Anda di halaman 1dari 27

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN

TEKNOLOGI
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESISIR


PANTAI SAGO YANG BERPOTENSI ABRASI

PELAKSANA :

Yansi Arianty 2001111109

JURUSAN SOSIOLOGI
PEKANBARU
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

NAMA : Yansi Arianty 2001111109


JURUSAN : Sosiologi
JUDUL : Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai Sago
Yang Berpotensi Abrasi

Laporan praktikum ini telah disetujui oleh dosen pembimbing sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh nilai pada Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial*
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Pekanbaru, ……………..2023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Rina Susanti, S.Sos., M.Si


NIP. 198911192019032015
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

Diterima oleh Dosen Pembimbing untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat


guna memperoleh nilai pada Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial Jurusan
Sosiologi *.

JUDUL : Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai Sago

Yang Berpotensi Abrasi

NAMA : Yansi Arianty 200111110910.

Pekanbaru, ………… 2023

Mengetahui :
Ketua Jurusan Sosiologi Dosen Pembimbing,

Drs. Yoskar Kadarisman, M.Si Rina Susanti, S.Sos., M.Si


NIP. 19661229 199403 1 004 NIP. 198911192019032015
Kuasa. No.190/UN.19.5.1.1.1/Sos/2023
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL...............................................................2


HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM.....................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Teori Yang Relevan........................................................................................5
2.1.1 Abrasi.......................................................................................................5
2.1.2 Lingkungan Sosial...................................................................................7
2.2 Penelitian Terdahulu.......................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................10
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................10
3.2 Lokasi Penelitian..........................................................................................10
3.3 Jenis dan sumber data...................................................................................10
BAB IV KEADAAN DAERAH PENELITIAN...................................................12
4.1 Kondisi Geografis Nagari.............................................................................12
4.2 Kondisi Demografis Nagari..........................................................................13
4.3 Kondisi Ekonomi..........................................................................................13
4.4 Kondisi sosial...............................................................................................13
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................15
5.1 Dampak Lingkungan Sosial.........................................................................15
5.2 Dampak Ekonomi.........................................................................................16
5.3 Dampak Budaya...........................................................................................17
5.4 Faktor yang menyebabkan masyarakat bertahan tetap tinggal.....................18
BAB VI PENUTUP...............................................................................................20
6.1 Kesimpulan...................................................................................................20
6.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
LAMPIRAN...........................................................................................................22

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan.

Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari

berbagai aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut.

Fenomena fenomena yang terjadi di daratan seperti erosi banjir dan aktivitas

yang dilakukan seperti pembangunan pemukiman, pembabatan hutan untuk

persawahan, pembangunan tambak dan sebagainya pada akhirnya memberi

dampak pada ekosistem pantai. Demikian pula fenomena fenomena di lautan

seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan sebagainya. (Hastuti, 2012)

Selain dampak pada ekosistem ada pula perubahan konfigurasi pantai.

Supriyanto (2003) menyatakan bahwa perubahan konfigurasi pantai di

wilayah pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses proses alami dan

non alami (kegiatan manusia) baik yang berasal dari darat maupun dari laut.

Proses proses hidrooseanografi dari laut yang dapat memberikan pengaruh

antara lain, hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta fenomena

pasang surut yang kadang kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim.

Fenomena alami dari darat yang ikut memberikan pengaruh terjadinya

perubahan garis pantai, antara lain erosi dan sedimentasi akibat arus pasang

akibat banjir serta perubahan arus aliran sungai.

Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat

di berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan

(pantai) akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini

pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air

1
laut sehingga garis pantai berubah (Nur, 2004). Pantai dikatakan mengalami

abrasi bila angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila

dibandingkan dengan jumlah sedimen yang terangkut ke luar dari titik

tersebut (Suwedi, 2006)

Nagari Sago Salido mengalami dampak abrasi yang mengakibatkan

banyak permasalahan seperti hilangnya lahan pemukiman, lahan pertambakan

dan mata pencaharian yang berdampak langsung pada penurunan kualitas

hidup masyarakat . Masyarakat yang hidup di wilayah pesisir seperti nelayan,

petani dan petambak kehidupannya tergantung pada sumberdaya alam.

Kondisi lingkungan dan sumberdaya alam pesisir yang rentan tersebut

berdampak pada aspek sosial ekonomi dan sosial budaya penduduk. Kegiatan

kegiatan tersebut misalnya industri (berpotensi menimbulkan pencemaran,

abrasi dan akresi), reklamasi (perubahan pola arus yang menyebabkan

terjadinya abrasi dan akresi), perumahan (limbah padat) pertanian

(sedimentasi, pencemaran) kegiatan transportasi laut dan pelabuhan

(pencemaran). Berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan ini

mengancam kelestarian usaha dan atau mata pencaharian penduduk. (Hadi,

2005)

Pengetahuan tentang dampak lingkungan sosial abrasi menjadi sangat

penting diketahui sebagai salah satu cara untuk dapat menjadi arahan

penyusunan kebijakan dan strategi mitigasi. Karena dari tahun ketahun

perambatan abrasi menjadi ancaman serius dan pasti akan terus merambah ke

wilayah daratan. Namun disisi lain masyarakat disana masih banyak yang

ingin tetap bertahan.

2
Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat

aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan

daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut

sehingga garis pantai berubah (Hermanto, 1986). Pantai dikatakan mengalami

abrasi bila angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila

dibandingkan dengan jumlah sedimen yang terangkut ke luar dari titik

tersebut (Suwedi, 2006)

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana kondisi dampak lingkungan sosial yang timbul akibat abrasi di

Nagari Sago Salido serta apa saja faktor faktor yang menyebabkan

masyarakat terus bertahan untuk bertempat tinggal dan hidup di daerah rawan

bencana abrasi dan bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi masalah

abrasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi dampak lingkungan

sosial yang timbul akibat abrasi di Nagari Sado Salido serta mengkaji faktor

faktor yang menyebabkan masyarakat terus bertahan untuk bertempat tinggal

dan hidup di daerah rawan bencana abrasi dan mengetahui peran pemerintah

dalam mengatasi masalah abrasi di Nagari Sado Salido.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi penting dalam usaha

penanganan dampak lingkungan sosial yang tepat dan masyarakat dapat

menyikapi dampak abrasi dengan lebih arif dan cerdas sehingga dapat tetap

3
memiliki ketahanan hidup dan tetap mampu meningkatkan kualitas

kehidupannya meskipun tinggal di daerah rawan bencana abrasi.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Yang Relevan

2.1.1 Abrasi

Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai)

akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini

pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang

air laut sehingga garis pantai berubah (Hermanto, 1986). Pantai dikatakan

mengalami abrasi bila angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih

besar bila dibandingkan dengan jumlah sedimen yang terangkut ke luar

dari titik tersebut (Suwedi, 2006)

Secara detail penyebab abrasi berdasarkan Detail Engineering

Penanganan Abrasi dan Rob kab. Demak (Kimpraswil, 2006) dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Penurunan Permukaan Tanah (Land Subsidence)

Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan

industri dan air minum di wilayah pesisir akan menyebabkan

penurunan tanah terutama jika komposisi tanah pantai sebagian

besar terdiri dari lempung/lumpur karena sifat-sifat fisik

lumpur /lepung yang mudah berubah akibat perubahan kadar air.

Akibat penurunan air tanah adalah berkurangnya tekanan air

pori. Hal ini mengakibatkan penggenangan dan pada gilirannya

meningkatkan erosidan abrasi pantai. Berdasarkan peta

hidrogeologi yang dikeluarkan Direktorat GeologiTata

Lingkungan (tahun 1992) tampak pemanfaatan air tanah (bebas

5
maupun bertekanan) dengan sumur bor di daerah Semarang,

Demak dan Kudus jumlahnya cukup signifikan serta mampu

menyebabkan penurunan elevasi air tanah yang disertai dengan

intrusi air laut hingga jauh ke daerah perkotaan. Hal ini

menunjukkan bahwa potensi penurunan tanah cukup besar dan

memberikan kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat air

laut pasang. Berdasarkan wawancara dengan penduduk

Kec.Sayung, Demak diperoleh informasi bahwa penurunan

tanah telah mencapai rata-rata 40cm.

2. Kerusakan Hutan Mangrove

Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang dapat pulih

(sustaianable resources) dan pembentuk ekosistem utama

pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir.

