Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERMASALAHAN LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT PESISIR

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Annisa Diyah Prameswari (20200810047)
Mochammad Shofiullah Waliudin (20200810067)
Fanani Zulfania Rahmawati (20200810080)

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA


SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang
ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa saya tidak
mungkin dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Terlebih penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan makalah tugas Ilmu
Sosial Budaya Dasar : Masyarakat Maritim “Permasalahan Lingkungan Pada
Masyarakat Pesisir.”
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran untuk membuat
makalah ini menjadi lebih baik dari segi isi maupun segi yang lainnya. Penulis
mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca.
Surabaya, 1 April 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

C. Tujuan .....................................................................................................................2

D. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................2
A. Ragam Permasalahan Lingkungan..........................................................................2

B. Filsafat Etika Lingkungan.......................................................................................5

C. Manajemen Lingkungan Pesisir Terpadu................................................................7


BAB III PENUTUP.............................................................................................................10
Kesimpulan...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................................
11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Pesisir memiliki makna yaitu Sekumpulan manusia yang hidup


bersama dan mendiami atau menduduki di wilayah pesisir, Masyarakat memiliki
budaya yang sangat khas yang berkhaitan dengan ketergantungan mengelola sumber
daya alam di lingkungan pesisir
Jika dilihat dari sisi konteks pengembangan masyarakat di wilayah pesisir,
Masyarakat pesisir di daerah sana merupakan suatu kelompok masyarakat yang
berdomisili di wilayah pesisir yang hidupnya cenderung masih tertinggal dari
masyarakat di kota yang cenderung lebih maju.
Dampak tertinggalnya teknologi mengakibatkan lingkungan di wilayah pesisir
yang beranekaragam tersebut dapat merusak lingkungan pesisir dan dapat
berlangsung secara terus menerus jika pembangunan wilayah di daerah pesisir tidak
segera terealisasi dalam jangka waktu dekat ini.
Suatu kegiatan dapat menghasilkan kerusakan lingkungan yaitu yang dapat
menghasilkan efek samping secara langsung dapat merugikan kegiatan aktivitas
masyarakat pesisir lain. Contoh yang banyak terjadi di wilayah pesisir adalah
pembuangan limbah industri yang langsung dibuang ke lingkungan pesisir, tanpa
adanya pengolahan terlebih dahulu sebelumnya yang dapat merusak sumber daya
hayati perairan dan dapat demikian berupa merugikan lingkungan laut khususnya
perikanan.
Di wilayah lingkungan pesisir terdiri berbagai macam ekosistem yang berbeda
kondisi dan sifatnya. Namun pada umumnya ekosistem sangat kompleks dan peka
terhadap gangguan. Rusaknya ekosistem tersebut berdampak pula sumber daya alam
didalamnya tersebut.
Akibat negatif dari pengolahan dan pemanfaatan beranekaragam tersebut agar
dapat dipertahankan dan untuk menghindari pertikaian antar kepentingan, serta
mencegah kerusakan ekosistem agar tidak lebih parah rusaknya di wilayah pesisir,
Maka pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu di landaskan
perencanaan menyeluruh kepada masyarakat yang didasarkan atas prinsip-prinsip
ekonomi dan ekologi
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan lingkungan yang mengancam
kelestarian sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu: pencemaran, degradasi
fisik habitat, over eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan
lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen kegagalan dasar dari komponen perangkat dan pelaku
pengelolaan lingkungan pesisir?
2. Apa hubungan nya permasalahan lingkungan pada masyarakat pesisir dengan
filsafat dan etika lingkungan?
3. Manajemen apa saja untuk pelatihan dasar yang dapat dilakukan untuk ke
efektivitasan menjaga kerusakan lingkungan di wilayah pesisir?
4. Apa pengaruh kerusakan lingkungan di daerah pesisir bagi kegiatan manusia?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jauh permasalahan lingkungan pada masyarakat pesisir
terutama kerusakan lingkungan di daerah pesisir
2. Untuk mengerti manajemen apa saja pelatihan dasar yang dapat dilakukan ke
efektivitasan menjaga kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
3. Untuk mengetahui hubungan permasalahan lingkungan pada masyarakat pesisir
dengan filsafat dan etika lingkungan
4. Untuk mengerti lebih pengaruh kerusakan lingkungan di daerah pesisir bagi
kegiatan manusia

C. Manfaat
1. Agar dapat mengerti tentang manajemen pelatihan dasar yang dapat dilakukan ke
efektivitasan menjaga kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
2. Agar dapat mengetahui peran hubungan permasalahan lingkungan pada
masyarakat pesisir dengan filsafat dan etika lingkungan
3. Agar mengetahui mengerti lebih pengaruh kerusakan lingkungan di daerah pesisir
bagi kegiatan manusia
4. Agar mengetahui lebih jauh permasalahan lingkungan pada masyarakat pesisir
terutama kerusakan lingkungan di daerah pesisir.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Ragam permasalahan lingkungan pada masyarakat pesisir


Di daratan pesisir, terutama di sekitar muara sungai besar, berkembang pusat-pusat
pemukiman manusia yang disebabkan oleh kesuburan sekitar muara sungai besar dan
tersedianya prasarana angkutan yang relative mudah dan murah, dan pengembangan industry
juga banyak dilakukan di daerah pesisir. Namun perlu diperhatikan agar kegiatan yang
beranekaragam tersebut tidak merusak lingkungan pesisir dan dapat berlangsung secara
serasi. Suatu kegiatan dapat menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan kegiatan lain.
Contoh yang banyak terjadi adalah pembuangan limbah industry yang langsung dibuang ke
lingkungan pesisir, tanpa adanya pengolahan tertentu sebelumnya yang dapat merusak
sumber daya hayati perairan dan dengan demikian merugikan lingkungan laut khususnya
perikanan.
Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda kondisi dan sifatnya. Pada
umumnya ekosistem sangat kompleks dan peka terhadap gangguan. Rusaknya ekosistem
tersebut berarti rusak pula sumber daya didalamnya. Akibat negatif dari pemanfaatan
beranekaragam agar dapat dipertahankan sekecil-kecilnya dan untuk menghindari pertikaian
antar kepentingan, serta mencegah kerusakan ekosistem di wilayah pesisir, pengelolaan,
pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu berlandaskan perencanaan menyeluruh dan
terpadu yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi dan ekologi.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan lingkungan yang mengancam kelestarian
sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu: pencemaran, degradasi fisik habitat, over
eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan
pembangunan lainnya dan bencana alam. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan laut, khususnya di Indonesia yaitu : pemanfaatam ganda, pemanfaatan tak
seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.
1. Pemanfaatan ganda
Konsep dari pemanfaatan ganda perlu memperhatikan keterpaduan dan keserasian berbagai
macam kegiatan di sekitar pesisir. Sementara itu, batas kegiatan perlu ditentukan agar tetap
menjaga lingkungan pesisi untuk mendapat waktu jeda berkembang. Dengan demikian
pertentangan agar kegiatan dalam jangka panjang dapat dihindari atau diperkecil. Salah satu
contoh penggunaan wilayah untuk pertanian, kehutanan, perikanan, alur pelayaran, wisata
rekreasi, pemukiman, lokasi industry dan juga sebagai tempat pembuangan sampah dan air
limbah.
Pemanfaatan ganda wilayah pesisir yang serasi dapat berjalan untuk jangka waktu tertentu,
kemudian persaingan dan pertentangan mulai timbul dengan berjalannya dengan seiring
waktu. Pemanfaatan telah melampaui daya dukung lingkungan. Untuk beberapa hal, keadaan
ini mungkun dapat diatasi dengan teknologi mutakhir. Akan tetapi, perlu juga untuk dijaga
agar cara pemecahan itu tidak mengakibatkan timbulnya dampak negait atau pertentangan
baru.
2. Pemanfaatan tak seimbang
Masalah penting dalam pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir di Indonesia adalah
ketidakseimbangan pemanfaatan sumber daya tersebut, yang ditinjau dari susudt
penyebarannya dalam tata ruang nasional. Hal ini merupakan akibat dari ketimpangan pola
penyebaran penduduk semula disebabkan oleh perbedaan keunggulan komporatif dalam
keadaan sumber daya wilayah pesisir Indonesia.
Pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan nasional harus juga memperhatikan
kondisi ekologis setempat dan faktor-faktor pembatas. Melalui perencanaan yang baik dan
cermat, serta dengan kebijaksanaan yang serasi, perubahan tata ruang yang akan menjurus
kearah lebih baik.

