Anda di halaman 1dari 135

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI
PONDOK PESANTREN DARUSSALAM METRO

Oleh:
LILIK INDRI PURWATI
NPM. 14114631

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


1439 H/2018 M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
LILIK INDRI PURWATI
NPM. 14114631

Pembimbing I : Dra. Isti Fatonah, MA


Pembimbingan II : Muhammad Ali, M.Pd.I

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


1439 H/2018 M

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHAFAL


AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM METRO

Oleh:
LILIK INDRI PURWATI

Fenomena yang didapati di pondok pesantren Darussalam metro yaitu ada


beberapa santri yang cepat menghafal namun juga ada yang lamban menghafal. sejalan
dengan kesibukan santri sebagai seorang mahasiswa dan juga pekerja santri tetap mau
menghafal Al-Quran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) bagaimana pelaksanaan program
menghafal Al-Quran di pondok pesantren Darussalam Metro, 2) apa saja faktor
pendukung kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam Metro, 3) apa saja faktor
penghambat kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam Metro, 4) apa saja solusi
yang diberikan untuk mengatasi faktor penghambat santri pondok pesantren Darussalam
Metro dalam menghafal Al-Quran.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sedangkan jenis dan sifat penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif lapangan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data wawancara, observasi dan dolumentasi. teknik penjamin keabsahan data
menggunakan triangulangi tehnik dan triangulasi sumber.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok
pesantren Darussalam Metro yaitu mencakup faktor pendukung dan faktor penghambat.
Faktor pendukungnya yaitu, terdiri dari faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi: 1). mujahadah, 2). keinginan yang kuat, 3). motivasi dari diri sendiri 4).
jauhi maksiat dan 5). Managemen waktu yang baik, Sedangkan faktor eksternal meliputi:
1). Adanya musrif, 2). Mushaf yang sesuai, 3). Lingkungan yang baik, 4). Fasilitas yang
memadai, 5). Peraturan yang tegas. Faktornya yaitu meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internalnya yaitu meliputi: 1). Maksiat, 2). Kurangnya kesadaran diri 3).
Niat yang tidak istiqomah, 4). Rasa malas, 5). Kurangnya motivasi dari diri sendiri 6).
Perasaan mudah menyerah dan 7). Tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat meliputi: 1). Aktifitas dan
kesibukkan santri yang berbeda-beda, 2). Penggunaan alat komunikasi seperti Hand
Phone yang kurang bijak, 3). Kurangnya motivasi dari luar, dan 4). Penggunaan waktu
untuk hal yang sia-sia.
Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan
menghafal Al-Quran yaitu, meliputi: 1). Managemen waktu 2). Jangan banyak alasan, 3).
Lawan rasa malas 4). Jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan menghafal Al-Quran,
5). Cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran, 6). Perbaiki hubungan dengan
Allah dengan meninggalkan maksiat, 7) cari guru yang memang sudah hafidz 30 juz 8).
Tentukan target hafalan, 9). Ciptakan lingkungan yang mendukung 10). istiqomah 11).
Belajar dari pondok-pondok tahfidz lainnya, 12). buat peraturan yang tegas 13). adanya
musrif yang siap mendampingi santri.

vi
vii
MOTTO

       


“Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka

Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S Al-Qomar:17).1

Rasulullah saw bersabda.

“siapa yang menghafal Al-Quran dan mengamalkannya, niscaya Allah akan

memasukkannya ke dalam surga dan menganugerahkannya hak untuk

memberikan syafaat kepada sepuluh orang keluarganya yang telah ditetapkan

sebagai penghuni neraka”.2

1
Q.S Al-Qomar [54]:17
2
HR. Ibnu Majah

viii
PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan bahagia, keberhasilan ini penulis persembahkan kepada :

1. kedua orangtua yanng penulis sayangi, cintai dan banggakan karena Allah, bapak

Sukadi dan Ibu Ramini, yang senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing

dengan penuh kasih sayang serta tak hentinya selalu mendoakan dalam

keberhasilan anak-anaknya.

2. Bulek Ida sekeluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun

materil.

3. Saudara-saudaraku tersayang, kakakku Agus Salim, Abdul Rauf, Lina Puji

Lestari, Lita Kurniati, dan Wiwin Widayanti. yang selalu mendoakan

keberhasilanku.

4. Guru dan Dosen yang senantiasa membimbing, mengajari dan memberi nasehat

agar kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

5. Saudari-saudariku di pondok Pesantren Darussalam Metro, yang saya sayangi

karena Allah. Terimasih telah memberikan dukungan dan doa.

6. Teman-teman angkatan 2014, semangat kawan perjalanan masih panjang.

7. Saudara dan adik-adik seperjuanganku di UKM AL-ISHLAH dan KAMMI

Komisariat IAIN Metro yang telah memberikan semangat bagi penulis untuk

selalu mendekat kepada-Nya.

8. Almamater IAIN Metro.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Sripsi ini.
Penulisan Skripsi ini adalah bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan (FTIK),
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar S.Pd.
Dalam upaya penyelesaian penyusunan Skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis
mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro,
Dr. Hj. Akla, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Metro,
Dra. Isti Fatonah, M.A dan Muhammad Ali, M.Pd.I, selaku pembimbing satu dan dua
yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberi
motivasi. Tak lupa juga rasa sayang dan terimakasih penulis haturkan kepada Ibu dan
keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan dalam segala hal. Serta
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini.
Kritik dan saran demi perbaikan Skripsi ini sangat diharapkan dan akan diterima
sebagai bagian untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik. Pada akhirnya penulis
berharap semoga hasil penelitian yang dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan Agama Islam.

Metro, 13 Juli 2018


Penulis

Lilik Indri Purwati


NPM. 14114631

x
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ......................................................................................................... i

Halaman Judul ............................................................................................................ ii

Halaman Persetujuan .................................................................................................. iii

Halaman Pengesahan .................................................................................................. iv

Abstrak ........................................................................................................................ v

Halaman Orisinalitas Penelitian .................................................................................. vi

Halaman Motto ........................................................................................................... vii

Halaman Persembahan ................................................................................................ viii

Halaman Kata Pengantar............................................................................................. ix

Daftar Isi ..................................................................................................................... x

Daftar Lampiran .......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5

D. Penelitian Relevan .............................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Menghafal Al-Quran .................................................... 9

1. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Quran ........................... 9

2. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Quran .............................. 12

3. Keutaman Menghafal Al-Quran ................................................. 17

4. Metode Menghafal Al-Quran ..................................................... 19

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menghafal Al-Quran ................. 23

xi
1. Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Quran ........................ 29

2. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Quran ....................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian................................................................... 39

B. Sumber Data ...................................................................................... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 41

D. Teknik Penjamin Keabsahan ............................................................. 45

E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Metro .................... 47

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Metro .............. 47

2. Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Metro .................... 53

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal

Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro ....................... 55

C. Pembahasan .......................................................................................... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 75

B. Saran ..................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Surat Bimbingan Skripsi ................................................................................ 81

2. Surat Izin Pra Survey ..................................................................................... 82

3. Surat Balasan Aurvey .................................................................................... 83

4. Surat Tugas Research..................................................................................... 84

5. Surat Izin Research ........................................................................................ 85

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................................. 86

7. Surat Keterangan Bebas Pustaka Perpustakaan ............................................. 87

8. Surat Keterangan Bebas Pustaka Jurusan PAI ............................................... 88

9. Alat Pengumpul Data ..................................................................................... 89

10. Foto Penelitian ............................................................................................... 103

11. Data Informan ................................................................................................ 110

12. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ............................................................. 111

13. Riwayat Hidup ............................................................................................... 123

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran merupakan kitab suci yang mengandung banyak

pelajaran, petunjuk bagi umat manusia dan Al-Quran sendiri merupakan

mukjizat dan karunia terbesar yang dimiliki umat islam. Allah telah

menjamin kesucian Al-Quran dengan menjaga kemuriannya. Penjagaan

yang dilakukan oleh Allah kepada Al-Quran salah satunya adalah melalui

lisan hambanya. Sejarah telah mencatat bahwa Al-Quran telah dibaca

jutaan manusia.

Para penghafal Al-Quran adalah orang-orang yang dipilih oleh

Allah untuk menjaga kemurnian Al-Quran dari usaha-usaha

pemalsuannya. Dikarenakan para penghafal Al-Quran adalah orang-orang

yang dipilih oleh Allah, maka jumlahnya sangat sedikit. Minat untuk

menghafal Al-Quran juga jarang sekali muncul pada orang islam itu

sendiri. Oleh sebab itu dalam proses menghafal Al-Quran dibutuhkan

lembaga khusus yang menaunginya.

Proses menghafal Al-Quran biasa dilakukan di dalam sebuah

lembaga formal maupun non formal. Salah satu dari lembaga non formal

yang biasa menaungi para penghafal Al-Quran adalah pondok pesantren.

Pengembangan kemampuan menghafal Al-Quran di pondok pesantren

dimaksudkan untuk membantu santri dalam menyelesaikan hafalan

Al-Quran santri. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pengembangan


2

kemampuan menghafal Al-Quran pada diri santri itu sendiri tidak berjalan

mudah. Banyak kendala yang menghambat baik dari segi sumber daya

manusia, santri, sistem yang ada, sarana prasarana, dan lain sebagainya.

Santri adalah orang yang mendalami pengajiannya di agama Islam

(dengan pergi berguru ketempat yang jauh seperti Pesantren dan lain

sebagainya), orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh3 Dalam

penelitian ini penulis meneliti santri Pondok Pesantren Darussalam sebagai

objek penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren

Darussalam, diperoleh data jumlah santri penghafal Al-Quran di Pondok

Pesantren Darussalam yaitu 27 santri yang terdiri dari 15 santri Ikhwan

dan 12 santri Akhwat, dengan 4 tenaga pengajar khusus tahfiz. Dari 4

pengajar tahfiz tersebut 2 diantaranya sudah hafal 30 juz dan 2 lainnya

masih dalam proses penyelesaian. Sedangkan data santri ditemukan, 10

dari 27 santri mengalami peningkatan kecepatan kemampuan menghafal

Al-Quran. Sedangkan 17 dari 27 santri masih mengalami kesulitan dan

lambat dalam proses menghafal Al-Quran.4

Sementara itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan di pondok pesantren Darussalam Metro, penulis menemukan

fenomena yaitu banyak santri ketika di luar jam belajar lebih banyak

menghabiskan waktu sia-sia, seperti mengobrol, bermain handphone dan

jarang mengulang-ulang hafalan, namun ada juga beberapa santri yang


3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 870.
4
Wawancara Direktur Pondok Pesantren Darussalam Metro, 21 Maret 2018.
3

lebih banyak menghabiskan waktu untuk tilawah dan muroja’ah dari

sekedar mengobrol. Peneliti juga menemukan ada beberapa santri yang

lamban dalam menghafal Al-Quran namun ada juga santri yang cepat

dalam menghafal Al-Quran. Kemudian peneliti mencoba menanyakan

terkait program menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Darussalam

Metro dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan menghafal

Al-Quran santri, informan mengatakan bahwa program menghafal di

Pondok pesantren Darussalam Metro masih mengalami beberapa kendala,

kendala tersebut menyangkut kesibukan santri yang berbeda-beda ada

yang kuliah dan ada yang sudah bekerja, latar belakang santri yang

berbeda-beda, kurangnya tilawah dan murojaah membuat santri itu sendiri

kesulitan untuk meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran.

Melihat latar belakang santri yang berbeda-beda, Pondok Pesantren

Darussalam sendiri tidak menetapkan metode khusus dalam proses

menghafal Al-Quran. Namun tetap memiliki standar indikator khusus

sebelum menghafal Al-Quran. Seorang santri dikatakan mampu menghafal

Al-Quran setelah melalui proses tahsin terlebih dahulu, dengan indikator

tahsin dikatakan baik apabila santri mampu membaca Al-Quran satu

halaman tanpa salah (dilihat dari tajwid dan kelancaran membaca).

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa penelitian ini perlu

untuk dilakukan. Melihat Pondok Pesantren Darussalam sendiri

merupakan pondok Pesantren khusus mahasiswa, bahkan ada beberapa

santri yang juga sudah bekerja. Namun dengan latar belakang santri yang
4

berbeda-beda tersebut tidak menyurutkan langkah mereka untuk tetap

menghafal Al-Quran, meskipun kemampuan menghafal santri berbeda-

beda. Melihat fenomena yang terjadi di lapangan, banyak santri yang

merasa kesulitan dalam menghafal Al-Quran dan ada pula santri yang

cepat menghafal Al-Quran peneliti merasa peneitian ini penting untuk

dilakukan dengan harapan peneliti dapat menemukan jawaban terkait

faktor apa yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran sehingga

hambatan yang dirasakan para penghafal Al-Quran dapat teratasi dengan

benar. Dengan demikian penulis memfokuskan penelitian ini pada Faktor-

faktor apa saja yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran

Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat

menetapkan beberapa pertanyaan penelitian antara lain:

1. Bagaimana pelaksanaan progam menghafal Al-Quran di Pondok

Pesantren Darussalam Metro?

2. Apa saja faktor pendukung kemampuan menghafal Al-Quran santri

pondok pesantren Darussalam Merro?

3. Apa saja faktor penghambat kemampuan menghafal Al-Quran santri

pondok pesantren Darussalam Metro?

4. Apa saja solusi yang diberikan untuk mengatasi faktor penghambat

santri Pondok Pesantren Darussalam dalam menghafal Al-Quran?


5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program menghafal Al-Quran di

Pondok Pesantren Darussalam Metro.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung kemampuan menghafal

Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat kemampuan menghafal

Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro.

4. Untuk mengetahui apa saja solusi yang diberikan untuk mengatasi

faktor penghambat santri Pondok Pesantren Darussalam dalam

menghafal Al-Quran.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti:

a. Semoga peneiltian ini bermanfaat, memberikan keberkahan serta

menjadi motivasi untuk lebih semangat dalam mencintai Al-Quran

dan menghafalkannya.

b. Dapat memberikan wawasan keilmuan dan pengetahuan mengenai

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan menghafal

Al-Quran.

2. Bagi Santri:

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat langsung, khususnya bagi

santri pondok pesantren Darussalam Metro terkait pengetahuan


6

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal

Al-Quran.

b. Sebagai motivasi agar dapat meningkatkan kemampuan menghafal

Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro.

3. Bagi Pondok Pesantren:

a. Bagi pesantren khususnya pondok pesantren Darussalam Metro.

penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi atas kelemahan-

kelemahan yang ada.

b. Senantiasa melakukan pengembangan kemampuan menghafal

Al-Quran demi tercapainya tujuan pesantren.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan memuat uraian secara sistematis mengenai hasil

penelitian terdahulu (Prior reseach) tenteng persoalan yang akan dikaji.5

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang telah membahas permasalahan

yang mirip dengan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini, tulisan ini

dimaksudkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang relevan dengan

masalah yang penulis teliti saat ini. Berikut beberapa literatur yang terkait

dengan judul skripsi.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Heri Septiadi Ismanto

dengan judul Skripsi “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal

Al-Quran dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling (Studi

Kasus Pada Beberapa Santri di Pondok Pesantren Raudlotul Quran

5
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Jurai Siwo Metro, 2016), h. 39.
7

Semarang)“. Penelitian ini bertujuan puntuk mendeskripsikan faktor-faktor

pendukung kemampuan santri dalam menghafal Al-Quran di pondok

pesantren Raudhatul Quran Kauman, Kota Semarang.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitiannya,

variabel penelitian yang dilakukan oleh Heri Septiadi Ismanto yaitu terkait

Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal Al-Quran dan

Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling, sedangkan dalam

penelitian ini variabel penelitiannya yaitu Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren

Darussalam Metro. Perbedaan lain yaitu penelitian sebelumnya lebih

menekankan pada implikasinya dalam bimbingan dan konseling

sedangkan penelitian ini selain mengetahui faktor yang mempengaruhi

kemampuan menghafal Al-Quran namun juga bertujuan memberikan

solusi dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan menghafal

Al-Quran.

Kedua, penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu Skripsi yang

ditulis oleh Dalimatul Fitriyah, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah di IAIN

Walisongo Semarang yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi

Kecepatan Menghafal Al-Quran antara Santri Mukim dan Nonmukim di

Pesantren Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung”.6

6
Dalimatul Fitriyah, Faktor yang mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-Quran antara
Santri Mukim dan Nonmukim di Pesantren Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung, IAIN
Walisongo Semarang: 2008.
8

Perbedaan penelitian Dalimatul Fitriyah dengan penelitian ini

adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Dalimatul Fitriyah bertujuan

untuk mengetahui apakah ada Faktor yang mempengaruhi kecepatan

menghafal Al-Quran antara Santri Mukim dan Nonmukim di Pesantren

Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung. Sedangkan penelitian ini

bertujuan mencari perbandingan terkait Faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi Kemampuan menghafal Al-Quran santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro. Selain itu variabel penelitian yang digunakanpun

berbeda, variabel penelitian sebelumnya yaitu Faktor yang Mempengaruhi

Kecepatan Menghafal Al-Quran antara santri mukim dan Nonmukim di

Pesantren Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung sedangkan

variabel dalam penelitian ini yaitu Faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam

Metro .
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Menghafal Al-Quran

Keutamaan dan kemuliaan yang didapatkan dari seorang penghafal

Al-Quran sudah tidak diragukan lagi, baik keutamaan dihadapan Allah

maupun dihadapan manusia. Namun, melihat banyaknya keutamaan yang

didapatkan dari seorang penghafal Al-Quran tidak menjadikan setiap

orang mau dan merasa mampu untuk menghafalkannya, dengan berbagai

macam alasan, salah satu alasannya adalah karena sulitnya Al-Quran itu

sendiri untuk dihafal.

Padahal Allah sendiri telah memudahkan Al-Quran untuk dihafal

dan diambil pelajaran, sebagaimana terdapat dalam Firman Allah SWT:

       


“Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,

Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S Al-Qomar:17).7

Demikian itu terjadi karena di dalam lafadz-lafadz dan kalimat

serta ayat-ayatnya terkandung harmoni, kenikmatan dan kemudahan yang

membuatnya mudah dihapalkan bagi orang yang ingin menghapalnya.8

1. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Quran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemampuan berasal

dari kata mampu yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti

7
Q.S Al-Qomar [54]:17
8
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), h. 135.
10

“kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kekayaan”9. Sumber lain

mengatakan bahwa kemampuan adalah “kapasitas seorang individu

untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.”10

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa kemampuan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

melakukan suatu pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian yang

dimiliki.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata menghafal dari

kata hafal yang artinya telah masuk diingatan atau dapat mengucapkan

di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Sedangkan

menghafal artinya berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu

ingat.11 Menghafal pada dasarnya merupakan bentuk atau bagian dari

“proses mengingat yang mempunyai pengertian menyerap atau

meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif”.12

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa menghafal adalah proses mengingat dengan berusaha

melafalkan tanpa melihat catatan sehingga dapat mengucapkannya di

luar kepala.

Al-Quran menurut Etimologi diambil dari kata qara’a yang


mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti

9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 628.
10
Robin, Stephn, Judge, “Pengertian Kemampuan” dalam Wikipwdia.org diunduh pada
27 Maret 2018.
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, h. 338.
12
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2003), h. 128
11

menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam


suatu ucapan yang tersusun rapih. 13

Pengertian Al-Quran juga dikemukakan dari sumber lain

disebutkan bahwa kata “Al-Quran” merupakan kata jadian dari kata

dasar qara’a (membaca). Sebagian dari ulama, diantaranya Al-Zujaj,

menjelaskan bahwa kata Al-Quran merupakan kata sifat yang berasal

dari kata dasar “al-qar’“ yang artinya menghimpun.14

Sedangkan pengertian Al-Quran menurut terminologi adalah


“kalam Allah yang diturunkan Nabi-Nya, yang lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat membacanya bernilai ibadah yang diturunkan
secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah Al-
Fatihah sampai akhir surah An-Naas.15

Sumber lain menyebutkan bahwa, Definisi ini juga

mengisyaratkan tentang fungsinya, dimana ia adalah bukti

kemukjizatan yang ditransformasikan dengan sanad yang paling

kokoh, yakni sanad mutawatir mutlak.16

Jadi Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan

kepada nabi Muhammad saw, melalui perantara malaikat Jibril,

diturunkan secara mutawatir, membacanya bernilai Ibadah, dimulai

dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Naas.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa kemampuan menghafal Al-Quran adalah

kecakapan memelihara atau menjaga Al-Quran dengan cara

13
Manna’ Khalil Al-Qattab, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Utera
AntarNusa, 1994), h. 15.
14
Rosihan Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013), h. 31-32
15
Ibid, h. 11
16
Abdul Shabur Syahin, Saat Al-Quran Butuh Pembelaan, (Jakarta: ERLANGGA, 2006),
h. 2
12

melafalkan dan meresapkan ayat-ayat Al-Quran ke dalam pikiran

sebagai proses mengingat, dan lancar dalam melafalkannya di luar

kepala, serta hafalan dapat dimunculkan saat dibutuhkan.

2. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Quran

Kemampuan menghafal Al-Quran seseorang dapat dilihat dari

tiga aspek, yaitu: kelancaran, kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu

tajwid dan fashahah.

a. Kelancaran dalam menghafal Al-Quran

“Salah satu ingatan yang baik yaitu siap, bisa memproduksi

hafalan saat dibutuhkan”17 dan diantara syarat menghafal Al-Quran

yaitu, teliti serta menjaga hafalan dari lupa. Sehingga kemampuan

menghafal Al-Quran bisa dikataan baik apabila orang yang

menghafal Al-Quran bisa menghafalnya dengan benar dan sedikit

kesalahan.

b. Kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid

Seorang penghafal Al-Quran harus mampu membaca Al-Quran

sesuai kaidah ilmu tajwid, diantaranya:

1) Makharijul huruf (tempat keluarnya huruf)

2) Shifatul huruf (sifat atau keadaan ketika membaca huruf)

3) Ahkamul huruf (hukum atau kaidah bacaan)

17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 128.
13

4) Ahkamul mad wa qashr (hukum panjang dan pendeknya

bacaan)18

c. Fashahah

1) Al-wafu wa al-ibtida’ (kecepatan berhenti dan memulai bacaan

Al-Quran)

2) Mura’atul huruf wa al-harakat (menjaga keberadaan huruf dan

harakat)

3) Mur’aatul kalimah wa al-ayat (menjaga dan memelihara

keberadaan kata dan ayat).19

Sumber lain disebutkan terdapat empat indikator yang harus

dimiliki para penghafal Al-Quran, yaitu Indikator Makhraj dan Sifat

huruf, Tajwid, Garib dan Fashahah.20

Sedangkan dalam sumber yang lain disebutkan, terdapat empat

indikator yang menjadi acuan kemampuan menghafal Al-Quran yaitu

Tahfidz, Tajwid, Kefasihan dan adab.21 Adapun penjelasan keempat

faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Tahfidz

Penilaian tahfidz difokuskan terhadap kebenaran susunan

ayat yang dihafal, kelancaran dalam melafalkan ayat, dan

18
Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qira’atil Quran, Pedoman Bagi Qari-Qari’ah Hafidh
Hafidhah dan Hakim dalam MTQ (Semarang: Binawan, 2015), h. 356-357.
19
Ibid., h. 198.
20
Bairus Salim, Qtest System (Sebuah System Tes untuk Mengukur Kompetensi
Membaca Al-Quran), (Lampung: Laduny, 2015), h. 60-62.
21
Podoluhur: Proposal dalam www.podoluhur.blogspot.com, yang diunduh pada 13 Maret
2018.
14

kesempurnaan hafalan. Dengan kata lain, tidak ada satu huruf,

bahkan ayat Al-Quran yang terlewatkan dalam hafalan.

Tahfidz di sini juga tetap memperhatikan kesuksesan tahsin

tilawahnya, indikasi tahsin tilawah yang sukses dapat dibagi menjadi

dua idikasi. pertama adalah indikasi Imani, artinya perubahan dan

peningkatan iman yang terjadi setelah proses mempelajari Al-Quran.

kedua indikasi Ada-i (kemampuan), artinya perubahan dan

peningkatan kemampuan membaca Al-Quran setelah proses

belajar.22

b. Tajwid

Tajwid menurut bahasa artinya membaguskan. sedangkan

menurut istilah “mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya

dengan memberi hak dan mustahaknya” yang dimaksud dengan hak

huruf adalah sifat asli yang selalu bersama dengan huruf tersebut.

seperti Al-Jahr, Istila’, istifal dan lain sebagainya.23

Tajwid adalah “suatu ilmu yang menguraikan dan

mempelajari tentang cara membaca Al-Quran dengan baik dan

benar”.24 Didalamnya banyak mengadaung beberapa pengertian

terkait hukum-hukum bacaan dalam Al-Quran yang harus dipahami

bagi seorang penghafal Al-Quran.

22
Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafizh, Pedoman Dauroh Al-Quran, (Jakarta: Markaz Al-
Quran), h. 147.
23
Ibid, h. 11.
24
Imam Al Hakim Wicaksono, Pemahaman Ilmu Tajwid (Pedoman Tata Cara Membaca
Al-Quran dengan Baik dan Benar), (Surakarta: SENDANG ILMU, 2005), h. 7.
15

Indikator tajwid difokuskan dalam menilai kesempurnaan

bunyi bacaan al-Qur’an menurut aturan hukum tertentu. Aturan

tersebut meliputi tempat keluarnya huruf (makhorijul huruf), sifat-

sifat huruf (shifatul hurf), hukum tertentu bagi huruf (ahkamul hurf),

aturan panjang pendeknya suatu bacaan al-Qur’an (mad), dan hukum

bagi penentuan berhenti atau terusnya suatu bacaan (waqof).

c. Kefasihan

Indikator kefasihan dalam menghafal Al-Qur’an difokuskan

dalam menilai bacaan al-Qur’an dengan memperhatikan ketepatan

berhenti dan memulai bacaan sesuain dengan hukumnya, serta

menilai bacaan yang dilantunkan secara tartil dengan

memperhitungkan suara yang indah. Tartil maknanya adalah

perlahan, termaksuk didalamnya memperhatikan potongan Ayat

permulaanya dan kesempurnaan maknanya, di mana sang pembaca

merenungkan apa yang sedang ia baca.25

d. Adab

Bagi orang yang membaca Al-Quran dianjurkan untuk

memperhatikan terlebih dahulu adab-adab dalam membaca Al-

Quran. Adapun adab-adab dalam membaca Al-Quran diantaranya:

1) Membaca Al-Quran sesudah berwudhu, karena ia termasuk


zikrullah yang paling utama.
2) Membacanya di tempat yang suci dan bersih.
3) Membacanya dengan khusyu’ tenang dan penuh khidmat.
4) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.

25
Khalid BinAbdul Karim al-Lahim, Begini Cara Mengamalkan Al-Quran, (Jakarta: At-
Tazkia, 2010), h. 139.
16

5) Membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Quran.


6) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali pada
permulaan surah At-Taubah.
7) Membacanya dengan tartil.
8) Tadabur / memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya.
9) Membacanya dengan jahr.
10) Membaguskan bacaaan dengan suara yang merdu.26

Sumber lain menjelaskan, adapun adab-adab sebelum

memulai membaca Al-Quran yaitu:

1) Dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Quran.


2) Berwudhu sebelum membaca Al-Quran.
3) Memilih tempat yang bersih untuk membaca Al-Quran.
4) Menghadap kiblat ketika membaca Al-Quran.
5) Bersiwak sebelum membaca Al-Quran.
6) Ber-ta’awudz sebelum membaca Al-Quran.
7) Membaca Al-Quran dengan menghadirkan niat dalam hati.
8) Mengulang-ulang ayat-ayat adzab.
9) Menangis ketika membaca Al-Quran
10) Memperindah suara bacaan Al-Quran.27

Memperindah suara bacaan Al-Quran di sini selaras dengan

sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban,

“perindahlah Al-Quran dengan suara-suara kalian”. Artinya bacaan

Al-Quran selain harus sesuai dengan kaidah ilmu tajwid bacaan

tersebut harus juga diperhatikan keindahan irama bacaan sehingga

akan terdengar lebih menarik untuk diperdengarkan.

Berdasarkan beberapa teori yang kemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa terdapat empat hal yang menjadi indikator

kemampuan menghafal Al-Quran yaitu, Tahfiz, Tajwid, Fashahah

(kefasihan), dan Adab.

26
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. h. 32-34
27
Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqah Al-Quran (Belajar dari Tradisi
Ulama), (Solo: AQWAM, 2015), h. 162-168.
17

3. Keutamaan Menghafal Al-Quran

Menghafal Al-Quran memiliki banyak keutamaan dan

kemuliaan, barang siapa berhubungan dengan Al-Quran maka ia

akan mulia. Al-Quran diturunkan pada bulan yang mulia yaitu bulan

suci ramadhan, Al-Quran diturunkan kepada Rasul yang mulia yaitu

Rasulullah saw. Rasul sendiri memilih mendahulukan para

sahabatnya dalam berbagai hal karena hafalan Al-Quran yang

mereaka miliki. Apabila beliau mengutus suatu delegasi maka beliau

memilih yang paling banyak hafalannya, apabila seseorang ingin

menjadi imam sholat, maka akan didahulukan yang paling banyak

hafalannya.

Nabi menjelaskan bahwa Al-Quran akan mengangkat

kedudukan penghafalnya pada hari kiamat. Seperti hadis yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi saw. Bersabda: “Al-Quran

akan datang pada hari kiamat seraya berkata, ‘wahai Rabb,

muliakanlah ia, pakaikanlah ia mahkota kehormatan,’ Lalu berkata

lagi, ‘wahai Rabb tambahkanlah, ‘maka ia dihiasi dengan

keagungan. Kemudian berkata lagi ‘wahai Rabb ridhailah ia, ‘lalu

dikatakan, ‘bacalah dan naiklah, maka akan ditambahkan untukmu

setiap ayat’.

Adapun sumber lain menyebutkan keutamaan-keutamaan

yang didapatkan oleh para penghafal Al-Quran yaitu:

1. Tingginya Kedudukan Penghafal Al-Quran


2. Perbendaharaan yang menakjubkan
18

3. Mendapatkan beberapa kemuliaan bagi penghafal Al-Quran


4. Penghafal Al-Quran bersama para malaikat
5. Penghafal Al-Quran akan diutamakan di dunia dan di akhirat.28

Terdapat tujuh fadilah atau keutamaan menghafalkan

Al-Quran yang dikemukakan dari sumber yang berbeda, yaitu:

a. Menggugurkan kewajiban
b. Pahala yang luarbiasa banyaknya
c. Menjadi manusia yang mulia
d. Memberikan syafa’at dihari kiamat
e. Menjadi kebanggaan allah swt.
f. Tidak diganggu setan
g. Memberi syafa’at bagi orang tuanya.29

Sumber lain juga menyebutkan keutamaan membaca dan

mengamalkan Al-Quran yaitu:

1) Al-Quran sebagai obat hati


2) Setiap satuhuruf Al-Quran mengandung 10 pahala
3) Hafal Al-Quran melahirkan kebahagiaan
4) Terapi Ibu Hamil dengan bacaan Al-Quran
5) Al-Quran sebagai budi pekerti
6) Al-Quran merupakan pedoman kehidupan30

Keutamaan lain bagi penghafal Al-Quran adalah Allah

memberikan sanjungan kepada penghafal Al-Quran. Sebagaimana

dijelaskan dalam firman Allah SWT:

...         
Artinya “sebenarnya Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di
dalam dada orang-orang yang diberi Ilmu...” (QS. Al-Ankabut:49)
Maksudnya dalam hati para ulama dan penghafal Al-Quran.
kedua golongan ini adalah orang-orang yang istimewa bagi Al-
Quran, kandungan Al-Quran itu sendiri merupakan ayat-ayat nyata
28
Ibid., h. 30-52
29
Abdul Raziq, Belajar Al-Quran Bertajwid Tanpa Teori Tajwid Diiringi Irama Murotal
Timur Tengah dengan Metode BILQIS (Bimbingan Ilmu Al-Qur’an Intensif), (Tangerang: Nizhan
Press, 2015), h. 1
30
Romadhoni Massul, Metode Cepat menghafal dan memahami Ayat-Ayat Suci Al-Quran,
(Yogyakarta: Lafal Indonesia, 2014), h. 114-121
19

yang dipenuhi dengan mukjizat, di mana ayat-ayat Al-Quran itu


akan senantiasa terjaga dalam dada para penghafalnya, tidak seperti
kitab-kitab yang lainnya.31

Keutamaan menghafal Al-Quran seperti yang dituliskan di

atas merupakan sisi kebermanfaatan yang bisa diraih dari seorang

penghafal Al-Quran, kemuliaan tersebut menunjukkan bukti

kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya yang istiqomah menjaga

kalam-Nya.

Menghafal Al-Quran merupakan tanggung jawab yang

besar hal ini sebanding dengan kemuliaan yang akan didapatkan

seseorang yang konsisten menghafalkan dan mengamalkan Al-

Quran. Bahkan disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari bahwa

“sebaik-baik manusia diantara kalian adalah orang yang belajar Al-

Quran dan yang mengajarkannya”. Sudah semestinya seorang

penghafal Al-Quran mampu untuk mengamalkan kandungan Al-

Quran yang dia bawa sehingga Al-Quran benar-benar akan

membawanya menuju kemuliaan.

4. Metode Menghafal Al-Quran

Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah

yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk

melakukan suatu pekerjaan.32 Sedangkan metode hafalan dalam

khazanah Islam merupakan bagian integral dalam proses menuntut

31
Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqoh Al-Qur’an (Belajar dari Tradisi
Ulama), (Solo: Aqwam, 2015), h 51.
32
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Kalam, 2012), h. 2-3.
20

ilmu.33 Menurut kamus bahasa Indonesia metode merupakan cara

yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu

maksud.34

Melihat dari beberapa pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa metode adalah sebuah jalan yang harus

ditempuh untuk menuju kepada tujuan yang ingin dicapai. Dalam

hal menghafal Al-Quran metode yang digunakanpun beraneka

ragam, semua itu disesuaikan dengan gaya belajar dan tingkat

kecepatan dalam penyerapan hafalan setiap penghafal Al-Quran.

Setiap penghafal Al-Quran umumnya memiliki metode

tersendiri dalam menghafalkan Al-Quran, melihat kemampuan

setiap individu berbeda-beda dalam menghafal Al-Quran. Namun,

secara umum metode yang biasa digunakan dalam menghafal Al-

Quran yaitu, 1) metode wahdah, 2) metode kitabah, 3) metode

sima’i, 4) metode gabungan, 5) metode jama’.

Beberapa metode tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Metode Wahdah
Metode ini cara menghafalkannya yaitu dengan membacanya
per ayat, satu ayat bisa diulang hingga 10x untuk kemudian
dilanjutkan keayat berikutnya setelah dirasa ayat tersebut
sudah hafal.
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penulis terlebih
dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik
kertas yang telah disediakan.Kemudian ayat tersebut dibacakan
hingga lancar dan benar bacaannya lalu dihafalkan.

33
Ibid h. 52
34
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, h. 649.
21

c. Metode Sima’i
Sima’i artinya mendengar. yang dimaksud dengan metode ini
adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya.
d. Metode Gabunagan
metode ini merupakan gabungan dari metode-metode yang
pertama dan kedua, yakni metode Wahdah dan metode
Kitabah. Hanya saja kitabah di sini lebih memiliki fungsional
sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.
e. Metode Jama’
Penerapan metode ini ialah dengan cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yaitu ayat dihafal dibaca secara
bersama-sama, dipimpin oleh instruktur.35

Ada beberapa metode lain yang biasa digunakan oleh

seorang penghafal Al-Quran, diantaranya:

1) Muroja’ah,

Selain usaha yang rutin untuk menambah hafalan Al-Quran,

maka seharusnya kita bisa meluangkan waktu untuk

mengulangi hafalan yang sudah pernah dihafal.36 Murajaah

atau mengulangi hafalan dan mempelajari Al-Quran memiliki

kontribusi besar terhadap kekekalan hafalan di dalam dada.37

Muroja’ah yaitu metode menghafal dengan cara mengulang-

ulang bacaan yang dihafal. Metode ini biasanya digunakan

untuk menjaga hafalan agar lebih melekat dalam ingatan.

Sumber lain mengatakan “terus mengulang-ulang bacaan

akan memindahkan surah-surah dari memori jangka pendek ke

memori jangka panjang. Salah satu ciri memori jangka pendek

35
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. h. 63-66
36
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran (Rahasia Sukses Gemilang
Para Hafiz Quran), (Surakarta: iyad Books, 2014), h. 134
37
Tim Yayasan Muntada Islami, Panduan Mengelola Sekolah Tahfizh, (Surakarta: Al-
Aqwam, 2012), h. 48-49.
22

adalah bisa menghafal dengan cepat, namun cepat lupa pula.

Sementara memori jangka panjang memerlukan waktu cukup

lama untuk memasukkan informasi, dan dalam saat yang

bersamaan memori ini menyimpan segala informasi dalam

jangka panjang.38

Seperti yang kita ketahui bahwa, langkah utama untuk

memasukkan informasi ke dalam memori otak adalah dengan

seringnya dilakukan pengulangan. Semakin sering dibaca dan

diulang-ulang maka akan semakin memperkuat hafalan.

Melihat beberapa penjelasan terkait metode yang digunakan

dalam menghafal Al-Quran tersebut dapat disimpulkan bahwa

setiap penghafal Al-Quran, tentunya menginginkan waktu yang

cepat serta hafalannya menancap kuat dimemori otak dalam proses

menghafalkan Al-Quran. Hal tersebut bisa terlaksana apabila

penghafal Al-Quran menggunakan metode yang tepat, serta

mempunyai ketekunan, rajin, istiqomah dalam menjalani

prosesnya.

Metode-metode tersebut merupakan langkah-langkah untuk

memudahkan proses menghafal Al-Quran, dan masih banyak lagi

metode-metode lain yang bisa dilakukan untuk membantu proses

menghafal Al-Quran. Namun dari beberpa pengalaman yang

dirasakan para penghafal Al-Quran dan juga beberapa ulama

38
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), (Solo: PQS PUBLISHING, 2014), h. 57.
23

mengatakan bahwa metode terbaik dalam menghafal Al-Quran

adalah dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT

dan menjauhi maksiat.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal

Al-Quran

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal


Al-Quran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adanya keinginan atau semangat yang menggebu untuk menghafal
2. Menempuh upaya-upaya dalam menghafal
3. Keyakinan bahwa Allah telah memilih anda untuk menghafal kitab-
Nya
4. Berusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad
5. Memanfaatkan semua waktu
6. Mengkhayal
7. Memiliki azam yang kuat
8. Menetapkan batas waktu untuk mengkhatamkannya
9. Antusias untuk segera menyelesaikan hafalan Al-Quran
10. Menundukkan semua rintangan
11. Menjadikan ibadah sebagai salah satu media penolong dalam
menghafal.39
Sumber lain menyebutkan terkait faktor yang mempengaruhi

kemampuan menghafal Al-Quran ada beberapa kaidah sebelum menghafal

Al-Quran yang harus diperhatikan seseorang penghafal Al-Quran. Kaidah-

kaidah utama dalam menghafal Al-Quran yaitu:

1. Ikhlas
2. Tekad yang Kuat dan Bulat
3. Mengetahui nilai amalan yang anda lakukan
4. Mengamalkan hafalan
5. Meninggalkan dosa
6. Berdoa
7. Memahami makna ayat dengan benar
8. Menguasai ilmu tajwid yang benar
9. Mengulang-ulang bacaan
10. Sholat dengan membaca ayat-ayat yang sudah dihafal40
39
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, (Solo: Zanzam, 2011), h. 85
40
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), h. 33-60.
24

Kaidah-kaidah sebelum memulai menghafal Al-Quran tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

a) Ikhlas

Orang yang menghapal Al-Quran harus ikhlas dan

memurnikan niat ketika mempelajarinya, memurnikan tujuan karena

mengharap wajah Allah, mempelajari dan mengajarkannya, karena

Allah semata.41 Inilah kaidah utama dalam menghafal Al-Quran,

karena ketika seseorang melakukan amalan bukan karena Allah,

amalannya terhapus.42

Ikhlas merupakan amalan hati dan hati itu sendiri merupakan

alat untuk memahami Al-Quran. Hati berada ditangan Allah yang

Maha membolak-balikkan hati. Oleh sebab itu seorang hamba

hendaknya memohon kepada Rabbnya agar dibukakan hati untuk Al-

Quran, agar ia dapat menggali segala kekayaan yang terkandung

dalam Al-Quran.43

Cukup sekedar menghadirkan niat yang baik dan

memperbaruinya. Jadi, langkah pertama adalah selalu memperbarui

niat. Hendaknya niatmu dalam menghafal Al-Quranul Karim untuk

meringkuh ridha Allah dan memperoleh pahala-Nya.44

Ikhlas menjadi tolak ukur yang terpenting karena ikhlas adalah

amalan hati yang paling berat namun besar pula pahala yang diraih.

41
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran, h. 135.
42
Ibid.
43
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah Cara Mengamalkan Al-Quran, (Jakarta:
Pusaka at-Tazkia, 2010), h. 14
44
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, (Solo: Zamzam, 2011), h. 55.
25

Ikhlas bersumber dari niat yang tulus semakin ikhlas seseorang dalam

menghafal maka akan semakin mudah untuk menghafalnya.

b) Tekad yang kuat dan bulat

Menghafal Al-Quran hanya mampu dilakukan oleh mereka

yang punya tekad. Mereka yang punya tekad memiliki ciri utama

yang sangat jelas secara sederhananya adalah tekad yang kuat.45

Menghafal Al-Quran bukan perkara kecil di tilik dari pahalanya di sisi

Allah, tekad kuat menghafal Al-Quran dan membutuhkan cobaan

serta ujian.46 Seorang penghafal Al-Quran harus memiliki tekat yang

kuat dalam menghafalkan Al-Quran karena untuk mencapai tingkatan

hafalan yang baik membutuhkan mujahadah yang optimal agar

tercapai cita-cita yang diinginkan.

c) Mengetahui nilai amalan yang anda lakukan


Setiap amalan yang diketahui fadhilah yang didapatkan dari
mengamalkannya akan mendapat dorongan yang kuat untuk
melaksanakannya. karena motivasi atau dorongan merupakan kunci
untuk bisa melakukan berbagai macam aktifitas.47

Seorang penghafal Al-Quran akan semakin termotivasi untuk

menyelesaikan hafalannya ketika orang tersebut mengetahui

keutamaan yang akan didapatkan dari menghafal Al-Quran.

45
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), h. 41.
46
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 88.
47
Ibid., h. 43
26

d) Mengamalkan hafalan

Membaca, memahami dan mengamalkan Al-Quran adalah kunci

ilmiah bagi perubahan dan kemajuan.48 Seperti generasi salafus shalih

mereka menyadari betul bahwa Al-Quran diturunkan bukan hanya

dihafalkan secara tekstual namun juga dipraktikkan dalam kehidupan.

Mengamalkan hafalan menjadi wajib bagi para penghafal Al-Quran,

mengingat Al-Quran itu sendiri sebagai petunjuk bagi pembacanya

oleh karena itu wajib baginya untuk mengamalkan petunjuk Al-Quran

yang sudah dihafalkannya.

e) Meninggalkan dosa

Bermaksiat kepada Allah akan menjadikan manusia semakin

jauh dari Allah SWT. Menjadi seorang hamba yang sholeh dan

bertaqwa kepada Allah dengan menjauhi maksiat akan menjadikan

seorang hamba semakin dicintai oleh Allah SWT. Ibnu Umar r.a

berkata “seorang hamba tidak akan sampai pada hakikat taqwa

sehingga dia meningalkan apa saja yang mengganjal didalam dada”.49

Meninggalkan dosa merupakan bukti ketaqwaan seorang

hamba kepada Allah SWT. Oleh sebab itu seorang penghafal

Al-Quran hendaknya meninggalkan segala bentuk dosa yang akan

menghalangi Al-Quran yang akan masuk ke dalam dada para

penghafal Al-Quran dan dapat menjauhkan dirinya dari rahmat Allah

SWT.
48
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah Cara Mengamalkan Al-Quran, h. 2
49
Ahmad Farid, Quantum Taqwa (hakikat, keutamaan dan karakter orang-orang
bertaqwa), (Solo: Pustaka Arafah, 2008), h. 105.
27

f) Berdoa

Doa adalah ibadah. Doa adalah salah satu rahasia para


pembawa Al-Quran. Mereka berdoa kepada Allah setiap waktu.
Memanfaatkan wattu-waktu mustajab dalam berdoa, seperti pada
waktu sahur, setiap kali sujud, ketika menanti satu shalat ke shalat
berikutnya, ketika turun hujan, ketika bulan ramadhan dan lain
sebagainya. Mereka berdoa agar Allah berkenan menolong mereka
dalam merenungi ayat-ayat Al-Quran, menghafalkan dan
mengamalkan Al-Quran.50

Berdoa adalah senjata umat muslim, dan berdoa merupakan

salah satu ibadah yang dicintai Allah SWT. Maka memperbanyak doa

akan menjadi jurus ampuh bagi para penghafal Al-Quran, semakin

banyak ia dalam berdoa akan sangat membantu dalam

mengaktualisasikan impianya untuk menghafalkan 30 juz Al-Quran,

tanpa mengesampingkan pentingnya ikhtiar yang harus dilaluinya.

g) Memahami makna ayat dengan benar

Menghafal Al-Quran dengan berusaha memahami makna ayat

sebelumnya, akan sangat membantu memudahkan proses menghafal.51

Seorang penghafal Al-Quran ketika ia mampu memahami makna ayat

Al-Quran dengan baik maka akan sangat membantu proses menghafal

Al-Quran itu sendiri.

h) Menguasai ilmu tajwid yang benar


Membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar lebih penting
dari pada menghafal Al-Quran. Sebab, tanpa tajwid yang benar maka
seorang pembaca Al-Quran akan terjatuh pada banyak kesalahan
makna dan arti.52

50
Majdi Ubaid Al-Hafidz, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran (Rahasia Hafal Al-
Quran dengan Metode Belajar Paling Modern), Solo: AQWAM, 2015, h. 60.
51
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran (Rahasia Sukses Gemilang
Para Hafiz Quran), h. 58.
52
Ibid., h. 52.
28

Penguasaan Ilmu tajwid menjadi syarat wajib bagi para

pengafal Al-Quran, karena untuk menghafal harus mampu memahami

ilmu tajwid agar tidak salah dalam melafalkan bacaan dan tidak

merubah arti bacaan Al-Quran itu sendiri.

i) Mengulang-ulang bacaan

Seperti diketahui, langkah utama untuk memasukkan

informasi ke dalam memori jangka panjang adalah melalui

pengulangan.53 Pengulangan bacaan Al-Quran harus terus dilakukan

karna pengulangan bacaan hafalan Al-Quran merupakan bentuk

penjagaan hafalan itu sendiri sekaligus menguatkan hafalan al-Quran.

j) Sholat dengan membaca ayat-ayat yang sudah dihafal

Barang siapa yang membaca Al-Quran dalam sholat, siang dan

malam ia akan mendapatkan jawabannya dengan cepat dan kuat. Ia

akan berhati-hati terhadap kitab Allah.54 Menyimak bacaan ayat-ayat

yang anda hafal saat sholat akan memperkuat hafalan.55 Membaca

Ayat yang sudah dihafal dapat membantu dalam melekatkan hafalan

kedalam memori otak, sehingga para hafidz biasa membacanya ketika

sholat. Terlebih pada sholat malam atau qiyamul lail.

Sumber lain menambahkan kaidah utama yang bisa dilakukan

seorang penghafal Al-Quran yaitu dengan “tilawah secara rutin”.

Menghafal itu adalah proses menyimpan hasil penglihatan dan

pendengaran. Maka semakin banyak kita membaca dan


53
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran, h. 57.
54
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah Cara Mengamalkan Al-Quran, h. 95-96.
55
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran, h. 60.
29

mendengarkan Al-Quran, insyaAllah akan semakin cepat pula kita

menghafal Al-Quran.56

Beberapa kaidah di atas hendaknya diperhatikan dan

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, mengingat menghafal Al-Quran

bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukaan. Dari keseluruhan

kaidah tersebut harus benar-benar tertanam dalam hati dan di

aplikasikan dalam kehidupan agar tercipta penghafal Al-Quran yang

tidak hanya hafal secara lahiriah namun juga secara bathiniah.

1. Fator-faktor pendukung dalam menghafal Al-Quran

Terdapat beberapa faktor pendukung kemampuan menghafal

Al-Quran, yaitu usia yang ideal, manajemen waktu dan tempat

menghafal.57 Adapun uraian ketiga faktor tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut:

1) Usia yang Ideal

Seorang penghafal yang berusia relatif masih muda jelas

akan lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-

materi yang dibaca atau dihafal atau didengar dibanding dengan

mereka yang berusia lanjut, kendati tidak bersifar mutlak. dalam

hal ini usia dini lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap

sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal.

56
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran, 2014, h. 48.
57
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. h. 56-61.
30

2) Menejemen Waktu

Agar kita sanggup menghafal, kita harus mengatur urusan-

urusan kita supaya kita bisa menyediakan waktu yang cukup untuk

melangsungkan hafalan.58 Bagi mereka yang menempuh program

khusus menghafal Al-Quran dapat mengoptimalkan seluruh

kemampuan dan memaksimalkan seluruh kapasitas waktu yang

dimilikinya, sehingga dia akan cepat menyelesaikan program

menghafanya. sebaliknya, bagi mereka yang menghafal Al-Quran

di samping kegiatan-kegiatan lain, seperti sekolah, bekerja dan

kesibukan lain maka dia harus pandai-pandai memanfaatkan waktu

yang ada. Justru di sini diperlukan menejemen waktu yang baik.

Adapun waktu-waktu yang baik untuk menghafal yaitu:

1) Waktu sebelum terbit fajar

2) Setelah fajar hingga terbit matahari

3) Setelah bangun dan tidur siang

4) Setelah sholat

5) Waktu diantara maghrib dan isya’59

Uraian di atas tidak berarti bahwa waktu yang selain tersebut

tidak baik untuk membaca, atau menghafal Al-Qur’an setiap saat

baik-baik saja untuk menghafal, karena pada prinsipnya

kenyamanan dan ketepatan dalam memanfaatkan waktu relatif dan

bersifat subyektif, seiring dengan kondisi psikologis yang variatif.

58
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 61.
59
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h. 59-60.
31

Jadi, pada prinsipnya setiap waktu yang dapat mendorong

munculnya ketenangan dan terciptanya konsentrasi adalah baik

untuk menghafal.

3) Tempat Menghafal

Menghafal diperlukan tempat yang ideal untuk

berkonsentrasi. itulah sebabnya diantara para penghafalada yang

cenderung mengambil tempat di alam bebas, atau tempat terbuka,

tempat yang luas seperti di masjid atau di tempat-tempat lain yang

lapang, sunyi dan sepi.

Metode paling tepat dalam menentukan tempat adalah

engkau dudu didepan tembok putih dan bersih. Misalnya engkau

duduk di dalam masjid paling depan dan mengarahkan

pandangamu ke depan.60

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tempat

yang ideal untuk menghafal yaitu:

a) Jauh dari kebisingan


b) Bersih dan suci dari kotoran dan najis
c) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara
d) Tidak terlalu sempit
e) Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan
f)
Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakni
jauh dari telepon, atau ruang tamu, atau tempat itu bukan
tempat yang biasa untuk mengobrol.61

Menurut Majdi Ubaid Al-Hafidz faktor-faktor pendukung

dalam menghafal Al-Quran, yaitu:

60
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 63.
61
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h h. 61.
32

a. Memperbaiki bacaan sebelum menghafal.


b. Menggunakan satu mushaf dari satu cetakan.
c. Menggunakan ukuran mushaf yang mudah untuk dibawa.
d. Memilih waktu yang tepat untuk menghaal.
e. Menghindari waktu-waktu yang kurang ideal untuk menghafal,
yaitu setelah makan, pulang kerja, dan saat larut malam.
f. Mengutamakan menyambung (antar ayat) dari menghafal.
g. Mampu menyambung dari awal sampai akhir sebelum
berpindah dari surat lain.
h. Memperhatikan ayat-ayat yang mirip.
i. Menentukan target hafalan setiap hari.
j. Menghafal dari surat yang disukai.
k. Memanjakan dan memberi penghargaan kepada diri sendiri
setiap selesai menghafal juz atau surat tertentu.
l. Melazimi khoaqoh tahidz.
m. Menghadiri majlis Tahfidz.
n. Mengetahui mekanisme pembelajaran tahfidz.
o. Mencari lokasi yang tepat untuk menghafal.
p. Memanfaatkan berbagai kesempatan untuk menghafal.62

Faktor-faktor Pendukung dalam menghafal Al-Quran lainnya

disebutkan:

1. Membaca hafalan dalam shalat sunnah

2. Membaca disetiap waktu khususnya saat menunggu shalat

3. Bacaan menyelidik

4. Mendengar kaset bacaan Al-Quran yang sesuai dengan

tajwid

5. Hanya menggunakan satu mushaf dalam menghafal

6. Memaksimalkan kemampuan indra.63

Sumber lain menambahkan dalam menentukan target hafalan


perlu adanya komtmen atas target bacaan, target bacaan itu kita
baca mengalir secara alamiyah dari detik-detik waktu yang kita
lalui dalam kehidupan kita, batasan waktu yang diperkenankan

62
Majdi Ubaid Al-Hafidz, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran, h. 169-184
63
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 125-120.
33

adalah batas waktu secara global, misalnya pada waktu malam,


pagi, siang dan sore hari.64

Melihat beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa,

menghafal Al-Quran hendaknya memperhatikan segala aspek

pendukung dalam menghafal Al-Quran. Diantaranya

memperhatikan usia yang ideal dalam menghafal, manajemen

waktu yang baik, menentukan tempat yang ideal, menghafal

dengan satu mushaf, memaksimalkan kemampuan indra, dan

membacanya setiap waktu baik dalam shalat maupun di luar shalat.

2. Faktor penghambat dalam menghafal Al-Quran.

Banyak dari penghafal Al-Quran mengatakan “menghafal

Al-Quran itu sulit, dan lebih sulit lagi memantapkan hafalan

Al-Quran” atau ada yang mengatakan “aku ingin menghafalkan

Al-Quran tapi aku tidak memiliki waktu”. Penyebabnya dari

anggapan tersebut adalah ada sesuatu yang disebut wahn

(khayalan) yang bercokol di dalam pikiran. Juga biasa dinamakan

justifikasi diri yang berdampak buruk pada penghafal Al-Quran.65

Macam-macam manifestasi penghalang dalam menghafaal

Al-Quran disebutkan:

a. Beralih ke Bidang yang Lain


Yakni beralih memperhatikan hal lain seperti hadits, syair
atau internet. Upaya ini dilakukan seseorang untuk meraih
sukses dalam satu bidang untuk menutupi ketidakmampuan
dalam bidang lain.

64
Marsudianto, 40 Hari Bersama Al-Quran (Upaya membudayakan Tilawah Al-Quran),
(Lampung: Coqelat Visitama, 2014). h. 13.
65
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 80.
34

b. Mengaku telah hafal Al-Quran


Kasus seperti ini banyak terjadi di zaman sekarang.
Engkau bias melihat seorang lelaki atau wanita mengklaim
telah hafal Al-Quran sehingga dihormati dan diberi uang saku.
Padahal sebenarnya ia belum hafal.
c. Melangkah Mundur dengan Alasan Tawadhu’
Yakni melangkah mundur dengan alas an tawadhu’, ada
bisikan jiwa atau lainnya. Misalnya engkau melihat seorang
murid mengalami penurunan drastis dalam hal semangat
menghafal dan mengulanginya, setelah sebelumnya ia begitu
bergairah, giat dan bersemangat.
d. Motivasi dan Semangat Mandeg
Yakni motivasi dan semangat Mandeg pada saat tertentu, tidak
bergeser dari batas ini meskipun muncul rangsangan-
rangsangan lain dan kendati ada berbagai stimulus.66

Hambatan-hambatan tersebut sering menjadi bayang-

bayang tersendiri bagi penghafal Al-Quran. Terlebih Al-Quran

sendiri merupakan mushaf tebal yang berisi sekitar 604 halaman

yang banyak di antara kita merasa tidak sanggup untuk

menghafalnya. Namun segala hambatan tersebut dapat di atasi

ketika kita dapat meyakinkan kepada diri sendri bahwa tidak ada

yang tidak mungkin jika Allah berkehendak serta mengetahui akan

keutaman-keutamaan yang akan diperoleh bagi para penghafal

Al-Quran.

Kesulitan dalam melakukan suatu amal perbuatan akan

sebanding dengan pahala yang akan didapatkan, oleh karenanya

semakin sulit hambatan yang harus dilalui maka akan semakin

besar pula pahala yang akan didapatkan, hal ini sesuai dengan

66
Ibid., h. 81-82.
35

firman Allah dalam QS. Ar-Rahman: 60 yang artinya “tidak ada

balasan untuk kebaikan selain kebaikan”.

Faktor penghambat dalam menghafal juga dijelaskan dalam

sumber lain, yaitu:

a. Akibat Dosa dan Maksiat

Hati yang cenderung pada kemaksiatan tidak mungkin

wadah Al-Quran, setiap kali seorang hamba melakukan dosa

pasti berimbas pada hati.67 Disebutkan dalam kitab Ta’alim

muta’alim bahwa yang dapat merusak hafalan adalah banyak

berbuat maksiat, banyak dosa, banyak susah, prihatin

memikirkan harta, dan terlalu banyak bekerja.”68

Karna Al-Quran adalah cahaya ilmu, dan ilmu tidak akan

masuk kedalam hati seorang hamba yang hatinya gelap dan

penuh dengan dosa, maka jalan terbaik adalah taubat kepada

Allah SWT. Dengan taubat yang sebenar-benarnya,

b. Niat yang bukan Ikhlas Karena Allah

Kewajiban seorang penuntut ilmu adalah berjuang untuk

mengikhlaskan niatnya dalam menuntut ilmu, yaitu hanya

mengharapkan keridhaan Allah.69 Hal ini sesuai dengan hadis

Rasulullah saw “sesungguhnya amal itu tergantung dengan

niat, dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan apa yang

67
Abdul Muhsin et. Al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran, h. 48.
68
Ash-Syeikh az_Zarnuji, Terjemah Ta’alim Muta;alim (Buku Panduan Bagi Kita untuk
menuntut Ilmu yang benar), (Surabaya: MUTIARA ILMU, 2012), h. 100.
69
Abu Yahya Badru Salam, Niat Penentu Amal, (Naashirussunnah, 2012), h.99.
36

ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan

Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya dan

barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia cari atau

wanita yang ingin ia nikahi hijrahnya sesuai dengan

tujuannya.” (HR. Mutafaq’alaih). Oleh karena itu menjadi

penting untuk diperhatikan apakah niat kita dalam menghafal

Al-Quran sudah benar-benar ikhlas ataukah bulum, karena

keikhlasan dalam niat melakukan suatu amalan akan sangat

menentukan terhadap hasil yang akan dicapai.

c. Kekenyangan

Imam As-Syafi’I pernah mengatakan “aku tidak pernah


kenyang sejak usia 12 tahun kecuali sekali, lalu aku
membuangnya. Sebab kenyang itu membuat badan jadi berat,
menghilangkan kepandaian, mengundang tidur, dan
melemahkan pelakunya beribadah”70

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

sebelumnya bahwa saat-saat terburuk untuk menghafal adalah

saat ketika perut dalam keadaan kenyang. Kekenyangan akan

membuat seseorang malas dalam beribadah dan dapat memicu

rasa kantuk sehingga saat kekenyangan otak sulit untuk

berkonsentrasi.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa menghafal merupakan pekerjaan yang

mulia, melihat dari keutamaan yang akan didapatkan para

70
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah cara mengamalkan Al-Quran. (Jakarta:
Pusaka at-Tazkia, 2010), h. 167.
37

penghafal Al-Quran menjadikan menghafal sebagai salah satu

ibadah yang memiliki kedudukan tinggi dihadapan Allah SWT.

Kemampuan menghafal Al-Quran adalah kecakapan

memelihara atau menjaga Al-Quran dengan cara melafalkan

dan meresapkan ayat-ayat Al-Quran ke dalam pikiran sebagai

proses mengingat, dan lancar dalam melafalkannya di luar

kepala, serta hafalan dapat dimunculkan saat dibutuhkan.

Sedangkan indikator seorang dalam menghafal Al-Quran yaitu,

dapat dilihat dari tahfidz, tajwid, kefasihan dan adab.

Metode menghafal Al-Quran itu sendiri merupakan

langkah yang harus dilalui seorang penghafal Al-Quran dalam

menyelesaikan hafalan Al-Quran. Ada meberapa metode yang

bisa dilakukan diantaranya, metode wahdah, kitabi, simai,

gabungan dan jama’.

Kemampuan menghafal sangat tergantung dari faktor

yang mempengaruhinya. Diantara faktor yang mempengarui

dalam menghafaal Al-Quran, yaitu ada factor pendukung

menghafal Al-Quran dan ada pula faktor yang menghambat

dalam menghafal Al-Quran. faktor-faktor pendukung

menghafal diantaranya, usia yang ideal, manajemen waktu,

memilih tempat yang ideal untuk menghafal dan

memaksimalkan potensi indra. Sedangkan faktor penghambat

menghafal Al-Quran meliputi, beralih ke bidang lain, merasa


38

telah hafal Al-Quran, melangkah mundur dengan alasan

tawadhu’, motivasi dan semangat yang Mandeg.

Hal yang menjadi point penting dalam menghambat

hafalan itu sendiri yaitu niat yang tidak ikhlas karena Allah,

akibat perbuataan dosa dan juga kekenyangan. Keseluruhan

faktor tersebut hendaknya diperhatikan sebelum seseorang

berniat ingin menghafalkan Al-Quran karena menghafal

Al-Quran adalah pekerjaan yang mulia dan tidak mudah untuk

dilakukan. oleh karena itu menghafal Al-Quran membutuhkan

kesungguhan dan keikhlasan agar menghafal menjadi suatu

ibadah yang benar-benar dapat mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Dan mendapatkan Ridho-Nya.


BAB III
METODOLOGI PENELTIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesanteran Darussalam

Metro ini akan dilakukan menggunakan jenis penelitian lapangan (field

research), yaitu jenis penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di

lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan

organisasi kemasyarakatan serta lembaga pendidikan71.

Sifat penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif kualitatif,

dimana sifat penelitian ini lebih cenderung menggunakan analisis.

Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah72.

Berdasarkan penjelasan di atas penelitian deskriptif kualitatif

adalah penelitian yang digunakan untuk mencari informasi dan kejadian

yang terjadi untuk mendapatkan data terhadap persoalan yang sebenarnya,

berangkat dari data, kemudian diuraian dengan memanfaatkan teori yang

ada dan berakhir dengan teori. Maka dapat diasumsikan bahwa sifat dan

jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif lapangan.

71
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h. 4.
72
Ibid, h. 6.
40

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh, merupakan hasil pencatatan baik yang berupa fakta dan angka

yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi73. Sumber data penelitian

ini mencakup sumber data primer dan sekunder yakni sebagai berikut:

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera

diperoleh dari sumber data untuk tujuan penelitian74. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah para asatid dan santri pondok

pesantren Darussalam.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah bahan-bahan atau data yang menjadi

pelengkap atau penunjang dari sumber data primer75. Data ini

diperoleh dari pihak-pihak yang tidak berkaitan langsung dengan

penelitian, tetapi berhubungan dengan objek penelitian. Sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah, tokoh agama setempat, Direktur

dan Sekretaris pondok, Serta buku-buku yang terkait dengan judul

penulis, seperti buku yang ditulis oleh Abdul Muhsin dengan judul

“Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan

Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), buku yang

73
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV,
(Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h.129.
74
Winario Suratman, Pengantar Penenelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,
(Bandung:Tarsito, 1985), h.163.
75
Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.32
41

ditulis oleh Abdul Raziq dengan judul “Belajar Al-Quran Bertajwid

Tanpa Teori Tajwid Diiringi Irama Murotal Timur Tengah dengan

Metode BILQIS (Bimbingan Ilmu Al-Qur’an Intensif), buku yang

ditulis Ahsin W. Al-Hafidz dengan judul “Bimbingan Praktis

Menghafal Al-Qur’an dan lain sebagainya yang berhubungan dengan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran

Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat berfungsi sebagai

instrumen utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri

mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interview

secara lebih rinci, teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpulan data yang sangat penting

dalam penelitian komunikasi. Wawancara adalah teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.

Sugiyono menjelelaskan bahwa wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang

sedikit.76

76
Ibid., h. 194
42

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

wawancara terpimpin. Wawancara dapat dilakukan seecara terstruktur

maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face

to face) maupun dengan menggunakan telepon.77 Jenis wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini yakni wawancara tidak terstruktur,

dimana wawancaraa dilakukan peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancaa yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara sistimatis dan

lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman yang digunakan

hanyalah garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Responden yang penulis wawancara adalah tokoh agama, direktur dan

sekretaris pondok pesantren Darussalam, serta para asatid dan santri

pondok pesantren Darussalam.

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data

primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara

dengan santri dan juga ustaz untuk mendapatkan data terkait informasi

mengenai bagaimana proses menghafal santri di pondok pesantren

Darussalam, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan

menghafal santri serta solusi yang dilakukan dalam mengatasi faktor

penghambat santri dalam menghafal Al-Quran di pondok Darussalam

Metro. Sedangkan untuk mencari data sekunder seperti informasi terkait

sejarah berdirinya pondok pesantren Darussalam Metro serta tujuan

didirikannya pondok pesantren Darussalam Metro, dalam hal ini

77
Ibid., h. 194.
43

waawancara dilakukan dengan Direktur pondok pesantren Darussalam,

tokoh agama dan sekretaris pondok pesantren Darussalam Metro.

2. Observasi

Metode observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penulisan78. Dalam

hal ini observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.79 Secara sederhana

observasi berarti bagian dalam pengumpulan data langsung dari

lapangan. Dalam observasi peneliti ditutut agar mampu merasakan dan

memahami terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti sehingga

peneliti mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat


dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)
dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi
yang digunaan, maka observasi yang digunakan dapat dibedakan
menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.80

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi partisipan dimana pengamatan dilakukan terhadap suatu

aktivitas yang mengharuskan peneliti ikut secara aktif dalam aktifitas

yang akan diteliti tersebut.

Observasi dilakukan untuk mencocokan data yang diperoleh

melalui wawancara dengan kenyataan dilapangan. Dalam hal ini

observasi dilakukan terhadap seluruh santri dan ustad serta mengamati

78
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 158.
79
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 187.
80
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2012), h. 204.
44

terkait akifitas yang dilakukan dalam proses menghafal Al-Quran di

pondok pesantren Darussalam Metro. Observasi ini dilakukan untuk

mendapatkan data terkaiit bagaimana proses menghafal yang dilakukan

di pondok pesantren Darussalam Metro, Faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kemampuan menghafal santri Darussalam Metro serta

solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan

menghafal santri Darussalam Metro.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-

dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.81

Data dari dokumentasi sangat bermanfaat bagi penulis sebagai

penyokong informasi dalam penelitian. Dokumen yang diperlukan

dalam penelian ini berupa profil dan sejarah berdirinnya pondok

Pesantren Darussalam, Visi Misi serta Tujuan didirikannya pondok

pesantren Darussalam Metro, serta dokumentasi terkait aktifitas

menghafal santri pondok pesantren Darussalam Metro, serta

dokumentasi terkait jumlah keseluruhan santri dan juga ustad yang

mengajar di pondok pesantren Darussalam Metro.

81
Ibid.,h.145.
45

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Penelitian yang kredibel memerlukan penjamin keabsahan data

agar data yang ada dipertangungjawabkan demi menjaga keaslian dan

keabsahan data dalam penelitian ini maka, untuk menjamin hal tersebut

penulis menggunakan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas

ini diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber, dengan

berbagai cara dan berbagai waktu.82

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yakni teknik untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda-beda. Sedangkan

trianguasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh

melalui berbagai sumber. Teknik yang digunakan antara lain observasi

partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.

E. Teknik Analisis Data

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi menjelaskankan bahwa

analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan dipahami83. Analisis data merupakan salah satu

prosedur yang harus ada dalam kegiatan penelitian. Proses ini sangat

berkaitan erat dengan proses-proses sebelumnnya.

82
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &
D, h. 372.
83
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1987), h.263
46

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yang dikumpulkan. Dengan analisis

kualitatif diharapkan terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan

serta dapat “menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain84”. Jadi bentuk analisis

ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-

angka statistik atau bentuk angka lainnya.85

84
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), Edisi Revisi, h.248.
85
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2006), h. 106.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Metro

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 09 Juni 2018

dengan Direktur Pondok Pesantren Darussalam Metro, pondok

pesantren Darussalam Metro awalnya adalah sebuah masjid yang

didirikan sekitar tahun 1980, selanjutnya berkembang menjadi pusat

kegiatan keislaman pelajar dan mahasiswa sekitar masjid pada tahun

1998. Kegiatan tersebut meliputi ta’lim, tasqif, kajian bahasa Arab dan

kegiatan kegiatan keislaman lainnya.

Maraknya kegiatan keislaman di masjid Darussalam

disebabkan lokasi berada di wilayah yang strategis, yaitu berdekatan

dengan beberapa sekolah dan perguruan tinggi. Melihat hal tersebut,

maka pengurus masjid, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat

berinisiasi untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang berbasis

pelajar khususnya mahasiswa dengan mengoptimalkan sumber daya

yang ada. Oleh sebab itu, kemudian dibentuklah sebuah pondok

dengan nama “Pondok Pesantren Darussalam” pada tahun 2007.

Pondok Darussalam telah terdaftar dalam akte notaris Selvi Fitria Liu,

SH. No 3 Tahun 2007.


48

Pondok Pesantren Darussalam Mempunyai Visi yaitu,

“menjadikan Pondok Pesantren yang mampu mencetak generasi

Qurani, sebagai penggerak dakwah di tengah masyarakat dan akrab

teknologi”.

Adapun Misi Pondok Pesantren Darussalam yaitu:

a) Mendalami Tahsin, Tahfidz, dan Tafsir Al Quran.

b) Mendalami bahasa Arab

c) Mendalami ilmu ilmu Syari’ah

d) Menggerakkan aktifitas dakwah di masyarakat

Adapun alamat lengkap Pondok Pesantren Darussalam yaitu, Jl.

Kemiri No. 02 15 A Iring Mulyo Metro Timur kota Metro (kode Pos

34111) belakang IAIN Metro, dengan letak geografis:

1) Utara: berbatasan di depan kos-kosan putri

2) Selatan: berbatasan di belakang Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Metro

3) Barat: berbatasan kanan jalan bersampingan dengan dengan SMP

Negeri 4 Metro

4) Timur: berbatasan bersampingan dengan SMKN 1 Metro


49

Terkait letak geografis pondok pesantren Darussalam, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar .1
Denah Lokasi Pondok Pesantren Darussalam Metro

Ruang Lat. 1 Lokasi Belajar Santri


Wirausaha

Kantor
Toilet Pondok SMK N 1
Metro
Masjid
gg
Darussalam

kamar
Ustadz
Kamar Mandi
Halaman
Tempat Pondok
Wudhu
jln
Jalan 15 A
ggghhhhhhhhhh
Kampus 1 IAIN Metro
50

Adapun terkait struktur kepengurusan Pondok Pesantren Darussalam

Metro dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar .2
Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Darussalam Metro

Muhammad Ramadan Habibi, Lc. MA


Direktur Pondok

Mujirul Hasan M. Hummam, S.Pd.I


Sekretaris Pondok Bendahara Pondok

Mustaqim, M.Pd.I Bairussalim, M.Pd.I


Pendidikan dan Humas
Kurikulum

Asatidz
Ust. Muhammad Ramadhan Habibi, Lc.MA
Ust. Mujirul Hasan
Ust. Muhammad Hummam, M.Pd.I
Ust. Mustaqim, M.Pd.I
Ust. Bairussalim, M.Pd.I
Ust. Adri Yusro, S.Pd
Ust. Mulyono
51

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren

Darussalam Metro dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel .1
Sarana Prasarana yang Ada di Pondok Pesantren Darussalam Metro

No Fasilitas Keterangan
1 Asrama akhwat 2 Ruang
2 Asrama ikhwan 2 Ruang
3 Ruang Belajar Lantai 1
4 Kediaman ustadz 1 Gedung
5 Kantor 1 Ruang
6 Masjid 1 Gedung
7 Ruang Wirausaha 1 Ruang
8 Kamar mandi 6 kamar
9 Meja belajar 30 buah
10 Papan tulis 4 buah

Adapun terkait keadaan ustadz dan santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal

09 juni 2018 kepada Direktur sekaligus Ustadz pengajar Tahfidz di

pondok Darussalam yaitu ustadz Muhammad Ramadhan Habibi, beliau

menyatakan bahwa saat ini santri pondok pesantren Darussalam berjumlah

27 santri yang terdiri dari 15 santri ikhwan dan 12 santri. Terdapat 4 santri

di samping menghafal, mereka juga bekerja. Pondok Pesantren

Darussalam Metro memiliki 4 tenaga pengajar khusus Tahfidz, 2

diantaranya sudah hafiz 30 juz dan yang lainnya masih dalam proses

penyelesaian. Sedangkan data santri ditemukan, 10 dari 27 santri

mengalami peningkatan percepatan kemampuan menghafal Al-Quran.

Sedangkan 17 dari 27 santri masih mengalami kesulitan dan lambat dalam

proses menghafal Al-Quran. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu


52

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

berasal dari diri santri itu sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu faktor

yang berasal dari luar santri Pondok Pesantren Darussalam. untuk lebih

jelasnya terkait keadaan ustadz dan santri dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel .2
Keadaan Ustadz di Pondok Pesantren Darussalam Metro

No Nama Bidang Studi


Ust. Muhammad Ramadhan Habibi,
1 Tafsir & Tahfidz
Lc.MA

2 Ust. Mujirul Hasan Tahfidz

Bahasa Arab &


3 Ust. Muhammad Humam, S.Pd.I
Tahfidz
4 Ust. Mustaqim, M.Pd.I Fiqih

5 Ust. Bairussalim Aqidah Akhlak


Bahasa Arab &
6 Ust. Adri Yusro, S,Pd.I
Tahfidz
7 Ust. Mulyono, S.Pd.I Bahasa Arab
53

Tabel .3
Keadaan Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro

Kemampuan
Status menghafal Al-
Nama / Quran
No
Inisial
Kurang
Pekerja Mahasiswa Baik baik
1 HA - √ √ -
2 Ha - √ √ -
3 MN - √ √ -
4 DN - √ - √
5 LI - √ √ -
6 EM √ - - √
7 RR √ √ - √
8 AK √ - - √
9 MS - √ √ -
10 Mt - √ - √
11 SH - √ √ -
12 RM - √ - √
13 WS √ - - √
14 MB - √ - √
15 Wg - √ - √
16 NR - √ - √
17 MA - √ √ -
18 Lt - √ - √
19 Tq - √ √ -
20 BN - √ - √
21 AA √ √ - √
22 UH √ - - √
23 WN √ √ - √
24 Ak - √ - √
25 Tr - √ √ -
26 AN - √ √ -
27 UL √ √ - √

2. Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Metro

Pondok Pesantren Darussalam Metro awal mulanya

merupakan Pondok Pesantren yang memfokuskan pembelajaran pada

kajian kitab saja. Namun pada tahun 2013 Pondok Pesantren


54

Darussalam Metro menambahkan program menghafal Al-Quran. Hal

tersebut dilakukan dengan melihat beberapa pertimbangan, diantaranya

di masyarakat saat ini sangat dibutuhkan tenaga penghafal Al-Quran

yang mulai jarang ditemukan, Sehingga Pondok Pesantren Darussalam

Metro berupaya melahirkan santri yang tidak hanya paham terkait

keilmuan yang didapatkan dari kajian kitab, namun santri juga mampu

menghafal Al-Quran. Namun program menghafal yang diadakan

di Pondok Pesantren Darussalam Metro hanya diakukan pada malam

hari saja, tidak seperti pondok tahfidz pada umumnya yang melakukan

kegiatan pembelajaran pada siang dan malam hari. Sehingga saat ini

Pondok Pesantren Darussalam Metro disebut Pondok pesantren semi

tahfiz.

Pondok Pesantren Darussalam Metro dikatakan pondok semi

tahfiz dikarenakan Pondok Pesantren Darussalam Metro memang

dalam sistem pembelajarannya tidak full kegiatan menghafal Al-

Quran, terdapat kegiatan lain seperti kajian kitab. Kitab yang biasa

dipelajari di Pondok Pesantren Darussalam Metro adalah kitab Fiqih,

Tauhid, Aqidah Ahlak dan Bahasa Arab. Kegiatan pembelajaran yang

dilakukan di pondok pesantren Darussalam sendiri hanya dilakukan

pada malam hari, yakni pada ba’da maghrib sampai dengan pukul

22.00 WIB, dan selepas sholat subuh sampai dengan pukul 06.30 WIB.

Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan, Melihat mayoritas yang

menjadi santri di pondok pesantren Darussalam Metro merupakan


55

mahasiswa dan pekerja, oleh karena itu kegiatan santri saat siang hari

lebih banyak memakan waktu di luar pondok, oleh sebab itu

diberlakukanlah jadwal tersebut untuk memudahkan santri dalam

beraktifitas baik dalam bekerja maupun dalam proses menempuh

perkuliahan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-

Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro

Hasil wawancara dengan santri dan asatidz Pondok Pesantren

Darussalam Metro

Berangkat dari wawancara dan observasi tentang Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok

Pesantren Darussalam Metro dari 6 responden dimana sampel diambil

dengan tehnik purposive sampling. Adapun hasil dari wawancara sebagai

berikut:

Mengenai hal ini para santri dan ustadz mempunyai jawaban

masing-masing terkait Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro

mengatakan bahwa:

1) Dilihat dari Pelaksanaannya

Sebelum santri mulai menghafal Al-Quran, dalam pondok

Pesantren biasanya dilakukan tes bacaan terlebih dahulu untuk

melihat kapasitas bacaan santri. Begitupun dengan santri pondok


56

pesantren Darussalam Metro, berdasarkan Hasil wawancara dengan

beberapa santri dan para asatidz pondok pesantren Darussalam

Metro menyatakan bahwa:

“Santri harus melakukan tahsin terlebih dahulu yaitu


memperbaiki bacaan Al-Quran santri dengan memperhatikan
kelancaran membaca Al-Quran dan menyesuaikan tajwidnya.
Selain itu, sebelum menghafal Al-Quran santri diharuskan
memperbanyak tilawah Al-Quran dalam sehari minimal satu juz.
Santri dapat dikatakan lulus tahsin dan bisa mulai menghafal Al-
Quran apa bila santri dapat membaca Al-Quran satu halaman tanpa
salah sedikitpun.”(W/U.1/F.1/09/06/2018)
Berdasarkan apa yang disampaikan U.1 di atas, bahwa

pelaksanaan menghafal Al-Quran di pondok pesantren Darussalam,

Sebelum santri mulai menghafal Al-Quran maka santri diwajibkan

mengikuti tahsin terlebih dahulu dan memperbanyak tilawah Al-

Quran minimal satu hari satu juz. Setelah tilawah rutin dilakukan

dan santri dapat membaca Al-Quran dengan baik sesui kaidah

tajwid dan santri dapat membaca Al-Quran satu halaman tanpa

salah barulah kemudian santri dapat mulai menghafal Al-Quran.

Sedangkan saat ditannya dengan pertannyaan yang sama yang

diajukan dengan sumber yang berbeda menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan dalam proses menghafal Al-Quran di pondok


pesantren Darussalam Metro, yaitu mengaji dilakukan selepas
sholat maghrib. Untuk santri ikhwan jadwal setoran hafalan
dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yakni ba’da maghrib dan
ba’da subuh. Dengan target hafalan minimal 3 baris dalam satu kali
setor. Sehingga hafalan yang didapatkan dalam sehari minimal
setengah halaman atau 6-7 baris. Sedangkan untuk santri akhwat
jadwal setoran hanya dilakukan satu kali dalam sehari yakni ba’da
sholat subuh. Dengan target hafalan minimal setengah halaman
setoran hafalan baru dalam sehari. Karena pondok pesantren
57

Darussalam sendiri menargetkan santri untuk dapat menghafal Al-


Quran dalam setahun minimal 1 juz Al-Quran”.
(W/U.2/F.1/10/06/2018)
Berdasarkan apa yang disampaikan U. 2 menyatakan bahwa

dalam kegiatan menghafal Al-Quran dilakukan selepas sholat

maghrib dan ba’da subuh, sedangkan bagi santri akhwat hanya

dilakukan selepas sholat subuh. Dengan target hafalan yang sama

yaitu dalam sehari minimal setengah halaman. Hal tersebut

dilakukan untuk mencapai target hafalan dalam satu tahun minimal

1 juz Al-Quran.

Sedangkan saat ditanyakan kepada santri dengan

pertanyaan yang sama terkait bagaimana proses pelaksanaan

menghafal Al-Quran santri di pondok pesantren Darussalam Metro,

menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan program menghafal Al-Quran di pondok


pesantren Darussalam Metro masih kurang dalam hal managemen
waktu, santri hanya diberikan waktu setoran di pagi hari sedangkan
bagi santri yang tidak sampai target hafalan tidak diberikan
hukuman yang tegas sehingga santri tersebut sulit berkembang
dalam hal menghafal Al-Quran”. (W/S.1/F.1/11/06/2018)
Berdasarkan apa yang disampaikan S.1 mengemukakan

bahwa dalam hal proses pelaksanaan menghafal Al-Quran di

pondok pesantren Darussalam masih kurang terkait managemen

waktu. Hal ini dikarenakan tidak adanya waktu khusus dalam

menghafal, yang ada hanyalah waktu setoran hafalan dan waktu

tersebut relatif sempit. Dan juga tidak adanya ketegasan hukuman

untuk para santri yang belum bisa mencapai target hafalan


58

menjadikan santri itu sendiri sulit untuk mengembangkan

kemampuan menghafalnya.

Sedangkan saat ditanyakan dengan santri yang berbeda,

menyatakan bahwa:

“Kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren


Darussalam dapat dikatakan belum efektif dan efisien, dikarenakan
tidak adanya peraturan yang mengkhususkan santri untuk fokus
pada satu waktu untuk menghafal menjadikan santri terbiasa
menghafal sekehendak hatinya.”(W/S.2/F.1/19/06/2018)
Berdasarkan wawancara Str. 2 di atas, menyebutkan bahwa,

tidak adanya peraturan khusus terkait waktu dalam menghafal

Al-Quran menjadikan santri tersebut merasa bahwa menghafal

Al-Quran bisa dilakukan sesuka dan sekehendak hatinya artinya

tidak ada paksaan berupa peraturan yang mengikat santri dan

mendorong santri itu sendri agar mampu meningkatkan hafalannya.

Sejalan dengan jawaban yang dikemukaan oleh S.2 di atas,

terkait bagaimana kegiatan menghafal Al-Quran di Pondok

Pesantren Darussalam, santri lain menjawab dengan jawaban yang

sama, informan menyatakan bahwa:

“Di Pondok Pesantren Darussalam dalam hal menghafal


Al-Quran masih belum efektif, karena tidak adanya peraturan yang
mengkhususkan santri untuk fokus pada satu waktu untuk
menghafal”. (W/S.3/F.1/20/06/2018)
Hal yang sama juga dikemukakan dengan sumber yang

berbeda, menyatakan bahwa:


59

“kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren


Darussalam belum berjalan secara terstruktur dan efektif, terkait
managemen waktupun masih harus diperhatikan, karena tidak
adanya waktu khusus yang ditentukan pondok untuk menghafal
menjadikan santri itu sulit untuk mengembangkan kemampuan
menghafalnya” (W/S.4/F.1/21/06/2018).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti

mengamati kegiatan menghafal Al-Quran sudah berjalan dengan

lancar hanya saja yang perlu diperhatikan yaitu terkait kehadiran

ustadz selaku musrif belum berjalan maksimal, terkadang ustadz

selaku musif tidak selalu hadir untuk menyimak hafalan santri.

Terkait indikator peniaian sendiri sesuai dengan ketentuan yang

sudah ditetapkan. Namun terkait managemen waktu peneliti

melihat santri sendiri kurang mampu mengatur dan menggunakan

waktu dengan baik dikarenakan pondok pesantren Darussalam

Sendiri belum menetapan waktu khusus untuk santri menghafal Al-

Quran.(O/P/F.1/09/06/2018)

Berdasarkan dan wawancara dari beberapa sumber dapat

disimpulkan bahwa kegiatan menghafal Al-Quran di pondok

pesantren Darussalam belum sepenuhnya efektif, melihat beberapa

pertimbangan terkait managemen waktu yang masih kurang baik

bagi santri. Karena tidak adanya waktu khusus bagi santri untuk

menghafal Al-Quran serta belum adanya peraturan yang mengikat

berupa hukuman (iqob) yang tegas bagi santri yang memang belum

mampu mencapai target hafalan. Namun pondok pesantren

Darussalam sendiri tetap memiliki indikator khusus bagi santri


60

sebelum menghafal Al-Quran, di mana santri diwajibkan untuk

lulus tahsin terlebih dahulu dan mampu merutinkan tilawah

minimal 1 hari 1 juz serta mampu membaca Al-Quran satu

halaman tanpa ada kesalahan. Target hafalan yang harus dicapai

bagi santri yaitu mampu menghafal minimal 1 juz dalam 1 tahun.

2) Dilihat dari Faktor Pendukung dalam Meningkatkan Kemampuan

Menghafal Al-Quran

Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-

Quran menjadi hal yang penting untuk diketahui, terlebih bagi

ustadz pengajar tahfidz dan santri itu sendiri. Agar proses

menghafal Al-Quran dapat berjalan maksimal. Mengenai hal

tersebut, Berikut beberapa hasil wawancara yang dilakukan terkait

pertanyaan “apa saja faktor pendukung dalam meningkatkan

kemampuan menghafal Al-Quran santri di pondok pesantren

Darussalam Metro” informan menyatakan bahwa:

“adanya musrif yang selalu siap ketika santri ingin setoran,


mushaf yang sesuai, lingkungan yang saling memotivasi dalam
menghafal, dan adanya kedisiplinan.”(W/S.1/F.2/11/06/2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan

bahwa faktor pendukung dalam menghafal Al-Quran santri yaitu,

adanya musrif yang selalu siap untuk menerima setoran, mushaf

yang sesuai dengan standar yang biasa digunakan para penghafal

Al-Quran, lingkungan yang saling memotivasi dalam menghafal


61

Al-Quran, serta adanya kedisiplinan bagi santri, terlebih dalam hal

managemen waktu menghafal Al-Quran.

Sedangkan dalam wawancara dengan sumber lain dengan

pertanyaan yang sama menyebutkan bahwa:

“adanya fasilitas yang memadai, managemen waktu yang


baik serta kehadiran musrif yang siap setiap saat untuk menerima
setoran”.(W/S.2/F.2/19/06/2018)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa

faktor pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-

Quran santri yaitu, diperlukan adanya fasilitas yang memadai,

dalam hal ini bisa mencakup tempat yang nyaman dan sarana

prasarana pendukung lainnya. Kemudiaan adanya managemen

waktu yang baik, serta kehadiran musrif yang siap menerima

setoran setiap saat menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Selanjutnya wawancara dilakukan dengan sumber yang

berbeda menyatakan bahwa:

“memperbanyak waktu untuk menghafal Al-Quran, adanya


peraturan yang tegas bagi santri untuk tertib dan mengikuti
peraturan yang sudah ditetapkan, misalkan santri harus bangun
lebih awal untuk sholat tahajud pada pukul 02.30 kemudian
dilanjutkan menghafal Al-Quran, dan yang terpenting adalah
mujahadah dalam menghafal Al-Quran serta berusaha semaksimal
mungkin untuk menjauhi maksiat.” (W/S.3/F.2/20/06/2018).

Hal yang serupa juga dikemukakan dari sumber yang

berbeda menyatakan bahwa:

“meluangkan lebih banyk waktu untuk menghafal Al-


Quran, harus ada peraturan yang tegas bagi santri untuk siap
mengikuti peraturan, mujahadah dan jauhi maksiat”
(W/S.4/F.2/21/06/2018)
62

Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor

pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran

santri yaitu, perlu pemperbanyak waktu untuk menghafal Al-

Quran, adanya peraturan yang tegas bagi santri untuk tertib

mengikuti peraturan yang ditetapkan, dan yang terpenting dalam

hal ini adalah adanya kesungguhan tekat atau mujahadah dalam

menghafal Al-Quran serta berusaha semaksimal mungkin

untuk taat dengan meninggalkan maksiat yang akan mempengaruhi

kualitas hafalan Al-Quran.

Sedangkan dalam wawancara yang dilakukan dengan

sumber yang berbeda menyebutkan bahwa:

“adanya motivasi yang kuat baik dari luar maupun dari


dalam diri sendri, adanya lingkungan yang mendukung dalam
menghafal Al-Quran, serta kehadiran musrif yang fokus dan siap
menerima setoran setiap saat”. (W/U.1/F.2/09/06/2018)

Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor

pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran

yaitu, perlu adanya motivasi yang kuat baik motivasi dari dalam

diri sendiri maupun motivasi dari luar, adanya lingkungan yang

mendukung, serta kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima

setoran setiap saat menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.

Sejalan dengan pendapat di atas, pendapat yang sama juga

disampaikan dari sumber lain, yang menyatakan bahwa:

“kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima setoran


setiap saat, motivasi yang kuat baik dari luar maupun dari dalam
diri sendri, adanya lingkungan yang baik dan mendukung dalam
63

menghafal Al-Quran, serta memperbanyak tilawah dan


murojaah hafalan yang sudah dimiliki akan sangat mendukung
kemampuan menghafal Al-Quran santri”.
(W/U.2/F.2/10/06/2018)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti melihat

pondok pesantren sendiri telah menetapkan peraturan terkait usaha

untuk meningkatkan hafalan santri dengan metode tasmi’ dan

murojaah guna menguatkan hafalan yang sudah ada. Namun disini

peneliti melihat target yang dicapai santri untuk tasmi satu juz

dalam sekali duduk belum sepenuhnya terlaksana, banyak santri

yang masih belum lancar saat memperdengarkan hafalan didepan

santri lain, murojaahpun masih jarang dilakukan, hanya beberapa

santri yang memang konsisten melakukan murojaah mandiri setiap

harinya (O/P/F.2/10/06/2018).

Berdasarkan observasi dan beberapa wancara di atas dapat

disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam meningkatkan

kemampuan menghafal Al-Quran santri Pondok Pesantren

Darussalam yaitu, adanya musrif yang selalu siap ketika santri

ingin setoran, mushaf yang sesuai yaitu yang biasa digunakan para

penghafal Al-Quran, lingkungan yang saling memotivasi

dalam menghafal, adanya managemen waktu yang baik, adanya

fasilitas yang memadai seperti asrama pondok, aula, ruang belajar

untuk setoran hafalan, mushola dan lain sebagainya, adanya

peraturan yang tegas bagi santri yang tidak mampu mencapai target

hafalan Al-Quran, adanya sikap mujahadah dalam menghafal Al-


64

Quran serta berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi

maksiat, adanya motivasi yang kuat baik dari luar maupun dari

dalam diri sendri untuk menghafal Al-Quran, memuroja’ah dan

memperbanyak tilawah Al-Quran.

3) Dilihat dari Faktor Penghambat dalam meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Quran

Perlu untuk diperhatikan terkait faktor penghambat dalam

meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam

Metro, melihat kemampuan menghafal Al-Quran yang baik tidak

akan bisa berjalan dengan maksimal jika belum mampu

mempertimbangkan faktor yang menjadi penghambat dalam

menghafal Al-Quran. Berikut petikan wawancara terkait

pertanyaan “apa saja faktor penghambat dalam meningkatkan

kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren

Darussalam Metro” informan menyatakan bahwa:

“masih melakukan maksiat, masih melakukan hal-hal yang


tidak perlu seperti mengobrol, bercanda berlebihan, sering main
serta kurangnya kesadaran diri untuk mencoba meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Quran”. (W/S.1/F.3/11/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor

penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-

Quran santri Darussalam Metro yaitu, Maksiat, melakukan hal

yang sia-sia, serta kurangnya kesadaran santri itu sendiri akan

perlunya meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran.


65

Sedangkan dalam wawancara yang dilakukan dengan

sumber yang berbeda menyatakan bahwa:

“niat yang tidak istiqomah, malas, tidak adanya target dari


santri itu sendiri”. (W/S.2/F.3/19/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor

yang menjadi penghambat dalam meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Quran santri Pondok Pesantren Darussalam Metro

yaitu, niat yang tidak istiqomah, dalam hal ini yaitu niat yang

benar-benar muncul dari diri sendiri untuk istiqomah menghafal

Al-Quran sampai dengan selesai, rasa malas, serta tidak adanya

target dari santri itu sendiri untuk menyelesaikan hafalan Al-Quran.

Selanjutnya wawancara dilakukan dari sumber yang

berbeda menyatakan bahwa:

“aktifitas dan kesibukan santri yang berbeda-beda, serta


penggunaan alat komunikasi seperti Handphone yang kurang
bijak”. (W/S.3/F.3/20.06/2018)
Hal yang serupa juga dikemukakan dari sumber yang

berbeda, yang menyatakan bahwa:

“hal yang menjadi hambatan bagi santri dalam menghafal


Al-Quran karena para santri memiliki kesibukan yang berbeda-
beda bahkan ada juga yang bekerja, dan yang terpenting itu di
pondok pesantren Darussalam harus diatur masalah penggunaan
Handphone” (W/S.4/F.4/21/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa, faktor

penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-

Quran santri Pondok Pesantren Darussalam yaitu, adanya aktifitas


66

dan kesibukan santri yang berbeda-beda, dalam hal ini santri

memiliki kesibukan seperti kuliah dan bekerja, serta kurang bijak

dalam penggunaan alat komunikasi peserti Handphone, yang dapat

mengurangi waktu bersama Al-Quran.

Selanjutnya wawancara dilakukan dengan sumber yang

berbeda menyatakan bahwa:

“malas, kurang motivasi, belum merasuk ke dalam hati,


mudah menyerah, maksiat, serta penggunaan waktu untuk hal yang
sia-sia”. (W/U.1/F.3/09/06/2018)
Sejalan dengan jawaban di atas, sumber lain menyatakan

dengan jawaban yang sama, bahwa:

“perasaan malas, motivasi yang masih kurang, kurang sabar


sehingga membuatnya mudah menyerah, maksiat, serta
penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia dapat menghambat
kemampuan santri dalam menghafal Al-Quran”.
(W/U.2/F.3/10/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor

penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-

Quran santri Darussalam Metro yaitu, rasa malas, kurang sabar,

kurangnya motivasi untuk menghafal Al-Quran, belum merasuk ke

dalam hati maksudnya bacaan Al-Quran belum benar-benar masuk

ke dalam hati, maksiat yang masih dilakukan, serta penggunaan

waktu untuk hal yang sia-sia..

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti melihat saat

proses menghafal Al-Quran dilakukan bersama-sama, peneliti

melihat beberapa santri masih mengobrol saat kegiatan menghafal


67

Al-Quran dilakukan, namun ada beberapa santri juga yang tetap

fokus menghafal. (O/P/F.3/11/06/2018)

Berdasarkan hasil observasi dan beberapa wawancara di

atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat

dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran santri

pondok pesantren Darussalam Metro yaitu, maksiat, kurangnya

kesadaran diri untuk mencoba meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Quran, niat yang tidak istiqomah, malas, tidak

adanya target dari santri itu sendiri, aktifitas santri yang berbeda-

beda, serta penggunaan alat komunikasi seperti Hand Phone yang

kurang bijak, kurangnya motivasi, perasaan putus asa, serta

penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia.

4) Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat

kemampuan menghafal Al-Quran

Kesulitan santri dalam menghafal Al-Quran di pondok

pesantren Darussalam Metro tidaklah mudah untuk diatasi,

mengingat dalam hal ini banyak hambatan yang harus dilalui santri

itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan terkait pertanyaan

mengenai “apa saja solusi yang bisa diberikan dalam mengatasi

faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal


68

Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro”, informan

menyatakan bahwa:

“jangan banyak alasan, jangan malas walaupun lingkungan


tidak mendukung, jika terlalu sibuk dan tidak punya banyak waktu,
maka jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan menghafal
Al-Quran, cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran, cari
tau keutamaan menghafal Al-Quran, perbaiki hubungan dengan
Allah dan tinggalkan maksiat,cari guru tahfidz yang memang
sudah hafal 30 juz Al-Quran ”. (W/U.1/F.4/09/06/2018)
Sejalan dengan pendapat di atas, ketika diwawancarai

dengan pertanyaan yang sama, sumber lain menyebutkan bahwa:

“jangan terlalu banyak alasan, jangan malas untuk


menghafal, muroja’ah dan tilawah Al-Qur’an walaupun lingkungan
tidak mendukung, perbaiki hubungan dengan Allah dengan
meninggalkan maksiat, buat peraturan tegas bagi santri yang
memang tidak mampu mecapai target hafalan, kurangi penggunaan
handphone”. (W/U.2/F.4/10/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa solusi

yang bisa diberikan dalam mengatasi faktor penghambat santri

pondok pesantren Darussalam dalam menghafal Al-Quran yaitu,

jangan terlalu banyak alasan, dalam hal ini alasan menjadikan

seseorang malas dalam mengerjakan aktifitas apapun tak terkecuali

menghafal Al-Quran. Jangan malas, walaupun lingkungan

tidak mendukung, jadikan setiap awal aktifitas dengan menghafal

Al-Quran, cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran

seperti mengetahui keutamaan menghafal Al-Quran, perbaiki

hubungan dengan Allah dan tinggalkan maksiat, kurangi

penggunaan hadphone, upayakan untuk mencari ustadz yang

memang sudah hafidz 30 juz Al-Quran secara keseluruhan.


69

Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti menemukan

fenomena dilapangan santri memiliki kesibukan yang memang

cukup padat, terlebih lagi bagi santri yang juga sudah bekerja,

mereka harus membagi waktu antara kuliah, bekerja dan juga

menghafal Al-Quran. dan beberapa santri juga mengikuti kegiatan

organisasi, baik organisasi internal maupun eksternal kampus,

santri juga memiliki jadwal kuliah yang cukup padat. Namun

dibalik kesibukan santri yang cukup padat tersebut santri masih

dapat melakukan muroja’ah bersama pada waktu yang sudah

ditentukan dari Pondok Pesantren Darussalam.

(P/O/F.4/10/06/2018)

Berdasarkan hasil observasi dan beberapa wawancara di

atas, dapat disimpulkan bahwa solusi yang bisa diberikan dalam

mengatasi faktor penghambat santri pondok pesantren Darussalam

dalam menghafal Al-Quran yaitu, managemen waktu yang baik,

jangan banyak alasan, jangan malas walaupun lingkungan tidak

mendukung, jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan

menghafal Al-Quran, cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-

Quran, perbaiki hubungan dengan Allah, tinggalkan maksiat,

tingkatkan kedisiplinan, tentukan target hafalan, captakan

lingkungan yang mendukung dalam menghafal Al-Quran,

komitmen untuk selalu menghafal Al-Quran, belajar dari pondok-

pondok tahfidz lainnya, batasi penggunaan alat komnikasi seperti


70

Hand Phone, harus ada ustadz atau pengurus yang fokus

mendampingi santri terutama santri akhwat serta berupaya mencari

guru tahfidz yang memng sudah hafidz 30 juz secara keseluruhan.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi di pondok

pesantren Darussalam Metro, menyatakan bahwa Program menghafal

Al-Quran merupakan program yang wajib dijalankan oleh santri-santri

pondok pesantren Darussalam Metro, meskipun pondok pesantren

Darussalam tergolong pondok pesantren Semi Tahfidz, namun program

menghafal Al-Quran sangat ditekankan di sini. Melihat Visi dan Misi

pondok pesantren Darussalam itu sendiri sangat berkaitan erat dengan

dakwah di masyarakat. Oleh karena itu memiliki hafalan Al-Quran sangat

membantu dalam proses penyebaran dakwah Islam.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang di telah dilakukan dapat

diambil data yang akan disajikan dalam bentuk narasi.

Berdasarkan hasil analisi peneliti yang diambil dari sumber primer

dan sekunder, menyimpulkan bahwa kegiatan menghafal Al-Quran di

pondok pesantren Darussalam belum sepenuhnya efektif, melihat beberapa

pertimbangan terkait managemen waktu yang masih kurang baik bagi

santri. Karena tidak adanya waktu khusus bagi santri untuk menghafal Al-

Quran serta belum adanya peraturan yang mengikat berupa hukuman

(iqob) yang tegas bagi santri yang memang belum mampu mencapai target

hafalan. Namun pondok pesantren Darussalam sendiri tetap memiliki


71

indikator khusus bagi santri sebelum menghafal Al-Quran, di mana santri

diwajibkan untuk lulus tahsin terlebih dahulu dan mampu merutinkan

tilawah minimal 1 hari 1 juz serta mampu membaca Al-Quran satu

halaman tanpa ada kesalahan. Target hafalan yang harus dicapai bagi

santri yaitu mampu menghafal minimal 1 juz dalam 1 tahun.

Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri

pondok pesantren Darussalam Metro yaitu mencakup faktor pendukung

dan faktor penghambat. Faktor pendukung dan penghambat dalam

meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam Metro

meliputi Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor

yang muncul dari dalam diri santri itu sendiri, sedangkan faktor eksternal

yaitu faktor yang muncul dari luar diri santri.

Faktor pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafalan

Al-Quran santri di pondok pesantren Darussalam Metro meliputi: 1).

mujahadah, 2). keinginan yang kuat, 3). motivasi dari diri sendiri 4). jauhi

maksiat dan 5). Managemen waktu yang baik. Sedangkan faktor eksternal

yang mendukung kemampuan menghafal santri pondok pesantren

Darussalam Metro meliputi: 1). Adanya musrif, 2). Mushaf yang sesuai,

3). Lingkungan yang mendukung, 4). Fasilitas yang memadai, 5). Adanya

peraturan yang tegas.

Faktor-faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro yaitu

meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu


72

meliputi: 1). Maksiat, 2). Kurangnya kesadaran diri untuk meningkatkan

kemampuan menghafal Al-Quran, 3). Niat yang tidak istiqomah, 4). Rasa

malas, 5). Kurangnya motivasi dari diri sendiri 6). Perasaan mudah

menyerah dan 7). Tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri.

Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat meliputi: 1).

Kesibukkan santri yang berbeda-beda, 2). Penggunaan alat komunikasi

seperti Hand Phone yang kurang bijak, 3). Kurangnya motivasi dari luar,

dan 4). Penggunaan waktu untuk hal yang kurang bermanfaat atau sia-sia.

Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat

kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam

Metro yaitu, meliputi: 1). Managemen waktu dengan baik, 2). Jangan

banyak alasan, 3). Lawan rasa malas 4). Jadikan setiap awal aktifitas

dimulai dengan menghafal Al-Quran, 5). Cari motivasi-motivasi untuk

menghafal Al-Quran, 6). Perbaiki hubungan dengan Allah dengan

meninggalkan maksiat, 7) cari guru yang memang sudah hafidz 30 juz 8).

Tentukan target hafalan, 9). Ciptakan lingkungan yang mendukung dalam

menghafal Al-Quran, 10). istiqomah 11). Belajar dari pondok-pondok

tahfidz lainnya, 12). buat peraturan yang tegas, contohnya terkait

penggunaan Hand Phone, 13). Harus ada ustadz atau pengurus yang fokus

mendampingi santri dalam menghafal Al-Quran

Merujuk dari teori yang penulis ambil yaitu teori yang dituliskan oleh

Abdul Muhsin dengan judul buku “orang sibukpun bisa mengafal Al-

Quran” bahwa terdapat 10 faktor yang mempengaruhi kemampuan


73

menghafal Al-Quran, yaitu 1) ikhlas, 2) tekad yang kuat dan bulat, 3)

mengetahui nilai amalan yang dilakukan, 4) mengamalkan hafalan, 5)

meninggalkan dosa, 6) berdoa, 7) memahami makna ayat dengan benar, 8)

menguasai ilmu tajwid, 9) mengulang-ulang hafalan, 10) membaca

hafalansaal sholat.

Berangkat dari teori yang dikemukakan oleh abdul muhsin di atas,

penulis menemukan teori tersebut sangat relevan dengan keadaan di

lapangan. Dalam hal ini peneliti menemukan teori baru terkait faktor-

faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran yaitu dapat

dilihat dari faktor pendukung dan faktor penghambat. dan keduanya

terbagi lagi kedalam faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal

yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran yaitu: managemen

waktu yang baik dan motivasi yang tinggi dari diri sendiri. sedangkan

faktor eksternal yaitu adanya musrif, mushaf yang sesuai, lingkungan yang

mendukung, fasilitas yang memadai dan adanya peraturan yang tegas.

Terkait faktor penghambat kemampuan menghafal Al-Quran dalam

hal ini juga terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang menghambat kemampuan menghafal Al-Quran

adalah, kurangnya kesadaran diri untuk meningkatkan kemampuan

menghafal, rasa malas, kurangnya motivasi dari diri sendiri, perasaan

mudah menyerah, dan tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri.

Sedangkan faktor eksternal meliputi, kesibukkan santri yang berbeda-beda,


74

penggunaan handphone yang kurang bijak, kurangnya motivasi dari luar,

dan penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan secara mendalam terhadap

data hasil penelitian di lapangan, penelitian ini menghasilkan temuan dan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren Darussalam belum

sepenuhnya efektif, melihat beberapa pertimbangan terkait managemen

waktu yang masih kurang baik. Karena tidak adanya waktu khusus bagi

santri untuk menghafal Al-Quran serta belum adanya peraturan yang

mengikat berupa hukuman (iqob) yang tegas bagi santri yang memang

belum mampu mencapai target hafalan. Namun pondok pesantren

Darussalam sendiri tetap memiliki indikator khusus bagi santri sebelum

menghafal Al-Quran, di mana santri diwajibkan untuk lulus tahsin terlebih

dahulu dan mampu merutinkan tilawah minimal 1 hari 1 juz serta mampu

membaca Al-Quran satu halaman tanpa ada kesalahan. Target hafalan

yang harus dicapai bagi santri yaitu mampu menghafal minimal 1 juz

dalam 1 tahun.

2. Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri

pondok pesantren Darussalam Metro yaitu mencakup faktor pendukung

dan faktor penghambat. Dalam hal ini Faktor pendukungnya yaitu, terdiri

dari faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: 1).

mujahadah, 2). keinginan yang kuat, 3). motivasi dari diri sendiri 4). jauhi
76

maksiat dan 5). Managemen waktu yang baik. Sedangkan faktor eksternal

meliputi: 1). Adanya musrif, 2). Mushaf yang sesuai, 3). Lingkungan yang

baik, 4). Fasilitas yang memadai, 5). Adanya peraturan yang tegas.

3. Faktor-faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal

Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro yaitu meliputi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu meliputi: 1).

Maksiat, 2). Kurangnya kesadaran diri untuk meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Quran, 3). Niat yang tidak istiqomah, 4). Rasa malas, 5).

Kurangnya motivasi dari diri sendiri 6). Perasaan mudah menyerah dan

7). Tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri. Sedangkan faktor

eksternal yang menjadi penghambat meliputi: 1). Aktifitas dan

kesibukkan santri yang berbeda-beda, 2). Penggunaan alat komunikasi

seperti Hand Phone yang kurang bijak, 3). Kurangnya motivasi dari luar,

dan 4). Penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia.

4. Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan

menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro yaitu,

meliputi: 1). Managemen waktu dengan baik, 2). Jangan banyak alasan,

3). Lawan rasa malas 4). Jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan

menghafal Al-Quran, 5). Cari motivasi-motivasi untuk menghafal

Al-Quran, 6). Perbaiki hubungan dengan Allah dengan meninggalkan

maksiat, 7) cari guru yang memang sudah hafidz 30 juz 8). Tentukan

target hafalan, 9). Ciptakan lingkungan yang mendukung dalam

menghafal Al-Quran, 10). istiqomah 11). Belajar dari pondok-pondok


77

tahfidz lainnya, 12). buat peraturan yang tegas, contohnya terkait

penggunaan Hand Phone, 13). Harus ada ustadz atau pengurus yang fokus

mendampingi santri dalam menghafal Al-Quran.

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang berkenaan dengan penelitian ini yaitu:
1. Saran kepada santri, teruslah semangat dalam menghafal Al-Quran,

berusaha mengatasi segala hambatan, istiqomah, jangan mudah menyerah,

maksimalkan waktu untuk menghafal dan tinggalkan hal yang sia-sia.

2. Kepada asatidz, mencoba untuk fokus dan luangkan lebih banyak waktu

bagi santri dalam mengajarkan dan mendampingi santri dalam menghafal

Al-Quran serta lebih tegas terhadap santri yang belum mampu mencapai

target hafalan yang sudah ditentukan.

3. Kepada Pondok Pesantren Darussalam Metro, hendaknya melakukan

perbaikan sistem terkait peraturan dalam proses pembelajaran untuk tegas

terhadap santri maupun musrif. Serta batasi peraturan terkait penggunaan

handphone berupaya untuk mencari musrif yang memang benar-benar

sudah hafidz dan hafidzoh.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafizh. Pedoman Dauroh Al-Quran. Jakarta: Markaz Al-
Quran.

Abdul Muhsin et.al. Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran). Solo: PQS
PUBLISHING, 2014.

Abdul Raziq. Belajar Al-Quran Bertajwid Tanpa Teori Tajwid Diiringi Irama
Murotal Timur Tengah dengan Metode BILQIS (Bimbingan Ilmu Al-
Qur’an Intensif). Tangerang: Nizhan Press, 2015.

Abdul Shabur Syahin. Saat Al-Quran Butuh Pembelaan. Jakarta: ERLANGGA, 2006.

Abu Yahya Badru Salam. Niat Penentu Amal. (Naashirussunnah, 2012

Ahmad Farid. Quantum Taqwa (hakikat, keutamaan dan karakter orang-orang


bertaqwa). Solo: Pustaka Arafah, 2008.

Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: BUMI


ANGKASA, 2000.

Ash-Syeikh az-Zarnuji. Terjemah Ta’alim Muta;alim (Buku Panduan Bagi Kita


untuk menuntut Ilmu yang benar). Surabaya: MUTIARA ILMU, 2012.

Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kaualitatif Pemahaman Filosofis Dan


Metodologis Kearah Penguasn Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.

Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Hidayatullah. Agar Al-Quran Menjadi Motivasi Hidup Anda. Jakarta: Pustaka


Ikadi, 2012.

Imam Al Hakim Wicaksono. Pemahaman Ilmu Tajwid (Pedoman Tata Cara


Membaca Al-Quran dengan Baik dan Benar). Surakarta: SENDANG
ILMU, 2005.

Joko Subagyo. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2006.

Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim. Beginilah cara mengamalkan Al-Quran. Jakarta:
Pusaka at-Tazkia, 2010.
79

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Majdi Ubaid Al-Hafidz. 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran (Rahasia Hafal Al-
Quran dengan Metode Belajar Paling Modern). Solo: AQWAM, 2015.

Marsudianto. 40 Hari Bersama Al-Quran (Upaya membudayakan Tilawah Al-Quran).


Lampung: Coqelat Visitama, 2014.

Muhamad Yunus. Kamus Arab Indonesia. Ciputat: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,


2007.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam, 2012.

Romadhoni Massul. Metode Cepat menghafa dan memahami Al-Quran. Yogyakarta:


Lafal Indonesia, 2014.

Rosihan Anwar. Ulum Al-Quran. Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013.

S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqah Al-Quran (Belajar dari Tradisi
Ulama). Solo: AQWAM, 2015.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. dan R&D. Bandung: ALFABETA,


2014.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi


IV. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta, 2003.

Umar Al-Faruq. 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran (Rahasia Sukses


Gemilang Para Hafiz Quran). Surakarta: iyad Books, 2014.
80

HASIL WAWANCARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN


MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO

A. PETUNJUK WAWANCARA

1. Wawancara

2. Selama penelitian berlangsung peneliti mencatat dan mendeskripsikan

hasil wawancara.

3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,

sampai memperoleh keterangan yang diinginkan.

B. IDENTITAS

Informan : Direktur pondok pesantren Darussalam,

sekertaris, Asatid dan Santri pondok pesantren

Darussalam.

Waktu Pelaksanaan :

C. PERTANYAAN

No. Materi Petikan Wawancara

1. Bagaimana  “Santri harus melakukan tahsin terlebih dahulu yaitu


pelaksanaan memperbaiki bacaan Al-Quran santri dengan
progam memperhatikan kelancaran membaca Al-Quran dan
menghafal menyesuaikan tajwidnya. Selain itu, sebelum
Al-Quran di menghafal Al-Quran santri diharuskan
Pondok memperbanyak tilawah Al-Quran dalam sehari
Pesantren minimal satu juz. Santri dapat dikatakan lulus tahsin
Darussalam dan bisa mulai menghafal Al-Quran apa bila santri
Metro? dapat membaca Al-Quran satu halaman tanpa salah
sedikitpun”. (W/U.1//09/06/2018/h.55)
 Pelaksanaan dalam proses menghafal Al-Quran di
81

pondok pesantren Darussalam Metro, yaitu mengaji


dilakukan selepas sholat maghrib. Untuk santri
ikhwan jadwal setoran hafalan dilakukan sebanyak 2
kali dalam sehari yakni ba’da maghrib dan ba’da
subuh. Dengan target hafalan minimal 3 baris dalam
satu kali setor. Sehingga hafalan yang didapatkan
dalam sehari minimal setengah halaman atau 6-7
baris. Sedangkan untuk santri akhwat jadwal setoran
hanya dilakukan satu kali dalam sehari yakni ba’da
sholat subuh. Dengan target hafalan minimal
setengah halaman setoran hafalan baru dalam sehari.
Karena pondok pesantren Darussalam sendiri
menargetkan santri untuk dapat menghafal Al-Quran
dalam setahun minimal 1 juz Al-Quran”.
(W/U.2/10/06/2018/h.56)
 “Pelaksanaan program menghafal Al-Quran di
pondok pesantren Darussalam Metro masih kurang
dalam hal managemen waktu, santri hanya diberikan
waktu setoran di pagi hari sedangkan bagi santri
yang tidak sampai target hafalan tidak diberikan
hukuman yang tegas sehingga santri tersebut sulit
berkembang dalam hal menghafal Al-Quran”.
(W/S.1/11/06/2018/h.56)
 “Kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Darussalam dapat dikatakan belum efektif dan
efisien, dikarenakan tidak adanya peraturan yang
mengkhususkan santri untuk fokus pada satu waktu
untuk menghafal menjadikan santri terbiasa
menghafal sekehendak hatinya.”
(W/S.2/19/06/2018/h.57)
 “Di Pondok Pesantren Darussalam dalam hal
menghafal Al-Quran masih belum efektif, karena
tidak adanya peraturan yang mengkhususkan santri
untuk fokus pada satu waktu untuk menghafal”.
(W/S.3/20/06/2018/h.58)
 “kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Darussalam belum berjalan secara terstruktur dan
efektif, terkait managemen waktupun masih harus
diperhatikan, karena tidak adanya waktu khusus
yang ditentukan pondok untuk menghafal
menjadikan santri itu sulit untuk mengembangkan
kemampuan menghafalnya”
(W/S.4/21/06/2018/h.58).

2. 1. Apa saja faktor  “adanya musrif yang selalu siap ketika santri ingin
pendukung setoran, mushaf yang sesuai, lingkungan yang saling
82

dalam memotivasi dalam menghafal, dan adanya


peningkatan kedisiplinan”. (W/S.1/11/06/2018/h.59)
kemampuan  “adanya fasilitas yang memadai, managemen waktu
menghafal Al- yang baik serta kehadiran musrif yang siap setiap
Quran di pondok saat untuk menerima
pesantren setoran”.(W/S.2/19/06/2018/h.60)
Darussalam?  “memperbanyak waktu untuk menghafal Al-
Quran, adanya peraturan yang tegas bagi santri
untuk tertib dan mengikuti peraturan yang sudah
ditetapkan, misalkan santri harus bangun lebih awal
untuk sholat tahajud pada pukul 02.30 kemudian
dilanjutkan menghafal Al-Quran, dan yang
terpenting adalah mujahadah dalam menghafal Al-
Quran serta berusaha semaksimal mungkin untuk
menjauhi maksiat.” (W/S.3/F.2/20/06/2018/h.60)
 “meluangkan lebih banyk waktu untuk menghafal
Al-Quran, harus ada peraturan yang tegas bagi santri
untuk siap mengikuti peraturan, mujahadah dan
jauhi maksiat” (W/S.4/F.2/21/06/2018/h.60)
 “adanya motivasi yang kuat baik dari luar maupun
dari dalam diri sendri, adanya lingkungan yang
mendukung dalam menghafal Al-Quran, serta
kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima
setoran setiap saat”. (W/U.1/09/06/2018/h.61)
 “kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima
setoran setiap saat, motivasi yang kuat baik dari luar
maupun dari dalam diri sendri, adanya lingkungan
yang baik dan mendukung dalam menghafal Al-
Quran, serta memperbanyak tilawah dan murojaah
hafalan yang sudah dimiliki akan sangat mendukung
kemampuan menghafal Al-Quran santri”.
(W/U.2/10/06/2018/h.62)

3. Apa saja yang  “masih melakukan maksiat, masih melakukan hal-


menjadi Faktor hal yang tidak perlu seperti mengobrol, bercanda
penghambat berlebihan, sering main serta kurangnya kesadaran
dalam diri untuk mencoba meningkatkan kemampuan
peningkatan menghafal Al-Quran”. (W/S.1//11/06/2018/h.63)
kemampuan  “niat yang tidak istiqomah, malas, tidak adanya
menghafal Al- target dari santri itu sendiri”. (W/S.2/19/2018/h.63)
Quran di  “aktifitas dan kesibukan santri yang berbeda-beda,
serta penggunaan alat komunikasi seperti Hand
pondok
Phone yang kurang bijak”. (W/S.3/20/2018/h.64)
Darussalam?
 “hal yang menjadi hambatan bagi santri dalam
menghafal Al-Quran karena para santri memiliki
kesibukan yang berbeda-beda bahkan ada juga yang
83

bekerja, dan yang terpenting itu di pondok pesantren


Darussalam harus diatur masalah penggunaan
Handphone” (W/S.4/F.4/21/06/2018/h.64)
 “malas, kurang motivasi, belum merasuk ke dalam
hati, mudah menyerah, maksiat, serta penggunaan
waktu untuk hal yang sia-sia”.
(W/S.4/21/06/2018/h.65)
 “perasaan malas, motivasi yang masih kurang,
kurang sabar sehingga membuatnya mudah
menyerah, maksiat, serta penggunaan waktu untuk
hal yang sia-sia dapat menghambat kemampuan
santri dalam menghafal Al-Quran”.
(W/U.2/10/06/2018/h.65)
4. Apa saja solusi  jangan banyak alasan, jangan malas walaupun
yang diberikan lingkungan tidak mendukung, jika terlalu sibuk dan
untuk mengatasi tidak punya banyak waktu, maka jadikan setiap awal
faktor aktifitas dimulai dengan menghafal Al-Quran, cari
penghambat motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran, cari
santri Pondok tau keutamaan menghafal Al-Quran, perbaiki
Pesantren hubungan dengan Allah dan tinggalkan maksiat,cari
guru tahfidz yang memang sudah hafal 30 juz
Darussalam
Al-Quran. (W/U.1/F.4/09/06/2018/h.67)
dalam
 jangan terlalu banyak alasan, jangan malas untuk
menghafal Al- menghafal, muroja’ah dan tilawah Al-Qur’an
Quran? walaupun lingkungan tidak mendukung, perbaiki
hubungan dengan Allah dengan meninggalkan
maksiat, buat peraturan tegas bagi santri yang
memang tidak mampu mecapai target hafalan,
kurangi penggunaan handphone.
(W/U.2/F.4/10/06/2018/h.68)

Peneliti,

Lilik Indri Purwati


NPM. 14114631
84

HASIL OBSERVASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN


MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO

A. PETUNJUK OBSERVASI

1. Observasi

2. Selama penelitian berlangsung peneliti mencatat dan mendeskripsikan

hasil observasi.

3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,

sampai memperoleh keterangan yang diinginkan.

B. IDENTITAS

Informan : Direktur pondok pesantren Darassalam,

sekertaris, Asatid dan Santri pondok pesantren

Darussalam.

Waktu Pelaksanaan : ……………………………

C. OBSERVASI

No Materi Hasil Observasi


1. Mengobservasi bagaiman Berdasarkan hasil observasi yang
proses pelaksanaan progam dilakukan peneliti mengamati
menghafal Al-Quran di Pondok kegiatan menghafal Al-Quran
Pesantren Darussalam Metro sudah berjalan dengan lancar hanya
saja yang perlu diperhatikan yaitu
terkait kehadiran ustadz selaku
musrif belum berjalan maksimal,
terkadang ustadz selaku musif
tidak selalu hadir untuk menyimak
hafalan santri. Terkait indikator
peniaian sendiri sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
85

Namun terkait managemen waktu


peneliti melihat santri sendiri
kurang mampu mengatur dan
menggunakan waktu dengan baik
dikarenakan pondok pesantren
Darussalam Sendiri belum
menetapan waktu khusus untuk
santri menghafal Al-Quran.
(O/P/F.1/09/06/2018/h.58)
2. Mengobservasi faktor yang Berdasarkan observasi yang
mempengaruhi kemampuan dilakukan peneliti melihat pondok
menghafal Al-Quran santri pesantren sendiri telah menetapkan
pondok pesantren Darussalam peraturan terkait usaha untuk
Metro meningkatkan hafalan santri
dengan metode tasmi’ dan
murojaah guna menguatkan
hafalan yang sudah ada. Namun
disini peneliti melihat target yang
dicapai santri untuk tasmi satu juz
dalam sekali duduk belum
sepenuhnya terlaksana, banyak
santri yang masih belum lancar saat
memperdengarkan hafalan didepan
santri lain, murojaahpun masih
jarang dilakukan, hanya beberapa
santri yang memang konsisten
melakukan murojaah mandiri
setiap harinya
(O/P/F.2/10/06/2018/h.62).
3. Mengobservasi faktor Berdasarkan observasi yang
penghambat kemampuan dilakukan peneliti melihat saat
menghafal Al-Quran santri proses menghafal Al-Quran
pondok pesantren Darussalam dilakukan bersama-sama, peneliti
Metro melihat beberapa santri masih
mengobrol saat kegiatan menghafal
Al-Quran dilakukan, namun ada
beberapa santri juga yang tetap
fokus menghafal.
(O/P/F.3/11/06/2018/h.66)
4 Mengobservasi faktor Berdasarkan observasi yang
pendukung kemampuan dilakukan, peneliti menemukan
menghafal Al-Quran santri fenomena dilapangan santri
pondok pesantren Darussalam memiliki kesibukan yang memang
Metro cukup padat, terlebih lagi bagi
santri yang juga sudah bekerja,
86

mereka harus membagi waktu


antara kuliah, bekerja dan juga
menghafal Al-Quran. dan beberapa
santri juga mengikuti kegiatan
organisasi, baik organisasi internal
maupun eksternal kampus, santri
juga memiliki jadwal kuliah yang
cukup padat. Namun dibalik
kesibukan santri yang cukup padat
tersebut santri masih dapat
melakukan muroja’ah bersama
pada waktu yang sudah ditentukan
dari Pondok Pesantren Darussalam.
(P/O/F.4/10/06/2018/h.68-69)

Peneliti,

Lilik Indri Purwati


NPM. 14114631
87

PEDOMAN DOKUMENTASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN


MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO

A. PETUNJUK PELAKSANAAN

1. Untuk mendapatkan dokumentasi Peneliti tujukan kepada Kepala TPA

dan Guru bahkan masyarakat bila diperlukan.

2. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,

sampai memperoleh keterangan yang diinginkan.

B. IDENTITAS

Informan : Direktur pondok pesantren Darussalam,

sekertaris, Asatid dan Santri pondok pesantren

Darussalam.

Waktu Pelaksanaan : ……………………………

Kondisi
No Data yang Ingin di Ambil Tidak
Ada
Ada
Letak Giografis pondok pesantren Darussalam 15 A
1.
Iring Mulyo Metro Timur Kota Metro
Sejarah berdirinya pondok pesantren Darussalam
2.
Metro
3. Visi dan Misi pondok pesantren Darussalam Metro
4. Keadaan sarana dan prasarana
5. Data jumlah asatid pondok pesatren Darussalam Metro
6. Data jumlah santri pondok pesantren Darussalam
Struktur kepengurusan pondok pesantren Darussalam
7.
Metro
8. Makna logo pondok pesantren Darussalam Metro
9. Catatan dan foto kegiatan santri
10 Catatan dan foto asatid
88

KODING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN


MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO

Petikan wawancara dengan Ustadz/Guru Pondok Pesantren Darussalam 15 A Iring

Mulyo Metro Timur Kota Metro.

Tanggal…..Bulan…..Tahun……

Narasi wawancara dengan ustadz dan santri di Pondok Pesantren Darussalam

Metro menggunakan koding-koding.

a. Pada tanggal 09 Juni 2018 Saya telah menemui ustadz Pondok Pesantren

Darussalam Metro dan mengajukan pertanyaan dalam:

W/U.1/F.1/09/06/2018

Keterangan koding:

W Wawancara
U.1 Wawancara kepada ustadz yang pertama di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan pertama
09/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

b. Pada tanggal 10 Juni 2018 saya telah menemui ustadz Pondok Pesantren

Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:

W/U.2/F.2/10/06/20418

Keterangan koding:
89

W Wawancara
U.2 Wawancara kepada ustadz yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.2 Fokus pada pertanyaan kedua
10/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

c. Pada tanggal 11 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:

W/S.1/F.1/11/06/2018

Keterangan koding:

W Wawancara
S.1 Wawancara kepada santri yang pertama di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
11/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

d. Pada tanggal 19 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:

W/S.2/F.1/19/06/2018

Keterangan koding:

W Wawancara
S.2 Wawancara kepada santri yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
19/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

e. Pada tanggal 20 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:


90

W/S.2/F.1/20/06/2018

Keterangan koding:

W Wawancara
S.2 Wawancara kepada santri yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
20/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

f. Pada tanggal 21 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:

W/S.2/F.1/21/06/2018

Keterangan koding:

W Wawancara
S.2 Wawancara kepada santri yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
21/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
91

Keterangan Observasi terkait aktifitas menghafal Al-Quran santri di Pondok

Pesantren Darussalam Metro 15 A Iring Mulyo Metro Timur Kota Metro.

Tanggal…..Bulan…..Tahun……

Aktifitas observasi dengan ustadz dan santri di Pondok Pesantren Darussalam

Metro menggunakan koding-koding.

a. Pada tanggal 09 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas

menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait

aktifitas dalam:

O/P/F.1/09/06/2018

Keterangan koding:

O Observasi
P Peneliti
F.1 Fokus pada pertanyaan pertama
09/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

b. Pada tanggal 10 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas

menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait

aktifitas dalam:

O/P/F.2/10/06/2018
92

Keterangan koding:

O Observasi
P Peneliti
F.2 Fokus pada pertanyaan kedua
10/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

c. Pada tanggal 11 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas

menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait

aktifitas dalam:

O/P/F.3/11/06/2018

Keterangan koding:

O Observasi
P Peneliti
F.3 Fokus pada pertanyaan ketiga
11/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

d. Pada tanggal 10 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas

menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait

aktifitas dalam:

O/P/F.4/10/06/2018
93

Keterangan koding:

O Observasi
P Peneliti
F.4 Fokus pada pertanyaan keempat
10/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)

Metro, Juli 2018


Peneliti

Lilik Indri Purwati


NPM. 14114631

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Isti Fatonah, M.A Muhammad Ali, M.Pd.I


NIP. 19670531 199303 2 003 NIP. 19780314200710 1 003
94

DOKUMENTASI FOTO PONDOK PESANTREN DARUSSALAM METRO

Foto Asrama Ikhwan dan Masjid Pondok Pesantren Darussalam Metro

Foto Asrama Akhwat Pondok Pesantren Darussalam Metro


95

Foto Menunjukkan Suasana Wawancara dalam Proses Penelitian di Pondok


Pesantren Darussalam Metro

Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan


Ustadz Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.01/Ust.01/22/06/2018)

Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan


santri ikhwan Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.02/Str.1/22/06/2018)
96

Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan


santri akhwat Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.03/Str.2/22/06/2018)

Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan


santri akhwat Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.03/Str.2/22/06/2018)
97

Foto Suasana Pembelajaran di Pondok Pesantren Darussalam Metro

Gambar di atas menunjukkan suasana pembelajaran tahsin tahfidz di pondok


pesantren Darussalam Metro

Gambar di atas menunjukkan santri sedang melakukan tasmi’ di pondok pesantren


Darussalam Metro
98

Gambar Foto Bersama dengan Beberapa Santri Akhwat, Tokoh Agama dan
Tokoh Masyarakat
99

STRUKTUR KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN DARUSSALAM


METRO

Muhammad Ramadan Habibi, Lc. MA


Direktur Pondok

Mujirul Hasan M. Hummam, S.Pd.I


Sekretaris Pondok Bendahara Pondok

Mustaqim, M.Pd.I Bairussalim, M.Pd.I

Pendidikan dan Humas


Kurikulum

Asatidz
Ust. Muhammad Ramadhan Habibi, Lc.MA
Ust. Mujirul Hasan
Ust. Muhammad Hummam, M.Pd.I
Ust. Mustaqim, M.Pd.I
Ust. Bairussalim, M.Pd.I
Ust. Adri Yusro, S.Pd
Ust. Mulyono
100

DATA KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN


DARUSSALAM METRO

Kemampuan
Status menghafal Al-
Nama / Quran
No
inisial
Kurang
Pekerja Mahasiswa Baik baik
1 HA - √ √ -
2 Ha - √ √ -
3 MN - √ √ -
4 DN - √ - √
5 LI - √ √ -
6 EM √ - - √
7 RR √ √ - √
8 AK √ - - √
9 MS - √ √ -
10 Mt - √ - √
11 SH - √ √ -
12 RM - √ - √
13 WS √ - - √
14 MB - √ - √
15 Wg - √ - √
16 NR - √ - √
17 MA - √ √ -
18 Lt - √ - √
19 Tq - √ √ -
20 BN - √ - √
21 AA √ √ - √
22 UH √ - - √
23 WN √ √ - √
24 Ak - √ - √
25 Tr - √ √ -
26 AN - √ √ -
27 UL √ √ - √
101

SARANA PRASARANA YANG ADA DI PONDOK PESANTREN


DARUSSALAM METRO

No Fasilitas Keterangan

1 Asrama akhwat 2 Ruang

2 Asrama ikhwan 2 Ruang

3 Ruang Belajar Lantai 1

4 Kediaman ustadz 1 Gedung

5 Kantor 1 Ruang

6 Masjid 1 Gedung

7 Ruang Wirausaha 1 Ruang

8 Kamar mandi 6 kamar

9 Meja belajar 30 buah

10 Papan tulis 4 buah


102

DATA INFORMAN

No Nama Informan Jabatan Keterangan

1 M. Ramadhan Habibi Direktur Ust. 1

2 Mujirul Hasan Sekretaris Ust. 2

3 Miftah Nurhidayati Santri Str. 1

4 Sri Haryati Santri Str. 2

5 Novyan Ristanto Santri Str. 3


103

KEADAAN USTADZ DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM


METRO

No Nama Bidang Studi


Ust. Muhammad Ramadhan Habibi,
1 Tafsir & Tahfidz
Lc.Ma

2 Ust. Mujirul Hasan Tahfidz

Bahasa Arab &


3 Ust. Muhammad Humam, S.Pd.I
Tahfidz
4 Ust. Mustaqim, M.Pd.I Fiqih

5 Ust. Bairussalim Aqidah Akhlak


Bahasa Arab &
6 Ust. Adri Yusro, S,Pd.I
Tahfidz
7 Ust. Mulyono, S.Pd.I Bahasa Arab
104

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN


MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO

OUTLINE

Halaman Sampul
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Abstrak
Halaman Orisinalitas Penelitian
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Halaman Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah
F. Pertanyaan Penelitian
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
H. Penelitian Relevan

BAB II LANDASAN TEORI


C. Kemampuan Menghafal Al-Quran
5. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Quran
6. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Quran
7. Keutaman Menghafal Al-Quran
8. Metode Menghafal Al-Quran
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menghafal Al-Quran
3. Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Quran
4. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Quran
105

BAB III METODE PENELITIAN


F. Jenis dan Sifat Penelitian
G. Sumber Data
H. Teknik Pengumpulan Data
I. Teknik Penjamin Keabsahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


C. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Metro
3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Metro
4. Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Metro
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-
Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro
C. Pembahasan

BAB V PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Saran
106

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Metro, Mei 2018


Mahasiswa yang Bersangkutan,

Lilik Indri Purwati


NPM. 14114631

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Isti Fatonah, M.A Muhammad Ali, M.Pd.I


Nip. 19670531 199303 2 003 NIP. 19780314200710 1 003
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
RIWAYAT HIDUP

Lilik Indri Purwati dilahirkan di Rawajitu pada tanggal 17

Agustus 1994, anak keempat dari pasangan Bapak Sukadi dan

Ibu Ramini.

Pendidikan dasar penulis tempuh di MI Al-Kautsar

dan selesai pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di MTs Mamba’ul Ulum, dan

selesai pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan di MA Da’iyatul

Waton, dan selesai pada tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN

Metro dimulai pada semester I TA 2014/2015.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi internal

kampus yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Al-Ishlah dan Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI, penulis juga mengikuti salah satu organisasi

eksternal kampus yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Komisariat IAIN Metro.

Anda mungkin juga menyukai