Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah................................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengelompokkan Tanah Sumatera Utara..............................................................................6
B. Aspek Teknologi Budidaya Sampai Panen (Agroteknologi).................................................7
C. Aspek Pasca Panen Sampai Pengolahan Hasil (Agroindustri).............................................8
D. Aspek Pemasaran Hasil (Agribisnis)....................................................................................10
E. Pola Budidaya Pertanian di Sumatera Utara......................................................................13
F. Budaya Sosial di Sumatera Utara.........................................................................................17
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
Kesimpulan......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kelompok 3 untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Transek Wilayah Sumatera Utara” tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Dosen Dr. Besri Nasrul, S.P., M. Si pada mata
kuliah Pengantar Ilmu Pertanian. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Besri Nasrul selaku dosen
mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 23 Oktober 2023

Kelompok 3

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi umum Provinsi Sumatera Utara diuraikan berdasarkan letak geografis, administratif,
fisik lingkungan (geologi, topografi, jenis tanah, hidrologis, pemanfaatan tanah), sumber daya
alam (kesesuaian tanah, kehutanan, kelautan dan perikanan, pertambangan, objek pariwisata),
sosial budaya, ekonomi wilayah, infrastruktur wilayah, serta kelembagaan.

Secara geologis, wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki struktur dan batuan yang
kompleks dan telah beberapa kali mengalami tumbukan dari proses tektonik karena posisinya
terletak pada pertemuan lempeng Euroasia di sebelah timur dan lempeng Australia di sebelah
barat. Hal ini menyebabkan terbentuknya rangkaian jalur patahan, rekahan dan pelipatan
disertai kegiatan vulkanik. Jalur patahan tersebut melewati jalur Sumatera Utara mulai dari
segmen Alas-Karo dan sepanjang kurang lebih 390 km merupakan sumber bencana alam
geologi berupa pusat-pusat gempa di darat, tsunami dan pemicu terjadinya letusan gunung
berapi dan tanah longsor. Jalur patahan (subduction) di Pantai Barat sepanjang kurang lebih
250 km merupakan pusat pusat gempa di dasar laut.

Kondisi struktur geologi yang kompleks yang dicirikan oleh bentuk bentang alam perbukitan,
terlipat dengan patahan selain merupakan jalur gempa juga potensial menimbulkan tanah
longsor terhadap sekitar 40-50 % dari luas daerah Provinsi Sumatera Utara.

Secara topografis wilayah Pantai Timur Sumatera Utara relatif datar, bagian tengah
bergelombang dan berbukit karena merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan,
sedangkan bagian barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Barat berpotensi
untuk pengembangan sektor perikanan laut, perkebunan dan tanaman hortikultura; wilayah
Pantai Timur berpotensi untuk pengembangan pertanian, perikanan laut, tanaman pangan dan
perkebunan; serta wilayah dataran tinggi potensial untuk pengembangan tanaman
hortikultura.

Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat tahun 2008 tutupan lahan Provinsi Sumatera Utara
tahun 2008 didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan seluas 4.139.625,131 Ha
sekitar 58,71 % dan lahan hutan seluas 1.910.101,54 Ha atau sekitar 27,09 %.

Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian terbesar berada di wilayah Pantai Timur, yaitu
meliputi areal seluas lebih kurang 57% dari luas areal pertanian Sumatera Utara. Sebagian
besar lahan hutan berada di wilayah Pantai Barat, yaitu seluas ± 69% dari luas hutan di
Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan pertanian mendominasi wilayah Pantai Timur, sedangkan
wilayah Pantai Barat didominasi oleh kegiatan pertanian dan hutan secara relatif berimbang
antara 1-3.

3
Perkembangan penduduk dan kegiatannya, kemajuan perekonomian masyarakat provinsi dan
pengaruh kemajuan akan teknologi dan informasi serta perubahan nasional dan global
mendorong terjadinya perubahan pemilihan lokasi permukiman dan kegiatan, perkembangan
kegiatan dan fungsi suatu lokasi dan wilayah pada akhirnya akan merubah pemanfaatan
ruang. Perubahan pemanfaatan ruang permukiman untuk kebutuhan rumah, bangunan
perdagangan dan jasa, dan perlengkapan permukiman lainnya terjadi sejalan dengan
penyebaran penduduk dari kondisi yang ada sehingga pemanfaatan ruang permukiman akan
semakin ekpansif dari lokasi yang sudah ada.

Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan
pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh
konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interelasi) produksi,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk
pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil
pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agrobisnis yang disepakati, yaitu subsistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana
dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil
Pertanian (IPHP), Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor
Pertanian (IJSP).

Agroteknologi merupakan lingkup pertanian yang berfokus mempelajari pemanfaatan


teknologi dalam bidang pertanian, hortikultura dan budidaya perairan yang dapat
meningkatkan hasil yang berkualitas dan efisien. Agroteknologi itu berasal dari 2 kata,
“Agro” dan “Tekno”. Agro berasal dari kata agronomi, yang artinya suatu ilmu yang
mempelajari fenomena yang berhubungan dengan pertanian. Sedangkan tekno, berasal dari
kata teknologi yang erat kaitannya dengan sains. Hal yang dipelajari yaitu tentang cara
mengelola komoditas yang berupa bibit, kemudian bisa berbentuk hasil, sampai akhirnya
menjadi produk.

Agribisnis secara sederhana diartikan sebagai proses penyaluran barang


dari produsen sampai ke konsumen. Selanjutnya menurut W. David Downey & Steven P.Eric
kson dalam buku Manajemen Agribisnis bahwa pemasaran adalah proses yangmengakibatkan
aliran produk melalui system dari produsen ke konsumen. Sedangkan G.Kartasapoetra, cs
dalam buku "Marketing Produk Pertanian dan Industri" pemasaran adalahsegala upaya yang
dilakukan agar barang-barang hasil produksi dari produsen dimungkinkanmengalir secara
lancar ke sector konsumen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang
kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi wilayah Sumatera Utara jika dianalisis melalui transek garis lurus

4
2. Sumatera Utara merupakan wilayah yang termasuk dalam asosiasi wilayah bagian
apa?
3. Apa saja aspek yang mempengaruhi teknologi budaya sampai panen (agroteknologi),
aspek paca panen sampai pengolahan hasil (agroindustri), dan aspek pemasaran hasil
(agribisnis)?
4. Bagaimana pengaruh tanah di sumatera utara terhadap pola budidaya pertanian dan
budaya sosial?

C. Tujuan

Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pembuatan makalah ini bertujuan :

1. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya tanah diwilayah sumatera utara dan


asosiasi wilayah tersebut.
2. Mempelajari aspek yang mempengaruhi agroteknologi, agroindustri dan
agribisnis.
3. Mengetahui pengaruh tanah yang ada di sumatera utara terhadap pola
pertaniannya dan budaya sosisal di daerah tersebut.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengelompokkan Tanah Sumatera Utara

Sumatra Utara termasuk wilayah vulkanik karena wilayah ini terletak di Cincin Api Pasifik,
yang merupakan salah satu daerah dengan aktivitas vulkanik tinggi di dunia. Menurut
Harahap et al ,(2000) Sebagian besar tanah vulkanik di Sumatra Utara disebabkan oleh
aktivitas gunung berapi yang terletak di sepanjang cincin api ini. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa Sumatra Utara memiliki tanah vulkanik:

1. Letusan Gunung Berapi: Selama berabad-abad, gunung berapi di Sumatra Utara, seperti
Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, dan Gunung Marapi, telah meletus, menyebarkan abu
vulkanik, lava, dan material vulkanik lainnya ke sekitarnya. Material ini kemudian
mengendap dan membentuk tanah vulkanik yang kaya akan mineral.

2. Keanekaragaman Geologi: Sumatra Utara memiliki berbagai jenis batuan vulkanik yang
membentuk tanah vulkanik yang beragam. Hal ini juga menciptakan peluang untuk pertanian
yang beragam, termasuk perkebunan dan tanaman pangan.

3. Ketinggian dan Pegunungan: Sebagian besar tanah vulkanik di Sumatra Utara terdapat di
wilayah pegunungan. Tanah di daerah pegunungan ini biasanya lebih subur karena terdapat
tingkat erosi yang lebih rendah dan lebih banyak endapan material vulkanik.

Kehadiran tanah vulkanik di Sumatra Utara telah memberikan manfaat bagi pertanian dan
perkebunan di wilayah ini. Namun, aktivitas gunung berapi juga dapat menimbulkan
ancaman dan perlu pemantauan yang ketat untuk menjaga keselamatan penduduk setempat.

Tanaman yang paling populer dibudidayakan di Sumatera Utara adalah Tembakau Deli.
Tanah yang paling berpengaruh terhadap hasil tanaman Tembakau Deli adalah jenis tanah
Andisols dan Inceptisols dari lahar dan abu Gunung Sibayak dan Sinabung. Dari hasil analisis
debu vulkanik gunung sinabung yang dilakukan oleh Tim Fakultas Pertanian USU (2014)
diketahui bahwa debu vulkanik gunung sinabung memiliki pH 4,30 – 4,98. Tingkat
kemasaman yang tinggi tersebut disebabkan oleh kandungan sulfur total 3,36%. Debu
vulkanik kaya akan hara kalium dan magnesium, sedangkan fosfat dan boron rendah. Kondisi
debu vulkanik yang mengandung logam berat seperti timbal, cadmium, besi dan tembaga
tergolong rendah sehingga tidak berbahaya bagi tanaman. (Josef et al, 2017).

6
B. Aspek Teknologi Budidaya Sampai Panen (Agroteknologi)

Agroteknologi merupakan lingkup pertanian yang berfokus mempelajari pemanfaatan


teknologi dalam bidang pertanian, hortikultura dan budidaya perairan yang dapat
meningkatkan hasil yang berkualitas dan efisien. Agroteknologi itu berasal dari 2 kata,
“Agro” dan “Tekno”. Agro berasal dari kata agronomi, yang artinya suatu ilmu yang
mempelajari fenomena yang berhubungan dengan pertanian. Sedangkan tekno, berasal dari
kata teknologi yang erat kaitannya dengan sains. Hal yang dipelajari yaitu tentang cara
mengelola komoditas yang berupa bibit, kemudian bisa berbentuk hasil, sampai akhirnya
menjadi produk.

Aspek teknologi dalam budidaya sampai panen, atau yang dikenal sebagai agroteknologi,
melibatkan penggunaan teknologi modern dan inovasi dalam proses produksi pertanian untuk
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hasil panen.. Berikut adalah beberapa
aspek utama dari agroteknologi:

1. Pemilihan Benih Unggul: Aspek ini melibatkan pemilihan varietas tanaman yang unggul,
tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki hasil yang baik.. Teknologi termasuk
dalam pengembangan benih hibrida dan rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman yang
lebih tangguh..

2. Pemupukan dan pengendalian hama: Meliputi penerapan teknologi tepat guna untuk
memberikan pupuk sesuai kebutuhan tanaman, serta penggunaan pestisida yang tepat untuk
mengendalikan hama tanaman yang ditanam tanpa merusak lingkungan..

3. Irigasi dan penyiraman: Menggunakan teknologi irigasi modern untuk memasok air secara
efektif ke tanaman, termasuk sistem irigasi tetes, irigasi sprinkler, dan penggunaan sensor
kelembaban tanah untuk mengoptimalkan penggunaan air..

4. Pemanen dan pengolahan produk: Mencakup teknologi pemanenan yang efektif dan tidak
berbahaya, serta penggunaan teknologi pengolahan pertanian seperti pengeringan,
penggilingan dan pengawetan dengan pengelolaan yang tepat untuk menjaga mutu hasil..

5. Penggunaan Teknologi IoT dan Sensor: Penerapan sensor dan Internet of Things (IoT) di
bidang pertanian memungkinkan petani memantau kondisi tanaman secara real time,
termasuk kelembaban tanah, suhu, kandungan nutrisi, dan kondisi lingkungan,
memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat..

6. Gunakan Perangkat Lunak Manajemen Pertanian:

Gunakan perangkat lunak manajemen pertanian canggih yang memungkinkan petani


merencanakan, memantau, dan mengelola proses pertanian secara efektif, termasuk
perencanaan tanaman, manajemen inventaris, dan analisis data pertanian..

Melalui penerapan teknologi pada pertanian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas


pertanian dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan menjamin ketahanan pangan
masyarakat.

7
C. Aspek Pasca Panen Sampai Pengolahan Hasil (Agroindustri)

Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan
pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh
konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interelasi) produksi,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk
pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil
pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agrobisnis yang disepakati, yaitu subsistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana
dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil
Pertanian (IPHP), Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor
Pertanian (IJSP) (Badar et al, 2012).

Aspek Pengembangan Agroindustri

Ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu proyek agroindustri.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain tahapan pengujian. Tahapan pengujian digolongkan
dalam beberapa aspek antara lain:

1. Aspek pasar

Aspek pasar dan pemasaran melingkupi peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan
pangsa pasar, dan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam mengambil kebijakan yang
diperlukan.

2. Aspek teknis

Aspek teknis juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian terhadap aspek ini penting untuk
dilakukan sebelum usaha ini dijalankan. Aspek teknis mencakup lokasi proyek yang
diusahakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, dan
jumlah investasi yang diperlukan serta membuat rencana produksi selama umur ekonomis
proyek.

Secara keselurahan aspek teknis ini akan dinilai bekerja secara efisien atau tidak, karena pada
akhirnya efisiensilah yang akan menentukan salah satu faktor besar kecilnya laba yang akan
diperoleh agroindustri.

3. Aspek manajemen dan organisasi

Manajemen yang baik merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemudian tujuan
perusahaan dapat terlaksana dan tercapai jika ada tempat atau wadah untuk melakukan
kegiatan tersebut.

Tempat atau wadah ini kita kenal dengan nama organisasiyang tergambar dalam struktur
organisasi perusahaan. Aspek oraganisasi dan manajemen mancakup bentuk organisasi dan
jumlah tenaga kerja, serta keahlian yang diperlukan.

8
4. Aspek finansial

Aspek finansial mencakup perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal
kerja, sumber pembiayaan, prakiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara jangka
panjang (NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, payback period), dan analisis sensitifitas, dan
secara jangka pendek BEP dan Laporan Rugi Laba.

5. Aspek Dampak Lingkungan Hidup

Aspek lingkungan merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu kegiatan usaha karena
setiap usaha yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan di
sekitarnya.

Hidup, yakni berkaitan dengan komponen lingkungan hidup yang harus di pertahankan dan di
jaga serta di lestarikan fungsinya seperti hutan lindung, sumber daya manusia,
keankeragaman hayati, dan kenyaman lingkungan.

D. Aspek Pemasaran Hasil (Agribisnis)

Agribisnis secara sederhana diartikan sebagai proses penyaluran barang


dari produsen sampai ke konsumen. Selanjutnya menurut W. David Downey & Steven P.Eric
kson dalam buku Manajemen Agribisnis bahwa pemasaran adalah proses yangmengakibatkan
aliran produk melalui system dari produsen ke konsumen. Sedangkan G.Kartasapoetra, cs
dalam buku "Marketing Produk Pertanian dan Industri" pemasaran adalahsegala upaya yang
dilakukan agar barang-barang hasil produksi dari produsen dimungkinkanmengalir secara
lancar ke sector konsumen.

ASPEK PEMASARAN AGRIBISNIS PERTANIAN

Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar. Di dalam pemasaran tercakup semua
kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur
pemasaran/tata niaganya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas mengenai pasar, jalur
pemasaran/ tata niaga, dan kegiatan pemasaran.

a. Pasar

Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan
mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha agribisnis pertanian, pasar merupakan tempat
melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar (saluran distribusi) dalam
agribisnis pertanian, antara lain pasar langsung atau saluran distribusi langsung, saluran
distribusi tidak langsung, dan eksportir. Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi
yang langsung mengarah pada konsumen, seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah
tangga. Saluran distribusi langsung ini biasanya dilakukan oleh pengusaha agribisnis
pertanian dalam skala kecil atau pengusaha agribisnis pertanian yang sudah besar tetapi
secara khusus mengadakan kerjasama dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas
hasil peroduksi yang sudah disepakati.

9
b. Jalur Pemasaran Atau Tataniaga Produk Agribisnis Pertanian

Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk usaha agribisnis pertanian ini hampir selalu
melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk agribisnis pertanian tersebut, dengan atau
tanpa melalui perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur
pemasaran atau jalur tata niaga. Pada umumnya jalur tata niaga ada dua macam yaitu jalur
langsung sederhana dan jalur dengan perantara.

1. Jalur tata niaga agribisnis pertanian secara langsung

Di sini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang dibayar konsumen
sama besamya dengan yang diterima produsen. Dengan demikian, dari segi harga, produsen
akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain pihak konsumen juga merasa untung karena
mendapat produk yang lebih segar. Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai
beberapa kelemahan seperti lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu
luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk
menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak dapat meluaskan
jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas dari
profesinya sebagai petani atau produsen.

2. Jalur tata niaga agribisnis pertanian dengan perantara

Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak dapat langsung
berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan pedagang perantara yaitu pedagang
yang memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan mendapat
keuntungan. Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha agribisnis
pertanian adalah pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang
eceran merupakan perantara yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen
akhir. Sementar pedagang besar adalah pedagang

yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau pedagang pengumpul dan
menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Sedangkan pedagang pengumpul
merupakan pedagang yang mengumpulkan sejumlah kecil produk dan beberapa produsen dan
menjualnya dalam jumlah besar pada langganannya. Pendek kata, semua pedagang yang
berfungsi sebagai penyalur dan produsen ke konsumen adalah pedagang perantara.
Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang.
Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding dengan harga
yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya upaya
memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga tata
niaga serta perbaikan sarana transportasi. Secara garis besar produk agrobisnis pertanian
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu produk agribisnis tanaman pangan
dan produk agribisnis hortikultura. Produk tanaman pangan diantaranya adalah padi, jagung,
sagu, singkong, dan ketela rambat. Sementara produk hortikultur mencakup semua produk
sayur dan buah-buahan.

10
c. Kegiatan Pemasaran Produk Agribisnis Pertanian

Dalam usaha agribisnis pertanian kegiatan pemasaran berperan sebagai pembuka jalan bagi
produk untuk sampai ke pasar. Bila kegiatan ini sampai terhambat, produk akan tersendat-
sendat memasuki pasar. Padahal, produk dari usaha agribisnis pertanian mempunyai sifat
yang mudah sekali rusak atau tidak tahan lama. Berkaitan dengan kegiatan pemasaran, yang
perlu dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian adalah memahami tentang studi
pemasaran, memperkirakan jumlah produksi, mempersiapkan produk, menentukan harga
jual, menentukan distribusi, dan menentukan kebijakkan promosi.

1. Studi Pemasaran Agribisnis Pertanian

Studi pemasaran ini mencakup aspek yang cukup luas, antara lain studi pasar, studi mengenai
produk yang dihasilkan, distribusi, konsumen, dan promosi (jika perlu). Studi pemasaran
dimaksudkan untuk mencari data-data mengenai permintaan terhadap jenis komoditas
agribisnis pertanian pada waktu lalu, sekarang, dan yang akan datang.

2. Memperkirakan Jumlah Produksi Agribisnis Pertanian

Perkiraan jumlah produksi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pemasaran
telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada umumnya permintaan terhadap produk usaha
agribisnis pertanian selalu mengalami pasang surut. Jika tidak diatasi dengan usaha
memperkirakan jumlah penjualan maka akan terjadi kelebihan produk yang tidak bisa
dilempar ke pasar. Atau, kalaupun bisa memasuki pasar maka harganya akan turun jauh di
bawah harga yang di inginkan.

3. Mempersiapkan Produk Agribisnis Pertanian

Pengusaha agribisnis harus benar-benar tahu produk seperti apa kualitas produk yang
diinginkan oleh konsumen. Untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi keinginan
konsumen, antara lain dapat ditempuh dengan cara: menetapkan standar kualitas produk
agribisnis pertanian, tidak mengandalkan satu jenis produk atau komoditas agribisnis
pertanian, usahakan menggunakan kemasan spesial sehingga menarik konsumen, buat inovasi
untuk mencoba membuat produk olahan sehingga produk agribisnis pertanian bisa memiliki
nilai tambah.

4. Menentukan Kebijakan Harga Jual Produk Agribisnis

Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang
ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen di samping
harus dapat memenuhi pencapaian tujuan perusahaan. Memang pada kenyataannya harga jual
komoditi agribisnis pertanian sangat tidak menentu. Hal ini tentu saja akibat dari tidak adanya
estimasi produksi yang dilakukan oleh praktisi agribisnis pertanian karena memang daya
dukung sumber data untuk melakukan itu sangat tidak mewakili. Akan tetapi, sebagai pelaku
agribisnis yang maju, tentu saja segala upaya akan dilakukan untuk membuat analisa pasar

11
terhadap kebutuhan konsumen akan jenis produk agribisnis. Selain itu perkiraan jumlah
produksi secara nasional terhadap jenis komoditi agribisnis pertanian juga perlu dilakukan.
Dengan melakukan estimasi produksi dan analisa kebutuhan konsumen tersebut, maka paling
tidak pelaku usaha agribisnis pertanian sudah berupaya untuk mengantisipasi resiko harga
jatuh pada saat panen. Sekalipun tingkat akurasi analisa pasar tersebut masih sangat rendah.
Dengan jam terbang yang tinggi, maka tingkat akurasi akan semakin baik.

5. Menentukan Distribusi Produk Agribisnis

Dalam menentukan saluran distribusi produk atau komoditas, pengusaha agribisnis pertanian
dapat memilih untuk melakukannya sendiri atau melalui perantara. Ada beberapa alasan
pengusaha memilih perantara dalam mendistribusikan produknya antara lain pertimbangan
dana dan personalia penjualan, efisiensi kerja, keadaan prasarana daerah pemasaran setempat,
dan pengetahuan dan pengalaman menangani daerah pemasaran setempat.

6. Menentukan Kebijakan Promosi Produk Agribisnis

Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan, meyakinkan, dan mengingatkan kembali


manfaat dan kualitas produk kepada konsumen. Promosi biasanya dilakukan terhadap jenis
komoditi agribisnis baru atau peluncuran varietas baru. Kegiatan promosi harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu: jumlah dana yang tersedia untuk promosi, masa tahapan
siklus produksi, konsumen yang ingin dituju, dan sifat atau ciri khusus produk yang
dihasilkan, Kebanyakan pengusaha agribisnis pertanian belum begitu memperhatikan
masalah promosi, karena rata-rata usahanya belum begitu intensif. Akan tetapi jika kapasitas
usahanya sudah semakin besar dan melakukan ekspansi usaha pada kegiatan pengolahan hasil
agribisnis pertanian maka mau tidak mau kegiatan promosi ini harus dilakukan.

E. Pola Budidaya Pertanian di Sumatera Utara

Pola budidaya pertanian di Sumatra Utara meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Pemilihan Tanaman Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensi
perkebunan di Indonesia. Komoditasyang menjadi andalan adalah karet, kopi, kelapa sawit
dan coklat.

Sektor pertanian di Sumatera Utara, memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk


Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 22,01 persen pada tahun 2015 dibanding dengan
sektor yang lain. Sektor ini menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja di Sumatera
Utara sebanyak 41,30 persen. Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai peranan
penting dalam pembangunan pertanian adalah sub sektor perkebunan. Besarnya kontribusi
PDRB sub sektor perkebunan rakyat didukung oleh potensi lahan yang ada di Provinsi
Sumatera Utara. Potensi lahan perkebunan di Provinsi Sumatera Utara seluas 1,08 juta hektar
(BPS, 2016b). Komoditas perkebunan yang diusahakan oleh petani didominasi perkebunan
karet, kelapa sawit, kopi, dan kelapa. Karena iklim Sumatra Utara cocok untuk di buat

12
perkebunan kelapa sawit ditinjau dari klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson (1951)
dalam Lakitan(2002), Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi memiliki iklim basah dan
sangat basah dengan curah hujan tinggi yang sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit. Luas
komoditi karet di Sumatra Utara setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan
prospek dan harga komoditi karet baik lokal maupun nasional bahkan intemasional terus
mengalami peningkatan. Hal ini menjadikan masyarakat petani provinsi Sumatera Utara
cukup antusias dengan budidaya komoditi karet.

2. Metode Penanaman
Pembibitan kelapa sawit di Sumatra Utara dilakukan dengan 2 tahap yaitu pre nursery
(pembibitan awal) dan main nursery (pembibitan utama). Tahap pre nursery diawali dengan
persiapan media tanam, penanganan kecambah, pelaksanaan persemaian, program
pemupukan, penyiraman dan pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan
seleksi bibit. Sedangkan tahap main nursery diawali dengan persiapan areal, persiapan media
tanam, teknis pengisian dan pengaturan polybag, program pemupukan, penyiraman dan
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi bibit. Tahapan ini harus
dilakukan secara tepat dan benar agar tanaman kelapa sawit siap ditanam di lapangan dan
menghasilkan mutu serta produksi yang diinginkan oleh perusahaan.

3. Irigasi
Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan usaha untuk
mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi :
perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari
sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan
membuangnya melalui saluran drainasi. Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk
membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga
dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang
ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang
meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut
bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah,
meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan
lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya (Ardi, 2013).

Berikut ini fungsi irigasi :


1.Memasok kebutuhan air pada tanaman.
2.Menjamin ketersediaan air di musim kemarau.3.Menurunkan suhu tanah.
4.Mengurangi kerusakan tanah
(Sudjarwadi, 1990).
4. Pemupukan dan Penggunaan Pestisida
Pemupukan yang tepat merupakan salah satu faktor produksi penentu produktivitas tanaman
kelapa sawit, namun pemupukan juga memerlukan biaya tinggi bahkan hingga mencapai
sekitar 70% dari total biaya pemeliharaan tanaman (Comte et al. 2013; Pardon et al. 2016;
Silalertruksa et al. 2012). Hasil

13
penelitian Prabowo (2011) menunjukkan bahwa pemupukan yang baik pada tanaman kelapa
sawit di Sumatera Utara dapat menghasilkan produktivitas 28 –
37tonTBS/ha/thn atau mengalamikenaikansebesar19
– 75% dibanding kontrol. Dengan peranannya yang dominan dalam meningkatkan
produktivitas namun berbiaya tinggi, teknologi pemupukan yang efektif dan efisien telah
banyak mendapat perhatian dari peneliti maupun pekebun.Dalam beberapa tahun terakhir,
terdapat kecenderungan pekebun kelapa sawit mengganti pupuk tunggal dengan pupuk
majemuk. Alasan penggantian ini adalah kemudahan dalam penanganan dan pengawasan di
lapangan selain hara yang lengkap sehingga pupuk majemuk diharapkan dapat memberi
dampak yang lebih baik dibandingkan pupuk tunggal. Namun demikian, pupuk majemuk
lebih mahal dibanding pupuk tunggal, sehingga pupuk majemuk perlu diaplikasikan seefektif
mungkin untuk menekan kehilangan hara akibat pencucian dan penguapan yang mungkin
terjadi di lapangan. Salah satu teknik aplikasi tersebut adalah aplikasi pemupukan secara
benam (pocket) seperti yang dikemukakan oleh Herdiansah dan Lontoh (2019).

Prasertsak et al. (2002) melaporkan bahwa untuk jenis pupuk yang memiliki sifat
higroskopisitas dan kelarutan yang tinggi seperti urea, metode benam dinilai lebih efektif
misalnya pada tanaman tebu yang menunjukkan bahwa kehilangan urea pada metode benam
sebesar 45.6% sedangkan pada metode tebar sebesar 59,1%. Selanjutnya Zhang et al. (2011)
memperkirakan sekitar 13% nitrogen dari pupuk urea yang diaplikasikan akan hilang melalui
penguapan dalam bentuk ammonia. Sementara kehilangan hara melalui aliran permukaan dari
pupuk yang diaplikasikan menurut Bah et al. (2013) juga cukup tinggi yaitu sebesar 6,97%
untuk hara N; 3,74% hara P; 13,37% hara K; dan 14,76% untuk hara Mg. Pada areal berbukit
yang tidak dilengkapi dengan tapak kuda, sangat disarankan melakukan pemupukan dengan
cara benam (Winarna et al. 2003). Keuntungan metode benam selanjutnya adalah dalam hal
ketepatan pekerja dalam melakukan pemupukan yang lebih baik dibanding pemupukan yang
dilakukan

5. Pengelolaan Tanah

Pertanian dalam pengelolaan tanah di Sumatera Utara dapat dilakukan dengan beberapa
metode dan praktik budidaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah dan
produktivitas tanaman. Beberapa praktik yang dapat diterapkan antara lain:

•Penggunaan tanaman penutup tanah

Tanaman penutup tanah (cover crops)dapat digunakan untuk melindungi tanah dari erosi,
meningkatkan kandungan bahan organik, dan memperbaiki struktur tanah. Penggunaan
tanaman penutup tanah ini dilakukan secara terintegrasi dengan sistem budidaya tanaman,
yaitu dengan menanam tanaman penutup tanah beberapa minggu sebelum penanaman
tanaman pokok, dan mengakhirkannya dengan cara memotong keseluruhan biomasa tanaman
penutup tanah tersebut sebelum ditambahkan ke dalam tanah.

14
•Pemberian bahan organik:

Pemberian bahan organik seperti kompos atau pupuk organik dapat meningkatkan kandungan
bahan organik dalam tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pemberian bahan organik ini
dapat dilakukan dengan cara menebarkan langsung sesaat sebelum benih tanaman pokok
ditugal.

•Penggunaan pupuk organik komersial

Selain pemberian bahan organik alami, penggunaan pupuk organik komersial juga dapat
meningkatkan kualitas tanah dan produktivitas tanaman. Pupuk organik komersial ini dapat
diberikan dengan cara menebarkan langsung sesaat sebelum benih tanaman pokok ditugal.

•Pengelolaan hara secara terpadu

Pengelolaan hara secara terpadu dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hara tanaman,
ketersediaan hara dalam tanah, dan pemberian pupuk yang tepat. Pengelolaan hara secara
terpadu ini dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan pemberian pupuk organik untuk memperbaiki kualitas tanah.

•Pengendalian erosi

Erosi tanah dapat mengakibatkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan merusak struktur
tanah. Untuk mengendalikan erosi, dapat dilakukan penanaman tanaman penutup tanah,
pembuatan terasering, dan penggunaan mulsa

•Penggunaan varietas unggul

Penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan


terhadap hama dan penyakit. Pemilihan varietas unggul ini harus disesuaikan dengan kondisi
tanah dan iklim di daerah tersebut.

6. Panen dan Pasca Panen

Istilah pasca panen dalam bidang pertanian


diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian
setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan
lebih tepat disebut pasca produksi (post-production) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (post-harvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca
panen (post-harvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing)
merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai
komoditas dapat dikonsumsi segar atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya
perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya
termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing)
merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan
tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki
atau untuk penggunaan lain termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan

15
sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Penanganan
pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian, ubi-ubian dan kacangan
yang umumnya dapat tahan agak lama disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang
telah dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Hal ini pun berlaku
untuk tanaman jagung pipil yang perlu mendapatkan penanganan pasca panen guna
mempertahankan kualitas dan mempunyai daya simpan yang lama. Penanganan pasca panen
tanaman jagung tersebut tidak terlepas dari perilaku petani. Adapun kecamatan yang
memiliki luas lahan panen paling potensial berada di Kecamatan Sei Bingai 6.237,1 Ha,
Kecamatan Selesai 1.145 Ha, Kecamatan Serapit 2.678 Ha, dan Kecamatan Stabat 193 [2].
Kecamatan di Kabupaten Langkat yang memiliki luas lahan panen potensial menghadapi
kendala dalam penanganan pasca panen jagung pipil. Kurangnya perilaku petani dalam
melakukan penanganan pasca panen jagung yang menimbulkan kerugian. Jagung pipil yang
telah dipanen tidak mendapatkan penanganan yang tepat sehingga menyebabkan harga jual
jagung pipil menjadi rendah dan dampak lainnya adalah penurunan kualitas jagung pipil.
Perilaku petani selama ini dalam menangani jagung pipil yaitu membiarkan jagung yang
sudah dipanen ditumpuk pada bedengan-bedengan lahan. Jagung tidak langsung dijemur
sehingga menyebabkan jagung menjadi berjamur sampai menjadi busuk. Perilaku petani ini
yang menyebabkan kehilangan harga jual dan kualitas jagung pipil. Melalui permasalahan ini
maka perlu dilakukan penelitian mengenai perilaku petani dalam penanganan pasca panen
jagung di Kabupaten Langkat.

F. Budaya Sosial di Sumatera Utara

Orang Sumatra sering kali dikenal dengan karakter yang kuat, penuh semangat, dan memiliki
kebanggaan akan warisan budaya mereka. Tanah di wilayah Sumatra, yang subur dan kaya
akan keanekaragaman alam, telah mempengaruhi budaya dan kehidupan sehari-hari
masyarakat, baik dalam cara bertani, berdagang, maupun dalam kehidupan spiritual mereka.
Orang Sumatra juga sering dianggap memiliki sifat keberanian dan ketangguhan, yang
mungkin tercermin dari kisah-kisah kepahlawanan dan perjuangan dalam sejarah mereka.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penjabaran tentang wilayah yang ada di Sumatera Utara
beserta pola budidaya pertanian dan budaya sosialnya adalah sebagai berikut.

1. Pengelompokan Tanah Sumatera Utara: Tanah di Sumatera Utara dapat dikelompokkan


menjadi beberapa tipe, termasuk tanah podsolik merah kuning, tanah latosol merah kuning,
tanah aluvial, dan tanah gambut. Klasifikasi ini penting untuk menentukan jenis tanaman
yang paling cocok untuk ditanam di daerah tersebut.

2. Aspek Teknologi Budidaya Sampai Panen: Penerapan teknologi modern dalam agrikultur
Sumatera Utara, termasuk penggunaan sistem irigasi yang efisien, penggunaan benih unggul,
dan pemupukan yang tepat, telah membantu dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas
hasil pertanian.

3. Aspek Pascapanen sampai Pengolahan Hasil: Sumatera Utara telah mengadopsi teknologi
pascapanen modern, termasuk mesin pengeringan dan penggilingan, untuk menjaga kualitas
dan daya simpan hasil panen, yang berkontribusi pada peningkatan nilai tambah produk
pertanian.

4. Aspek Pemasaran Hasil: Sistem pemasaran hasil pertanian di Sumatera Utara telah
berkembang dengan adopsi teknologi informasi dan komunikasi, memfasilitasi akses petani
ke pasar yang lebih luas, meningkatkan nilai tambah produk, dan meningkatkan
kesejahteraan petani.

5. Pola Budidaya Pertanian di Sumatera Utara: Pola budidaya pertanian di Sumatera Utara
didominasi oleh pertanian padi, perkebunan, hortikultura, dan perikanan, dengan penekanan
pada produksi kopi, kelapa sawit, cengkih, dan buah-buahan tropis. Diversifikasi budidaya
pertanian telah menjadi fokus untuk meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan di
daerah tersebut.

6. Budaya Sosial di Sumatera Utara: Masyarakat Sumatera Utara memiliki warisan budaya
yang kaya, termasuk seni, musik, tarian tradisional, dan kegiatan adat yang masih dijaga
dengan baik. Adat dan kebiasaan lokal menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari
masyarakat, memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya mereka.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badar, A. M. (2013). Agroindustri di Indonesia. Kudus: Makalah.

Comte I, C. F. (2013). Landscape-scale assessment of soil response to long-term organic and mineral
fertilizer application in an industrial oil palm plantation, Indonesia. Agriculture Ecos yst, 58-
68.

Harahap, I. Y. (2000). Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Tinjauan dari Aspek Tanah dan Iklim.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1-18.

Josef, T. M. (2017). Respon pertumbuhan Tanaman Tembakau Terhadap Perlakuan Perbandingan


Media Tanam Top Soil, Abu vulkanik dan Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal
Agroekoteknologi, 936.

Sutarta, T. S. (2012). Life cycle coasting and externalities of palm oil biodiesel in Thailand. Jl Clean,
225-232.

18

Anda mungkin juga menyukai