DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Merancang Upaya Pemberdayaan Masyarakat di
Wilayah Lahan Basah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan” ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan menuju zaman terang benderang seperti sekarang ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Program Pemberdayaan
Masyarakat di Pemukiman Lahan Basah. Terima kasih kepada Ibu Inoy Trisnaini, S.KM.,
M.KL. selaku dosen pembimbing dalam pembuatan laporan pratikum sekaligus dosen
pengampu mata kuliah Program Pemberdayaan Masyarakat di Pemukiman Lahan Basah.
Terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mendukung, mendoakan serta memfasilitasi
kami. Tidak lupa, terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembacanya. Terlepas dari itu, kami juga menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1. Bagaimana karakteristik masyarakat di pemukiman lahan basah Kecamatan Tanjung
Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?...................................................................5
1.3 Tujuan Khusus.............................................................................................................5
1.4 Tujuan Umum..............................................................................................................5
1.5 Manfaat........................................................................................................................6
1.5.1 Bagi Mahasiswa...................................................................................................6
1.5.2 Bagian Institusi Pendidikan dan Lahan Pengamatan..........................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
ISI..............................................................................................................................................7
2.1. Karakteristik Masyarakat di Desa Mulia Sari, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten
Banyuasin...............................................................................................................................7
2.2. Permasalahan Kesehatan pada Masyarakat.................................................................8
2.2.1 Angka Kejadian Penyakit..........................................................................................8
2.2.2 Masalah Lingkungan................................................................................................11
2.3 Akar Penyebab Masalah Kesehatan pada Masyarakat...................................................12
2.3.1 Angka Kejadian Penyakit........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas air di berbagai kawasan lahan basah terutama sungai telah mengalami
penurunan yang sangat signifikan. 60% sungai di Indonesia diperkirakan telah
mengalami pencemaran. Tidak hanya sungai, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
jutaan hektar rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan terbakar dan menyebabkan
kerusakan keanekaragaman hayati, tata air kawasan, dan lepasnya jutaan ton karbon
ke udara. Kerusakan yang sangat parah ini merupakan akumulasi dari pengelolaan
lahan basah yang kurang tepat, sehingga tahun 1996 Wet-lands International-
Indonesia Programme (WI-IP) memperkirakan Indonesia akan kehilangan sekitar 12
juta hektar lahan basah alami. Hal ini juga diperparah oleh tingginya kegiatan
perambahan hutan dan alih fungsi lahan basah menjadi pemukiman, industri,
pertanian, dan perkebunan (Harahap, 2016).
1.5 Manfaat
Letak Geografis Kabupaten Banyuasin terletak pada posisi antara 1,30° – 4,0°
Lintang Selatan dan 104° 00’ – 105° 35’ Bujur Timur yang terbentang mulai dan
bagian tengah Propinsi Sumatera Selatan sampai dengan bagian Timur dengan
luas wilayah seluruhnya 11.832,99 Km2 atau 1.183.299 Ha. Tanjung Lago
merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten banyuasin, yang
memiliki luas 82.010 Ha
Secara geografis Kabupaten Banyuasin berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Propinsi Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin, den Selat Bangka
Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir,dan
Kota Palembang
Sebelah Barat : Kabupaten Musi Banyuasin
Sebelah Timur : Selat Bangka dan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Jumlah penduduk di Tanjung Lago banyuasin berjumlah 38.607 diantaranya yaitu:
Laki-laki berjumlah 19.900 orang
Perempuan berjumlah 18.707 orang
Mata Pencaharian : Petani
Rata-rata usia petani di Desa Mulia Sari berumur 2565 tahun. Usia rata-rata
petani merupakan usia produktif untuk bertani yang cenderung mengandalkan
kemampuan fisik. 75 pekerjaan bertani digeluti oleh laki-laki dan lebih dari 10
ditekuni oleh perempuan.
Mayoritas petani berpendidikan SD atau SMP. Petani yang berpendidikan SD
sebanyak 33. Jumlah petani berpendidikan SMP lebih banyak sebesar 47,61.
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan petani yang telah me- ngenyam
pendidikan SMA dan Sarjana.
Suhu rata-rata 26,10-27,40 Celcius.
Kelembaban relatif 69,4%-85,5%.
Variasi curah hujan antara 1,07–13,32 mm sepanjang tahun.
Rata-rata curah hujan 2,723 mm/tahun.
Ada 4 jenis tanah di Kabupaten Banyuasin, yaitu :
1. Organosol : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
2. Klei Humus : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
3. Alluvial : terdapat di sepanjang sungai.
4. Podzolik : terdapat di daerah berbukit-bukit.
2.2.1.1 Diare
2.2.1.4 Malaria
2.2.2.4 Polutan
Sejumlah luhur penggunaan bahan kimia pertanian mampu dijadikan
polutan bagi lingkungan jika tidak dikendalikan dengan baik. Pupuk dan
pestisida mampu terbawa cairan hujan dan mengendap disungai dan badan
cairan lainnya hingga terserap menuju ke cairan tanah. Pestisida kimia juga
mampu mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia, terutama
organoklorida. Kontaminasi tanah juga bisa terjadi kesudahan suatu peristiwa
penggunaan bahan kimia pertanian yang amat sangat.
2.3.1.1 Diare
Kualitas sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling
berperan dalam kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan lingkungan meliputi
akses air bersih, akses fasilitas sanitasi dasar yang layak, pengelolaan sampah,
dan vektor penyakit. Jika faktor kesehatan lingkungan tidak seimbang maka akan
berdampak pada kesehatan pribadi dan dapat menimbulkan penyakit lingkungan
seperti diare. Diare yang terjadi di daerah lahan basah dapat disebabkan oleh
orang yang beraktivitas di sungai-sungai di daerah tersebut. Sungai yang
tercemar dapat menjadi tempat bakteri, virus, dan parasit lainnya tumbuh dan
berkembang biak.
Salah satu penyebab tingginya angka kejadian diare karena kondisi sanitasi
lingkungan di wilayah lahan basah Banyuasin yang belum memenuhi syarat
seperti sumber air bersih, jamban keluarga, tempat sampah dan saluran
pembuangan limbah di masyarakat belum berjalan dengan optimal, dan masih
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
2.3.1.4 Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium, yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Faktor-faktor yang
mempengaruhi infeksi malaria adalah interaksi dinamis antara faktor inang
(manusia dan nyamuk), patogen (parasit) dan lingkungan. Kejadian malaria tidak
hanya dipengaruhi oleh biologi nyamuk dan kondisi habitat spesies nyamuk,
tetapi juga oleh individu dan lingkungan. Kawasan lahan basah Banyuasin juga
mendorong munculnya habitat Anopheles. Beberapa faktor lingkungan fisik yang
berhubungan dengan malaria antara lain tempat berkembang biak dan faktor
lingkungan fisik lainnya, seperti garam, suhu, kelembaban, curah hujan, angin,
dll. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kehidupan nyamuk sebagai pembawa
malaria dan parasit di dalam tubuh nyamuk itu sendiri.
Pada awal dibuka Desa Mulia Sari sebagai kawasan transmigrasi, rata-rata
petani transmigran dari Jawa tidak memahami cara pengelolaan lahan persawahan di
lahan basah. Kesulitan petani meng- garap lahan mengakibatkan petani mengalami
gagal panen. Kondisi ini menjadi faktor utama petani di Desa Mulia Sari menjual
areal persawahan kepada masyarakat transmigrasi lainnya, penduduk lokal, dan orang
Tionghoa yang berdomisili di luar Desa Mulia Sari. Kondisi ini mempersempit
kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian (Jamal et al. 2002). Masalah
kepemilikan lahan telah terjadi semenjak penjajahan Belanda. Berdasarkan hasil
survei peme- rintah Belanda hampir separuh petani hanya menguasai lahan kurang
dari 0,5 ha (Jamal et al. 2002). Rata-rata petani di Desa Mulia Sari memiliki lahan
seluas 0,5 ha. Hanya sebagian kecil dari petani yang memiliki lahan pribadi lebih dari
4 ha sehingga lebih dari 30 petani menyewa lahan basah untuk meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan petani. Sehingga terbentukla program ini untuk
membantu para masyarakat dalam mencari matapencarian melalui hasil dari
pertanian.
Tujuan kegiatan :
Alokasi Waktu :
Alokasi Dana :
Alokasi SDM :
tokoh masyarakat
Lahan basah
merupakan kunci dari pengelolaan lahan basah terpadu di Desa Mulia Sari.
Kesalahan dalam pe- ngolahan tanah dan pemeliharaan saluran dalam pengaturan
tata air mikro berpotensi menurunkan produktivitas lahan basah seperti konsumsi
bahan- bahan kimia berkepanjangan. Produktivitas lahan basah dapat menurun
akibat degradasi kesuburan tanah, sifat fisika, dan biologi tanah. Pengelolaan
sumber daya tanah dan air di lahan basah harus mengintegrasikan pengelolaan
lingkungan ekosistem lahan basah.
Lahan
Nama Kegiatan : Pemberantasan Jentik nyamuk Dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
Metode Pelaksanaan :
- Kerja Bakti
- Pengasapan
- Fogging nyamuk
-
BAB III
KESIMPULAN
Lahan merupakan sumber daya yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
dan mahkluk hidup lainnya. Lahan terbagi menjadi lahan kering dan lahan basa.
Lahan basah berfungsi sebagai pendukung kehidupan secara langsung, contohnya sebagai
sumber air minum, kawasan penting untuk menyimpan air, pengendalian kualitas air, serta
habitat berbagai mahluk hidup baik flora maupun fauna.
Jenis penyakit yang dapat terjadi di lahan basah yaitu malaria, diare, kaki gajah, penyakit
kulit, encephalitia, schistosomiasis, dan lain-lain. Pada Kabupaten Banyuasin kecamatan
Tanjung Lago di Desa Mulia Sari, terdapat beberapa penyakit yang memiliki angka kejadian
penyakit tertinggi yang disebabkan karena lingkungan lahan basah, yakni diare, penyakit
kulit, kaki gajah, serta malaria. Penyakit tersebut memiliki kemungkinan yang tinggi
disebabkan karena lahan basah
DAFTAR PUSTAKA
Rahmi, O., Susanto, R. H., & Siswanto, A. (2015). Pengelolaan Lahan Basah Terpadu di
Desa Mulia Sari Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 20(3), 201-207.
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_1503122
661Bab_IV_RPI2JM_Profil_Banyuasin.pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/16/090000269/dampak-positif-dan-negatif-
penggunaan-pupuk-kimia
https://www.nongguan-biotek.com/35-galeri/152-dampak-penggunaan-pupuk-kimia-yang-
berlebih
http://eprints.ulm.ac.id/7100/2/KESMAS-%20Lahan%20Basah-%20%20%20roselina.pdf