PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
Wahyu Aji Nugroho
1301010039
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting
untuk kelangsungan hidup manusia. Lahan diperlukan dalam setiap kegiatan
manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah permukiman,
transportasi, atau daerah-daerah yang dipelihara untuk tujuan-tujuan ilmiah.
Salah satu fenomena dalam pemanfaatan lahan adalah adanya alih fungsi
lahan (konversi) lahan. Setiap wilayah tidak bisa lepas dari lahan dan
penggunaannya yang merupakan suatu hal yang dinamis. Salah satu
karakteristik proses perkembangan suatu wilayah adalah adanya perubahan
penggunaan lahan ( Wijaya dan Susetyo, 2017).
Fenomena ini muncul seiring dengan bertambahnya kebutuhan dan
permintaan terhadap lahan, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor non
pertanian akibat dari pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan (
Budihari, 2013 ).
Berbagai fenomena perubahan penggunaan lahan telah terjadi dari
waktu ke waktu. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi sejalan dengan
semakin meningkatnya pertambahan jumlah penduduk yang secara langsung
berdampak pada kebutuhan terhadap lahan yang semakin meningkat (Kusrini,
2011).
Penggunaan lahan sekarang (present land use) merupakan pertanda
adanya dinamika dari eksploitasai sekumpulan sumber daya alam oleh
manusia (baik secara perorangan ataupun masyarakat) untuk memenuhi
kebutuhannya. Akibat dari sumber daya manusia yang semakin meningkat
sehingga menyebabkan fenomena perubahan penggunaan lahan (Su
Ritohardoyo, 2013).
1
Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan salah satu daerah yang
mengalami perubahan penggunaan lahan, menurut BPS ( Badan Pusat
Statistik ) luas wilayah Kecamatan Purwokerto Selatan adal ah 1375,31
Ha, jumlah penduduk 82.075 jiwa (2017), dengan kepadatan penduduk
7.164,19 jiwa/km. Dilihat dari jumlah penduduk di Kecamatan Purwokerto
Selatan sudah pasti tidak terlepas dari yang namanya perubahan
penggunaan lahan.
Kegiatan perekonomian perdagangan merupakan salah satu
kegiatan di Kecamatan Purwokerto Selatan yang berfungsi sebagai
pendistribusian barang sebelum memasuki pasaran di luar daerah, dan juga
mendistribusikan barang langsung pada konsumen sangat berkembang.
Wujud fisik jenis perdagangan ini adalah dalam bentuk pasar, pertokoan,
warung, dan kios. Perkembangan ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi
dan kebutuhan masyarakat. Jenis kegiatan ekonomi tersebut pada mulanya
hanya terdiri dari beberapa jenis, namun karena terpengaruh oleh aspek
lain seperti jumlah penduduk, aksesbilitas jalan, persebaran pemukiman,
maka kegiatan perdagangan tersebut terus berkembang.
Pembangunan yang berkembang ditandai oleh perubahan
penggunaan lahan, peningkatan kebutuhan lahan untuk pengembangan
wilayah mendesak lahan sawah yang ada. Penyempitan lahan dapat dilihat
dari meningkatnya perubahan lahan sawah seperti lahan untuk
permukiman, tempat usaha industri maupun jasa yang menempati lahan
yang sebelumnya difungsikan sebagai lahan sawah.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) luas wilayah Kecamatan
Purwokerto Selatan adalah 1.375 ha atau 13,75 km² yang terdiri dari lahan
sawah seluas 215 ha atau 2,15 km² dan lahan bukan sawah seluas 1.160 ha
atau 11,60 km² pada tahun 2000, sedangkan luas lahan sawah pada tahun
2017 seluas 191 ha atau 1,91 km² dan lahan bukan sawah 1.184 ha atau 11
,84 km². Artinya di Kecamatan Purwokerto Selatan mengalami perubahan
penggunaan lahan sawah menjadi lahan terbangun.
2
Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sawah dan Bukan Sawah di
Kecamatan Purwokerto Selatan
3
diketahui guna menekan terjadinya penyimpangan penggunaan lahan lebih
lanjut, agar tidak terjadi kesemrawutan dalam penataan ruang.
Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian utama adalah perubahan
penggunaan lahan di Kecamatan Purwokerto Selatan yang diakibatkan oleh
peningkatan pembangunan fisik (pembanguanan sarana dan prasarana
penduduk) maupun oleh peningkatan sosial ekonomi penduduk (pemukiman,
perdagangan, penduidikan, industri, dan tempat kegiatan atau usaha lain)
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah perubahan penggunaan lahan sawah menjadi lahan
terbangun dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2017 di Kecamatan
Purwokerto Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui perubahan penggunaan lahan sawah menjadi lahan
terbangun dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2017 di Kecamatan
Purwokerto Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai
perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan
Purwokerto Selatan.
b. Sebagai salah satu tugas akhir dalam menempuh S-1 untuk mata
kuliah skripsi.
c. Untuk memberi informasi kepada masyarakat mengenai mengenai
perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan
Purwokerto Selatan.
d. Diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca nantinya.
e. Diharapkan dapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan
tentang perubahan penggunaan lahan sawah.
4
2. Bagi Masyarakat
Dalam penelitian ini diharap memberikan informasi mengenai
mengenai perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan
Purwokerto Selatan.
3. Bagi Pemerintah
Memberi masukan kepada pemerintah sehingga hasilnya dapat
diambil dalam penentuan kebijakan tata ruang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
terdapat di atasnya termasuk segala kegiatan manusia dalam
memanfaatkan lahan. lahan memiliki banyak fungsi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas
hidupnya.
b. Penggunaan Lahan
Menurut Ritohardoyo (2013), penggunaan lahan adalah usaha
manusia dalam rangka memanfaatkan lingkungan alamnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam kehidupan dan
keberhasilannya. Hal tersebut merupakan pengkajian keadaan
penggunaan lahan saat sekarang yang berdasarkan atas keadaan
sekarang.
Menurut Vink (1975), landuse adalah bentuk campur tangan
manusia terhadap sumberdaya lahan, baik yang bersifat penggunaan
lahan secara tetap atau permanen (daur) yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun kejiwaan
(spiritual) atau kedua-duanya. Yang dimaksud ialah hasil dari upaya
manusia yang bersifat terus-menerus dalam memenuhi kebutuhan
terhadap sumberdaya lahan yang tersedia dengan mengikuti
perkembangan kehidupan manusia dan budayanya (Sitorus, 2016).
Di Indonesia penggunaan lahan secara umum adalah bentuk
akibat nyata dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang
tetap, adanya keseimbanagan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-
aktifitas penduduk atas lahan dan keterbatasan dalam lingkungan
tempat hidup mereka (As-Syakur, 2008).
Penggunaan lahan adalah segala bentuk usaha manusia dalam
rangka memanfaatkan lingkungan alamnya dengan mengikuti
perkembangan kehidupan dan budayanya yang secara umum
merupakan suatu proses dari adanya interaksi, keseimbangan, serta
keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk atas lahan dan
keterbatasan dalam lingkungannya.
7
2. Jenis Penggunaan Lahan
Lahan dibedakan menjadi dua jenis menurut penggunannya yaitu
lahan pertanian dan lahan non pertanian. Lahan pertanian dibedakan lagi
menjadi lahan sawah dan bukan sawah. Lahan sawah meliputi sawah
dengan pengairan irigasi, tadah hujan, pasang surut, dan lain sebagainya.
Lahan bukan sawah meliputi tegal/kebun, ladang, perkebunan, hutan
rakyat, pengembalaan, lahan tidur, dan sebagainya. Lahan bukan
pertanian terdiri dari rumah, bangunan dan halaman sekitarnya, hutan
negara, rawa-rawa, jalan, sungai, lahan tandus, dan sebagainya (BPS,
2012)
a. Penggunaan lahan Pertanian
1. Lahan sawah
Merupakan pertanian berpetak-petak yang dibatasi oleh pematang
(galengan, saluran untuk menahan atau menyalurkan air, biasanya
ditanami padi sawah tanpa memandang darimana diperolehnya
atau status tanah tersebut.
2. Lahan sawah pengairan teknis
Merupakan lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana
saluran pemberi terpisah dari saluran pembuangan agar
penyediaan dan pembagian air ke lahan sawah tersebut dapat
dapat sepenuhnya diatur dengan mudah.
b. Penggunaan Lahan Non Pertanian
1. Rumah/ bangunan
Rumah, bangunan (Arsyad, 1989) yang dipakai untuk rumah /
bangunan termasuk halaman sekitar ( pekarangan) yang tidak
diusahakan untuk pertanian. Bila lahan pertanian sekitar rumah
tersebut tidak jelas batas-batasnya maka dimasukkan ke dalam
tegal/kebun.
2. Hutan Negara
Merupakan lahan hutan yang berada di bawah pengawasan Dinas
Kehutanan/perhutani yang berada dalam wilayah kecamatan.
8
3. Rawa-rawa
Adalah hutan yang luas dan tergenang air yang tidak
dipergunakan untuk sawah.
Secara umum dalam peta Rupa Bumi Indonesia penggunaan
lahan di Indonesia meliputi pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah
hujan, kebun/perkebunan, hutan, semak/belukar, tegalan/ladang,
rumput/tanah kosong, hutan rawa. Beberapa klasifikasi penggunaan lahan
diantaranya menurut armoyuono, (1964). Klasifikasi penggunaan lahan
tersebut diantaranya :
1. Lahan tidak produktif seperti lahan kosong, lahan berbatu, lahan
berpasir, lahan berbukit (perbukitan), gunung (pegungan).
2. Tanaman padang rumput yang tidak dikelola untuk penggembalaan.
3. Tanaman keras antara lainkelapa, rambutan, dan tanaman pohon
lainnya.
4. Lahan untuk tanaman semusim, antara lain padi, jagung, ketela
pohon, tanaman perdagangan.
5. Lahan hutan dikelaskan hutan lebat, hutan terbuka, pohon jarang
merupakan sabana tropis, hutan belukar, hutan rawa, hutan sudah
dibuka atau dibakar, hutan industri, hutan ladang.
6. Kebun ditanami sayuran, buah-buahan kecil dan bunga.
7. Lahan padang rumput yang dikelola seperti olahraga.
8. Bentuk-bentuk tubuh perairan, rawa air tawar, rawa pasang surut,
kolam ikan, sungai, danau, laut.
9. Lahan permukiman yang dijabarkan menjadi permukiman dan non
pertanian, meliputi tanaman perkotaan, permukiman pedesaan,
permukiman perdesaan bercampur dengan kebun dan tanaman keras
dan lahan non pertanian lain.
9
B. Perubahan Penggunaan Lahan
1. Pengertian
Pada dasarnya perubahan penggunaan lahan merupakan alih
fungsi suatu lahan yang secara umum menyangkut transformasi dalam
hal pengalokasian sumberdaya lahan yang ada dari satu penggunaan
beralih ke penggunaan yang lainnya. Perhatian utama dari perubahan
jenis penggunaan lahan itu sendiri terfokus pada proses alih fungsi lahan
yang dulunya lahan pertanian menjadi non pertanian. Perubahan
penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari
satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang
berbeda. (Wahyunto et al., 2001).
SuRitohardoyo (2013) pertumbuhan penduduk menyebabkan
peningkatan penyediaan fasilitas perumahan, pendidikan, kesehatan
maupun fasilitas sosial yang lain. Selain itu beralihnya sektor pertanian
ke sektor industri menyebabkan lahan yang sebelumnya sebaga lahan
pertanian digunakan sebagai lokasi industri. Akibatnya, lahan pertanian
yang dapat dimanfaatkan terutama di daerah pedesaan semakin
menyempit, ditambah lagi dengan adanya budaya warisan menyebabkan
penyempitan lahan, yang biasanya dimanfaatkan untuk mendirikan
rumah. Kenyataan ini merupakan salah satu contoh perubahan lahan yang
semakin lama akan semakin mengkhawatirkan keberadaannya, jika tanpa
ada kontrol dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah tersebut
mengalami perkembangan, terutama adalah perkembangan jumlah sarana
dan prasarana fisik baik berupa perekonomian, jalan maupun prasarana
yang lain. Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan
terdistribusi pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai potensi yang
baik.
10
2. Pola Perubahan Penggunaan Lahan
Selain distribusi perubahan penggunaan lahan akan mempunyai
pola-pola perubahan penggunaan lahan menurut Bintarto (1976) dalam
Reno Deri Yasta (2019) perubahan penggunaan lahan itu meliputi :
a. Perubahan perkembangan, yaitu perubahan yang terjadi setempat dan
tidak perlu mengadakan pemindahan, mengingat masih adanya ruang,
fasilitas, dan sumber-sumber setempat.
b. Perubahan lokasi, yaitu perubahan yang terjadi paada suatu tempat
yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu bentuk aktivitas atau
perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain karena daerah asal
tidak mampu mengatasi masalah yang timbul dengaqn sumber dan
swadaya yang ada.
c. Perubahan tata laku, yautu perubahan tata laku penduduk dalam
usaha menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam hal
restrukturisasi pola aktivitas.
Bintarto(1977) dalam Widyawati (2015) pada distribusi
perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dikelompokkan menjadi:
Pola memanjang mengikuti jalan
Pola memanjang mengikuti sungai
Pola radial
Pola tersebar
Pola memanjang mengikuti garis pantai
Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api
11
C. Faktor-Faktor Yang Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan
1. Pengertian
Menurut PUSPIJAK (2012) dalam ( Ayu dan Sarjana 2015)
beberapa penelitian menyimpulkan bahwa keadaan sosial, ekonomi, dan
kebijakan pemerintah dalam membuat aturan pembangunan suatu sektor
atau pembangunan nasional dapat mengakibatkan perubahan lahan.
Faktor pendorng terjadinya perubahan lahan dibedakan atas faktor
eksternal dan internal. Empat faktor pendorong ( pertumbuhan penduduk,
migrasi, hujan, dan harga pasar internasional) dikategorikan sebagai
variabel eksternal. Keenam faktor lain, yang dikategorikan sebagai faktor
internal, merupakan faktor yangsampai pada tingkat tertentu dapat
ditangani atau dipengaruhi oleh pihak tertentu, seperti inovasi teknis,
pembangunan jalan dan infrastruktur, pajak, subsidi, konservasi tanah
dan air, serta pengaturan penguasaan tanah.
Menurut Kustiwan (1997) dalam Ayu dan Sarjana (2015)
perubahan lahan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, internal, dan
kebijakan pemerintah. Faktor eksternal meliputi faktor dinamika
pertumbuhan perkotaan, baik secara spasial, demografis maupun
ekonomi yang memacu atau mendorong terjadinya perubahan lahan.
faktor internal adalah kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian
penggunaan lahan yang mendorong mereka melepaskan pemilikan atau
penggunaan lahannya. Faktor internal menyangkut pertumbuhan rumah
tangga pertanian dan penggunaan lahan.
Menurut Lestari (2009) proses perubahan lahan pertanian ke non
pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor
penting yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan yaitu :
1. Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.
12
2. Faktor Internal
Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-
ekonomi rumahtangga pertanian penggunaan lahan.
3. Faktor kebijakan
Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan
pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri
terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi
pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.
Di daerah perkotaan perubahan penggunaan lahan cenderung
berubah menjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan sektor jasa dan
komersial. Menurut Cullingswoth (1997), perubahan penggunaan yang
cepat di perkotaan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni : (1) adanya
konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya; (2) aksesibilitas
terhadap pusat kegiatan dan pusat kota; (3) jaringan jalan dan sarana
transportasi, dan; (4) orbitasi, yakni jarak yang menghubungkan suatu
wilayah dengan pusat-pusat pelayanan yang lebih tinggi.
D. Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, sebelumnya telah banyak
yang melakukan penelitian dengan topik penelitian yang hampir sama,
sehingga peneliti dapat menjadikan penelitian terdahulu sebagai panduan
dalam penelitian.
Peneliti Dessi Novita W.P. Ali Wijaya dan Wahyu Aji N
(2015) Cahyono Susetyo (2019)
(2017)
Judul Kajian Perubahan Analisis Analisis
Lahan Pertanian Perubahan Perubahan Lahan
Terhadap Mata Penggunaan Pertanian Ke Non
Pencaharian Lahan di Kota Pertanian di
Penduduk di Pekalongan Tahun Kecamatan
Kecamatan 2003, 2009, dan Purwokerto
13
Purwokerto Utara 2016 Selatan Kabupaten
Kabupaten Banyumas Tahun
Banyumas Tahun 2000-2017
2004-2013
Tujuan Untuk mengkaji Menganalisis Mengetahui
perubahan perubahan perubahan
penggunaan lahan penggunaan lahan penggunaan lahan
pertanian terhadap secara spasial pertanian menjadi
matapencaharian dengan dimensi lahan non
penduduk multi temporal pertanian dengan
Kecamatan menggunakan dimensi multi
Purwokerto Utara GIS. temporal di
tahun 2004 dan Kecamatan
2013 Purwokerto
Selatan
14
perubahan
matapencaharian
penduduk.
Perubahan mata
pencaharian
penduduk
dominan berubah
ke sektor
perdagangan.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir ini menjelaskan tahapan-tahapan proses berpikir dalam
melakukan penelitian, mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian,
sampai dengan. hasil akhir dari sebuah penelitian yang dilakukan, sehingga
apa yang menjadi permaslahan dalam penelitian dapat terjawab.
KERANGKA PIKIR
LAHAN
PENGGUNAAN
LAHAN
PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN
15
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut : perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di
Kecamatan Purwokerto Selatan tahun 2000 sampai 2017 sebesar ≤ 10%.
BAB III
METODE PENELITIAN
Agar tujuan penelitian dapat tercapai dan berjalan dengan baik, maka perlu
adanya persiapan serta perencanaan yang matang, sehingga penelitian tersebut
dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersifat ilmiah
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu objek yang dijadikan penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : perubahan
penggunaan lahan sawah dan lahan terbangun di Kecamatan Purwokerto
Selatan tahun 2000 – 2017.
16
C. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi (Suharsimi Arikunto, 2010).
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas data sekunder
yaitu peta penggunaan lahan Kecamatan Purwokerto Selatan, di mana data
sekunder diperoleh dari citra satelit, penelitian terdahulu, dan dokumen-
dokumen instansi terkait.
a. Menyusun Peta
Pengolahan data disusun dengan menggunakan perangkat lunak
Arcgis.
b. Peta penggunaan lahan menjadi daerah lahan terbangun
Mengumpulkan peta penggunaan lahan dari tahun 2000 sampai
dengan 2017, lalu peta itu dibuat memilih areal sawah dandaerah
terbangun pada peta penggunaan lahan, kemudian dengan teknik
overlay untuk mendapatkan perubahan penggunaan lahan sawah.
c. Membuat Tabel
Mengumpulkan data luas lahan sawah dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2017, kemudian menselisihkan antar peta tersebut
untuk mengetahui perubahanya.
17
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan antar peta
penggunaan lahan tahun 2000, 2005, 2010, 2015, dan 2017 yang telah
divalidasi menggunakan analisis overlay GIS. Teknik analisis overlay dapat
dilakukan dengan bantuan software pengolahan data spasial arcgis. Eknik
analisis overlay dilalkukan dengan cara meletakkan sebuah peta di atas sebuah
peta lain untuk kemudian ditampilkan hasilnya. Hasil dari proses analisis ini
adalah peta prosentase perubahan penggunaan lahan pertanian ke non
pertanian di wilayah penelitian. Perubahan yang dihasilkan dalam hal ini
berupa 4 periode waktu, yaitu periode tahun 2000-2005, tahun 2005-2010,
tahun 2010-2015, dan tahun 2015-2017.
G. Uji Hipotesis
18
DAFTAR PUSTAKA
Ritohardoyo, Su. 2013 Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta : Penerbit
Ombak.
19