Anda di halaman 1dari 70

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHA

TERNAK KAMBING DI GAMPONG TAMPANG


KECAMATAN SAMADUA
KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat-syarat
Guna memperoleh Gelar sarjana Sosiologi (S.Sos)
Di Universitas Teuku Umar

OLEH:

RIKA SANDEVA
NIM: 1605905020018

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
2020
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan karena saat ini aparatur gampong sedang


melakukan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Ternak Kambing Gampong
Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran aparatur gampong untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat melalui usaha ternak kambing di Gampong Tampang dan faktor
penyebab kegagalan usaha ternak kambing di Gampong Tampang. Metode yang
digunakan adalah kualitatif secara deskriptif dengan penentuan informan
purposive sampling dan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Hasil penelitian menemukan bahwa peran aparatur gampong dalam
pemberdayaan sudah berjalan baik, hal ini dibuktikan dengan adanya penyuluhan,
fasilitasi dan survei secara langsung. Faktor penyebab kegagalan pemberdayaan
masyarakat melalui usaha ternak kambing yaitu: tidak tepat sasaran, kebijakan
dan ketersedian obat-obat.

Kata Kunci : Pemberdayaan, Partisipasi, Masyarakat


ABSTRACT

This research was conducted because the village apparatus is currently


conducting Community Empowerment Through the Gampong Goat Goat
Livestock Business in Samadua District, South Aceh Regency. The purpose of
this study was to determine the role of village officials to increase community
participation through goat livestock business in Tampang Village and the factors
causing failure of goat livestock business in Tampang Village. The method used is
descriptive qualitative by determining purposive sampling informants and data
collection techniques through observation, interviews and documentation.
The results found that the role of the village apparatus in empowerment
had been going well, this was evidenced by direct counseling, facilitation and
surveys. Factors causing the failure of community empowerment through goat
livestock business are: not on target, policies and availability of medicines.

Keywords: Empowerment, Participation, Society


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadiran Allah Swt atas semua nikmat dan


karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullulah Saw yang telah
membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini, beserta para keluarga, sahabat dan manusia
pilihan yang senantiasa istiqamah beristikhifar sampai yaumaul qiyamah.
Skripsi ini berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Ternak
Kambing di Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan”.
Skripsi ini selain sebagai karya ilmiah juga bertujuan untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademis untuk mnyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh
gelar sarjana pendidikan strata satu pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Teuku Umar, Meulaboh Aceh Barat.
Dalam kesempatan ini pula, penulis dengan kerendahan hati yang amat
dalam dan ketulusan hati yang ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih terutama kepada :
1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dengan penuh cinta penulis
persembahkan untuk Ayahanda Samsuir Dan Ibunda Murni tercinta, berkat usaha
doa, saran, kasih sayang, dukungan dan tanpa kenal lelah yang selalu berjuang
dalam setiap langkah serta usahanya yang akan siap sedih mendorong serta
berkorban langkah penulis didalam menyelesaikan studi pendidikan. Oleh karena
itu jasa kalian akan selalu didalam lubuk hati dan tidak akan pernah terlupakan
sampai kapan pun.
2. Bapak Dr. Afrizal Tjoetra, M.Si selaku pembimbing Utama (1) dan Bapak
Triyanto S.Sos., MA selaku pembimbing kedua (2) yang sudah membimbing
tanpa batas, serta yang memberikan saran pemahaman dan kesedian waktu
sehingga dapat meneyelesaikan dalam penulisan skripsi dengan baik serta
mendapatkan nilai yang memuaskan.
3. Bapak Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE., M.B.A selaku Rektor Universitas
Teuku Umar yang sudah mendidik dan mengajari dengan suka rela dan penuh
dengan kesabaran.
4. Bapak Basri, SH., MH selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Teuku Umar yang telah mengajari serta membimbing dengan
penuh rasa kesabaran dan kasih sayang. Selain itu penulis juga mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya karena sudah membantu dan mendorong
seluruh instansi Fakultas, khususnya Fakutas Ilmu sosial dan Ilmu Politik di 4
(empat) Program Studi yang sudah mendapatkan Akreditasi “B” dengan seikhlas-
ikhlasnya.
5. Bapak Nurkhalis, S.Sos.I., M. Sosio selaku ketua jurusan sosiologi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universita Teuku Umar yang sudah
membantu dan bekerja keras dengan penuh harapan ingin memberikan yang
terbaik agar mahasiswa yang ada di Program Studi Sosiologi dapat lulus dengan
nilai yang memuaskan, lulus tepat waktu, dan mendapat perolehan terbaik.
6. Segenap Dosen, staf jurusan, Tata Usaha serta Perpustakaan Universitas
Teuku Umar penulis ucapkan terima kasih atas ilmu, bimbingan, motivasi, arahan,
nasehat, selama menempuh pendidikan SI di Program Studi Sosiologi di
Universitas Teuku Umar yang tercinta.
7. Untuk saudaraku Abang Heri Suriadi dan Adik-Adikku Algian Sanjuari
dan Lara Mariani atas segala pengorbanan baik secara materi maupun tenaga,
motivasinya dan selalu memberikan semangat selama penulis menempuh
pendidikan di Universitas Teuku umar.
8. Teristimewa sahabat seperjuanganku saudari Wista yulanda , Siti sundari,
suriani, rosma wati, fitri wahyuni dan mena yuslia. Terimakasih atas semua
support dan menjadi sahabat terbaik selama kuliah di Universitas Teuku Umar
dan yang telah banyak membantu penulis selama penulis menempuh pendidikan
dan terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Asyatul Arza yang selalu
membantu penulis memberi saran dan masukan selama penulisan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kak sherly yang telah banyak
membantu penulis selama kuliah baik itu moril maupun materi .
9. Teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, terkhusus
Jurusan Sosiologi Angkatan 2016 yang telah menjadi teman seperjuangan selama
4 tahun dalam menuntut ilmu dibangku perguruan tinggi dan susah senang selalu
dalam tujuan yang sama dalam proses belajar mengajar dalam rangka menuntut
ilmu.

Semoga Allah SWT membalas amalan ibadahnya, dan dengan harapan


semoga Skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa Program Studi Ilmu
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar
Khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Alue Peunyareng, 03 Maret 2020


Penulis

RIKA SANDEVA
NIM :1605905020018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................6
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9


2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................................9
2.2 Pemberdayaan Masyarakat...............................................................................14
2.2.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat.......................................................15
2.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat........................................................18
2.2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat.......................................................20
2.4 Model Pemberdayaan Masyarakat...................................................................21
2.5 Teori Peran.......................................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................25


3.1 Metode Penelitian.............................................................................................25
3.2 Lokasi Penelitian..............................................................................................26
3.3 Sumber Data.....................................................................................................26
3.3.1 Data Primer...................................................................................................26
3.3.2 Data Sekunder...............................................................................................27
3.4 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................27
3.5 Teknik Penentuan Informan.............................................................................29
3.6 Instrumen Penelitian.........................................................................................29
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................30
3.8 Ujikredibilitas Data..........................................................................................31
3.9 Jadwal Penelitian..............................................................................................33

BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................34


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................................34
4.1.1 Sejarah Berdirinya Gampong........................................................................34
4.2.1 Kondisi Demokrafis Gampong.....................................................................35
4.2 Hasil Penelitian................................................................................................42
4.2.1 Peran Aparatur Gampong Untuk Meningkatkan Partisipasi masyarakat.39
4.2.2 Faktor penyebab kegagalan usaha ternak kambing..................................44
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................47
5.1 Peran aparatur Gampong untuk meningkatkan partisipasi masyarakat...........47
5.2 Faktor Penyebab kegagalan..............................................................................53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................57


6.1 Kesimpulan......................................................................................................57
6.2 Saran.................................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
DOKUMENTASI.....................................................................................................
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Tabel 4.1 Peta Gampong Tampang ................................................................34

2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Perdusun............................................................36

3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Tingkat Pendidikan............................................37

4. Tabel 4.4 Klasifikasi Penduduk Mata Pencaharian.........................................37

5. Tabel 4.5 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Sosial Budaya.........................37

6. Tabel 4.6 Klasifikasi Data Informan...............................................................38


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aceh terletak diujung barat dan utara Republik Indonesia antara 2 0-60

Lintang utara dan 95-98 bujur timur sehingga berada didalam iklim tropis. Luas

daerahnya 55.400 km2 dengan garis pantai 1110 km. Temperatur didaerah Aceh

berkisaran diantara 200-300 C. Aceh mengenal dua musim, musim barat dan

musim timur. Musim Barat Laut mengganas, angginnya kencang, orang sukar

melaut sedangkan musim timur lebih tenang lautnya dan pada musim ini orang

aceh banyak berlayar kemana-mana dan juga waktu orang pergi haji ke tanah suci

Thamrin[ CITATION Tha18 \n \t \l 1033 ].

Daerah Aceh yang kaya akan kebudayaan, sejarah telah membuktikan

semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil dimasa silam sampai Indonesia

memproklamirkan kemerdekaannya hingga dewasa ini Aceh tetap menjunjung

tinggi nilai-nilai Kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat Aceh. Aceh merupakan daerah pertama yang mempunyai

hubungan langsung dengan dunia luar, contohnya Cina, India,Persia, Arab yang

berdagang di Aceh masuk melalui Pelabuhan Peureulak, Samudra Pasai dan

Lamuri. Daerah Provinsi Aceh yang dihuni Oleh beberapa etnik dan masing-

masing etnik memiliki kekhasan tersendiri baik dibidang kebudayaan, suku,

bahasa dan makanan khas. Melihat beragamnya budaya, suku bangsa Indonesia.

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada

diprovinsi Aceh. Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 18 (delapan belas)


Kecamatan. Kabupaten aceh selatan selain dikenal dengan lokasi wisata yang

begitu exsotis, makanan khas dan beragam kebudayaan, suku, bahasa, ras dan

etnis.

Kabupaten Aceh Selatan merupakan daerah pesisir yang terletak diwilayah

pantai barat-selatan dengan posisi 020 23’ 24’’ LU dan 960 56’ 24” BT. Luas

Kabupaten Aceh Selatan mencapai 4.173,82 Km2 atau 417.382,50 Ha, dengan

batas wilayah sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Aceh Barat Daya dan

Kabupaten Gayo Lues, sebelah selatan berbatas dengan Kota Subulussalam dan

Kabupaten Aceh Singkil, sedangkan sebelah barat berbatas dengan Samudra

Hindia dan sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Aceh Tenggara. Secara

administrasi Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari delapan belas (18)

Kecamatan, 43 Pemukiman dan 260 gampong. Kondisi Topografi Kabupaten

Aceh Selatan sangat bervariasi, meliputi daratan rendah, bergelombang, berbukit,

hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal 25% sampai

>40%. Secara topologi , pengelompokan jenis tanah di Kabupaten Aceh Selatan

terdiri dari beberapa jenis tanah antara lain: aluvial, grumosol, regosol, podsolik

merah kuning, komplek renzin dan latosol. Bappeda Kabupaten Aceh Selatan,

(2018)

Pemberdayaan masyarakat (empowerment) adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang dalam keadaan

miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Pemberdayaan juga menyediakan sumberdaya, kesempatan,

pengetahuan dan keterampilan daam rangka meningkatkan kemampuan

masyarakat miskin untuk menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi


dalam kehidupan masyarakat. Tujuan dari pemberdayaan untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat menjadi berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau

kemampuan dan masyarakat menjadi mandiri dan terlepas dari kemiskinan

Zubaedi[ CITATION Zub13 \n \t \l 1033 ].

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (PROPEDAS) tahun 2000-2004 dan program

pembangunan daerah (BAPPEDA) dinyatakan bahwa tujuan pemberdayaan

masyarakat adalah meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan

lembaga dan organisasi masyarakat setempat, peningkatan keswadayaan

masyarakat luas guna membantu masyarakat untuk meningkatkan kehidupan

ekonomi, sosial dan politik[ CITATION Mun11 \t \l 1033 ].

Program-program pemberdayaan masyarakat ditujukan agar para

masyarakat khususnya kelompok masyarakat miskin dapat mengeluarkan diri dari

lilitan kemiskina. Pemberdayaan akan berhasil dengan baik apabila ditunjang

dengan ketersedianya sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang menjadi

potensi lokal. Sumber daya alam dan sumberdaya manusia menjadi potensi yang

sangat bermanfaat untuk menjadi modal sosial dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dibidang ekonomi . pengembangan potensi masyarakat sehingga

mendukung keberhasilan program pemberdayaan. Salah satu alternatif untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi adalah melalui usaha

hewan ternak. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat yang melaksanakan

program pemberdayaan usaha ternak. Usaha ini yang dilakukan dengan melihat

potensi gampong.
Model pemberdayaan masyarakat bergerak dibidang pertanian maupun

peternakan, seperti hal nya yang dilakukan oleh aparatur Gampong Tampang yang

memanfaatkan potensi masyarakat dibidang perternakan. Upaya pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh aparatur Gampong Tampang ialah berupa suatu

usaha ternak kambing yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahtreaan dan

kemandirian masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bisa meningkatkan perekonomian keluarga bisa

melalui kelompok atau individu. Melalui pemberdayaan masyarakat, bisa lebih

mandiri tidak hanya menjadi petani, dengan adanya pemberdayaan masyarakat

mampu meningkatkan taraf hidup dan perekonomian keluarga. Seperti yang

dilakukan oleh aparatur Gampong Tampang meningkatkan perekonomian

masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing.

Program ini bisa meningkatkan taraf hidup dan perekonomian keluarga

khususnya di Gampong Tampang.

Usaha ternak kambing ini dilakukan secara individual yaitu aparatur

Gampong membagikan dua ekor kambing untuk setiap penerima yang ada di

Gampong Tampang. Untuk pembelian kambing tersebut, aparatur gampong

memanfaatkan Dana Desa (DD) tahun anggaran 2018 dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing tersebut

dilakukan oleh aparatur Gampong Tampang yaitu dengan melihat potensi

masyarakat dan potensi yang ada di Gampong Tampang, sehingga pemilihan

pemberdayaan melalui usaha kambing tersebut dijadikan sebagai salah satu cara

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.


Pada dasarnya, pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing

di Gampong Tampang sebagai pilihan strategis, hanya saja faktor-faktor

penghambat dari masyarakat yang membuat upaya pemberdayaan tersebut tidak

berjalan lancar. Masyarakat sulit untuk diajak berpartisipasi dan kerja sama

dengan alasan mempertahankan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam

masyarakat.

Berdasarkan observasi awal, pemberdayaan masyarakat melalui usaha

ternak kambing di Gampong Tampang belum berhasil sesuai dengan harapan.

Program ini tidak berjalan sesuai yang di harapkan, setelah observasi awal

kegagalan disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Ada yang mengatakan

kambingnya hilang dan ada yang mengatakan kambingnya mati, padahal yang

didapat kambing itu tidak hilang dan tidak mati, melainkan kambing dijual oleh

masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha

Ternak Kambing di Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten

Aceh Selatan”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran aparatur gampong untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat melalui usaha ternak kambing di Gampong Tampang?

2. Apakah faktor penyebab kegagalan usaha ternak kambing di Gampong

Tampang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan

yang diberikan oleh Aparatur Gampong Tampang

2. Untuk mengetahui faktor penyebab kegagalan usaha ternak kambing di

Gampong Tampang

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat

praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta sumbangan

fikiran terhadap pengembangan disiplin ilmu sosial serta mengetahui lebih

dalam lagi tentang permasalahan sosial yang ada serta terjadi dalam

masyarakat.

b. Diharapkan pula dapat mempraktek banyak pengetahuan terutama tentang

ilmu sosial yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan

1.4.2 Manfaat Praktis


Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Bagi peneliti sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas akhir dalam

program strata satu (1) Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Teuku Umar.

b. Bagi program Studi Sosiologi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai salah satu dari sekian banyak referensi untuk

memahami deskripsi dan gambaran kehidupan masyarakat Aceh Selatan.

c. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan solusi dan

menjawab permasalahan yang ada didalam masyakat Aceh Selatan.

d. Bagi peneliti lain, dapat memberikan informasi atau gambaran dan

wawasan mengenai Pemberdayaan Masyarakat di Aceh Selatan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan rumusan jalan pikiran dalam pembahasan proposal

ini, penulis membagi sistematika pembahasan kedalam keenam bab, maka dimulai

dari:

BAB I Pendahuluan dalam bab ini berisi pendahuluan yang meliputi tentang

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian

dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai

pikakan dasar Untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan

teori-teori yang Relavan dengan hal yang diteliti sekaligus untuk

memperkuat penelitian yang dilaksanakan


BAB III Metodelogi penelitian dalam bab ini terdiri dari metode penelitian,

sumber data, teknik pengumpalan data, uji kredibilitas data, lokasi

penelitian dan jadwal penelitian.

BAB IV Hasil, pada bab ini akan membahas tentang bagaimana peran aparatur

gampong untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui usaha

ternak kambing di Gampong Tampang

BAB V Pembahasan, pada bab ini akan membahas apakah faktor penyebab

kegagalannya usaha ternak kambing di Gampong Tampang

BAB VI Kesimpulan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kajian yang sangat penting bagi

penulis, karena dengan mengkaji penelitian terdahulu, dapat memudahkan

penulis melakukan penelitian. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang

relevan :

Pendapat yang dilakukan oleh [ CITATION Agu181 \t \l 1033 ] kajian tentang

“Pemberdayaan Masyarakat Oleh Aparatur Gampong Melalui Usaha Ternak

Bebek di Gampong Kampong Teungoh Kabupaten Nagan Raya” merupakan

mahasiswa Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Tujuan penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui upaya pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh Aparatur Gampong di kampong teungoh dan peneliti melihat

kesejahteraan masyarakat setelah dilakukan pemberdayaan melalui usaha ternak

bebek digampong kampong teungoh. Dari hasil penelitian upaya pemberdayaan

yang dilakukan oleh aparatur gampong dilakukan dengan pendampingan dalam 3

bentuk yaitu:

1. Penjelasan tentang tujuan dilakukan pemberdayaan

2. Dorongan dari masyarakat dan

3. Kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat setelah dilakukan pemberdayaan melalui usaha

ternak bebek di kampong teungoh, dilihat dari ekonomi usaha ternak bebek

tersebut sudah membantu perekonomian roda masyarakat kampong teungoh.


19

Sementara itu kajian kedua oleh [ CITATION Riz18 \t \l 1033 ]

“Pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal melalui pengolahan limbah

cangkang kerang di PKMB Kridatama di Desa Sendang SiKucing Kecamatan

Rowosari Kabupaten Kendal” yaitu melalui pembentukan perilaku sadar dan

peduli, pemberian keterampilan dan wirausaha.

Ada pun pelatihan pemberdayaan masyarakat menghasilkan kerajinan

seperti 1. bros 2. Boneka 3. Vas Bunga 4. Vigura. Dalam pelaksanaanya terdapat

pendampingan dari PKBM untuk menjual kerajinan yang dihasilkan yaitu dijual

dipantai cahaya. Diantara keempat pelatihan pemberdayaan yang dihasilkan pada

pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal jenis pelatihan yang paling

prospek yaitu Bros dan Vigura.

Hasil dari pemberdayaan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu hasil secara

fisik dilihat dari segi lingkungan yang mana pembentukan perilaku sadar dan

peduli sehingga perilaku membuang limbah cangkang kerang tidak sembarangan

kini berubah menjadi masyarakat yang sadar akan potensi yang dimiliki jika

mampu mengolahnya dengan baik dan peduli terhadap lingkungannya sehingga

lingkungannya kini menjadi bersih. Sehinga secara non fisik nya dilihat dari segi

ekonomi dan sosial, segi ekonomi sendiri, bertambahnya penghasilan bagi isteri

nelayan karena pemberdayaan tersebut memberikan usaha baru bagi isteri

nelayan. Dan dari segi sosialnya bertambahnya pengetahuan dan keterampilan

untuk istri nelayan dalam pengolahan limbah cangkang kerang.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh [ CITATION Sya19 \t \l 1033 ]

“Evaluasi Pelaksanaan Program Budidaya Ikan lele Kelompok Perempuan di

Gampong Rukon Damee Kecamatan Babahrot Kabupaten Aceh Barat Daya”


20

merupakan mahasiswi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Tujuan

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui model pemberdayaan yang dilakukan

oleh Aparatur Gampong menghasilkan :

1. sosialisasi, yaitu pemahaman cara budidaya ikan lele, mengajak

masyarakat untuk bekerja sama dan pelatihan masyarakat buat pakan

alami;

2. pedampingan, yaitu persiapan lahan (kolam), pembagian bibit, pelepasan

bibit, pemberian pakan, perawatan, pemanenan, dan penjualan;

3. melakukan evaluasi kegiatan program pemberdayaan dengan tujuan untuk

melihat gambaran hasil program pemberdayaan yang dilakukan oleh aparatur

gampong dalam usaha budidaya ikan lele. Gambaran evaluasi hasil pelaksanaan

program budidaya ikan lele di Gampong rukoen damee dinyatakan gagal yang

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) mengajak masyarakat kerja sama; (2)

pelatihan masyarakat buat pakan alami; (3) lahan yang tidak representatif, (4)

bibit yang tidak unggul; (5) metode pelepasan bibit; (6) pemberian pakan; (7)

perawatan dan (8) hasil panen, akibat dari itu maka hasil panen berkurang.

Penelitian selajutnya oleh [ CITATION Sur17 \t \l 1033 ] kajian tentang “

Peranan Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong Kabupaten Nagan

Raya Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Di Kecamatan

Seunagan Timur” merupakan mahasiswi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh

Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Gampong Kabupaten Nagan Raya selaku institusi pemerintah daerah

yang fungsi dan perannya adalah memberdayakan ekonomi masyarakat miskin.


21

Dan penelitian selanjutnya dilakukan oleh [ CITATION Yur18 \l 1057 ] kajian

tentang “ Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga Harapan (PKH)

di Gampong Ujong Beusa Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh

Barat” merupakan mahasiswi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang program

keluarga harapan dampak program keluarga harapan di Gampong Ujong Beusa

Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil penelitian-penelitian yang terdahulu terdapat kesamaan pada

penelitian yang sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang pemberdayaan

masyarakat. Sedangkan pembedanya dengan penelitian yang saya lakukan lebih

mengarah pada pemberdayaan masyarakat melalui ternak kambing di Gampong

Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Sehingga permasalahan

ini masih layak untuk diteliti, karena sejauh penulis belum menemukan hasil

penelitian tentang pemberdayaan melalui usaha ternak kambing. Dalam penelitian

ini akan membahas model pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak

kambing oleh Aparatur Gampong Tampang dan tingkat keberhasilan

pemberdayaan masyarakat melalui program usaha ternak kambing oleh aparatur

Gampong Tampang.
22

Tabel 2.1
Persamaan dan perbedaaan peneliti dengan penelitian terdahulu

No Penelitian Persamaan Perbedan


terdahulu
1 Agus Muhajir Penelitiannya Pemberdayaan Masyarakat Oleh
(2018) tentang Aparatur Gampong di Kampung
pemberdayaan Teungoh Kabupaten Nagan
masyarakat Raya
2 Syafriati (2019) Penelitiannya Evaluasi Pelaksanaan Program
tentang Budidaya Ikan Lele Oleh
pemberdayaan Kelompok Perempuan di
perempuan Gampong Rukoen Damee
Kecamatan Babahrot Kabupaten
Aceh Barat daya
3 Rizqi Choironi Meneliti tentang Pemberdayaan masyarakat
(2018) Pemberdayaan berbasis Potensi Lokal melalui
Masyarakat Pengolahan Limbah Cangkang
kerang dipkbm kridatama Desa
Sendang Sikucing Kecamatan
Rowosari Kabupaten Kendal
4 Suriani (2017) Meneliti tentang Peranan Kantor Dinas
Peran Dinas pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Gampong Kabupaten Nagan
Masyarakat Raya dalam Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Miskin di
Kecamatan Seunagan Timur
5 Yurnalia ( 2018) Meneliti tentang Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan melalui program keluarga
Masyarakat harapan (PKH) di Gampong
Ujong Beusa Kecamatan
Arongan Lambalek Kabupaten
Aceh Barat
6 Peneliti Sama-sama Pemberdayaan masyarakat
meneliti tentang melalui usaha ternak di
Pemberdayaan Gampong Tampang Kecamatan
Masyarakat Samadua Kabupaten aceh
Selatan
23

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat golongan masyarakat yang sedang kondisi miskin, sehingga mereka

dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan [ CITATION

Zub131 \t \l 1057 ].

Pemberdayaan masyarakat adalah usaha untuk memampukan,

memandirikan dan memberdaya masyarakat didalam kondisi yang tidak mampu

untuk melepaskan diri dari garis kemiskinan. Upaya pemberdayaan masyarakat

pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik sasaran sebagai suatu

komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang dan budaya tertentu. Dalam

kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimulai dengan

bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat untuk berkembang.

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang

berarti kekuatan atau kemampuan. Berdasarkan pengertian maka, pemberdayaan

dapat dikatakan sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses untuk

memperoleh daya, kekuatan, kemampuan, memberikan daya, kemampuan dari

pihak yang kurang atau belum berdaya. Pada hakikatnya pemberdayaan

merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat untuk berkembang (enabling). Konsep pemberdayaan, sebenarnya

terkandung unsur partisipasi yaitu bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses

pembangunan dan hak untuk menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan


24

mementingkan adanya pengakuan subyek akan kemampuan atau daya (power)

yang dimiliki obyek.

Pemberdayaan bearti pemberian kemampuan dari suatu individu atau

kelompok yang sudah berdaya kepada individu atau masyarakat agar menjadi

berdaya. Menurut Karl Marx pemberdayaan dipandang sebagai suatu proses

kesadaran dan pembentukan kapasitas (capacity building) terhadap partisipasi

yang lebih besar, kekuatan, pengawasan, pembuatan keputusan yang lebih besar

dan tindakan transpormasi agar menghasilkan persaman derajat yang lebih besar

antara perempuan dengan laki-laki.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membangun kemampuan

(capacity building) masyarakat dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM)

yang ada melalui pengembangan kelembagaan, sarana dan prasarana serta

pengembangan tiga- p( pendampingan, penyuluhan dan pelayanan) [ CITATION

Zub131 \t \l 1057 ].

Pemberdayaan yang dilakukan terhadap masyarakat merupakan bagian

dari upaya menciptakan kemandirian masyarakat agar secara sosial masyarakat

lebih sejahtera. Dengan adanya pemberdayaan maka akan tercipta keadilan sosial

yang merata yang dalam hal ini masyarakat merasa terpenuhi hak-hak sosialnya

oleh pemerintah .

2.2.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Menurut [ CITATION Mub06 \t \l 1033 ] Orang miskin harus diberdayakan,

dibangunkan dari ketidakberdayaan, dan kata kunci bagi mereka adalah

keberdayaan, keswadayaan dan kemandirian. Kemandirian tersebut bukan hanya


25

dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, akan tetapi dapat tumbuh dan

berkembang dengan kemampuan atau kekuatan sendiri. Memberdayakan

masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat masyarakat dalam

kondisi tidak mampu agar dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan

keterbelakangan [ CITATION Gun06 \t \l 1033 ].

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris yaitu empowerment.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada

manusia dengan mengedepankan asas partisipasi. Pemberdayaan masyarakat

mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan

akses atas sumber daya yang penting. Masyarakat miskin dianggap berdaya

apabila mampu meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonominya melalui

peningkatan kualitas sumber daya usaha (SDM), peningkatan kemampuan

permodalan, dan pengembangan usaha. Sedangkan partisipasi merupakan proses

aktif dimana masyarakat miskin relatif lebih diuntungkan oleh keberlangsungan

proyek pembangunan [ CITATION Tri171 \t \l 1033 ].

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat adalah bahwa

masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi

menjadi subyek dari pembangunan. Berdasarkan konsep tersebut dikembangkan

berbagai pendekatan:

1. Upaya pemberdayaan masyarakat harus terarah. Program yang dijalankan

harus langsung mengikutsertakan masyarakat yang menjadi sasaran, sehingga

bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

masyarakat.
26

2. Menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri masyarakat

yang kurang berdaya sulit untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Selain

itu, pendekatan kelompok juga lebih efisien dilihat dari sumber penggunaan

sumberdaya.

3. Adanya pendampingan, karena penduduk miskin umumnya mempunyai

keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan

pendampingan untuk membimbing dalam upaya memperbaiki kesejahteraan.

Pendampingan dalam konsep pemberdayaan berfungsi membantu mencari solusi

pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Konsep pemberdayaan masyarakat dapat diterapkan pada tingkat individu

maupun kelompok, dan juga dapat dikaitkan dengan ekonomi, sosial, dan politik.

Istilah tersebut dapat digunakan untuk mencirikan berbagai hubungan di dalam

rumah tangga atau antara kelompok miskin dan aktor-aktor lainnya di tingkat

global. Pemberdayaan menunjukkan pada kemampuan seseorang khususnya

kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka mewakili kekuatan atau

kemampuan dalam beberapa hal.

1. Memenuhi kebutuhan dasar

2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatan serta memperoleh barang-barang dan jasa yang

mereka perlukan.

3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

memengaruhi mereka. Parson menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya

dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada proses pemberdayaan yang


27

dilakukan satu lawan satu. Strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara

individual, meskipun pada gilirannya strategi ini tetap berkaitan dengan kolektif

[ CITATION Nan11 \t \l 1057 ].

2.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dalam dari pemberdayaan masyarakat adalah

untuk meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok masyarakat dari kelompok

yang kurang mampu [ CITATION Ado17 \t \l 1057 ].

Berikut tujuan pemberdayaan menurut Tjokowinoto dalam Christie S yang

dirumuskan dalam 3 (tiga) bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya ;

“Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup segala

aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan kelompok masyarakat dari

dominasi kekuasan yang meliputi bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.

1. Konsep pemberdayaan dibidang ekonomi adalah usaha menjadikan ekonomi

yang kuat, besar, mandiri, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar

yang besar dimana terdapat proses penguatan golongan ekonomi lemah.

2. Sedang pemberdayaan dibidang politik merupakan upaya penguatan rakyat

kecil dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan

berbangsa dan bernegara khususnya atau kehidupan mereka sendiri.

3. Konsep pemberdayaan masyarakat di bidang sosial budaya merupakan upaya

penguatan rakyat kecil melalui peningkatan, penguatan, dan penegakan nilai-

nilai, gagasan, dan norma-norma, serta mendorong terwujudnya organisasi

sosial yang mampu memberi kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik

dan ekonomi yang jauh dari moralitas”.


28

Dari paparan tersebut dapat kita simpulkan bahwa tujuan pemberdayaan

adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan,

keterbelakangan, kesenjangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat

dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak.

Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan,

dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang

rendah, sumberdaya manusia yang lemah, kesempatan pengambilan keputusan

yang terbatas. Kemudian ketidakberdayaan adalah melemahnya kapital sosial

yang ada di masyarakat (gotong royong, kepedulian, musyawarah, dan

keswadayaan) yang pada gilirannya dapat mendorong pergeseran perilaku

masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan

kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama.

Pemberdayaan masyarakat terdiri dari empat prinsip yaitu :

1. Pemberdayaan masyarakat menolak pandangan yang tidak memihak pada

sebuah kepentingan (disinterest)

2. Mengubah dan terlibat dalam konflik, pemberdayaan masyarakat bertujuan

untuk mengubah struktur yang diskriminatif, memaksa, dan menindas di

masyarakat.

3. Membebaskan, membuka masyarakat dan menciptakan demokrasi

partisipatori.

4. Dalam pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan mengakses terhadap

program-program pelayanan kemasyarakatan.

Menurut Jim Ife, pemberdayaan masyarakat mempunyai 22 prinsip. Antara

satu prinsip sama prinsip yang lainnya saling berkaitan dan saling melengkapi.
29

2.2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki

tujuan yang jelas dan harus dicapai. Oleh sebab itu, setiap pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi

keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan [ CITATION Mar17 \t \l

1033 ].

