OLEH:
PRIO UTOMO
YUSRIL AZMI
CANDRA EKA KURNIWAN
IMAM TANTOWI 61201164
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Menumbuhkan ekosistem bakau sebagai benteng
alami untuk pencegahan abrasi di Kawasan kampung Ujung Banyuwangi” telah
disahkan dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh:
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.4 Luaran yang diharapkan ...................................................................................... 3
1.5 Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abrasi .................................................................................................... 5
2.2 Faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan pesisir pantai........................... 6
2.2.1 Faktor Alam ................................................................................................
2.2.2 Faktor Manusia ............................................................................................
2.3 Pencegahan abrasi dengan Ekosistem Bakau....................................................... 6
2.3.1 Manfaat Tanaman Bakau.............................................................................
2.4 .............................................................................................................................. 8
2.5............................................................................................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rencana Penelitian ............................................................................................. 17
3.2 Lokasi penelitian dan waktu penelitian ............................................................... 17
3.3 Subjek dan objek penelitian................................................................................. 17
3.4 Tahapan penelitian............................................................................................... 17
3.5 Indikator capaian ................................................................................................. 18
3.6 Teknik pengumpulan data ................................................................................... 18
iii
3.7 Analisis data......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat ketuntasan untuk tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
fakultas teknik, Program studi Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.
Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari Hari Pranoto,
S.T, M.T, S.H selaku pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Lingkungan
serta bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
Penulis
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kawasan pesisir kampung ujung Banyuwangi Barat berbatasan langsung
dengan selat Bali disebelah timur. Kampung Ujung yang berada disepanjang
garis pantai Boom. Pantai Boom memiliki gelombang dan arus yang cukup besar
karena berada di kawasan perairan selat Bali. Tinggi dan kuatnya gelombang ini
disebabkan karena perairan ini merupakan pertemuan antara dua arus yaitu laut
Jawa dibagian utara dan Samudera Hindia dibagian selatan, selain itu kondisi
angin diwilayah ini cukup kencang menyebabkan zona pasangsurut yang tinggi
pula, sehingga menyebabkan pada beberapa tempat bagian bibir pantai kawasan
pantai sudah mengalami abrasi sehingga garis pantai menjadi tidak stabil.
Abrasi atau erosi adalah kerusakan garis pantai akibat dari terlepasnya
material pantai, seperti pasir atau lempung yang terus menerus di hantam oleh
gelombang laut atau dikarenakan oleh terjadinya perubahan keseimbangan
angkutan sedimen di perairan pantai atau hilangnya daratan di wilayah pesisir,
sedangkan akresi atau sendimentasi adalah timbulnya daratan baru di wilayah
pesisir. Fenomena abrasi maupun akresi disebabkan oleh faktor alami dan
manusia. Proses-proses alami dapat berupa proses hidro-oseanoografi, dari laut
misalnya akibat hempasan gelombang, perubahan pola arus, angin dan fenomena
pasang surut yang kesemuanya dapat menyebabkan abrasi pantai. Disamping itu,
kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global semakin memperparah
kondisi perairan pantai. Pemanasan global merupakan fenomena peningkatan
temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca
1
(greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti
karbondioksida (C02), metana (CH4), dinitrooksida (N20) dan CFC sehingga panas
dari energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.
Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentuk dinamisasi kawasan
pantai yang terjadi secara terus menerus. Pantai di Kampung Ujung rentan
terhadap pergerakan sedimen yang memberi dampak pada mundurnya garis
pantai (abrasi) dan majunya garis pantai (akresi). Pergerakan sedimen
memberikan dampak terhadap perubahan geomorfologi, ketidakstabilan
ekologi, dan kerusakan bangunan di sekitar pantai. Abrasi merupakan
salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat merusak dan
mengancam bangunan-bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut, baik
bangunan yang difungsikan sebagai penunjang wisata maupun rumah-rumah
penduduk.
Selain Abrasi, yang mengancam kerusakan lingkungan di daerah
Kampung Ujung adalah pola hidup masyarakat dan tingkat kesadaran
masyarakat yang rendah akan buang sampah pada tempatnya, asyarakat
membuang sampah sembarangan, menjadikan kawasan ini menjadi kumuh dan
kotor, selain itu sampah-sampah tersebut akan mencemari kawasan pesisir dan
laut.
2
1.3. TUJUAN
1. Dapat mengetahui pentingnya menjaga kelestarian pesisir pantai di Kawasan
Kampung Ujung dari kerusakan baik yang disebabkan oleh alam dan Manusia
1.5. MANFAAT
Berdasarakan pada uraian diatas, maka karya tulis ilmiah ini dengan tujuan utama
mengetahui pentingnya menjaga kelestarian pesisir pantai dengan pertimbangan
antara lain :
1. Menyediakan bahan referensi tentang pentingnya menjaga kelestarian
pesisir pantai.
2. Meyediakan bahan bacaan yang berguna untuk menambah wawasan
tentang pentingnya pentingnya menjaga kelestarian pesisir pantai.
3. Menumbuhkan kesadaran masyarakat agar tidak abai dalam hal menjaga
kelestarian lingkungan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
masyarakat, maupun pemerintah itu sendiri. Pembangunan pariwisata
berkelanjutan haruslah memanfaatkan sumber daya alam secara optimal sesuai
daya dukung sehingga tidak menimbulkan kerusakan, menghormati sosial
budaya masyarakat setempat, memastikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan
serta terdistribusi secara adil pada seluruh stakeholders atau pemangku
kepentingan.
2.2. Definisi Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata Berkelanjutan atau Sustainable Tourism adalah pariwista
yang berkembang sangat pesat, termasuk pertambahan arus kapasitas
akomodasi, populasi lokal dan lingkungan, dimana perkembangan pariwisata
dan investasi – investasi baru dalam sektor pariwisata seharusnya tidak
membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, jika kita
memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak negative.
Maka beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk mengatur
pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik dan menempatkan masalah
akan sustainable tourism sebagai prioritas karena usaha atau bisnis yang baik
dapat melindungi sumber – sumber atau asset yang penting bagi pariwisata
tidak hanya untuk sekarang tetapi dimasa depan.
5
atau kerusakan lingkungan jelas terlihat dan terasa.
Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut:
1. Meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan
6
dari pembangunan disemua aspek kehidupan.
2. Menghargai dan meningkatkan perhatian terhadap hak asasi
manusia,termasuk kebebasan masyarakat dan politik,budaya ekonomi
dan keamanan .
Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut:
Mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan mendorong kebesaan usaha dengan memberikan
insentif, kebijakan dan sistem yang mendukung dan meningkatkan
transparansi dalam pengambilan keputusan dan akurasi informasi
meningkatkan akuntabilitas.
2.4. Tantangan- tantangan yang dihadapi TWA Ijen dimasa depan
Perkembangan pariwisata yang pesat diberbagai belahan dunia
berdampak pada semua dimensi kehidupan manusia, termasuk di TWA Ijen
yang kini menjadi destinasi pariwisata kelas dunia, berkembangnya aktivitas
pariwisata di TWA Ijen ini tentunya diikuti dengan pengaruh dan dampak
negatif hal inilah yang akan menjadi tantangan di TWA Ijen dimasa depan :
2.4.1. Meningkatnya Kerusakan Lingkungan
Di beberapa tempat telah muncul keluhan-keluhan dari masyarakat
sekitar kawasan TWA Ijen tentang adanya pencemaran lingkungan khususnya
banyaknya sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan. Tumpukan sampah tidak
hanya dijumpai di area Paltuding tapi juga disepanjang jalur pendakian menuju
puncak gunung ijen juga banyak dijumpai sampah yang sengaja atau tidak
dibuang oleh wisatawan, bahkan di dasar kawah dan kaldera kawah ijen juga
ditemui beberapa sampah botol plastik, selain masalah sampah kerusakan
dilingkungan ijen juga terlihat pada penggundulan hutan akibat dari pembukaan
lahan yang digunakan untuk membangun beberapa fasilitas infrastruktur guna
7
menunjang aktivitas pariwisata di TWA Ijen. Hal ini yang menjadi tantangan
terbesar yang dihadapi oleh TWA Ijen dimasa yang akan datang.
2.5. Prinsip – Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan
usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan
untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk
generasi yang akan datang. “Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada
kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara
ekologis dalam jangka panjang,Sekaligus layak secara ekonomi, adil seara etika
dan sosial terhadap masyarakat”
Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam
Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung
secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial
terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya
terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara
mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber
daya secara berkelanjutan. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem
penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang
melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait
dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu
lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan
berkelanjutan tersebut dianggap sebagai “resep” pembangunan terbaik, termasuk
pembangunan pariwisata.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-
prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
8
partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal,
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan
masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi,
akuntabilitas, pelatihan serta promosi.
2.5.1 Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan
pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata,
mengidentifikasi sumber- sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan,
serta mengembangkan tujuan- tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan
dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam
mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.
9
2.5.3 Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang
berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan
seperti hotel, restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan
dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku
bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan
kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku
bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang
kepemilikan lokal tersebut.
2.5.4 Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan
berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari
penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara
berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap
perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan
yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus
menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki
dengan menggunakan kriteria- kriteria dan standar-standar internasional.
2.5.5 Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat
Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan
pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat
dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata
budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap
perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.
2.5.6 Daya Dukung
10
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus
sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan
pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat
ditentukan penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas
wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of
acceptable use).
11
perhotelan, serta topik- topik lain yang relevan.
2.5.10 Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi
penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of
place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan
lahan tersebut
seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas
yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.
12
2. Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat.
Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika semua pihak dapat
bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid.
Komunitas yang dimaksud adalah masyarakat lokal , pemerintah lokal ,
industri pariwisata, dan organisasi masyarakat yang tumbuh dan
berkembang pada masyarakat di mana destinasi pariwisata dikembangkan.
Maksudnya adalah dengan adanya atas dasar musyawarah dan
permufakatan masyarakat setempat dengan adanya tersebut dapat
menghasilkan dampak positif yaitu dapat membangun hubungan
kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan
pengelolaannya, terjalinnya komunikasi yang baik anata industry
pariwisata, peemrintan dan masyarakat ehingga akan terciptanya
pariwisata berkelanjutan sesuai yang direncanakan.
3. Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku kepentingan,
dan dengan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang
lebih baik. Serta harus dapat menampung pendapat organisasi masyarakat
lokal, melibatkan kelompok masyarakat miskin, kaum perempuan,
asosiasi pariwisata, dan kelompok lainnya dalam masyarakat yang
berpotensi mempengaruhi jalannya pembangunan.
4. Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam sekala kecil,
dan menengah. Program pendidikan yang berhubungan dengan
kepariwisataan harus mengutamakan penduduk lokal dan industri yang
berkembang pada wilayah tersebut harus mampu menampung para pekerja
lokal sebanyak mungkin dengan itu membuka kesempatan kepada
masyarakat untuk membuka usaha dan mengajarkan masyarakat untuk
menjadi pelaku ekonomi dalam kegiatannya mengikuti tujuan pariwisata
13
itu sendiri tanpa mengorbakan alam atau apapun.
5. Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya
dalam masyarakat, artinya pariwisata harus memberikan dampak
pengganda pada sector lainnya, baik usaha baru maupun usaha yang telah
berkembang saat ini.
6. adaanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi wisata
dengan para operator penjual paket wisata, sehingga perlu dibangun
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan anatra satu sama lain
dengan itu menekan tingkat kebocoran pendapatan pemerintah dan dapatb
mengingkatkan pendapatan pemerintah maupun pelaku yang melakukan
kegiatan itu sendiri.
7. Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian,
peraturan, perundang – undangan baik tingkat nasional maupun
intenasional sehingga pembangunan pariwisata dapat berjalan dengan
lancar tanpa kendala. Dan juga membentuk kerjasama dengan masyarakat
setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap
dilanggarnya peraturan yang berlaku.
8. Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan,
memberikan keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan
generasi yang akan datang. Karena anggapan bahwa pembangunan
pariwisata berpotensi merusak lingkungan adalah sesuatu yang logis, jika
dihubungkan dengan peningkatan jumlah wisatawan dan degradasi daerah
tujuan pariwisata tersebut.
9. Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan pada
exploitasi.
10. Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik untuk memastikan
14
pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam konsep pembangunan
berkelanjutan, dengan menggunakan prinsip pengelolaan manajemen
kapasitas, baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek wisata tertentu,
kapasitas ekonomi, kapasitas sosial, dan kapasitas sumber daya yang
lainnya sehingga pembangunan pariwisata dapat terus berkelajutan.
11. Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya seperti
penggunaan air bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan sumber
daya lainnya harus dapat dipastikan tidak disalah gunakan.
12. Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam bentuk
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata
agar para pekerja ahli dalam bidangnya masing-masing.
13. Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu mewujudkan
kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya
pariwisata harus mampu memberikan kualitas berusaha ”quality of
opportunity” kepada para penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi
berikutnya dan menjadi yang terpenting adalah terciptanya kualitas
pengalaman wisatawan ”quality of experience”.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rencana Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
yaitu suatu metode penelitian yang mempunyai sifat induktif dan deskriftif. Metode
tersebut digunakan karena pada aspek pemahaman secara terperinci dalam suatu
permasalahan dari pada permasalahan yang dilihat dari general.
Perumusan Masalah
1.Jurnal
Melaksanakan Studi
Literatur 2. Internet
1.Observasi
16
Penjelasan mengenai tahapan penelitian diatas :
1. Perumusan Masalah, tahapan ini dilaksanakan pengumpulan dan
penggalian ide atas permasalahan yang dihadapi oleh lingkungan
ditempat pariwisata. Berdasarkan perumusan masalah yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil bahwa permasalahan yang diangkat pada
karya tulis ilmiah ini adalah upaya yang dilakukan untuk terus menjaga
kelestarian lingkungan di kawasan pariwisata.
2. Melaksanakan Studi Literatur, tahap ini dilaksanakan dengan mencari
berbagai sumber tertulis yang berupa jurnal, artikel, buku, serta
dokumen lain yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
3. Penetapan Subjek dan Tempat Penelitian, tahap ini dilaksanakan
penetapan subjek dari fokus penelitian, selanjutnya menentukan tempat
penelitian yang tentunya berhubungan dengan penelitian yang
dilaksanakan.
4. Metode Pengumpulan Data, pada tahap ini dilaksanakan proses
pengumpulan data dari hasil observasi di kawasan Taman Wisata Alam (
TWA ) Ijen, kemudian dilanjutkan proses wawancara, dengan beberapa
stakeholder atau pemangku kepentingan yang terkait, dan selanjutnya
dilanjutkan proses dokumentasi.
5. Analisis Data, tahap ini merupakan tahapan akhir setelah keseluruhan
data yang didapat terkumpul dan dikelompokkan berdasarkan variable
dan jenis responden.
17
Adapun aspek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Aspek Lingkungan, didalam aspek lingkungan ini mendiskripsikan tentang
kondisi alam disekitar Kawasan TWA Ijen, tentang adanya sampah yang
masih berserakan di Kawasan TWA Ijen, tentang penggundulan hutan untuk
pembangunan fasilitas dan sarana prasarana penunjang pariwisata.
2. Aspek Ekonomi, didalam aspek ini mendiskripsikan tentang peranan
pariwisata dalam meningkatkan ekonomi masyarakat disekitar kawasan.
3. Aspek Sosial, didalam aspek ini mendiskripsikan tentang peranan
masyarakat disekitar kawasan TWA Ijen, Budaya serta pendukung
komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19