3. Pengaruh kegiatan manusia


Pemukiman di sekitar pesisir menghasilkan pola-pola penggunaan lahan dan air yang khas,
yang berkembang sejalan dengan tekanan dan tingkat pemanfaatannya, sesuai dengan
keadaan lingkungan wilayah pesisir tertentu. Usaha-usaha budidaya ikan, penangkapan ikan,
pembuatan garam, eksploitasi hutan rawa, pembuatan perahu nelayan, perdagangan dan
indutri merupakan dasar bagi tata ekonomi masyarakat pedesaan wilayah pesisir.
Tekanan penduduk yang besar sering mengakibatkan rusaknya lingkungan pesisir,
pencemaran perairan oleh sisa-sisa rumah tangga, meluasnya proses erosi, kesehatan
masyarakat yang memburuk dan tergantungnya ketertiban dan keamanan umum. Dengan
demikian, pemanfaatan sumber daya yang terkandung di dalamnya dapat dikelola dengan
baik. Perlu dihayati pula bahwa sekali habitat atau suatu ekosistem rusak maka sukar untuk
memperbaiki kembali.
Selain beberapa hal tersebut yang dapat memicu terjadinya kerusakan lingkungan pesisir,
juga terdapat adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi. Kegagalan pengelolaan SDA dan
lingkungan hidup ditengarai akibat adanya 3 kegagalan dasar dari komponen perangkat dan
pelaku pengelolaan. Diantaranya :
1. Kegagalan kebijakan (lag of policy)
Yang menjadikan aspek lingkungan hanya menjadi variable minor. Padahal, dunia
internasional saat ini selalu mengkaitkan segenap aktivitas ekonomi dengan isu lingkungan
hidup, seperti green product, sanitary safety, dan lainnya. Salah satu contoh dari kegagalan
kebijakan tersebut adalah berkenaan dengan kebijakan penambangan pasir laut. Di satu sisi,
kebijakan tersebut dibuat untuk membantu menciptakan peluang investasi terlebih pasarnya
sudah jelas. Namun, kendala lain telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan dan
sangat dirasakan langsung oleh nelayan dan pembudidaya ikan disekitar kegiatan tersebut.
Bahkan secara tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat di derah lain. Misalnya
tindakan terjadinya gerusan/abrasi pantai, karena karakteristik wilayah pesisir bersifat
dinamis.

2. Kegagalan masyarakat (lag of humanity)


Sebagai bagian dari kegagalan pelaku pengelolaan local akibat adanya beberapa persoalan
mendasar yang menjadi keterbatasan masyarakat. Kegagalan masyarakat terjadi akibat
kurangnya kemampuan masyarakat untuk dapat menyelesaikan persoalan lingkungan secara
sepihak, disamping kurangnya kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk memberikan
masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan berkewajiban mengelola dan
melindungi lingkungan sekitar. Ketidakberdayaan masyarakat tersebut semakin
memperburuk posisi tawar sebagai pengelola local dan pemanfaat SDA dan lingkungan
pesisir. Contoh kongkrit adalah banyaknya pabrik-pabrik yang membuang limbah yang tidak
diinternalisasi ke DAS yang pasti dan akan terbuang menuju laut atau adanya kebocoran pipa
pembuangan residu dari proses ekstrasi minyak yang tersembunyi, dan kendala-kendala
lainnya.
3. Penanggulangan permasalahan lingkungan yang ada masih bersifat parsial dan kurang
terkoordinasi.
Dampaknya, proses penciptaan co-existense antar variable lingkungan yang menuju
keharmonisan dan berkelanjutan antar variable menjadi terabaikan. Misalnya, solusi
pembuatan tanggul penahan abrasi yang dilakukan di beberapa daerah Pantai Utara (Pantura)
Jawa, secara jangka pendek mungkin dapat menanggulangi permasalahan yang ada. Namun
dalam jangka panjang persoalan lain yang mungkin sama atau juga mungkin lebih besar akan
terjadi di daeraah lain karena karakteristik wilayah pesisir dan laut yang bersifat dinamis.
B. Filsafat dan etika lingkungan
Wilayah pesisir merupajan daerah pertemuan antara darat dan laut. Dimana arah daratnya
neliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air dan masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti pasang surut, angina laut, dan perembesan air asin. Sedangkan daerah lautnya
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat
seperti sedimentasi dan lairan air tawae, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan mencemaran. (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001)
Berdasarkan Keputusan Menteri kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/MEN/2002 tenang
Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, dimana wilayah pesisir
didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi, dimana kea rah laut sejauh 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga
dari wilayah laut itu untuk kabupaten/kota dank e arah darat batas administrasi
kabupaten/kota.
Kedua definisi wilayah pesisir tersebut secara umum memberikan gambaran besar, betapa
kompleks aktivitas ekonomi dan ekologi terjadi di wilayah pesisir. Kompleksitas aktivitas
ekonomi seperti perikanan, pariwisata, pemukiman, perhubungan dan lainnya yang
memberikan tekanan yang cukup besar terhadap keberlanjutan ekologi wilayah pesisir seperti
ekosistem mangrove, padang lamun, dan budidaya-budidaya lainnya. Tekanan yang demikian
besar jika tidak dikelola secara baik dan benar akan menurunkan kualitas dan kuantitas
sumber daya yang terdapat di wilayah pesisir.
Peranan pemerintah, swasta dan masyarakt dalam hal ini menjadi bagian terpenting yang
harus bekerja sama tanpa terpisahkan untuk berupaya mengelola lingkungan pesisir dan laut.
Pengelolaan lingkungan secara terpadu terbukti memberikan peluang yang cukup efektif
dalam menyeimbangkan pelestarian lingkungan dan pemanfaatan ekonomi. Namun demikian,
hal ini tidak menutup kemungkinan adanya bentuk-bentuk pengelolaan yang lebih aplikatif
dan adaptif. Salah satu bentuk pengelolaan yang cukup berpeluang memberikan jaminan
efektifitas dalam pengimplementasiannya adalah pengelolaan berbasis masyarakat.
Masyarakat memiliki adat istiadat , nilai sosial maupun kebiasaan yang berbeda di setiap
wilayahnya. Perbedaan tersebut menyebabkan terdapat perbedaan dalam pengelolaan
lingkungan. Karena itu, dalam proses pengelolaan lingkungan perlu memperhatikan
masyarakat dan kebudayaannya, baik sebagai bagian dari subjek maupun objek wilayah
tersebut. Dengan memperhatikan hal ini dan tentunya kondisi fisik dan alamiah dari
lingkungan pesisir dan laut proses pengelolaan diharapkan dapat menjadi lebih padu, lancer,
dan efektif serta diterima oleh masyarakat setempat.
Adapun sumber pencemaran perairan pesisir dan laut biasanya terdiri dari limbah industry,
limbah cair pemukiman, limbah cair perkotaan, pelayaran, pertanian, dan budidaya. Dimana
bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa sedimen,
organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substances (bahan yang menyebabkan
oksigen ikut terlarut dalam air laut menjadi berkurang). Bahan pencemar tersebut dapat
menimbulkan dampak negative bagi kehidupan pesisir yang dapat merusak ekosistem laut.
Beberapa etika yang perlu diperhatikan terhadap bahan-bahan yang akan dibuang ke perairan,
termasuk wilayah pesisir diantaranya:
a. Macam, sifat, banyaknya dan kontinuitas bahan buangan
b. Kemampuan daya angkut dan pengencer perairsan yang berkaitan dengan kondisi
oseanografi wilayah tersebut.
c. Kemungkinan interaksi antara sifat-sifat kimia dan biologi bahan buangan dengan
lingkungan perairan.
d. Pengaruh bahan buangan terhadap kehidupan dan rantai makanan.
e. Proses degradasi dan perubahan biogeokimia
f. Prognose terhadap jumlah dan macam tambahan bahan pencemar di hari depan
g. Memikirakn faktor-faktor lain untuk kehidupan jangka panjang.
Proses pengelolaan lingkungan ada baiknya lebih memandang situasi dan kondisi local agar
pendekatan pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kondisi local daerah yang dikelola.
Pandangan ini tampak relevan untuk dilaksanakan di Indonesia dengan cara memperhatikan
kondisi masyarakat dan kebudahyaan serta unsur fisik masing-masing wilayah yang mungkin
memiliki perbedaan.
Menurut Carter (1996) sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat
pada manusia, dimana pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumber daya dan
lingkungan secara berkelanjutan di suatu daerah yang terletak di tangan organiasi masyarakat.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam pengelolaan ini, masyarakat diberikan kesempatan dan
tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap suumber daya dan lingkungan yang
dimilikinya. Masyarakat sendiri yang mendefiniskan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya serta
masyarakat pula yang membuat keputusan demi kesejahteraannya.
Konsep etika pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan pesisir dan laut memiliki
beberapa aspek posited yaitu :
a. Mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan
b. Mampu merefleksikan kebutuhan-kebutuhan masyrakat local yang spesifik
c. Mampu meningkatkan manfaat local bagi seluruh anggota masyarakt yang ada
d. Mampu meningkatkan efisensi secara ekonomis maupun teknis
e. Responsive dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan lingkungan local
f. Mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen
g. Masyarakat local termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan
Peran pemerintah dan masyarakat beretika dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan
seoptimal mungkin harus seimbang, terkoordinasi dan tersinkronisasi. Penting dilakukan
mengingat pemerintah mempunyai kewajiba untuk memberikan pelayanan terhadap
masyarakat, termasuk mendukung pengelolaan sumber daya dan lingkungan demi
kepentingan dan kesejahteraan masa depn. Disisi lain masyarakat juga berperan dan
bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam dan
lingkungan.
C. Manajemen lingkungan pesisir terpadu.
Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut perlu dilakukan secara hati-hati agar
tujuan dapat tercapai. Mengingat bahwa subjek dan objek penanggulangan ini terkait erat
dengan keberadaan masyarakatnya, dimana mereka juga mempunyai ketergantungan yang
cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber daya di lingkungan sekitar pesisir misalnya
seperti ikan, udang, kepiting, kayu, mangrove, dll. Maka penanggulangan kerusakan
lingkungan pesisir dan laut yang berbasis masyarakat menjadi pilihan yang bijaksana untuk
diimplementasikan.
Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir terpadu mampu menjawab persoalan yang
terjadi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik sumber daya alam dan sumber daya
manusia di wilayah tersebut. Pola perencanaan pengelolaan meliputi pola pendekatan
perencanaan dari bawah yang disinkronkan dengan pola pendekatan perencanaan dari atas
menjadi sinergi diimplementasikan. Dalam hal ini pemberdayakan masyarakat menjadi hal
krusial yang harus dijadikan dasar implementasi sebuah manajemen pengelolaan lingkungan
pesisir terpadu.
Tujuan khusus memanajemen penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dalam hal ini
dilakukan, diantaranya :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menanggulangi kerusakan
lingkungan terutama wilayah pesisir.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan
rencana penanggulangan kerusakan lingkungan secara terpadu yang sudah disetujui bersama.
3. Membantu masyarakat setempat memilih dan mengembangkan aktivitas ekonomi
yang lebih ramah lingkungan di wilayah pesisir.
4. Memberikan pelatihan mengenai sistem pelaksanaan dan pengawasan upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan wilayah laut.
Memanajemen pengelolaan lingkungan pesisir yang terpadu adalah suatu pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan di suatu wilayah dimana masyarakat local di tempat tersebut
terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang terkait. Dimana
manajemen tersebut meliputi berbagai dimensi kegiatan sebagai berikut :
a. Persiapan
