Dosen Pengampu :
Dr. Sri Puji Ganefati, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
Anita Br Saragih P07133322009
Dwi Rizki Kardina P07133322010
Bella Elsaday P07133322016
Aliya Nugrafitra Murti P07133322023
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
1. Perizinan
Kegiatan yang ditakukan pada tahap persiapan adalah kegiatan pengurusan perijinan
yang terkait dengan rencana Pembangunan TPA Lekong.
2. Sosialisasi
3. Koordinasi
Koordinasi dilakukan sebagai upaya persiapan agar kegiatan ini dapat berjalan
dengan baik, koordinasi dilakukan antara lain kepada
P2JN Kabupaten Sumbawa, terkait dengan manajemen latu lintas pada tahap
konstruksi maupun operasi pembangunan TPA Lekong.
Satuan Polisi Pamong Praja, terkait dengan keamanan dan ketertiban masyarakat
di sekitar lokasi pembangunan TPA Lekong.
Aparat Pemerintah Kabupaten Sumbawa, dari tingkat kabupaten, kecamatan,
desa, kampung, tokoh masyarakat, dan dusun, ketua RT, Ketua RW setempat
yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan TPA Lekong.
Bappeda Kabupaten Sumbawa, Bidang infrastruktur dan kewilayahan.
Dinas PUPR Kabupaten Sumbawa.
Dinas PRKP Kabupaten Sumbawa.
Badan Lingkungan Hidup Sumbawa, terkait dengan minimalisasi dampak dari
kegiatan pembangunan TPA Lekong.
Lokasi TPA Lekong sendiri melayani lima kecamatan yaitu Kecamatan Rhee, Kecamatan
Utan, Kecamatan Buer , Kecamatan Alas, dan Kecamatan Alas Barat dengan jumlah total desa
yang terlayani di TPA Lekong yaitu 37 Desa dengan jumlah totalan penduduk yaitu 122.258
jiwa.
Luas lahan TPA Lekong seluruhnya adalah 15 Ha yang terdiri dari tiga wilayah. Luas
efektif TPA yaitu luas yang digunakan untuk menimbun sampah adalah 80% dari seluruh luas
lahan, 20% digunkaan untuk prasarana TPA seperti pintu masuk, jalan, kantor dan instalasi
pengolahan lindi.
Untuk batas wilayah studi ditentukan berdasarkan batas proyek/tapak kegiatan rencana
pembangunan TPA, batas administrative, batas sosial dan batas ekologi.
Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana atau usaha atau kegiatan akan melakukan
aktivitas prakonstruksi, konstruksi dan operasi, dari ruang inilah bersumber dampak
terhadap lingkungan. Batas proyek ditentukan berdasarkan batas tapak proyek rencana tata
letak kegiatan pembangunan TPA yang mana saat ini sebagian besar masih ditanami
penduduk serta sebagian lagi merupakan lahan milik pemerintah.
Batas administrative
Batas administrative pembangunan TPA ditetapkan berdasarkan status administrasi wilayah
dimana kegiatan proyek dilaksanakan yaitu di Desa Lekong kecamatan Alas Barat
Kabupaten Sumbawa.
Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar rencana kegiatan/usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha/kegiatan.
Untuk pembanguanan TPA Lekong ini penduduk terkena dampak bertempat tinggal di
sepanjang jalan akses ke TPA yang berjarak sekitar 1 km dari lokasi TPA.
Batas ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha/kegiatan
menurut media transportasi limbah, dimana proses alami berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologi TPA Lekong ,
meliputi:
a. Perubahan bentang lahan alam yang meliputi daerah tapak pembangunan TPA
b. Batas ekologi yang terkait dengan udara yaitu komponen kebauan yang dapat
dirasakan pengaruhnya pada jarak radius 2 km.
c. Batas ekologi dari komponen biotis adalah persebaran vector lalat yang kepadatannya
tinggi dalam radius 0,5 km.
1. Iklim
Peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) akibat penggunaan bahan bakar fosil
diseluruh dunia telah mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global, tidak terkuaci di
Kabupaten Sumbawa. Dampak nyata dari perubahan Iklim tersebut adalah Peritiwa El
Nino dan La Nina. Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia
(Pasifik Ekuator Bagian Barat) umumnya hangat dan karenanya proses penguapan mudah
terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk. Namun ketika fenomena El Nino terjadi,
saat suhu permukaan laut di Pasifik Ekuator bagian tengah dan timur menghangat, justru
perairan sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu.akibatnya terjadi
perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan
awan-awan hujan di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tidak terjadi perubahan kecepatan
angina yang cukup signifikan pada tahun 2021, baik kecepatan angin rata-rata maupun
kecepatan angina terbesar. Rata-rata tahunan kecepatan angin rata-rata dan kkecepatan
angin terbesar pada tahun 2021 masing-masing sebesar 2,60 m/sec dan 8,27 m/sec.
kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan april yaitu sebesar 10,80 m/sec rata-rata
kelembaban udara tahun 2021 mencapai 78,92%. Kelembaban udara tertinggi pada bulan
Desember yaitu mencapai 86% dan terendah pada Bulan Agustus sebesar 69%.
2. Kualitas Udara Dan Kebisingan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengendalian lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi Nusa Tenggara Barat, konsentrasi partikulat debu (PM10) telah
melebihi ambang batas di beberapa titik pemantauan udara Kabupaten Sumbawa.
Konsentrasi partikulat tertinggi adalah di sekitar jalan lintas Sumbawa-Alas yaitu
mencapai 240 sementara batas yang ditentukan adalah 150. Sehubungan dengan kualitas
udara ambien, maka dilakukan beberapa pengukuran untuk memantau kualitas udara
ambien di beberapa lokasi di Kabupaten Sumbawa. Berikut data lokasi dan hasil
pemantauan kualitas udara ambien:
Keterangan Lokasi:
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4. Hasil Pemantauan Udara Ambien untuk SO2 (a), Partikulat (b), H2S (c), dan
Kebisingan (d) di beberapa lokasi di Kabupaten Sumbawa
4. Kualitas Air
Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Perumdam Batulante merupakan
penyelenggara penyedia air utama ke Kabupaten Sumbawa termasuk kecamatan Alas Barat.
Tingkat pelayanan air untuk Kabupaten Sumbawa dari PDAM Perumdam Batulante
mencakup 49,63% dari seluruh pelayanan. Kapasitas air minum kota depok yang dilayani
oleh PDAM Perumdam Batulante adalah 333 liter/detik dari total produksi air minum
PDAM Perumdam Batulante di wilayah Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan data SLHD
Kabupaten Sumbawa tahun 2022 masih terdapat 15,46% penduduk yang memanfaatkan air
sumur dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya dan terdapat 0,70% yang menggunakan
sumur tidak terlindungi.
5. Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sumbawa berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa dimana jenis tanah di Kabupaten Sumbawa dan
di wilayah-wilayah lainnya terdiri dari:
a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari endapan
lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat
kesuburan sedang – tinggi.
b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya,
terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis, tingkat kesuburannya rendah – cukup,
mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, tekstur halus.
c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya
dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak,
sifat fisik tanah sedang – kurang baik.
6. Penggunaan Lahan
Pengguna lahan di Kabupaten Sumbawa mengikuti penyebaran dan peningkatan
jumlah penduduk, penggunaan lahan perlu dikendalikan dan disesuaikan dengan rencana
tata ruang wilayah untuk menghindari terjadinya perubahan fungsi lahan yang ekstrem dan
tanpa mengikuti kaidah yang berlaku, karena akan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Adapun luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2021,
seperti table berikut.
Tabel 4. Luas Lahan Menurut Penggunaannya Tahun 2021 (Ha)
(Sumber: Profil Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2022)
Luasan penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2019 mengalami perubahan
dengan adanya Keputusan Menteri Agraria dan Tata Kelola/kepa Badan Pertanahan
Nasional Nomor : 686/SK-PG.03.03/XII/2019 Tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah
Nasional Tahun 2019, sehingga luasan lahan sawah mengalami penyesuaian dengan tahun
sebelumnya.
