Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PEMUKIMAN LAHAN BASAH

“Merancang Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Lahan Basah Kecamatan


Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

1. Aliyyah Zahirah ( 10011982124041)


2. Defliza (10011181924201)
3. Rahmi Darma Sari (10011281924198)
4. Alga Silvia Ulan Dari (10011181924031)
5. Rekha Alpatana (10011381924182)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Merancang Upaya Pemberdayaan Masyarakat di
Wilayah Lahan Basah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan” ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan menuju zaman terang benderang seperti sekarang ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Program Pemberdayaan
Masyarakat di Pemukiman Lahan Basah. Terima kasih kepada Ibu Inoy Trisnaini, S.KM.,
M.KL. selaku dosen pembimbing dalam pembuatan laporan pratikum sekaligus dosen
pengampu mata kuliah Program Pemberdayaan Masyarakat di Pemukiman Lahan Basah.
Terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mendukung, mendoakan serta memfasilitasi
kami. Tidak lupa, terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembacanya. Terlepas dari itu, kami juga menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

Indralaya, 7 November 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1. Bagaimana karakteristik masyarakat di pemukiman lahan basah Kecamatan Tanjung
Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?...................................................................5
1.3 Tujuan Khusus.............................................................................................................5
1.4 Tujuan Umum..............................................................................................................5
1.5 Manfaat........................................................................................................................6
1.5.1 Bagi Mahasiswa...................................................................................................6
1.5.2 Bagian Institusi Pendidikan dan Lahan Pengamatan..........................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
ISI..............................................................................................................................................7
2.1. Karakteristik Masyarakat di Desa Mulia Sari, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten
Banyuasin...............................................................................................................................7
2.2. Permasalahan Kesehatan pada Masyarakat.................................................................8
2.2.1 Angka Kejadian Penyakit..........................................................................................8
2.2.2 Masalah Lingkungan................................................................................................11
2.3 Akar Penyebab Masalah Kesehatan pada Masyarakat...................................................12
2.3.1 Angka Kejadian Penyakit........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahan merupakan sumber daya yang penting untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya. Lahan terbagi menjadi lahan kering dan
lahan basah. Secara sederhana, lahan basah merupakan setiap wilayah di mana
tanahnya jenuh dengan air, tergenang air yang dangkal, baik sebagian atau
keseluruhannya. Genangan airnya bersifat permanen (terus-menerus) atau musiman,
baik berupa air diam ataupun mengalir, baik berupa air tawar, air payau, maupun air
asin serta terbentuk secara alami ataupun buatan manusia.
Lahan basah berfungsi sebagai pendukung kehidupan secara langsung,
contohnya sebagai sumber air minum, kawasan penting untuk menyimpan air,
pengendalian kualitas air, serta habitat berbagai mahluk hidup baik flora maupun
fauna. Selain itu, lahan basah juga memiliki fungsi ekologis, contohnya sebagai
pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim
global (Harahap, 2016).

Kualitas air di berbagai kawasan lahan basah terutama sungai telah mengalami
penurunan yang sangat signifikan. 60% sungai di Indonesia diperkirakan telah
mengalami pencemaran. Tidak hanya sungai, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
jutaan hektar rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan terbakar dan menyebabkan
kerusakan keanekaragaman hayati, tata air kawasan, dan lepasnya jutaan ton karbon
ke udara. Kerusakan yang sangat parah ini merupakan akumulasi dari pengelolaan
lahan basah yang kurang tepat, sehingga tahun 1996 Wet-lands International-
Indonesia Programme (WI-IP) memperkirakan Indonesia akan kehilangan sekitar 12
juta hektar lahan basah alami. Hal ini juga diperparah oleh tingginya kegiatan
perambahan hutan dan alih fungsi lahan basah menjadi pemukiman, industri,
pertanian, dan perkebunan (Harahap, 2016).

Alih fungsi lahan basah menjadi pemukiman akan berdampak pada


permasalahan kesehatan masyarakat di lahan basah. Perilaku masyarakat yang tidak
tepat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu ialah kurangnya pengetahuan terkait
pengelolaan lingkungan di lahan basah. Jika tidak ditindaklanjuti, maka hal ini dapat
menyebabkan lahan basah tercemar dan menimbulkan berbagai macam penyakit
seperti diare, kolera, malaria, demam berdarah, filariasis hingga encephalitia.

Karena tingkat ketergantungan masyarakat terhadap ekosistem lahan basah


sangat tinggi, maka perlu adanya identifikasi mengenai karakteristik masyarakat,
kondisi geografi, masalah kesehatan yang mungkin terjadi, serta program
pemberdayaan apa yang dapat dilakukan di daerah ini. Pengelolaan lahan basah harus
dilakukan secara terencana dan hati-hati agar potensi lahan basah dapat dimanfaatkan
secara optimal. Selain itu, kegiatan pengelolaan lahan basah dan pemberdayaan
masyarakan di daerah ini juga harus diprioritaskan. Hal ini disebabkan karena
kerusakan lahan yang terjadi akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat, seperti meningkatnya angka kemiskinan serta menurunnya kualitas hidup
dan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik masyarakat di pemukiman lahan basah Kecamatan


Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?
2. Bagaimana kondisi demografi dan geografi pemukiman lahan basah Kecamatan
Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?
3. Apa saja masalah kesehatan masyarakat yang ada di pemukiman lahan basah
Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan di pemukiman lahan basah
Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?
5. Apa saja program pemberdayaan masyarakat di pemukiman lahan basah
Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan?

1.3 Tujuan Khusus


Pada Laporan Pratikum Lapangan yang berjudul peserta didik dapat
memahami gambaran umum terkait permasalahan kesehatan masyarakat di
pemukiman lahan basah serta merancang program pemberdayaan masyarakat di
pemukiman lahan basah.

1.4 Tujuan Umum


1. Mengetahui karakteristik masyarakat di pemukiman lahan basah Kecamatan
Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan terkait geografis dan
kondisi demografi.
2. Mengetahui kondisi demografi dan geografi pemukiman lahan basah Kecamatan
Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
3. Mengetahui berbagai masalah kesehatan masyarakat di pemukiman lahan basah
Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
4. Mengetahui penyebab terjadinya masalah kesehatan di pemukiman lahan basah
Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
5. Mengetahui program pemberdayaan masyarakat di pemukiman lahan basah
Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Mahasiswa


a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan secara teoritis dan praktek dalam kegiatan
pengamatan yang dilakukan.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah kesehatan di
lapangan.
c. Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar untuk menjadi sarjana kesehatan
masyarakat yang professional.
d. Mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai penyebab, pencegahan dan
penanggulangan suatu masalah kesehatan masyarakat di pemukiman lahan basah.

1.5.2 Bagian Institusi Pendidikan dan Lahan Pengamatan


a. Bagi institusi dapat memanfaatkan tenaga didiknya untuk membantu
menyelesaikan permasalahan kesehatan di pemukiman lahan basah
b. Menciptakan kerja sama yang menguntungkan dan bermanfaat antara institusi
dengan tempat pengamatan.
c. Laporan praktek Kesehatan Masyarakat dapat dijadikan audit internal kualitas
pengajaran
d. Mendapatkan masukan positif yang dapat diterapkan dalam program praktek
selanjutnya.
e. Memperkenalkan program studi kepada masyarakat.
f. Meningkatkan ketertarikan antar substansi akademik melalui pengetahuan
keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat di lahan basah.
BAB II
ISI

2.1. Karakteristik Masyarakat di Desa Mulia Sari, Kecamatan Tanjung Lago,


Kabupaten Banyuasin

 Letak Geografis Kabupaten Banyuasin terletak pada posisi antara 1,30° – 4,0°
Lintang Selatan dan 104° 00’ – 105° 35’ Bujur Timur yang terbentang mulai dan
bagian tengah Propinsi Sumatera Selatan sampai dengan bagian Timur dengan
luas wilayah seluruhnya 11.832,99 Km2 atau 1.183.299 Ha. Tanjung Lago
merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten banyuasin, yang
memiliki luas 82.010 Ha
 Secara geografis Kabupaten Banyuasin berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Propinsi Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin, den Selat Bangka
 Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir,dan
Kota Palembang
 Sebelah Barat : Kabupaten Musi Banyuasin
 Sebelah Timur : Selat Bangka dan Kabupaten Ogan Komering Ulu
 Jumlah penduduk di Tanjung Lago banyuasin berjumlah 38.607 diantaranya yaitu:
 Laki-laki berjumlah 19.900 orang
 Perempuan berjumlah 18.707 orang
 Mata Pencaharian : Petani
 Rata-rata usia petani di Desa Mulia Sari berumur 2565 tahun. Usia rata-rata
petani merupakan usia produktif untuk bertani yang cenderung mengandalkan
kemampuan fisik. 75 pekerjaan bertani digeluti oleh laki-laki dan lebih dari 10
ditekuni oleh perempuan.
 Mayoritas petani berpendidikan SD atau SMP. Petani yang berpendidikan SD
sebanyak 33. Jumlah petani berpendidikan SMP lebih banyak sebesar 47,61.
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan petani yang telah me- ngenyam
pendidikan SMA dan Sarjana.
 Suhu rata-rata 26,10-27,40 Celcius.
 Kelembaban relatif 69,4%-85,5%.
 Variasi curah hujan antara 1,07–13,32 mm sepanjang tahun.
 Rata-rata curah hujan 2,723 mm/tahun.
 Ada 4 jenis tanah di Kabupaten Banyuasin, yaitu :
1. Organosol : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
2. Klei Humus : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
3. Alluvial : terdapat di sepanjang sungai.
4. Podzolik : terdapat di daerah berbukit-bukit.

2.2. Permasalahan Kesehatan pada Masyarakat

2.2.1 Angka Kejadian Penyakit


Jenis penyakit yang dapat terjadi di lahan basah yaitu malaria, diare, kaki
gajah, penyakit kulit, encephalitia, schistosomiasis, dan lain-lain. Pada Kabupaten
Banyuasin kecamatan Tanjung Lago di Desa Mulia Sari, terdapat beberapa penyakit
yang memiliki angka kejadian penyakit tertinggi yang disebabkan karena lingkungan
lahan basah, yakni diare, penyakit kulit, kaki gajah, serta malaria. Penyakit tersebut
memiliki kemungkinan yang tinggi disebabkan karena lahan basah, seperti berikut:

2.2.1.1 Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi


feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare
bila feses lebih berair dari pada biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau
lebih atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang
dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, angka cakupan diare di Sumatera Selatan masing-masing
sebanyak 73,79% untuk kategori umur, sedangkan 46,57% untuk kategori usia
balita. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian diare di Sumatera Selatan
terjadi pada kategori semua umur. Berdasarkan Hasil Data Rekapitulasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyuasin 2018, jumlah kasus diare sebanyak ada
sebanyak 28.561 kasus dan yang ditangani berjumlah 23.394.

2.2.1.2 Penyakit Kulit


Penyakit kulit adalah kondisi saat lapisan luar tubuh mengalami masalah
baik iritasi atau meradang. Penyakit ini terdiri dari berbagai jenis yang
bervariasi, masing-masing memiliki gejala yang berbeda-beda pula. Penyakit
kulit bisa disebabkan oleh berbagai hal, meliputi faktor kebersihan diri, paparan
dari zat berbahaya di lingkungan, infeksi, sampai masalah pada imunitas seperti
alergi. Ada beberapa penyakit kulit yang berbahaya, ada juga penyakit kulit
yang ringan namun dapat mengganggu penampilan.
Terdapat beberapa penyakit kulit yang disebabkan oleh air, diantanya
yakni penyakit kusta, kutu air, cacar air, dan lain-lain. Penyakit kulit yang sering
terjadi di lahan basah di kabupaten banyuasin, kecamatan tanjung lago yaitu
penyakit kusta.
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan
kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf,
anggota gerak dan mata.
Selama tahun 2018, Kasus Kusta baru yang berhasil ditemukan untuk
diobati di Kabupaten Banyuasin adalah sebanyak 48 orang, terdiri dari 10 orang
penderita Kusta PB dan 38 orang penderita Kusta MB. Dalam hal endemisitas
kusta, Kabupaten Banyuasin tergolong Daerah Endemis Rendah, dengan Angka
penemuan kasus baru (NCDR/ New Case Detection Rate) < 10 per 100.000
penduduk.

2.2.1.3 Filariasis atau kaki gajah

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang


disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia,
Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar
getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang,
peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Menurut survey tahun
2009, ternyata dari 495 kabupaten/ kota yang ada di Indonesia saat itu, 71,9%
diantaranya (356 kabupaten/ kota) merupakan daerah endemis Filariasis.
Kabupaten Banyuasin juga tergolong Endemis Filariasis dengan Mf Rate
sebesar 1,92%.

Jumlah kasus klinis Filariasis ini merupakan jumlah kumulatif yang


dilaporkan dari waktu ke waktu, baik penderita lama maupun baru. Pada tahun
2016, di Kab.Banyuasin kini terdapat total 142 kasus. Tetapi seiring waktu,
jumlah penderita yang masih hidup di tahun 2016 berjumlah 98 orang. Pada
tahun 2017 menurun menjadi 41 orang. Tahun 2018 tidak ditemukan kasus
kronis Filariasis terbaru.

2.2.1.4 Malaria

Malaria adalah kasus dengan gejala malaria klinis (demam, menggigil


dan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri
otot atau pegal–pegal). Malaria positif adalah kasus malaria yang didiagnosis
(pemeriksaan specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopis atau rapid
diagnosis test hasil positif mengandung plasmodium. Prevalensi malaria atau
angka kesakitan malaria adalah banyaknya kasus (kasus baru maupun lama)
malaria per 100.000 penduduk yang diukur dengan Annual Parasite Incidence
(API) dan Annual.

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) menyebutkan


insidens malaria pada penduduk Indonesia sebesar 1,9 % ini menurun dari 2,7 %
di tahun 2007, sedangkan prevalensi malaria adalah 6,0 %. Data dari Profil
Kesehatan Sumatera Selatan 2015 menyebutkan jumlah kasus malaria klinis di
Sumatera Selatan pada tahun 2014 sebanyak 42.062 dengan AMI 5,32 per 1000
penduduk diantaranya yang positif menderita sebanyak 2842 orang. Sumatera
Selatan memiliki beberapa daerah endemis malaria, tiga kabupaten dengan
kasus tertinggi diantaranya Kabupaten Lahat dengan API tertinggi yaitu sebesar
2,94 per 1000 penduduk.

Angka kesakitan malaria diukur dengan AMI (Annual Malaria


Incidence) dan API (Annual Parasite Incidence). AMI menunjukkan banyaknya
kasus malaria (kasus baru maupun lama) dengan gejala-gejala klinis malaria per
1.000 penduduk. Suatu daerah tergolong High Incidence Area (HIA) bila AMI >
50 ‰, Medium Incidence Area (MIA) bila AMI 10 – 50 ‰ dan Low Incidence
Area (LIA) bila AMI < 10 ‰.

Sedangkan API menunjukkan banyaknya kasus malaria (kasus baru


maupun lama) yang didiagnosis (pemeriksaan specimen/ sediaan darahnya)
secara mikroskopis atau rapid diagnosis test hasil positif mengandung
plasmodium per 1.000 penduduk. Suatu daerah tergolong High Case Incidence
(HCI) bila API > 5 ‰, Moderate Case Incidence (MCI) bila API 1 - < 5 ‰, dan
Low Case Incidence (LCI) bila API < 1‰ .

2.2.2 Masalah Lingkungan


Permasalahan kesehatan masyarakat di lahan basah dipengaruhi oleh
kesehatan lingkungan yang ada di daerah Ogan Ilir, Sumatera Selatan, seperti:

2.2.2.1 Air bersih


Air bersih merupakan air yang digunakan untuk memenuhi keperluan
sehari-hari yang memiliki kulitas sesuai dengan syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Pada daerah lahan basah Banyuasin biasanya
masyarakat mendapatkan air bersih dari PDAM, selebihnya menggunakan
sumur atau sumber lain. Namun masih juga terdapat masyarakat yang
melakukan aktivitas sehari-hari menggunakan air sungai, seperti yang dilakukan
masyarakat Kabupaten Banyuasin. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan seperti
ibu-ibu mencuci piring serta pakaian di sungai, mandi di sungai, menggosok gigi
di sungai, dan aktivitas lainnya yang menggunakan air sungai tersebut sehingga
air sungai berwarna keruh kecokeklatan. Apabila musim kemarau datang, maka
akan terjadi krisis air serta dapat timbulnya penyakit.

2.2.2.2 Pembuangan kotoran atau tinja


Masyarakat pada daerah lahan basah masih dapat dijumpai membuang
kotoran atau tinja di sungai. Hal tersebut dapat mencemari sungai serta dapat
menimbulkan penyakit. Metode pembuangan tinja yang baik yakni dengan
menggunakan jamban. Namun lain hal dengan beberapa masyarakat yang ada
Kabupaten Banyuasin. Masyarakat kecamatan tersebut membangun jamban
berdinding kayu sederhana tanpa atap di sepanjang aliran sungai. Jamban
tersebut sudah dilakukan sebagai rutinitas turun temurun dan dianggap biasa
oleh masyarakat Desa Air Itam. Mereka melakukan buang air besar dan juga air
kecil pada sungai tersebut. Praktik kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) tak hanya dilakukan di sungai yang berada di sekitar tempat tinggal,
tetapi juga di kebun-kebun penduduk.
Kebiasaan negatif BABS tentu saja berkait erat dengan tingginya
prevalensi anak balita stanting di Indonesia. Tercatat ada sekitar 9 juta anak
Indonesia mengalami stanting, yaitu kekurangan gizi kronis pada balita yang
menyebabkan pertumbuhan otak dan fisiknya terganggu. Praktik BABS di
tempat terbuka mendorong penyebaran kuman yang menjadi penyebab kasus
diare pada warga. Bagi anak-anak, dampak negatif BABS sangat berbahaya,
karena asupan gizi mereka akan hilang percuma gara-gara terkena diare. Anak
di bawah usia 2 tahun yang sering terkena diare berpotensi kekurangan gizi dan
menjadi stanting. Begitu juga sebaliknya, anak yang kurang gizi lebih rentan
terkena. Karenanya, jamban sehat sangat penting agar tinja tidak mencemari
lingkungan.

2.2.2.3 Pencemaran residu peptisida


Pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian hama.
Pestisida masih diperlukan dalam kegiatan pertanian. Penggunaan pestisida yang
tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif yang
mungkin timbul akibat penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, yang tidak
sesuai dengan aturan yaitu pencemaran air dan tanah, Pencemaran udara,
Timbulnya spesies hama yang resisten, Timbulnya spesies hama baru atau
ledakan hama sekunder, Resurgensi, Merusak keseimbangan ekosistem,
Dampak terhadap kesehatan masyarakat,.

2.2.2.4 Polutan
Sejumlah luhur penggunaan bahan kimia pertanian mampu dijadikan
polutan bagi lingkungan jika tidak dikendalikan dengan baik. Pupuk dan
pestisida mampu terbawa cairan hujan dan mengendap disungai dan badan
cairan lainnya hingga terserap menuju ke cairan tanah. Pestisida kimia juga
mampu mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia, terutama
organoklorida. Kontaminasi tanah juga bisa terjadi kesudahan suatu peristiwa
penggunaan bahan kimia pertanian yang amat sangat.

2.3 Akar Penyebab Masalah Kesehatan pada Masyarakat

2.3.1 Angka Kejadian Penyakit

2.3.1.1 Diare
Kualitas sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling
berperan dalam kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan lingkungan meliputi
akses air bersih, akses fasilitas sanitasi dasar yang layak, pengelolaan sampah,
dan vektor penyakit. Jika faktor kesehatan lingkungan tidak seimbang maka akan
berdampak pada kesehatan pribadi dan dapat menimbulkan penyakit lingkungan
seperti diare. Diare yang terjadi di daerah lahan basah dapat disebabkan oleh
orang yang beraktivitas di sungai-sungai di daerah tersebut. Sungai yang
tercemar dapat menjadi tempat bakteri, virus, dan parasit lainnya tumbuh dan
berkembang biak.
Salah satu penyebab tingginya angka kejadian diare karena kondisi sanitasi
lingkungan di wilayah lahan basah Banyuasin yang belum memenuhi syarat
seperti sumber air bersih, jamban keluarga, tempat sampah dan saluran
pembuangan limbah di masyarakat belum berjalan dengan optimal, dan masih
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan.

2.3.1.2 Penyakit Kulit


Penyakit kulit adalah kondisi saat lapisan luar tubuh mengalami masalah baik
iritasi atau meradang. Penyakit ini terdiri dari berbagai jenis yang bervariasi,
masing-masing memiliki gejala yang berbeda-beda pula. Penyakit kulit bisa
disebabkan oleh berbagai hal, meliputi faktor kebersihan diri, paparan dari zat
berbahaya di lingkungan, infeksi, sampai masalah pada imunitas seperti alergi.
Terdapat beberapa penyakit kulit yang disebabkan oleh air, diantanya yakni
penyakit kusta, kutu air, cacar air, dan lain-lain. Penyakit kulit yang sering terjadi
di lahan basah di kabupaten banyuasin, kecamatan tanjung lago yaitu penyakit
kusta.

2.3.1.3 Filariasis atau Kaki Gajah


Penyakit filariasis adalah penyakit yang menimbulkan kerusakan pada
sistem limfatik. Penyebab utama kaki gajah yaitu cacing. Akan tetapi, penularan
dan penyebarannya melalui nyamuk. Pada lahan basah di Banyuasin kesehatan
lingkungan belum baik, sehingga hal tersebut membuat nyamuk bertebaran.
Nyamuk yang terinfeksi ini disebut sebagai vektor filariasis yang bisa
menyebarkan infeksi lewat gigitannya pada manusia. Ketika nyamuk yang
terinfeksi ini menggigit kulit seseorang, larva parasit akan diendapkan pada kulit
dan masuk ke tubuh. Larva akan berpindah ke sistem limfatik, berkembang biak
dan menyebabkan penyakit. Siklusnya penularan akan terus terjadi seperti
demikian.

2.3.1.4 Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium, yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Faktor-faktor yang
mempengaruhi infeksi malaria adalah interaksi dinamis antara faktor inang
(manusia dan nyamuk), patogen (parasit) dan lingkungan. Kejadian malaria tidak
hanya dipengaruhi oleh biologi nyamuk dan kondisi habitat spesies nyamuk,
tetapi juga oleh individu dan lingkungan. Kawasan lahan basah Banyuasin juga
mendorong munculnya habitat Anopheles. Beberapa faktor lingkungan fisik yang
berhubungan dengan malaria antara lain tempat berkembang biak dan faktor
lingkungan fisik lainnya, seperti garam, suhu, kelembaban, curah hujan, angin,
dll. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kehidupan nyamuk sebagai pembawa
malaria dan parasit di dalam tubuh nyamuk itu sendiri.

2.4 Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat.

2.4.1 Program pemberdayaan pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan cara


intensifikasi penggunaan lahan-lahan marginal.

 Nama kegiatan : pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan cara


intensifikasi penggunaan lahan-lahan marginal.

 Alasan terbentuknya program :

Pada awal dibuka Desa Mulia Sari sebagai kawasan transmigrasi, rata-rata
petani transmigran dari Jawa tidak memahami cara pengelolaan lahan persawahan di
lahan basah. Kesulitan petani meng- garap lahan mengakibatkan petani mengalami
gagal panen. Kondisi ini menjadi faktor utama petani di Desa Mulia Sari menjual
areal persawahan kepada masyarakat transmigrasi lainnya, penduduk lokal, dan orang
Tionghoa yang berdomisili di luar Desa Mulia Sari. Kondisi ini mempersempit
kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian (Jamal et al. 2002). Masalah
kepemilikan lahan telah terjadi semenjak penjajahan Belanda. Berdasarkan hasil
survei peme- rintah Belanda hampir separuh petani hanya menguasai lahan kurang
dari 0,5 ha (Jamal et al. 2002). Rata-rata petani di Desa Mulia Sari memiliki lahan
seluas 0,5 ha. Hanya sebagian kecil dari petani yang memiliki lahan pribadi lebih dari
4 ha sehingga lebih dari 30 petani menyewa lahan basah untuk meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan petani. Sehingga terbentukla program ini untuk
membantu para masyarakat dalam mencari matapencarian melalui hasil dari
pertanian.

 Tujuan kegiatan :

 untuk meningkatkan produksi pangan agar dapat berswasembada beras

 untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

 Kebutuhan peningkatan produksi padi dilakukan karena didorong pertum- buhan


penduduk dan peningkatan kesejahteraan

 Program pembangunan pertanian hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk


memfasilitasi, melayani, dan mendorong berkembangnya sistem agrobisnis, serta
usaha-usaha agrobisnis berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, serta
desentralistis untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat

 Sasaran kegiatan : untuk hasil pertanian

 Metode Pelaksanaan Kegiatan :

 Melakukan intensifikasi lahan-lahan marginal

 Observasi dan wawancara

 Alokasi Waktu :

 Alokasi Dana :

 Alokasi SDM :
 tokoh masyarakat

 tokoh organisasi petani,

 pengurus pengelolaan air yang terdapat di Desa Mulia Sari

 Sarana yang dibutuhkan :

 Lahan basah

berdasarkan konvensi Ramsar adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut,


dan perairan tetap atau sementara dengan air tergenang atau mengalir baik tawar,
payau, atau asin termasuk wilayah perairan laut dengan kedalaman tidak lebih dari
6 m pada waktu surut. Dengan mempertimbangkan fungsi lahan basah.
Pengelolaan terpadu lahan basah di Desa Mulia Sari dapat dilakukan dengan
mengatur pengelolaan lahan dan tata air mikro ramah lingkungan

 Pengelolaan tanah dan air ramah lingkungan

merupakan kunci dari pengelolaan lahan basah terpadu di Desa Mulia Sari.
Kesalahan dalam pe- ngolahan tanah dan pemeliharaan saluran dalam pengaturan
tata air mikro berpotensi menurunkan produktivitas lahan basah seperti konsumsi
bahan- bahan kimia berkepanjangan. Produktivitas lahan basah dapat menurun
akibat degradasi kesuburan tanah, sifat fisika, dan biologi tanah. Pengelolaan
sumber daya tanah dan air di lahan basah harus mengintegrasikan pengelolaan
lingkungan ekosistem lahan basah.

2.4.2 Program Sekolah Lapangan Terpadu

 Nama kegiatan : Sekolah Lapangan Terpadu

 Alasan terbentuknya program :

Rendahnya kualifikasi pendidikan petani menjadi salah satu indikator sulitnya


menjalin komunikasi dan kepercayaan antar petani maupun antara petani dan
pemerintah. Kesulitan dalam menjalin komunikasi antar petani menjadikan petani
bersikap apatis. Oleh karena itu, Pemerintah menggalakkan sistem pengelolaan lahan
basah berkelanjutan melalui pelatihan dan Pendidikan seperti Sekolah Lapangan
Terpadu.

 Tujuan Kegiatan : untuk memberikan pendidikan lingkungan tentang penggunaan


bahan-bahan organik dalam pengolahan tanah.

 Sasaran Kegiatan : Masyarakat, terutama pada masyarakat yang bermata


pencaharian petani

 Metode Pelaksanaan Kegiatan :

 Diskusi dan sharing

 Observasi dan wawancara

 Sarana yang dibutuhkan :

 Lahan

 Alat dan bahan

2.4.3 Program Pemberantasan Sarang Nyamuk

 Nama Kegiatan : Pemberantasan Jentik nyamuk Dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.

 Alasan terbentuknya Program :

Adanya Penyakit-Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, Terutama Pada


Masyarakat yang tinggal di Lahan basah Dan juga kurang sadarnya akan
kebersihan Seperti Malaria, filariasis,dan juga Diare. sehingga masyarakat
disekitar banyak yang terkena penyakit tersebut.

 Tujuan Kegiatan : Untuk membersihkan genang-genangan air ,dan juga tempat-


tempat yang biasanya menjadi sarang nyamuk.
 Sasaran Kegiatan : Seluruh Masyarakat Desa mulia sari banyuasin

 Metode Pelaksanaan :

- Kerja Bakti

- Pengasapan

 Sarana Yang dibutuhkan :

- Fogging nyamuk

-
BAB III

KESIMPULAN

Lahan merupakan sumber daya yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
dan mahkluk hidup lainnya. Lahan terbagi menjadi lahan kering dan lahan basa.

Lahan basah berfungsi sebagai pendukung kehidupan secara langsung, contohnya sebagai
sumber air minum, kawasan penting untuk menyimpan air, pengendalian kualitas air, serta
habitat berbagai mahluk hidup baik flora maupun fauna.

Jenis penyakit yang dapat terjadi di lahan basah yaitu malaria, diare, kaki gajah, penyakit
kulit, encephalitia, schistosomiasis, dan lain-lain. Pada Kabupaten Banyuasin kecamatan
Tanjung Lago di Desa Mulia Sari, terdapat beberapa penyakit yang memiliki angka kejadian
penyakit tertinggi yang disebabkan karena lingkungan lahan basah, yakni diare, penyakit
kulit, kaki gajah, serta malaria. Penyakit tersebut memiliki kemungkinan yang tinggi
disebabkan karena lahan basah

DAFTAR PUSTAKA
Rahmi, O., Susanto, R. H., & Siswanto, A. (2015). Pengelolaan Lahan Basah Terpadu di
Desa Mulia Sari Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 20(3), 201-207.

Katartika, P. A. (2021). PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI PADI DI DESA MULIA


SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI
SUMATERA SELATAN (Doctoral dissertation, IPDN Jatinangor).

https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_1503122
661Bab_IV_RPI2JM_Profil_Banyuasin.pdf

https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/16/090000269/dampak-positif-dan-negatif-
penggunaan-pupuk-kimia

https://www.nongguan-biotek.com/35-galeri/152-dampak-penggunaan-pupuk-kimia-yang-
berlebih

http://eprints.ulm.ac.id/7100/2/KESMAS-%20Lahan%20Basah-%20%20%20roselina.pdf

Anda mungkin juga menyukai