Dalam persiapan ini terdapat 3 kegiatan kunci yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Sosialisasi rencana kegiatan dengan masyarakat dan kelembagaan local yang ada
2. Pemilihan/pengangkatan motivator (key person) desa.
3. Penguatan kelompok kerja yang telah ada/pembentukan kelompok kerja baru.
3 hal tersebut yang harus dilakukan untuk mempersiapkan manajemen pengelolaan
lingkungan wilayah pesisir.
b. Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan upaya memanajemen penanggulangan pencemaran
lingkungan pesisir ini terdapat 7 ciri perencanaan yang dinilai akan efektif, diantaranya :
1. Proses perencanaannya berasal dari dalam (internal) dan bukan dimulai dari luar
(eksternal).
2. Merupakan perencanaan partisipatif termasuk keikutsertaan masyarakat local.
3. Berorientasi pada tindakan (aksi) berdasarkan tingkat kesiapannya.
4. Memiliki tujuan yang jelas
5. Memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi pengambilan keputusan.
6. Bersifat terpadu dan meliputi proses-proses untuk pemantauan dan evaluasi.
Manajemen perencanaan tersebut sangat efektif jika dijalankan secara maksimal terutama
masyarakat wilayah pesisir tersebut.
c. Persiapan sosial
Masyarakat harus mempersiapkan dan memanajemen secara sosial diantaranya :
1. Penyadaran tentang nilai-nilai ekologi ekosistem pesisir dan wilayah laut serta
manfaat penanggulangan kerusakan lingkungan wilayah pesisir.
2. Penyadaran tentang konservasi
3. Penyadaran tentang keberlanjutan ekonomi jika upaya penanggulangan kerusakan
lingkungan dapat dilaksanakan secara arif dan bijaksana.
Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi secara penuh itulah beberapa manajemen yang
harus diterapkan untuk menjaga lingkungan wilayah pesisir.
d. Penyadaran masyarakat
Adapun manajemen dalam penyadaran masyarakat diantaranya:
1. Penyadaran tentang nilai-nilai ekologi ekosistem wilayah pesisir dan laut serta
manfaat penanggulangan kerusakan lingkungan
2. Penyadaran tentang konservasi
3. Penyadaran tentang keberlanjutan ekonomi jika upaya upaya penanggulangan
kerusakan dapat dilaksanakan secara arif dan bijaksana.
Tiga kunci manajemen tersebut untuk penyadaran kepada masyarakat dapat mengelola
wilayah pesisir dan lingkungan disekitar laut agar terlaksana dengan baik.
e. Analisis kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat beberapa pelaksanaannya diantaranya:
1. PRA dengan melibatkan masyarakat local
2. Identifikasi situasi yang dihadapi di lokasi
3. Analisis kegiatan seperti kekuatan kegiatan, kelemahan kegiatan, peluang kegiatan,
dan ancaman kegiatan
4. Identifikasi masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut
5. Identifikasi kendala-kendala yang dapat mengahalngi implementasi yang efektif dari
rencana-rencana tersebut.
6. Identifikasi strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegiatan wilayah pesisir.
7 hal tersebut untuk manajemen lingkungan pesisir khususnya dengan menganalisis
kebutuhan di wilayah tersebut.
f. Pelatihan ketrampilan dasar
Dengan memerlukan manajemen penanggulangan diantaranya :
1. Pelatihan mengenai perencanaan upaya penanggulangan kerusakan pesisir.
2. Ketrampilan tentang dasar-dasar manajemen organisasi pengurus kegiatan.
3. Peran serta masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan wilayah pesisir
4. Pelatihan dasar tentang pengamatan sumber daya
5. Pelatihan pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi
6. Orientasi mengenai pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dan pelestarian sumber daya wilayah
pesisir.
Dengan manajemen pelatihan dasar tersebut yang dilakukan untuk ke efektivitasan menjaga
kerusakan lingkungan wilayah pesisir.
g. Penyusunan rencana penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir secara terpadu dan
berkelanjutan
Terdapat langkah-langkah dalam memanajemen penyusunan rencana penanggulangan
kerusakan lingkungan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan diantaranya:
1. Mengkaji permasalahan, strategi dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir.
2. Menentukan sasaran dan tujuan penyyusunan rencana penanggulangan
3. Membantu pelaksanaan pemetaan oleh masyarakat sekitar
4. Mengidentifikasi aktivitas penyebab kerusakan lingkungan
5. Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan serta dalam pemantauan
pelaksanaan rencana tersebut
h. Pengembangan fasilitas sosial
Terdapat dua kegiatan pokok dalam manajemen pengembangan fasilitas sosial diantaranya :
1. Melakukan perkiraan atau analisis kebutuhan prasarana yang dibutuhkan dalam upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir, penyusunan rencana penanggulangan dan
pelaksanaan penanggulangan yang sebagi subjek adalah masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan (ketrampilan) lembaga desa yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan langkah-langkah penyelamatan dan penanggulanhan kerusakan lingkungan dan
pembangunan prasarana wilayah pesisir.