Mangrove memiliki peran penting sebagai pelindung alami

pantai karena memiliki perakaran yang kokoh sehingga dapat

meredam gelombang dan menahan sedimen. Ini artinya dapat

bertindak sebagai pembentuk lahan (land cruiser)

3. Kerusakan Akibat Gaya-Gaya Hidrodinamika Gelombang

Orientasi pantai demak mengarah sedemikian rupa sehigga

relatif tegak lurus atau sejajar dengan puncak gelombang

dominan. Hal ini memberikan informasi bahwa panta dalam

kondisi seimbang dinamik. Kondisi gelombang yang semula

lurus akan membelok akibat proses refrksi/difraksi dan shoaling.

Pantai akan menanggai dengan mengorientasikan dirinya

6
sedemikian rupa sehingga tegak lurus arah gelombang atau

dengan kata lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai

terjadi keseimbangan dan proses selanjutnya yang terjadi hanya

angkutan tegak lurus pantai (cros shore transport)

4. Kerusakan Akibat Sebab Alam Lain

Perubahan iklim global dan kejadian ekstrim misal terjadi

siklon tropis. Faktor lain adalah kenaikan permukaan air laut

akibat pemanasan global (efek rumah kaca) yang mengakibatkan

kenaikan tinggi gelombang

5. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain

- Penambangan Pasir di perairan pantai

- Pembuatan Bangunan yang menjorok ke arah laut

- Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan

kondisi dan lokasi

2.1.2 Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu

tindakan serta perubahan-perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan

sosial yang kita kenal antara lain lingkungan keluarga, lingkungan teman

sebaya, dan lingkungan tetangga. Keluarga merupakan lingkungan sosial

yang pertamakali dikenal oleh individu sejak lahir.

Menurut Purba (2002) Lingkungan sosial didefinisikan sebagai

wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam macam

interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan

7
simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan serta terkait dengan

lingkungan alam dan lingkungan buatan (tata ruang).Sedangakan Carley

dan Bustelo dalam Wulan (2012) menjelaskan ruang lingkup aspek sosial

paling tidak mencakup aspek demografi, sosial, ekonomi, institusi,

psikologis dan sosial budaya. Dampak demografis meliputi angkatan

kerja dan perubahan struktur penduduk, kesempatan kerja peminndahan

dan relokasi penduduk. Dampak sosial ekonomi terdiri dari perubahan

pendapatan, kesempatan berusaha dan pola tenaga kerja. Dampak

institusi merupakan naiknya permintaan akan fasilitas seperti perumahan,

sekolah, sarana rekreasi. Dampak psikologis dan sosial budaya meliputi

integrasi sosial, kohesi sosial, keterikatan dengan tempat tinggal.

Lingkungan Sosial menurut Stroz (1987: 76) meliputi “semua

kondisi-kondisi dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu

mempengaruhi tingkahlaku seseorang, termasuk pertumbuhan dan

perkembangan atau life processe, yang dapat pula dipandang sebagai

penyiapan lingkungan (to provide environment) bagi generasi yang lain“.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang terdapat

di sekitar manusia yang dapat memberikan pengaruh pada manusia

tersebut, serta manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya, seperti

tetangga-tetangga, teman-teman, bahkan juga orang lain di sekitarnya

yang belum dikenal sekalipun.

Dapat dimasukkan ke dalam lingkungan sosial adalah semua

manusia yang ada di sekitar seseorang atau di sekitar kelompok.

8
Lingkungan sosial ini dapat berbentuk perorangan maupun dalam bentuk

kelompok keluarga, teman sepermainan, tetangga, warga desa, warga

kota, bangsa, dan seterusnya (Yudistira, 1997: 57).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tb. Solihuddin (2011) dalam penelitian yang berjudul “Karakteristik

Pantai dan Proses Abrasi di Pesisir Padang Pariaman, Sumatera Barat”.

Melalui analisa pasang surut menyimpulkan hasil penelitiannya lebih kearah

endapan penyususn pantainya dan kemiringan pantai. Penelitian ini menjadi

referensi bagi peneliti sebagai dasar dalam hal pengajian garis pantai.

Marzuki Ukkas (2009) dalam penelitian yang berjudul “Studi Abrasi dan

Sedimentasi di Perairan Bua-Passimarannu Kecamatan Sinjai Timur

kabupaten Sinjai”. Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan dengan

melakukan pengukuran pasang surut dan sedimentasinya. Hasil penelitian

didapatlah kondisi kestabilan pantai di Sinjai Timur.

P. Astjario dan D. Setiady (2009) dalam penelitian yang berjudul

“Karakteristik Pantai di Kawasan Pesisir Timur Pulau Natuna Besar,

Kabupaten Natuna, Propinsi Riau”. Penelitian ini menerangkan proses

karakteristik pantai yang tersebar. Kemudian hasil penelitian yang di dapat

adalah tipe-tipe pantai di pesisir Timur pulau Natuna yang sangat membantu

dalam memahami objek yang peneliti pilih.

9
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi lapangan yang bertujuan untuk

memperoleh informasi dan data langsung dari lokasi berkaitan dengan objek

yang akan diteliti. Tipe penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian

deskriptif, dimana deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek pada saat

sekarang berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya. (Sugiyono,

2010)

Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif yang dilakukan pada

kondisi alamiah (natural seting) Dimana peneliti tidak melakukan rekayasa

apapun selain penelaahan secara mendalam terhadap kondisi fisik lingkungan

dan sosial yang terjadi akibat abrasi. Menurut Moleong (2003) metode

kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis, lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Ini

berarti peneliti melakukan pemotretan terhadap kondisi alami yang ada dan

dituangkan dalam bentuk deskripsi tulisan sekaligus dilengkapi dengan

gambar gambar.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Nagari Sado Salido yang berada di Kecamatan

IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

3.3 Jenis dan sumber data

Data yang diolah adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh

dari informan yang dipilih berdasarkan teknik snowball sampling. Yakni

10
metode bola salju, dengan pertimbangan bahwa informan dianggap

mengetahui dan dapat memberi informasi sesuai kebutuhan penelitian. Jika

informasi sudah didapat maka pengumpulan informasi selesai.

11
BAB IV KEADAAN DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis Nagari

Secara umum Nagari Sado Salido beriklim tropis, dengan temperature

21-300C. curah hujan di kenegerian Sado Salido 2.000-3.000 Mm/tahun.

Letak Kenegerian Sado Salido berada pada posisi 102 0 32' – 1020 48' BT dan

10 10,70' – 10 23,70' LS.

Batas Administrasi Pemerintahan Nigari Sado Salido sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan Nigari Gurun Panjang Selatan

Kecamatan Baying dan Nigari Gunung Bungkuk Lumpo Kecamatan IV

Jurai

- Sebelah Selatan berbatas dengan Nigari Salido

- Sebelah Barat berbatas dengan Samudra Hindia

- Sebelah Timur berbatas denan Nigari Ampang Tareh

Luas wilayah Nagari Sado Salido yaitu seluas 624 Ha dan masih memiliki

hutan desa seluas 1,2 km yang dimanfaatkan sebagai perladangan. Nagari

Sado Salido terdiri dari 3 kampung yang masing-masing luasnya dapat dilihat

pada tabel, sebagai berikut :

Tabel Luas Kampung di Nagari Sado Salido

No Nama Kampung Luas/Ha %

1 Kampung Baru 89,00 21.00

2 Kampung Sianik 412,00 53.00

3 Kampung Karang Sago 123,00 25.00

Jumlah 624,00 100.00

12
4.2 Kondisi Demografis Nagari

a. Jumlah penduduk

Penduduk kenagarian Sado Salido pada tahun 2022 tercatat

berjumlah 6.431 jiwa. Dengan jumlah KK tercatat berjumlah 1.821 KK.

Pengurangan jumlah penduduk dari tahun ke tahun sebelumnya

disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk Nagari Sado Salido ke

daerah lainnya.

b. Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah kepala keluarga di Kenagarian Sado Salido pada tahun 2022

sebanyak 1.821 KK dengan 133 kepala keluarga perempuan, dari jumlah

KK tersebut terdapat 533 KK miskin.

4.3 Kondisi Ekonomi

a. Potensi unggulan nigari

Bentuk potensi unggulan Nagari Sado Salido terdiri dari berbagai

potensi sebagai berikut : dataran, perbukitan, pantai, persawahan, pasar,

instansi daerah dan mempunyai aliran sungai.

b. Pertumbuhan ekonomi/PDRB

Bentuk pertumbuhan perekonomian Kenagarian Sado Salido terdiri

dari berbagai macam pertumbuhan sebagai berikut : petani, nelayan,

pegawai negeri, pengusaha dan wiraswasta.

4.4 Kondisi sosial

a. Ketersediaan sarana kesehatan

13
Nagari Sado Salido memiliki sarana kesehatan yang cukup dengan

jarak tempuh yang dekat antara rumah penduduk perkampungnya.

Mayoritas masyarakat Sado Salido telah memanfaatkan BPJS untuk

berobat.

b. Akses pendidikan

Dalam hal pendidikan, masyarakat Nagari Sado Salido telah

menerapkan wajib belajar 9 tahun bahkan hampir 80% pelajar yang lulus

SMU/SMA melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Akses sosial

Masyarakat Nagari Sado Salido mayoritas beragama Islam dan ada

sebagian yang sangat kecil beragama Kristen. Bahasa yang digunakan

masyarakat dalam sehari-harinya menggunakan Bahasa Daerah. Dan

masyarakat mengadut kebiasaan bergotong royong.

14
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Dampak Lingkungan Sosial

Hasil studi literatur yang dikumpulkan bahwa Nagari Sado Salido secara

sejarah sejak era Hindia-Belanda bahwa sebagian besar masyarakat yang

berada di Kecamatan IV Jurai berbasis pertanian merujuk pada data badan

pusat statistik Kabupaten Pesisir Selatan menunjukan luas wilayah Nagari

Sado Salido tahun 2017 masih didominasi dengan ladang 46% dan sawah

34% dan sisanya adalah perkarangan dan hutan, akibat laju abrasi yang tinggi

di Nagari Sado Salido yang mengakibatkan tempat tinggal mereka rusak,

maka ada beberapa warga bergeser mata pencarihanya.

Abrasi membuat penduduk kehilangan lahan tempat tinggal dan lahan

pertanian dan pertambakan yang berdampak pada hilangnya mata

pencaharian dan berkurangnya penghasilan mereka. Sekarang ini mayoritas

penduduk berusia produktif memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik

dan buruh bangunan. Jika dihubungkan dengan status kepemilikan lahan

maka banyak penduduk yang masih memiliki surat kepemilikan lahan yang

sudah menjadi laut karena gerusan abrasi. Hal itu masih ditambah dengan

meningkatnya pengeluaran yang berhubungan dengan kelayakan tempat

tinggal.

Dari segi pendapatan dari wawancara mendalam bahwa rata rata penduduk

memiliki penghasilan berkisar antara 500.000 sampai 1.000.000 rupiah

dengan tanggungan hidup 3 – 6 orang. Namun jumlah ini dapat meningkat

karena menurut pendapat sebagian penduduk yang memiliki mata

pencaharian nelayan jumlah tangkapan cenderung meningkat di sekitar hutan

15
magrove. Namun mereka memang sebagian besar tidak melaut setiap hari.

Selain karena faktor cuaca juga karena mereka memperbaiki sendiri tempat

tinggal mereka yang terkena dampak abrasi.

Nagari Sado Salido berbasis pertanian merujuk pada data badan pusat

statistik Kabupaten Pesisir Selatan menunjukan luas wilayah Kecamatan

Bancar tahun 2017 masih didominasi dengan ladang 46% dan sawah 34% dan

sisanya adalah perkarangan dan hutan, akibat laju abrasi yang tinggi di Nagari

Sado Salido yang mengakibatkan tempat tinggal mereka rusak, maka ada

beberapa warga bergeser mata pencahariannya. Masyarakat yang tedampak

wilahyahnya masih ingin tetap berada di wilayah tersebut meskipun

lingkungan yang terkena abrasi tidak disarankan lebih lanjut, hal ini

disebabkan karena faktor mata pencarihan dan ekonomi. Penelitian ini sejalan

dengan pendapat Mubarak (2018:4) Masyarakat memiliki pilihan untuk

berpindah ke tempat lain atau tetap tinggal. Masyarakat memilih untuk tetak

bertahan otomatis mereka akan beradaptasi, selain beradaptasi dengan

lingkungan, masyarakat juga perlu melakukan upaya mitigasi secara mandiri

maumpun melibatkan istansi terkait.

5.2 Dampak Ekonomi

Pasar Sago Salido, yang berada di Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir

Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Pada dasarnya pasar Sago Salido ini

berperan sebagai pasar penunjang di Kecamatan IV Jurai yang mana pasar

induknya adalah pasar Painan. Menurut informasi umum yang beredar di

masyarakat, pasar ini dibangun pada tahun 1990 dengan luas lahan yang

dimiliki adalah ± 15.000 m2. Seiring berjalannya waktu ditemukan banyak

16
masalah yang terjadi di pasar Sago Salido ini, beberapa alasan yang

mendasari terhadap upaya redesain pasar Sago Salido ini yang akan

dijabarkan melalui sub data dan fakta serta rumusan masalah. Upaya redesain

pasar tradisional Sago Salido ini akan dilakukan dengan pendekatan ekologi

agar dapat menyelesaikan permasalahan seperti pencemaran lingkungan yang

disebabkan oleh limbah pasar, serta dapat memberikan konsep desain yang

memaksimalkan pencahayaan alami, penghawaan alami, serta sistem

bangunan yang hemat energi. Upaya redesain ini dilakukan demi kelancaran

aktifitas perdagangan di Sago Salido dan sekitarnya, sehingga dalam

perkembangan selanjutnya Pasar Tradisional Sago Salido ini tidak

menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan menjadi pasar

tradisional dengan lingkungan yang bersih, sehat, dan tertata sehingga mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

5.3 Dampak Budaya

Desa Bedono merupakan desa pesisir yang berbasis agama yakni agama

Islam. Kegiatan yang masih terus dilaksanakan adalah kegiatan semacam

pengajian, yasinan dan perkumpulan sholawat. Ada pula kegiatan doa dan

sholawat bersama di pesisir pinggir pantai. Masyarakat dan pemuka agama

menjaga teguh norma agama dan budaya. Rembug desa yang diadakan untuk

menjalin kebersamaan antar warga terus dijaga. Ada adat shalawat dan doa

bersama dipesisir pada bulan apit hitungan bulan hijriyah yang juga berfungsi

sebagai kegiatan sedekah dan Khoul sesepuh desa pada ahir bulan dzulqodah

hitungan bulan hijriyah.

17
Interaksi sosial yang erat dan kuat juga dijaga dan dilestarikan antar

masyarakat. Untuk kegiatan pembangunan sarana bersama masyarakat juga

melakukan gotong royong. Musyawarah antar dukuh dan pertemuan kepala

dukuh juga tetap diselenggarakan.

5.4 Faktor yang menyebabkan masyarakat bertahan tetap tinggal

Dari hasil interaksi dengan penduduk Nagari Sado Salido keseluruhannya

memilih bertahan karena alasan ekonomi. Alasan ekonomi pertama adalah

alasan tempat tinggal dimana mereka memilih tinggal karena itu adalah satu

satunya tempat tinggal yang dimiliki. Untuk pindah tidak ada tempat dan

biaya. Disisi lain, penduduk yang direlokasi bukan di tempat yang permanen

dengan status tanah yang jelas namun di bantaran sungai yang juga sudah

mulai terkena dampak abrasi. Faktor ekonomi yang kedua adalah faktor mata

pencahariaan. Dengan tingkat pendidikan yang mayoritas rendah maka

keahlian mereka yang bermata pencaharian sebagai nelayan akan memilih

tetap tinggal.

Menurut wawancara dengan pakar, dari segi keberlanjutan desa untuk

pemukiman kurang sesuai. Namun semua berpulang dari kehendak

masyarakat dan upaya adaptasi yang dilakukan untuk bersahabat dengan

bencana yang memerlukan dukungan moril dan materiil dari semua pihak

yang terkait seperti pemerintah, akademisi dan lembaga swadaya masyarakat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran pemerintah dalam

penanggulangan Abrasi adalah dengan terjadinya Abrasi Di Nagari Sado

Salido, peran pemerintah dalam penanggulangan abrasi pantai adalah

memberikan bantuan kepada masyarakat berupa dana setiap rumah penduduk

18
yang terkena Abrasi pantai, perlindungan jiwa manusia dan memberikan

sembako kepada masyarakat yang terkena Abrasi pantai. (2) Peran

masyarakat dalam menanggulangi Abrasi Pantai yaitu Masyarakat melakukan

kerja sama dalam menanam pohon dan membuat alat pemecah gelombang

berupa benteng karung pasir secara bersama- sama. (3) Dampaknya bagi

masyarakat adalah rusaknya rumah Masyarakat Nagari Sado Salido, banyak

lahan dan perkebunan dan banyaknya kerugian harta dan benda yang rusak

akibat Abrasi ini dan menurunnya perekonomian masyarakat. Maka dari itu

masyarakat Nagari Sado Salido bekerja keras dalam pencegahan Abrasi

supaya aktifitas tidak terganggu.

19
BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari tujuan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dinamika

kependudukan dari tahun ketahun sejak terjadinya abrasi cenderung menurun

jumlah dengan adanya perpindahan penduduk karena hilang/rusaknya lahan

pemukiman yang sebagian besar telah menjadi laut (tergenang permanen) 2.

Sosial ekonomi masyarakat yang awalnya bekerja disektor agraris (pertanian,

pertambakan) mengalami perubahan baik dari segi perubahan mata

pencaharian dan juga dari segi perolehan pendapatan. 3. Budaya masyarakat

adalah budaya melayu yang religius yang tetap dipertahankan. 4. Masyarakat

yang tinggal disana masih ingin tetap bertempat tinggal disana meskipun dari

segi intensitas abrasi keberlanjutan pemukiman tidak disarankan.

6.2 Saran

Pemerintah dan masyaraklat harus berkerjasama dalam menagani dan

menanggulangi abrasi ini agar tidak berdampak pada kehidupan masyarakat,

pendidikan sadar lingkungan juga perlu di gencarkan agar masyarakat aktif

menjaga lingkungan mereka seperti upaya penanaman cemara udang dan

tanaman bakau sebagai antisipasi abrasi yang terus bergerak secara masif

mengikis bibir pantai, untuk melindungi pemukiman yang rawan abrasi perlu

dibuatkan bagunan sebagai pemecah gelombang untuk meminimalisir abrasi

serta progam-program peningkatan ekonomi juga harus digalangkan agar

masyarakat bisa mandiri dan tangguh hidup di daerah pesisir yang rawan

bencana abrasi

20
DAFTAR PUSTAKA

Abda, M. K. (2019). Mitigasi Bencana terhadap Abrasi Pantai di Kuala


Leugekecamatan Aceh Timur. Jurnal Samudra Geografi, 2(1), 1-4.
Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial (Studi Kasus di Desa Bedono, Sayung
Demak). Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Firdaus, F., Chaerul, M., & Gusty, S. (2022). Analisis Pengurangan Risiko
Bencana Abrasi Pantai Di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(4), 3965-3977.
Hadi, P.Sudharto. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan.
Gajahmada University Press. Yogyakarta
Nur, M. Tajudin. 2004 dan Suwedi, 2006 dalam Damaywanti K, 2013. Dampak
Nur, M. Tajudin. 2004. Abrasi Pantai dan Proses Bermigrasi. Desertasi Program
Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.
Purba. Jonny. 2002 Pengelolaan Lingkungan Sosial. Yayasan Obor. Jakarta
Solihuddin, T. (2011). Karakteristik pantai dan proses abrasi di pesisir Padang
Pariaman, Sumatera Barat. Majalah Ilmiah Globe, 13(2).
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Syah, A. F. (2020). Penanaman Mangrove sebagai Upaya Pencegahan Abrasi di
Desa Socah. Jurnal Ilmiah Pangabdhi, 6(1), 13-16.
Utami, V. H., & Pamungkas, A. 2013. Identifikasi Kawasan Rentan Terhadap
Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban. Jurnal Teknik ITS, 2(2), C114-C117.
Wulan. Roro Nawang. 2012. Dampak Kegiatan Penambangan Mineral Bukan
Logam Di Kota Semarang (Studi Kasus Kecamatan Ngalian). Tesis
Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang

21
LAMPIRAN

1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

2. Kuesioner / Pedoman Wawancara

- Bagaimana kondisi sosial bapak/ibu akibat dari bencana abrasi yang

sering terjadi ?

22
- Bagaimana kondisi kehidupan ekonomi bapak/ibu akibat dari bencana

abrasi yang sering terjadi ?

- Apakah potensi abrasi ini membuat ketidaknyamanan masyarakat

disekitar pantai sago ?

- Adakah resolusi dari aparat pemerintah untuk mengatasi potensi

bencana abrasi tersebut ?

- Adakah modal sosial masyarakat pesisir pantai sago dalam

mengurangi potensi bencana abrasi ?

- Bagaimana kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi ?

- Adakah rencana reboisasi bakau untuk mengurangi bencana abrasi ?

- Apakah abrasi berpengaruh penting terhadap masyarakat yang bekerja

dipesisir pantai sago

3. Informan wawancara

- Reno berprofesi sebagai pengusaha yang merupakan asli warga Nagari

Sado Salido

- Iqbal berprofesi sebagai perawat yang merupakan asli warga Nagari

Sado Salido

- Daslim berprofesi sebagai nelayan yang merupakan asli warga Nagari

Sado Salido

23

Anda mungkin juga menyukai