Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR GEOGRAFIS TERHADAP KEGAGALAN PANEN


JAGUNG DI KECAMATAN INSANA TENGAH KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA TAHUN 2020

OLEH

MARIA CARMELITA MNOU


1901100070

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “
Pengaruh Curah Hujan Dan Jenis Tanah Terhadap Kegagalan Panen
Jagung Di Kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara
Tahun 2020” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata
1, di Universitas nusa cendana kupang.

Penulis juga mengucapkan limpah terima kasih kepada :

1. Dr. Hamza Huri Wulakada, M.Si selaku pembimbing satu, yang telah
memberikan masukan dan saran bagi penulis

2. Sukmawati, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing dua, yang telah banyak


memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis

3. Bapak, mama, serta kakak-kakak yang selalu memberi motivasi dan semangat
bagi penulis

Penulis juga menyadari bahwa dalam proposal penelitian ini, masih jauh
dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun, agar dapat menjadi lebih baik lagi, dan bermanfaat bagi setiap
pembaca.

Kupang, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Kajian Teori ............................................................................................... 7

2.1.1 Geografi Pertanian................................................................................... 7

2.1.2 Pertanian.................................................................................................. 7

2.1.3 Jagung...................................................................................................... 9

2.1.4 Syarat Tumbuh Jagung............................................................................ 12

2.1.5 Lahan Pertanian ...................................................................................... 14

2.1.6 Curah Hujan............................................................................................. 17

2.1.7 Tanah ...................................................................................................... 18

2.1.8 Penelitian Relevan................................................................................... 18

2.1.9 Kerangka Berpikir................................................................................... 25

ii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 27

3.1 Lokasi Penelitian Dan Jenis Penelitian ...................................................... 27

3.2 Populasi Dan Sampel ................................................................................. 28

3.3 Teknik Pengambilan Sampe....................................................................... 29

3.4 Data Dan Jenis Data.................................................................................... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 29

3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 30

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... vi

LAMPIRAN....................................................................................................viii

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembengan Produksi Tanaman Palawija di Kabupaten TTU tahun

2017-2020 (ton) ................................................................................................ 4

Tabel 2.1 Rata-rata Curah Hujan Menurut Schmidt Fergusson......................................... 17

Tabel 3.1 Kriteria Dekripsi Persentase ............................................................................... 31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 peta lokasi penelitian....................................................................................... 27

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam dengan


campur tangan manusia. Kondisi geografis suatu wilayah dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian seperti letak atau posisi suatu
wilayah dipermukaan bumi, sinar matahari, suhu, jenis tanah, morfofologi serta
curah hujan atau ketersediaan air. Banowati, (2013)

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris yang


mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun
sebagai penopang pembangunan. Proses pembangunan di Indonesia, menjadikan
sektor pertanian sangat penting dalam perekonomian nasional dikarenakan hampir
sebagian besar penduduk Indonesia hidup di Pedesaan dengan mata pencaharian
sebagai petani. Selain memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pendapatan nasional Indonesia, sebagian ekspor Indonesia juga berasal dari sektor
pertanian, sehingga sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam
penyerapan tenaga kerja dan penyediaan kebutuhan pangan dan sandang bagi
penduduk (Wibowo, 2012).

Menurut Zulfitriani & Bangun, (2016) jagung merupakan komoditas


pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan pengganti beras.
Banyak kegunaan dan keunggulan dari tanaman jagung yakni dijadikan sebagai
tepung, makanan ringan, jagung rebus, jagung bakar, bahan baku pakan ternak
serta mengandung karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat
meningkatkan permintaan untuk tanaman jagung. Hampir seluruh bagian tanaman
dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Sejalan dengan perkembangan industri pengolahan jagung dan
perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung semakin cenderung
meningkat.

1
Salah satu faktor yang menjadi hambatan serius dalam pertanian adalah
faktor cuaca dan parameter utama yang menjadi tolak ukur ketahanan tanaman
jagung adalah curah hujan. Curah hujan yang mencukupi tentunya akan
membantu para petani untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Namun,
pola curah hujan yang selalu berubah ini membuat para petani cukup khawatir
dengan hasil panen di kemudian hari karena jadwal awal penanamannya sangat
berpengaruh terhadap curah hujan di wilayah yang bersangkutan.

Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah beriklim kering memiliki musim


hujan yang singkat dan eratik (Nulik, 2005). Musim hujan berlangsung selama 3-4
bulan dan musim kemarau berlangsung selama 8-9 bulan. Lahan kering di NTT
dicirikan oleh wilayah dengan keterbatasan sumber air. Kondisi ini menyebabkan
pengembangan sistem usaha pertanian terutama komoditas jagung dan komoditas
lainnya menjadi terkendala.

Nusa Tenggara Timur didominasi oleh lahan kering dengan topografi


bergelombang, berbukit sampai bergunung. Luas lahan kering potensial di NTT
mencapai 2.379.005 ha lahan kering yang sudah dimanfaatkan seluas 822.850 ha.
(Sumber:BPS NTT) Pemanfaatan lahan kering terutama ditujukan bagi
pengembangan Komoditas utama yakni komoditas jagung. Jenis teknologi yang
diterapkan yakni didominasi oleh sistem pertanian perladangan berpindah.
(Menge et al., 2016)

Kabupaten TTU adalah bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur yang
memiliki luas lahan kering 149.945 ha atau 57,17% dari total luas wilayah.
Wilayah lahan kering begitu luas tentunya sangat berpotensi untuk
mengembangkan tanaman jagung. Berdasarkan produktivitas lahan yang
diperoleh terlihat bahwa produksi jagung di TTU masih sebesar 2.091 ton/ha,
sementara secara nasional produksi jagung/ha adalah 4-6 ton. (Sumber:BPS TTU
2017)

2
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chairil Malelak
(2018) yaitu tentang potensi pengembangan produk unggulan pertanian lahan
kering kabupaten Timor Tengah Utara yang menyatakan bahwa komoditi jagung
di Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki luas panen yaitu seluas 27.092 Ha,
dengan produksi 56.655 ton dan produktivitas 2,091 Ton/Ha. Komoditi jagung
dengan luas panen terluas di Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu terdapat di
Kecamatan Insana yaitu seluas 7.864 Ha dengan produktivitas 20,90 Ton/Ha dan
produksi sebanyak 16.450 Ton/Ha.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kune (2015) tentang
analisis efisiensi teknis dan alokatif usaha tani jagung di Kabupaten Timor
Tengah Utara menyatakan bahwa Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU memiliki
luas panen dan produksi tertinggi, dengan produksi jagung selama lima tahun
terakhir sangat berfluktuasi yakni mengalami peningkatan dari tahun 2008- 2010
kemudian mengalami penurunan di tahun 2011 dan meningkat lagi pada tahun
2012.