Adapun kategori penggunaan, meliputi :
1) Lahan sawah, terdiri dari :
Lahan irigasi teknis, lahan tadah hujan, rawa pasang surut dan rawa lebak;
2) Lahan bukan sawah, terdiri dari ;
Tegalan/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, padang
pengembalaan/padang rumput, Hutan Negara, sementara tidak diusahakan, dan lainnya
(tambak, kolam emapng, hutan Negara dan lain-lain);
3) Lahan bukan pertanian, terdiri dari :
Jalan pemukiman, perkantoran, sungai, dan lain0lain, sebagaimana penggunaan lahan
dari tahun 2017-2021 tergambar sebagai berikut.
2. Tenaga Kerja
Pada tahun 2021 jumlah penduduk usia kerja Kabupaten Sumbawa meningkat
menjadi 352.434 orang terdiri dari Angkatan Kerja sebanyak 235.622 orang (bekerja:
230.510 orang, pengangguran: 7.990 orang) dan Bukan Angkatan Kerja sebanyak
116.8112 orang. Dengan kata lain, angkatan kerja terdiri dari penduduk usia produktif
yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan penduduk yang
berstatus pengangguran. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan
kerja yaitu penduduk usia produktif yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lain selain rumah tangga.
Tabel 2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan
3. Ekonomi
Pendapatan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2021 terdiri dari Transfer Dana
Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pendapatan Dana Perimbangan-LRA
tahun 2021 dianggarkan senilai Rp1.130.006.218.798,93 dan terealisasi senilai
Rp1.124.318.926.116,00 atau 99,50%. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 senilai
Rp1.113.575.545.472,00 maka realisasi Pendapatan Dana Perimbangan-LRA tahun 2021
mengalami peningkatan senilai Rp10.743.380.644,00 atau 0,96%.
Table 3. Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2017-2021
Sumber : Profil Daerah Kab. Sumbawa Tahun 2022
Pada Tahun 2021, sebanyak 89,10% atau 106.204 unit rumah tangga yang sudah
terlayani kebutuhan air minum. Air minum kemasan/isi ulang merupakan air bersih tetapi
bukan air layak karena tidak sustainable. Kebutuhan air untuk minum juga
mandi/mencuci bisa berasal dari sumber yang berbeda. Pada Tahun 2021, rumah tangga
di Sumbawa sebagian besar menggunakan air sumur bor/pompa/sumur untuk keperluan
mandi/mencuci yaitu sebesar 73,00 persen. Disusul oleh air leding sebesar 18,27 persen.
Sumber : Profil Kabupaten Sumbawa tahun 2022
Tersedianya fasilitas untuk buang air besar merupakan salah satu indikator
lingkungan yang layak dan sehat. Tidak tersedianya fasilitas untuk buang air besar
menjadikan lingkungan tersebut rentan terhadap penyebaran penyakit seperti diare.
Idealnya setiap rumah tangga memiliki fasilitas BAB sendiri dengan tangki pembuangan
minimal berjarak 10 meter dari sumber air.
Hingga Tahun 2021, jumlah rumah yang telah memperoleh pelayanan pengelolaan
air limbah domestik adalah 94.193 rumah atau 86,80%. hampir semua rumah tangga telah
memiliki fasilitas BAB. Dari 86,80% rumah tangga yang telah memiliki akses terhadap
sanitasi layak, 85,13%-nya adalah milik sendiri. Sementara itu sisanya tidak mempunyai
fasilitas buang air besar atau menggunakan fasilitas BAB bersama/umum.
Fasilitas buang air besar juga harus didukung oleh tempat pembuangan akhir tinja
yang memenuhi kriteria. Tempat pembuangan akhir tinja yang dianjurkan adalah
tangki/SPAL. Tangki/SPAL ini juga harus memiliki jarak yang cukup dengan sumber air
yang digunakan karena tinja yang dibuang mengandung bakteri yang menyebabkan
banyak penyakit. Sebanyak 95,06% rumah tangga telah menggunakan tangki/SPAL di
Tahun 2021.
3. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di Kabupaten Sumbawa secara kelembagaan dilaksanakan
oleh Dinas Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 63 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi,
pengelolaan sampah dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
serta UPTD Persampahan yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas
Lingkungan Hidup. Secara umum tugas pokok dan fungsi dibagi menjadi 2 yaitu
kegiatan fisik meliputi penanganan (pelayanan persampahan) dan pengurangan sampah
yang lebih menitikberatkan kepada pembinaan dan peningkatan kapasitas seluruh
stakeholder pengelolaan persampahan.
Untuk kebutuhan pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sumbawa telah menyediakan armada pengangkut sampah berupa truk dump sebanyak 15
unit, truk arm rool sebanyak 6 unit, kendaraan roda tiga dan gerobak sebanyak 29 unit
dan alat berat seperti bulldozer dan excavator sebanyak 6 unit. Dari sisi prasarana
tersedia pula TPS mini sejumlah 16 unit, 25 unit kontainer dan 3 unit bank sampah aktif
yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat. 3 unit bank sampah tersebut
yaitu bank sampah karang taruna liang melik desa nijang kecamatan unter iwes, bank
sampah kelompok pemuda berbagi desa labuhan sumbawa kecamatan Labuhan Badas,
dan bank sampah peduli lingkungan desa motong kecamatan Utan. Bank sampah yang
aktif diberikan pelatihan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa agar
kegiatan pengolahan sampahnya tetap berjalan. Selain dari sarana dan prasarana yang
disediakan upaya penanganan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup juga ditambah
dengan dibentuknya Tim Sapu Bersih (Saber) Sampah yang bertugas membersihkan
semua sampah yang ada di pinggir jalan dengan petugas penyapu jalan berjumlah 46
orang.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa, total
sampah yang dihasilkan dari 24 kecamatan di Kabupaten Sumbawa mencapai 94.704,18
ton pada tahun 2021 dan hanya 41,04% dari total tersebut yaitu 38.838,18 ton sampah
yang dapat terlayani. Total sampah ini meningkat 1,80% dibanding tahun sebelumnya
begitu pula dengan sampah yang terlayani mengalami peningkatan sebesar 1,47%.
Sampah-sampah ini terdiri dari atas sampah rumah tangga (berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja, dan sampah spesifik), sampah sejenis
sampah rumah tangga (berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya), dan sampah spesifik
(sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung
limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing
bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau
sampah yang timbul secara tidak periodik).
Jumlah tersebut belum sebanding dengan sarana dan prasarana yang dimiliki
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa terutama dengan kondisi TPA Raberas
yang saat ini sudah mencapai kapasitas maksimumnya sehingga sangat diperlukan
alternatif TPA lain atau upaya lain dalam menanggulangi permasalahan sampah di
Kabupaten Sumbawa. Hingga tahun 2020 Kabupaten Sumbawa memiliki 2 TPA yang
aktif beroperasi yaitu TPA Raberas dan TPA Lekong. TPA Raberas yang terletak di
Kecamatan Sumbawa memiliki luas ±15 Ha dengan kapasitas ± 15.000 m³ menerima
kiriman sampah dari Kecamatan di bagian tengah dan timur seperti kecamatan
Sumbawa, Labuhan Badas, Unter Iwes, Moyo Utara, Lopok dan Plampang. Sedangkan
TPA Lekong yang terletak di Kec. Alas Barat memiliki luas ±15 Ha dengan kapasitas ±
12.500 m³ menerima sampah dari kecamatan timur seperti Kecamatan Alas Barat, Alas
dan Utan.
Permasalahan pengelolaan sampah masuk ke dalam Proyek Strategis Penunjang
Program Pembangunan NTB dan Nasional. Proyek-proyek tersebut antara lain
pembangunan TPA Lekong di Alas Barat, Pembangunan TPA Bagian Timur Sumbawa,
dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk pembangunan
TPA Bagian Timur Sumbawa. Upaya penanggulangan dan pengelolaan sampah di
kabupaten Sumbawa sejalan dengan program unggulan pemerintah provinsi NTB NTB
Zero waste yang bertujuan untuk mewujudkan NTB yang bebas sampah pada tahun
2023, sehingga membutuhkan kerjasama dan dukungan semua pihak terutama
masyarakat untuk tetap membuang sampah pada tempatnya dan bersama menjaga
lingkungan sekitar bebas dari sampah.
Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar,
komersial/jalan dan industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan
adalah 4.265 m3/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara
konvensional.
Table Data Cakupan Timbulan Sampah/Hari
M3 Kg Ton M3 Ton
Lunyuk 50.50 8,534 8.53 - -
1
Orong Telu 11.44 1,933 1.93 - -
2
Alas 69.81 11,798 11.80 9 1,52
3
Alas Barat 47.41 8,012 8.01 6 1,01
4
Buer 33.73 5,700 5.70 - -
5
Utan 72.11 12,187 12.19 6 1,01
6
Rhee 17.49 2,956 2.96 - -
7
Batulanteh 24.70 4,174 4.17 - -
8
Sumbawa 148.55 25,105 25.11 148 25,01
9
Labuhan 83.59 14,127 14.13 38 6,42
10 Badas
Unter Iwes 47.55 8,036 8.04 42 7,10
11
Moyo Hilir 57.93 9,790 9.79 - -
12
Moyo Utara 23.33 3,942 3.94 8 1,35
13
Moyo Hulu 49.70 8,399 8.40 - -
14
Ropang 12.21 2,063 2.06 - -
15
Lenangguar 15.28 2,582 2.58 - -
16
Lantung 6.83 1,154 1.15 - -
17
Lape 41.96 7,092 7.09 - -
18
Lopok 45.47 7,684 7.68 10 1,69
19
Plampang 78.54 13,273 13.27 10 1,69
20
Labangka 26.02 4,397 4.40 - -
21
Maronge 24.87 4,203 4.20 - -
22
Empang 54.08 9,139 9.14 - -
23
Tarano 40.15 6,786 6.79 - -
24
1,083.24 183,036 183 277 46,81
Jumlah
Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek,
serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran
dampak. Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon
penerima dampak dapat terukur atau teramati, sehingga nantinya besaran dampak di
wilayah studi dapat diperkirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur, dan dicatat
beserta metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut :
3.1.1. Komponen Geo-Fisika-Kimia
Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
a. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan
intensitas penyinaran matahar), kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan
getaran
b. Fisiografi dan geologi
c. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air
d. Ruang, lahan dan tanah
Gambar 3.2 Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut Schmidt dan Fergusson
(1951)
3.1.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Metode Pengumpulan Data
Penetuan titik atau lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan
kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data
kualitas udara, kebisingan, dan kebauan merupakan data primer yang
akan dikumpulkan langsung di lapangan.
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :
Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat
Sound Level Meter di lokasi yang sama dengan lokasi
pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu tingkat
kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
b. Metode Analisis Data
Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Tabel 3.2 menyajikan
parameter-parameter, metode pengumpulan dan analisis data untuk
kualitas udara dan kebisingan.
Tabel 3.2 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk
Kualitas Udara dan Kebisingan
( N−1 ) x Ci
∝= x 100 %
L
Catatan : ∝ = besar lereng (%)
N = jumlah kontur yang terpotong diagonal
Ci = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 dan 25
m untuk skala 1:50.000)
L = panjang diagonal (m)
Tabel 3.3 Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat antara
Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif
b. Geologi
a) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan
stratigrafi dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer dikumpulkan dengan metode observasi lapangan yakni
mengamati, melihat, mengukur dan mencatat fenomena geologi, batuan
di lapangan. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian
terdahulu dan dari peta-peta geologi daerah setempat.
b) Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif
secara langsung di lapangan dan bantuan data sekunder untuk
mendeskripsikan kondisi geologi setempat.
Tabel 3.4 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi
3.1.1.3.Hidrologi dan Kualitas Air
a. Hidrologi
a) Metode Pengumpulan Data
Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen
sebagai berikut:
Hidrologi atau air permukaan
Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa
Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan
Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi
Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
Tingkat penyediaan dan Kebutuhan atau pemanfaatan air
Tabel 3.5 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi
Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan
terkena dampak tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi
terkait, dengan rencana lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana
Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan
skala Kualitas Lingkungannya.
b. Kualitas Air
a) Kualitas Air Tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan
pengukuran terhadap kualitas air sumur penduduk. Cara pengukuran,
perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang
akan diukur disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Parameter Air Tanah atau Sumur yang akan Diukur (sesuai
PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan
2. Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi saran dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan di tetapkan dengan berpedoman pada Kementerian
Lingkungan Hidup RI No. 18 Tahun 2021 tentang Sertifikasi Kompetisi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan Analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Uji Kelayakan Lingkungan Hidup.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting pada lingkungan hidup dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan sebagai persyaratan
pengambilan keputusan tentang penyenlenggaraan usaha dan/atau kegiatan serta
termuat dalam perizinan berusaha, atau persetujuan pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.
Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”.
Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang hanya mempunyai dampak besar saja yang
bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat bersifat penting. Untuk
mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka
dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya
dievaluasi bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk
mengambil keputusan apakah dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting
agar dapat disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting. Penentuan
Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis
dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), yaitu:
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
b. Luas wilayah persebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam
kajian AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan
SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini
dikelompokkan kedalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman
penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak tersebut penting (P) atau
tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
a. Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan
hasil atau manfaat dari proyek. Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena
dampak < 25% dari manusia yang terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-
tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan
ruang cukup beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga
dampaknya sudah dianggap penting. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali
luas wilayah studi.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat. Kriteria TP apabila
intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya
berlangsung hanya sesaat).
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
e. Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia,
maka dalam penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena
dampak diberi bobot 3. Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka
pembobotan untuk setiap parameter penentu tingkat kepentingan dampak
ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.10.
P P TP P P
6. Kualitas air laut
P P P TP P P P TP
7. Transportasi darat
Biologi
1. Vegetasi P P P TP P
2. Satwa liar TP P P P P
3. Biota air tawar TP P P P P
4. Biota air laut TP P P P
Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan P P P P P P P
2. Pola kepemilikan lahan P P P
3. Pendapatan masyarakat P P P P
4. Kesempatan berusaha P P P TP
5. Proses sosial P P P P TP P P P TP
6. Sikap dan persepsi masyarakat P P P P P P P
Kesehatan Masyarakat
1. Sanitasi lingkungan P P P P
2. Tingkat kesehatan masyarakat P P
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi P = Dampak Penting
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan TP = Dampak Tidak Penting
2.Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.3. Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari
komponen kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak
hipotetik yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan
memberikan arahan atau alternatif pengelolaannya. Metode evaluasi dampak penting yang
digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas berdasarkan
informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting hipotetik
dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola
adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang
ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebih
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK).
Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (ΣP) ≥
3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi
dampak besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting terhadap Pembangunan TPA Lekong di Kabupaten Sumbawa
Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian utilitas
6. Sampah Padat
Sampah pada kegiatan konstruksi proyek sebagian besar akan berupa sisa/puing-
puing bahan dan material proyek. Sementara pada tahap operasi limbah padat akan
berupa ceceran sampah di badan jalan maupun residu sampah yang di hasilkan oleh
kegiatan produksi.
9. Biota Perairan
Limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas biota perairan
setempat.
13. Kamtibmas
Dampak terhadap kamtibmas merupakan dampak turunan akibat limbah/polutan
dan gangguan lingkungan yang terjadi selama tahap konstruksi dan operasional
proyek.
4.1 Pemrakarsa
a. Identitas Proyek
b. Nama Perusahaan
Nama : Kelompok 1
Yogyakarta
E-mail : d4.kesling.aj.2022@gmail.com
Telp. : (021) 565722, 085205337833
Fax. : (021) 565722
B. Penanggung Jawab Studi
Nama : Sri Puji Ganefati
Jabatan : Dosen Mata Kuliah AMDAL
Alamat : Jalan Jalan Tata Bumi No 3 Banyuraden, Gamping Sleman
Yogyakarta
E-mail :-
Telp. : (062-274) 565-722, 902-410
Fax. : (062-274) 565-722
Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim,
koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi
dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan
beberapaorang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan
beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Daftar Nama Penyusun Studi ANDAL Pembangunan TPA Lekong
Jabatan Nama Keahlian Sertifikat AMDAL
Narasumber Ir. Irvan Zulmi, MA, PhD Ahli
Kepala,Lingkungan
dan GIS
(S3, 15 tahun)
Ketua Tim Drs. David Jonathan, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Koordinator Bidang Drs. Adityo Jati, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Geofisik-Kimia Geomorfologi
(S2, 10 tahun)
Anggota Dr. rer. nat. Widyanigrum, M.Si Ahli Kimia A
Ir. Diky Saputra, M.T (S3, 5 tahun) A,B
Ahli Transportasi
Koordinator Bidang Drs. David Jonathan, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Biologi Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Asisten Danti Fadhila, S.Si Asisten Biologi A,B
Koordinator Bidang Drs. Fikri, M.Si Ahli Kepala, A,B
Sos-Ek-Bud Sos.Ek.Bud
(S2, 10 tahun)
Anggota Dicky, SH., M.Hum Ahli Sos.Ek.Bud A,B
(S2)
Asisten Ir. Anissa Rizky Asisten A,B
Sos.Ek.Bud.
Koordinator Bidang Prof. Dr. Febrian Ahli Kepala, Kes.
Kes Mas Mas.
(Guru Besar)
Asisten Rifky, S.Sos Asisten Kes. Mas. A,B
Nara Sumber Ir. Ni Made, MA, Ph.D Ahli Kepala
Lingkungan dan
GIS
(S3, 15 tahun)
Pemetaan / GIS Kartika, S.Si Pemetaan/GIS A,B
4.3. Biaya Studi
Perkiraan biaya studi AMDAL PT. SETIA KAWAN - Proyek Pembangunan TPA
Lekong termasuk kegiatan konsultasi masyarakat sebagai kewajiban yang tercantum pada
Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :
1. Konsultasi Masyarakat
a. Jasa tenaga ahli : 11%
b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%
c. Dokumentasi/pelaporan : 4%
2. Penyusunan KA-ANDAL
a. Tenaga ahli : 21%
b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%
c. Proses persetujuan dokumen : 10%
d. Dokumentasi/administrasi : 6% +
TOTAL 100%
BULAN KE
N
KEGIATAN I II III IV V VI VII VIII
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 a. Perijinan ke instansi terkait
b. koordinasi dengan pemerintah setempat
2 PENGUMUMAN PUBLIK
a. Memasang papan pengumuman di desa
dan kecamatan
b. Pengumuman di Media Elektronik
c. Pengumuman di media cetak
d. pengumpulan data tanggapan masyarakat
3 KONSULTASI MASYARAKAT
a. koordinasi dengan pemerintah setempat
b. Konsultasi Masyarakat di
desa/kecamatan
c. Pengolahan Data hasil konsultasi
masyarakat
d. pengolahan data hasil diskusi-konsultasi
e. penyusunan data sekunder
4 PENYUSUNAN KA ANDAL
a. penulisan draft KA ANDAL
c. penyempurnaan KA ANDAL
d. Penyerahan KA ANDAL ke pemrakarsa
e. Penyerahan KA ANDAL ke komisi
penilai AMDAL
f. Presentasi KA ANDAL di Komisi
Penilai AMDAL
g. Penyempuraan dan Persetujuan KA
ANDAL
5 PENYUSUNAN ANDAL-RKL-RPL
a. pengumpulan data lapangan
b. analisis laboratorium
c. Pengolahan Data hasil konsultasi
masyarakat
d.penyusunan ANDAL
e/ Peyusunan RKL
f. Penyusunan RPL
g. Konsultasi ANDAL-RKL-RPL kepada
pemrakarsa
h. penyempurnaan ANDAL-RKL-RPL
i. penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke
pemrakarsa
j. Penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke
komisi penilai AMDAL
k. presentasi ANDAL-RKL-RPL di komisi
penilai AMDAL
l. penyempurnaan dan persetujuan
ANDAL-RKL-RPL
DAFTAR PUSTAKA
Godang Jaya Tua, PT. Naviogat Organik Energy Indonesia, PT. KA-ANDAL Pembangunan
TPST Bantar Gebang-Bekasi. 2009 (Sumber: http://panmas.depok.go.id/profil/geografis)
Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20WIB
(Sumber:http://www.jbic.go.jp/wp-content/uploads/projects/2012/11/3934/1-4
6_KA_ANDAL_BAB_2B.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber:http://www.academia.edu/7267999/
ANALISIS_RONA_LINGKUNGAN_Tantim_Fhilia_Resti_1111015093_Dosen_Pembimbing)
Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB