Anda di halaman 1dari 25

PENGOLAHAN LIMBAH B-3 SECARA FISIS-KIMIA DAN BIOLOGIS

I.UMUM
Walaupun konsep minimalisasi limbah telah diterapkan, namun tetap dihasilkan limbah yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut agar kebahayaan limbah tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi. Beraneka ragam cara pengolahan limbah berbahaya, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Secara kimiawi - Secara fisis - Secara biologi - Secara termal kombinasi dari keempat kategori banyak diterapkan untuk mendapat kan biaya yang paling efektif dan sesuai dengan kriteria lingkungan.

Dalam pembahasan ini aspek pengolahan limbah hanya dibahas secara garis besar, karena prinsip yang digunakan adalah seperti pengolahan limbah pada jenis umumnya, yang akan dibahas lebih rinci pada mata-kuliah pada Program Sarjana di Teknik Lingkungan B, misalnya dalam mata-kuliah : - Perencanaan Pengolahan Air Minum - Perencanaan Pengolahan Air Buangan - Pengolahan Buangan Industri - Teknik Pengolahan Buangan Padat

II. PENGOLAHAN SECARA KIMIAWI


Pengolahan secara kimiawi pada dasarnya memanfaatkan reaksi-reaksi kimia untuk mentransformasi limbah berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Berbagai bentuk pengolahan misalnya seperti : - Solubilitas - Netralisasi - Presipitasi - Koagulasi dan flokulasi - Oksidasi dan reduksi - Pengurangan warna - Desinfeksi - Penukaran ion - Sistem stabilisasi

a.

b.

Solubilisasi : Limbah B-3 dapat berupa materi organik dan anorganik, mengandung elemen-elemen kimiawi serta konfigurasi struktural yang beragam. Air sebagai solven (pelarut) universal akan melarutkan substansi-substansi tersebut, tetapi bisa saja kelarutannya terbatas. Umumnya garam natrium, kalium dan amonium larut dalam air sebagai asam-asam mineral. Banyak materi halogen anorganik (kecuali flourida) larut dalam air. Tetapi karbonat, hidroksida, dan fosfat sedikit terlarut. Alkohol sangat larut, tetapi materi organik aromatik dan petroleumbased rantai panjang sedikit larut dalam air. Kelarutan sebuah substansi akan menjadi faktor kritis dalam proses pengolahan secara kimiawi. Netralisasi : Netralisasi limbah asam dengan alkali merupakan contoh pengolahan secara kimiawi untuk menetralisir limbah B-3 (biasanya korosif) : asam + basa garam + air.

c.

limbah yang asam dapat dinetralisir misalnya dengan kapur Ca(OH)2,caustic soda NaOH atau soda abu Na2CO3. Yang termurah diantara basa tersebut adalah Ca(OH)2. Dengan kontainer yang teraduk serta pengaturan pH, maka penetralisir ini ditambahkan pada limbah yang bersifat asam. Limbah alkalin dapat dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4 atau HCl atau dengan CO2. Kontrol pH dan pengaduk juga dibutuhkan dalam proses ini. Pengendapan : Dalam beberapa hal, limbah cair mengandung logam berat. Bila konsentrasi logam ini cukup tinggi sehingga limbahnya dikategorikan berbahaya, maka logam tersebut harus disingkirkan dari cairannya, yang biasanya dilakukan dengan pengendapan. Logam-logam tersebut akan mengendap dengan kadar pH tertentu, yang tergantung dari ion-ionnya untuk menghasilkan garam yang tak larut. Netralisasi limbah asam akan menyebabkan pengendapan dari logam berat sehingga logam ini disingkirkan sebagai lumpur melalui klarifikasi atau filtrasi.

Hidroksida logam berat biasanya tidak larut, dan biasanya digunakan kapur untuk mengendapkannya. Pembentukan karbonat dan sulfida juga banyak diterapkan. Cara lain adalah kombinasi keduanya, misalnya pengendapan hidroksida terlebih dahulu, dilanjutkan pengendapan sulfida seperti penambahan Na2S atau NaHS. Penambahan senyawa-senyawa sulfida ini perlu pengontrolan untuk mengurangi timbulnya bau serta gas H2S. Selama pengendapan sulfida, akan terjadi kemungkinan timbulnya H2S yang berbahaya. Karenanya, kondisi sedikit alkalin perlu dipertahankan. Tingkat valensi dari logam juga berperan. Besi valensi 2 akan lebih larut dibanding besi bervalensi 3. Khromat valensi +6 (berbahaya) yang lebih larut, perlu direduksi menjadi khromat bervalensi +3 yang lebih tidak berbahaya dan lebih tidak larut dalam air. Disamping itu perlu dicegah terbentuknya ion-ion kompleks bila limbahnya mengandung amonia, flourida atau sianida. Besi misalnya akan membentuk ion ferrocyanol yang lebih larut sampai kompleks tersebut dipecah

d. Koagulasi dan flokulasi : Proses pengendapan logam berat dapat dipercepat dengan penambahan bahan kimia yang larut dalam air dan atau penambahan bahan polimer sehingga terjadi koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dai cairannya bila dengan pengendapan biasa ternyata kurang memuaskan. Koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat sebuah koagulan untuk menetralisir muatan dan membentuk partikel limbah yang

koloid sehingga menjadi lebih besar dan dapat mengendap. Koagulan


yang biasa digunakan polimer adalah Al2(SO4)3, seringkali Fe3Cl lebih atau efektif Fe(SO4)3. dibanding penggunaan organik

penambahan garam-garam alum atau besi dalam menumbuhkan flok. Kougulan-kougulan ini mengakibatkan partikel-partikel koloid membesar. Flok-flok ditumbuhkan dengan pengadukan lambat dengan pengontrolan pH untuk menghasilkan partikel yang lebih besar.

Garam-garam alumunium dan besi biasanya digunakan dalam proses klarifikasi air yang berfungsi ganda yaitu sebagai kougulan maupun sebagai flokulan dengan pembentukan muatan positif pada pH 6-7 yang merupakan tipikal klarifikasi. Reaksi hidrolisis ini menghasilkan gumpalan alumunium atau besi hidroksida, serta kougulan logam berupa flok yang terperangkap dalam koloid. Lumpur yang terbentuk umumnya agak sulit dihilangkan airnya, sehingga penggunaan garam-garam alumunium atau besi ini tidak disarankan dalam upaya meningkatkan efesiensi sentrifugasi atau filter-pres atau cara lain dalam menghilangkan air. Kougulan logam ini sensitif terhadap pH dan alkalinitas, oleh karenanya bila pH tidak dijaga secara baik klarifikasi menjadi kurang baik. Flokulan dapat bekerja baik dalam sistem bila terlebih dahulu ditentukan dengan analisis laboratorium, dikenal sebagai jar-test, yang sering digunakan untuk memilih jenis dan dosis kougulan yang tepat.

e.

Oksidasi dan reduksi : Proses kimiawi secara oksidasi-reduksi dapat digunakan untuk merubah pencemaran toksin menjadi substansi yang lebih tidak berbahaya. Oksidasi adalah reaksi kimiawi dengan penambahan valensi dan kehilangan elektron, sedang reduksi adalah reaksi kimiawi dengan pengurangan valensi daan penambahan elektron. Reaksi-reaksi kimiawi yang melibatkan oksidasi dan reduksi dikenal sebagai reaksi redoks. Sebagai contoh adalah khrom hexavalen (Cr+6) yang dikategorikan sangat toksik. Untuk mengurangi ketoksikannya, Cr+6 direduksi menjadi khrom trivelan (Cr+3) dalam suasana asam, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan khrom hidroksida dengan reaksi : SO2 + H2O H2SO4 2 CrO3 + 3H2SO3 Cr2(SO4)3 + 3H2O Cr2 (SO4)3 + 3Ca(OH)2 2Cr(OH)3 + 3CaSO4

Contoh lain pengolahan limbah sianida dengan khlorinasi dalam suasana alkalin. Sianida dioksidasi menjadi sianat yang lebih tidak toksik, kemudian dirobah menjadi CO2 dan nitrogen, dengan reaksi :

Na CN + Cl2 + 2 NaOH 2NaCNO + 3Cl2 + 4NaOH

NaCNO + 2 NaCl + H2O 2Co2 + N2 + 6NaCl + H2O

Reaksi pertama terjadi pada pH > 10 untuk membentuk natrium sianat. Reaksi kedua lebih cepat berlangsung pada pH sekitar 8. Proses khrorinasi ini dapat pula dilaksanakan menggunakan

hipokhlorit atau peroksida atau ozon untuk mendestruksikan


secara sempurna limbah sianida.

f.

g.

Penurunan warna : Limbah cair mungkin mengandung warna yang sulit di urai Komposisi kimiawimateri yang berkontribusi dalam pemberian warna padda limbah kadangkala sulit ditentukan terutama bila limbahnya organik. Bila komposisi kimia di hilir (bahan baku) yang menimbulkan warna dapat diidetifikasi, maka modifikasi proses di hilir sangat dianjurkan. Bila hal ini tidak memungkinkan, maka proses penyisihan warna yang sering digunakan adalah dengan adsorpsi melalui karbon aktif atau koagulasi/flokulasi atau oksidasi kimiawi dengan khloratau oksidator-oksidator kuat lainnya. Disinfeksi Sasaran disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Proses yang sering digunakan adalah khlorinasi. Sebetulnya dalam proses pengolahan limbah konvensional (koagulasi sedimentasi filtrasi) sebagian besar mikroorganisme patogen dapat disingkirkan. Namun khlorinasi akan lebih menjamin hal ini, apa lagi bila dikaitkan dengan air minum.

Khlor adalah disinfeksi yang paling banyak digunakan karena relatif efektif pada konsentrasi rendah, biaya relatf tidak mahal dan membentuk sisa yang cukup bila dosis di awal cukup. Pembubuhan khlor ini membutuhkan kontrol yang tinggi. Kadangkala digunakan gas khlor. Gas ini bersifat racun, berwarna kuning-hijau pada temperatur kamar dan tekanan atmosfer.

PENGOLAHAN SECARA FISIS


Pengolahan secara fisis ini sudah dikenal sejak lama bila limbah mengandung bahan cair dan padatan maka pengolahan secara fisis perlu dipertimbangkan terlebih dahulu. Beberapa jenis proses pengolahan secara fisis : - Screening - Sedimentasi - Sentrifugasi - Filtrasi - Sorpsi - Evaporasi / destilasi - Stripping - Reverse osmosis Setiap tahap dari proses ini melibatkan tahapan pemisahan materi tersuspensi dari fase cairnya.

a. Screening : Merupakan tahapan awal dari pengolahan limbah, misalnya penggunaan batang-batang logam (bar), Strainer dan sebagainya untuk menyingkirkan padatan yang besar (plastik, kayu, kertas dan sebagainya). Bagian padatan yang halus masih membutuhkan pengolahan selanjutnya. b. Sedimentasi dan klarifikasi Sedimentasi merupakan penyingkiran padatan tersuspensi dari cairannya secara gravitasi. Kecapatan aliran dipertahankan sampai waktu retensi dalam bak sedimentasi cukup mengendapkan padatan secara gravitasi. Oleh karenanya, laju pengendapan akan ditentukan oleh karakteristik padatan seperti : ukuran, bentuk, densitas padatan dan cairan, disamping temperatur cairan yang berpengaruh terhadap densitas dan kekentalannya. klarifikassi bertujuan menghasilkan cairan yang jernih. Komponen ini sering dipakai untuk menghasilkan sedimentasi secara grafitasi yang lebih cepat.

kolam besar misalnya bisa berfungsi sebagai klarifikasi limbah. Berbagai jenis klarifikasi telah digunakan seperti bak sedimentasi, tube/plate settler, penggabungan dengan koagulasi/flokulasi dan sebagainya. c. Sentrifugasi Sentrifugal sering digunakan untuk menghilangkan air limbah lumpur dari 10 % menjadi 40 % solid. Sasaran penghilangan air (dewatering) adalah untuk menghasilkan cake yang cukup padat dan kuat sehingga memudahkan penanganannya misalnya pada landfilling. Bila lumpur akan diinsenerasi maka air perlu dihilangkan sebanyak mungkin agar mengurangi bahan bakar untuk membakarnya. Sentrifugasi biasanya digunakan karena biasanya relatif kompak dan mudah dioperasikan. d. Flotasi Padatan dari densitas rendah seperti yang berasal dari padatan hidrokarbon dapat dipisahkan dari cairannya dengan flotasi udara. Udara dimasukkan kedalam limbah cair sehingga membentuk gelembung-gelembung yang akan mengangkat partikel-partikel untuk disingkirkan kepermukaan dengan skimming

e. Filtrasi Dalam filtrasi, limbah cair dilakukan melalui media berpori dengan diameter antar pori sedemikian rupa sehingga materi tersuspensi dapat ditahan dalam media tersebut. Media berpori yang biasanya digunakan adlah pasir. Filterdengan multi media sering digunakanuntuk menambah kinerja dari sistem. Disamping itu, filter vakum, belt press dan filterpres serring digunakan untuk menyisihkan air dari lumpur untuk memproduksi filter cake dengan kandungan padat sampai 50 %. f. Sorpsi Adsorpsi merupakan proses fisis dengan adanya mekanisme adhesi dari molekul-molekul atau partikel-partikel pada permukaan dari absorben padat tanpa ada reaksi kimia. Sedang adsorpsi melibatkan penetrasi molekul-molekul/partikel-partikel kedaalam media absorben padat. Penyisihan substansi organik (termasuk sumber bau dan warna) banyak dilakukan dengan karbon aktif, yang biasanya terdapat dalam bentuk butiran ataupun serbuk. Keefektifan karbon aktif dalam menyisihkan substansi berbahaya dari larutannya adalah berbanding lurus dengan luas permukaannya, karena absopsi adalah reaksi permukaan.

Setelah digunakan, kolom karbon aktif lama kelamaan menjadi jenuh dan perlu diregenerasi. Bila substansi organik adalah bersifat volatil, media karbon dapat diregenerasi dengan pemanasan.

g. Evaporasi dan destilasi


Evaporasi dan destilasi limbah cair sering digunakan dalam pegolahan limbah berbahaya. Cairan dengan tekanan uap lebih tinggi akan menguap lebih dahulu. Teemperatur didih dari sebuah cairan akan tercapai bila tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Adanya garam serta komponen-komponen lainya dalamcairan akan menurunkan tekanan uap dan menaikan titik didihnya. Dengan terevaporasinya cairannya, maka larutan tersisa akan lebih pekat. Evaporasi cairan dari limbah berbahaya dapat dilangsungkan dengan evaporator tunggal atau jamak, distilasi, steam stripping atau air stripping.

h. Stripping Sripping udara dapat digunakan untuk menyingkirkan substansi buangan berbahaya berkonsentrasi rendah yang larut dalam air. Menara Stripping (sejenis menara pendingin) difungsikan dengan aliran udara keatas dan aliran limbah kebawah. i. Reverse osmosis Dengan proses osmosis, solven dialirkan melalui membran semi permeabel dari larutan encer menuju larutan yang lebih terkonsentrasi. Perbedaan tekanan (tekanan osmosis) yang diterapkan pada membran mengakibatkan solven mengalir dari larutan yang lebih kuat kelarutan yang lebih lemah.

PENGOLAHAN SECARA BIOLOGIS


Pengolahan limbah secara biologis telah banyak digunakan untuk mengolah limbah yang biodegradable, misalnya untuk limbah berbahaya yang berasal dari industri, lindi lahan-urug dan pencemaran tanah. Mikroba-mikroba yang bekerja dapat digolongkan menjadi heterotropic atau autotropic tergantung pada jumlah nutrisinya. Mikroba heterotroph menggunakan materi organik, sedang autotroph menggunakan meteri anorganik. Lebih lanjut mikroorganisme ini dikelompokan menjadi aerob dan anaerob. Dalam proses aerobik, dibutuhkan keberadaan oksigen untuk menguraikan materi organik menjadi sumber energi guna pertumbuhan dan perkembangannya. Bakteri-bakteri anaerob menggunakan oksigen yang terikat secara kimiawi seperti nitrat, karbonat atau sulfat, sehingga kehadiran oksigen tidak diinginkan.

Mikroba-mikroba fakultatif dapat melakukan proses aerobik bila molekul-moleku oksigen tersedia atau dapat pula bekerja dengan proses anaerobik. Materi yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikenal sebagai materi biodegradabel dan biasanya materi organik. Organisme aerobik lebih banyak digunakan untuk mengolah limbah industri, terutama limbah cair, sedang sistem anaerobik lebih banyak ditujukan pada limbah organik yang berbeban tinggi atau lumpur dari proses pengolahan limbah secara aerobik. Parameter beban organik yang paling sering digunakan adalah : - Chemical Oxygen Demand (COD) yang menyatakan besarnya ekuivalensi kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi materi organik secara kimiawi. - Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang menyatakan besarnya kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan materi organik.

Mikroorganisme yang berperan dalam sistem akan tumbuh dengan baik bila kondisi lingkungan sesuai. Dibutuhkan sumber energi dan karbondisamping nutrisi lainnya seperti nitrogen, fosfor, dan mineral/logam-logam seangin lainnya. Temperaur dan pH perlu diatur. Limbah organik dapat menjadi toksik pada mikroorganisme tertentu bila berada di atas konsentrasi yang dapat ditolerir oleh anggota konsorium mokrobial tersebut. Nilai kritis ini akan tergantung pada sunstansi, konsentrasi, mekanisme terpaparnya, dan kondisi lain dari konsorsium tersebut. Sebuah substansi dapat menjadi toksik bagi segolongan organisme, namun bisa sebagai sumber makanan bagi golongan yang lain. Biodegradabilitas merupakan sebuah sistem yang spesifik. Sebuah senyawa dari limbah berbahaya akan terdegradasi secara baik bila konsorsium mikrobial yang sesuai dapat dipertahankan dan berkembang dengan baik. Proses biologis ini bisa saja membutuhkan pengolahan kimia-fasis sebelumnya, agar pengolahan biologis berikutnya bisa berfungsi. Namun dapat pula sistem biologi digunakan di hulu proses guna mengurangi biaya dengan penurunan beban organik sebelumnya.

Konsorsium mikrobial yang tahan terhadap toxin perlu dikembangkan sesuai dengan jenis limbahnya. Bila toxin yang ada nonbiodegradabel, maka mikroorganisme yang tahan pada jenis toxin ini perlu dikembangkan. Dalam hal konsentrasi organik berfluktuasi diatas limit toksik, atau debit yang termasuk bervariasi, kinerja dari sistem biologis ini akan terganggu. Proses biologis sensitif terhadap variasi beban, karena itu dibutuhkan bak penyeimbang guna menanggulangi masalah ini. Nitrogen dan fosfor merupakan nutrisi yang biasa ditambahkan pada sistem biologis karena bila elemen-elemen ini kurang (dalam bentuk anorganik) akan menghambat aktivitas. Sebagian organisme yang mampu mengolah limbah berbahaya tumbuh baik pada pH antara 6 dan 8. Temperatur juga merupakan faktor signifikan dalam mengolah limbah berbahaya. Mikrobamikroba psychrophilic (dingin), mesophilic (moderat) dan thermophilic (panas) membutuhkan temperatur berbeda untuk tumbuh secara baik.

a. Sistem aerobik : Sasaran dari sistem aerobik adalah mengembangkan mikroba-mikroba yang akan mengkonversi bervariasi senyawasenyawa organik menjadi sel-sel baru dan substansi yang tidak lagi berbahaya seperti CO2. Beberapa materi organik hanya terdegradasi sebagian dan dikonversi menjadi organik sekunder. Proses yang terjadi umumnya adalah : Materi organik + O2 - activated sludge - aerated lagoon - trickling filter - rotating biological contractor CO2 +H2O + produk lain + energi Beberapa jenis pengolahan ini antara lain adalah :

b. Sistem anaerobik : Mikroba-mikroba anaerobik membutuhkan oksigen yang terikat misalnya NO3 dan bukan molekul-molekul oksigen seperti yang terdapat diudara agar tumbuh secara baik. Senyawa organik diuraikan menjadi : Materi organik + combined oxygen CO2 + CH4 + produk lain + energi. Energi panas yang terbentuk ralatif kecil bila dibandingkan proses aerobik, karena konversi energi ini terdapat dalam bentuk lain yaitu gas metan (CH4). Sistem anaerobik ini (dalam hal ini tahap metanogenesis) sangat sensitif terhadap kondisi pH (6-8) untuk pertumbuhan yang baik dari bakteri-bakteri pembentuk metan

Anda mungkin juga menyukai