Sesuai dengan klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson Kabupaten


Timor Tengah Utara termasuk wilayah iklim tipe D (iklim semi arid) dengan
koefisien 2 sebesar 71,43% atau beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Curah hujan total Kabupaten Timor Tengah Utara
adalah 1.363,83 mm dengan total hujan sebanyak 71 hari. (Sumber Profil PKP
Kabupaten TTU, 2018). Wilayah di Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki
suhu yang bervariasi namun secara umum daerah Kabupaten Timor Tengah Utara
tergolong panas. Kecamatan Insana Tengah merupakan wilayah lahan kering
dengan produktivitas jagung yang sangat tinggi, hal ini diakibatkan karena
intensitas musim kemarau yang lebih lama (7-8 bulan) sehingga petani cenderung
menempatkan jagung sebagai komoditi unggulan.

Data BPS Kab. TTU, (2017) menunjukkan bahwa Kecamatan Insana Tengah
merupakan salah satu sentra produksi usahatani jagung lokal yang ada di
Kabupaten TTU yang terdiri dari 6 desa dengan luas wilayah ± 38,80 Km. Sistem

3
pertanian di Desa Lanaus masih bersifat tradisional dan sangat menggantungkan
keberhasilan pada kemurahan alam. Budidaya usahatani jagung penduduk di Desa
Lanaus berada pada lahan kering dengan sistem pengolahan musiman. Produksi
jagung pada tahun 2012 luas lahan 47 ha produksi sebesar 63 ton dan
produktivitasnya 1,36 ton/ ha, tahun 2013 luas lahan 48 ha produksi sebesar 54
ton dan produktivitasnya 1,12 ton/ ha, tahun 2014 luas lahan 45 ha produksi
sebesar 60 ton dan produktivitasnya 1,33 ton/ha, tahun 2015 luas lahan 50 ha
produksi sebesar 20 ton dan produktivitasnya 0,4 ton/ ha, tahun 2016 luas lahan
50 ha produksi 25 ton dan produktivitasnya 0,5 ton/ha. Di lihat dari
perkembangan produksi usahatani jagung menurun karena curah hujan pada tahun
2016 tidak memadai. (Subdistrict & Figures, 2022)

Kemudian pada tahun 2020 produksi jagung di Kabupaten TTU mengalami


penurunan produktivitas jagung sebesar 21,91 persen dari tahun 2019 produksi
jagung sebesar 46.621 ton menjadi 36.406, dimana salah satunya yaitu
Kecamatan Insana Tengah. Berikut dapat dilihat dari data BPS pertanian TTU
tahun 2020 dibawah ini.

Tabel 1.1 Perkembengan Produksi Tanaman Palawija Di Kabupaten Timor


Tengah Utara Tahun 2017-2020 (ton)

Jenis Tanaman
Pangan 2017 2018 2019 2020
Jagung 65.427 65.427 46.621 36.406
Ubi kayu 36.191 36.191 36.377 40.319
Ubi jalar 2.822 2.822 554 1.675
Kacang tanah 275 275 1.396 1.264
kacang hijau 253 253 54 70
Kacang kedelai 1 1 152 -
(Sumber : BPS TTU 2020)

Fokus kajian geografi pertanian adalah mendeskripsikan dan menjelaskan


variasi keruangan terkait fenomena pertanian di permukaan bumi. Fokus

4
kajiannya tidak hanya menekankan pada aktivitas pertanian saja melainkan juga
pada fenomena pertanian lainnya seperti hubungan antara faktor fisik dengan
budaya bertani yang ada di suatu tempat . Hal ini didukung pula oleh pernyataan
Banowati dan Sriyanto (2013), yang menerangkan kajian pertanian dalam
geografi pertanian berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam konteks ruang;
lokasi pertanian secara keseluruhan dan aktivitas-aktivitas didalamnya, yaitu
tanaman dan perternakan, pengagihan output dan input yang diperlukan untuk
produksi, seperti ladang (tanah), tenaga, pupuk dan pemupukan, benih, pestisida,
dan lain-lain. Dalam meneliti pertanian jagung di Kecamatan Insana Tengah ini
menggunakan pendekatan ekologis.

Pendekatan ekologis merupakan suatu upaya untuk memahami secara


cermat interelasi antara kegiatan manusia (dalam hal ini kegiatan pertanian)
dengan lingkungan geografis. Tema analisis yang sesuai dengan pengkajian
pertanian jagung adalah interaksi antara kegiatan manusia dengan lingkungan
geografisnya.

Masalah-masalah yang dihadapi petani jagung di Kecamatan Insana


Tengah 1) Luas lahan usaha yang belum ekonomis; 2) Teknologi yang diterapkan
petani relatif masih sederhana; 3) Iklim serta dan cuaca yang tidak menentu.
Permasalahan penggunaan input yang tidak optimal sebagaimana tergambar di
atas, bersamaan dengan faktor eksternal seperti cuaca dan kondisi tanah, serta
serangan hama dan penyakit yang berada di luar perhitungan petani menyebabkan
usahatani jagung di Kecamatan Insana Tengah belum dilakukan secara optimal
dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kegagalan panen jagung di kecamatan Insana Tengah

Hal ini merupakan masalah yang perlu, sehingga mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Curah Hujan dan Jenis Tanah
Terhadap Kegagalan Panen Jagung Di Kecamatan Insana Tengah
Kabupaten Timor Tengah Utara

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah

1. Bagaimana pengaruh faktor geografis terhadap kegagalan panen jagung di


Kecamatan Insana Tengah
2. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengahadapi kegagalan
panen jagung

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian menjadi lebih sistematis, terarah dan terfokus, dalam


penelitian ini diberikan batasan masalah untuk memberikan kedalaman kajian.
Pengaruh faktor geografis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intesitas
curah hujan, intensitas penyinaran, serta kemiringan lereng.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor geografis apa saja yang


mempengaruhi kegagalan panen jagung di Kecamatan Insana Tengah
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan masyarakat Insana Tengah dalam
menghadapi kegagalan panen jagung.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan geografi


dalam bidang pertanian khususnya pertanian jagung dalam hal curah hujan,
intensitas penyinaran matahari, dan kemiringan lereng terhadap kegagalan panen
jagung.

6
b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk kalangan akademisi
dalam menulis karya ilmiah.

2) Bagi Masyarakat Kecamatan Insana Tengah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan wawasan


mengenai pengaruh faktor geografis intensitas curah hujan, intensitas penyinaran
dan kemiringan lereng terhadap kegagalan panen jagung.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Geografi Pertanian

Geografi pertanian adalah studi tentang persamaan dan perbedaan


fenomena pertanian di permukaan bumi yang dikaji menggunakan pendekatan
ekologi dan regional dalam konteks keruangan. Fokus kajian geografi pertanian
adalah menggambarkan serta mengungkapkan variasi keruangan terkait fenomena
pertanian pada permukaan bumi. Fokus kajiannya tidak hanya menekankan pada
kegiatan pertanian saja melainkan juga pada fenomena pertanian lainnya seperti
korelasi antar faktor fisik dengan budaya bertani yang terdapat disuatu daerah.
Selain itu, aspek-aspek terkait lokasi, jarak, pola, tanah, iklim, serta ketersediaan
air dipermukaan bumi untuk kepentingan pertanian juga bisa dipelajari pada
geografi pertanian.

Kajian pertanian pada geografi pertanian berkaitan dengan aktivitas-


aktivitas dalam konteks ruang,lokasi pertanian secara keseluruhan serta aktivitas-
aktivitas didalamnya yaitu tanaman dan peternakan, pengagihan output dan input
yang diperlukan untuk produksi, seperti ladang (tanah), tenaga, pupuk,dan
pemupukan, benih,pestisida,dan lain-lain (Banowati, 2013)

2.1.2 Pertanian

Pertanian merupakan aktivitas pemanfaatan sumber daya hayati yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku atau sumber
tenaga untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian akan selalu memerlukan
bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka sorotan sinar surya. Didalam
pertanian rakyat diusahakan ditanah-tanah sawah, ladang, pekarangan.

8
Berdasarkan Undang-undang perihal perlindungan serta pemberdayaan
petani Pasal 1 ayat 4, pertanian merupakan kegiatan mengelola sumber daya alam
hayati menggunakan bantuan teknologi, modal, energi kerja, serta manajemen
untuk menghasilkan komoditas pertanian yang meliputi tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan pada suatu agroekosistem.

Pertanian lahan kering adalah aktivitas budi daya tanaman yang dilakukan
dalam kondisi kekeringan sedang hingga berat selama sebagian besar musim
tanam. Akibatnya, dibutuhkan teknik budi daya khusus, jenis tumbuhan, dan
sistem usaha tani tertentu untuk memungkinkan produksi yang berkelanjutan.

Pengembangan pertanian di Kabupaten Timor Tengah Utara tertuang


dalam pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan RDJPMD 2017-2021.
Daerah budidaya adalah daerah yang ditetapkan menggunakan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar syarat serta potensi sumber daya alam,sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.

Kawasan peruntukan pertanian yang terdiri dari :

a. Kawasan pertanian lahan basah,


b. Kawasan pertanian lahan kering
c. Kawasan pertanian perkebunan
d. Kawasan budidaya perikanan air tawar
e. Kawasan budidaya tanaman tahunan
f. Kawasan budidaya padang rumput/penggembalaan
g. Kawasan KTM Ponu
h. Kawasan agropolitan

Potensi lahan pertanian di Kabupaten Timor Tengah Utara baik yang


dipergunakan menjadi tanah sawah dan tanah kering adalah 198.736 Ha.

9
2.1.3 Jagung

Jagung (Zae Mays L) merupakan tanaman asli benua Amerika. Selama


ribuan tahun, tanaman ini menjadi makanan pokok penduduk suku indiaan di
Amerika. Crisstopher Columbus Merupakan orang yang berjasa menyebarkan
jagung ke seluruh dunia. Setelah menemukan benua Amerika secara tidak sengaja
pada tahun 1492, saat kembali ke negara asalnya, Spanyol, Columbus membawa
tanaman jaung dan beberapa tanaman asli lainya dari benua tersebut,seperti cabai
dan tomat (Budidaya jagung Hibidra, 2007).

Jagung menyebar keseluruh penjuru dunia dan dibudidayakan oleh para


petani di banyak negara termasuk di Indonesia. Di negara Indonesia, jagung
pertama kali datang pada abad 17, dibawaa oleh bangsa Portugis, sejak
kedatangannya, tanaman ini menjadi tanaman pangan utama kedua setelah padi
yang ditanama hampir oleh seluruh petani di Nusantara. Bagi petani yang
mengalami kegagalan panen padi karena serangan hama, menanam jagung jagung
alternatif untuk mendapatkan keuntungan atau minimal untuk menutup kerugian
(Budidaya Jagung Hibrida, 2007).

Menurut Purwono dan Hartono (2005) bahwa hampir seluruh tanaman


jagung memiliki nilai ekonomi, secara umum, beberapa manfaat bagia-bagian
tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut :

 Batang dan daun muda untuk pakan ternak


 Batang dan daun tua untuk kompos dan kayu bakar
 Bahan ekspor non migas,serta bahan baku penduduk industry hal ini dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Bahan pangan

Bagi sebagian besar masyarakat, jagung sudah menjadi konsumsi sehari-


hari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung, dan
makanan tradisional yang bahannya dari jagung. Di Provinsi Nusa Tenggara
Timur biasanya jagung diolah sebagai makanan jagung bose, atau jagung
ketemak.

10
b. Bahan pakan ternak

Jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan


dibeberapa pedesaan jagung sebagai bahan pakan utama. Biasanya jagung
dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak.

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar yaitu akar
seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar pertama kali muncul
disebut dengan radikula (akar kecambah) setelah itu muncul calon batang dan akar
primer yang biasa disebut akar seminal, akar seminal adalah akar yang
berkembang dari radikula dan embrio.

Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke


permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3.
Setelah berumur 10 hari akan tumbuh akar adventif, akar adventif adalah akar
yang berkembang dari buku diujung mesokotil, kemudian akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku,
semuanya dibawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut
akar tebal, yang berfungsi sebagai pengambil air dan hara didalam tanah.

Sedangkan akar seminal tidak terlalu berperan aktif dalam siklus jagung.
Akar kait atau akar penyangga adalah akar adventif yang muncul diatas
permukaan tanah, berperan sebagai penjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah pohon. Perkembangan akar jagung bergantung pada varietas,
pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah dan pemupukan
(Subekti dkk., 2008).

Batang tanaman jagung berbentuk silindris, tidak bercabang, dan terdiri


dari ruas dan buku ruas. Dimana buku ruas terdapat tunas yang akan berkembang
menjadi tongkol yang produktif. Pada batang terdapat tiga jaringan yaitu kulit
(epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Daun
jagung terdiri dari beberapa bagian yaitu helaian daun, ligula dan pelepah daun
yang melekat pada batang jagung. Jumlah daun sama dengan jumlah buku jagung,
umumnya berkisar 8-10 helai. Umumnya daun terbuka sempurna setelah 3 sampai

11
4 hari setiap daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sempit (<5 cm),
sempit (5,1 – 7 cm), sedang (7,1 – 9 cm), lebar (9,1 – 11cm), dan sangat lebar (>
11 cm). Bentuk ujung daun terdapat beberapa bentuk yaitu runcing, runcing agak
bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut
daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung
(pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut kecil hingga sedang, pola helai
daun bias lurus atau bengkok sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tnggi,
sedangakan daun tipe pendant umumnya memiliki sudut lebar dan pola daun
bervariasi dari lurus sampai bengkok.

(Subekti dkk., 2008) Jagung merupakan tanaman berumah satu


(monocious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman.
Bunga betina muncul pada tajuk tanaman sedangan bunga jantan berkembang dari
titik tumbuh apikal diujung tanaman. Pada tahap awal kedua bunga memiliki
primordia bunga biseksual, selama proses perkembangan, primordia stamen pada
axilliary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula
dengan primordiaginaecium pada apical bunga tidak berkembang dan enjadi
bunga jantan. (Palliwal., 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat yang
memiliki sel vegetative, dua gamet jantan dan menggandung butiran pati. Dinding
tebalnya berbentuk dari dua lapisan yaitu exine dan intin. Karena adanya
perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak diatas dan
bawah menyebabkan matangnya sipke tidak bersamaan, maka pollen pecah secara
kontinu dari setiap tasseldalamwaktu seminggu atau lebih. Rambut jagung (silk)
adalah pemanjangan dari saluran stylarovary yang matang pada tongkol. Panjang
rambut jagung bergantung pada panjangnya tongkol dan keloboot. (Subekti dkk.,
2008)Tanaman jagung termasuk dalam tanaman protandry, dimana bunga jantan
muncul sebelum rambut betina muncul. Serbuk sari terlepas mulai dari
spikeletyang terletak pada spike yang ditengah, 2 – 3 cm dari ujung mulai
kemudian turun kebawah. (Subekti dkk., 2008) Penyerbukan pada tanaman jagung
terjadi ketika serbuk sari menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari
persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan 5% berasal dari
serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu tanaman jagung disebut tanaman

12
bersari silang dimana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain.
(Subekti dkk., 2008).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol tergantung varietas.


Tongkol jagung dibalut oleh daun kelobot, dan umunya tongkol jagung yang
terletak dibagian atas lebih besar daripada tongkol pada bagian bawah. Biji jagung
disebut kariopsis, dinding oval atau pericarp menyatu dengan kulit biji atau testa,
membentuk dinding buah. (Subekti dkk., 2008)

2.1.4 Syarat Tumbuh Jagung

Setiap tanaman dalam proses hidupnya selalu membutuhkan persyaratan


tumbuh, demikian pula dengan tanaman jagung. Persyaratan tumbuh yang sesuai,
diharapkan dapat menunjang tingkat produksi, sesuai dengan harapan petani.
Meskipun tanaman jagung berasal dari daerah tropis,namun jagung dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Hal ini disebabkan
variasi sifat pada sejumlah jenis jagung yang memiliki kemampuan beradaptasi
dengan baik, sehingga dalam jangka waktu relatif pendek jagung dapat tersebar 13
luas di berbagai penjuru dunia, seperti Eropa pada waktu dibawa oleh Columcus,
Afrika dan Australia, bahkan sampai Asia.

Adapun syarat yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman jagung ialah :

a. Suhu (temperatur)

Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21ºC hingga 30ºC.


Akan tetapi temperatur optimum adalah antara 23º sampai dengan 27ºC. Hal ini
tidak akan menjadi problem yang berarti bagi areal pertanaman jagung di
Indonesia. Di Kecamatan Insana yang terkenal banyak diusahakan tanaman
jagung, bahkan menjadi daerah penting. Temperatur di suatu daerah sangat erat
hubungannya dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu daerah, suhu udara
akan semakin turun. Temperatur daerah merupakan salah satu syarat tumbuh
tanaman jagung. Pada proses perkecambahan benih memerlukan temperatur yang
cocok, sebab kehidupan embrio dan pertumbuhannya menjadi kecambah perlu
suhu kira-kira 30ºC.

13
b. Ketinggian Tempat

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di


daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000 – 1.800 meter dari
permukaan air laut. Jagung yang ditanam didataran rendah dibawah 800 meter
dari permukaan air laut dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian diatas
800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa memberikan hasil yang
baik pula.

c. Intensitas penyinaran

Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat membantu dalam


proses asimilasi daun. pada proses asimilasi sinar matahari berperan langsung
pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh
tanaman. Disamping itu penyinaran matahari juga berperan dalam pembentukan
batang, batang menjadi lebih kokoh.

d. Curah Hujan

Air sangat diperlukan untuk hidup semua makhluk, termasuk tanaman. Air
dapat menyediakan zat hara dari dalam tanah ke daerah perakaran tanaman,
sehingga memudahkan proses penyerapan hara oleh akar–akar tanaman. 14 Setiap
tanaman mebutuhkan persyaratan tertentu terhadap curah hujan yang diperlukan.
Pengaruh curah hujan ini dapat terlihat jelas, khususnya di Kabupaten TTU. Pada
daerah yang curah hujannya merata dengan batas musim kemarau yang kurang
tegas, maka kebutuhan air cukup terpenuhi sehingga jagung dapat tumbuh dengan
baik.

Berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmidt and Ferguson, kabupaten TTU


termasuk wilayah tipe D, dengan koefisien 2 sebesar 71,4%. Berdasarkan
klasifikasi Koppen, tipe iklim di kabupaten TTU adalah tipe A, atau termasuk
iklim equator dengan temperatur bulan terpanas lebih dari 220⁰ C. seperti hal
lainnya di provinsi Nusa Tenggara Timur, di kabupaten TTU dikenal adanya dua
musim yakni musim kemarau dan musim hujan.

14
e. Kemiringan Tanah

Kemiringan tanah ada hubunganya dengan gerakan air permukaan tanah.


Hal ini juga merupakan salah satu syarat kehidupan tanaman, termasuk tanaman
jagung. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan penanaman
jagung. Pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya
erosi tanah.

f. Tanah

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai


kandungan hara yang cukup. Tersediaanya zat makanan di dalam tanah sangat
menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan/berproduksi.
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam
tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam
pada tanah gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan
baik.

2.1.4 Lahan Pertanian

1. Pengertian lahan

Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah


merupakan salah satu bagiannya. Menurut Ritohardoyo, Su (2013) makna lahan
dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi


manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

b. Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang
mempengaruhi (letak, kesuburan, lereng, dan lainnya)

c. Lahan bervariasi dengan faktor topografi, iklim, geologi, tanah, dan vegetasi
penutup.

d. Lahan merupakan bagian permukaan bumi dan segala faktor yang


mempengaruhi

15
e. Lahan merupakan permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
terbentuk secara kompleks oleh faktor-faktor fisik maupun nonfisik yang terdapat
diatasnya.

Makna lahan di atas menunjukkan bahwa lahan merupakan salah satu


sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia, mengingat kebutuhan
masyarakat baik untuk melangsungkan hidupnya maupun kegiatan kehidupan
sosio-ekonomik dan sosio-budayanya.

Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan


sebelumnya bahwa lahan adalah bagian dari bentang alam yang mencakup
pengertian fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, bahkan keadaan
vegetasi yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
(FAO, 1976) dalam Tupi, Rio Diharjo (2014)

2. Sifat Lahan

Pengertian sifat-sifat lahan (land characteristics) adalah atribut atau


keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur
tanah, struktur tanah, jumlah curah hujan, temperatur, jenis vegetasi dan
sebagainnya. (Sartohadi, dkk 2012) Sifat-sifat lahan belum menunjukkan
bagaimana kemungkinan penampilan lahan dapat menentukan klas kemampuan
lahan. Akan tetapi, sifat lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan
yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaraan udara, perkembangan akar,
kepekaan erosi, ketersediaan unsur hara dan sebagainya. Karakteristik lahan yang
dipertimbangkan sebagai dasar klasifikasi kemampuan lahan antara lain
kecuraman lereng, kepekatan erosi tanah, kerusakan erosi, tekstur tanah, drainase,
ancaman banjir atau genangan, salinitas dan lainnya. (Sartohadi, dkk 2012)

3. Karakteristik lahan

Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau
diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tesktur tanah, dan struktur
tanah. Satuan parameter dalam survey sumberdaya lahan pada umumnya disertai
karakteristik lahan.

16
4. Kualitas lahan

Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan penggunaan


tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh.
Suatu karakteristik lahan dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu,
tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahan lainnya.

Persyaratan penggunaan lahan

Persyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokan menjadi beberapa


bagian yaitu :

 Persyaratan ekologikal, contohnya ketersediaan air, ketersediaan unsure hara,


ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperature, kelembapan udara,
dan periode kering.
 Persyaratan pengelolaan, contohnya persiapan pembibitan dan mekanisasi selama
panen.
 Persyaratan konservasi, contohnya control erosi, resiko komplen tanah, resiko
pembentukan kulit tanah.
 Persyaratan perbaikan, contohnya pengeringan lahan, tanggap terhadap
pemupukan.

5. Perbaikan lahan

Perbaikan lahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki


kualitas lahan pada sebidang lahan untuk mendapatkan keuntungan dalam
meningkatkan produksi pertanian.perbaikan lahan mutlak dilakukan agar kualitas
lahan dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

2.1.5 Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada waktu tertentu, dalam
pertanian tingkat curah hujan berpengaruh dalam jenis tanaman yang
dibudidayakan dan juga teknik pengairan yang digunakan.

17
Selain dipengaruhi oleh beberapa unsure atau faktor produksi, kegiatan
usah tani jagung juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain.

Tabel 2.1 Rata-rata Curah Hujan Menurut Schmidt Fergusson

Curah Hujan Tipe Keterangan


(dalam %)
0 ≤ Q < 14,3 A Sangat Basah
14,3 ≤ Q < 33,3 B Basah
33,3 ≤ Q < 60 C Agak Basah
60 ≤ Q < 100 D Sedang
100 ≤ Q < 167 E Agak Kering
167 ≤ Q < 300 F Kering
300 ≤ Q < 700 G Sangat Kering
700 ≤ Q < - H Luar Biasa Kering
(Sumber : Lakitan, 2002)

Menurut Oldeman Klasifikasi tipe curah hujan menurut Oldeman


digunakan untuk keperluan pertanian di Indonesia. Dasar yang digunakan adalah
bulan basah dan bulan kering yang berturut-turut, kedua bulan ini kemudian
dihubungkan terhadap kebutuhan air pada tanaman padi dan palawija.

Penentuan bulan basah dan bulan kering dilakukan dengan cara


mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

(1) Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 200 mm (2)
(2) Bulan kering adalah bulan dengan curah hujan < 100 mm Untuk penggolongan
iklim menitikberatkan pada bulan basah.

2.1.6 Dampak Cekaman Kekeringan Pada Tanaman Jagung


Tanaman lebih peka terhadap cekaman kekeringan selama reproduksi
dibandingkan fase vegetatif. Hal ini berkaitan dengan mobilisasi asimilatif dari
daun ke biji, yaitu ketika fungsi daun sebagai pemasok fotosintant ke biji

18
terganggu, daun menjadi lebih cepat mengalami senescens akibat cekaman tersebut,
sehingga mempengaruhi hasil secara drastis.
Efek cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan tanaman terutama terjadi pada
fase-fase kritis. Pada tanaman jagung, periode kritis terjadi pada waktu keluarnya
bunga jantan (tasseling) dan keluarnya bunga betina (silking) atau selama stadia
pertumbuhan 3.0-6.0, sehingga cekaman kekeringan pada periode tersebut dapat
menurunkan hasil secara drastis.

2.1.7 Penelitian Relevan

No Nama dan Judul Metode Hasil Penelitian


Tahun Penelitian Penelitian
1 Fitriani Pegendalian Metode analisis (1) Proses produksi
Pangestu1 , Gagal yang digunakan dimulai dari
Fadila Marga Panen Jagung adalah diagram  persiapan benih,
Saty2, Luluk Hibrida Petani alir dan diagram persiapan lahan,
Irawati3 Mitra Di Metro sebab akibat. penanaman,
Kibang perawatan, panen
Kabupaten dan pasca panen,
Lampung Timur (2) Identifikasi
 penyebab yang
menjadi
masalah gagal
panen yaitu:
penggunaan benih
yang memiliki
kualitas kurang
maksimal,
pemupukan
dilakukan tanpa
mempertimbangka

19
n dosis yang
diberikan pada
tanaman, sprayer
tidak merata
dan jarak pada
tanamanjagung
dilakukan
dengan cara
tanpa mengukur
terlebih dahulu,
serta aplikasi
penyemprotan
dilakukan pada
siang hari sehingga
menyebabkan
tanaman petani
rusak dan mati.
2 Genesiska Pengaruh jenis metode Tanaman jagung
(2018) tanah terhadap percobaan faktor (zea mays L.)
pertumbuhan tunggal varietas pulut
dan hasil dapat
tanaman jagung dibudidayakan
(Zea mays L) pada berbagai
varietas pulut jenis tanah yang
sulawesi ada di indonesia,
dengan
produktivitas
pada perlakuan
tanah regosol
bukit-pasir
sebesar 2,6 ton

20
ha-1, tanah
latosol sebesar
2,05 ton ha-1,
dan tanah
mediteran
sebesar 2,04 ton
ha-1.
3 Novia Thea Kajian Metode survei Berdasarkan
Rahmani (2018) Perubahan bersifat hasil penelitian
Curah Hujan deskriptif yang telah
Terhadap dilakukan, dapat
Produktivitas disimpulkan
Tanaman bahwa pola
Jagung (Zea curah hujan di
Mays L.) Pada lahan kering
Lahan Kering daerah Wajak
adalah pola
monsun yang
dicirikan dalam
bentuk pola
hujan yang
bersifat
unimodal (satu
puncak musim
hujan yaitu
bulan Maret).
Perubahan pola
curah hujan di
Kecamatan
Wajak periode I
(2008-2012) ke

21
periode II
(2013-2017),
berdasarkan
analisis uji-t
menunjukkan
tidak ada
perubahan pola
curah hujan.Pola
curah hujan
selama 2 periode
waktu yaitu
periode I (2008-
2012) dan
periode II
(2013-2017)
memiliki
hubungan antara
curah hujan, hari
hujan, bulan
basah, bulan
lembab, dan
bulan kering
terhadap
produktivitas
yang kecil
sehingga tidak
memberikan
pengaruh
terhadap
produktivitas
tanaman jagung

22
di lahan kering
Wajak.

2.1.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan

penelitian serta didukung dengan kajian teoritis, dan penelitian yang


relevan ini adalah :

Salah satu penyebabnya kegagalan panen jagung di Kecamatan Insana


Tengah adalah pengaruh factor geografis. Menurut peneliti masa kegagalan panen
ini terjadi pada 2 tahun terakhir yaitu tahun 2020, hal ini diperkirakan oleh
beberapa faktor yaitu :

(1) Musim, sangat berhubungan erat dengan banyak sedikitnya curah


hujan. Pada dasarnya hasil produksi jagung akan lebih banyak pada saat musim
hujan dengan pengairan yang baik. Hal ini disebabkan oleh proses penyerbukan
yang dapat berjalan dengan baik karena tidak terganggu oleh hujan.

(2) Intensitas penyinaran, sinar matahari merupakan sumber energi dan


sangat membantu dalam proses asimilasi daun. pada proses asimilasi sinar
matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan
ke seluruh bagian tubuh tanaman. Disamping itu penyinaran matahari juga
berperan dalam pembentukan batang, batang menjadi lebih kokoh.

(3) kemiringan lereng, jagung yang ditanam didataran rendah dibawah 800
meter dari permukaan air laut dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian
diatas 800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa memberikan hasil
yang baik pula.

Skema kerangka Berpikir dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

23
Curah Hujan

Kegagalan Panen
Intesitas Penyinaran
Jagung

Kemiringan Lereng

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

BAB III

24
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian dan Jenis Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor


Tengah Utara. Terletak antara 9⁰ 02′48″LS dan antara 124⁰04′02″BT -
124⁰46′00″BT.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif. Dengan metode deskriptif,


jenis penelitian ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya. Serta penelitian ini menggunakan pendekatan persepsional untuk
menggali persepsi masyarakat tani jagung Kecamatan Insana Tengah mengenai
kegagalan panen jagung yang dipengaruhi oleh faktor geografis.

25
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah petani yang ada di
Kecamatan Insana Tengah, menggunakan data sementara dengan jumlah petani
sebesar 70 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,


2006). Untuk mengatur berapa minimal sampel yang dibutuhkan peneliti
menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10%, seperti berikut :

n= N
1 + N. e²

Keterangan :

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitiankarena kesalahan pengambilan sampel yang dapat
ditolerir, dalam hal ini sebesar 10%.

n= N
1 + N.e
= 70
1 + 70 (0,1)
= 70
1,7
= 41
Dari perhitungan menggunakan rumus Slovin diatas didapat sampel
sejumlah 41 orang. Kemudian akan digunakan untuk dapat mewakili populasi
sejumlah 70 orang.

26
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simple random sampling. Pada penelitian ini sampel yang diambil secara
acak oleh pihak Kecamatan Insana Tengah, dimana jumlah desa di Kecamatan
Insana Tengah yaitu ada 6 desa terdiri dari desa Lanaus, desa Letma, desa
Letmafo Timur, desa Oehalo, desa Sone,dan desa Tainsala. Masing-masing desa
akan diambil beberapa orang kemudian dijadikan sebagai wakil dari masing-
masing desa.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Faktor geografis dengan sub variabel intensitas curah hujan,intensitas


penyinaran, kemiringan lereng, terhadap kegagalan panen jagung.

b. Kegagalan panen yang dipengaruhi oleh faktor geografis

3.3 Data dan Jenis Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


menggunakan daftar pertanyaan yang diisi oleh responden. Data primer dalam hal
ini adalah identitas (nama, usia,dan jenis kelamin) serta produktivitas jagung yang
didapat pada tahun 2020.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari data data di
kantor dinas pertanian TTU, kantor BMKG Kupang, BPS TTU, dan berbagai
bahan pustaka, baik berupa buku, jurnal-jurnal, dan dokumen lainnya yang ada
hubungannya dengan materi kajian yaitu faktor geografis, pertanian jagung, serta
kegagalan panen.

27
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi

Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan


langsung dengan tujuan untuk memperoleh secara langsung dalam kaitannya
dengan petani di Kecamatan Insana Tengah beserta jagung yang dipanen.

2. Dokumentasi
Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan data sekunder dari instansi terkait untuk mendapatkan
data yang relevan dengan penelitian.
3. Angket
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data respon masyarakat mengenai pertanian jagung di
Kecamatan Insana Tengah tahun 2020.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket,


yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam hal mengenai
pertanian jagung di Kecamatan Insana Tengah pada tahun 2020. angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup yakni pertanyaan
disertai jawaban yang ditentukan oleh peneliti, yakni dalam bentuk jawaban ya
atau tidak.

3.6 Instrumen
1. Aplikasi ArcGis 10.8, digunakan untuk membuat peta topografi guna untuk
mengetahui kelas kemiringan lereng pada lokasi penelitian
2. Aplikasi Microsoft excel, aplikasi yang digunakan untuk mengolah data
statistic dari penelitian.
3. Aplikasi SPSS, aplikasi yang digunakan untuk mengolah data statistic untuk
mengetahui hasil dari penelitian.

28
4. Kamera, alat yang digunakan untuk mendokumentasikan penelitian yang
berlangsung.
5. Angket, bahan dasar yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dari petani yang isinya berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai
masalah yang terdapat pada penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Deskripsi Presentase

Penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data dari


responden, yang kemudian penulis melakukan analisis data. Data yang didapatkan
penulis merupakan data mentah mengenai pemasalahan yang diteliti. Teknik
analisis deskripsi presentase, dimana persentase untuk setiap kemungkinan
jawaban yang diperoleh hasil dari membagi frekuensi dengan jumlah sampel,
kemudian dikalikan 100%. Adapun tahap dalam analisis data yaitu: menghitung
tiap jawaban responden yang sesuai jawaban “Ya” atau “Tidak”, menjumlahkan
berapa banyak jawaban “Ya” dan “Tidak”, dari semua jawaban “Ya” dibagi
dengan jumlah responden kemudian dikalikan dengan 100%, kemudian
menghitung persentase dengan rumus:

P = F / N x 100%

(Sumber : Arikunto, 2006)

Keterangan:

P : Persentase

f : Frekuensi dari jawaban “Ya” yang dipilih

n : Jumlah sampel

100% : Konstata

29
Selanjutnya kriteria dari pertimbangan hasil panen jagung sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Deskripsi Persentase

Persentase Kriteria
>75 Sangat tinggi
51-74 Tinggi
26-50 Rendah
<25 Sangat rendah
(sumber : sugiono, 2003)

3.7.2 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antar


beberapa variabel X dan Y, dan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen
atau terikat yaitu kegagalan panen jagung.

untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y, Variabel X2 dan Y,


dan Variabel X3 dan Y sebagai berikut:

30
Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


80,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sumber : Sugiono, 2012)

31
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, F., Gusmayanti, E., & Sudrajat, J. (2021). Pengaruh Perubahan Curah
Hujan terhadap Produktivitas Padi Sawah di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 19(2), 237–246. https://doi.org/10.14710/jil.19.2.237-246
Agromedia. 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Anonim. 2015. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Propinsi NTT. Kupang
BPS. (2020). Statistik Pertanian Kabupaten Timor Tengah Utara.
Chairel Malelak. (2018). Potensi Pengembangan Produk Unggulan Pertanian
Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Evolusi MIPA, 2(1),
85–97.
Eva Banowati & Sriyanto, 2013. Geografi Pertanian.Yogyakarta.Penerbit Ombak
Gawaksa, H. P., Damhuri, & Darlian, L. (2016). Gulma di lahan pertanian jagung
(Zea Mays L.) di kecamatan Barangka kabupaten Muna Barat. Jurnal
Ampibi, 1(3), 1–9.
Genesiska, Mulyono, & Intan Yufantari, A. (2020). Pengaruh Jenis Tanah
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas
Pulut Sulawesi Effect of Soil Type on the Growth and Yield of Maize (Zea
mays L.) Var. Pulut Sulawesi. Journal of Agricultural Science, 2020(2),
107–117.
Karbaju, A., & Hutapea, A. N. (2017). Analisis Pendapatan Usahatani Jagung
pada Kelompok Tani Oelbubuk di Desa Oeolo Kecamatan Musi
Kabupaten Timor Tengah Utara. Agrimor, 2(04), 63–64.
https://doi.org/10.32938/ag.v2i04.311
Kehik, M. H. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani
Jagung di Desa Bannae Kecamatan Insana Barat. Agrimor, 3(3), 39–41. la
Kune, S. J., Muhaimin, A. W., & Setiawan, B. (2016). Analisis Efisiensi Teknis
dan Alokatif Usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa Bitefa Kecamatan
Miomafo Timur Kabupaten Timor Tengah Utara). Agrimor, 1(01), 3–6.
https://doi.org/10.32938/ag.v1i01.23
Lakitan,B.2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta
Maumabe, P. (2018). Pengaruh Fakor Sosial Ekonomi Petani terhadap Produksi
Usahatani Jagung di Desa Lanaus Kecamatan Insana Tengah. Agrimor,
3(4), 52–54. https://doi.org/10.32938/ag.v3i4.302

vi
Menge, D., Pengkajian, B., Pertanian, T., & Timur, N. T. (2016). Penampilan
jagung lokal dan peranannya sebagai sumber pangan utama bagi
masyarakat di lahan kering nusa tanggara timur. Prosiding Seminar
Nasional Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, 139–145.
Pangestu, F., Saty, F. M., Irawati, L., Program, M., Agribisnis, S., Program, D.,
Agribisnis, S., Study, D. P., Harvest, F., Corn, H., Panen, G., & Hibrida, J.
(n.d.). PETANI MITRA DI METRO KIBANG. 1.
Pradipta, achmad rendi, & Santoso Budi, A. (2015). Geo Image ( Spatial-
Ecological-Regional ). Jurnal Geo Image, 9(2).

Purwono dan Rudi.2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar swadaya. Jakarta.

Ritohardoyo, Su. 2002. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Ombak.

Sartohadi, Junun dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar:


Yogyakarta.

Siki, D. (2017). Perubahan Budaya Kerja Pertanian Lahan Kering Atoni Pah Meto
Di Kabupaten Timor Tengah Utara. Paradigma, Jurnal Kajian Budaya,
6(2), 145. https://doi.org/10.17510/paradigma.v6i2.94
Subdistrict, I. T., & Figures, I. N. (2022). Kecamatan insana tengah dalam angka.
Subekti, N.A., dkk. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung
dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros.
Thea, N., & Hariyono, D. (2019). Kajian Perubahan Curah Hujan terhadap
Produktivitas Tanaman Jagung ( Zea Mays L .) pada Lahan Kering Study
of Rainfall Changes for the Productivity of Corn ( Zea mays L .) on Dry
Land. Jurnal Produksi Tanaman, 7(8), 1474–1480.
Wibowo, Larasati. 2012. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi dan
Pendapatan Usahatani Padi di Desa Sambirejo, Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun. [Skripsi]. Malang. Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya. 112 hal.
Zulfitriani, E & Bangun, P. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Stm Hulu Kabupaten Deli
Serdang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

vii
L
A
M
P
I
R
A
N

viii
KUSIONER PENELITIAN
Pengaruh Faktor Geografis Terhadap Kegagalan Panen Jagung

Berikut ini adalah kusioner yang berkaitan dengan penelitian tentang


pengaruh faktor geogafis terhadap kegagalan panen jagung di Kecamatan Insana
Tengah. Oleh karena itu, disela-sela kesibukan bapak/ibu maka peneliti memohon
dengan hormat kesediaan bapak/ibu untuk dapat mengisi kusioner berikut ini.
Atas kesediaan dan partisipasi bapak/ibu mengisi kusioner yang ada, peneliti
mengucapkan terima kasih.

A. Identitas Responden Petani Jagung


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
B. Daftar Kusioner
Mohon untuk bapak/ibu memberikan jawaban dengan tanda centang (√) pada
setiap pernyataan yang ada pada tabel.

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah lahan yang bapak/ibu
gunakan milik pribadi ?
2. Apakah luas lahan yang
digunakan mencapai 2-3 Ha ?
3. Apakah 25 kg benih jagung
yang akan ditanam bisa
mencapai 2-3 Ha ?
4. Selama masa tanam jagung,
apakah sering terjadi perubahan
cuaca ?
5. Jika terjadi curah hujan yang

ix
berlebihan, apakah dapat
mempengaruhi hasil panen ?
6. Apabila cuaca panas yang
berlebihan (kering) akan
berdampak pada tanaman
jagung?
7. Apakah ada faktor lain yang
mempengaruhi kegagalan panen
jagung selain curah hujan?
8. Apakah bapak/ibu melakukan
langkah-langkah pencegahan
untuk menghindari kegagalan
panen jagung karena curah
hujan?
9. Apakah pupuk perlu digunakan
pada tanaman jagung ?
10. Menurut bapak/ibu apakah
kemiringan lereng berpengaruh
terhadap hasil panen jagung?
11. Apakah bapak/ibu memiliki
teknologi atau alat khusus untuk
membantu mengatasi kegagalan
panen jagung karena
kemiringan lereng?
10. Penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan dapat mengurangi
kesuburan tanah ?
11. Apakah setiap benih yang
diperoleh dapat tumbuh dengan
baik ?

x
12. Kualitas jagung dari benih
unggul apakah sesuai dengan
yang diharapkan petani ?
13. Apakah serangan hama sering
terjadi pada tanaman jagung ?
14. Hasil panen jagung setiap tahun
mencapai 1-2 ton ?
15. Apakah hasil panen yang
didapat setiap tahun diatas 500
kg ?
16. Hasil panen jagung tahun 2020
mencapai 1-2 ton ?
17. Apakah hasil panen jagung
pada tahun 2020 dibawah 500
kg?
18. Apabila sering terjadi
penurunan hasil panen jagung,
apakah ada upaya yang
dilakukan pemerintah desa ?
19. Apakah ada upaya yang
dilakukan bapak/ibu jika terjadi
kerusakan/kegagalan pada
tanaman jagung ?
20. Apakah bapak/ibu mengalami
kegagalan panen jagung tahun
ini?

xi

Anda mungkin juga menyukai