Anda di halaman 1dari 23

BATAS WILAYAH PESISIR DAN WILAYAH KEPULAUAN

OLEH:

WA ODE LISKA NUR AURIN

J1A122315

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 01 Oktober 2022

Wa Ode Liska Nur Aurin


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1 Karakteristik umum wilayah pesisir dan kepulauan...............................................................4
2.2 Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan kepulauan................................................................6
2.3 Cara menjaga habitat di pesisisr maupun di kepulauan..........................................................8
2.4 Potensi sumber daya wilayah pesisir ......................................................................................10
2.5 Kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta keterkaitannya
dengan pengelolaan lingkungan hidup....................................................................................15
BAB 3. PENUTUP ......................................................................................................................19
3.1 Kesimpun................................................................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian lautnya
masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian
daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin (Ketchum, 1972). GESAMP1 (2001) mendefinisikan wilayah pesisir
sebagai wilayah daratan dan perairan yang dipengaruhi oleh proses biologis dan fisik dari
perairan laut maupun dari daratan, dan didefinisikan secara luas untuk kepentingan
pengelolaan sumber daya alam. Sehingga deliniasi wilayah pesisir ini dapat berbeda
tergantung dari aspek administratif, ekologis, dan perencanaan.

Definisi wilayah pesisir seperti yang sudah dijelaskan memberikan suatu pengertian bahwa
ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang
tinggi dan beragam, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai
potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena
dampak kegiatan manusia. Lebih lanjut, umumnya kegiatan pembangunan, secara langsung
maupun tidak langsung, dapat berdampak buruk bagi ekosistem pesisir.

Undang-Undang (UU) No. 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU No.1
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil mendefinisikan
wilayah pesisir sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut. Dalam konteks ini, ruang lingkup pengaturan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil menurut batas yurisdiksi suatu negara.

Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, maka wilayah pantai juga telah mengalami
tekanan yang cukup berat, dan secara signifikan telah terjadi eskalasi degradasi kawasan
pesisir yang cukup memprihatinkan. Kecendrungan meningkatnya degradasi lingkungan
pesisir antara lain ditandai dengan meningkatnya kerusakan habitat (mangrove, terumbu
karang, dan padang lamun), perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi dan erosi
serta pencemaran lingkungan. Meningkatnya secara nyata degradasi wilayah pesisir tersebut,
baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas serta sebaran dampak yang ditimbulkan
oleh kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung telah mengancam
keberlanjutan fungsi-fungsi wilayah pesisir dalam menopang Pembangunan yang
berkelanjutan.

Daerah Kepulauan adalah daerah yang memiliki karekteristik secara geografis


dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang didalamnya terdapat pulau-pulau yang
membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu kesatuan geografis dan sosial budaya
Dalam proses pemanfaatan pulau-pulau kecil, masih banyak pihak yang kurang bijak hingga
melanggar peraturan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem pada pulau tersebut sebagai
contoh penambangan, perubahan alih fungsi lahan, pemanfaatan secara nomine dan lain
sebagainya. Hal tersebut tidak hanya merugikan negara secara lingkungan namun juga
masyarakat yang biasanya secara langsung merasakan dampak dari kegiatan tersebut seperti
berkurangnya penghasilan hingga kehilangan mata pencaharian juga kerugian akibat
rendahnya nilai sewa tanah di pulau kecil dalam jangka waktu yang lama. Beberapa
permasahalahan pulau antara lain 

1.2 Rumusan Masalah

 
1.2.1 Tujuan dan karakteristik umum pengelolaan suatu wilayah pesisir?
1.2.2 Tujuan dan karakteristik umum pengelolaan suatu wilayah kepulauan?
1.2.3.Bagaimana cara kita menjaga habitat dan kualitas kawasan pesisir?
1.2.4 Bagaimana cara kita menjaga habitat dan kualitas kawasan kepulauan?
1.2.5 Apa potensi sumber daya wilayah pesisir dan wilayah kepulauan?
1.2.6.Apa kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta keterkaitannya
dengan pengelolaan lingkungan hidup?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui Tujuan dan karakteristik umum pengelolaan suatu wilayah pesisir
1.3.2 Mengetahui Tujuan dan karakteristik umum pengelolaan suatu wilayah kepulauan
1.3.3 Mengetahui Bagaimana cara kita menjaga habitat dan kualitas kawasan pesisir
1.3.4 Mengetahui Bagaimana cara kita menjaga habitat dan kualitas kawasan kepulauan
1.3.5 Mengetahui Apa potensi sumber daya wilayah pesisir dan kepulauan
  1.3.6 Mengetahui Apa kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta
Keterkaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup

BAB 2
PEMBAHASAN

Wilayah pesisir merupakan suatu kawasan yang sangat strategis baik ditinjau dari segi ekologi,
sosial budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Hal tersebut dapat dipahami karena
sekitar 140 juta penduduk Indonesia mendiami wilayah pesisir dan sekitar 16 juta tenaga kerja
terserap oleh industri di pesisir dengan memberikan kontribusi sebesar 20,06% terhadap devisa
Negara. Disamping itu wilayah pesisir Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 km
memiliki habitat/ekosistem yang produktif serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem estuaria dan ekosistem padang
lamun.

Indonesia merupakan negara yang diberi julukan 'negara kepulauan' yaitu negara yang terdiri
dari pulau-pulau baik pulau-pulau besar hingga pulau-pulau kecil. Jumlahnya sangat banyak
yaitu beribu-ribu terbentang dari sabang sampai merauke.

Berikut adalah pulau-pulau besar Indonesia :

 Sumatera
 Jawa
 Kalimantan
 Sulawesi
 Papua

Belum lagi ada pulau Maluku, Bali, Nusa Tenggara, dan ribuan pulau kecil lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.

Ini merupakan salah satu keunikan negara Indonesia dibanding negara lain. Dalam wilayah yang
sangat luas dan ribuan pulau tersebut terkandung didalamnya sumber daya alam yang kaya baik
di darat maupun di laut. Semua itu dapat menjadi potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan
masyarakat maupun negara. Patutlah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah
yang dilimpahkan-Nya kepada negara kita ini.

Selain negara kepulauan, berikut julukan negara Indonesia yang lain :

 Negara maritim => wilayah laut lebih luas daripada daratan


 Zamrud khatulistiwa => letak geografis Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa
 Negara agraris => sebagian besar penduduk bermata pencarian petani
 Tanah surga => negara yang subur dan tumbuhan mudah tumbuh

2.1 Karakteristik umum wilayah pesisir dan kepulauan

Karakteristik umum wilayah laut dan pesisir adalah sebagai berikut:

1. Pesisir merupakan kawasan yang strategis karena memiliki topografi yang relatif mudah
dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (dengan memanfaatkan laut sebagai
“prasarana” pergerakan).
2. Pesisir merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam, baik yang terdapat di
ruang daratan maupun ruang lautan, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk kepentingan pengelolaan menjadi kurang begitu
penting untuk menetapkan batas-batas fisik suatu wilayah pesisir secara kaku (rigid). Akan
lebih berarti, jika penetapan batasbatas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor
yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan
lautan beserta segenap sumber daya yang ada di dalamnya, serta tujuan dari pengelolaan itu
sendiri. Jika tujuan pengelolaan adalah mengendalikan atau menurunkan tingkat pencemaran
perairan pesisir yang dipengaruhi oleh aliran sungai, maka batas wilayah pesisir ke arah darat
hendaknya mencakup suatu DAS (daerah aliran sungai) dimana buangan limbah akan
mempengaruhi kualitas perairan pesisir.

Sementara itu, jika tujuan pengelolaan suatu wilayah pesisir untuk mengendalikan erosi
pantai, maka batas ke arah darat cukup hanya sampai pada lahan pantai yang diperkirakan
terkena abrasi, dan batas ke arah laut adalah daerah yang terkena pengaruh distribusi sedimen
yang paling dekat dengan garis pantai. Dengan demikian, meskipun untuk kepentingan
pengelolaan sehari-hari (day to day management) kegiatan pembangunan di lahan atas atau di
laut lepas biasanya ditangani oleh instansi tersendiri, namun untuk kepentingan perencanaan
pembangunan wilayah pesisir, segenap pengaruh atau keterkaitan tersebut harus dimasukkan
pada saat menyusun perencanaan pembangunan wilayah pesisir.

Terdapat definisi wilayah pesisir dalam dua pendekatan, yaitu definisi scientific dan definisi
yang berorientasi pada kebijakan.

a. Menurut definisi scientific, wilayah pesisir yang diibaratkan sebagai pita yang terbentuk
dari daratan yang kering dan ruang yang berbatasan dengan laut (air dan tanah di bawah
permukaan laut) dimana proses-proses dan pemanfaatan lahan yang terjadi di daratan
secara langsung mempengaruhi proses-proses dan pemanfaatan di laut dan sebaliknya.
(Ketchum, 1972 dalam Kay dan Alder, 1999).
b. Definisi yang berorientasi pada kebijakan yang dikemukakan ada dua definisi yaitu:
1) Definisi wilayah pesisir mencakup daerah sempit sebagai pertemuan antara darat dan
laut yang berkisar antara ratusan dan beberapa kilometer, meluas dari darat mencapai
batas perairan menuju batas jurisdiksi nasional di perairan lepas pantai. Definisi ini
tergantung pada seperangkat issue dan faktor-faktor geografi yang relevan pada setiap
bentangan pesisir yang ada (Hildebrand dan Norena, 1992; Kay dan Alder, 1999).
2) Manajemen wilayah pesisir melibatkan manajemen yang kontinu dari pemanfaatan
lahan di pesisir dan perairan beserta sumber daya yang ada dalam areal yang sudah
ditetapkan, dimana batas-batasnya ditetapkan secara politik melalui perundang-
undangan atau aturan yang ditetapkan oleh eksekutif (Jones dan Westmacott, 1993).

Dari kedua definisi yang berorientasi politik tersebut pada tingkat kebijakan, batas-batas
wilayah pesisir didefinisikan dalam empat cara, yaitu (1) berdasarkan jarak yang tetap, (2)
berdasarkan jarak yang beragam, (3) berdasarkan pemanfaatan, dan (4) merupakan
perpaduan dari ketiga hal tersebut.

 Batas Wilayah Pesisir


Saat ini, penentuan batas-batas wilayah pesisir didunia berdasarkan pada tiga kriteria,
yaitu (Dahuri et al., 1996):
a. Garis linier secara arbitrer tegak lurus terhadap garis pantai (coastline atau
shoreline).
b. Batas-batas administratif dan hukum negara.
c. Karakteristik dan dinamika ekologis (biofisik) yakni atas dasar sebaran spasial
dari karakteristik alamiah (natural features) atau kesatuan prosesproses ekologis
(seperti aliran sungai, migrasi biota dan pasang surut).

Maksud dari uraian berbagai definisi tentang wilayah pesisir adalah memperkaya
wawasan tentang pengertian yang lebih mendasar, batas-batas dan karakteristik kawasan
pesisir. Dari berbagai uraian definisi tersebut, dapat ditengarai beberapa unsur/elemen
yang mendasar, yaitu:

a. Pertemuan antara daratan dan perairan/laut.


b. Keterlibatan berbagai ekosistem yang berbeda.
c. Adanya interaksi dan keterkaitan antara berbagai ekosistem.
d. Adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan.
e. Terdapat batas-batas (boundary).

Mengingat bahwa kawasan pesisir adalah merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya
alam dan ekosistem yang paling produktif maka kawasan pesisir mempunyai daya tarik yang
luar biasa bagi manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Aktivitas manusia
dalam memanfaatkan sumber daya alam cenderung berlebihan dan merusak ekosistem yang
ada sehingga semakin hari semakin rusak dan semakin menurun kualitas fungsi ekosistem
dimaksud.

Beberapa alasan lain yang terkait dengan sifat sumber daya pesisir tersebut adalah :

1. Wilayah yang paling tertekan karena berbagai kegiatan pembangunan dan dampak
pembangunan,
2. Wilayah yang kurang diperhatikan, dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana umum,
3. Wilayah yang paling mudah dan banyak diakses karena secara geografis paling mudah
dan murah,
4. Wilayah yang mudah berubah karena sifat-sifat biofisiknya,
5. Pertambahan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas penduduk, dan pada umumnya
menjadi tempat berkembangnya kriminalitas,
6. Sumber daya pesisir sering bersifat akses terbuka (open access), paling tidak secara de-
facto demikian adanya.
2.2. Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan kepulauan
Tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah untuk: melindungi,
mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan.Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dilakukan agar dapat mengharmonisasikan kepentingan pembangunan ekonomi
dengan pelestarian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta memperhatikan karakteristik
dan keunikan wilayah tersebut.

Selain itu tujuannya juga untuk mengharmonisasikan kepentingan pembangunan ekonomi


dengan pelestarian Sumber Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dilakukan agar dapat Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta memperhatikan karakteristik
dan keunikan wilayah tersebut.
Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan, Daerah mulai memperhatikan potensi yang
dimilikinya dan yang secara ekonomis dapat dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa daerah di Indonesia yang secara geografis memiliki
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menyadari betapa pentingnya pengelolaan kawasan
tersebut untuk berbagai kegiatan baik yang bersifat ekonomis maupun konservasi dengan
seimbang dan tepat. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil memang merupakan wilayah
yang memiliki keunikan tersendiri namun rentan terhadap terjadinya konflik kepentingan,
ekonomi dan sosial serta berbagai persoalan lingkungan akibat pemanfaatan yang tidak
didasarkan pada prinsip ekologis yang merupakan dasar pengelolaan sumberdaya secara
berkelanjutan2.
Konflik kewenangan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat muncul ketika terjadi
perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya alam dalam yurisdiksi wilayah
pemerintah lokal dalam kerangka desentralisasi kewenangan. Pada sumber daya alam yang
sifatnya tidak lintas batas, hal tersebut barangkali tidak akan menimbulkan masalah yang
terlalu besar mengingat jurisdiksinya relatif jelas. Namun pada sumber daya yang sifatnya
lintas wilayah seperti sumber daya perikanan dan kelautan, hal ini memerlukan perhatian
yang cermat mengingat kemungkinan timbulnya konflik kewenangan sangat besar3. Seperti
telah diketahui bahwa sumber daya kelautan bersifat common property (milik bersama)
dengan akses yang bersifat quasi open access. Istilah common property dalam sumber daya
kelautan mengarah kepada pemilikan yang dilakukan di bawah kontrol pemerintah atau lebih
mengarah kepada sifat sumber daya yang merupakan public domain. Mengingat pemanfaatan
yang bersifat quasi open.
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia merupakan suatu kawasan yang sangat strategis baik
ditinjau dari segi ekologi, sosial budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Hal
tersebut dapat dipahami karena sekitar 140 juta penduduk Indonesia mendiami wilayah
pesisir dan sekitar 16 juta tenaga kerja terserap oleh industri di pesisir dengan memberikan
kontribusi sebesar 20,06% terhadap devisa Negara. Disamping itu wilayah pesisir Indonesia
dengan garis pantai sepanjang 95.181 km memiliki habitat/ekosistem yang produktif serta
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem
mangrove, ekosistem estuaria dan ekosistem padang lamun.

2.3 Cara menjaga habitat di pesisir maupun di kepulauan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari
17.000 pulau dan luas wilayah lebih dari 7  juta km2, yang mencakup 2 juta km2 lebih
wilayah daratan, 3 juta km2 lebih wilayah perairan dan sisanya merupakan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE).Bukan tanpa alasan Indonesia kerap dijuluki sebagai
'Negara Maritim' karena luasnya wilayah perairan tersebut. Keindahan maritim dan
hasil laut Indonesia masih menempati posisi tercantik di dunia. Mencakup wilayah
perairan, pesisir Indonesia juga menyimpan keindahannya tersendiri didukung oleh
kekayaan Sumber Daya Alamnya. Indonesia dengan segala keindahan alamnya
memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan mancanegara, maupun kita
penduduk lokal yang masih sering menghabiskan setengah sore menikmati ombak
kecil tepi pantai. Tetapi dibalik keindahan luasan perairan tersebut, masih banyak
permasalahan yang harus diselesaikan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Kerusakan pesisir akibat pembukaan lahan oleh oknum tidak bertanggung jawab,
pengerukan pasir tepi pantai untuk digunakan kembali sebagai bahan bangunan
maupun dikomersilkan dengan harga yang cukup tinggi, serta pengambilan hasil laut
ilegal yang entah tujuannya hanya untuk pemuasan ekonomi maupun sekedar pajangan
estetika semata. Abrasi dan rob juga menyubang sepersekian persen kerusakan garis
pantai.
1. Membuang Sampah Pada Tempatnya
Membuang sampah pada tempatnya merupakan sebuah pelajaran  sekaligus
kebiasaan tentang kebaikan sejak dini yang diajarkan oleh sekitar. Tetapi, entah
mengapa semakin beranjak dewasanya kita, kebiasaan ini semakin terlupakan
seperti angin lalu. Melansir info terbaru dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,
hingga tahun 2019, sampah di lautan Indonesia mencapai 1,29 Juta Metrik Ton
jumlahnya, dan yang terbanyak diraih oleh sampah plastik. Membuang sampah
pada tempatnya merupakan sebuah narasi sederhana untuk meningkatkan
kepedulian kita terhadap lingkungan, sekaligus menjadi sebuah kegiatan yang amat
sulit dilakukan terutama ketika tidak ditemukan tempat sampah di sepanjang jalan
pulang, atau jarak tempat sampah tersebut jauh dari jangkauan kita.
Pentingnya narasi bahwa sampah dapat merusak sepersekian meter persegi lahan
lingkungan hidup harusnya dipegang erat oleh individu yang masih merasa dirinya
makhluk Bumi. Bayangkan jika 10 orang mampu membuang sampahnya sendiri,
sudah berapa banyak luasan lahan yang ia selamatkan dari isu pencemaran
lingkungan.

2. Menjaga Aset Pesisir Saat Berwisata


Saat berwisata ke daerah pesisir, hendaknya kita sadar bahwa aset pesisir seperti
terumbu karang,hutan mangrove dan habitat satwa di sekitarnya bukan sebuah oleh-
oleh yang dapat kita hadiahkan kepada sanak saudara secara ilegal. Ada prosedur
tersendiri dalam pengambilan Sumber Daya Alam tersebut. Beberapa oknum yang
tidak bertanggung jawab, kerapkali melakukan pencurian terumbu karang untuk
diperjualbelikan maupun dikenang sebagai oleh-oleh lokasi setempat.Aktivitas
IUUF (illegal, unreported, unregulated fisheries)  membuat Indonesia harus
menelan kerugian hingga USD20 Miliar. Selain itu, aktivitas IUUF juga dapat
mengakibatkan degradasi lingkungan dan hilangnya ekosistem pesisir serta laut
yang ada di Indonesia.

3. Mengurangi Penggunaan Plastik


Plastik merupakan salah satu bahan penyokong kehidupan yang sulit diurai tanah.
Sehingga penggunaanya harus dikontrol agar tidak menjadi penyumbang sampah
terbesar di dunia. Plastik menjadi salah satu bahan yang dipilih dalam proses
produksi karena sifatnya yang serbaguna, fleksibel, ringan, tahan kelembaban, kuat
dan harga produksinya relatif murah.Plastik yang digunakan oleh Rumah Tangga di
seluruh dunia, selalu berakhir di tempat pembuangan sampah tanpa didaur ulang
terlebih dahulu. Sekitar 10 antara 22% hingga 43% bahan dasar hingga 20 juta ton
mencemari lautan tiap tahunnya. Sampah plastik juga menghasilkan kerugian
berpuluh-puluh miliar dolar setiap tahun dengan diiringi oleh kerusakan berbagai
ekosistem laut serta kematian berbagai hewan laut akibat sampah yang secara tidak
langsung tertelan.
Mengurangi penggunaan plastik dapat dimulai dengan membawa bahan pengganti
sebagai wadah ketika berpergian, contohnya totebag berbahan dasar kain dan
tumbler. Kalian juga dapat menemukan berbagai produk eco friendly  lainnya.

4. Melakukan Penanaman Mangrove untuk Kuatkan Pesisir Indonesia


Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang sangat dibutuhkan Pesisir
Indonesia, mengingat beberapa waktu ini, Pesisir Indonesia kerap dilanda abrasi
yang dapat melumpuhkan ekonomi warga sekitarnya.Salah satu fungsi tumbuhan
mangrove adalah mencegah erosi dan abrasi pantai dimana, akar dari tumbuhan
mangrove efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat
menjadi pelindung pengikisan tanah. Akar mangrove juga dapat mempercepat
bentuk penguraian limbah organik yang terbawa hingga wilayah pantai. Hutan
mangrove juga dapat mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari
lautan serta merupakan sebuah penghalang alami angin laut yang bertiup kencang
di waktu tertentu. Mangrove memiliki berbagai peran penting untuk kuatkan Pesisir
Indonesia, dan penanaman mangrove juga dirasa penting bahkan ketika abrasi
belum mencapai bibir laut.

5. Menjaga dan Merawat Laut Indonesia


Dengan turut serta merawat laut Indonesia, secara otomatis kita berkontribusi untuk
merangkai ekosistem laut agar kembali seimbang dan optimal sesuai fungsinya.
Laut Indonesia merupakan harta berharga negara, peninggalan nenek moyang dan
hasil perjuangan para pahlawan yang harus dipertahankan serta dirawat keindahan
dan kekayaannya. Sebagai pemuda Indonesia, sudah sepatutnya kita berbangga
akan kekayaan alam satu ini dengan turut serta menjaganya termasuk; tidak
membuang sampah sembarangan ketika berada pada wilayah perairan, tidak
mencuri salah satu ekosistem laut secara ilegal, mengurangi penggunaan bahan-
bahan yang dapat mencemari perairan, serta melakukan penanaman untuk
memperkuat Pesisir Indonesia.

Ecolify merupakan platform  konservasi lingkungan yang akan menghubungkan


perusahaan, komunitas, organisasi, brand hingga individu, untuk bersama
menghijaukan Indonesia dengan prinsip keberlanjutan dan transparansi. Kami akan
selalu membuka peluang kolaborasi dan membantu meningkatkan inisiatif
Tanggung Jawab Perusahaan anda. Mari, bersama menghijaukan Indonesia karena
Bumi layak mendapatkan pemulihan terbaik dari inisiatif kolaborasi penduduknya.

2.4 Potensi sumber daya wilayah pesisir dan wilayah kepulauan

Wilayah pesisir beserta sumber daya alamnya memiliki makna strategis bagi pengembangan
ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan beberapa ahli dalam berbagai
kesempatan, juga mengindikasikan hal yang serupa.
Fakta-fakta tersebut antara lain adalah:
1. Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 132 juta jiwa atau 60% dari
penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai. Dapat
dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia
pada masa yang akan datang.

2. Dari total 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, sekitar 300 kabupaten/kota berada
di pesisir. Walaupun kewenangannya ada di provinsi, kabupaten/kota ini merupakan
garda terdepan terkait keberhasilan atau kegagalan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah
pesisir.

3. Secara ekonomi, hasil sumber daya pesisir telah memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional sekitar 30%. Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat
berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan memperhatikan berbagai
potensinya yang pada saat ini belum dikembangkan secara optimal, seperti sumber energi
dan farmasi.

4. Wilayah pesisir di Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter)


sekaligus sebagai simpul transportasi laut di Wilayah Asia Pasifik. Hal ini
menggambarkan peluang untuk meningkatkan pemasaran produk-produk sektor industri
Indonesia yang tumbuh cepat (4-9%)

5. Selanjutnya, wilayah pesisir juga kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan lautan
yang dapat dikembangkan lebih lanjut meliputi:

a) Pertambangan dengan diketahuinya 60% cekungan minyak


b) Perikanan dengan potensi 9,3 juta ton/tahun yang tersebar pada 11 Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP)
c) Pariwisata bahari yang diakui dunia dengan keberadaan 21 spot potensial
d) Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (marine biodiversity) sebagai daya tarik
bagi pengembangan kegiatan “ecotourism”.
6. Secara biofisik, wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat biodiversitas laut tropis
dunia karena hampir 30% hutan bakau dan terumbu karang dunia terdapat di Indonesia.
1. Estuaria
Estuaria adalah perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka
dan menerima masukan air tawar dari daratan. Contoh dari estuaria adalah muara sungai,
teluk, dan rawa pasang surut. Peran ekologis dari estuaria adalah sebagai:
a) Sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut;
b) Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai
tempat berlindung dan mencari makanan; dan
c) Tempat bereproduksi dan suatu tempat tumbuh besar bagi sejumlah spesies ikan dan
udang.

Sedangkan secara umum, estuaria dimanfaatkan manusia sebagai:


1. Tempat pemukiman.
2. Tempat penangkapan dan budidaya sumber ikan.
3. Jalur transportasi.
4. Lokasi pelabuhan dan industri.

2. Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh spesies
pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal
yang cukup mendapat aliran air dan terlindung dari gelombang dan arus pasang surut yang
kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemuka ken di pantai-pantai teluk yang dangkal,
estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung.

Sebagai suatu ekosistem wilayah pesisir, hutan mangrove memilikibeberapa fungsi ekologis
penting, yaitu:
a) Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan
lumpur dan penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan.

b) Sebagai penghasil sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon
bakau yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
bagi para pemakan detritus dan sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-
mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan.
c) Sebagai daerah asuhan, daerah mencari makanan dan daerah pemijahan berbagai biota
perairan baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai.
Hutan mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan konstruksi,
kayu bakar, bahan untuk membuat arang dan juga untuk pulp. Disamping itu ekosistem
mangrove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan dan udang alam.

3. Padang Lamun

Lamun (sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang hidup terendam di
dalam laut, yang masih dapat dijangkau cahaya matahari yang memadai bagi
pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih dengan sirkulasi yang
baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta
mengangkut hasil metabolisme lamun keluar daerah padang lamun. Secara ekologis padang
lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi perairan pesisir yaitu:

1. Produsen detritus dan zat hara;


2. Pengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem perakaran yang
padat dan menyilang;
3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa
jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini
4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan
matahari.

Padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai: (1) tempat kegiatan marikultur berbagai jenis
ikan, kerang-kerangan, dan tiram, (2) tempat rekreasi atau pariwisata, (3) sumber pupuk
hijau.
4. Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di perairan pesisir daerah
tropis. Secara umum terumbu karang terdiri dari tiga tipe: (1) terumbu karang tepi; (2)
terumbu karang penghalang; (3) terumbu karang cincin atau atol.

Peran terumbu karang, khususnya terumbu karang tepi adalah sebagai pelindung pantai dari
hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut.Selain itu terumbu karang terumbu
karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan
dan pembesaran, tempat pemijahan bagi berbagai biota seperti beraneka ragam avertebrata,
beraneka ragam ikan, reptil, dan juga habitat bagi ganggang dan rumput laut.
Terumbu karang juga dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung
sebagai:
a) Tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias.
b) Bahan konstruksi bangunan dan pembuatan bahan kapur.
c) Bahan perhiasan.
d) Bahan baku farmasi .
e) Sebagai objek wisata bahari.
Secara prinsip ekosistem pesisir mempunyai empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia
(Bengen, 2000) yaitu:
1. Sebagai penyedia sumber daya alam
Perairan pesisir menyediakan sumber daya alam yang produktif baik yang dapat
dikonsumsi langsung maupun tidak langsung, seperti sumber daya alam hayati yang
dapat pulih diantaranya sumber daya perikanan, terumbu karang, rumput laut, dan hutan
mangrove. Sumber daya alam nirhayati yang tidak dapat pulih diantaranya sumber daya
mineral, minyak bumi dan gas alam.

2. Penerima limbah
Ekosistem pesisir juga merupakan tempat penampung limbah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia. Sebagai tempat penampung limbah, ekosistem ini memiliki
kemampuan terbatas yang sangat bergantung pada volume dan jenis limbah yang masuk.
Apabila limbah tersebut melampaui kemampuan asimilasi perairan, maka kerusakan
ekosistem dalam bentuk pencemaran akan terjadi.
3. Penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan
Disamping sumber daya alam yang produktif, ekosistem pesisir merupakan penyedia
jasa-jasa pendukung kehidupan seperti air bersih dan ruang yang diperlukan untuk
berkiprahnya segenap kegiatan manusia, seperti tempat rekreasi, industri, pemukiman,
dan lain-lain.

4. Penyedia jasa-jasa kenyamanan


Ekosistem pesisir pada umumnya merupakan lokasi yang indah danmenakjubkan, sangat
sesuai untuk dijadikan lokasi rekreasi atau pariwisata.Seluruh fungsi ekosistem wilayah
pesisir tersebut akan dapat berlanjut apabila terjadi keseimbangan antara pemanfaatan
dan pengelolaan sumber dayawilayah pesisir yang dilakukan oleh seluruh stakeholder,
yang berdasarkan daya dukung sumber daya alam tersebut. Dalam rangka usaha
pemanfaatan dan pengelolaan dimaksud, perlu diketahui terlebih dahulu berbagai
ancaman kerusakan terhadap wilayah pesisir yang mungkin terjadi.
2.5 Kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir dan pilau-pulau kecil serta kaitannya dengan
pengelolaan lingkungan hidup

1. Kebijakan Penataan Ruang di wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil memiliki arti strategis dalam membangun
bangsa dan mensejahterakan masyarakatnya. Hal ini dikarenakan, kekayaan sumberdaya
alam yang terkandung di wilayah ini, baik sumberdaya hayati maupun sumberdaya non
hayati (Adrianto, 2015). Namun demikian dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan pesatnya pembangunan di wilayah pesisir untuk pemukiman, perikanan,
pelabuhan, obyekwisata dan lain-lain juga memberikan tekanan ekologis dan dapat
mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. (Rahmawati, 2004)

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut sendiri telah diatur dalam undang-undang 27 tahun
2007 jo undang-undang no 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil. Proses pengelolaan terdiri dari kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan NKRI serta
dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah
Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan
masyarakat, antara ekosistem daratan dan lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan
manajemen.

Pemanfaatan wilayah pesisir harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan baik
oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah berdasarkan kewenangannya. Oleh
Undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah telah menjelaskan pembagian
kewenangan pengelolaan wilayah pesisir dan laut dimana pemerintah provinsi
mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber
daya pesisir dalam batas 12 mil laut dari garis pangkal kearah perairan Indonesia.
Sedangkan pemerintah pusat memiliki kewenangan diluar 12 mil laut dan di dalam 12
mil laut yang merupakan kawasan strategis nasional.
Sebagai bentuk pengelolaan wilayah pesisir dan laut, Pemerintah Provinsi diwajibkan
menyusun dokumen Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K)
yang mengatur alokasi ruang dan pemanfaatan ruang di wilayah laut dan ditetapkan
melalui perda. Dokumen RZWP3K ini merupakan amanah dari undang-undang 27 tahun
2007 dan setara kedudukannya dengan dokumen RTRW di darat yang merupakan
amanah undang-undang 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Untuk memastikan
kegiatan pembangunan tersebut sesuai dengan perencanaan maka setiap orang yang
melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian
pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki Izin Lokasi Perairan yang mana izin
lokasi ini menjadi dasar pemberian izin pengelolaan (UU no 1 tahun 2014 pasal 16).

2. Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pemanfatan Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil

Pemanfaatan wilayah pesisir dari kegiatan pembangunan baik dalam bentuk usaha dan /
atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan pesisir itu
sendiri. Oleh karena itu, penerapan prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
dalam proses pelaksanaan pembangunan sangat penting dijadikan landasan utama
pembangunan wilayah pesisir. Untuk itu, telah diatur dalam peraturan menteri kelautan
dan perikanan nomor 24 tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi Perairan
Dan Izin Pengelolaan Perairan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, dimana setiap
orang yang akan melakukan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir harus memiliki izin
lokasi perairan. Izin ini merupakan dasar pemberian izin pengelolaan perairan dan atau
izin usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik yang menggunakan
Perairan Pesisir secara menetap (pasal 5). Tidak hanya itu, selain izin lokasi, kesesuaian
dengan dokumen RZKSN dan RZWP3K (pasal 6) dan izin lingkungan (pasal 26 ayat 5)
menjadi syarat dalam penerbitan izin pengelolaan perairan ini.

Oleh karena itu, dalam pemanfaatan wilayah pesisir, izin lingkungan menjadi penting
sebagai instrument yang memastikan penerapan prinsip keberlanjutan dan berwawasan
lingkungan menjadi koridor pembangunan. Izin Lingkungan adalah Izin yang diberikan
kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau
UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan (UU No. 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan). Sehingga setiap orang yang akan mengajukan izin
berusaha yang memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan termasuk dalam
kegiatan yang wajib Amdal dan atau UKL-UPL harus mengikuti mekanisme penerbitan
izin lingkungan.
2. Penyesuiaan kebijakan pasca terbitnya UU no. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Tanggal 2 november 2020 secara remsi UU cipta kerja ini disahkan dan diundangkan.
Beberapa UU sektoral pun mengalami penyesuaian baik itu merubah, menghapus, dan/atau
menetapkan pengaturan baru. Salah satu yang dilakukan penyesuaian yaitu Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2OO7 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penyesuaian ini untuk mendukung
penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha kaitannya dengan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang.

Diantara penyesuaian tersebut antara lain terkait dokumen Perencanaan Pengelolaan yang
dulunya terdiri dari dokumen rencana strategis (RSWP3K), rencana zonasi (RZWP3K),
rencana pengelolan (RPWP3K) dan rencana aksi (RAPWP3K) dihapus dan dilakukan
perubahan yaitu dokumen perencanaan pengelolaan terdiri dari Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau kecil (RZWP3K), Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional
(RZKSN) dan Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu (RZKSNT). Batas
wilayah perencanaan RZWP3K, RZKSN dan RZKSNT ditetapkan oleh pemerintah pusat dan
Kemudian untuk dokumen RZWP3K ini diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi. Dalam hal ini, penerbitan izin berusaha di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil masih menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi sesuai batas wilayah
kewenangan. Namun, secara teknis tetap berkoordinasi dengan Pemerintah pusat dalam
prosesnya.

Penyesuaian lainnya adalah penghapusan tentang izin lokasi perairan dan izin pengelolaan,
sehingga setiap kegiatan atau setiap orang yang akan melakukan pemanfaatan ruang di
Perairan Pesisir cukup menajukan Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut dari
pemerintah pusat dan wajib dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang dan atau rencana
zonasi. Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut yang sebelumnya tidak dapat
diberikan pada zona inti di kawasan konservasi, alur laut, kawasan pelabuhan, dan pantai
umum, diubah menjadi hanya tidak dapat diberikan pada zona inti di kawasan konservasi
saja.

Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut akan
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dan masih ada beberapa pasal lagi yang dilakukan
penyesuaian yang tidak sempat dijelaskan oleh kami dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada pasal 18 UU no 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian lautnya masih
dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian
daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin (Ketchum, 1972).

Daerah Kepulauan adalah daerah yang memiliki karekteristik secara geografis


dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang didalamnya terdapat pulau-pulau yang
membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu kesatuan geografis dan sosial budaya Dalam
proses pemanfaatan pulau-pulau kecil, masih banyak pihak yang kurang bijak hingga melanggar
peraturan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem pada pulau tersebut sebagai contoh
penambangan, perubahan alih fungsi lahan, pemanfaatan secara nomine dan lain sebagainya.

Upaya mitigas dampak lingkungan dari kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil perlu dilakukan sebagai bentuk pengelolan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Kesesuaian dengan dokumen RZWP3K, penyusunan Amdal dan atau UKL-UPL
merupakan instrument untuk mengidentifikasi sejak awal dampak lingkungan yang ditimbulkan
agar upaya mitigasi daapt dipersiapkan untuk meminimalkan dampak negative dan
mengoptimalkan dampak positif dari sebuah kegiatan usaha khususnya di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.

Kaitannya dengan UU Cipta Kerja, beberapa UU sektoral salah satunya UU pengelolaan wilayah
pesisir mengalami penyesuaian pasal baik itu diubah, dihapus, dan/atau penambahan pengaturan
baru. Penyesuaian ini untuk mendukung penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha
kaitannya dengan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.

Percepatan penyusunan peraturan turunan seperti Peraturan Pemerintah menjadi sangat penting
untuk segera diselesaikan agar mekanisme pemanfaatan ruang pesisir dan laut menjadi lebih
jelas, terarah dan dapat diawasi sehingga tetap menjaga kelestarian ekosistem perairan pesisir,
kesejahteraan masyarakat, nelayan tradisional, dan selaras dengan kepentingan nasional.
 

3.2 Saran

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu pesisir kepulauaan.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang batas wilayah pesisir dan
wilayah kepulauan dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Bengen DG. 2001. Pedoman Teknik Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor:
Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Laut IPB.

Carter, J.A. 1996. Introductory Course on Integrated Coastal Zone Management (Training
Manual). Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara,
Medan dan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia,
Jakarta; Dalhousie University, Environmental Studies Centres Development in Indonesia Project.

Dahuri R, Ginting Sp, Rais J, Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Adrianto, Lucky. dkk. 2015. Analisis dan Evaluasi
Hukum tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pusat Perencanaan Pembangunan
Hukum Nasional. Badan Pembinaan Hukum Nasional. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.

Rahmawati, 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dan Kelautan Secara Terpadu Dan


Berkelanjutan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1059.

Anda mungkin juga menyukai