ORAL
• ANATOMI
MANDIBULA
• ANATOMI
KELENJAR
LUDAH
Antibiotik
profilaksis
→
untuk
pasien
dengan
kelainan
jantung
kongenital
atau
pasien
dengan
penyakit
sistemik
dengan
resiko
infeksi
yang
tinggi.
Diberikan
pada
kasus
pembdedahan,
pencabutan,
pembersihan
karang
gigi
dll.
- Amoxicillin
tabs
200mg
untuk
dewasa
1
jam
sebelum
tindakan
- Amoxicillin
tabs
50mg/kgBB
untuk
anak
1
jam
sebelum
tindakan
- Jika
alergi
amoxicillin,
bisa
menggunakan
klindamisin
tabs
600mg
pada
dewasa
atau
20mg/kgBB
pada
anak.
PENYEBAB
PENYAKIT
SISTEMIK
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KELAINAN
RONGGA
MULUT
Xerostomia:
bau
mulut,
bibir
kering,
kesulitan
menelan,
sensasi
panas
pada
rongga
mulut,
gangguan
indra
pengecap,
sulit
bicara
REAKSI
NYERI
Klasifikasi
nyeri
(berdasar
etiologi
)
1. Nyeri
Fisiologik:
- Nyeri
tjd
krn
rangsangan,
singkat
dan
tidak
merusak
jaringan
Korelasi
positif
antara
stimuli
dan
persepsi
nyeri
2. Nyeri
Inflamasi
/
Nosiseptif
- Terjadi
akibat
keluarnya
mediator
inflamasi
yg
mengaktivasi
nosiseptor
(adanya
keradangan
- Contoh
nyeri
nosiseptif:
nyeri
pada
gigi
3. Nyeri
Neuropatik
- Nyeri
yang
didahului/disebabkan
oleh
lesi
(trauma,
toksin,
gangguan
metabolik
(DM),
infeksi(herpes
zooster),
tumor)
atau
disfungsi
primer
sistem
saraf.
- Digambarkan
dengan
berbagai
gambaran
seperti
rasa
terbakar,
tertusuk,
shooting,
seperti
kejutan
listrik,
pukulan,
remasan,
spasme
atau
dingin.
- Tidak
berhubungan
dg
aktivasi
nosiseptor
- Contoh
nyeri
neuropatik:
Trigeminal
Neuralgia
(drug
of
choice:
Karbamazepine),
Herpes
Zoster,
Post
Herpetic
Neuralgia,
Bell's
Palsy,
Glossopharyngeal
Neuralgia
4.
Nyeri
Psikogenik
- Nyeri
yg
tidak
berhubungan
dg
nyeri
nosiseptif
maupun
nyeri
neuropatik
- Didapatkan
simptom
psikologis
- Contoh
nyeri
psikogenik:
Atypical
Facial
Pain,
Atypical
Odontalgia,
Oral
Dysaesthesia,
Tension
Headache
- Reffered
pain
(Nyeri
alih):
Nyeri
yg
dirasakan
pd
suatu
bag
tubuh
yg
penyebabnya
bukan
dari
bagian
tersebut.
Contoh:
Angina,
Nasopharyngeal
Neoplasma
Tipe
saraf
a. Saraf
A-‐Beta:
mekanoreseptor,
(peka
terhadap
tekanan),
penghantar
rangsang
paling
cepat
b. Saraf
A-‐Delta:
Nosiseptor
(reseptor
rasa
nyeri),
nyeri
dihasilkan
cepat,
tajam,
seketika,
terlokalisir,
menginervasi
dentin,
dan
bermyelin
c. Saraf
C:
Nosiseptor
(reseptor
rasa
nyeri),
nyeri
tumpul,
lambat,
menetap,
tidak
terlokalisir,
menginervasi
badan
pulpa,
tidak
bermyelin.
Teori
Nyeri
1. Neural
Theory:
Rangsangan
free
nerve
ending
dlm
tub
dentin
→
saraf
aferent
pulpa
→
percab
saraf
→
otak
2. Hydrodynamic
Theory
(kemo-‐osmotik):
Pergerakan
cairan
dlm
tubulus
dentin
→
distorsi
pada
ujung
saraf
A-‐Delta→
nyeri
3. Odontoblastic
Transduction
Theory:
Rangsangan
pd
prosesus
atau
badan
odontoblast
METABOLISME
BAKTERI
RONGGA
MULUT
- Metabolisme
karbohidrat
oleh
streptoccocus
mutans
menghasilkan
asam
laktat
(teori
hipotesis
acidogenesis)à
penurunan
pH
plakà
asam
pada
permukaan
gigi
- Ion
asam
bereaksi
dengan
fosfat
pada
saliva
dan
plak/kalkulus
buffering:
(H+
+
PO43-‐
à
HPO42-‐)
- Bila
pH
kritis
HA
(5,5)
tercapai,
mulai
terjadi
interaksi
progresif
Ion
asam
dengan
fosfat
pada
HA
(hidroksiapatit)
- Demineralisasi:
melarutkan
permukaan
kristal
HA
sebagian/penuh
ILMU
MATERIAL
KEDOKTERAN
GIGI
• BAHAN
GIGI
TIRUAN
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KOMPLIKASI
RM
- Residual
Monomer
(MMA)
:
kemerahan
- Polimetakrilat
:
kemerahan
+
rasa
panas
• JENIS
MATERIAL
WAX
JENIS
KEGUNAAN
Modelling
wax
Spacer
malam,
galengan
gigit
Inlay
wax
Cetak
inlay
Sticky
wax
Reparasi
gigi
tiruan
Utility
wax
Muscle
trimming
(border
moulding)
Boxing
wax
Memberi
batas
cetakan
waktu
diisi
gips
Casting
wax
Pola
kerangka
logam
gigi
tiruan
Base
plate
wax
Bite
rime
gigi
tiruan
• SIFAT
KARAKTERISTIK
BAHAN
RESTORASI
BAHAN
SIFAT
DESKRIPSI
Korosi
Perubahan
warna
pada
permukaan
metal
yang
korosi
Creep
Deformasi
permanen
yang
progresif
karena
tekanan
Strength
Kuat
terhadap
kompresi
tapi
lemah
terhadap
tarikan
Amalgam
Rigidity
Kekakuan
bahan
Fatigue
strength
Respon
terhadap
tekanan
yang
berulang-‐ulang
Thermal
expansion
Koefisien
muai
tinggi
à
perubahan
dimensi
++
Perubahan
dimensi
Kontraksi
ringan
selama
20
menit
à
ekspansi
24
jam
Resin
Retensi
:
mikromekanis
Komposit
- resin
tag
:
bonding
dengan
mikroporus
email
yang
telah
di
etsa
- ikatan
hibrida
:
bonding
dengan
serabut
kolagen
dan
tubuli
dentin
GIC
Adesif
:
ikatan
fisiko
-‐
kimia
Compressive
&
tensile
strength
<
RK
dan
amalgam
Koefisien
muai
GIC
=
gigi
à
kebocoran
tepi
(-‐)
Kontak
asam
à
permukaan
menjadi
rusak
Melepaskan
fluoride
à
Remineralisasi
++
• MANIPULASI
BAHAN
PENGISI
CETAKAN
gipsum
:
berlawanan
arah
jarum
jam
/
reverse
clock
wise,
konsisten
satu
arah,
jangan
berganti
arah.
• MACAM-‐MACAM
MATERIAL
AKRILIK
POWDER
Polimer
Polimetakrilat
Inisiator
Benzoil
peroksida
Pigmen
Organic
dyes
Monomer
Methyl
metakrilat
Cross
Linking
Ethylen
glycoldimethacrylate
LIQUID
Agent
10%
Inhibitor
Hidrokuinon
Activator
(self
cure)
Dimetil
P
toluidine
• MANIPULASI
BAHAN
CETAK
Alginat
:
Figure
of
8
(vigurous
motion)
Elastomer
:
Folding
technique
• KANDUNGAN
PASTA
GIGI
Untuk
gigi
sensitif
:
strontium
chloride
/
potasium
nitrat
Untuk
pemutih
gigi
:
hidrogen
peroxide
• TIPE
GIPS
TIPE
JENIS
KEGUNAAN
I
Impression
Plaster
-‐
II
Plaster
of
Paris
(Gips
putih)
Basis
model
III
Dental
Stone
(Gips
biru)
Model
kerja
IV
High
strength
Die
V
High
strength,
high
expansion
Casting
• SIFAT
BAHAN
GIGI
TIRUAN
Fatique
Ketahanan
pada
pemakaian
Tensile
Strength
Tarikan
polimer
menyebabkan
retak
Impact
kekakuan
Impact
rendah
à
patah
Flexural
Tinggi:
bagus
Rendah
:
Lentur
Crazing
Impact
terus
menerus
à
pecah
berkeping
Modulus
elastisitas
(Kekakuan
bahan)
• SEMENTASI
- Zinc
Phosphate
(insersi
logam
/
PFM)
Luting
- GIC
tipe
I
- Polikarboksilat
(insersi
crown
yang
sudah
lepas)
- Komposit
Resin
- Self
curing
Sementara
- Zinc
Oxide
Eugenol
cement
• SIFAT
BAHAN
CETAK
BAHAN
SIFAT
/
TEKNIK
PENGGUNAAN
Alginat
Mukostatis
Model
studi
Mukokompresi
Model
kerja
Elastomer
Model
kerja
dengan
flabby
Selective
Pressure
tissue
Mukofungsional
/
Greenstick
Border
moulding
mukodinamis
• JENIS
BAHAN
RESTORASI
JENIS
BAHAN
− Resin
Komposit,
GIC,
Amalgam
Direct
− Veneer
Komposit
- Inlay
Logam
NiCr
- Onlay
Logam
NiCr
Indirect
- Mahkota
PFM
All
porcelain
- Veneer
Porcelain
• GIC
TIPE
KEGUNAAN
I
Luting
II
Restorasi
III
Liner
IV
Fissure
Sealant
V
Orthodonti
VI
Core
build
up
VII
Fluoride
releasing
VIII
Atraumatic
Restoration
(ART)
IX
Gigi
desidui
• BAHAN
BONDING
Generasi
Bahan
I
II
III
IV
Etsa
+
primer
+
bonding
Total
etch
V
(Etsa
+
primer)
+
bonding
VI
Etsa
+
(primer
+
bonding)
Self
etch
VII
(Etsa
+
primer
+
bonding)
BEDAH
MULUT
ANATOMI
NERVUS
RONGGA
MULUT
DAN
TITIK
ANESTESI
A. RAHANG
ATAS
B. RAHANG
BAWAH
RENCANA
PERAWATAN
SEBELUM
PENCABUTAN
Hipertensi:
- Penggunaan
vasokonstriktor
diencerkan
dengan
perbandingan
1:100.000
atau
1:200.000,
atau
penggunaan
anestesi
tanpa
vasokonstriktor
ex;
mepifacaine
- Meminimalkan
stress
-
Pasien
istirahat
yang
cukup
sebelum
dilakukan
tindakan
Diabetes
Mellitus:
- Instruksi
memakai
insulin
sebelum
perawatan
Asma:
- Hindari
pemakaian
antihistamin
dan
eritromisin,
meminimalkan
penggunaan
ephineprine,
hati-‐hati
penggunaan
aspirin.
- Meminimalkan
stress
Stroke:
- Pasien
post
stroke,
lebih
diutamakan
perawatan
konservatif
- Tindakan
ekstraksi
atau
bedah
minor
minimal
6
bulan
setelah
serangan
stroke
terakhir
- Menghentikan
obat
antikoagulan
dan
antitrombolitik
7
hari
sebelum
dan
sesudah
tidakan
bedah.
- Kosultasi
ke
dokter
spesialis
saraf
Gagal
ginjal:
- Tidak
memasang
tensimeter
pada
lengan
yang
terdapat
AV
shunt.
- Menghindari
perawatan
pada
hari
yang
sama
dengan
hari
pencucian
darah
- Melakukan
perawatan
gigi
1
hari
setelah
cuci
darah
Kehamilan
- Pasien
trimester
1
dan
3
tidak
disarankan
untuk
melakukan
tindakan
pencabutan
gigi,
kontraindikasi
anestesi
- Pencabutan
pada
trimester
2
dengan
anestesi
yg
aman
lidocaine
dan
prilocaine,
apabila
perlu
vasokonstriktor
1:200.000
- Hindari
pemeriksaan
radiografi
TUMOR
RONGGA
MULUT
Ameloblastoma
Klinis:
ekspansif
bukal
Terapi:
en
bloc
resection,
lingual,
infiltratif,
tidak
reseksi
mandibula,
metastasis,
pertumbuhan
hemimandibulektomi
cepat,
kadang
rekurensi
Radiografi:
lihat
catatan
radio
Hemangioma
Berasal
dari
proliferasi
Terapi:
eksisi,
radioterapi,
pembuluh
darah
scleroting
agent,
Klinis:
benjolan
cryotherapy
merah/kebiruan,
berbatas
jelas,
tidak
ada
kaitan
dengan
traumatik
ulcer
Odontoma
Berasal
dari
pertumbuhan
Terapi:
eksisi
bedah
odontoblast,
berkaitan
radikal
dengan
gigi
yang
tidak
erupsi
atau
impaksi.
Macam:
compound
dan
complex
(lihat
catatan
radio)
Papilloma
Terdapat
di
seluruh
tubuh,
Terapi:
eksisi
kulit
atau
mukosa,
berbentuk
seperti
jari,
kadang
ada
bagian
yang
hyperkeratosis
Lipoma
Neoplasia
jaringan
lemak/lipoma,
konsistensi
lunak
Adenomatoid
odontogenic
Klinis:
simtomatis
berupa
tumor
(AOT)
rasa
sakit
ringan,
pembengkakan,
terlokalisir,
pertumbuhan
lambat
ARMAMENTARIUM
PENCABUTAN
Anestesi
Rahang
Atas
Rahang
Bawah
RA
RB
Lurus,
ujung
beak
90o,
beak
tumpul
tumpul/membulat
tipis,
terbuka
Mahkota
yang
lebar
dan
terbuka
Infiltrasi
Infiltrasi
Anterior
Lurus,
ujung
beak
90o,
beak
tumpul
tumpul/
membulat
tipis,
tertutup
Sisa
akar
yang
pipih,
dan
tertutup
Membentuk
45o
>
90o,
beak
tumpul
terhadap
handle
“S”,
lebar,
terbuka
Premolar
Mahkota
ujung
beak
tumpul
yang
lebar,
dan
terbuka
Molar
Membentuk
45o
90o,
beak
tajam
terhadap
handle
“S”,
(bifurkasi),
terbuka
1
ujung
beak
tumpul
yang
dibagian
palatal
Mahkota
dan
1
ujung
beak
Infiltrasi
Mandibular
Posterior
tajam
(bifurkasi)
di
Block
bagian
bukal,
beak
terbuka
Bayonet,
ujung
beak
Dua
sudut
bulat,
terbuka
terhadap
handle
M3
Mahkota
“Z”,
ujung
beak
tajam
(bifurkasi)
Bayonet,
ujung
beak
90o,
beak
tumpul
Sisa
akar
tumpul
yang
tipis
dan
lebar,
tertutup
tertutup
TUMOR
DAN
LESI
PADA
RAHANG
Epulis:
Fibromatosa
Warna=sekitar
Tidak
mudah
berdarah
Granulomatosa
Lebih
merah
dari
sekitar
Mudah
berdarah
Gigantoselulare
Berbenjol-‐benjol
seperti
Warna
kebiruan
bunga
kol
Fissuratum
Iritasi
protesa
- Karsinoma:
berasal
dari
epitel/ektoderm,
terapi:
pembedahan,
radioterapi,
kemoterapi,
kombinasi
- Sarkoma:
berasal
dari
mesoderm
terapi:
pembedahan,
radioterapi,
kemoterapi,
kombinasi
TEKNIK
ANESTESI
LOKAL
Klasifikasi
Teknik
Anestesi
Lokal
Berdasarkan
luas
area
yg
teranestesi:
• Nerve
Block:
menganestesi
daerah
yg
diinervasi
oleh
batang
saraf
utama(nerve
trunk)
• Field
Block:
menganestesi
daerah
yg
diinervasi
oleh
cabang
saraf
terminal
• Local
Infiltration:
menganestesi
daerah
yg
diinervasi
oleh
ujung-‐ujung
saraf
terminal
• Topical
Anesthesia:
anestesi
pada
permukaan
mukosa
atau
kulit
(free
nerve
endings
Berdasarkan
tempat
insersi
jarum:
• Submucosal
injection:
cairan
diinjeksikan
ke
dalam
jaringan
di
bawah
mukosa
• Paraperiosteal
injection:
cairan
diinjeksikan
sedekat
mungkin
dengan
periosteum
tulang
sehingga
mampu
berdifusi
menembus
periosteum
dan
porositas
tulang
alveolar
• Intraligament
/
intraperiodontal
Injection:
cairan
diinjeksikan
langsung
pada
membran
periodontal
dari
akar
gigi
yang
bersangkutan
• Papillary
injection:
teknik
submucosal
injection
yang
dilakukan
pada
papilla
interdental
MACAM-‐MACAM
FRAKTUR
RONGGA
MULUT
A. Trauma
dentoalveolar
• Kalsifikasi
Menurut
Ellis:
- Kelas
1:
fraktur
mahkota
sederhana
yang
hanya
melibatkan
enamel
- Kelas
2:
fraktur
mahkota
yang
melibatkan
jaringan
dentin
tetapi
belum
melibatkan
pulpa
- Kelas
3:
fraktur
mahkota
gigi
melibatkan
jaringan
dentin
dan
menyebabkan
terbukanya
pulpa
- Kelas
4:
trauma
gigi
yang
menyebabkan
gigi
nonvital
dengan
atau
tanpa
kehilangan
struktur
mahkota
- Kelas
5:
avulsi
- Kelas
6:
fraktur
akar
dengan
atau
tanpa
kehilangan
gigi
- Kelas
7:
gigi
bergeser,
tanpa
fraktur
mahkota
atau
akar
- Kelas
8:
mahkota
hancur
(en
masse)
- Kelas
9:
trauma
pada
gigi
sulung
• WHO
- Crown
infraction:
retak
pada
email
tanpa
kehilangan
struktur
gigi
- Fraktur:
mahkota,
mahkota-‐akar,
akar
Complicated
(kena
pulpa)/
uncomplicated
(tidak
kena)
• Andreasen
- Konkusi:
tidak
goyang,
tidak
bergeser,
kerusakan
ligamen
periodontal
- Gigi
goyang:
tidak
berpindah
dari
soketnya
- Intrusi:
terdorong
masuk
ke
soketnya
- Ekstrusi:
terdorong
keluar
dari
soket
- Luksasi
lateral:
terdorong
ke
arah
labial
dari
soketnya
- Avulsi:
lepas
dari
soketnya
B. Fraktur
mandibula
Berdasarkan
letaknya:
Simple
fraktur
Tidak
ada
luka
terbuka
Compund
atau
open
Ada
luka
terbuka
fraktur
Comminuted
Tulang
patah
atau
terdesak
(serpihan)
Greenstick
Salah
satu
korteks
tulang
patah
dan
lainnya
tertekuk
Fraktur
patologis
Timbul
karena
injury
ringan
dari
penyakit
tulang
yang
memang
sudah
ada
Multipel
>2
garis
fraktur
pada
tulang
yang
sama
dan
tidak
bersambungan
(tempatnya
berbeda)
Impacted
Salah
satu
fragmen
mendorong
fraktur
ke
sisi
lainnya
Athropic
Terjadi
pada
tulang
yang
atrofi
(edentulous)
Indirect
Jauh
dari
lokasi
injury
Complicated
atau
Memiliki
kecenderungan
injury
ke
jaringan
lunak
complex
maupun
bagian
lain
di
sekitarnya
(bisa
simpel
atau
compound)
C. Fraktur
1/3
wajah
tengah
Le
Fort
I
Terpisahnya
palatum
dari
processus
alveolaris
(floating
jaw)
Le
Fort
II
Fraktur
piramidal,
edema
kedua
sisi
periorbital,
dengan
ekimosis,
“racoon
eye”
Le
Fort
III
Disfungsi
kraniofacial,
remuknya
wajah
serta
adanya
mobilitas
tulang
zygoma,
ekimosis,
edema
periorbital
TEKNIK
WIRING
1. Direct
interdental:
a. Essig’s
wirings
- Untuk
menstabilkan
fraktur
dentoalveolar
dan
bisa
juga
dipakai
untuk
IMF
- Ada
jumlah
gigi
yang
cukup
pada
setiap
sisi
garis
fraktur
- Minimal
2-‐3
gigi
dari
garis
fraktur
b. Gilmer’s
Wiring
- Untuk
IMF
- Paling
sering
digunakan
dan
paling
mudah
- Tidak
bisa
dipakai
untuk
dentoalveolar
c. Risdon’s
wiring
- Sebagai
pengganti
archbar
2. Indirect
interdental:
a. Ivy
loop/eyelet
wiring:
untuk
fraktur
dentoalveolar
yang
melibatkan
1
gigi,
dan
1
gigi
lain
sebagai
pegangan,
b. Multiloop
wiring:
untuk
fraktur
dentoalveolar
yang
melibatkan
lebih
dari
1
gigi
c. Arch
bar:
untuk
semua
fraktur
dentoalveolar
dan
untuk
IMF
MACAM-‐MACAM
ABSES
RONGGA
MULUT
ABSES
PENYEBAB
PENYEBARAN
Gambaran
Klinis
Tatalaksana
Abses
Semua
gigi
Masih
terlokalisir
di
nyeri
spontan,.
Open
bur
dan
periapikal
gangrene
daerah
apikal
gigi
dan
Pembengkakan
di
ekstirpasi
saluran
dapat
berlanjut
menjadi
vestibulum
bukal,
akar
dental
granuloma
lingual
atau
palatal
tergantung
lokasi
apeks
gigi
yang
tekena,
druk
(+),
perkusi
(+),
gigi
nonvital
Abses
Semua
gigi
Pus
masuk
ke
dalam
warnanya
yang
Open
bur
dan
vestibular
gangren
jaringan
lunak
→
kemerahan,
buccal
fold
ekstirpasi
saluran
Menembus
tulang
pada
terangkat,
pada
palpasi
akar,
jika
ada
bagian
bukal
terasa
sakit
dan
fluktuasi
bisa
di
Pada
mandibula
pus
fluktuatif,
perkusi
(+)
insisi.
masuk
diatas
M.
Buccinator,
Pada
maksila
Abses
gingival
pus
masuk
dibawah
M.
dan
periodontal:
Buccinator
dapat
dilakukan
drainase
dengan
kuretase
Abses
palatal
Gigi
RA
terutama
Pus
masuk
ke
dalam
Pembengkakan
pada
Open
bur
dan
P1
dan
Molar
RA
jaringan
lunak
menembus
palatum,
tidak
selalu
di
ekstirpasi
saluran
tulang
pada
bagian
palatal
tengah,
warna
akar,
jika
ada
kemerahan,
fluktuasi
(+)
fluktuasi
bisa
di
insisi.
Canine
space
Gigi
RA
terutama
Infeksi
apikal
gigi
caninus
Pembengkakan
pada
Pada
daerah
abscess
pada
Caninus
RA
RA→
menembus
korteks
pipi
yang
meluas
ke
sublingual
dan
fossa
canina→
diatas
bawah
mata
dan
vestibular
perlekatan
m.levator
hidung,
kemerahan,
dilakukan
anguli
oris
dan
dibawah
sulkus
nasolabialis
tidak
drainase
m.
levator
labii
superior
teraba
intraoral.
Buccal
space
Terutama
infeksi
Pada
maksila→
pus
Pembengkakan
difuse
Insisi
ekstraoral
abscess
pada
gigi
Molar
menembus
tulang
pada
pipi
dan
dan
drainase.
RA
dan
RB
alveolar→
diatas
submandibula,
perlekatan
m.buccinator
Pada
mandibula→
pus
menembus
tulang
alveolar→
dibawah
perlekatan
m.buccinator
Infratemporal
Gigi
RA
terutama
Pus
bergerak
ke
Rasa
sakit
pada
palpasi
Insisi
ekstraoral
abscess
infeksi
pada
M3
infratemporal
space,
yaitu
antara
ramus
dan
tuber
dan
drainase.
RA
ruangan
yang
terletak
di
diatas
mukobukal
fold,
sebelah
posterior
maksila
rasa
sakit
dan
menusuk
di
telinga.
Submentale
Infeksi
pada
gigi
I
Gigi
I
RB
(letak
apeks
Kemerahan
dan
bengkak
Insisi
ekstraoral
abscess
RB
dibawah
m.metalis)
→pus
pada
submentale,
IO:
dan
drainase.
menembus
tulang
eritema
gigi
penyebab
(I
alveolar→dibawah
RB)
perlekatan
mmentalis→pus
masuk
ke
pinggiran
inferior
mandibula→
masuk
ke
submentale
space
Sublingual
Infeksi
pada
gigi
Gigi
molar
1
RB
(letak
Pembengkakan
dasar
Insisi
ekstraoral
abscess
RB
terutama
apeks
diatas
linea
mulut,
lidah
terangkat
dan
drainase.
pada
gigi
M1
RB
mylohyoid)
→
pus
bergeser
ke
sisi
yang
menembus
tulang
alveolar
normal,
terasa
sakit
saat
→
diatas
menelan
perlekatanm.mylohyoid
→
masuk
ke
sublingual
space
Submandibula
Infeksi
pada
M2
Gigi
M2
dan
M3
RB
(letak
Pembengkakan
apada
Insisi
ekstraoral
abscess
dan
M3
RB
apeks
dibawah
linea
sudut
mandibula,
sudut
dan
drainase.
mylohyoid)
→
pus
mandibula
tidak
teraba,
menembus
tulang
kemerahan,
fluktuasi
alveolar→
dibawah
(+),
IO:
tidak
tampak
perlekatan
m.mylohyoid→
pembengkakan,
kecuali
masuk
ke
submandibula
tahap
lebih
lanjut.
space
Ludwig
angina
Infeksi
pada
gigi
Pus
menembus
3
facial
Pembengkakan
pada
Merujuk
ke
RB,
sialodenitis
space,
yaitu
melibatkan
dasar
mulut,
bilateral
fasilitas
kelenjar
submandibular
space
submandibular
dan
kesehatan
yang
submandibula,
pada
kedua
sisi,
sublingual
submentale,
ada
lebih
memadai
fraktur
space,
submental
space.
demam,
sulit
menelan
mandibula
tipe
dan
bernafas,
lidah
compound
terangkat.
fracture,
laserasi
jaringan
lunak,
luka
tusuk
pada
mukosa
dasar
mulut,
dan
infeksi
sekunder
dari
lesi
ganas
di
rongga
mulut.
PEMILIHAN
OBAT
Pada
kasus
abses:
pilihan
utama
metronidazole
dikombinasikan
dengan
amoxicilin,
jika
alergi
dengan
amoxicillin
dapat
diganti
dengan
klindamicin,
eritromicin
atau
lincomycin
- Asma:
hindari
penggunaan
aspirin
bila
ada
riwayat
alergi,
antihistamin,
dan
eritromisin
- Gagal
ginjal:
analgesik
yang
aman
digunakan
adalah
acetaminophen
atau
selective
COX-‐2
inhibitor,
antibiotik:
penisilin,
sefalosporin,
klindamisin,
eritromisin,
metronidazole.
Tetrasiklin
beresiko
terjadi
renal
toksik
- Kehamilan:
hindari
penggunaan
kombinasi
amoxicillin
dengan
asam
klavulanat,
eritromicin,
tetrasiclin,
metronidazole,
NSAID
PENYEBARAN
INFEKSI
ODONTOGEN
Melalui
tiga
cara:
1. Per
Kontinuatum
→
Patofisiologi
penyebaan
infeksi
odontogen
per
kontiuantum
diawali
dari
adanya
karies
gigi
yang
sudah
mendekati
ruang
pulpa,
kemudian
akan
berlanjut
menjadi
pulpitis
dan
akhirnya
akan
terjadi
kematian
pulpa
gigi
(nekrosis
pulpa).
2. Per
limfogen
→
bakteri
patogen
dapat
terbawa
pembuluh
limfe
melalui
limfatik
yang
berhubungan
dengan
kelenjar
dari
rongga
mulut
menuju
ke
jaringan
dan
organ
lain.
Kelenjar
getah
bening
yang
terlibat
dalam
infeksi
mengalami
lymphadenopathy,
yaitu
pembesaran
kelenjar
getah
bening.
3. Per
hematogen
→
Perluasan
infeksi
odontogen
per
hematogen
dapat
timbul
akibat
bakteremia
atau
infeksi
trombus.
Contoh:
sub
bacterial
endocarditis
(SBE).
PENENTUAN
RENCANA
PERAWATAN
BEDAH
Perawatan
Kista:
1. Marsupialisasi
- untuk
menyelamatkan
organ-‐organ
vital
seperti
sinus
maksilaris,
nervus
alveolaris,
arteri
dll.
- Keterlibatan
gigi
yang
sangat
banyak
minimal
3
gigi
- Kista
sangat
besar
2. Enukleasi:
mengambil
seluruh
jaringn
kista
- Kista
hanya
melibatkan
1
atau
2
gigi
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Klasifikasi
tekanan
darah
Sistolik
Diastolik
Normal
<120
dan
<
80
Pre
hipertensi
120-‐139
Atau
80-‐90
Hipertensi
stage
1
140-‐159
Atau
90-‐99
Hipertensi
stage
2
≥160
Atau
≥
100
Diabetes
kontra
indikasi
tindakan
bedah:
- GDA:
≥
200
mg/dL
(11,1
mmol/L)
- Gula
darah
puasa:
≥
126
mg/dL
(7.0
mmol/L)
- Gula
darah
2
jam
post
pradinal
≥
200
mg/dL
(11,1
mmol/L)
- HbA1c
<
7,5%
diabetes
terkontrol,
>8,5%
diabetes
tidak
terkontrol
Gagal
ginjal:
untuk
bedah
minor
diperlukan
pemeriksaan
clotting
time
dan
bleeding
time
ILMU
KEDOKTERAN
GIGI
ANAK
• METODE
PENGELOLAAN
KECEMASAN
MALPOSISI
GIGI
• Versi:
mahkota
gigi
miring
ke
arah
tertentu
tetapi
akar
gigi
tidak
• Infraoklusi:
gigi
tidak
mencapai
garis
oklusal
dibanding
gigi
yang
lain
dalam
lengkung
gigi
• Supraoklusi:
gigi
yang
melebihi
garis
oklusal
dibandingkan
dengan
gigi
yang
lain
dalam
lengkung
gigi
• Rotasi:
gigi
berputar
pada
sumbu
panjang
gigi,
bisa
sentris
atau
eksentris
• Transposisi:
dua
gigi
yang
bertukar
tempat
• Eksostema:
gigi
yang
terletak
di
luar
lenkung
geligi
Menurut
Lischer:
- Mesioversi:
mesial
terhadap
posisi
normal
gigi
- Distoversi
:
distal
terhadap
posisi
normal
gigi
- Linguoversi:
lingual
terhadap
posisi
normal
gigi
- Infraversi:
inferior
terhadap
garis
oklusi
- Supraversi:
superior
terhadap
garis
oklusi
- Aksiversi:
inklinasi
aksial
yang
salah
(tipped)
- Torsoversi:
berputar
menurut
sumbu
panjang
gigi
- Transversi:
perubahan
urutan
posisi
gigi
Kelainan
letak
sekelompok
gigi
- Protrusi:
kelompok
gigi
anterior
yg
sudut
inklinasi
RA
>110o,
RB>
90o
- Retrusi:
kelompok
gigi
anterior
yg
sudut
inklinasi
RA
<110o,
RB
<90o
- Berdesakan:
gigi
yang
tumpang
tindih
- Diastema:
terdapat
ruangan
diantara
gigi
yang
berdekatan
PATOLOGI
ORAL
• GAMBARAN
HPA
KISTA
RM
Peridontitis
Kronis
• Usia
dekade
2
dan
3
• Etiologi
:
plak
dan
kalkulus,
OH
buruk,
ada
poket
dan
LOA
• Localized
:
<30%,
generalized
:
>30%
• Keparahan
:
slight
(1-‐2
mm
LOA),
moderate
(3-‐4
mm
LOA),
severe
(>4
mm
LOA)
Periodontitis
agresif
• Dewasa
muda,
progres
penyakit
cepat
• Plak
dan
kalkulus
sedikit,
OH
baik
• Localized
:
melibatkan
molar
1
dan
I
permanen,
generalized
:
paling
sedikit
3
gigi
permanen
selain
molar
1
dan
I
permanen
NUP
• Nekrosis
dan
ulserasi
pada
bagian
koronal
dari
interdental
papila
dan
margin
gingiva,
sakit,
margin
gingiva
berwarna
merah
terang
dan
mudah
berdarah
• Deep
interdental
osseus
craters
typify
periodontal
lesions
of
NUP
• Bisa
disertai
dengan
bau
mulut,
demam,
malaise,
atau
limfadenopati
• Etiologi
:
belum
bisa
dipastikan,
biasanya
berhubungan
dengan
pasien
HIV/AIDS,
bakteri
campuran
antara
fusiform-‐spirochete
BAKTERI
PENYEBAB
PENYAKIT
PERIODONTAL
Periodontitis
kronis
:
P.
intermedia,
P.
gingivalis,
F.
nucleatum,
Tannerela
Forsythia,
AA,
Campylobacter
rectus
Periodontitis
agresif
:
Localized
:
AA
Generalized
:
P.
gingivalis,
AA,
T.
forsythia
PEMERIKSAAN
KLINIS
PENYAKIT
PERIODONTAL
Kedalaman
poket
:
jarak
antara
margin
gingiva
dengan
dasar
poket
LOA
:
jarak
CEJ
ke
dasar
poket
Poket
berdasarkan
morfologi
:
poket
gingiva,
poket
periodontal
Poket
berdasarkan
letak
dasar
pokter
terhadap
alveolar
crest
:
suprabony
(kerusakan
tulang
horisontal),
infrabony
(kerusakan
tulang
vertikal)
Poket
berdasarkan
permukaan
gigi
yang
terlibat
:
simple,
compound,
complex
PROSES
PENYEMBUHAN
LUKA
1. Regenerasi
:
membentuk
jaringan
baru
yang
sama
dengan
jaringan
yang
normal
2. Repair
:
mengembalikan
kontinuitas
dari
margin
gingiva
dan
memperbaiki
sulkus
gingiva
pada
level
yang
sama
dengan
poket
periodontal
sebelum
perawatan
New
attachment
:
the
embedding
of
new
periodontal
ligament
bers
into
new
cementum
and
the
attachment
of
the
gingival
epithelium
to
a
tooth
surface
previously
denuded
by
disease.
Epithelial
adaptation
:
it
is
the
close
apposition
of
the
gingival
epithelium
to
the
tooth
surface,
with
no
gain
in
height
of
gingival
ber
attachment.
e
pocket
is
not
completely
obliterated,
although
it
may
not
permit
passage
of
a
probe.
Setelah
treatment,
epitel
poket
hanya
“closely
adapted”
tapi
tidak
menempel
pada
akar
INSTRUMEN
PEMERIKSAAN
PERIODONTAL
Probe
The
World
Health
Organization
(WHO)
probe
has
millimeter
markings
and
a
small,
round
ball
at
the
tip.
Ideally,
these
probes
are
thin,
and
the
shank
is
angled
to
allow
easy
insertion
into
the
pocket.
Furcation
areas
can
best
be
evaluated
with
the
curved,
blunt
Nabers
probe
Explorers
Untuk
mengecek
adanya
deposit
pada
subgingiva
dan
karies,
megecek
kehalusan
permukaan
akar
setelah
root
planing
Gracey
curettes
1-‐2,
3-‐4
:
gigi
anterior
5-‐6
:
gigi
anterior
dan
premolar
7-‐8,
9-‐10
:
gigi
posterior
bagian
fasial
dan
lingual
11-‐12
:
gigi
posterior
bagian
mesial
13-‐14
:
gigi
posterior
bagian
distal
ETIOLOGI
PENYAKIT
PERIODONTAL
Lihat
masing2
penjabaran
periodontitis
yaa
J
PROGNOSIS
PENYAKIT
PERIODONTAL
1. Sangat
baik
:
tidak
ada
kehilangan
tulang,
kondisi
gingiva
sangat
baik,
pasien
kooperatif
dan
tidak
ada
kelainan
sistemik
2. Baik
:
sisa
tulang
adekuat,
pasien
kooperatif,
tidak
ada
faktor
sistemik
atau
ada
faktor
sistemik
tapi
terkontrol
3. Sedang
:
sisa
tulang
kurang
adekuat,
pasien
kooperatif,
ada
penyakit
sistemik,
ada
kegoyangan
gigi,
ada
keterlibatan
furkasi
4. Buruk
:
terdapat
kerusakan
tulang,
kekooperatifan
pasien
meragukan,
keterlibatan
furkasi
grade
I
dan
II
5. Dipertanyakan
:
kerusakan
tulang
parah,
ada
penyakit
sistemik,
keterlibatan
furkasi
grade
II
dan
III
6. Hopeless
:
kerusakan
tulang
parah,
sistemik
tidak
terkontrol,
indikasi
ekstraksi
PROSEDUR
PERAWATAN
PERIODONTAL
RENCANA
PERAWATAN
KELAINAN
PERIODONTAL
FASE
PERAWATAN
PERIODONTAL
1. SRP
2. Kuretase
3. Gingivektomi
4. Bedah
flap
5. ENAP
DIAGNOSIS
PENYAKIT
PERIODONTAL
KARENA
GANGGUAN
HORMON
DAN
SISTEMIK
Periodontitis
manifestasi
penyakit
sistemik
(dimana
penyakit
sistemik
menjadi
faktor
predisposisi
yang
utama)
• Kelainan
hematologik
:
neutropenia,
leukimia
• Kelainan
genetik
:
papillon-‐lefeure
syndrome
Neutropenia
:
<neutrofil,
periodontal
:
bengkak
parah,
inflamasi
margin
dan
papillary
gingiva,
migrasi
gigi
karena
hilangnya
bone
support
yang
parah
Agranulositosis
:
<neutrofil,
basofil,
dan
eosinofil,
karakteristik
:
ulserasi
di
rongga
mulut,
orofaring,
dan
tenggorokan,
periodontal
:
perdarahan
gingiva,
nekrosis,
meningkatnya
saliva,
fetid
odor
(pengap)
Cyclic
neutropenia
:
generalized
aggressive
periodontitis
Leukimia
:
periodontal
:
leukemic
infiltration
yg
menyebabkan
pembengkakan
lokal
gingiva
di
interdental
papila,
perdarahan
karena
trombositopenia,
ulserasi
oral,
infeksi
(lebih
sering
muncul
di
leukimia
akut
dan
subakut
dibandingkan
yang
kronis)
Trombositopenia
:
perdarahan
spontan
di
gingiva
Down
syndrome
:
karakteristik
penyakit
periodontal
:
berhubungan
dengan
buruknya
kemotaksis
PMN,
fagositosis,
dan
intracellular
killing,
poket
periodontal
yang
dalam
yang
berhubungan
dengan
akumulasi
plak
dan
moderate
gingivitis
(
generalized
tp
biasanya
lebih
parah
di
anterior
RB),
moderate
recession
kadang
ada,
progres
rapid.
MACAM
DAN
URUTAN
PERAWATAN
PENYAKIT
PERIODONTAL
Lihat
poin
lain
yang
sama
MACAM-‐MACAM
PERIODONTITIS
FASE
TERAPI
PERIODONTAL
Emergency phase
I. Initial phase
Evaluasi
IV. Fase pemeliharan
II. Fase bedah III. Fase rekonstruksi
Emergency
phase
:
• Keadaan
akut
:
NUG,
herpetic
gingivostomatitis,
perikoronitis,
abses
periodontal
akut
• Splinting?
• Insisi,
drainase,
trepanasi
I.
Terapi
Inisial
• DHE
• SRP
• Koreksi
restorasi
• Restorasi
karies
• Terapi
antimikrobial
• Occlusal
Adjustment
• Splinting
sementara?
II.
Fase
Bedah
• Kuret,
gingivektomi,
flap
• Implan
• Terapi
endodontik
III.
Fase
rekonstruksi
• Final
restoration
• Perawatan
prosto
IV.
Fase
pemeliharaan
• Cek
OHIS
• Cek
kondisi
gingiva
• Cek
oklusi
dan
kegoyangan
gigi
• Cek
apakah
ada
perubahan
patologis
lain
RESESI
GINGIVA
Resesi
:
jarak
CEJ
ke
margin
gingiva
Klasifikasi
menurut
Miller
:
• Kelas
1
:
hanya
margin
gingiva,
tidak
sampai
muccogingival
junction,
tidak
ada
kerusakan
periodontal
interdental
• Kelas
2
:
kerusakan
margin
gingiva
mencapai
muccogingival
junction,
tidak
ada
kerusakan
periodontal
interdental
• Kelas
3
:
kerusakan
marginal
gingiva
mencapi
muccogingival
junction,
kehilangan
tulang
interdental
dan
jaringan
lunak
di
bawah
CEJ
tapi
lebih
koronal
dari
margin
gingiva
• Kelas
4
:
seperti
kelas
3
namun
salah
satu
atau
kedua
interdental
setinggi
margin
gingiva
KELAINAN
GINGIVA
TEKNIK
MENYIKAT
GIGI
Many
methods
for
brushing
the
teeth
have
been
described
and
promoted
as
being
eficient
and
efective.
These
methods
can
be
categorized
primarily
according
to
the
pattern
of
motion
when
brushing
and
are
primarily
of
historic
interest,
as
follows:
Roll:
Rollor
modifieed
Stillman
technique
Vibratory:
Stillman,
Charters,
and
Bass
techniques
Circular:
Fones
technique
Vertical:
Leonard
technique
Horizontal:
Scrub
technique
Teknik
yang
dianjurkan
pada
pasien
periodontal
:
Bass
technique
PEMILIHAN
OBAT
PROSTODONSIA
• PERBAIKAN
GIGI
TIRUAN
NAMA
DESKRIPSI
Rebasing
Menukar
semua
basis
lama
dengan
basis
baru
Melapisi
basis
yang
longgar
Indikasi
:
Relining
- DV
baik
/
berkurang
sedikit
- Keadaan
dasar
GT
masih
bagus
- GT
tidak
patah
/
rusak
/
aus
berlebihan
Recontouring
Memperbaiki
kontur
anasir
gigi
Rekonstruksi
Membuat
GT
baru
Memperbaiki
/
menyambung
klamer
yang
patah,
basis
yang
Reparasi
patah
Relief
Membebaskan
torus
/
exostosis
• KIE
Filosofikal
Percaya
dengan
kemampuan
drg
Tidak
mudah
percaya
kemampuan
drg
Exacting
House
Banyak
tuntutan
untuk
hasil
perawatan
baik
(1937)
Histerical
Takut
perawatan,
yakin
tx
akan
gagal
Tidak
peduli,
apatis,
datang
atas
dorongan
orang
Indefferent
lain
Reasonable
Menghargai
usaha
drg,
paham
keterbatasan
GT
Unreasonable
- Psikotik
Mengharapkan
hal
yg
tidak
mungkin
tercapai
Blum
- Paranoid
Merasa
tidak
ada
orang
yg
mampu
atasi
(1960)
masalahnya
- Manik
–
Sikap
tidak
menentu,
kadang
puas
kadang
Depresif
kecewa
• DESAIN
GTSL
Klamer
KLAMER
INDIKASI
Rigid
- 3
jari
tooth
bourne
- 2
jari
rest
mesial
tooth
-‐
mucosa
bourne
- half
jackson
gigi
P
dan
M,
diantara
gigi
- gillete
gigi
P
dan
M,
antara
anasir
-‐
gigi
asli
Tuang
- Ackers
(=
3
jari)
- Double
ackers
(=
half
jackson)
- Back
action
(=
2
jari
rest
mesial)
Konektor
Mayor
RAHANG
NAMA
INDIKASI
- Hilang
gigi
posterior
- Distribusi
beban
kunyah
ke
palatum
Posterior
Palatal
Strap
cukup
- Tidak
menutup
bagian
anterior
(ruggae)
Anterior
Palatal
Strap
/
- Kehilangan
gigi
anterior
Bar
(U
shape
/
Horshoe
RA
- Ada
torus
palatinus
bar)
Anteroposterior
Palatal
- Kehilangan
gigi
anterior
dan
posterior
Strap
/
Bar
- Torus
besar
- Long
span
bilateral
tooth
mucosa
Complete
Palatal
Plate
bourne
- dengan
/
tanpa
kehilangan
gigi
anterior
- Ruang
dasar
mulut
≥
8
mm
Lingual
Bar
- Tidak
nyaman
:
tutupi
struktur
anatomi
dasar
mulut
- Dasar
mulut
dangkal
≤
5mm
Lingual
plate
- Ada
torus
mandibula
- Bagian
atas
kontak
dengan
lingual
gigi
- Splinting
gigi
anterior
dengan
kelainan
periodontal
RB
- Jarak
antar
bar
à
cukup
untuk
self
Double
lingual
bar
cleansing
- Bar
atas
ikuti
kontur
gigi,
bar
bawah
2-‐3
mm
dibawah
(ketebalan
1
mm)
- Inklinasi
gigi
anterior
miring
ke
lingual
- Ruang
dasar
mulut
sangat
sempit,
tidak
Labial
bar
dapat
dilakukan
pembedahan
- Vestibulum
dalam
:
batas
superior
bar
minimal
3
mm
dari
margin
gingiva
• PREPARASI
GIGI
PENYANGGA
GTJ
Prinsip
- Pengamanan
jaringan
gigi
Preparasi
tidak
berlebihan
à
gigi
tetap
aman
Preparasi
berlebihan
à
bahaya
gigi
menjadi
non
vital
- Retensi
dan
resisten
Retensi
baik
:
derajat
kemiringan
aksial
tidak
lebih
dari
60
(makin
kerucut
makin
tidak
retentif)
- Structural
durability
Tebal
preparasi
cukup
à
restorasi
tahan
lama
- Kerapatan
batas
akhir
preparasi
+
marginal
intergrity
Tepi
rapat
à
mencegah
bocor
Tepi
tidak
rapat
à
semen
larut
à
retensi
makanan
à
ganggu
jaringan
periodonsium
- Pengamanan
jaringan
periodonsium
Batas
akhir
preparasi
pada
sulkus
gingiva,
tetapi
makin
masuk
sulkus
semakin
merugikan
periodonsium
Syarat
- Mekanis
Retensi
dan
resistensi,
ruang
cukup
untuk
ketebalan
bahan
+
integrasi
marginal
- Biologis
Tidak
membahayakan
vitalitas
pulpa,
jaringan
penyangga,
dan
gigi
tetangga
- Estetis
Ketebalan
bahan
cukup,
tepi
preparasi
pada
subgingiva
- Higenis
Tepi
preparasi
pada
daerah
self
cleansing
(sulkus
gingiva)
Macam
Bur
- Palatal
/
lingual
gigi
anterior
Flame
/
wheel
- Dari
cingulum
ke
insisal
Flat
end
Insisal
groove,
labial
groove,
oklusal
groove
tappered*
Torpedo
Akhiran
servikal
bagian
palatal
Thin
tappered*
Akhiran
servikal,
daerah
proksimal
- Pengurangan
permukaan
oklusal
posterior
Round
end
- Bevel
1/3
oklusal
tappered*
- Akhiran
chamfer
*Tappered
bur
:
jenis
cylindrical
• KLASIFIKASI
KEHILANGAN
GIGI
Klasifikasi
Kennedy
KLAS
DESKRIPSI
I
Bilateral
free
end
II
Unilateral
free
end
III
Bounded
saddle
Saddle
anterior
(melewati
midline)
IV
(Tidak
ada
modifikasi)
Klasifikasi
Applegate-‐Kennedy
KLAS
DESKRIPSI
I
Bilateral
free
end
II
Unilateral
free
end
III
Bounded
saddle
Saddle
anterior
(melewati
midline)
IV
(Tidak
ada
modifikasi)
Bounded
saddle,
tetapi
gigi
tetangga
bagian
depan
tidak
kuat
V
menerima
dukungan
Misal
:
Kehilangan
gigi
dari
C
s/d
P2
Bounded
saddle,
kedua
gigi
tetangga
kuat.
Biasanya
indikasi
VI
protesa
cekat
atau
lepasan
satu
sisi
• KESALAHAN
PROSEDUR
PEMBUATAN
GIGI
TIRUAN
- Clicking
TMJ
- Wajah
tegang,
mulut
penuh,
sulit
menutup
mulut
DV
tinggi
- Sulit
menelan
dan
berbicara
- Sakit
pada
puncak
alveolar
- Wajah
tampak
tua
(mengkerut)
- Angular
cheilitis
DV
rendah
- Bicara
tidak
jelas
- Mengunyah
tidak
efisien
- Ruang
lidah
sempit
- Resorbsi
anterior
RA
Single
Denture
- Flabby
tissue
RA
anterior
Syndrome
- Resorbsi
tulang
posterior
RB
(Sindroma
Kelly)
- DV
turun
RADIOLOGI
KEDOKTERAN
GIGI
• TEKNIK
RÖ
INTRA
ORAL
TEKNIK
PROYEKSI
INDIKASI
RA
:
Bisecting
Angle
Ante
RA
RB
(Arah
sinar
⊥
dengan
garis
bagi
sumbu
Poste
RA
gigi
dan
film)
Periapikal
RB
:
Paralel
Poste
RB
(Arah
sinar
⁄⁄
dengan
sumbu
gigi
dan
film)
- Bidang
vertikal
⊥
dengan
bidang
Mahkota
s/d
dentin
Bitewing
horizontal
RA
RB
satu
arah
(Interproksimal)
- bidang
oklusal
//
bidang
horizontal
(kiri
saja
atau
kanan
saja)
Upper
Standard
Ante
+
Poste
RA
(Arah
sinar
:
ke
pertengahan
hidung
+
angulasi
vertikal
650)
Anterior
Maxillary
Ante
RA
(Arah
sinar:
ujung
hidung
+
angulasi
vertikal
450)
Lateral
Maxillary
I2
s/d
M3
RA
(Arah
sinar
:
2cm
dari
sudut
mata
à
satu
sisi
Oklusal
tengah
film
+
angulasi
vertikal
600)
Standard
Mandibular
Ante
+
Poste
RB
(Arah
sinar
:
pertengahan
dasar
mulut
+
3cm
dari
dagu)
Anterior
Mandibula
Ante
RB
(Arah
sinar
:
angulasi
-‐100
+
sudut
-‐550)
Lateral
Mandibula
I2
s/d
M3
RB
(Arah
sinar
;
ke
pertengahan
dagu,
jarak
satu
sisi
3
cm
ke
dagu
+
3
cm
ke
lateral)
• TEKNIK
RÖ
EKSTRA
ORAL
JENIS
MACAM
INDIKASI
Cephalometric
- PosteroAnterior
Asimetri
Fasial
- Lateral
Lateral
kepala
Skull
Water’s
Projection
Sinus
Maksilaris
Fraktur
kepala
+
leher
Reverse
Towne’s
condyle
Submentovertex
Fraktur
zigomatik
P2
s/d
M3
satu
sisi
+
Lateral
Oblique
Body
Mandible
inferior
body
Mandibular
mandibula
Ramus
+
condyle
satu
Lateral
Oblique
Ramus
Mandible
sisi
Panoramic
Temporo
Transcranial
Mandibular
Joint
Transorbital
Transpharyngeal
Tomography
Reverse
Towne’s
• KESALAHAN
DAN
KEGAGALAN
HASIL
RÖ
KESALAHAN
JENIS
+
DESKRIPSI
SEBAB
Unexposed
film
Langsung
proses
tanpa
pajanan
(film
transparan)
Exposed
to
light
Neon
tidak
dimatikan
(film
hitam
gelap)
Pajanan
Sinar
Overexposed
pajanan
sinar
x
yang
berlebihan
(Rö
terlihat
gelap)
Underexposed
pajanan
sinar
x
yang
kurang
(Rö
terlihat
terang)
Apikal
terpotong
Penempatan
film
tidak
sampai
(Apikal
dan
jaringan
apikal
sekitarnya
terpotong)
Oklusal
miring
Ujung
permukaan
film
tidak
(Posisi
gigi
dari
bidang
sejajar
dengan
oklusal
gigi
oklusal
gigi
miring/condong)
pengaturan
sudut
antara
arah
Proksimal
superimposed
pusat
sinar
x
dengan
bagian
(Kesalahan
pengaturan
sudut
proksimal
gigi
yang
tidak
tepat
horizontal)
lurus
Shortened
Arah
sinar
terlalu
ke
apikal
(Gigi
terlihat
lebih
pendek)
Elongated
Arah
sinar
terlalu
ke
oklusal
(Gigi
terlihat
lebih
panjang)
Cone-‐cutting
Teknik
(Bentukan
seperti
bulan
Cone
tidak
terkena
seluruh
sabit
setengah
lingkaran
+
permukaan
film
transparan)
Film
creasing
Film
terlipat
(Radiolusen
tipis
pada
film)
Film
bending
Film
tertekan
kuat
oleh
tangan
(Distorsi)
Phalangioma
Posisi
tangan
tidak
tepat
saat
(Ruas
jari
pada
film)
memegang
film
Double
exposure
Film
terpajan
2
kali
(Gambaran
tumpang
tindih)
Movement
Cone
beam
/
pasien
bergerak
(Blur
pada
film)
saat
pajanan
Reversed
Penempatan
film
terbalik
(Pola
tin
foil
film)
Underdeveloped
(Gambaran
terang
Terlalu
singkat
pada
developer
Proses
transparan)
Overdeveloped
Terlalu
lama
pada
developer
(gambaran
sangat
gelap)
Reticulation
of
emultion
Perbedaan
suhu
drastis
antara
(Pecah
seperti
kaca
retak)
developer
dan
air
Developer
spot
Developer
kontak
dengan
film
(bercak
gelap
pada
film)
sebelum
proses
Fixer
spot
Fixer
kontak
dengan
film
sebelum
(bercak
terang
pada
film)
proses
Yellow-‐brown
stain
Kekuatan
developer
dan
fixer
(Kuning
kecoklatan
pada
sudah
lemah
(terlalu
lama
seluruh
film)
dipakai
tidak
diganti)
Developer
cut
-‐
off
(Gambaran
terang
pada
Developer
tidak
kena
seluruh
film
bagian
yg
terpotong
sampai
ujung
film)
Fixer
cut-‐off
(Gambaran
gelap
pada
Fixer
tidak
kena
seluruh
film
bagian
yg
terpotong
sampai
ujung
film)
Overlapped
(Daerah
terang-‐gelap
pada
Film
tumpang
tindih
saat
di
cuci
sebagian
film)
Fingerprint
artefak
Film
terkena
sidik
jari
saat
(Sidik
jari
pada
film)
diletakkan
dalam
developer
Scratched
Film
terkelupas
benda
tajam
(Goresan
terang
pada
film)
Light
leak
Bagian
film
ada
yg
terkena
(Hitam
pada
bagian
yg
cahaya
sebagian
terkena
UV)
Fogged
Pengaturan
cahaya
kurang
baik
(Berkabut,
keabuan,
kurang
pada
ruang
gelap
kontras)
• EVALUASI
HASIL
PEMERIKSAAN
RÖ
RÖ
POIN
EVALUASI
- Objek
tercakup
dan
terletak
di
tengah
radiograf
- Mahkota
hingga
periapikal
terlihat
jelas
- Kontras,
detail,
dan
ketajaman
baik
Periapikal
- Daerah
interdental
terlihat
jelas
- Cusp
bukal
dan
palatal
/
lingual
terletak
sebidang
- Distorsi
yang
terjadi
minimal
- Radiograf
dapat
di
interpretasi
- Objek
tercakup
dan
terletak
di
tengah
radiograf
- Kontras,
detail,
dan
ketajaman
baik
- Daerah
interdental
terlihat
jelas
Bitewing
- Cusp
bukal
dan
palatal
/
lingual
terletak
sebidang
- Distorsi
yang
terjadi
minimal
- Radiograf
dapat
di
interpretasi
- TMJ
sampai
tepi
mandibula
Panoramik
- Kontras,
detail,
dan
ketajaman
radiograf
baik
- Gigi
anterior,
kondilus
kanan
dan
kiri
tampak
jelas
- Mandibula
(angulus
dan
ramus)
kiri
dan
kanan
simetris
dan
tampak
jelas
- Septum
nasal
dan
palatum
durum
jelas
- Ukuran
gigi
anterior
dan
posterior
proporsional
- Tidak
ada
ghost
image
- Radiograf
dapat
di
interpretasi
• INSTRUKSI
PASIEN
DALAM
PEMERIKSAAN
RÖ
TAMPAKAN
SEBAB
Kelalaian
untuk
melepas
anting
/
Real
shadow
dan
ghost
shadow
benda
metal
Ketidaktepatan
penggunaan
apron
Spinal
ghost
shadow
tinggi
Kesalahan
posisi
leher
Rahang
menyempit,
anterior
tidak
fokus,
Pasien
terlalu
dekat
dengan
image
distorsi
oklusal
plane,
peripheral
spinal
reseptor
shadow
tinggi,
insisif
menyempit
Pelebaran
dan
pembesaran
rahang
Pasien
terlalu
jauh
dengan
image
Gigi
anterior
tidak
fokus
reseptor
Pita
radiolusen
yang
membentang
di
film
Lidah
tidak
kontak
di
palatal
Gigi
molar
kanan
dan
kiri
tidak
sama
besar
Pasien
rotasi
horizontal
(kanan
dan
- Dekat
image
reseptor
:
tampak
kecil
kiri)
- Jauh
image
reseptor
:
tampak
besar
Insisif
bawah
tidak
fokus,
ghost
shadow
Kesalahan
vertikal,
pasien
terlalu
tinggi,
distorsi
oklusal
plane
seperti
tanda
menunduk
panah
ke
bawah
Insisif
atas
tidak
fokus,
distorsi
oklusal
plane
Kesalahan
vertikal,
pasien
terlalu
seperti
tanda
panah
ke
atas
menengadah
Pasien
tiba-‐tiba
bergerak
pada
vertikal
Step
deformity
plane
Distorsi
pada
regio
tertentu
Pasien
membuka
mulut
Pergerakan
vertikal
multiple
saat
Distorsi
multiple
pajanan
Pergerakan
horizontal
dari
sisi
ke
sisi
Gigi
anterior
blur
saat
gigi
anterior
di
foto
Pergerakan
horizontal
pada
akhir
Elongasi
horizontal
siklus
Posisi
tube
head
x
ray
dan
image
Bayangan
dagu
tampak
jelas,
kondilus
tidak
reseptor
kurang
relatif
terhadap
tampak
pasien
• RADIODIAGNOSIS
ANOMALI
GIGI
ANOMALI
DESKRIPSI
RADIOGRAFIK
Adanya
gigi
kelebihan
(secara
normal
tidak
ada)
Supernumerary
Regio
:
Terlihat
adanya
gigi
kelebihan
teeth
- insisif
:
mesiodens
- premolar
:
paramolar
- molar
:
distomolar
Tidak
adanya
benih
gigi
- 1/2
:
hipodontia
Tidak
terlihat
adanya
benih
gigi
Agenisi
- beberapa
:
oligodontia
permanen
- seluruh
:
anodontia
Gigi
dengan
mahkota
yang
besar,
Mahkota
gigi
besar
Macrodontia
derajat
densitas
enamel
dan
Dd
:
fusi,
geminasi
dentin
normal
- Mahkota
gigi
kecil
Mahkota
gigi
kecil,
densitas
Microdontia
- Biasanya
dengan
diastema
enamel
dan
dentin
normal
diantara
gigi
terlibat
2
benih
gigi
yang
menjadi
1
1
gigi
ukuran
besar
dengan
2
Fusi
gigi
ruang
pulpa
dan
2
saluran
akar
- 1
benih
gigi
yang
menjadi
2
mahkota
Gigi
ukuran
besar
dengan
1
ruang
Geminasi
- Mahkota
gigi
lebar,
pulpa
dengan
1
saluran
akar
tampak
lekukan
di
tengahnya
Bentuk
gigi
memanjang
Gigi
tampak
memanjang,
ruang
dengan
akar
memendek
Taurodontia
pulpa
tinggi
dan
luas,
akar
dan
Mahkota
normal,
batas
saluran
akar
pendek
servikal
dalam
Menyatunya
akar
2
gigi
/
Tampak
akar
2
gigi
melekat
Concresence
lebih
dari
CEJ
sampai
menjadi
1
dan
sangat
radiopak
sementum
Tampak
akar
membengkok,
ruang
Gigi
yang
membengkok
/
Dilaserasi
pulpa
dan
saluran
akar
dapat
melengkung
terlihat
Bentukan
gigi
dalam
gigi
Tampak
gambaran
radiopak
Dens
in
dente
Sering
I2
RA
berbentuk
gigi
kecil
dalam
gigi
Tampak
perluasan
dentin
pada
Adanya
enamel
tubercle
permukaan
oklusal
yang
terlibat
Dens
invaginatus
yang
muncul
pada
dan
tertutup
oleh
gambaran
opak
permukaan
oklusal
gigi
enamel
- Adanya
bentukan
enamel
yang
melekat
pada
akar
Tampak
bulatan
radiopak
dengan
Enamel
pearl
gigi
tepi
membulat
dengan
derajat
- Trifurkasi
M3
atau
radio
opasitas
yang
tinggi
bifurkasi
M
RB
Gigi
erupsi
bukan
pada
Tampak
letak
gigi
yang
tidak
Transposisi
tempat
yang
semestinya
sesuai
dengan
urutan
Amelogenesis
Mahkota
tampak
kuning
Tidak
tampak
gambaran
radiopak
imperfecta
kecoklatan
dari
enamel
Tampak
mahkota
membulat
Dentinogenesis
Mahkota
membulat,
warna
dengan
servikal
mengecil
imperfecta
abu2
(bulbous
appearance)
Susunan
tubuli
dentin
tidak
Tampak
gambaran
akar
pendek,
Dentin
dysplasia
beraturan
dengan
banyak
tidak
terlihat
runag
pulpa
dan
fokus
kalsifikasi
saluran
akar
(obliterasi)
Mahkota
gigi
lebih
kecil
dari
Tampak
gambaran
ruang
pulpa
Odontodysplasia
normal,
ada
bercak
yang
luas
+
saluran
akar
lebar
kecoklatan
• RADIODIAGNOSIS
KELAINAN
TUMBUH
KEMBANG
GIGI
ANOMALI
DESKRIPSI
RADIOGRAFIK
- Adanya
celah
palatum
oleh
karena
tidak
bersatunya
Tampak
adanya
daerah
tulang
palatum
kiri
dan
Cleft
Palate
radiolusen
pada
regio
yang
kanan
mengalami
cleft
palate
- Seringkali
diikuti
defek
mukosa
bibir
Adanya
perubahan
akar
gigi
Tampak
ujung
apikal
membulat
o.k
pembentukan
cement
Hypercementosis
dan
besar,
kadang
lamina
dura
gigi
yang
berlebihan
di
tampak
kabur
daerah
apikal
Ada
bentukan
bulat
akibat
Terlihat
bulatan
radiopak
di
Pulp
Stone
kalsifikasi
di
dalam
ruang
dalam
saluran
akar
pulpa/salura
akar
Adanya
benih
gigi
yang
tidak
Impaksi
dapat
erupsi
Adanya
benih
gigi
yang
tidak
Retensi
dapat
erupsi
meskipun
daya
erupsi
nya
ada
Terjadinya
rotasi
elemen
Distorsi
gigi
yang
biasanya
oleh
karena
kekurangan
tempat
Tidak
terlihat
adanya
gambaran
Akar
melekat
menjadi
1
periodontal
membran
dan
lamina
Ankilosis
dengan
tulang
alveolar
dura
(menyatu
dengan
tulang
sekitarnya
alveolar)
• RADIODIAGNOSIS
LESI
PERIAPIKAL
KELAINAN
GAMBARAN
RADIOGRAFIK
Periodontitis
Apikalis
- Pelebaran
periodontal
membran
- Hilangnya
lamina
dura
pada
periapikal
Abses
Periapikal
Gambaran
radiolusen
batas
diffus
Granuloma
periapikal
Gambaran
radiolusen
batas
jelas,
ukuran
<
1
cm
Kista
Radikuler
Gambaran
radiolusen
batas
radiopak
jelas
Condensing
Osteitis
Gambaran
radiolusen
batas
difus
dengan
batas
radiopak
difus
• RADIODIAGNOSIS
KELAINAN
RAHANG
Tumor
Jinak
NAMA
KLINIS
RADIOGRAFI
− Lesi
unilokuler/multilokuler
− Tumbuh
lambat
− Bentukan
soap
bubble
Ameloblastoma
− Asimetri
wajah
(+)
appearance
(biasanya
− Pembengkakan
pipi,
unilokuler)
gingiva,
palatum
− Bentukan
honey
comb
− Sewarna
mukosa
appeararance
(biasanya
− Gigi
yg
terlibat
ada
multilokuler)
kegoyangan
Compound
- Struktur
seperti
gigi
kecil-‐
kecil
dengan
batas
jelas
berupa
gigi
lengkap
dengan
Odontoma
enamel,
dentin,
dan
pulpa
- Radiolusen,
batas
jelas,
Complex
massa
tak
beraturan,
(diatas
C
atau
M
yg
terkalsifikasi.
Isi
radiopak
impaksi)
- Tumor
mengelilingi
seluruh
− Tumbuh
lambat
gigi
− Rasa
sakit
A
O
T
- Radiolusen
batas
jelas
− Berhubungan
dengan
- Massa
tumor
mendesak
gigi
gigi
tidak
erupsi
sebelahnya
Lesi
radiopak
bulat,
tepi
pita
− Mandibula
>
maksila
radiolusen,
tengah
bercak
Cementoblastoma
− gigi
vital,
biasanya
regio
radiolusen
difus
P
dan
M
(wheel
spoke
pattern)
− Pembengkakan,
keras,
tidak
sakit
Osteoma
− Lesi
membesar
à
Radiopak
batas
jelas,
uniform
disfungsi
jaringan
sekitar
(contoh:
otot)
Tumor
Ganas
NAMA
KLINIS
RADIOGRAFI
− menyebar
cepat
Squamous
Cell
− destruktif
Radiolusen
batas
tidak
jelas
Carcinoma
− asimetri
wajah
berupa
pulau-‐pulau
− KU
lemah
− Unisentrik,
batas
tidak
jelas
− Ada
rasa
sakit
Osteosarcoma
− Bentukan
sunray
− ada
parastesi
appearance
Kista
Rahang
NAMA
KLINIS
RADIOGRAFI
− Radiolusen
bulat
dengan
batas
radiopak
jelas
− Gigi
non
vital
− Diameter
bervariasi,
Kista
Radikuler
− Karies
dalam
biasanya
>1cm
− Terletak
pada
apeks
gigi
terkait
− Kadang
disertai
− Radiolusen
batas
radiopak
Kista
Folikuler
pembengkakan
jelas
mengelilingi
mahkota
− Palpasi
keras
gigi
yang
tidak
erupsi
− Besar
à
asimetri
wajah
− dari
CEJ
hingga
CEJ
− Periode
gigi
pergantian
− Ada
rasa
sakit
(kista
− Mengelilingi
mahkota
gigi
Kista
Erupsi
menekan
pulpa
gigi
permanen
yang
akan
erupsi
sulung)
− Radiolusen
bulat
dengan
− Pada
edentulous
ridge
tepi
radiopak
jelas
− Tidak
disertai
adanya
− Pada
regio
tidak
bergigi
Kista
Residual
keluhan,
kecuali
saat
bekas
pencabutan
ekspansi
− Ekspansi
à
mendesak
kanalis
ke
inferior
− Tanpa
gejala
− Seperti
kista
pada
umumnya
O
K
C
− Ekspansi
minimal
à
− Ukuran
5cm
atau
lebih
(Kista
odontogen
non
baru
diketahui
setelah
− Dapat
disertai
dislokasi
dan
inflamasi)
besar
resorbsi
gigi
sekitarnya
− Radiolusen
bulat/oval
− Diameter
<1cm
− Terletak
antara
servikal
Kista
Lateral
Periodontal
− Asimtomatik
margin
dan
apeks
gigi
− Dapat
kontak
/
tidak
kontak
dengan
akar
gigi
− Radiolusen
uni/multilokuler,
− Biasanya
tidak
disertai
C
O
C
batas
tidak
jelas
rasa
sakit
− Adanya
foci
− Radiolusen
bulat/oval
− Pembengkakan
kecil
di
bentuk
hati
Kista
Kanalis
daerah
posterior
papilla
− diantara
akar
gigi
RA
Nasopalatina
palatinae
− Kadang
disertai
resorbsi
akar
eksternal
− Radiolusen
pada
proc.
− Pembengkakan
di
alverolaris
di
atas
apikal
gigi
Kista
Nasolabial
daerah
lipatan
insisif
nasolabial
− Berbentuk
ginjal
− Gambaran
radiolusen
berbentuk
buah
pir
Kista
Globulomaksilaris
− RA,
antara
I2
dan
C
− Ada
divergensi
akar
I2
dengan
C
− Berbentuk
oval
/
scallop
− Asimtomatik,
biasanya
border
Traumatic
Bone
Cyst
gigi
vital
− Lamina
dura
ada,
terputus2
− Banyak
pada
RB
di
sekitar
apikal
gigi
Osteomyelitis
NAMA
KLINIS
RADIOGRAFI
− Multiple
fistula
− Bentukan
sequester
Osteomyeltis
Kronis
− Pembengkakan
à
sakit
− gambaran
moth
eaten
− limfadenopati
regional
appearance
Garre’s
osteomyelitis
− Pembesaran
tulang
− Ada
resorbsi
akar
pada
tepi
mandibula
− gambaran
onion
peel
− Predeleksi
usia
<30th
• ETIK
RADIOGRAFI
Manfaat
harus
lebih
besar
dari
radiasi
yang
diterima.
Justifikasi
Contoh
:
drg
rujuk
ke
radio
untuk
penegakan
diagnosa
Optimisasi
Pajanan
radiasi
harus
ditekan
serendah
mungkin,
pertimbangan
faktor
(ALARA)
ekonomi
dan
social
Jumlah
dosis
yang
diterima
tidak
melebihi
batas
yang
telah
ditentukan
Limitasi
oleh
instansi
berwenang
(ketentuan
Nilai
Batas
Dosis)
• EFEK
RADIASI
Somatik
Orang
yang
terkena
radiasi
Meskipun
ada
batasan
dosis
maksimal,
sekecil
apapun
ada
efeknya
Stokastik
Contoh
:
ibu
hamil
Non
Batas
dosis
maksimal,
efek
langsung
Stokastik
Contoh
:
Kemo
menyebabkan
rambut
rontok
dan
kulit
hitam
ETIKA
• PRINSIP
DASAR
ETIK
Etika
murni
Menarik
imbalan,
ambil
alih
pasien
orang
lain,
narsis
Etikolegal
Pelayanan
yang
dibawah
standar,
menerbitkan
surat
keterangan
palsu,
membuka
rahasia
pekerjaan
Pelanggaran
displin
Praktek
dokter
yang
tidak
kompeten,
tidak
merujuk
ke
dokter
yang
kompetensinya
sesuai,
berbohong,
tindakan
tanpa
perstujuan,
memilih
pengganti
dengan
tenaga
kesehatan
yang
tidak
setara
Hukum
Malpraktik
• KATEGORI
PELANGGARAN
MEDIS
1.
Setiap
tenaga
medis
yang
berpraktek
di
klinik
haru
mempunyai
STR
(surat
tanda
registrasi)
dan
SIP
(surat
ijin
praktek)
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang
–
undangan
2.
Setiap
tenaga
kesehatan
lain
yang
bekerja
di
klinik
harus
mempunyai
surat
STR,
SIK
(surat
ijin
kerja)
atau
SIPA
(surat
ijin
praktek
apoteker)
sesuai
dengan
peraturan
perundang
–
undangan
Untuk
mendirikan
dan
menyelenggarakan
klinik
harus
mendapat
ijin
dari
pemerintah
daerah
kabupaten/
kota,
setelah
mendapatkan
rekomendasi
dari
dinas
kesehatan
kabupaten
/
kota
setempat,
yang
kemudian
dinas
kesehatan
mengeluarkan
rekomendasi,
Level
Kejadian
0
Tidak
menghiraukan
pasien
1
Mendengarkan
sambil
melakukan
hal
lain
2
Komunikasi
tidak
nyambung
3
Mengkonfirmasi
kepada
pasien
4
Komunikasi
2
arah
dokter-‐pasien