i. Pendanaan
Pendanaan merupakan bagian terpenting dalam prosesn implementasi manajemen dalam
upaya penanggulangan kerusakan lingkugan pesisir. Karena itu, peran pemerintah selaku
penyedia pelayanan diharapkan dapat memberikan alternative pembiyaan sebagai dana awal
perencanaan dan implementasi penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir. Namun
demikian, modal terpenting dalam upaya ini adanya kesadaran masyarakt untuk melanjutkan
upaya penanggulangan dana swadaya masyarakat sekitar.
Kesembilan manajemen upaya penanggulangan pencemaran lingkungan pesisir tersebut tidak
bersifat absolut, tetapi dapat disesuaikan dengan karakteristik suatu wilayah, sumberdaya dan
masyarakat sekitar. Dan terlebih bilamana wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan local
yang memberukan peran positif bagi pengelolaan sumber daya dan pembangunan ekonomi
sekitar.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat pesisir
merupakan suatu kelompok masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir yang hidupnya
cenderung masih tertinggal dari masyarakat di kota yang cenderung lebih maju.Dampak
tertinggalnya teknologi mengakibatkan lingkungan di wilayah pesisir yang beranekaragam
tersebut dapat merusak lingkungan pesisir. Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan
yang mengancam kelestarian sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu pencemaran,
degradasi fisik habitat, over eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan
lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam. Permasalahan yang
dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut, khususnya di Indonesia yaitu
pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan
pencemaran wilayah pesisir.

DAFTAR PUSTAKA
Waluya.Bagja. Permasalahan Lingkungan Pesisir dan Laut.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/Bab_11_Permasalah
an_Lingkungan_Laut_%26_Pesisir.pdf. Diakses pada Jumat 2 April 2021 pukul 17.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai