Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN STUDI KASUS

MATA KULIAH : PERTANIAN KAWASAN WALLACEA


DOSEN PENGAMPU : Dr.Ir. JOHNY SUWODJO TASIRIN M.Sc

DISUSUN OLEH:
NAMA : PILAR CUDARTA
NIM. : 20031106049
PRODI : TEP
KELAS : B

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang

Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 6 kabupaten dalam wilayah Propinsi Sulawesi
Barat yang terletak di pesisir pantai barat Propinsi Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke
Utara.Letak geografis Kabupaten Majene berada pada antara 20 38’ 45” – 30 38’ 15” Lintang Selatan
dan antara 1180 45’ 00” – 1190 4’ 45” Bujur Timur, dengan jarak ke ibukota Propinsi Sulawesi Barat
(Kota Mamuju) kurang lebih 146 km. Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km2 atau 5,6%
dari luas Propinsi Sulawesi Barat yangsecara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah
kabupaten Mamuju di sebelah Utara, kabupaten Polewali Mandar dan kabupaten Mamasa di
sebelah Timur, Teluk Mandar di sebelah Selatan dan selat Makassar di sebelah Barat.

Kabupaten Mejene terdiri atas 8 kecamatan dan 82 desa/kelurahan. Adapun kecamatan –


kecamatan tersebut adalah Kecamatan Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Pamboang,
Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan
Malunda dan Kecamatan Ulumanda. Kecamatan Banggae dan Banggae Timur adalah dua kecamatan
dengan luas wilayah terkecil dengan luas wilayah masing-masing 25,15 km2 atau 2,65% untuk
kecamatan Banggae dan 3,17% dari luas total wilayah Kabupaten Majene untuk kecamatan Banggae
Timur. Kecamatan Ulumanda merupakan wilayah kecamatan terluas dibanding dengan luas wilayah
kecamatan lainnya yakni; 456,06 km2 atau 48,10%, kemudian Kecamatan Malunda dengan luas
wilayah 187,85 Km2 atau 19,81%.

Dengan letak wilayah yang berada di pesisir pantai banyak keuntungan tersendiri yang
didapat oleh warga yang tinggal di dataran tinggi tersebut, salah satunya yaitu sektor perikanan yang
mana hasil laut yang melimpah menjadi sumber mata pencaharian yang dapat membantu
kelangsungan hidup warga masyarakat di kabupaten Majene. menurut Noveria dan Malamassam
(2015), penduduk Yang bermukim di pulau-pulau kecil dan pesisir, mata pencaharian di bidang
perikanan tangkap merupakan sumber ekonomi Rumah tangga yang paling utama tidak dapat
menjamin ketahanan ekonomi rumah tangga secara berkelanjutan. Hal ini Terutama dipengaruhi oleh
kondisi rentannya sektor perikanan tangkap terhadap berbagai ancaman, seperti perubahan iklim,
Degradasi lingkungan, serta eksploitasi sumber daya perikanan yang berlebihan. Situasi ini umumnya
diperparah dengan Kondisi tingginya tekanan penduduk di tengah keterbatasan sumberdaya lahan di
wilayah pesisir.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari diadakannya studi kasus ini adalah agar dapat mengetahui bagaimana
kebudayaan masyarakat yang ada di kabupaten Majene dan kaitannya dengan kawasan Wallacea.

Tujuan diadakannya studi kasus ini adalah:


1. Menambah pengetahuan tentang sistem kebudayaan masyarakat di kabupaten Majene.
2. Mengetahui dan memahami sistem mata pencaharian warga kabupaten Majene.
3. Membandingkan dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan dengan studi kasus
mengenai wilayah kabupaten Majene.
4. untuk mengetahui, mempelajari dan melakukan perbandingan ekonomi pertanian Kabupatan
Majene yang terletak di Kawasan Wallacea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Isu-isu wilayah pesisir
Wilayah pesisir adalah wilayah yang berposisi dekat dengan lautan lepas. pesisir merupakan
wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian lautnya masih dipengaruhi oleh aktivitas
daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian daratannya masih dipengaruhi oleh
aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Ketchum, 1972).

Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang
beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia.
Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang berasal dari konflik
pemanfaatan yang timbul akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir.

Isu-isu sistem kebudayaan


Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Jadi, secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan
gagasan, karya, dan akal budi manusia yang diciptakannya dengan sengaja dan terus dikembangkan
demi kepentinga, kebutuhan, kesejahteraan, kedamaian, kemakmuran, kepuasan hidupnya
(Supriatna, 2005).

Ketika masyarakat menjadi makin beragam dalam hal ras dan etnis, isu-isu budaya dan
identitas menjadi hal yang penting. Para peneliti telah menyerukan pencakupan keberagaman dalam
definisi mengenai keluarga, dalam hubungan kencan dan di dalam politik. Tetapi,, jauh lebih banyak
perhatian dibutuhkan pada isu-isu mengenai keberagaman budaya dan ras. Mengubah struktur
institusional yang ada saat ini untuk merangkul masyarakat yang lebih beragam, permasalahan bahasa
dan nilai budaya saat tenaga kerja menjadi semakin beragam (West dan Turner, 2008)

Mata pencaharian masyarakat pesisir

Umumnya masyarakat pedesaan atau masyarakat di wilayah pesisir lebih banyak


memprofesikan diri sebagai nelayan. Menurut (Achmad fama ,2016) Permukiman yang letaknya tepat
berada di bibir pantai ini adalah kampung yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
nelayan. Kampung–kampung di pesisir seperti kampung nelayan sangat potensial menjadi daerah
yang kumuh dengan masyarakat yang mayoritas adalah masyarakat miskin. Permukiman nelayan
adalah perkampungan yang mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir termasuk danau dan
sepanjang aliran sungai.

Namun meskipun demikian , mata pencaharian di bidang perikanan tangkap merupakan


sumber ekonomi rumah tangga yang paling utama tidak dapat menjamin ketahanan ekonomi rumah
tangga secara berkelanjutan. Hal ini terutama dipengaruhi oleh kondisi rentannya sektor perikanan
tangkap terhadap berbagai ancaman, seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, serta eksploitasi
sumber daya perikanan yang berlebihan. Situasi ini umumnya diperparah dengan kondisi tingginya
tekanan penduduk di tengah keterbatasan sumberdaya lahan di wilayah pesisir. Oleh karena itu,
sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat lokal adalah penciptaan lapangan kerja yang baru
melalui identifikasi mata pencaharian alternatif dengan tetap mempertimbangkan aspek
keberlanjutan sumberdaya.
BAB III
METODOLOGI

Waktu dan tempat

Penyusunan studi kasus laksanakan pada hari senin-selasa, pada tanggal 19-20 April 2021 di Desa
Tondok Bakaru, Kec Mamasa, Kab Mamasa, prov Sulawesi Barat.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam studi kasus kabupaten Majene yaitu:


1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk pernyataan/kalimat yang menggambarkan dan
menjelaskan indikator-indikator dari kebudayaan masyarakat. Pertanyaan ini di tunjukkan langsung
kepada warga asli kabupaten Majene.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, kalimat, dan tanggapan yang berhubungan
dengan studi kasus.
Adapun sumber data yang digunakan pada studi ini adalah
1. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen, buku serta laporan-laporan yang berkaitan
dengan studi kasus ini.

Motode Pengambilan Data


Adapun metode pengambilan data yaitu dengan cara:
• Wawancara
Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak masyarakat.
• Study Kepustakaan
Study kepustakaan yaitu berdasarkan beberpa buku sebagai literature dan landasan teori yang
berhubungan dengan praktik ini.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Wilayah dan Gambaran Kondisi Wilayah

Kabupaten Majene adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Barat. Ibukota
kabupaten ini terletak di Kota Majene. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 947,84 km² mempunyai
posisi wilayah yang strategis, terletak sekitar 302 km sebelah utara Kota Makassar. Kabupaten Majene
adalah salah satu dari 6 Kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat dengan panjang pantai 125
Km yang terletak di pesisir pantai Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara. Kabupaten Majene
terdiri terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Banggae, Banggae Timur, Pamboang, Sendana, Tammero’do
Sendana, Tubo Sendana, Malunda dan Ulumanda, yang meliputi 62 desa, 20 kelurahan, 257 dusun dan
104 lingkungan. Ibukota Kabupaten Majene terletak di Kecamatan Banggae. Secara geografis
Kabupaten Majene terletak pada posisi 2°38’45” sampai dengan 3°38’15” Lintang Selatan dan
118°45’00” sampai 119°4’45” Bujur Timur. Kabupaten ini berbatasan di sebelah utara Kabupaten
Mamuju, sebelah timur Kabupaten Polewali Mandar, sebelah selatan Teluk Mandar, dan sebelah Barat
adalah Selat Makassar.

Gambaran keanekaragaman hayati Kabupaten Majene


Keanekaragaman hayati adalah variasi dan variabilitas kehidupan di bumi. Keanekaragaman
hayati biasanya merupakan ukuran variasi pada tingkat genetic, spesies, dan ekosistem. Adapun
manfaat keanekaragaman hayati adalah:

- Keanekaragaman hayati sebagai sember pangan


- Keanekaragaman hayati sebagai sember obat-oatan
- Keanekaragaman hayati sebagai sember sandang
- Keanekaragaman hayati sebagai sember papan

Semakin tinggi tingkat keanekaragaman hayati suatu daerah semakin tinggi pula peluaang untuk
memperoleh keuntungan dari pemanfaatan keanekaragaman hayati. Keanekaeagaman tumbuhan
dan satwa di pulau Sulawesi merupakan perpaduan antara keanekaragaman hayati dari kedua benua
tersebut. Letak wilayah dan sejarah biogeografinya yang sangat unik dan kompleks mengakibatkan
ekosistem yang ada di Pulau kompleksiatis dan keunikan ekosistem di Pulau Sulawesi disebabkan oleh
posisi wilayah dan sejarah biogeografi Pulau Sulawesi. Mangrove Baluno yang terletak di Desa
Binanga, Kecamatan Sendana merupkan ekosistem di luar Kawasan suaka alam dan Kawasan
pelestarian alam yang secara ekologis. Tanaman Mangrove merupakan salah satu ekosistem esensial
di dunia yang turut mendukung sector perikanan. Spesies yang dimanfaatkan untuk pangan dan obat-
obatan tradisional sebanyak 45 jenis yang terdiri dari 37 ramuan pengobatan. Bagian tumbuhan yang
digunakan dalam pengobatan tradisional ada 9 bagian yaitu: akar, batang, kulit batang, daun, bunga,
buah, kulit buah, biji, dan umbi. Bagian tumbuhan yang dominan digunakan adalah daun.

Gambaran industry atau lapangan pekerjaan

A. Pertanian

Kabupaten Majene berdasarkan letak geografisnya merupakan daerah dengan kondisi tanah yang
sebagian besar tandus, yaitu pasir bercampur batu kapur. Persawahan pada wilayah Kabupaten
Majene sebagian besar berada pada kecamatan Sendana sampai kecamatan Malunda dan merupakan
sawah tadah hujan, walaupun pada beberapa lokasi menggunakan system pengairan
pompanisasi.Untuk mendukung produksi pertanian maka telah dibangun saluran irigasi sekunder dan
tersier yang mengalirkan air hingga lokasi persawahan masyarakat. Untuk komoditi tanaman pangan
yang berpotensi menjadi komoditi unggulan adalah ubi kayu,ubi jalar, jagung, kacang hijau dan kacang
tanah..Meskipun memiliki jumlah produksi yang dominan, namun produksi komoditi tanaman pangan
belum mampu secara signifikan mengangkat kehidupan perekonomian masyarakat. Jenis-jenis
komoditi yaitu padi sawah, ubi jalar, jagung, kacanh hijau, padi ladang dan ubi kayu.

B. Perkebunan

Di sektor tanaman perkebunan, komoditi Kakao berhasil melampaui dominasi komoditi Kelapa Dalam
yang menjadi komoditi unggulan dan cukup dominan, tapi mengalami penurunan produksi dari 10.118
ton dengan luas panen 7.495 hektar pada tahun 2011 menjadi 7.838 ton pada tahun 2012 dengan
luas panen 6.825,40 hektar. Adapun jumlah produksi Komoditi Kakao pada tahun 2012 ini adalah
8.024,25 Ton dengan luasan panen sebesar 8.940 hektar. Jenis-jenis komoditi yaitu kakao, kelapa
dalam, kelapa hibrida, kemiri dan cengkeh

C. Kehutanan

Komoditas kehutanan yang menonjol dan sangat prioritas untuk dikembangkan adalah tanaman Jati
dengan luas lahan sebesar 425 Hektar dengan jumlah produksi pada tahun 2012 adalah 5.939 batang
atau 367,73 m3. Tanaman Jati tersebut dikembangkan di 7 Kecamatan yaitu Banggae Timur,
Pamboang, Sendana, Tubo Sendana, Tammerodo Sendana, Ulumanda dan Malunda dengan daerah
pemasaran jati adalah dengan provinsi tujuan Yogjakarta, Pinrang dan pasar lokal. Jenis-jenis komoditi
yaitu suren, gmelina, jati, Ketapang, jabon, dan durian.

D. Perikanan

Posisi Kabupaten Majene yang berada di daerah pesisir dengan luas perairan mencapai 1.000
Kilometer, menjadikan sektor Perikanan menjadi sektor unggulan di daerah ini.Di samping itu juga
terdapat 270 hektar persegi areal tambak yang berproduksi dari potensi total areal per tambakan
yang mencapai 450 Hektar. Jenis komoditi unggulan terdiri dari komoditi perikanan tangkap yaitu ikan
tuna, cakalang, tongkol, layang, ikan terbang dan ikan layang, serta komoditi perikanan budidaya yang
terdiri dari udang windu dan ikan bandeng.Dan salah satu jenis komoditi baru yang sangat potensil
untuk di kembangkan adalah budidaya udang Vanama, yang sudah diperkenalkan dan di kembangkan
di kecamatan Banggae, Banggae Timur dan kecamatan Malunda

E. Peternakan

Dari data yang ada, mayoritas penduduk Kabupaten Majene memiliki ternak keluarga yang dikelola
secara tradisional, namun hasilnya dapat menjadi sumber pendapatan tambahan sehingga komoditas
ini potensial untuk dikembangkan. Komoditi ternak kambing merupakan primadona dan bahkan
daerah ini menjadi pusat peternakan Kambing di propinsi Sulawesi Barat. Jenis komoditasnya yaitu
sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam buras, ayam potong, dan itik

F. Pertambangan

Potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten Majene cukup beragam. Potensi tambang yang
ada antara lain lempung, batu pasir, batu gamping, dasit, andesit, pasir, batubara, bijih besi, dan emas.
Berdasarkan hasil penyelidikan geologi lingkungan kawasan pertambangan Kabupaten Majene yang
dilakukan oleh Departemen Energi, Sumberdaya dan Mineral RI, potensi tambang tersebut tersebar
di semua Kecamatan.

Gambaran usaha tani utama yang menjadi penopang ekonomi

Kabupaten Majene yang terletak di provinsi Sulawesi Barat memiliki luas wilayah 947, 84 km2
atau 5,6% dari luas wilayah wilayah Propinsi Sulawesi Barat merupakan daerah yang memiliki potensi
ekonomi dan keunggulan pada berbagai sektor dan telah mampu memberi kontribusi terhadap
penciptaaan Produk Domestik Bruto (PDRB). Persawahan pada wilayah Kabupaten Majene sebagian
besar berada pada kecamatan Sendana sampai kecamatan Malunda dan merupakan sawah tadah
hujan, walaupun pada beberapa lokasi menggunakan system pengairan pompanisasi.Untuk
mendukung produksi pertanian maka telah dibangun saluran irigasi sekunder dan tersier yang
mengalirkan air hingga lokasi persawahan masyarakat. Untuk komoditi tanaman pangan yang
berpotensi menjadi komoditi unggulan adalah ubi kayu,ubi jalar, jagung, kacang hijau dan kacang
tanah..Meskipun memiliki jumlah produksi yang dominan, namun produksi komoditi tanaman pangan
belum mampu secara signifikan mengangkat kehidupan perekonomian masyarakat.

Besar proporsi usaha pertanian di Kabupaten Majene

Pendapatan dari usaha tani merupakan penyumbang utama pendapatan rumah tangga
petani. Pendapatan dari sektor pertanian menyumbang lebih dari 50% terhadap pendapatan rumah
tangga di perdesaan. Kabupaten Majene merupakan salah satu dari lima kabupaten di wilayah Provinsi
Sulawesi Barat yang merupakan wilayah dengan penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian
di bidang pertanian. Data BPS Majene (2013) menyebutkan bahwa luas lahan pertanian di Kabupaten
Majene adalah 49,12% dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Majene. Penggunaan lahan terluas
adalah pertanian lahan kering yaitu 48,13% dari total luas keseluruhan wilayah. Selain itu, terdapat
lahan yang sementara tidak dimanfaatkan yang luasnya 1,88% dari total keseluruhan wilayah berupa
semak belukar (1,08%) dan lahan terbuka (0,8%). Hal ini menandakan bahwa penggunaan lahan di
Kabupaten Majene belum seutuhnya optimal dan masih dapat diarahkan untuk pengembangan
penggunaan lahan.Salah satu sub-sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap PDRB Kabupaten Majene adalah perkebunan.Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Majene (2014) menyatakan bahwa dua komoditas perkebunan andalan yakni komoditas kakao dan
kelapa dalam, merupakan komoditas penopang perekonomian warga karena telah menyerap banyak
tenaga kerja (±20.000 tenaga kerja, ±10.289 tenaga kerja untuk komoditas kakao dan selebihnya untuk
komoditas kelapa dalam). Dua komoditas andalan ini dianggap sangat membantu mengangkat
perekonomian warga dan dapat memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB (19,76%).

Perbandingan ekonomi kabupaten Majene dengan DKI Jakarta (ibu kota NKRI)

Nilai PDRB kabupaten Majene atas dasar harga berlaku 2010 pada tahun 2019 mencapai 4,997
triliun rupiah. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan sebesar 359,81 miliar rupiah
dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai 4,26 triliun rupiah. Naiknya nilai PDRB ini
dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha dan adanya inflasi. Berdasarkan
harga konstan 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan, dari 3,38 triliun rupiah pada 2018 menjadi
3,58 triliun rupiah pada tahun 2019. Hal ini menunjukan selama tahun 2019 Majene mengalami
pertumbuhan ekonomi sekitar 6,02 persen, melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan
PDRB ini murni disebabkan oleh meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha, tidak dipengaruhi
inflasi. Besarnya peranan berbagai lapangan usaha ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa
sangat menentukan struktur ekonomi suatu daerah. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai
tambah yang diciptakan oleh setiap lapangan usaha menggambarkan seberapa besar ketergantungan
suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap lapangan usaha.

Lapangan MAJENE DKI JAKARTA


pekerjaan
2015 2016 2017 2015 2016 2017

Pertanian, 35,10 34,94 35,20 1.863,9 1.985,4 2.051,4


kehutanan,
dan perikanan
Pertambangan 2,84 2,76 29,6 5.043,0 5.181,4 5.746,5
dan
penggalian
Industri 5,06 5,01 5,18 274.513,0 290.775,9 317.512,3
pengolahan
Pengadaan 0,06 0,07 0,07 6.198,6 6.345,7 5.746,5
listrik dan gas
Pengadaan air, 0,12 0,12 0,11 757,2 798,3 838,1
pengolahan
sampah
limbah serta
daur ulang
BAN V
PENUTUP
Kesimpulan

Majene Kabupaten Majene adalah salah satu Daerah Tingkat II yang berada di provinsi
Sulawesi Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Banggae. Majene merupakan wilayah
yang terletak di pesisir pantai. Yang mana sebagian besar masyarakat di kabupaten Majene
berprofesi sebagai nelayan. Dengan kekayaan hasil laut yang sangat besar membuat para nelayan
menggantungkan hidup dari sumber daya laut yang ada khususnya perikanan. Kabupaten Majene
juga memiliki keanekaragaman hayati baik sebagai sumber pangan, obat-obatan, sandang, dan
papan, salah satu keanekaragaman hayati yang ada di kabupaten Majene yaitu Mangrove Baluno
yang terletak di Desa Binanga, Kecamatan Sendana merupkan ekosistem di luar Kawasan suaka alam
dan Kawasan pelestarian alam yang secara ekologis.

Tidak hanya itu, selain kaya akan sumber daya laut, kabupaten Majene juga memiliki industri
lain yang mendukung masyarakat memenuhi kebutuhan hidup seperti sektor pertambangan,
perkebunan, peternakan, dan pertanian yang menjadi penopang utama bagi perekonomian di
kabupaten Majene yang mana sektor pertanian menyumbang lebih dari 50% terhadap pendapatan
rumah tangga di perdesaan. Namun demikian, perbandingan ekonomi kabupaten Majene masih jauh
dibawah DKI JAKARTA.

Saran
Pemerintah kabupaten Majene agar lebih memanfaatkan lagi sumberdaya alam dan
keanekaragaman yang ada di kabupaten Majene agar kedepannya dapat meningkatkan lagi laju
perekonomian di kabupaten Majene sehingga dapat bersaing dengan daerah-daerah lain.

DAFTAR PUSTAKA

Yunus, P., & Muh. Asyard, A.2018.IDENTIFIKASI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT
LOKALDI CALON KAWASAN KONSERVASI TELUK DEPAPRE, JAYAPURA.Bogor.Vol 2.No 2. ISSN
2615 – 0425.

Susanto, H , Adi.2002.Pengolahan wilayah pesisir dan laut.Malang.

Supriatna , A. 2005. Teman Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Pribui Mekar. Bandung.

West , R., & L. H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Salemba Humanika. Jakarta.

Fama, A.2016.KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG. Semarang.vol


11.No 2.ISSN 1410–7910.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta
Menurut Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Majene
Menurut Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene

LAMPIRAN
Dokumentasi
Note : Dokumentasi di ambil pada saat diskusi melalui via zoom

Anda mungkin juga menyukai