Strategi pemberdayaan masyarakat, pada dasarnya mempunyai tiga arah

yaitu:

1. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat

2. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan

pembangunan yang mengembangkan peran serta masyarakat

3. Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial ekonomi

(termasuk di dalamnya kesehatan), budaya dan politik yang bersumber

pada berpartisipasi.

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan

strategi sebagai berikut :

1. Menyusun instrumen pengumpulan data

2. Membangun pemahaman, komitmen untu mendorong kemandirian

individu, keluarga dan masyarakat.

3. Mempersiapkan sistem informasi, mengembangkan sistem analisis,

intervensi, monitoring dan evaluasi pemberdayaan individu, keluarga dan

masyarakat.
30

2.3 Model Pemberdayaan Masyarakat

Model pemberdayaan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga tingkat:

a. Mikro

Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui

bimbingan, konseling, stress management, serta crisis intervention. Tujuan

utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas

kehidupannya.

b. Meso

Meso, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Makro

Makro, pemberdayaan diarahkan pada sistem lingkungannya yang lebih

luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,

pengorganisasian masyarakat dan manajemen konflik merupakan beberapa

strategi dalam pendekatan. Program pemberdayaan masyarakat perlu

memerhatikan konsep pemberdayaan berbasis masyarakat (community based)

[ CITATION Nan11 \t \l 1033 ].


31

2.4 Teori Peran

Teori peran atau role theory adalah teori yang merupakan perpaduan dari

berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. “Istilah” peran diambil dari dunia

teater. Dalam teater, seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu

dan dalam posisinya sebagai tokoh itu diharapkan untuk berperilaku secara

tertentu [ CITATION Jan07 \t \l 1033 ].

Selain itu, peran atau role juga memiliki beberapa bagian, yaitu :

1. Anacted Role (peranan nyata) adalah suatu cara yang betul-betul dijalankan

seseorang dalam menjalankan suatu peranan.

2. Prescribed Role (peranan yang dianjurkan) adalah cara yang diharapkan

masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.

3. Role conflick (Konflik Peranan) adalah suatu kondisi yang dialami seseorang

menduduki suatu status atau lebih yang menuntut harapan dan tujuan peranan

yang saling bertentangan satu sama lain.

4. Role Distance ( Kesenjangan Peranan) adalah pelaksanaan peranan secara

emosional.

5. Role Failure (Kegagalan Peran) adalah kegagalan seseorang dalam

menjalankan peranan tertentu.

6. Role Model ( Model Peranan) adalah seseorang yang tingkah lakunya kita

contoh, tiru, diikuti.

7. Role Set ( Rangkaian atau lingkup peranan) adalah hubungan seseorang

dengan individu lainnya pada saat dia sedang menajalankan perannya.

8. Role Strain ( Ketegangan peranan) adalah kondisi yang timbul bila seseorang

mengalami kesulitan dalam memenuhi harapan atau tujuan peranan yang


32

dijalankan dikarenakan adanya ketidakserasian yang bertentangan satu sama

lain.

Peran menurut [ CITATION Soe12 \t \l 1033 ] yaitu merupakan aspek yang

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, maka ia akan menjalankan suatu peranan.

Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu

pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung

pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan

tanpa peranan. Sebagaimana dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua

arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola

pergaulan hidupnya.

Makna peran dapat dipahami melalui berbagai pendapat para ahli, antara

lain Miftah Thoha yang mengatakan bahwa konsep peran didefinisikan sebagai

satu rangkaian peralaku yang diharapkan oleh seseorang. Selanjutnya, Thoha

dalam [ CITATION Afr17 \t \l 1033 ] bahwa konsep peran diambil dari proses yang

terjadi pada panggung teater guna menjelaskan apa saja yang dapat dilakoni oleh

seorang artis [ CITATION Tjo19 \t \l 1033 ].

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Pentingnya

peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan

seseorang pada batas-batas tertentu yang dapat meramalkan perbuatan-perbuatan

orang lain. Suatu peran mencakup tiga (3) hal yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian


33

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang sangat penting

bagi struktur sosial masyarakat Soekanto & Sulistyowati [ CITATION Soe13

\n \t \l 1033 ].

Peran yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi

atau tempatnya dalam pergaulan bermasyarakat. Posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan

tempat individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak

menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam

masyarakat dan menjalankan suatu peran.

Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi

peran sendiri adalah sebagai berikut :

1. Memberi arah pada proses sosialisasi

2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan

3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat

4. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan

kehidupan masyarakat Narwoko & Suyanto [ CITATION Nar04 \n \t \l 1033 ].


BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian lapangan yang

dilakukan di Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif

secara deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang berusahakan mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi saat sekarang”. Penelitian

deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha

mendeskripsikan peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya yang menyajikan

dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku,

persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti [ CITATION Lex11 \t \l 1057 ].

Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif lebih

ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau

peristiwa khusus dari pada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar

dari sebuah populasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan penjelasan

tersirat mengenai struktur, tatanan, dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu

kelompok partisipan. Penelitian kualitatif juga disebut etno-metodologi atau

penelitian lapangan.

34
3.2 Lokasi Penelitian

Gambar 3.2
Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gampong Tampang Kecamatan Samadua

Kabupaten Aceh Selatan. Penulis memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian,

karena masyarakat di Gampong Tampang merupakan salah satu gampong yang

sedang melakukan suatu pemberdayaan masyarakat oleh aparatur gampong.

3.3 Sumber Data

3.3.1 Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data

primer adalah sekumpulan informasi yang diperoleh secara langsung oleh peneliti

dari lokasi penelitian melalui sumber responden atau informan, wawancara, hasil

pengamatan yang dilakukan. Setidaknya, ada empat tipe dasar data primer yang
36

harus kita kumpulkan dilapangan yaitu : pengukuran, pengamatan, Wawancara

dan Partisipasi [ CITATION Nan16 \t \l 1057 ].

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi,wawancara dan

pengamatan langsung terhadap pemangku kepentingan berkaitan dengan masalah

yang sedang diteliti dilokasi penelitian yaitu pada masyarakat Gampong Tampang

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari dokumen dan bahan-bahan

yang diperoleh dari literatur perpustak, koran, internet untuk menunjang penulisan

dan penelitian. Selain dari hasil observasi dan wawancara dengan pemberdayaan

kelompok masyarakat untuk meningkatkan kredibilitas penelitian yang didapatkan

dari hasil penelitian terdahulu baik jurnal, skripsi, tesis maupun internet yang

berhubungan dengan kebutuhan data mengenai pemberdayaan masyarakat

Dalam penelitian ini penulis menetapkan informan guna memperoleh data

mengenai pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing di Gampong

Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

3. 4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:


37

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang

dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat

(partisipatif) ataupun Nonpartisipatif. Untuk menyempurnakan aktifitas

pengamatan partisipan, peneliti harus megikuti kegiatan seharian yang dilakukan

informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yan terjadi, mendengarkan apa

yang dikatakan, mempertanyakan informasi yang menarik dan mempelajari

dokumen yang teliti sedangkan secara non partisipatif adalah peneliti hanya

memantau dan tidak mengikuti keseharian yang dilakukan oleh informan dalam

waktu tertentu. Disini peneliti melakukan observasi secara nonpartisipatif.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

wawancara ( interview ) adalah suatu kejadian atatu suatu proses interaksi antara

pewawancara dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui

komunikasi langsung. Dapat dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan

tatap muka ( face to face ) antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana

pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah

dirancang sebelumnya.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakandalam metodelogi penelitian sosial. Metode ini adalah salah satu

metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, dan sebagainya. Dalam hal ini data-data tersebut merupakan data
38

yang bersifat tulisan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan kondisi masyarakat seperti letak geografis, latar belakang

gampong.

3. 5 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan metode

Purposive Sampling, teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian

yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam

menentukan sampel penelitian. Berdasarkan pengetahuan yang jeli terhadap

populasi, yang dianggap “kunci”, diambil sebagai sampel penelitian

Bungin[ CITATION Bur12 \n \t \l 1033 ].

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah sepuluh

(10) orang yang terdiri dari :

Tabel 3.5
Data Penentuan Informan

No Uraian Informan Jumlah

1 Keuchik 1
2 Bendahara 1
3 Kepala urusan kesejahteraan rakyat ( kaur kesra) 1
4 Masyarakat Yang Menerima bantuan ternak 7
Total Jumlah informan 10

Data jumlah informan dalam penelitian ini dapat dibagi berdasarkan jenis

kelamin laki-laki 9 (sembilan) orang, sedangkan perempuan sebanyak 1 (satu)

orang. Dengan demikian jumlah total informan yang terpilih sebanyak 10 orang

yang terdiri dari Aparatur Gampong dan Masyarakat Gampong Tampang.

3. 6 Instrumen Penelitian
39

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

merupakan peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga

harus divalidasi seberapa jauh seorang peneliti kualitatif siap melakukan

penelitian yang langsung terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai

instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki obyek penelitian , baik secara akademik maupun logistiknya.

Selain itu yang melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif , penguasaan

teori terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analilis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

atas temuannya serta melakukan dokumentasi. Jadi dengan demikian peneliti

merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif [ CITATION Sug08 \t \l

1033 ].

3.7 Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses memilih dan merangkum hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, reduksi data merujuk pada proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

informasi data “kasar” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis

[ CITATION Sug08 \t \l 1033 ].

2. Data Displai
40

Data displai atau penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informan

disusun, sehingga memberikan kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks

naratif berbentuk catatan lapangan, matrisk, grafik, jaringan dan bagan [ CITATION

Rij18 \t \l 1033 ].

3. Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

Adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahab awal didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan kesimpulan yang

kredibel [ CITATION Afr16 \t \l 1057 ].

3.8 Uji Kredibilitas Data

Menurut Sugiyono uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data

hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, Triangulasi dan member check.

digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam

mengenai subjek penelitian.

1. Triangulasi

Triangulasi dimaksud untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak

secara terpisah namun dengan karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di

Cross Chek antara jawaban yang satu dengan yang lain. Triangulasi dalam

penelitian ini dilakukan terhadap informan yang mengetahui permasalahan ini.


41

Dari hasil jawaban dari beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan

perbedaannya, sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman

psikologis obesitas dari orang yang satu dengan orang yang lain.

Tringulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang bereda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak. Tringulasi sumber berarti, untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

2. Member Check

Member Check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara

mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan

data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.

Berikutnya [ CITATION Lex11 \t \l 1057 ] mengatakan bahwa pengecekan

dilakukan dengan jalan:

a. Penilaian dilakukan oleh informan;

b. Mengkoreksi kekeliruan;

c. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela;

d. Memasukan informan dalam lingkup penelitian, menciptakan kesempatan

untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data.

e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan

Pengujian Kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari

temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukan ketika partisipan

mengungkapkan bahwa transkip penelitian memang benar-benar sebagai


42

pengalaman dirinnya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang

telah ditranskipkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.

3.9 Jadwal Penelitian

Rencana penelitian mengenai Pemberdayaan Masyarakat melalui usaha

Ternak Kambing di Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh

Selatan akan di mulai dari bulan januari 2020 sampai dengan bulan juni 2020,

dengan perincian dalam table berikut ini:

Tabel 3.9
Jadwal pelaksanaan penelitian

Bulan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian


No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Pengusulan Judul
2 PembuatanProposal

3 Seminar Proposal

Penelitian dan
Pembuatan Laporan
4

5 Seminar Hasil
Sidang
6
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian ini dimaksud untuk mengetahui kondisi

tempat atau lingkungan wilayah penelitian yang penelis lakukan. Adapun

pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Gampong Tampang Kecamatan Samadua

Kabupaten Aceh Selatan.

4.1 Peta Gampong Tampang

Sumber :RPJMG Gampong Tampang, 2019

4.1.1 Sejarah Berdirinya Gampong

Sejak dahulu masyarakat gampong hanya mendengar cerita sejarah

gampong Tampang dari para orang tua gampong secara turun-temurun. Konon

ceritanya jauh sebelum Indonesia merdeka gampong ini sudah punya status

Gampong, Tokoh masyarakat dengan warga bersama-sama membentuk sebuah


44

gampong karena telah memenuhi persyaratan untuk menjadi sebuah gampong atau

desa dengan wilayah yang memenuhi syarat dan berpenduduk cukup. Lalu para

tokoh masyarakat memilih dan membentuk struktur perangkat gampong, dan

mengajukan permohonan kepada pemerintah dengan harapan daerah yang mereka

huni atau tinggal akan menjadi sebuah gampong, dan akhirnya pemerintah

mengabulkan permohonan yang mereka ajukan.

Pada jaman penjajahan Belanda sewaktu gampong Tampang masih

merupakan pusat dari pemerintahan Ulee Balang Samadua. Konon ceritanya

kenapa gampong ini diberi nama dengan Gampong Tampang, karena ketika itu di

tengah-tengah gampong ditumbuhi dengan pohon –pohon besar dan banyak

buahnya yang kemudian buah tersebut menghasilkan bibit (dalam bahasa Jame

bibit dinamakan Tampang). Apabila masyarakat gampong lain yang ada dalam

wilayah Ulee Balang Samadua ingin menanam pohon, mereka akan datang ke

Gampong Tampang untuk mengambil bibit tanaman untuk ditanami di gampong

masing-masing. Bibit-bibit tanaman tersebut antara lain bibit mangga, durian,

jeruk, rambutan, langsat dll. Makanya masyarakat Samadua ketika itu membuat

nama gampong penghasil bibit-bibit tanaman tersebut dengan nama Gampong

Tampang.

4.1.2 Kondisi Demografi Gampong

1. Batas Wilayah Gampong


Adapun batas-batas wilayah Gampong Tampang adalah sebagai

Berikut :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Gampong Ujung Kampung

b. Sebelah Timur berbatas dengan Gampong Luar


45

c. Sebelah Barat berbatas dengan Gampong Jilatang

d. Sebelah Selatan berbatas dengan Samudera India

2. Demografis

Secara keseluruhan, jumlah penduduk Gampong Tampang Kecamatan

Samadua Kabupaten Aceh Selatan pada akhir bulan Desember 2019 berjumlah

332 jiwa yang diri dari laki-laki sebanyak 155 jiwa dan perempuan sebanyak 177

jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 88 KK. Jumlah penduduk

dan kepala keluarga (KK) di Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten

Aceh Selatan seperti pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 berikut.

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Per Dusun Tahun 2019
No Jumlah Jenis Kelamin Jumlah
Dusun
. KK Laki-Laki Perempuan (Jiwa)
1. DusunTanjung 24 41 50 91
2. Dusun Ikhlas 30 54 58 112
3. Dusun Pasar 34 58 71 129
Jumlah 332
Sumber : RPJMG Gampong Tampang, 2019

Penduduk menjadi modal dasar pembangunan sekaligus sebagai pelaku

dan penerima manfaat dari sebuah pembangunan. Agar dapat menjadi dasar

pembangunan, maka jumlah penduduk harus disertai kualitas sumber daya

manusia yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi

yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan khususnya

pembangunan Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Penduduk Gampong Tampang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh

Selatan bekerja pada sektor pertanian, Pengemudi, Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dan Pensiunan, jasa bangunan, serta perdagangan dan lain sebagainya. Jumlah

penduduk berdasarkan mata pencaharian seperti pada Tabel 8 berikut.


46

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah


Tidak taman SD 15 20 36
Tamat SD 32 29 64
Tamat SLTP 40 22 62
Tamat SLTA 58 26 84
Tamat Akademi/ PT 25 36 61
Dan lain-lainya 10 16 26
Jumlah 332
Sumber : RPJMG Gampong Tampang, 2019

Tabel 4.4
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

N Tahun
Mata Pencaharian
o.
2019 %
1 Pertanian,wiraswasta dll 87 26.67
2 PNS dan Pensiunan 28 6.99
3 Jasa Bangunan, Jasa Pengemudi 64 16.67
4 Perdagangan 32 9.67
5 Pelajar/mahasiswa 121 40
 Jumlah 332 100
Sumber : RPJMG Gampong Tampang, 2019

Tabel 4.5
Jumlah Kelompok Berdasarkan Sosial Budaya

No. Uraian Jumlah Satuan


1. Tarian Kesenian 1 Kelompok
2. Gotong Royong/Meuseuraya 2 Kelompok
3. Kenduri Blang/Kenduri Sawah 1 Kali/Tahun
4. Kenduri Bunga Kayu - Kali/Tahun
5. Kenduri Apam 1 Kali/Tahun
6. Kelompok Berburu Hama/Babi - -
7. Kelompok Tani 1 Kelompok
8. Keujrun Blang 1 Kelompok
9. Organisasi Pemuda dan Pemudi 2 Kelompok
10. Tadarus, Berjanzi 2 Kelompok
11. Wirid Yasin 2 Kelompok
12. Dasawisma 7 Kelompok
13. Karang Taruna 1 Kelompok
14. Kelompok PKK 1 Kelompok
47

Sumber : RPJMG Gampong Tampang, 2019

4.1.3 Profil Informan

Tabel 4.6
Klasifikasi Data Profil Informan

NO NAMA PEKERJAAN JABATAN


1 Drs. Masrul Dosen Keuchik
2 Ryan Hidayat Wiraswasta Bendahara
3 Fauziah Wiraswasta Kepala Urusan Kesejahteraan
Rakyat
( Kaur Kesra)
4 Said Sar Petani Kadus Dusun Pasar
5 Herman Wiraswasta Warga masyarakat
6 Umar Bakhri Wiraswasta Warga masyarakat
7 Afrizal Wiraswasta Kadus Tanjung
8 Andi Wiraswasta Warga masyarakat
9 Ryan Wiraswasta Warga masyarakat
10 Fauzi Wiraswasta Warga masyarakat
Sumber : penelitian, 2020

4.2 Hasil Penelitian

Deskripsi data penelitian ini merupakan penjelasan mengenai hasil

penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis

data yang relevan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

penelitian kualitatif secara deskriptif yang menghasilkan data-data yang relevan.

Penelitian ini berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Ternak

Kambing” dan menggunakan teknik penentuan informan yaitu purposive

sampling dimana informannya sudah ditentukan yang berjumlah 10 (sepuluh)

orang.

4.2.1 Peran Aparatur Gampong Untuk Meningkatkan partisipasi


Masyarakat Gampong Tampang
48

Dalam mewujudkan keberlangsungan pemberdayaan masyarakat, tentunya

memerlukan peran aparatur gampong untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

agar pemberdayaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, aparatur gampong tampang telah mengupayakan dan

meminimalisir masyarakat miskin melalui pemberdayaan ternak kambing di

Gampong Tampang.

Berdasarkan hasil wawancara penelitian yang telah peneliti lakukan

terhadap informan penelitian di Gampong Tampang. Berikut ini ada beberapa

hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan informan Gampong

Tampang. Seperti yang disampaikan oleh Drs. Masrul merupakan Keuchik

Gampong Tampang , tentang pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat

melalui usaha ternak kambing di Gampong Tampang yang menyatakan bahwa :

“ Dalam menjalankan pemberdayaan masyarakat di Gampong Tampang,


terlebih dahulu kami melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada
masyarakat, pendampingan dan penyuluhan tersebut bertujuan untuk
mengajak atau mengikutsertakan masyarakat agar masyarakat ikut
berpartisipasi dalam menjalankan pemberdayaan masyarakat melalui
usaha ternak kambing di Gampong Tampang.” (Wawancara dilakukan
pada hari Sabtu, 08 Februari 2020 pukul 11:05 Am).

Dari hasil wawancara bersama bapak Keuchik diatas dapat disimpulkan

bahwa sebelum melakukan pemberdayaan, aparatur terutama Keuchik dan

perangkat-perangkat desa mengadakan rapat yang mana tujuannya mengajak agar

masyarakat mau berpartisipasi dalam pemberdayaan yang akan dilakukan. Dalam

proses pemberdayaan yang dilakukan di Gampong Tampang, aparatur gampong

juga memberikan pendampingan dan penyuluhan kepada masyarakat, tetapi

pendampingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh aparatur gampong hanya

berskala gampong.
49

Hasil wawancara bersam saudara Riyan Hidayat yang selaku bendahara

gampong :

“Dalam pemberdayaan yang dilakukan di Gampong Tampang, gampong


menyediakan dana untuk pemberdayaan masyarakat sebanyak
Rp.50.000.000. Dana itu digunakan untuk pembuatan kandang
Rp.30.000.000 dan didalam nya juga untuk ongkos orang kerja, lalu
yang Rp.20.000.000 sisanya dana itulah yang dibelikan kambing”.
(Wawancara dilakukan pada hari minggu, 09 Februari 2020 pukul 1: 10
Pm)

Dari hasil wawancara bersama bendahara gampong diatas dapat

disimpulkan bahwa jumlah dana yang digunakan dalam pemberdayaan

masyarakat sebanyak Rp.50.000.000 yang dimana dana tersebut digunakan untuk

pembuatan kandang, pembayaran ongkos orang kerja dan pembelian kambing

yang kemudian dibagikan kepada masyarakat.

Wawancara bersama ibu Fauziah selaku kaur Kesra di Gampong

Tampang, beliau mengatakan:

“Menurut saya selaku aparatur gampong kami sudah berupaya melakukan


yang terbaik terhadap masyarakat di Gampong Tampang, agar masyarakat
bisa mandiri dan berdaya, bebas dari keterbelakangan dan kemiskinan.
Yang saya lihat di Gampong Tampang ini memiliki potensi cukup bagus
untuk megembangkan usaha ternak kambing”( Wawancara dilakukan pada
senin, 10 Februari 2020 pukul 09: 50 Am).

Dari hasil wawancara diatas dapat kita simpulkan bahwa menurut ibu

Fauziah kinerja yang dilakukan oleh aparatur sudah lumayan baik. Karena

menurut beliau aparatur gampong sudah berusaha agar masyarakatnya keluar dari

zona keterbelakangan atau kemiskinan, lalu menurut ibu Fauziah di Gampong

Tampang ini cocok untuk dilaksanakannya usaha ternak kambing, sehingga

gampong memilih kambing sebagai alat untuk pemberdayaan masyarakat.


50

Hal ini diungkapkan oleh salah satu masyarakat Gampong Tampang

Bapak Ryan sebagai masyarakat yang menerima kambing yang mengatakan

bahwa :

“ Menurut saya aparatur gampong sudah menjalankan peranya dengan


baik, hanya saja masyarakat kurang antusias terhadap program
pemberdayaan. Sebenarnya dengan adanya pemberdayaan masyarakat
yang ekonominya rendah bisa sedikit meringankan perekonomian
masyarakat. Dan saya sendiri telah merasakan kemandirian dan merasakan
telah di berdayakan oleh pihak aparatur gampong. Namun sedikit yang
kurang dari aparatur Gampong Tampang ini kendalanya, tidak
menyediakan obat-obatan sehingga kambing terkena penyakit”
( Wawancara dilakukan pada senin, 10 Februari 2020 pukul 02: 50 am).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa menurut saudara

Ryan aparatur sudah menjalankan perannya dengan baik. Tetapi masyarakat yang

kurang antusias dalam proses pemberdayaan inilah yang mengalami kegagalan.

Menurut saudara ryan jika aparatur menyedia kan Fasilitas dengan lengkap seperti

obat-obat untuk kambing, mungkin angka keberhasilan dalam pemberdayaan ini

akan lebih tinggi.

Senada dengan yang diuangkapkan oleh Bapak Said Sar selaku

masyarakat yang menerima kambing

“Menurut saya, belum bisa dikatakan mampu meningkatkan perekonomian


masyarakat, karena orang yang diberikan kambing tersebut bukan orang
yang betul-betul mampu untuk menjaga, merawat dan memelihara
kambing tersebut sebagian sudah tepat sasaran dan sudah ada yang
berkembang dari kambing yang dikasih satu orang 1 sudah menjadi tiga
ekor, akan tetapi ada juga yang gagal, karena kambing tersebut mati.
Karena tidak ada obat yang diberikan oleh aparatur gampong”
(Wawancara dilakukan pada senin, 10 februari 2020 pukul 04:20 Pm)

Dari hasil wawancara diatas dapat kita simpulkan bahwa pemberdayaan di

Gampong Tampang tidak berhasil karena masyarakat yang mendapatkan kambing

tidak tepat sasaran atau orang yang betul-betul mampu dalam hal merawat

kambing, bisa kita lihat pada orang yang benar-benar mampu menjaga dan
51

merawat kambing yang dimana kambing yang diberikan oleh Gampong hanya

berjumlah satu ekor sekarang sudah menjadi tiga ekor. Jumlah kambing yang

bertambah tersebut karena orang yang memeliharanya memang orang yang tepat,

sementara orang yang tidak tepat kambingnya mati dan sebagian lagi kambingnya

hilang.

Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Herman selaku masyarakat yang

menerima kambing mengatakan bahwa :

“ Menurut saya, jika aparatur Gampong Tampang ingin memberdayakan


masyarakat melalui usaha ternak kambing seharusnya sudah menyiapkan
dana yang cukup. untuk biaya perawatan kambing seperti obat-obatan
sehingga kambing tersebut tidak mudah terkena penyakit. Agar
pemberdayaan bisa berkelanjutan untuk jangka panjang, sehingga
masyarakat bisa menikmati hasil ternak tersebut” (Wawancara dilakukan
pada selasa 11 Februari 2020 pukul 10:30 Pm).

Dari hasil wawancara diatas bahwa kegagalan yang terjadi dalam

pemberdayaan ini yaitu dana yang disediakan oleh gampong masih kurang, beliau

berharap dana tersebut cukup untuk membeli obat-obat untuk kambing, sehingga

pada saat kambing sakit masyarakat tidak langsung mengambil inisiatif untuk

menjualnya, melainkan memberi obat-obat yang telah disediakan, sehingga

tingkan keberhasilannya lebih tinggi.

Lalu peneliti juga menanyakan tentang kebijakan yang telah dibuat oleh

aparatur gampong. sebagai mana diungkapkan oleh saudara Fauzi

“Saya kurang setuju dengan kebijakan yang dibuat oleh aparatur


gampong, terutama tentang kandang kambing yang disediakan. yang
mana kebijakannya, kambing harus dipelihara dikandang yang disediakan
gampong dan tidak boleh dibawa pulang, jarak kandang yang disediakan
gampong jauh apalagi rumah, sehingga merasa kesulitan untuk melihat
kambingnya. Jika kebijakan itu tidak ada maka saya akan lebih mudah
untuk memelihara kambing dikandang sendiri dan saya bisa melihatnya
kapan saja.
(Wawancara dilakukan pada Rabu 11 Februari 2020 pukul 10 : 20)
52

Dari hasil wawancara diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan yang

dibuat oleh aparatur gampong yaitu kambing harus dipelihara dikandang yang

telah disediakan oleh gampong dan tidak boleh dibawa pulang kekandang masing-

masing. Ada beberapa masyarakat yang kurang setuju dengan kebijakan itu, salah

satunya saudara Fauzi, karena beliau merasa jarak rumah dengan jarak kandang

yang disediakan jauh, sehingga membuat beliau kesulitan untuk melihat

kambingnya setiap saat.

Pertanyaan yang sama juga dijawab oleh saudara Umar Bakhri

“Saya tidak keberatan dengan aturan yang dibuat oleh aparatur gampong,
bahkan saya sangat setuju dengan aturan tersebut, karena saya tidak
memiliki kandang sendiri, jadi dengan disediakannya kandang oleh
gampong maka saya lebih merasa semangat untuk memelihara kambing.
Jika tidak disediakan kandang mungkin saya perlu modal lagi untuk
membuat kandang. Jadi masalah aturan yang dibuat saya tidak ada
masalah, saya setuju-setuju saja”( Wawancara dilakukan pada hari rabu 12
Februari 2020 pukul 02: 30)

Jadi dari hasil wawancara bersama bapak Umar Bakhri dapat kita

simpulkan bahwa beliau setuju dengan kebijakan yang telah dibuat oleh aparatur

gampong, karena beliau tidak ada kandang sendiri untuk memelihara kambing

dirumah, jadi beliau sangat bersyukur karena dalam pemberdayaan ini aparatur

gampong menyediakan kandang, jadi beliau bisa ikut merasakan diberdayakan

karena jika tidak ada kandang yang disediakan maka beliau akan mengeluarkan

modal lagi untuk membuat kandang, jadi dengan adanya kandang yang disediakan

oleh aparatur gampong maka beliau lebih bersemangat lagi dalam pemberdayaan

ini.
53

4.3.2 Faktor penyebab kegagalan usaha ternak kambing di Gampong


Tampang

Pemberdayaan pada umumnya berupaya untuk menciptakan dan

meningkatkan kapasitas masyarakat baik secara kelompok maupun secara

individu dalam memecahkan berbagai poblema dan berbagai permasalahan yang

terkait dengan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan begitu juga dengan.

Sebagaimana yang diuangkapan oleh Bapak Afrizal selaku masyarakat

yang menerima kambing: “Penyebab kegagalan dalam pemberdayaan ini kami

hanya diberi satu ekor kambing, seharusnya desa memberikan sekurang-

kurangnya tiga ekor, jadi kalau satu ekor mati kami masih mempunyai harapan

untuk yang dua ekor lagi” (Wawancara dilakukan pada hari Kamis 13 Februari

2020 Pukul 10:30 Wib).

Dari hasil wawancara bersama bapak Afrizal dapat disimpulkan bahwa

kegagalan yang terjadi bukan karena masyarakatnya, melainkan desa yang

memberikan jumlah kambing yang sangat sedikit, dan apa bila kambing tersebut

mati maka harapan masyarakat akan keberhasilan sirna, tanpa ada harapan lain

lagi, seharusnya desa menyediakan kambing paling sedikit untuk satu orang tiga

ekor, jadi apa bila salah satu kambing mati maka harapan masyarakat masih ada

terhadap dua kambing yang masih hidup.

Berikutnya diungkapkan oleh Bapak umar bakhri selaku masyarakat yang

menerima kambing

“ Saya selaku masyarakat sudah merasa berdaya dan berhasil dalam


usaha ternak ini, sekarang saya sudah memiliki 3 ekor kambing yang dulu
nya 1 ekor sekarang menjadi 3 ekor. Hanya saja kambing tersebut tidak di
perbolehkan untuk dibawa pulang kerumah, jika bisa dibawa pulang maka
akan lebih memudahkan saya untuk merawatnya. Tetapi aturan yang sudah
dibuat aparatur Gampong, kambing harus dipelihara dikandang yang
sudah disediakan oleh Gampong.
54

( Wawancara dilakukan pada Kamis 13 Februari 2020 pukul 02: 50 Pm)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa saudara Umar

Bakhri telah merasa berhasil dengan pemberdayaan yang disediakan oleh

gampong, yang mana dulunya kambing hanya diberikan satu ekor sekarang sudah

berkembang biak menjadi tiga, tetapi saudara Umar Bakhri kurang setuju terhadap

kebijakan yang dibuat aparatur gampong yang mana kebijakan tersebut kambing

harus dipelihara dikandang yang telah disediakan oleh gampong. padahal bapak

Umar Bakhri menginginkan kambing tersebut dipelihara dikandang sendiri agar

memudahkan beliau merawat dan menjaganya.

Hal ini juga diungkapkan oleh Fauzi selaku masyarakat yang menerima

kambing yang menyatakan bahwa :

“Pemberdayaan ini belum bisa dikatakan berhasil, karena dari 15 orang


yang mendapatkan kambing ada 4 orang yang berhasil. Kegagalan
masyarakat itu dikarenakan kambing yang diberikan bukan untuk orang
yang tetap sasaran, sebenarnya aparatur telah menentukan siapa yang
berhak dan betul-betul mampu menjaga dan merawat kambing akan tetapi
ada sebagian masyarakat yang menolak pemberian kambing, karena
sebagian masyarakat hanya ingin yang instans tanpa memikirkan untuk
jangka panjang. Pada hal jika kambing-kambing tersebut tidak dijual atau
alasanya mati maka sebagian masyarakat Gampong Tampang sudah bisa
dikatakan mandiri” (Wawancara dilakukan hari Jumat 14 Februari 2020
pukul 09:20)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa bapak Fauzi dapat

kita simpulkan bahwa penyebab kegagalan pemberdayaan tersebut yaitu dimana

masyarakat yang mendapatkan kambing tidak sesuai dengan profesi aslinya

misalnya orang yang kerja dibengkel dikasih kambing, maka dia tidak akan bisa

merawat dan memelihara kambing karena itu bukan profesinya. Menurut saudara

Fauzi pemberdayaan ini akan berhasil apa bila masyarakat yang mendapat

kambing sesuai dengan profesinya. Dimana padahal Keuchik sudah memilih


55

masyarakat yang berhak menerima kambing, tetapi sebagian masyarakat menolak,

karena menurut mereka itu perlu waktu yang lama untuk mencapai

keberhasilannya, yang dimana mereka hanya mau yang instan saja, misalnya

langsung dikasih uang cash, tanpa memikirkan ekonomi dia diwaktu yang akan

datang.

Dalam hal ini juga diungkapkan oleh bapak Said Sar selaku masyarakat

yang menerima kambing (wawancara).

“Sebenarnya penyebab kegagalan pemberdayaan masyarakat melalui


usaha ternak kambing ini bukan disebabkan oleh kami (orang-orang yang
menerima kambing) melainkan aparatur, seharusnya aparatur itu
menanyakan terlebih dahulu kepada masyarakat pemberdayaan yang
seperti apa yang harus kita buat, aparatur tidak bisa menyamaratakan
semua masyarakat. Diberi kambing kepada 15 orang, tetapi sebagiannya
tidak mahir dalam hal memelihara kambing, makanya gagal. Seharusnya
disesuaikan dengan keahlian masyarakat seperti saya, saya seorang
peternak, jika diberi kambing maka kambing tersebut bisa saya pelihara,
jika petani dikasih kambing maka apa yang ditanam akan dimakan oleh
kambing, itukan tidak sesuai. Harusnya petani diberi bibit cabe bukan
kambing”. (Wawancara dilakukan pada hari Jumat 15 Februari 2020 pukul
20 :50)

Dari hasil wawancara bersama bapak Said Sar dapat disimpulkan bahwa

kegagalan dalam pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing ini

bukan dikarenakan oleh masyarakat yang menerima kambing, menurut beliau

kegagalan itu disebabkan oleh aparatur Gampong, karena aparatur Gampong

menyamaratakan semua masyarakat, menurut bapak Said Sar seharusnya

pemberdayaan masyarakat itu disesuaikan dengan keahlian msayarakatnya bukan

menyamaratakan masyarakat.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Peran Aparatur Gampong untuk Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat Melalui Usaha Ternak Kambing di Gampong Tampang

Adanya pemberdayaan memberikan banyak perubahan dalam masyarakat

sehingga, mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Untuk membangun kemampuan masyarakat, tentunya

dibutuhkan dorongan serta motivasi dari pihak-pihak tertentu, untuk

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk

mengembangkan potensi itu menjadi tindakan yang nyata.

Sebelumnya, pemberdayaan masyarakat sudah pernah dilakukan di

berbagai daerah, tujuannya tidak lain ialah untuk meningkatkan potensi serta

kemandirian masyarakat agar dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh

masyarakat. Untuk mewujudkan kemandirian serta meningkatkan potensi

masyarakat, tentunya harus dilakukan dengan peran aparatur yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

Peran pemberdayaan dapat dilakukan melalui Tiga-P, yaitu

pendampingan, penyuluhan dan pelayanan. Dengan melakukan ketiga upaya

pemberdayaan tersebut, maka dapat mewujudkan keberlangsungan suatu

pemberdayaan. Oleh karena itu, peran aparatur sangat dibutuhkan oleh untuk

menunjang keberlangsungan suatu pemberdayaan.

Dalam menjalankan pemberdayaan masyarakat, aparatur gampong terlebih

dahulu melakukan berbagai macam peran untuk keberlangsungan pemberdayaan

masyarakat di Gampong Tampang.


57

Adapun peran yang dilakukan oleh aparatur gampong ialah dengan

melalukan pendampingan mengenai usaha ternak kambing. Bentuk pendampingan

yang dilakukan oleh aparatur gampong yaitu :

Ikut Penyuluhan
Aparatur Sosialisasi pemberdayaan

Tidak ikut
Pemberdayaan Pendampingan

Masyarakat Kondisi Berhasil Survei


Lapangan
Ekonomi lebih
Baik

Tidak berhasil

Ekonomi seperti
semula

Sumber: didapat dari hasil penelitian 2020

Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Aparatur

Aparatur gampong melakukan musyawarah dengan perangkat gampong

dan memberikan masukan-masukan kepada masyarakat tentang perlunya

pemberdayaan untuk kemandirian dan keberdayaan masyarakat. Aparatur

mengadakan rapat bahwa di Gampong Tampang akan diadakan pemberdayaan

dalam bentuk ternak kambing, dan mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi

dalam menyukseskan pemberdayaan ini.


58

2. Sosialisasi

Setelah mengadakan rapat, aparatur mengadakan sosialisasi untuk masyarakat

yang ikut pemberdayaan dan sekaligus mengembangkan kesadaran anggota

masyarakat tentang kendala maupun permasalahan yang akan dihadapi. Aparatur

juga berusaha memberikan arahan kepada masyarakat tentang teknik, strategi dan

pendekatan dalam pelaksanaan program.

3. Ikut pemberdayaan

Dalam rapat yang diadakan oleh aparatur gampong masyarakat

menanggapi dengan positif, dan masyarakat pun mau ikut berpartisipasi dalam

menyukseskan pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing.

4. Tidak ikut pemberdayaan

Sebagian masyarakat tidak mau ikut untuk berpartisipasi dalam

pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing ini, karena masyarakat

menganggap pemberdayaan yang akan dilakukan oleh aparatur gampong

memerlukan waktu yang sangat lama untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Sementara masyarakat yang tidak mau ikut berpartisipasi ini mereka lebih mau

pemberdayaan yang instan, misalnya dengan waktu yang singkat tetapi

menghasilkan uang yang banyak.

5. Penyuluhan

Dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat keuchik melakukan

musyawarah dengan aparatur gampong dan memberikan masukan-masukan

kepada masyarakat tentang perlunya pemberdayaan untuk kemandirian dan

keberdayaan masyarakat. Aparatur melakukan penyuluhan kepada masyarakat

yang tujuannya agar masyarakat tahu bagaimana cara memelihara dan merawat
59

kambing, akan tetapi penyuluhan yang dilakukan oleh aparatur Gampong

Tampang hanya penyuluhan skala gampong, dimana narasumber hanya aparatur-

aparatur gampong saja. Seharusnya aparatur gampong dalam melakukan

penyuluhan harus mendantangkan orang yang benar-benar ahli dalam

pemberdayaan, agar masyarakat mendapat pengetahuan yang lebih dalam tentang

pemberdayaan.

6. Pendampingan pemberdayaan

Dalam hal ini aparatur melakukan pendampingan secara langsung kepada

masyarakat yang tujuannya supaya masyarakat benar-benar menjalankan perannya

sebagai orang yang diberdayakan dengan baik. Dengan adanya pendampingan

secara langsung ini masyarakat bisa langsung menyampaikan kendala-kendala apa

yang dialami oleh masyarakat yang diberdayakan.

7. Survei lapangan

Aparatur juga memiliki peran penting agar pemberdayaan berjalan dengan

lancar, salah satunya survei lapangan. Survei lapangan yang bertujuan untuk

melihat langsung perkembangan usaha ternak kambing dengan adanya survei

lapangan aparatur bisa langsung terjun kelapangan untuk mengontrol dan melihat

apakah pemberdayaan memiliki kendala-kendala saat pemberdayaan berlangsung.

Dilihat dari bentuk pemberdayaan yang mengarah pada konsep

pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan konsep ekonomi tersebut,

aparatur gampong akan lebih mudah dalam menentukan model pemberdayaan

masyarakat di Gampong Tampang. Sebelumnya, model pemberdayaan


60

masyarakat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Tingkat mikro 2.tingkat meso 3. Tingkat

makro.

8. Berhasil

Dalam pemberdayaan ternak kambing ini ada beberapa orang masyarakat

yang berhasil, keberhasilan yang diraih oleh beberapa masyarakat ini karena

mereka benar-benar menjalankan peranannya dengan baik, sehingga kambing

yang awalnya hanya 1 (satu) ekor sekarang sudah menjadi (3 tiga) ekor dan

bahkan sudah ada yang 5 (lima).

9. Kondisi ekonomi lebih baik

Masyarakat yang benar-benar melakukan perannya dengan baik dan benar,

maka pemberdayaannya akan berhasil, sehingga dengan keberhasilan itu bisa

meningkatkan perekonomiannya, jika jumlah kambing yang bertambah maka

tingkat harga jualnya juga akan bertambah. Dengan demikian masyarakat yang

awalnya berada dizona kemiskinan maka akan keluar dari zona kemiskinan

tersebut, karena mereka telah menjadi peternak kambing yang sukses.

10. Tidak berhasil

Dalam pemberdayaan yang dilaksanakan di Gampong Tampang banyak

masyarakat yang mengalami kegagalan, karena sebagian pemberdaya tidak

menjalankan perannya dengan baik sehingga mengalami kegagalan dalam

pemberdayaan. Menurut pemberdaya yang gagal, pemberdaya tipe ini

memerlukan waktu yang terlalu lama sehingga ada sebagian menjual kambingnya

karena mereka membutuhkan uang.


61

11. Ekonomi seperti semula

Masyarakat yang menganggap pemberdayaan ini tidak penting dan mereka

hanya ingin mendapat keuntungan dengan cepat, mengambil jalan pintas dengan

menjual kambingnya sehinnga mereka mendapatkan uang yang sedikit, padahal

jika pemberdayaan mereka berhasil maka mereka akan memperoleh uang yang

lebih banyak. Jadi masyarakat yang mengalami kegagalan dalam pemberdayaan

ini perekonomian mereka tetap saja seperti semula, berbeda dengan masyarakat

yang berhasil, dimana mereka memperoleh uang yang lebih banyak.

Oleh karena itu, dengan dilakukan ketiga peran pemberdayaan tersebut,

maka dapat melahirkan suatu hubungan antara masyarakat dengan aparatur

gampong dalam menjalankan usaha ternak kambing di Gampong Tampang.

Hubungan yang dimaksud tidak lain ialah suatu hubungan kerjasama antara

masyarakat dengan aparatur gampong dalam meningkatkan keberlangsungan

pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing.

Dalam suatu hubungan pasti adanya peran masyarakat dan peran aparatur

gampong yang akan mendukung tingkat kesejahteraan masyarakat terhadap peran

pemberdayaan, dimana setiap peran yang dimiliki oleh aparatur tentu saling

berhubungan satu sama lain dalam ketergantungan. Maka dari itu baik aparatur

gampong atau masyarakat sama-sama memiliki peran penting dalam

pemberdayaan tersebut. Sehingga terbentuklah suatu hubungan yang saling

keterkaitan dalam menjalankan peran pemberdayaan di Gampong Tampang.

Kaitan penelitian ini dengan teori peran bahwa teori peran tampak jelas

dalam gagasan diatas, bahwa suatu hubungan pasti adanya peran aparatur dengan

masyarakat yang akan mendukung tingkat kesejahtreaan masyarakat terhadap


62

peran pemberdayaan, dimana setiap peran yang dimiliki oleh aparatur tentu saling

berhubungan satu sama lain dan saling ketergantungan. Maka dari itu baik

aparatur gampong atau masyarakat sama-sama memiliki peran penting agar

pemberdayaan berjalan dengan yang diharapkan.

Dalam teori peran ini memandang bahwa seseorang aktor harus bermain

sebagai seorang tokoh dan dalam posisinya sebagai tokoh itu diharapakan untuk

berperilaku secara tertentu. Ada beberapa syarat atau bagian yang harus dipenuhi

untuk mencapai suatu tujuan, dalam teori peran ini menggolongkan bagian-bagian

yang harus terpenuhi dan hal ini menjadi rujukan keteraturan peran dalam

pemberdayaan yaitu : peranan nyata, peran yang diajukan, konflik peranan,

kesenjangan peranan, kegagalan peran, model peranan, rangkaian atau lingkup

peranan dan ketergantungan peranan. Teori ini memusatkan fokusnya pada

kegagalan peran
63

5.2 Faktor penyebab kegagalan usaha ternak kambing

Adapun faktor terjadinya kegagalan usaha ternak kambing ini adalah

Tidak boleh dibawa


pulang

Pemberdayaan Gagal
Tidak ada obat

Tidak tepat sasaran

Aparatur Masyarakat

Sumber: di dapat dari hasil penelitian 2020

Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa kegagalan

pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak kambing di Gampong Tampang

disebabkan oleh beberapa faktor: pertama kambing yang diberikan oleh aparatur

gampong tidak boleh dibawa pulang, dengan dibuatnya kebijakan yang seperti itu

oleh aparatur gampong masyarakat yang jarak tempuh antara rumah dengan

kandang yang disediakan oleh aparatur gampong mereka tidak bisa merawat

kambing dengan maksimal. Karena mereka tidak bisa mengontrol langsung

kambing mereka setiap saat, sehingga pemberdayaan yang jarak tempuhnya jauh

dari rumah tempat mereka tinggal kurang memperhatikan kambingnya, sehingga

kambing mereka terkena penyakit dan akhirnya mati. Kedua tidak tersedianya

obat-obatan, kambing yang terkena penyakit hanya dibiarkan saja, dengan harapan
64

sembuh dengan sendirinya. Hal ini juga membuat masyarakat hilang semangat

untuk merawat kambing kemudian kambing mati dan sebagian pemberdaya malah

menjual kambing tersebut dengan alasan dari pada mati sia-sia lebih baik kambing

tersebut dijual dengan harga murah. Ketiga tidak tetap sasaran, kambing yang

diberikan oleh aparatur kepada masyarakat tidak tepat sasaran atau tidak sesuai

dengan bidangnya, seperti seorang pekerja bengkel diberikan kambing maka

proses pemeliharaan yang dilakukannya tidak akan maksimal, karena masih

kurang pemahaman tentang merawat kambing. Sehingga kegagalanpun terjadi

dikarenakan tidak tepat sasaran, seharusnya pemberdayaan yang seperti ini harus

diberikan kepada peternak, maka pemberdayaannya akan memiliki angka

keberhasilan yang lebih tinggi.

Kegagalan pemberdayan masyarakat melalui usaha ternak kambing di

Gampong Tampang disebabkan oleh beberapa faktor diatas. Sehingga masyarakat

yang ekonomi semulanya miskin maka akan tetap miskin, karena pemberdayaan

yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Maka aparatur gampong mengalami

kegagalan untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya melalui usaha

ternak kambing

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dilapangan bahwa aparatur telah

melakukan pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan dilakukan sudah sesuai

yang diharapkan dan aparatur telah menjalankan perannya dengan baik namun

Menurut teori peran bahwa, aspek yang dinamis kedudukan (status)

apabila seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya,

maka ia akan menjalankan suatu peranan. Kedudukan dan peranan keduanya tidak
65

dapat dipisahkan karena mereka saling ketergantungan, kedudukan bergantung

kepada peran dan juga sebaliknya, Tidak ada peranan tanpa kedudukan.

Kegagalan peranan yaitu kegagalan seseorang dalam menjalankan peranan

tertentu. Pada pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Gampong Tampang

mengalami kegagalan, karena 11 (sebelas) dari 15 (lima belas) orang yang

menerima kambing, tidak menjalankan peranannya dengan baik sehingga

mengalami kegagalan dalam proses pemeliharaan kambing sehingga tujuan

aparatur untuk memberdayakan masyarakatnya gagal. Dan aparatur dalam

menjalankan peranannya kurang maksimal seperti tidak adanya disediakan obat-

obatan. Jika dalam pemberdayaan ini aparatur dengan masyarakat yang

diberdayakan menjalankan perannya dengan baik, maka tingkat keberhasilan

dalam pemberdayaan akan lebih tinggi.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Peran aparatur gampong dalam pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak

kambing di Gampong Tampang sudah berjalan baik, hal ini dibuktikan dengan

adanya penyuluhan, fasilitasi dan survei secara langsung yang dilakukan oleh

aparatur gampong sehingga masyarakat yang diberdayakan merasakan adanya

dukungan dari aparatur sehingga mereka lebih bersemangat lagi dalam

menjalankan pemberdayaannya. Hanya saja ada beberapa kekurangan yang

dilakukan oleh aparatur seperti tidak menyediakan obat atau biaya pengobatan

kambing secara gratis, sehingga pada saat kambing mendapat penyakit maka

timbul inisiatif yang bermacam-macam pada masyarakat yang diberdayakan

seperti menjualnya.

2. Beberapa faktor yang menyebabkan pemberdayaan masyarakat melalui usaha

ternak kambing di Gampong Tampang mengalami kegagalan, pertama tidak tepat

sasaran, dimana masyarakat yang menerima kambing tidak memiliki keahlian

dibidang pemeliharaan dan perawatan kambing. Kedua kebijakan, kebijakan yang

dibuat oleh aparatur tidak diterima oleh masyarakat yang diberdayakan,

kebijakannya yaitu kambing harus dipelihara dikandang yang disediakan dan tidak

boleh dibawa pulang. Ketiga, ketersediaan obat kambing, aparatur gampong tidak

menyediakan obat atau biaya gratis untuk pengobatan kambing, sehingga pada
67

saat kambing terkena penyakit maka inisiatif yang ada pada masyarakat yang

diberdayakan yaitu menjual.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Diharapkan kepada akademisi untuk dapat melakukan kajian yang mendalam

terkait dengan permasalahan-permasalahan sosial terutama yang terkait dengan

program yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dapat melakukan

penelitian lain yang melihat pemberdayaan masyarakat secara lebih luas.

2. Diharapkan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan

masyarakat, agar masyarakat mandiri, berdaya dan terlepas dari

keterbelakangan dan kemiskinan.

3. Diharapkan kepada pemerintah melalui DPMG untuk dapat mengevaluasi

dengan melihat langsung kelapangan, sehingga pemerintah dapat memastikan

program yang dilaksanakan berjalan efektif.


68

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bungin, B. (2012). Analisis Data Peneitian Kualitatif. Bandung: RajaGrafindo


Persada.

Bungin, B. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Choironi, R. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui


Pengolahan Limbah Cangkang Kerang Di PKBM Kridatama Desa
Sendang Sikucing Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Semarang:
Universitas Islam Negeri Walisongo.

Damsar. (2009). Pengatar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Damsar, & Indrayani. (2016). Pengantar Sosiologi Perdesaan. Jakarta: Kencana.

Gunawan. (2006). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia.

Jamaludin, A. N. (2017). Sosiologi Perdesaan. Bandung : Pustaka Setia.

Mardikanto, T., & Soebianto, P. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Dalam


Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Martono, N. (2016). Metode Penelitian Sosial Konsep-Konsep Kunci. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

Martono, N. (2016). Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik Modern


Postmodern dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mubyarto. (2006). Ilmu-Ilmu Sosial Dasar Kosep, Posisi. Bandung: Program


Pasca.

Muhajir, A. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Aceh Oleh Aparatur Gampong


Melalui Usaha Ternak Bebek Di Gampong Teugoh Kabupaten Nagan
Raya. Meulaboh: Universitas Teuku Umar.

Murdiyatmoko, J. (2007). Sosisologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat.


Bandung: Grafindo Media Pratama.

Narwoko, D., & Suyanto, B. (2004). Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.
Jakarta: PrenadaMedia Group.
69

Noor, M. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Ilmiah CIVIS Volume 1 Nomor 2 ,


89-91.
Poloma, M. M. (2010). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. UIN Antarasari Volume 17 No 33 , 81-


95.

Sidik, F., Nasution, F. G., & Herawati. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Desa
Menggunakan Badan Usaha Milik Desa Desa Ponggok dan Kritik
Terhadap Prestasi Terbaik Nasional. Pemikiran Sosiologi Volume 5 Nomor
2 , Yogyakarta.

Soekanto, S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Renika Cipta.

Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Rajawali Pers.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suriani. (2017). Peranan Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong


Kabupaten Nagan Raya Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Miskin Di Kecamatan Seunagan Timur. Meulaboh-Aceh Barat:
Universitas Teuku Umar.

Syafriati. (2019). Evaluasi Pelaksanaan Program Budidaya Ikan Lele Kelompok


Perempuan Di Gampong Rukoen Damee Kecamatan Babahrot Kabupaten
Aceh Barat Daya. Meulaboh: Universitas Teuku Umar.

Thamrin. (2018). Bunga Rampai Budaya Aceh Pusaka Endatu. Banda Aceh:
Divisi .

Tjoetra, A. (2017). Transformasi Organisasi Masyarakat Sivil dan Kelestarian


Perdamaian di Aceh, Indonesia . Universitas Sains Malaysia, Pulau
Pinang , Malaysia.

Tjoetra, A., & Maifizar, A. (2019). Peran Perguruan Tinggi Dalam Mitigasi
Bencana ( Studi Kasus Pada Unit Kegiatan MahasiswaPenanggulangan
Kebencanaan Universitas Teuku Umar). Artikel Yang di Sampaikan Oleh
KNS VIII , 1-12.

Triyanto, & Agustiar, D. (2017). Analisis Guliran Dana Simpan Pinjam Khusus
Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Samatiga.
Jurnal Community Volume 3 Nomor 1 , 102-103.

Yurnalia. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga


Harapan (PKH) Di Gampong Ujong Beusa Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh- Aceh Barat: Universitas
Teuku Umar.
70

Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai