Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KAMPUNG APUNG SEBAGAI INOVASI ADAPTASI PERMUKIMAN


PESISIR BERKELANJUTAN DI ZONA ABRASI DAN ROB DI DESA
BEDONO KECAMATAN SAYUNG

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

Siti Kurniawati 21040115140132 2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan Kampung: Apung Sebagai Inovasi Adaptasi Permukiman


Pesisir Berkelanjutan di Zona Abrasi dan Rob Di Desa
Bedono Kecamatan Sayung

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT


3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Siti Kurniawati
b. NIM : 21040115140132
c. Jurusan : Teknik PWK
d. Universitas/Institusi/Politeknik : Universitas Diponegoro
e. Alamat Rumah dan No. Telp/HP : Jalan Kijang lama km 7 Gg. Bangun sari III
no.10
f. Alamat Email : skurniawati97@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap Dan Gelar : Sariffuddin, S.T., M.T.
b. NIDN : 0001058302
c. Alamat Rumah dan No. Telp/HP : Jl. Bkt Cemara Indh Blk C BKJ Semarang /
08112750515

Semarang, 15-05-2018
Menyetujui,
Wakil Dekan I Fakultas Teknik Ketua pelaksana kegiatan
Universitas Diponegoro,

(Prof.Dr. Moh. Djaeni, S.T., M.Eng) Siti Kurniawati


NIP/NIK. 197102071995121001 NIM. 21040115140132

Wakil Rektor I Akademik dan Kemahasiswaan Dosen Pendamping


Universitas Diponegoro,

(Prof. Dr. Ir. Muhammad Zainuri, DEA) (Sariffuddin, S.T., M.T..)


NIP/NIK. 196207131987031003 NIDN. 0001058302

DAFTAR ISI

2
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-KEWIRAUSAHAAN...................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
RINGKASAN..........................................................................................................1
1. PENDAHULUAN............................................................................................2
a. Latar Belakang..............................................................................................2
b. Tujuan...........................................................................................................2
c. Manfaat.........................................................................................................3
2. GAGASAN.......................................................................................................3
a. Kondisi Kekinian..........................................................................................3
b. Solusi Yang Pernah Ditawarkan....................................................................4
c. Kehandalan Gagasan.....................................................................................4
d. Pihak-pihak Yang Terlibat.............................................................................5
e. Strategi Penelitian.........................................................................................6
3. KESIMPULAN.................................................................................................7
4. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................8

3
1

KAMPUNG APUNG SEBAGAI INOVASI ADAPTASI PERMUKIMAN PESISIR


BERKELANJUTAN DI ZONA ABRASI DAN ROB DI DESA BEDONO
KECAMATAN SAYUNG

RINGKASAN

Perubahan Iklim belakangan ini telah menjadi isu dunia yang menjadi concern untuk
diatasi dengan berbagai cara. Pemanasan global (global warming) menyebabkan
Perubahan iklim, dampak dari salah satunya adalah fenomena kenaikan muka air laut. Desa
Bedono merupakan salah satu desa di Kecamatan Sayung yang terkena dampak abrasi. Desa
ini tekah dilanda abrasi sejak pertengahan tahun 1995 dan semakin parah tahun 2006
hingga menenggalamkan rumah warga, telah terdapat 2 dusun yang tenggelam akibat banjir
rob (Lestari, 2015). Banjir rob yang terjadi di Desa Bedono selama 20 tahun terakhir
diperkirakan yang terbesar di kawasan pantai utara dan selatan Jawa dan bahkan di
Indonesia. Pada tahun 2000 akibat bencana abrasi dan rob terjadi perubahan garis pantai
dan kerusakan pantai. Perubahan garis pantai rata-rata 1,5 km dan terpanjang 2,46 km
(Rif’an, 2014). Banjir rob tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian berupa materi namun
juga dari segi sosial dan ekonomi masyarakat.
Tujuan tulisan ini adalah agar dapat memecahkan permasalahan penurunan muka
tanah dan banjir rob dengan solusi Kampung Apung.Kampung Apung menjadi suatu
alternatif pemecahan masalah dan sekaligus bisa berpotensi dikembangkan sebagai objek
wisata sehingga ide ini dirasa cocok untuk diterapkan di Desa Bedono.Metode yang
digunakan pada penelitian kali ini adalah metode kualitatif. Di dalam gagasan ini juga
disertakan konsep desain “Kampung Apung”. Penerapan Kampung Apung membutuhkan
sinergesitas dan koordinasi dari berbagai stakeholders terkait agar pengimplemetasian
dapat berjalan secara optimal.
Kata Kunci: Perubahan Iklim, Banjir Rob, Kampung Apung
2

1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki
panjang pesisir di kurang lebih 81.000 km atau sekitar 14 % dari panjang garis pantai dunia
(Sunarto, 2008). Hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara yang memiliki pesisir
terpanjang di dunia setelah pesisir di Kanada. Persoalan pesisir di Indonesia saat ini menjadi
masalah yang serius akibat timbulnya bencana. Bencana yang terjadi di wilayah pesisir
disebabkan adanya perubahan iklim dan proses yang terjadi di lautan seperti banjir, tsunami,
gempa bumi dan bencana lainnya (Marfai, 2014).Perubahan Iklim menjadi isu dunia
belakangan ini dan menjadi concern untuk diatasi dengan berbagai cara. Pemanasan global
(global warming) menyebabkan Perubahan iklim, dampak dari salah satunya adalah
fenomena kenaikan muka air laut. Fenomena kenaikan air laut menyebabkan adanya banjir
air pasang. Banjir rob merupakan kenaikan muka air laut yang disebut dengan banjir
rob(Suhelmi, 2009).
Kabupaten Demak merupakan salah satu daerah yang terkena banjir rob dan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Sudah terdapat 17 desa yang tersebar di 3
kecamatan yakni Kecamatan Sayung, Kecamatan Bonang dan Kecamatan Karangtengah yang
terkena banjir rob (Ritohardoyo, dkk., 2014). Kecamatan Sayung adalah kecamatan yang
paling parah terkena imbas dari bencana rob. Sebanyak 10 desa dari 17 desa yang terdampak
rob di Kabupaten Demak merupakan bagian administratif dari Kecamatan Sayung (Asrofi,
2017). Salah satunya adalah Desa Bedono. Pada tahun 2000 akibat bencana abrasi dan rob
terjadi perubahan garis pantai dan kerusakan pantai. Perubahan garis pantai rata-rata 1,5 km
dan terpanjang 2,46 km (Rif’an, 2014)
Bencana banjir rob yang terjadi di Desa Bedono mengubah kondisi fisik, tatanan
ekonomi dan sosial kehidupan masyarakat yang berada di dalamnya. Ketahanan wilayah pun
menjadi ancaman karena adanya bencana banjir rob. Desa ini tekah dilanda abrasi sejak
pertengahan tahun 1995 dan semakin parah tahun 2006 hingga menenggalamkan rumah
warga, telah terdapat 2 dusun yang tenggelam akibat banjir rob (Lestari, 2015). Menurut
(Asrofi, 2017) Rob juga menjadi penyebab kerusakan bangunan dan kerugian berupa
hilangnya aset milik pribadi masyarakat. Kerusakan yang disebabkan oleh rob di antaranya
amblesnya pondasi, retaknya keramik lantai, retak dan terkikis nya tembok, lapuknya kusen
dan daun pintu (Asrofi, 2017). Selain menimbulkan kerugian secara fisik, banjir rob yang
terjadi membawa kerugian secara ekonomi bagi masyarakat Desa Bedono. Kondisi ekonomi
masyarakat Desa Bedono sangat terpengaruh oleh bencana banjir rob. Bencana rob cenderung
membawa banyak kerugian ditinjau dari segi ekonomi dan segi fisik. Nilai lahan pun menjadi
hilang karena adanya bencana rob tersebut.
Oleh karena itu diperlukan adanya solusi untuk mengatasi kerugian warga akibat
adanya rob terutama untuk memperbaiki atau merenovasi rumah. Kampung apung hadir
sebagai solusi bagi warga Desa Bedono dalam meminimalisir dampak banjir rob dengan cara
mengubah konstruksi rumah yang awalnya tembok menjadi kayu. Rumah dengan konstruksi
kayu lebih ekonomis dan meminimalisir biaya peninggian rumah karena dengan
3

menggunakan konstruksi kayu seperti rumah panggung membuat rumah warga menjadi lebih
tinggi sehingga warga pun tidak perlu meninggalkan tumah mereka saat terjadi banjir.
b. Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, tujuan dari penulisan gagasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara adaptasi yang mudah dari dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim yakni dengan penerapan “Kampung Apung” sebagai rumah ramah
lingkungan yang adaptif terhadap perubahan iklim terutama untuk masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir.
2. Meminimalisir kerugian akibat adanya abrasi dan rob di Desa Bedono

c. Manfaat

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, manfaat dari penulisan gagasan ini
adalah sebagai berikut;
1. Memberikan solusi bagi masyarakat Desa Bedono tentang konsep rancangan
Kampung Apung dengan sebagai suatu solusi bagi masyarakat dalam menghadapi
banjir rob.
2. Mengurangi biaya perbaikan rumah dari adanya banjir dan rob

2. GAGASAN

a. Kondisi Kekinian

Pada pertengahan tahun 1990 an banjir rob mulai melanda di pesisir Desa Bedono dan
mulai dirasakan warga. Timbulnya bencana rob menjadi penyebab utama menurunnya
kondiisi lingkungan dan tingkat perekonomian yang tidak menguntungkan. Dahulunya Desa
Bedono merupakan desa yang subur dan makmur.Namun adanya kondisi yang tidak
menguntungkan tersebut menyebabkan sebagian warga melakukan berbagai adaptasi
terhadap perubahan tempat tinggal nya agar dapat bertahan hidup. Frekuensi banjir yang
sering dan berulang menyebbakan masyarakat sudah terbiasa dalam menghadapi hal tersebut.
Genangan akibat rob merupakan masalah global karena adanya perubahan iklim. Genangan
rob kian meninggi dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan kerusakan dan kerugian yang
semakin bertambah. Tinggi genangan rob tidak dapat dihindari dan diselesaikan secara lokal
karena memang hal ini merupakan dampak dari adanya perubahan iklim. Dampak dari
adanya banjir rob ini pun turut merubahan penggunaan lahan yang dahulunya adalah sawah
dan tegalan sekarang sudah tertutup oleh genangan lumpur. Masyarakat memanfaatkan lahan
yang sudah tenggelam sebagai konservasi hutan mangrove yang saat ini menjadi objek wisata
andalan bagi Desa Bedono. Perubahan penggunanan lahan di Desa bedono ditunjukkan pada
Gambar 1 dan 2.
4

Sumber : Asrofi,2016
Gambar 1 Peta Sejarah Desa Bedono Tahun 2003

Sumber : Asrofi,2016
Gambar 2 Peta Sejarah Desa Bedono Tahun 2016
Sebelum terjadi rob pada sekitar tahun 1990an bentukan lahan yang ada di Desa
Bedono digunakan sebagai area tambak, tegalan, sawah dan pemukiman penduduk. Peta
diatas menunjukkan perubahan penggunaan lahan dikarenakan adanya banjir rob dan
abrasi.Perubahan penggunaan lahan ini tentunya turut mengubah tatanan sosial dan ekonomi
masyarakat setempat. Mata pencaharian masyarakat saat belum terjadi rob mayoritas adalah
petani, namun saat ini berubah menjadi petani tambak. Rob sudah mengakibatkan
tenggelamnya area yang sebagian besar lahan produktif warga dan juga permukiman warga
Desa Bedono. Masyarakat pesisir Desa Bedono merupakan masyarakat yang terkena dampak
secara langsung oleh bencana banjir rob. Hal ini memberikan ancaman pada masyarakat Desa
Bedono. Dampak langsung yang dirasakan adalah kerugian dan kehilangan aset yang mereka
miliki. Aset berupa tanah dan rumah jika hilang tentu akan menimbulkan kerugian
masyarakat.
b. Solusi Yang Pernah Ditawarkan

Dalam salah satu jurnal yang berjudul Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir Dalam
Penanganan Bencana Banjir Rob Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi Di
Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah) (Asrofi, 2017)
disebutkan bahwa bentuk adaptasi untuk meminimalisir dampak rob dari sektor permukiman
adalah cara meninggikan bangunan rumah yang ditinggali setap 5 tahun sekali, membuat
pengaman bambu di sepanjang jalan. Namun untuk cara meninggikan rumah seperti itu
banyak menghabiskan biaya karena konstruksi nya terbuat dari tembok sehingga harga nya
lebih mahal.
5

c. Kehandalan Gagasan

Kenaikan muka air laut dan perubahan iklim merupakan sesuatu yang tidak bisa
dihindari, terutama wilayah pesisir pasti akan terdampak dan lambat laun akan tenggelam
akibat muka tanah menjadi lebih rendah karena adanya abrasi. Sudah terdapat 2 dusun yang
tenggelam dikarenakan abrasi dan rob yang terjadi. Saat ini, Desa Bedono sedang dalam
ancaman akan tenggelam juga seperti dusun sebelumnya. Oleh karena “Kampung Apung”
hadir sebagai suatu solusi untuk meningkatkan adaptasi masyarakat.

Sumber: Hasil Rancangan Penulis, 2018

Kampung Apung merupakan suatu rancangan dengan konsep rumah panggung yang
ramah lingkungan dan ekonomis bagi masyarakat. Kampung Apung dapat menjadi suatu
solusi adaptasi masyarakat secara fisik. Saat ini, rumah-rumah yang terdapat di Desa Bedono
masih berdinding tembok padahal wilayah mereka sudah menjadi langganan banjir rob.
Banyak rumah warga yang tenggelamakibat adanya bawaan sedimentasi pada saat banjir dan
muka tanah yang mengalami
Gambarpenurunan.
3 RancanganSalah satu bentuk
Kampung adaptasi
Apung di warga adalah melakukan
Desa Bedono
peninggian rumah setiap 5 tahun sekali dan itupun hanya bagi masyarakat yang mampu
untuk meninggikan rumah nya saja, sedangkan masyarakat yang tidak mampu hanya
melakukan pembiaran. Kampung Apung dapat meminimalisir dampak dari banjir dan
menjadi solusi adaptasi bagi masyarakat di Desa Bedono. Dengan memberikan tiang kaki
yang panjang, dapat mengurangi biaya untuk meninggikan rumah. Tiang kaki rumah terbuat
dari konstruksi kayu yang tahan terhadap air asin. Proses pembangunan tiang kaki rumah ini
sama seperti pembangunan rumah panggung pada umum nya, hanya saja dibagian dasar nya
diberikan cor/ pondasi yang kuat untuk menopang tiang kaki yang panjang tersebut. Pondasi
pada rumah dengan konsep apung ini berbentuk lingkaran, pondasi semacam ini lebih
menghemat biaya dan bahan nya pun mudah didapatkan. Berbeda dengan kondisi saat ini
dimana rumah masyarakat terbuat dari tembok dan bersifat permanen, sehingga bagi mereka
yang tidak memiliki uang untuk merenovasi rumah, rumah nya dibiarkan memendek seiring
dengan berjalannya waktu.
Kampung apung dapat menjadi cara adaptasi bagi warga di Desa Bedono. Adaptasi
nya berupa masyarakat tidak perlu melakukan peninggian rumah setiap 5 tahun sekali karena
rumah sudah dibuat lebih tinggi dari lingkungan sekitar. Masyarakat selama ini sering was-
was saat kondisi cuaca tidak mendukung, dengan konsep rumah yang lebih tinggi
masyarakat tidak perlu was-was lagi karena sudah terjamin keamanan nya. Saat terjadi banjir
dan rob masyarakat tidak perlu meninggalkan rumah mereka lagi, karena desain rumah yang
6

sudah mendukung untuk terhindar dari banjir. Konsep Kampung Apung juga bisa dijadikan
sebagai obyek wisata jika masyarakat dapat mengelola dengan baik. Apalagi di Desa Bedono
sudah terdapat Kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Desa Bedono sudah terdapat wisata
mangrove, jika Kampung Apung dapat diaplikasikan maka tentunya dapat menunjang
pemgembangan wisata mangrove juga. Poin terpenting disini adalah Kampung Apung dapat
meningkatkan adaptasi masyarakat di Desa Bedono dan mengurangi kerentanan yang terjadi
dengan cara perubahan konstruksi rumah yang semula tembok menjadi kayu.
d. Pihak-pihak Yang Terlibat

Untuk dapat mengimplementasikan gagasan ini dibutuhkan kerjasama dengan


kelembagaan / stakeholder terkait yang memiliki peran dan kepentingan masing-masing
yakni sebagai berikut:
 Pemerintah Daerah
Fungsi dari Pemerintah Daerah adalah mengkoordinir dan memiliki otoritas terhadap
wilayahnya. Persetujuan dalam pembangunan “Kampung apung” sangat penting. Perlu
ditetapkan juga kebijakan yang mendukung terealisasi nya rancangan “Kampung apung”,
selain itu Pemerintah juga berperan dalam hal pembiayaan agar dapat mengalokasikan
beberapa persen dari APBD untuk mensubsidi “Kampung apung” agar dapat terealisasi
dengan baik. Pemerintah juga berperan untuk melakukan kontrol terhadap kualitas bahan
bangunan agar keselamatan penghuni dapat terjamin.
 Dinas PU dan BAPPEDA
Fungsi dari Dinas PU dan Bappeda adalah sebagai pengawas atau kontrol agar
program dapat berjalan sesuai dengan ketentuan RTRW dan kebijakan lain yang
 Arsitek
Arsitek memiliki peran penting dalam pengimplementasian program ini yakni
penetapan desain Kampung Apung dan pengkajian ulang seberapa efektif rumah ini sesuai
dengan perspektif arsitektur yang baik dan benar.
 Ahli teknik sipil
Ahli teknik sipil memiliki peran dalam pengimplementasian program ini yakni
penentuan konstruksi bahan bangunan dan menjamin pelaksanaan fisik dan spesifikasi
teknis pembangunan bangunan.
 Masyarakat
Masyarakat adalah yang menjadi target dalam pengimplementasian rancangan
“Kampung apung” , masyarakat diharapkan kooperatif dan mendukung agar program
ini dapat terealisasi dengan baik. Sehingga kemampuan mereka beradaptasi terhadap
perubahan iklim pun akan meningkat. Masyarakat menjadi pengawas dalam
pelaksanaan dan pengimplementasian Kampung Apung.
e. Strategi Penelitian

Sosialisasi dan Penerimaan Publik


Sosialisasi sangat perlu dilakukan untuk menjelaskan dan memaparkan
kelebihan serta manfaat dari rumah dengan konsep Kampung Apung ini kepada
masyarakat, karena perencanaan ini menyangkut kebiasan dan perilaku masyarakat
sehari-hari. Jika pola konsumtif dan hidup yang tidak memperhatikan lingkungan
7

masih terus dilakukan oleh masyarakat, maka “Kampung Apung” tidak akan
memberikan manfaat secara optimal. Untuk itu perlu ada sosialisasi dan kesadaraan
publik serta masyarakat mau menerima dan merawat rumah mereka untuk seterusnya.
Bentuk pendekatan sosialisasi kepada masyarakat adalah pendekatan partisipatori,
yaitu masyarakat dianggap sebagai subjek atau pelaku perubahan. Pendekatan kepada
kelompok-kelompok masyarakat seperti PokDarWis (Kelompok Sadar Wisata) akan
menjadi lebih efektif, karena jika secara individu masyarakat sulit untuk memecahkan
masalahnya sendiri Pengikutsertaan masyarakat dalam setiap rencana akan membuat
program menjadi lebih efektif karena sesuai dengan kebutuhan dan kehendak
masyaraat sendiri. Pengikutsertaan ini juga dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengelola suatu program. Penjelasan mengenai
manfaat Kampung Apung sebagai salah satu bentuk adaptasi masyarakat juga dapat
menguntungkan masyarakat itu sendiri. Kampung apung dapat menghasilkan
keuntungan karena dapat dijadikan potensi wisata jika dikelola dengan baik, apalgi
sudah terdapat wisata mangrove yang dikembangkan oleh masyarakat, hal ini tentu nya
akan mendorong dan memajukan Desa Bedono.
Skema atau Alur Strategi Penelitian
Berikut ini adalah alur secara umum dari tahapan yang akan dilalui untuk
mengimplementasikan rancangan “Kampung Apung” :
Diagram 1. Alur Strategi Penelitian
TINGKAT ADAPTASI
MASYARAKAT

Tantangan :- Kebijakan:-
Meningkatnya Kebijakan RTRW
kerentanan mengenai kawasan
Isu Utama : - masyarakat- Perlu pesisir dan rawan
Abrasi- Banjir dan adanya suatu solusi bencana banjir-
ROB pengentasan Banjir Anggaran dana
ROB- Lumpuhnya untuk penerapan
kegiatan ekonomi Kampung Apun
masyarakat

Sosialisasi
Pendekatan Stakeholders
Partisipatori kepada
terkait
masyarakat

Masyarakat Penilaian
sebagai subjek Lapangan, Uji
Kelayakan

Penerimaan dan Implementasi gagasan


Kesediaan Publik “Kampung Apung”

Meminimalisir dampak
banjir

Peningkatan cara
adaptasi masyarakat
8

Sumber: Hasil Analisis Penulis,2018


Bagan diatas menjelaskan tentang kerangka pikir pengimplementasian “Kampung
Apung” yang dimulai dengan adanya isu mengenai abrasi dan banjir sehingga meningkatkan
kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim dan dibutuhkan kebijakan yang jelas serta
solusi jitu dalam menghadapi perubahan iklim berupa Kampung Apung yang meningkatkan
cara adaptasi masyarakat dari bencana banjir dikarenakan rumah yang dibuat seperti
panggung sehingga masyarakat tidak perlu untuk meninggalkan rumah mereka saat banjir.
3. KESIMPULAN

Desa Bedono merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Desa Bedono telah terkena banjir rob sejak lama, bahkan pada tahun
2006 diperparah dengan tenggelamnya rumah-rumah warga. Oleh karena itu dibuuthkan
suatu solusi untuk peningkatan adaptasi masyarakat yaitu “Kampung Apung”. Kampung
Apung merupakan rancangan rumah dengan konstruksi yang terbuat dari kayu sehingga lebih
ekonomis bagi masyarakat untuk beradaptasi jika terjadi penurunan muka tanah. Kampung
Apung juga dapat dijadikan sebagai potensi wisata dengan memaksimalkan keberadaan
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk dapat mengelola Kampung Apung selain sebagai
tempat tinggal juga membantu pengembangan ekonomi lokal Desa Bedono yang sempat
terpuruk. Namun untuk dapat mengimplementasikan gagasan ini dibutuhkan kerjasama dari
pihak-pihak tertentu agar dapat berjalan optimal.
9

4. DAFTAR PUSTAKA

Asrofi, A. (2017). Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir Dalam Penanganan Bencana Banjir
Rob Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah ( Studi Di Desa. Jurnal Ketahanan
Nasional, 23(2), 1–20.
Lestari, Sri. 2015. Desa Bedono di Demak terancam tenggelam akibat abrasi. Dalam
www.bbc.com. Diakses pada 25 Mei 2018
Marfai, M.A., 2014, Banjir Pesisir Kajian Dinamika Pesisir Semarang, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press,
Ritohardoyo, S., Sudrajat, Kurniawan, Andri., 2014, Aspek Sosial Banjir Genangan (Rob) Di
Kawasan Pesisir, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Suhelmi I.R., 2009, “Pemanfaatan Multimedia dalam Visualisasi Model Rob Berbasis Sistem
Informasi Geografi Di Semarang”, Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol.2 No.2 November
2009, hal 25-31
Sunarto, 2008, “Hakikat Bencana Kepesisiran dalam Perspektif Geomorfologi dan Upaya
Pengurangan Resikonya”, Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol.1 No.4 Mei 2008, hal 11-
15
Sutigno, A. L., & Pigawati, B. (2015). Bentuk Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana Rob di
Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Jurnal Teknik PWK, 4(4), 499–
513.

Anda mungkin juga menyukai