan secara
eceran,
langsung pada
konsumen
akhir dengan
cara swalayan
(pembeli
mengambil
sendiri barang
dari rak-rak
dagangan dan
membayar di
kasir)
Luas
lantai Maksimal 400m2
4000 5000 m2 >5000 m2
usaha
(berdasar
kan
Perpres
terbaru,
yakni
no.112 th
2007)
Luas
lahan Minim
Standard
Sangat luas
parker
Modal (diluar s/d Rp 200 juta
Rp 200 juta Rp 10 Rp 10 Milyar keatas
tanah dan
Milyar
bangunan
)
19

Pasar modern sebenarnya adalah usaha dengan tingkat keuntungan yang tidak
terlalu tinggi, berkisar 7-15% dari omset.Namun bisnis ini memiliki tingkat
19

Sumber: Peraturan Presiden no. 112 th 2007, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia,
Daniel Suryadarma et all (Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional
di Daerah Perkotaan di indonesia).

23
36

likuiditas yang tinggi, karena penjualan ke konsumen dilakukan secara tunai,


sementara pembayaran ke pemasok umumnya dapat dilakukan secara
bertahap. 20
Seperti ritel modern lainnya, pasar modern umumnya memiliki posisi tawar
yang relative kuat terhadap pemasok-pemasoknya.Ini karena peritel modern,
umumnya adalah perusahaan dengan skala yang cukup besar dan saluran
distribusi yang luas, sehingga pembelian barang ke pemasok dapat dilakukan
dalam jumlah yang besar.Posisi tawar yang kuat, member banyak keuntungan
bagi para peritel modern. Selain bisa mendapatkan kemudahan dalam hal
jangka waktu pelunasan barang, diskon harga juga akan semakin mudah
diperoleh dengan posisi tawar yang kuat tersebut.
Keuntungan-keuntungan dari posisi tawar inilah yang membuat pasar modern
mampu menerapkan harga murah dan bersaing dengan pasar tradisional, namun
tetap mampu mempertahankan kenyamanan gerai-gerainya.
Untuk peritel di seluruh dunia, perpindahan tentang siapa yang mengatur, dari
pemerintah ke pasar, mempunyai implikasi. Pasar memberikan kontrol kepada
konsumen. Konsumen, dan hanya konsumen yang mendefinisikan nilai.
Konsumen, bukan pemerintah, bukan produk, bukan real estate, yang harus
dipandang sebagai pusat dan fokus dari aktivitas ritel. Kebangkitan pasar
mengindikasikan bahwa ritel yang sukses di abad mendatang harus merupakan
ritel yang berorientasi pada konsumen.
20

Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta: Media Data, 2009), hal. 276.

24

37

Kompetisi bukanlah pembunuh absolut peritel di suatu pasar yang sedang


tumbuh, karena pasar terus memberi ruang baru. Brand ritel global seperti
Ahold Tops, Walmart, atau Yaohan tidak bisa hidup di Indonesia, bukan karena
kompetisi, melainkan karena keinginan konsumen yang seutuhnya tidak dapat
dipenuhi oleh peritel. Tantangan terbesarnya adalah keinginan yang terus
berubah. Peritel modern dan tradisional pasti akan mati jika tidak memberi
tempat penting bagi konsumen pada pusat fokus bisnis mereka. Konsumenlah
yang memberi darah hidup dan memberi arahan bisnis. Karenanya roadmap
bisnis harus sejalan dengan tren konsumen dan pasar jika ingin mencapai
sukses yang berkelanjutan. Konsumen merupakan pembunuh mutlak bagi
format ritel, brand ritel, dan brand produk yang tidak menangkap aspirasinya.
Ketika konsumen bergerak, maka peritel harus bergerak agar bisa mengimbangi
keinginan konsumen. Tapi itu saja tidak cukup. Mereka yang bergerak satu
langkah di depan konsumenlah yang akan keluar sebagai pemenang. 21
Dalam bisnis ritel, ada beberapa keunikan yang telah dibangun sepanjang
sejarahnya, yaitu:
1. Kekuatan pembeli (Purchase Power) dan skala ekonomi
Membeli dengan lebih baik, lebih pintar, dan lebih murah.
Keterampilan dan kemampuan inilah yang membuat pemain besar semakin
dominan dan unggul dalam persaingan harga. Para pembeli atau Category
21

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal 129-130.

25
38

Managers dituntut untuk dapat mengembangkan bisnis melalui pencarian


sumber-sumber produk (sourcing) yang kreatif, harga yang lebih murah, dan
melihat tren bisnis ke depan untuk menangkap kebutuhan konsumen yang
terus berubah.
2. Efisiensi dalam Supply Chain (Rantai Supply)
Keandalan dalam logistik telah menjadi kunci kesuksesan rantai ritel
dengan banyak gerai seperti minimarket. Hal ini didukung oleh teknologi
informasi yang canggih untuk memproses data penjualan barang secara
akurat, rute penghantaran yang efisien, terukur, dan tepat waktu, dan
pemesanan barang yang sophisticated. Sentra distribusi (distribution center)
merupakan jantung bagi bisnis ritel dengan banyak gerai. Organ vital ini
memompa darah atau produk ke seluruh pelosok gerai yang harus tepat dalam
hal tekanan dan waktunya.
Peran sentra distribusi telah diambil alih oleh peritel minimarket di
Indinesia dari manufaktur atau distributor. Hal ini menjadi faktor keunggulan
karena seratus persen kinerja distribusi dikontrol oleh peritel sendiri. Kinerja
distributor di Indonesia masih dinilai tidak memadai dan dapat mengganggu
kinerja peritel, terutama dalam KPI level layanan (Service Level Key
Performance Index).22
3. Harga dan Promosi
22

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 134.

26
39

Menciptakan citra harga murah, promosi yangg menarik, dan


mencapai positioning di pikiran konsumen dalam persepsi toko termurah
menjadi faktor penting dalam kesuksesan bisnis ritel di zaman ekonomi yang
serba tidak stabil. Promosi harga murah setiap saat (Every Day Low Price/
EDLP) ataupun Hi Lo (promosi berjangka), digunakan sebagai strategi untuk
mempengaruhi pola belanja konsumen. Hypermart di Indonesia saat ini
menggunakan strategi Hi Lo, yang mengandalkan promosi besar sesaat utnuk
menciptakan margin yang balance. Sedangkan modern wholesaler seperti
makro menggunakan EDLP karena lebih menjamin kestabilan harga bagi
pelanggannya, yaitu pedagang.23
4. Pembedaan Format
Format ritel dibentuk untuk menyelaraskan segmen pasar yang dituju
sehingga penawaran menjadi tajam dan konsumen menjadi lebih mudah
mendapatkan pilihan mereka.
Format lama di industri ritel makanan Indonesia diantaranya adalah
toko kelontong, warung, toserba, departement store, toko specialty,
minimarket, convenience store, supermarket, hypermarket. Format ritel masih
akan terus berevolusi atau bermunculan sesuai dengan perubahan ekonomi,
konsumen, dan peraturan.

23

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 134.

27

40

Di akhir 1990-an, ketika kompetisi ritel mulai meningkat, peritel mulai


berpikir ulang karena uang yang diterima tidak seimbang dengan loyalitas
konsumen yang semakin menurun. 24 Peritel kemudian diberi peringatan agar
lebih berhati-hati dalam menerima tawaran menggiurkan dari manufaktur.
Dengan kata lain, tidak sembarangan menyewakan gondola, terutama gondola
utama. Sebab, selama peritel menyewakan gondola, gondola itu secara tidak
langsung milik manufaktur penyewa. Manufaktur dapat memajang produk
apapun miliknya, termasuk produk yang tidak laku atau yang tidak dicari
konsumen. Akibatnya, toko peritel dipenuhi produk yang tidak relevan dengan
konsumen.
Sebaliknya, produk yang laku atau dicari konsumen selalu kekurangan
tempat dan sering out of stock. Penjualan peritel menjadi terganggu. Dalam
banyak kasus, penjualan untuk banyak kategori produk tersebut menurun, tetapi
peritel masih bingung untuk memutuskan apakah penyewaan gondola harus
dihentikan, karena pendapatan dari sewa gondola jumlahnya lumayan. Peritel
besar di dunia mulai mengubah kebijakan dalam sewa menyewa gondola.
Gondola reguler harus dalam kontrol peritel. Tempat itu mutlak untuk
konsumen. Kebijakan ini mengembalikan pola bisnis ke pola semula, yaitu
berjualan ke konsumen, bukan ke manufaktur.

24

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 140.

28
41

Tren ini juga diikuti peritel Indonesia. Yang masih disewakan adalah
gondola end, special display, atau area lain. Dengan area yang semakin sempit
dan pertarungan mendapatkan ruang di supermarket yang semakin sulit, maka
harga sewanya juga semakin melambung.25
Listing fee pun mulai diterapkan di Indonesia sejak awal tahun 1990,
meniru manajemen ritel modern di negara barat. Karena jumlah produk yang
ingin masuk ke supermarket semakin banyak, maka diperlukan langkah untuk
melakukan penyaringan. Adapun peran Listing fee dalam dunia ritel adalah:
1. Membuat pemasok berkomitmen dalam memasok barang
2. Mengganti ongkos administrasi dalam identifikasi produk untuk reorder
dan sebagainya
3. Memastikan produk didistribusikan secara terkontrol dan disebarkan di
cluster toko yang dikehendaki dalam rantai distribusi
4. Mencegah terjadinya persekongkolan antara pembeli dan pemasok
Listing fee satu peritel secara umum berlainan satu sama lain, demikian
juga antara satu kategori produk dengan kategori lainnya. Hal ini ditentukan
faktor:
1. Jumlah toko dalam rantai tersebut atau jumlah toko yang menjual produk
tersebut

25

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 141.

29
42

2. Seberapa kuat merek peritel tersebut memberikan dampak pada merek


produk atau seberapa unik produk tersebut untuk peritel
3. Seberapa besar dukungan promosi dari pemasok untuk peritel
4. Reputasi dari pemasok untuk produk baru
5. Jumlah rata-rata pengunjung toko peritel tersebut
6. Produktivitas per meter persegi dari toko peritel
7. Biaya pemasaran peritel dalam mengembangkan merek peritel
Industri ritel telah bergeser dari perdagangan barang (trading) ke arah
pemasaran konsumen (marketing). Dahulu peritel dapat menikmati bisnis ritel
secara fantastis hanya dengan kemampuan mendapatkan produk secara rutin
dengan meletakkan produk di rak toko, tempat konsumen akan berlomba untuk
menemukannya.
Kini dengan berlimpahnya produk di pasar, kemampuan mendapatkan
stok dan meletakkan produk di lokasi strategis di dalam toko tidak cukup untuk
meraih pangsa pasar di industri ritel. Berbelanja kini bukan hanya rutinitas
untuk mendapatkan produk kebutuhan sehari-hari. Belanja kini juga menuntut
pemenuhan kepuasan emosi konsumen.
Masih sedikit peritel di Indonesia yang memberikan perhatian terhadap
aspek pemasaran, sehingga hal ini menjadi tantangan yang sangat menarik
(competitive advantage) bagi pelakunya.

30
43

C. Mekanisme Pasar dalam Islam


Objek dari ilmu ekonomi adalah konsumen, produsen dan government. Di
mana semua objek tersebut akan dipertemukan dalam mekanisme pasar, baik pasar
tenaga kerja, pasar barang ataupun pasar modal. Dengan kata lain, mekanisme pasar
adalah terjadinya interaksi antara permintaan dan penawaran yang akan menentukan
tingkat

harga

tertentu.

Sehingga

dengan

adanya

transaksi tersebut

akan

mengakibatkan terjadinya proses transfer barang dan jasa yang dimiliki oleh setiap
objek ekonomi tersebut. Dengan kata lain, adanya transaksi pertukaran yang
kemudian disebut sebagai perdagangan adalah satu syarat utama dari berjalannya
mekanisme pasar.26
Suatu pola ekonomi yang dialami oleh suatu zaman sangatlah tergantung dari
peradaban yang berlaku. Peradaban yang memandang dan tumbuh dari dunia
pertanian tidak menjamin sistem perdagangan juga akan tumbuh dan berkembang.
Sedangkan peradaban yang tumbuh dan berkembang dari dunia perdagangan sangat
memungkinkan mendorong terwujudnya dan terpenuhinya sistem pertanian maupun
industri. Dunia islami yang pada awalnya memang berawal dari peradaban Arab,
adalah suatu zaman yang telah maju apabila dibandingkan dengan peradaban yang
lain, terutama dalam dunia perdagangan. Sehingga dari adanya kemajuan

26

Adiwarman A. Karim, EkonomiMikroIslamiedisiketiga, ( Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,


2007), hal. 13.

31

44

perdagangan akan memungkinkan berkembangnya pasar. 27 Dijelaskan dalam Surat


As-Saff ayat 10-11:



(- : ).
Artinya

:10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan


suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang
pedih? 11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik bagimu, jika kamu Mengetahui.

Dalam konsep ekonomi Islam penentuan harga dilakukan oleh kekuatankekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep
Islam, pertemuan permintaan dan penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela
sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi pada
tingkat harga tersebut.28 Seperti dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 29:


( : )
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
27

Adiwarman A. Karim, EkonomiMikroIslamiedisiketiga, ( Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,


2007), hal. 13.
28

Abdul Azim Islahi, Economic Concept of Ibn Taimiyah, ( The Islamic Foundation, 1988), hal.

97.

32
45

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu


membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Dalam konsep Islam, monopoly, duopoly, oligopoly dalam artian hanya ada
satu penjual, dua penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama
mereka tidak mengambil keuntungan di atas keuntungan normal. Ini merupakan
konsekuensi dari konsep the price of the equivalent. Produsen yang beroperasi
dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk masuk ke dalam bisnis
tersebut, sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output yang ditawarkan
bertambah, dan harga akan turun. Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut
sampai dengan harga turun sedemikian sehingga economic profit nihil. Pada keadaan
ini produsen yang telah ada di pasar tidak mempunyai insentif untuk keluar dari
pasar, dan produsen yang belum masuk ke pasar tidak mempunyai insentif untuk
masuk ke pasar.29

29

Long run competitive equilibrium terjadi bila terpenuhi tiga hal ini: (a) semua produsen dalam
industry tersebut melakukan upaya memaksimalkan profit, (b) tidak ada produsen yang mempunyai
insentif untuk masuk kea tau keluar dari industry tersebut karena economic profitnya nihil, (c) harga
sedemikian rupa sehingga jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta. Lihat Robert
Pindyck and Daniel Rubinfled. Microeconomics 3rd ed., (New Jersey: Prentice Hall,1995).

33
46

Islam mengatur

agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap

bentuk yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang, yaitu:


1. Mencegah masuknya pedagang desa ke kota dilarang karena pedagang
yang

menyongsong di pinggir kota mendapat

keuntungan dari

ketidaktahuan penjual dari kampong akan harga yang berlaku di kota.


Mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry barrier) akan
menimbulkan pasar yang tidak kompetitif.
2. Mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga yang
sama untuk jumlah yang lebih sedikit
3. Menyembunyikan barang cacat dilarang karena penjual mendapatkan
harga yang baik untuk kualitas yang buruk
4. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran
kurma basah ketika kering bias jadi tidak sama dengan kurma kering yang
ditukar
5. Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma kualitas
sedang dilarang karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya.
Rasulullah menuruh menjual kurma yang satu, kemudian membeli kurma
yang lain dengan uang
6. Penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan
harga tinggi agar orang lain tertarik

34

47

7. Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal


dengan menjual lebih sedikit barang utnuk harga yang lebih tinggi
8. Menjual di atas harga pasar.30
Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai
informasi yang sama tentang barang akan diperjualbelikan. Apabila salah satu pihak
tidak mempunyai informasi seperti yang dimiliki oleh pihak lain, maka salah satu
pihak akan merasa dirugikan dan terjadi kecurangan/ penipuan.

30

Ghaban adalah selisih antara harga yang disepakati penjual dan pembeli dengan harga pasar
akibat ketidaktahuan pembeli akan harga. Ghaban kecil dibolehkan sedangkan ghaban besar dilarang.

35

48

BAB III
GAMBARAN UMUM USAHA RITEL DI TANGERANG SELATAN

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir
tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November
2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut, yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam
bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan
kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Dengan 36 kecamatan luas wilayah
1.159,05 km2 dan jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang.31
Industri bukan merupakan sektor utama yang menggerakkan perekonomian
Kota Tangerang Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih besar dibandingkan
dengan sektor primer seperti sektor pertanian. Berdasarkan data Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terdapat beberapa jenis
industri dan yang terbanyak adalah industri kertas, percetakan dan penerbitan dan
industri alat elektronika dan komponennya, alat listrik dan komponennya masing
masing. Sebanyak 8 unit perusahaan. Nilai investasi PMA lebih besar dibandingkan
dengan PMDN. Nilai PMDN adalah sekitar dua ratus milyar rupiah sedangkan PMA

31

Irma, Profil Tangerang Selatan 2010, Kasubid Data dan Statistik BAPPEDA Tangsel,
Wawancara Pribadi, Kantor BAPPEDA, 23 Februari 2011.

36

49

lebih dari 24 trilyun rupiah. Investasi daerah dapat ditingkatkan jika daerah memiliki
potensi, baik itu berupa potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya
manusia. Hal lain yang juga sangat penting adalah kemampuan daerah menjual
potensi yang dimilikinya dan menciptakan iklim yang kondusif dan mendukung
investasi.
A. Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan
Kebanyakan pasar tradisional merupakan milik pemda. Pemda di Indonesia
umumnya memiliki Dinas Pasar yang menangani dan mengelola pasar tradisional,
termasuk di Kota Tangerang Selatan. Dinas ini mengelola pasar miliknya sendiri atau
bekerjasama dengan swasta. Metode kerjasama umumnya melibatkan pemberian izin
kepada pihak swasta untuk membangun dan mengoperasikan pasar tradisional di
bawah skema Bangun, Operasi, dan Transfer (BOT), dengan pembayaran oleh pihak
swasta kepada Dinas Pasar setiap tahun. Terdapat beberapa kelas pasar tradisional,
umumnya berdasarkan area (luas meter persegi) dan jumlah pedagang. Metode
klasifikasi berbeda pada setiap pemda, namun biasanya pasar kelas I atau kelas A
adalah pasar terbesar. 32Sudah menjadi kebiasaan bagi Dinas Pasar untuk menentukan
target penerimaan tahunan untuk setiap pengelola pasar, yang lazimnya meningkat
setiap tahun. Untuk beberapa tahun terakhir, proporsi penerimaan dari Dinas Pasar
antara 1,5% hingga 3%. 33

32

Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 27.
33
Tubagus Reza Maulana, Koor Divisi Usaha dan Jasa Tangerang, Wawancara Pribadi, Kantor
PD. Pasar Niaga Kerta Raharja, 8 Maret 2011.

37
50

Kegagalan untuk memenuhi target umumnya berdampak pada pergantian


kepala pengelola pasar. Karena itu, tidaklah mengherankan bila didapati banyak
kepala pasar yang lebih mencurahkan perhatian pada tugas utnuk memenuhi target
pemungutan retribusi daripada upaya pengelolaan pasar dengan baik.
Pasar tradisional yang terdapat di tanah milik pemerintah daerah adalah
sebanyak 6 unit, yaitu Pasar Ciputat, Pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang, Pasar
Bintaro Sektor 2, Pasar Serpong, dan Pasar Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi
kecuali Pasar Gedung Hijau. Secara total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-pasar
tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan 1.795 pedagang kaki
lima.34

Tabel
Data Jumlah Pasar Tradisional, Toko Modern dan Pusat Perbelanjaan
di Kota Tangerang Selatan

NO

KECAMATAN

SERPONG
SERPONG
UTARA
PONDOK AREN
CIPUTAT
CIPUTAT TIMUR
PAMULANG
SETU

2
3
4
5
6
7

JUMLAH

TOKO
MODERN
SKALA
KECIL
8

TOKO
MODERN
SKALA
BESAR
2

24

1
2
1
0
0
9

16
18
6
18
9
99

PASAR
TRADISIONAL

2:

PUSAT
PERBELAN
JAAN

JUMLAH

11

37

3
2
1
4
0
17

3
0
3
2
0
13

23
22
12
24
9
138

Tabel 3:
Data Nama-nama Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan
34

Tubagus Reza Maulana, Koor Divisi Usaha dan Jasa Tangerang, Wawancara Pribadi, Kantor
PD. Pasar Niaga Kerta Raharja, 8 Maret 2011.

38
51

Nama Pasar
Pasar Ciputat
Pasar Jombang
Pasar Serpong
Pasar Bintaro Sektor 2
Pasar Ciputat Permai
Pasar Gedung Hijau
Pasar Moderen BSD
Pasar Delapan

Lokasi
(Kecamatan)
Ciputat
Ciputat
Serpong
Pondok Aren
putat Timur
Serpong Utara
Serpong
Serpong Utara

Luas Area
6.670
6.095
8.730
830
1.000
3.369
30.000
34.945

Pengelola
PD Pasar Niaga Kerta
Raharja
PT. Tritama Nila Griya
PT. Alam Sutera
BSD
Ppt. Alam Sutera

35

PD Pasar Niaga Kerta Raharja adalah instansi baru pengelola pasar di


Kabupaten Tangerang. Produk Hukum dari instansi ini, sebagai berikut:
1.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah


(Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2387); Jo Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 ;

2.

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang


Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten
Tangerang .

Visi dan Misi dari instansi ini adalah: Terwujudnya profesionalisme


manajemen perpasaran yang berorientasi pada efisiensi, efektifitas kegiatan
operasional dalam rangka meningkatkan kinerja, sehingga dapat memberikan
kontribusi yang optimal terhadap pembangunan ekonomi daerah dan peningkatan
pendapatan masyarakat

35

Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat
Perbelanjaan Di Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa
Pasar, Wawancara Pribadi, Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.

39
52

Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas maka ditentukan misi sebagai berikut
: Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, baik selaku Pegawai Perusahaan
Daerah maupun masyarakat yang terlibat dengan masalah perpasaran. Legalitas
kerangka dasar, yang mengandung filosofis, fundamental dan mengatur serta
melegalisasikan

setiap

langkahlangkah

atau

aktifitas

PerusahaanDaerah.36

Menggali dan atau memaksimalkan sumber-sumber yang dianggap dapat menjadi


sumber pendapatan Perusahaan Daerah . Partisipasi aktif dan kooperatif para
pedagang dan masyarakat yang terlibat dalam rangka mewujudkan pasar yang tertib,
bersih dan sehat.
Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kab. Tangerang dibentuk pada
tanggal 14 Juli 2004 dengan Peraturan Daerah Kab. Tangerang Nomor 25 Tahun
2004. Peraturan Daerah tersebut mengacu kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah. Dari Unit Plaksana Teknis Pasar (UPT) Pasar Kabupaten
Tangerang kemudian terbentuk Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja, dalam
hal ini dituntut bekerja dengan pola manajemen Perusahaan yang profesional, hal ini
berguna untuk meningkatkan pelayanan masyarakat terutama bagi pelaku usaha pasar
dan masyarakat pengguna pasar di wilayah Kabupaten Tangerang.
Landasan operasional perusahaan tersebut, diantaranya:
1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 5
Tahun 1995 Tentang Pengurusan Pasar
36

http://pdpasarnkr.wordpress.com/ diakses pada Jumat 23 Februari 2011 Pukul 20.30.

40
53

2. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 86 Tahun 2004 Tentang Susunan


Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang
3. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 87 Tahun 2004 Tentang pokok-pokok
Kepegawaian PD. Pasar Niaga Kerta Raharja
4. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 539 Kep.06-Huk/2005 Tanggal 3
Januari 2005 Tentang Pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang
5. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 539/Kep-12-Huk/2005 Tanggal 10
Januari 2005 Tentang Persetujuan Terhadap Susunan Organisasi Tata
Kerja Pasar di Lingkunan Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja.
Institusi yang baru diresmikan pada bulan Juni 2008 sebagai pengganti dari
Dinas Pasar. Diakui, pasar tradisional tidak mampu bersaing dengan ritel modern
yang menjamur. Selain kondisi pasar tradisional yang becek, bau, dan semrawut,
keberadaan ritel modern hingga ke perkampungan dan mudah dijangkau karena lebih
dekat dengan masyarakat merupakan faktor yang menurunkan minat untuk ke pasar
tradisional. 37
Sementara itu, ritel hadir dengan kondisi lokasi strategis, bersih, berpendingin
ruangan, serta menawarkan harga bersaing. Belum lagi menjamurnya pasar kaget dan
pedagang dadakan di pinggir jalan dan di depan pabrik-pabrik, semakin membuat

37

http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/globalisasi/artikel.php?aid=29190. Diakses pada


Jumat 23 Februari 2011 Pukul 17.54 WIB.

41
54

sepinya aktivitas di pasar tradisional.

38

Pertarungan sengit antara pedagang

tradisional dengan peritel raksasa merupakan fenomena umum era globalisasi. 39


Terpuruknya kondisi pasar tradisional di Kabupaten Tangerang Selatan mulai
terasa sejak tiga tahun terakhir. Ditandai dengan banyaknya kios dan los yang kosong
ditinggalkan para pedagang. Contohnya, Pasar Ciputat, dari 1.500 kios dan los,
sebanyak 800 lebih kios dan los sudah kosong.40
Profil beberapa pasar tradisional yang dikelola oleh PD Pasar Niaga Kerta
Raharja, sebagai berikut:
1. Pasar Ciputat
-

Klasifikasi pasar

:I

Tipologi pasar

: Pasar eceran

Tahun berdiri

: 1997

Luas bangunan

: 3342 m2

Luas lahan

: 5670 m2

Jenis bangunan

: permanen 3 lantai

Jumlah kios tersedia

: 1132 unit (APBD)

Jumlah los tersedia

: 238 unit (APBD)

Jumlah kios aktif

: 489 unit (APBD)

38

(APBD)

http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/globalisasi/artikel.php?aid=29190. Diakses pada


Jumat 23 Februari 2011 Pukul 17.54 WIB.
39
http://bisnisukm.com/maraknya-akuisisi-peritel-raksasa-mengancam-kelangsungan-pedagangtradisional.html. diakses pada Jumat 23 Februari 2011 Pukul 18.30 WIB.
40
http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/globalisasi/artikel.php?aid=29190. Diakses pada
Jumat 23 Februari 2011. Pukul 17.54 WIB.

42
55

Jumlah los aktif

: 51 unit (APBD)

Jumlah pedagang aktif

: 816 pedagang

Jumlah MCK

: 5 unit

Sumber air bersih

: air tanah

Penerangan

: PLN

Kapasitas parkir

:-

Aktifitas pasar

: pagi - malam

TPS

: 63 m3

2. Pasar Ciputat Permai


-

Klasifikasi pasar

:I

Tipologi pasar

: pasar eceran

Tahun berdiri

: 1997

Luas bangunan

: 1000 m2

Luas lahan

: 3051 m2

Jenis bangunan

: permanen (APBD)

Jumlah kios tersedia

: 15 unit (APBD)

Jumlah los tersedia

:63 unit (APBD)

Jumlah kios aktif

:10 unit (APBD)

Jumlah los aktif

:45 unit (APBD)

Jumlah MCK

: 1 unit

Sumber air bersih

: sumur

Penerangan

: PLN
43
56

Kapasitas parkir

: 2 mobil + 15 motor

Aktifitas pasar

: malam pagi hari

TPS

: 3 m3

3. Pasar Serpong (dikerjasamakan dengan PT. Bangun Bina Primasarana)


-

Klasifikasi pasar

:I

Tipologi pasar

: pasar eceran

Tahun berdiri

: 2008

Luas lahan

: 87300 m2

Luas bangunan

: 5742 m2

Jenis bangunan

: permanen 2 lantai

Jumlah kios tersedia

: 584 unit

Jumlah los tersedia

:387 unit

Jumlah konter

: 108 unit

Jumlah kios aktif

: 450 unit

Jumlah los aktif

: 288 unit

Jumlah konter aktif

: 99 unit

Jumlah pedagang aktif

: 837 pedagang

Jumlah MCK

: 3 unit

Sumber air bersih

: air tanah

Penerangan

: PLN

Kapasitas parkir

: 55 motor/ 30 mobil

Aktifitas pasar

: pagi - siang
44
57

: 61,75 m3

TPS

B. Supermarket di Kota Tangerang Selatan


Supermarket di Indonesia semuanya milik swasta dan izinnya dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Pemda umumnya
tidak berwenang untuk menolak izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat,
meskipun beberapa pemda mensyaratkan agar Supermarket mengajukan izin lokal.
Sebagai contoh, Pemda Tangerang Selatan mensyaratkan agar supermarket memiliki
Izin Usaha Pasar Modern (IUPM), yang dikeluarkan oleh Depdag dan Izin Prinsip
Pembangunan Pasar Modern (IP3M), yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan dan
Perindustrian kota Tangerang Selatan. Selain izin yang dikeluarkan secara terpusat,
supermarket biasanya harus mendapatkan izin lokal lainnya yang diperlukan oleh
setiap usaha pribadi, seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Gangguan
(HO).41
Sebagai kota yang baru memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang,
Tangerang Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang amat pesat.
Meski Tangerang Selatan telah menjadi daerah hunian supermarket selama dekade
terakhir, tahun 2004 dan 2005 menjadi era pembangunan intensif supermarketsupermarket baru. Sebagai akibatnya, beberapa supermarket yang telah lebih dulu ada
tersingkir oleh supermarket yang baru. Tampak juga minimarket dan berbagai bentuk
41

Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.

45

58

usaha ritel modern lain yang mulai menjamur. Hingga kini terdapat 116 usaha ritel
modern di Tangerang Selatan, 99 diantaranya adalah minimarket.42
Dewasa ini perkembangan pasar modern khususnya Carrefour sangat pesat.
Raksasa ritel dari Perancis yang mulai memasuki pasar Indonesia sejak awal 1998
menyebar benih keuntungan di beberapa kota. Keberadaan ritel ini berhasil
menggusur peran pasar tradisional. Daya tarik yang begitu besar sehingga menyedot
perhatian konsumen begitu banyak mengakibatkan hancurnya pasar tradisional
karena kalah bersaing dengan Carrefour.
Pertumbuhan supermarket dalam hal pangsa pasar juga mengesankan.
Laporan World Bank (2007) menunjukan bahwa pada 1999 pasar modern hanya
meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan pangan. Menjelang 2004, jumlah tersebut
meningkat tiga kali lipat menjadi 30%.terkait dengan tingkat penjualan, penelitian
tersebut menemukan bahwa jumlah penjualan di supermarket bertumbuh rata-rata
15%, sementara penjualan di ritel tradisional menurun 2% per tahun.
Indonesia telah masuk kedalam jurang neo-liberalisme sejak ikut menerapkan
konsensus Washington. Di Indonesia, pelaksanaan agenda-agenda ekonomi liberal
masih berlangsung setelah perekonomian dilanda krisis moneter pada 1997/1998 lalu.
Konsekuensi pelaksanaan resep ekonomi IMF ini sangat besar, misalnya
dengan masuknya korporasi luar negeri ke Indonesia sebagai konsekuensi dalam hal

42

Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.

46
59

liberalisasi perdagangan.Indonesia "dipaksa" membuka pasar, korporasi ritel seperti


Carrefour dan continent masuk ke Indonesia.
Sejak memula usahanya di Indonesia, Oktober 1998, setidaknya dua kali
perusahaan retail raksasa ini (Carrefour) tersandung masalah. Pertama,

Agustus

2005, Carrefour didenda Rp 1,5miliar oleh KPPU. Carrefour terbukti melanggar pasal
19 huruf (a) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang "Larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat mengenai menolak dana atau
menghalangi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan".
Kedua, Carrefour tengah di bidik oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan
Usaha) dengan undang-undang yang sama. Menurut KPPU, Carrefour diduga
melanggar pasal 17 ayat 1 dan pasal 25 ayat 1 huruf (a). pasal 17 berisi larangan
melakukan monopoli yaitu menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang/
jasa tertentu. Sedangkan pasal 25 tentang penyalah gunaan posisi dominan yang bias
merugikan konsumen dan menghalangi pelaku usaha lain masuk kepasar serupa.
KPPU membidikduahal: pasar pemasok (upstream) dan pasar retail modern
(downstream).
Lebih parah lagi ketika Carrefour tidak mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku, dengan membuka gerai-gerai baru yang sangat berdekatan
dengan pasar tradisional, mengakibatkan pasar tradisional makin cepat tergusur.
Praktek bisnis supermarket pada umumnya, barang yang dijual relatif
merupakan barang-barang bermutu tinggi, dengan harga pasti, harga yang bersaing,
47
60

dan kadang-kadang ditawarkan diskon borongan. Terlebih lagi, mereka menawarkan


aneka pilihan pembayaran, mulai dari tunai dan kartu kredit hingga pendanaan untuk
barang-barang yang lebih besar. Tempat pembelanjaan juga terang, bersih, dan
memiliki fasilitas yang berfungsi dengan baik, seperti toilet dan tempat makan.
Kunjungan ke kantor pusat supermarket mengungkapkan bahwa penyediaan
barang dilakukan oleh bagian pembelian (merchandising) yang didasarkan atas
perjanjian kontrak atau nonkontrak. Dlam kontrak tersebut harga dan jumlah barang
dicantumkan sesuai perjanjian utnuk dikirimkan berdasarkan jadwal yang telah
ditentukan. Barang-barang dalam kontrak ini umumnya berupa sayuranj dan daging,
yang harus memenuhi standar pengemasan dan harus lolos dari standar yang
ditetapkan Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) Pemerintah Pusat.
Barang-barang di bawah kontrak umumnya disediakan berdasarkan konsinyasi.
Sebaliknya, perjanjian tanpa kontrak dilakukan melalui negosiasi berdasarkan kasus
per kasus dan berlaku utnuk semua produk. Selain itu, supermarket lazim
mengenakan

biaya

memajang

barang

dan

menentukan

lamanya

periode

pembayaran. 43
Supermarket menerapkan strategi harga campuran dan strategi nonharga
untuk menarik pelanggan dan untuk bersaing dengan para peritel lainnya. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa berbagai strategi penetapan harga digunakan, seperti
srategi penetapan harga batasan utnuk menghambat masuknya pelaku bisnis

43

Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah
Perkotaan di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal. 24.

48
61

baru;strategi pemangsaan melalui penetapan harga untuk menyaingi pelaku bisnis


lainnya; dan diskriminasi harga antar waktu yang berarti bahwa mengenakan harga
yang berbeda pada kesempatan yang berbeda, seperti memberikan diskon pada akhir
pekan atau antara jam-jam tertentu. Selain itu, supermarket juga melakukan survei
pada pasar tradisional untuk mendapatkan perkiraan tingkat harga pasar sehingga
mereka akan menjualnya dengan harga bersaing. Terakhir, praktek subsidi silang
kerap dilakukan, saat mereka mengalami kerugian atas sejumlah barang dagangan
dalam rangka memenangkan persaingan.
Contoh-contoh strategi nonharga yang dipakai oleh supermarket adalah jam
operasi yang lebih panjang, khususnya pada akhir pekan toko dibuka hingga larut
malam;pembundelan dan pengikatan, dimana barang-barang berbundel dijual denga
lebih rendah dibanding jika dijual eceran atau terpisah; parkir gratis bagi pelanggan;
dan strategi terpenting adalah gencarnya kampanye melalui iklan.
Supermarket berada beberapa tingkat diatas pasar tradisional di hampir semua
aspek kompetisi. Meskipun supermarket tidak menganggap pasar tradisional sebagai
pesaing utamanya, seorang manajer supermarket yang diwawancarai mengingatkan
bahwa pasar tradisional tidak akan mampu bertahan lebih lama jika pemda tidak
berupaya untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional. 44

44

Lukman, Manajer Supermarket PT. Carrefour Indonesia, Wawancara Pribadi, 8 Maret 2011.

49
62

C. Kerangka Kebijakan Sektor Usaha Ritel di Tangerang Selatan


Setidaknya ada delapan Undang-Undang, Peraturan Presiden, dan Peraturan
Menteri yang berkaitan dengan peritel, yaitu:
1. Peraturan Menteri Perdagangan RI (PerMenDag RI) No. 53/M-DAG/PER/
12/ 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
2. Undang-Undang RI No. 20/2008 tentang usaha Mikro, Kecil & Menengah
3. Peraturan Presiden RI (PerPres RI) No. 112/ 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
4. Undang-Undang RI No. 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang RI No. 8/ 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6. Undang-Undang RI No. 5/ 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
7. Peraturan Pemerintah RI No. 44/ 1997 tentang Kemitraan
8. Permendag No. 20/ M-DAG/ PER/ 5/ 2009 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pengawasan Barang dan/ atau Jasa.45
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pemerintah berperan dalam
membantu menjaga keseimbangan antara pemain besar dan pemain di Negara-negara
maju. Peritel dengan format besar biasanya diletakkan di pinggir kota, sedangkan
format yang lebih kecil boleh di dalam kota.

45

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 43.

50

63

Selain soal pengaturan lokasi, pemerintah juga mengatur Kontrol kualitas


yang ketat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kontrol yang ketat
memang terus ditingkatkan di Indonesia, namun dalam kenyataannya kontrol yang
dilakukan oleh badan-badan pemerintah yan terkait harus ditingkatkan secara
konsisten dan bersifat lebih mendidik.46

D. Dampak Ritel Terhadap Perekonomian di Tangerang Selatan


Industri bukan merupakan sektor utama yang menggerakkan perekonomian
Kota Tangerang Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih besar dibandingkan
dengan sektor primer seperti sektor pertanian. Berdasarkan data Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terdapat beberapa jenis
industri dan yang terbanyak adalah industri kertas, percetakan dan penerbitan dan
industri alat elektronika dan komponennya, alat listrik dan komponennya masing masing sebanyak 8 unit perusahaan. Nilai investasi PMA lebih besar dibandingkan
dengan PMDN. Nilai PMDN adalah sekitar dua ratus milyar rupiah sedangkan PMA
lebih dari 24 trilyun rupiah. Sektor perdagangan dan jasa memberikan kontribusi
yang besar bagi perekonomian Kota Tangerang Selatan. Kegiatan perdagangan dan
jasa tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun, yang paling
menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang koridor jalan-jalan
utama seperti Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro Utama
46

Kanjaya-Meshvara, Susilo-Yongky, Retail Rules melihat keunggulan dan potensi bisnis ritel
makanan di masa depan, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 44.

51
64

Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya
Pamulang Ciputat, Jalan Raya Pamulang Pondok Cabe dan Jalan Raya Ir. H.
Juanda (Ciputat Raya). 47
Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia berupa pasar, baik modern
maupun tradisional, bank, BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar
tradisional yang terdapat di tanah milik pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit,
yaitu Pasar Ciputat, Pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang, Pasar Bintaro Sektor 2,
Pasar Serpong, dan Pasar Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar Gedung
Hijau. Secara total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-pasar tersebut adalah
25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan 1.795 pedagang kaki lima.
Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan cenderung menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun demikian juga dengan PDRB per kapita. Pada tahun
2009, berdasarkan PDRB adh konstan, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah
sebesar 8,5%. Percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan pada tahun
2009 terutama didukung oleh percepatan pada sektor perdagangan, hotel, restoran dan
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh sangat signifikan.
Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan menunjukkan
pertumbuhan positif.

47

Irma, Profil Tangerang Selatan 2010, Kasubid Data dan Statistik BAPPEDA Tangsel, Wawancara
Pribadi, Kantor BAPPEDA, 23 Februari 2011

52
65

E. Upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam Meminimalisir Dampak


Ritel Modern terhadap Perekonomian
Terkait

Pembatasan

Mal

Disperindag

Mengaku

Tidak

Berwenang

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangerang Selatan


mengaku tidak memiliki kewenangan hingga melakukan pembatasan pusat
perbelanjaan (mall) di Kota Tangerang Selatan. Alasannya, sebagai pemberi izin
terkait operasional, sebelum Disperindag masih ada dinas terkait yang mengeluarkan
izin bangunan. Ibaratnya, kami ini hulunya. Artinya, kalau izin peruntukan suatu
bangunan untuk pusat perbelanjaan, tentu akan kami keluarkan izin operasionalnya.
Jika tidak, tentu tidak dikeluarkan. 48
Dalam pembatasan supermarket ini yang paling penting adalah bagaimana
menetapkan suatu lokasi layak atau tidak layak didirikan bangunan untuk pusat
perbelanjaan. Tugas ini, kata dia, bukanlah wewenang Disperindag, tetapi ada
instansi lain seperti Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) dan Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda). 49
Pemerintah Kota (Pemko) Tangerang Selatan akan mengkaji pembatasan
pusat perbelanjaan modern (mal) dan perdagangan berjejaring di Kota Tangerang
Selatan. Hal ini sesuai dengan rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
48

Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011
49
Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di
Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi.
Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011.

53
66

(DPRD) dan upaya pembinaan pasar tradisional, yang nantinya akan dikaitkan
dengan tata ruang dan tata wilayah Kota Tangerang Selatan.
Hal ini dimaksudkan sebagai pencitraan terhadap wajah kota dan
meminimalisir aspek-aspek negatif akibat pusat perbelanjaan modern yang terlalu
banyak di suatu daerah. Bahkan, dari informasi tersebut memberi peluang kepada
kepala daerah untuk merekomendasikan penghentian izin pembangunan mal. Terkait
imbauan tersebut, hingga saat ini belum ada program pembahasan terkait jumlah mal
yang layak di Kota Tangerang Selatan. Begitupun dengan usulan pembatasan izin mal
dan perdagangan berjejaring kepada Depdag. Alasannya, butuh banyak pertimbangan
yang harus dipikirkan secara matang. Misalnya, jumlah mal pada luasan daerah
tertentu. Kemudian, kondisi sebuah daerah dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan
budayanya. 50

50

Irma, Profil Tangerang Selatan 2010, Kasubid Data dan Statistik BAPPEDA Tangsel,
Wawancara Pribadi, Kantor BAPPEDA, 23 Februari 2011

54
67

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Analisis Deskriptif
Data-data yang diperlukan dalam analisis ini didapat dari laporan jumlah Pasar

Ritel Modern (Supermarket) yang terdapat di Kota Tangerang Selatan dari tahun
2005 dampai 2010. Dari hasil olah data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS
for windows versi 15.0 dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat
pada model regresi sederhana dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
1. Jumlah Pasar Ritel Modern (Supermarket) di Tangerang Selatan
Yang dimaksud jumlah pasar ritel modern adalah jumlah dari supermarket
yang ada di Tangerang selatan dan pertumbuhannya setiap tahun.
Tabel 4:
Data Jumlah Supermarket di tangerang Selatan

Tahun

Jumlah
Supermarket

Tingkat Pertumbuhan
(%)

2005
2006
2007
2008
2009
2010

2
2
7
12
15
17

0
250
75
25
13

Sumber: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO)

2. Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Tangerang Selatan

55

68

Yang dimaksud dengan pendapatan disini adalah Jumlah rata-rata


pendapatan kotor (omset) pedagang pasar tradisional pertahun. Berikut
ditampilkan tabel omset.

Tabel 5:
Data omset Pedagang Pasar Tradisional
di tangerang Selatan
Tahun Rata-rata Pendapatan Pedagang
2005

Rp. 1,260,000,000

2006

Rp. 1,260,000,000

2007

Rp.

2008

Rp. 1,080,000,000

2009

Rp.

900,000,000

2010

Rp.

720,000,000

990,000,000

Sumber : Hasil Wawancara dengan Pedagang Pasar


Tradisional di Tangerang Selatan

B.

Uji Linear
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berbentuk

linear atau tidak. Berdasarkan hasil uji linearitas yang dilakukan melalui program
SPSS for windows versi 15.0, melalui diagram pencar (scatter plot) dengan sub menu
Curve Estimation diperoleh hasil sebagai berikut:
Uji linearitas antara Jumlah Supermarket dengan Omset Pedagang Pasar:
56
69

Gambar 1:
Grafik Linearitas

Rata.rata.omset.Pedagang.Pasar.Tradisional.di.Tangerang.Selatan
Observed
Linear

1.3E9

1.2E9

1.1E9

1.0E9

9.0E8

8.0E8

7.0E8
0

10

15

20

Jumlah.Supermarket.di.Tangerang.Selatan

Dari gambar diatas, menunjukan hubungan antara variabel Independen (Jumlah


Supermarket di Tangerang Selatan) dengan variabel dependennya (Omset Pedagang
Pasar) berbanding terbalik. Sehingga hal tersebut mengakibatkan semakin meningkat
jumlah supermarket maka semakin kecil omset yang didapat oleh pedagang pasar.
Hal ini bisa dilihat dengan memperhatikan tanda Observed mengikuti arah garis
Linear.

57
70

C.

Uji Normalitas
Analisis statistik yang pertama harus digunakan dalam rangka analisi data

adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Kolmogorof-Smirnov untuk menguji kesesuaian (goodness of
fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai
sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu. Jadi hipotesis statistiknya
adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi
frekuensi harapan (teoritis). Berikut adalah hipotesisnya:
Ho: F(x) = Fo(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi hasil pengamatan,
dan Fo(x) adalah distribusi frekuensi harapan (teoritis) dalam artian populasi
berdistribusi normal.
H1:

F(x) Fo(x) atau distribusi populasi tidak normal

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05:


Jika probabilitas > 0,05 , maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 , maka H1 ditolak

58

71

Tabel 6:
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jumlah.
Supermarket.
di.Tangerang.
Selatan
N
Normal Parameters

a,b

Most Extreme
Differences

6
9,17
6,494
,198
,198
-,169
,486
,972

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Rata.rata.
omset.
Pedagang.
Pasar.
Tradisional.di.
Tangerang.
Selatan
6
1035000000
211068709,2
,190
,143
-,190
,466
,982

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

1. Uji Normalitas Omset Pedagang Pasar Tradisional


Hasil uji normalitas pada data rata-rata omset pedagang, berdasarkan uji
Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0,982 dengan
menggunakan taraf signifikan alpha 5% atau (0,05), maka diketahui nilai 0,982
lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal. Berikut ini adalah gambar diagram Q-Q plot keluaran
SPSS for windows versi 15.0

59

72

Gambar 2:
Grafik Sebaran Data Omset Rata-rata
Pedagang Pasar Tradisional di Tangerang Selatan

Normal Q-Q Plot of Rata.rata.omset.Pedagang.Pasar.Tradisional.di.


Tangerang.Selatan
1.3E9

Expected Normal Value

1.2E9

1.1E9

1.0E9

9.0E8

8.0E8

7.0E8
7.0E8

8.0E8

9.0E8

1.0E9

1.1E9

1.2E9

1.3E9

Observed Value

2. Uji Normalitas Jumlah Supermarket


Sementara hasil uji normalitas data pada jumlah supermarket, berdasarkan
uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0,972 dengan
menggunakan taraf signifikan alpha 5% atau (0,05), maka diketahui nilai
probabilitas 0,972 juga lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat

60
73

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Berikut ini adalah gambar Q-Q
plot keluaran SPSS for windows versi 15.0

Gambar 3:
Grafik Sebaran Data Jumlah Supermarket
di Tangerang Selatan

Normal Q-Q Plot of Jumlah.Supermarket.di.Tangerang.Selatan

Expected Normal Value

20

15

10

0
0

10

Observed Value

61
74

15

20

D.

Uji Hipotesis
Rumusan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini,

menggunkan

rumus

korelasi

Product

Moment.

Dalam

penghitungannya,

menggunakan program SPSS for windows versi 15.0. adapun hasil uji hipotesis yang
didapatkan maka diperoleh nilai koefisien korelasi antara rata-rata pendapatan
pedagang pasar dengan jumlah supermarket adalah 0,913 korelasi tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7:
Product Moment
Correlations

Jumlah.Supermarket.di.
Tangerang.Selatan
Rata.rata.omset.
Pedagang.Pasar.
Tradisional.di.Tangerang.
Selatan

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

Jumlah.
Supermarket.
di.Tangerang.
Selatan
1

6
-,913*

Rata.rata.
omset.
Pedagang.
Pasar.
Tradisional.di.
Tangerang.
Selatan
-,913*
,011
6
1

,011
6

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai korelasi sebesar - 0,913 , hal ini
menunjukan adanya korelasi (hubungan) yang tinggi antara omset pedagang denga
jumlah supermarket. Angka koefisien korelasi bertanda negatif (-) menunjukan
bahwa hubungan antara kedua variabl tersebut bersifat berbanding terbalik, artinya

62
75

peningkatan satu variabel akan diikuti oleh penurunan variael lain, sehingga semakin
banyak jumlah supermarket akan membuat omset pedagang pasar tradisional
menurun.
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan Hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel
H1: Ada hubungan (korelasi) yang signifikan sntara dua variabel
Pengujian berdasarkan Uji Probabilitas (prob):
Jika Probabilitas > 0,05 , maka Ho diterima
Jika Probabilitas < 0,05 , maka Ho ditolak
Pada bagian output (kolom sig. (2-tailed)), utnuk korelasi variabel rata-rata
pendapatan pedagang pasar tradisional dengan jumlah supermarket didapat angka
probabilitas sebesar 0,011 atau probabilitas dibawah 0,05 (0,011< 0,05). Dengan
demikian Ho ditolak atau hal ini berarti bahwa memang ada hubungan antara Rta-rata
pendapatan pedagang pasar tradisional dengan jumlah supermarket dan hubungan
tersebut signifikan.

E.

Analisis Regresi serta Pengujian Signifikansi Konstanta dan Koefisien


Regresi
Dari histogram secara umum batang berada dibawah kurva normal dan dari

gambar P-P plot of regression standardized residual dapat terlihat bahwa sebaran
data regresi antar omset pedagang dengan jumlah supermarket berada disekitar garis
regresi yang mengarah ke kanan sehingga data tersebut berdistribusi normal.
63
76

Gambar 4:
Histogram Sebaran Data Regresi Dua Variabel

Histogram

Dependent Variable: Rata.rata.omset.Pedagang.Pasar.


Tradisional.di.Tangerang.Selatan
3

Frequency

Mean =2.78E-17
Std. Dev. =0.894
N =6

0
-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Regression Standardized Residual

64
77

1.5

Gambar 5:
Grafik Sebaran Data Regresi Dua Variabel

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Rata.rata.omset.Pedagang.Pasar.Tradisional.di.


Tangerang.Selatan

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0

0.2

0.4

0.6

Observed Cum Prob

65
78

0.8

1.0

Tabel 8:
Regresi
a
Coefficients

Model
1
(Constant)
JumlahSupermarketdi
TangerangSelatan

Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1306956521,739
72479222,331
-29667984,190

6639511,527

Standardized
Coefficients
Beta
-,913

t
18,032

Sig.
,000

-4,468

,011

a. Dependent Variable: RatarataPendapatanPedagangPasarTradisionaldiTangerangSelatan

Pada output ini, dikemukakan nilai koefisien dan konstanta dari persamaan
regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi sederhana yang digunakan adalah:
Y = a + bx, dimana:
Y = Rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional
X = Jumlah Supermarket di Tangerang Selatan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Dari hasil pengolahan didapatkan model persamaan regresi:
Y = 1306956521,739 29667984,190 X
Dari model regresi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 1306956521,739 menyatakan bahwa jika tidak ada
supermarket, maka besarnya pendapatan atau omset pedagang pasar tradisional
adalah sebesar Rp. 1,306,956,521.739,2. Nilai koefisien regresi X (jumlah supermarket) sebesar 29667984,190 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 supermarket, karena nilai koefisien bertanda negatif (66
79

) maka nilai Y (pendpaatan pedagang pasar tradisional) akan berkurang sebesar


Rp. 29,667,984.190,Dari persamaan regresi yang didapatkan, akan dilakukan pengujian apakah nilai
konstanta dan koefisien memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap
nilai Y. Pengujian ini bisa dilakukan dengan dua metode, yang pertama uji t yaitu
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dan yang kedua dengan uji signifikansi.
Berikut adalah pengujiannya:
a. Menguji signifikansi konstanta (a) pada model regresi:
Berikut adalah hipotesis yang diajukan:
Ho : a = 0 (konstanta a tidak signifikan)
H1 : a 0 (konstanta a signifikan)
Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:
1. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel dimana 1 = 2
Jika |t hitung| > t tabel, maka Ho ditolak
Jika |t hitung| < t tabel, maka Ho diterima
Terlihat bahwa t

hitung

untuk konstanta a adalah 18,032, sedang t

tabel

bisa didapat

pada tabel t-test, dengan = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari t

tabel

nilai dibagi dua menjadi 0,025 , dan df = 4 (didapat dari rumus

n-2, dimana n adalah jumlah data, 6-2=4). Didapat t


karena t

hitung

> t

tabel,

tabel

adalah 12,011. Oleh

(18,032 > 12,011), maka Ho ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa konstanta a berpengaruh signifikan terhadap rata-rata


pendapatan pedagang pasar tradisional.
67

80

2. Berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05:


Jika probabilitas > 0,05 , maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 , maka Ho ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah 0,000 atau probabilitas
dibawah 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian Ho ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu konstanta a berpengaruh
signifikan terhadap rat-rata pendapatan pedagang pasar tradisional.
b. Menguji signifikan koefisien b (jumlah supermarket) pada model regresi
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
Ho

: a = 0 (koefisien b(jumlah supermarket) tidak signifikan)

Ho

: a 0 (koefisien b signifikan)

Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:


1. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel dimana 1 = 2
Jika |t hitung| > t tabel, maka Ho ditolak
Jika |t hitung| < t tabel, maka Ho diterima
Terlihat bahwa t

hitung

untuk koefisien jumlah supermarket adalah -4,468 dimutlakkan

menjadi 4,468. Sedang t

tabel

bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0,05 ,

karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t

tabel,

nilai dibagi dua

menjadi 0,025 , dan df = 4 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah
data, 6-2=4). Didapat t

tabel

adalah 3,448. Oleh karena t

hitung

<t

tabel,

(4,468 >

3,448), maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien jumlah

68
81

supermarket berpengaruh secara signifikan terhadap rata-rata pendapatan


pedagang pasar tradisional.
2. Berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05:
Jika probabilitas > 0,05 , maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 , maka Ho ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah 0,011 atau probabilitas
dibawah 0,05 (0,011 < 0,05). Dengan demikian Ho ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu konstanta a berpengaruh
signifikan terhadap rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional.

F.

Koefisien Determinasi
Tabel 9:
Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1

R
R Square
,913a
,833

Adjusted
R Square
,791

Std. Error of
the Estimate
96406378,0

a. Predictors: (Constant),
JumlahSupermarketdiTangerangSelatan

Pada tabel Model Summary, didapat 1 model regresi dengan nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0.913 , nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,833
(83,3%). Koefisien determinasi ini menunjukan bahwa 83,3% rata-rata pendapatan
pedagang pasar tradisional di Tangerang Selatan di pengaruhi oleh jumlah
69
82

supermarket di Tangerang Selatan. Sedangkan sisanya 16,7% dipengaruhi oleh halhal atau variabel lain. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,791 (79,1%) menunjukan
bahwa di lapangan pengaruh dari jumlah supermarket terhadap omset pedagang pasar
tradisional hanya sebesar 79,1%, berarti terjadi penurunan nilai koefisien determinasi
sebesar 4,2%.

G.

Dampak Supermarket Terhadap Pasar Tradisional


Di Kecamatan Ciputat dan Pondok Aren, Carrefour dan Superindo adalah

supermarket yang berlokasi dekat Pasar Ciputat dan Pasar Bintaro Sektor 2. Menurut
para pedagang, Superindo belum terlalu memberikan dampak yang signifikan pada
kegiatan bisnis mereka, sementara Carrefour telah menyerap sejumlah besar
konsumen. Beberapa pedagang yakin bahwa Carrefour telah menyebabkan penurunan
omset dan keuntungan mereka. Para pedagang yakin bahwa di masa mendatang,
keberadaan supermarket akan mengganggu keberadaan pasar tradisional karena
produk yang dijual tidak berbeda dengan harga yang sama atau bahkan lebih rendah.
Terlebih lagi, fasilitas dan infrastruktur di supermarket menjamin tersedianya rasa
aman dan kenyamanan yang lebih baik. Tidak hanya itu, Carrefour menyediakan
potongan harga pada akhir pekan. Berbeda dengan keterangan pedagang tradisional,
seorang staf dari Dinas Pasar Serpong menyatakan bahwa keberadaan supermarket di
seputar pasar tradisional kurang berdampak atau bahkan tidak berdampak sama sekali
pada pasar tradisional.

70
83

Akan tetapi, terkecuali di Pasar Moderen BSD, para pedagang juga menyatakan
bahwa dampak supermarket tidak sesignifikan akibat atau dampak yang ditimbulkan
oleh masalah internal. Selain itu, mereka juga mengakui bahwa ada sedikit perbedaan
dalam hal karakteristik pembeli yang datang ke pasar tradisional dan modern,
misalnya, pedagang keliling dan pemilik warung/ toko kecil masih memilih untuk
berbelanja di pasar tradisional. Disamping itu, masyarakat sekitar yang benar-benar
hanya ingin berbelanja kebutuhan akan lebih memilih berbelanja di pasar tradisional
dibandingkan ke supermarket karena jika ingin ke pasar tradisional tidak perlu
bersolek, ibaratnya bangun tidurpun bisa langsung ke pasar tradisional. Dalam salah
satu wawancara, para pedagang menyebutkan bahwa mereka siap bersaing selama
infrastruktur pasar dan fasilitas umumnya dikelola secara baik.
APPSI Wilayah Kabupaten Tangerang dengan keras menolak kehadiran
supermarket. Mereka mengklaim bahwa pemerintah telah mengabaikan kepentingan
para pedagang pasar tradisional dengan mengizinkan pendirian supermarket yang
terlalu dekat dengan pasar tradisional. Meskipun APPSI hanya mewakili anggotaanggotanya, yakni sejumlah kecil para pedagang, pendapat APPSI cukup beralasan
karena Pemda Tangerang Selatan memang berulang kali melanggar rencana tata
ruangnya sendiri demi mengakomodasi kehadiran supermarket.

71

84

BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan secara khusus dari

tiap metode analisis statistika yang telah diujicobakan pada sampel dan wawancara
dengan para responden. Beberapa kesimpulan tersebut adalah:
1. Didapat persamaan Y = 1306956521,739 29667984,190 X dari hasil uji
regresi. Dari perhitungan koefisien determinasi didapati bahwa variabel
terikat, yaitu jumlah supermarket di tangerang selatan memiliki pengaruh
sebesar 83,3% terhadap variabel bebas, yaitu rata-rata pendapatan pedagang
pasar tradisional di tangerang selatan. Jumlah supermarket dan rata-rata
omset pedagang pasar tradisional memiliki hubungan pengaruh terbalik,
dimana peningkatan jumlah supermarket dari tahun 2005 2010 telah
menyebabkan menurunnya jumlah rata-rata omset pedagang pasar
tradisional.
2. Para pedagang meyakini bahwa di masa

mendatang keberadaan

supermarket akan mengganggu keberadaan pasar tradisional karena produk


yang dijual tidak berbeda, dengan harga yang sama atau bahkan lebih
rendah. Terlebih lagi, fasilitas dan infrastruktur di supermarket menjamin
tersedianya rasa aman dan kenyamanan yang lebih baik. Tidak hanya itu,
Supermarket menyediakan potongan harga pada akhir pekan. Para pedagang
72
85

pasar tradiisonal mengakui bahwa ada sedikit perbedaan dalam hal


karakteristik pembeli yang datang ke pasar tradisional dan modern,
misalnya, pedagang keliling dan pemilik warung/ toko kecil masih memilih
untuk berbelanja di pasar tradisional.
3. Upaya penanggulangan dari dampak yang ditimbulkan supermarket
terhadap pasar tradisional adalah peningkatan daya saing pasar tradisional.
Perbaikan infrastruktur yang mencakup terjaminnya sanitasi yang layak,
kebersihan yang memadai, cahaya yang cukup, dan keseluruhan
kenyamanan lingkungan pasar. Untuk itu, pemda dan pengelola pasar
tradisional swasta seyogyanya mengubah cara pandang agar tidak melihat
pasar tradisional sebagai sumber pendapatan semata. Mereka harus secara
nyata berinvestasi pada perbaikan pasar tradisional dan menetapkan standar
layanan minimum. Usaha bersama (dalam bentuk perjanjian kerja) antara
pemda dan sektor swasta juga dapat menjadi solusi terbaik untuk
meningkatakan daya saing pasar tradisional, seperti yang terjadi di Pasar
Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong.
B.

Saran
Kondisi yang terlihat dalam penelitian ini mengarah pada perlunya kebijakan

yang menyeluruh mengenai pasar ritel modern, termasuk peraturan untuk isu-isu
seperti hak dan tanggung jawab pengelola pasar dan pemda, serta sanksi kepada
mereka yang melanggar peraturan. Hal yang lebih penting adalah menjamin bahwa
semua pemangku kepentingan memahami peraturan tersebut dan semua tingkat
86
73

pemerintahan hendaknya bertindak berdasarkan aturan. Demi menjamin persaingan


yang sehat antara pedagang pasar tradisional dan peritel modern, pemda dan
pemerintah pusat perlu memiliki mekanisme kontrol dan pemantauan untuk menjaga
agar arena persaingan tetap adil.
Dari kesimpulan diatas dapat diambil poin-poin tertentu sebagai saran dan
masukan, diantaranya adalah:
1. Pemda seharusnya mengorganisasikan para PKL, baik dengan menyediakan
kios di dalam pasar atau dengan menegakkan aturan yang melarang mereka
membangun lapaknya di sekitar pasar. Hal yang juga amat penting adalah
bahwa para PKL tidak diperkenankan utnuk berjualan di pintu masuk pasra
sehingga menghalangi akses ke dalam pasar.
2. Berkenaan dengan para pedagang sendiri. Kebanyakan pedagang tidak
memiliki pilihan kecuali harus membayar tunai kepada para pemasok dan
menggunakan modal sendiri utnuk kegiatan bisnisnya. Di satu sisi, hal ini
menjadi hambatan bagi ekspansi usaha, namun di sisi lain, ini berarti bahwa
para pedgaang harus menerima semua resiko yang berhubungan dengan
usahanya. Mengingat tidak lazimnya penyediaan jaminan bagi sebuah
usaha, maka para pedagang menjadi kelompok yang rentan terhadap setiap
guncangan kecil sekalipun. Karena itu, upaya mengkaji jenis asuransi yang
cocok bagi para pedagang menjadi penting artinya dan membantu mereka
apabila membutuhkan modal tambahan untuk pendanaan perluasan
usahanya.
74
87

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Amir, M. Taufiq. Manajemen Ritel panduan lengkap pengelolaan toko
modern. PPM. Jakarta. 2005
Armando, Rochim. 7 Kunci Sukses Bisnis Tahan Krisis. Bangkit Publishing.
Jakarta Selatan. 2009.
Hejazziey, Djawahir. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah
dan Hukum. Jakarta. 2007.
Islahi, Abdul Azim. Economic Concept of Ibn Taimiyah. The Islamic
Foundation. 1988.
Jakti, Dorodjatun Kuntjoro. Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku
Pasar. PT Pusaka Grafika Kita. Jakarta.1988.
Kanjaya, Meshvara dan Susilo, Yongky. Retail Rules melihat keunggulan
dan potensi bisnis ritel makanan di masa depan. Esensi Erlangga Group.
Jakarta. 2010.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami edisi ketiga.PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2007.
Mauludi, Ali. Statistika I. PT. Prima Heza Lestari. Ciputat. 2006.
MS, Yogi. Ekonomi Manajerial Pendekatan Analisis Praktis Edisi kedua.
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. Jakarta. 2006.
Nugroho, Heru. NEGARA, PASAR dan KEADILAN SOSIAL. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta. 2001.
Nurgiantoro, Burhan. dkk, Statistik Terapan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 2004.
Rochaety, Ety. dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS.Edisi
Revisi. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2009.
Rahman, Arif. Rockin ur Retail Business modern retail handbook
@smallbusiness. ANDI. Yogyakarta. 2010.

88
75

Sopiah dan Syihabudhin. Manajemen Bisnis Ritel. ANDI. Yogyakarta.


2008.
Sugiono. Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Bandung. 2007.
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial berbagai alternatif
pendekatan Edisi Pertama. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Jakarta. 2005.
Utami, Christina Whidya. Manajemen Ritel. Salemba 4. Jakarta. 2010.
Widayat. Riset Bisnis. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2002.
http://www.aprindo.org
http://bisnisukm.com/maraknya-akuisisi-peritel-raksasa-mengancamkelangsungan-pedagang-tradisional.html.
http://hadihartono.blogspot.com/2010/11/analisis-indikator-sosialekonomi.html.
http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Prop
osal_Penelitian
http://www.fas.usda.gov/info/factsheets/China/distribution.html
http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/globalisasi/artikel.php?aid=29190

76
89

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama

: Sari Wahyu Aramiko

Tempat/ Tanggal Lahir

: Jakarta/ 23 Juli 1989

Alamat

: Jalan Menjangan III B No. 54 Rt 002 Rw 003


Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan, Banten - 15412

No.telp

: (021) 91559521

Alamat email

: momiaramiko@yahoo.com

Pendidikan :
1994 1995 : TK Syekh Abdur Rauf, Pondok Ranji.
1995 2001 : SDN 04 Pd. Ranji, Ciputat.
2001 2004 : SMPN 09 Ciputat, Tangerang Selatan.
2004 2007 : SMAN 04 Ciputat, Tangerang Selatan.
2007 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

77
90

Lampiran

Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat

78

91

DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL

Responden

:..

Jabatan

:..

1. Pada tahun berapa pasar tradisional didirikan?


2. Bagaimana sistem pengelolaan di pasar tradisional?
3. Siapa yang berwenang untuk mengatur kebijakan pengelolaan pasar? Atas
dasar apa kebijakan tersebut dibuat?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem pengelolaan pasar tersebut?
5. Kendala apa saja yang dialami oleh tim pengelola pasar tradisional dalam
menjalankan sistem tersebut?
6. Apakah ada turut campur pedagang di pasar tradisional dalam menentukan
kebijakan sistem pengelolaan pasar?
7. Strategi apa saja yang digunakan dalam rangka mengembangkan pasar
tradisional agar mampu bersaing dengan pasar-pasar yang lain termasuk pasar
modern (Supermarket)?
8. Bagaimana perkembangan pasar tradisional dari tahun ke tahun?
9. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Peraturan Presiden RI Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern?

92

DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL

Responden

:..

Jabatan

:..

1. Berapakah jumlah pasar tradisional yang ada di daerah Tangerang Selatan?


Sebutkan!
2. Pada tahun berapa pasar tradisional didirikan?
3. Bagaimana sistem pengelolaan di pasar tradisional?
4. Siapa yang berwenang untuk mengatur kebijakan pengelolaan pasar? Atas
dasar apa kebijakan tersebut dibuat?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem pengelolaan pasar tersebut?
6. Kendala apa saja yang dialami oleh tim pengelola pasar tradisional dalam
menjalankan sistem tersebut?
7. Apakah ada turut campur pedagang di pasar tradisional dalam menentukan
kebijakan sistem pengelolaan pasar?
8. Strategi apa saja yang digunakan dalam rangka mengembangkan pasar
tradisional agar mampu bersaing dengan pasar-pasar yang lain termasuk pasar
modern (Supermarket)?
9. Bagaimana perkembangan pasar tradisional dari tahun ke tahun?
10. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Peraturan Presiden RI Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern?
11. Strategi atau kebijakan apa yang telah Pemerintah Daerah lakukan untuk
menyeimbangkan perkembangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern
(Supermarket) agar bisa berjalan beriringan?

93

DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL

Responden

:..

Jabatan

:..

10. Pada tahun berapa pasar tradisional didirikan?


11. Bagaimana sistem pengelolaan di pasar tradisional?
12. Siapa yang berwenang untuk mengatur kebijakan pengelolaan pasar? Atas
dasar apa kebijakan tersebut dibuat?
13. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem pengelolaan pasar tersebut?
14. Kendala apa saja yang dialami oleh tim pengelola pasar tradisional dalam
menjalankan sistem tersebut?
15. Apakah ada turut campur pedagang di pasar tradisional dalam menentukan
kebijakan sistem pengelolaan pasar?
16. Strategi apa saja yang digunakan dalam rangka mengembangkan pasar
tradisional agar mampu bersaing dengan pasar-pasar yang lain termasuk pasar
modern (Supermarket)?
17. Bagaimana perkembangan pasar tradisional dari tahun ke tahun?
18. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Peraturan Presiden RI Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern?

94

DAFTAR WAWANCARA
TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL

Responden

:..

Jabatan

:..

12. Berapakah jumlah pasar tradisional yang ada di daerah Tangerang Selatan?
Sebutkan!
13. Pada tahun berapa pasar tradisional didirikan?
14. Bagaimana sistem pengelolaan di pasar tradisional?
15. Siapa yang berwenang untuk mengatur kebijakan pengelolaan pasar? Atas
dasar apa kebijakan tersebut dibuat?
16. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem pengelolaan pasar tersebut?
17. Kendala apa saja yang dialami oleh tim pengelola pasar tradisional dalam
menjalankan sistem tersebut?
18. Apakah ada turut campur pedagang di pasar tradisional dalam menentukan
kebijakan sistem pengelolaan pasar?
19. Strategi apa saja yang digunakan dalam rangka mengembangkan pasar
tradisional agar mampu bersaing dengan pasar-pasar yang lain termasuk pasar
modern (Supermarket)?
20. Bagaimana perkembangan pasar tradisional dari tahun ke tahun?
21. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Peraturan Presiden RI Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern?
22. Strategi atau kebijakan apa yang telah Pemerintah Daerah lakukan untuk
menyeimbangkan perkembangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern
(Supermarket) agar bisa berjalan beriringan?

95

DAFTAR WAWANCARA
PEDAGANG PASAR TRADISIONAL

Responden

:................................................

1.

Pada tahun berapa Bapak/ Ibu berdagang di pasar ini?

2.

Produk apa saja yang Bapak/ Ibu dagangkan?

3.

Darimana Bapak/ Ibu memasok barang dagangan? Bagaimana sistem


pembayarannya?

4.

Darimana Bapak/ Ibu mendapatkan modal untuk berdagang?

5.

Menurut Bapak/ Ibu, apakah sistem pengelolaan pasar disini sudah optimal?
Baik dari segi fasilitas ataupun infrastrukturnya!

6.

Berapa omset Bapak/ Ibu perhari?

7.

Apakah yang mempengaruhi besar kecilnya omset Bapak/ Ibu?

8.

Bagaimana cara Bapak/ Ibu menigkatkan omset dagangnya?

9.

Apakah kehadiran Supermarket berpengaruh terhadap omset Bapak/ Ibu?

10.

Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu tentang kehadiran Supermarket yang


berdekatan dengan pasar tradisional?

11.

Harapan Bapak/ Ibu kepada Pemda setempat / pengelola pasar dalam hal
peningkatan daya saing pasar tradisional dengan supermarket tanpa merugikan
salah satu pihak?

96

DAFTAR WAWANCARA
PENGELOLA/ STAF SUPERMARKET

Responden

:.......................................

1.

Pada tahun berapa Supermarket ini didirikan?

2.

Produk apa saja yang tersedia di Supermarket?

3.

Darimana pasokan produk didapatkan? Bagaimana sistem pembayaran kepada


pemasok?

4.

Dalam bentuk apa saja fasilitas pembayaran yang diberikan kepada konsumen?

5.

Apa yang mempengaruhi basar kecilnya omset supermarket?

6.

Apa yang Bapak/ Ibu ketahui tentang tata kelola pendirian supermarket yang
ditentukan oleh Pemda maupun Pemerintah Pusat?

7.

Siapa pesaing utama dari supermarket?

8.

Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu tentang isu yang mengatakan bahwa kehadiran
supermarket sangat mengganggu dan memperburuk perekonomian di pasar
tradisional?

97

Anda mungkin juga menyukai