Anda di halaman 1dari 58

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH AMDAL


DOKUMEN KA ANDAL PEMBANGUNAN TPA LEKONG
DI KABUPATEN SUMBAWA
(KELOMPOK 1)

Dosen Pengampu :
Dr. Sri Puji Ganefati, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :
Anita Br Saragih P07133322009
Dwi Rizki Kardina P07133322010
Bella Elsaday P07133322016
Aliya Nugrafitra Murti P07133322023

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

DAFTAR TABEL .............................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3


B. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 4
C. Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku ......................................................
BAB II DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN .............................................................. 5

A. LINGKUP RENCANA KEGIATAN YANG AKAN DITELAAH DAN


ALTERNATIF KOMPENEN RENCANA KEGIATAN ..................................
1. Status dan Lingkup Rencana Kegiatan yang Akan Ditelaah .....................
2. Pelaksanaan Kegiatan Proyek .......................................................................
3. Pekerjaan Tahap Pra Konstruksi .................................................................
4. Pekerjaan Tahap Kontruksi ..........................................................................
5. Pekerjaan Tahap Pasca Konstruksi ..............................................................
B. LINGKUP RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL .........................................
1. Iklim .................................................................................................................
2. Kualitas Udara dan Kebisingan ....................................................................
3. Geografis ..........................................................................................................
4. Sosial Ekonomi ................................................................................................
C. PELINGKUP .........................................................................................................
1. Proses Pelingkup .............................................................................................
2. Hasil Proses Pelingkup ...................................................................................
3. Dampak Penting Hipotetik ............................................................................
4. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ......................................
BAB III METODE STUDI .............................................................................................

A. Pendekatan Studi ..................................................................................................


B. Metode Pengumpulan, Analisa Dan Lokasi Pengumpulan Data ....................
C. Metode Perkiraan Dampak Penting .................................................................
D. Metode Evaluasi Dampak ....................................................................................
BAB IV PELAKSANAAN STUDI
A. Identitas Pemerkarsa ...........................................................................................
B. Tim Studi ...............................................................................................................
C. Biaya Studi ............................................................................................................
D. Jadwal Kegiatan ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki,
namun disisi lain, pembangunan ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan yang berakibat terjadinya perubahan lingkungan biofisika, lingkungan social
ekonomi dan lingkungan budaya.
Sampah menjadi persoalan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia terutama di daerah-
daerah yang padat penduduknya, karena belum ada sistem pengolahan sampah yang lebih
baik. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa
dalam pengelolaan sampah dengan cara konvensional khususnya pengelolaan sampah di
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Lekong.
Kabupaten Sumbawa memiliki 24 Kecamatan, 157 Desa, 635 Dusun, 8 Kelurahan dan 28
Lingkungan dengan jumlah penduduk kabupaten Sumbawa berdasarkan angka proyeksi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa yaitu 517.777 jiwa atau tumbuh 15,14% . jumlah
timbunan sampah untuk Kabupaten Sumbawa sebesar 94,325 m3/hari sekitar 30,28% sampah
yang diangkut ke TPA seangkan sampah yang tidak terproses itu sekitar 217,457 m3/hari atau
sekitar 69,72%. Penangan sampah untuk Kabupaten Sumbawa hanya terpusat pada TPA
Raberas yang berada di tengah-tengah kota Kabupaten Sumbawa yang dimana hanya
melayani 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan
Unter Iwes, Kecamatan Lopok dan Kecamatan Plampang. Sehingga pelayanan sampah di
bagian barat kabupaten Sumbawa belum terlayani yaitu sekitar 5 kecamatan di bagian barat
kabupaten Sumbawa (Kecamatan Utan, Kecamatan Rhee, Kecamatan Alas, Kecamatan Buer,
Kecamatan Alas, dan Kecamatan Alas Barat).
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah juga merupakan salah satu
program nasional di daerah, yang berkaitan dengan penyediaan tempat penampungan akhir
sampah. Pengelolaan kebersihan di Kabupaten Sumbawa khusunya di Kecamatan Alas Barat
telah ditangani secara serius dan nyata melalui program-program yang dibiayai oleh APBD
Kabupaten Sumbawa. Pengelolaan sampah di Kecamatan Alas Barat dimulai dari tingkat
yang paling mendasar adalah dengan membersihkan sampah-sampah dari pusat produksi
sampah yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, seperti tempat permukiman, toko, pasar,
tempat perdagangan dan perkantoran, dan tempat kegiatan social (masjid, gereja, rumah
sakit, dan terminal). Kegiatan tersebut berupa pengumpulan pertama (primer) yaitu
pengumpulan sampah dari proses produksi ke Lokasi Pembuangan Sementara (LPS), yang
pelaksanaannya ditangai secara gotong-royong oleh warga masyarakat melalui RT/RW dan
kelurahan. Sedangkan pengumpulan tahap kedua (sekunder) dari tempat pembuangan
sampah sementara ke tempat pembuangan akhir pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumbawa.
Sampah-sampah yang terproduksi yang dapat diangkut dari LPS pada akhirnya akan
membutuhkan fasilitas pemusnahan (disposal) agar tercipta suatu lingkungan yang bersih,
tidak tercemar dan tidak membahayakan kehidupan manusia. Penambahan jumlah penduduk
dan perluasan pembangunan kabupaten telah mendorong terjadinya perubahan penggunaan
lahan. Sehingga dengan akan beroperasinya TPA Lekong di bagian Barat Kabupaten
Sumbawa dapat meminimalisasi permasalahan timbunan sampah di tempat-tempat produksi
sampah. Dan permasalahan yang paling mendasar adalah pertanahan atau tersedianya lahan
yang memadai guna menunjang pembangunan TPA tersebut serta pendanaan maupun
prosedur pembangunannya. Selain itu pembangunan TPA Lekong dengan luas sekitar 15 Ha
di Kecamatan Alas Barat diharapkan tidak hanya memenuhi sarana kehidupan saja,
melainkan harus dapat menciptakan keseimbangan dengan kelestarian lingkungan hidup di
Kabupaten Sumbawa.
Studi ini akan menelaah seluruh tahapan rencana usaha dan atau kegiatan baik pada tahap
pra konstruksi, konstruksi dan pascaoperasi. Pada tahap pasca operasi hendaknya tetap
mengantisipasi rencana peruntukan lahan sesuai dengan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa. Pembangunan TPA serta operasionalisasinya
diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negative.
Menyadari adanya pengaruh kegiatan ini terhadap lingkungan hidup maka pembangunan
TPA berpedoman pada Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2006 tentang jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut,
rencana kegiatan pembangunan tempat pengelolaan sampah termasuk dalam kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan studi AMDAL.
Penyusunan AMDAL mengikuti standar/pedoman yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan yang dikeluarkan pemerintah dengan mengikuti tahapan-tahapan tertentu. Sebagai
tahap awal penyusunan dokumen AMDAL, maka disusun Kerangka Acuan ANDAL (KA-
ANDAL) yang berfungsi sebagai dokumen pengarah dalam melakukan studi AMDAL yang
terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh rencana kegiatan.

1.2 Maksud Dan Tujuan Proyek


Maksud dari Penyusunan Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
Pembangunan TPA Lekong adalah untuk terciptanya pembangunan yang berwawasan
lingkungan serta pembangunan sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
sekaligus tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungannya.
Tujuan Penyusunan Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
Pembangunan TPA Lekong adalah:
1. Menunjukkan tingkat kepedulian pihak pemrakarsa dalam upaya menjalankan
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan dan
pihak terkait tentang rencana kegiatan pembangunan TPA yang bersifat spesifik
untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan,
sehingga masyarakat dapat memberikan masukan, saran dan tanggapan atas rencana
kegiatan tersebut.
3. Mengetahui kualitas/rona lingkungan di lokasi rencana pembangunan dan sekitarnya.
4. Sebagai instrumen pengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
5. Mengkaji dan memperkirakan dampak lingkungan serta mengevaluasi dampak
terhadap lingkungan hidup dari rencana kegiatan pada tahap pra konstruksi,
konstruksi, dan pasca konstruksi terhadap komponen lingkungan hidup serta
mengidentifikasi dampak yang muncul akibat kegiatan pembangunan.
6. Menyusun rencana pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak negatif
serta mengoptimalkan dan meningkatkan dampak positif akibat rencana
usaha/kegiatan pembangunan.

1.3 Peraturan Perundangan Yang Berlaku


Sebagai landasan dalam penyusunan studi Kerangka Acuan Analisis dampak
Lingkungan (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan TPA adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974, tentang Pengairan
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Sistemnya.
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Dearah
5. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
6. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah
7. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Kegiatan yang akan dilakukan harus mengikuti pertauran tentang pengelolaan
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
8. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, tentang Sungai
9. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
10. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 718/MENKES/Per/XI/1987, tentang Kebisingan
yang Berhubungan dengan Kesehatan
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat
dan pegawasan Kualitas Air Bersih.
13. Keputusan Meteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/Per/2002, tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Air Minum
BAB II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Lingkup Rencana Kegiatan

2.1.2.1. Tahap Pra Konstruksi

1. Perizinan

Kegiatan yang ditakukan pada tahap persiapan adalah kegiatan pengurusan perijinan
yang terkait dengan rencana Pembangunan TPA Lekong.

2. Sosialisasi

Sosialisasi melalui media telah dilaksanakan melalui penerbitan di koran daerah


setempat pada tanggal 27 januari 2023, Sosialisasi dengan masyarakat dilaksanakan pada
tanggal 10 Februari di Ruang Aula Kabupaten Sumbawa.

3. Koordinasi

Koordinasi dilakukan sebagai upaya persiapan agar kegiatan ini dapat berjalan
dengan baik, koordinasi dilakukan antara lain kepada

 P2JN Kabupaten Sumbawa, terkait dengan manajemen latu lintas pada tahap
konstruksi maupun operasi pembangunan TPA Lekong.
 Satuan Polisi Pamong Praja, terkait dengan keamanan dan ketertiban masyarakat
di sekitar lokasi pembangunan TPA Lekong.
 Aparat Pemerintah Kabupaten Sumbawa, dari tingkat kabupaten, kecamatan,
desa, kampung, tokoh masyarakat, dan dusun, ketua RT, Ketua RW setempat
yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan TPA Lekong.
 Bappeda Kabupaten Sumbawa, Bidang infrastruktur dan kewilayahan.
 Dinas PUPR Kabupaten Sumbawa.
 Dinas PRKP Kabupaten Sumbawa.
 Badan Lingkungan Hidup Sumbawa, terkait dengan minimalisasi dampak dari
kegiatan pembangunan TPA Lekong.

2.1.1 Gambaran Lokasi Kegiatan


Secara geografis, Kota Sumbawa berada pada posisi 166o42’ – 118022’ Bujur Timur dan
808’ - 907’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 11.556,44 Km2 (daratan seluas 6.643,98 Km2
dan lautan seluas 4.912,46 Km2), dengan posisi geostrategic berada pada jalur lintas Lombok –
Bima, dan secara regional berada pada jalur lintas perdagangan Surabaya – Waingapu.
Kabupaten Sumbawa Kabupaten Sumbawa memiliki 24 Kecamatan, 157 Desa, 635 Dusun, 8
Kelurahan dan 28 Lingkungan dengan jumlah penduduk kabupaten Sumbawa berdasarkan angka
proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa yaitu 517.777 jiwa atau tumbuh 15,14%.
Kecamatan Alas Barat merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sumbawa yang terletak
di wilayah Alas Barat dan sebagian besar terdiri dari dataran rendah karena berada di daerah
pesisir utara Pulau Sumbawa dengan ketinggian rata-rata 6,5 meter dari permukaan laut.
Wilayah Kecamatan Alas Barat memiliki luas 168.88 km 2. dengan batas-batas wilayahnya
antara lain :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Alas
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat

Lokasi TPA Lekong sendiri melayani lima kecamatan yaitu Kecamatan Rhee, Kecamatan
Utan, Kecamatan Buer , Kecamatan Alas, dan Kecamatan Alas Barat dengan jumlah total desa
yang terlayani di TPA Lekong yaitu 37 Desa dengan jumlah totalan penduduk yaitu 122.258
jiwa.

Luas lahan TPA Lekong seluruhnya adalah 15 Ha yang terdiri dari tiga wilayah. Luas
efektif TPA yaitu luas yang digunakan untuk menimbun sampah adalah 80% dari seluruh luas
lahan, 20% digunkaan untuk prasarana TPA seperti pintu masuk, jalan, kantor dan instalasi
pengolahan lindi.

Gambar 1. Peta Kabupaten Sumbawa


Gambar 2. Peta Admistratif Kecamatan TPA Lekong

2.2 Lingkup wilayah Studi

Untuk batas wilayah studi ditentukan berdasarkan batas proyek/tapak kegiatan rencana
pembangunan TPA, batas administrative, batas sosial dan batas ekologi.

 Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana atau usaha atau kegiatan akan melakukan
aktivitas prakonstruksi, konstruksi dan operasi, dari ruang inilah bersumber dampak
terhadap lingkungan. Batas proyek ditentukan berdasarkan batas tapak proyek rencana tata
letak kegiatan pembangunan TPA yang mana saat ini sebagian besar masih ditanami
penduduk serta sebagian lagi merupakan lahan milik pemerintah.

 Batas administrative
Batas administrative pembangunan TPA ditetapkan berdasarkan status administrasi wilayah
dimana kegiatan proyek dilaksanakan yaitu di Desa Lekong kecamatan Alas Barat
Kabupaten Sumbawa.

 Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar rencana kegiatan/usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha/kegiatan.
Untuk pembanguanan TPA Lekong ini penduduk terkena dampak bertempat tinggal di
sepanjang jalan akses ke TPA yang berjarak sekitar 1 km dari lokasi TPA.

 Batas ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha/kegiatan
menurut media transportasi limbah, dimana proses alami berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologi TPA Lekong ,
meliputi:
a. Perubahan bentang lahan alam yang meliputi daerah tapak pembangunan TPA
b. Batas ekologi yang terkait dengan udara yaitu komponen kebauan yang dapat
dirasakan pengaruhnya pada jarak radius 2 km.
c. Batas ekologi dari komponen biotis adalah persebaran vector lalat yang kepadatannya
tinggi dalam radius 0,5 km.

Gambar 3. Peta Batas Wilayah Studi

2.3 Lingkup Rona Lingkungan Awal

2.3.1 Komponen Fisika

1. Iklim
Peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) akibat penggunaan bahan bakar fosil
diseluruh dunia telah mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global, tidak terkuaci di
Kabupaten Sumbawa. Dampak nyata dari perubahan Iklim tersebut adalah Peritiwa El
Nino dan La Nina. Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia
(Pasifik Ekuator Bagian Barat) umumnya hangat dan karenanya proses penguapan mudah
terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk. Namun ketika fenomena El Nino terjadi,
saat suhu permukaan laut di Pasifik Ekuator bagian tengah dan timur menghangat, justru
perairan sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu.akibatnya terjadi
perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan
awan-awan hujan di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tidak terjadi perubahan kecepatan
angina yang cukup signifikan pada tahun 2021, baik kecepatan angin rata-rata maupun
kecepatan angina terbesar. Rata-rata tahunan kecepatan angin rata-rata dan kkecepatan
angin terbesar pada tahun 2021 masing-masing sebesar 2,60 m/sec dan 8,27 m/sec.
kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan april yaitu sebesar 10,80 m/sec rata-rata
kelembaban udara tahun 2021 mencapai 78,92%. Kelembaban udara tertinggi pada bulan
Desember yaitu mencapai 86% dan terendah pada Bulan Agustus sebesar 69%.
2. Kualitas Udara Dan Kebisingan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengendalian lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi Nusa Tenggara Barat, konsentrasi partikulat debu (PM10) telah
melebihi ambang batas di beberapa titik pemantauan udara Kabupaten Sumbawa.
Konsentrasi partikulat tertinggi adalah di sekitar jalan lintas Sumbawa-Alas yaitu
mencapai 240 sementara batas yang ditentukan adalah 150. Sehubungan dengan kualitas
udara ambien, maka dilakukan beberapa pengukuran untuk memantau kualitas udara
ambien di beberapa lokasi di Kabupaten Sumbawa. Berikut data lokasi dan hasil
pemantauan kualitas udara ambien:
Keterangan Lokasi:

1. Jalan Muer - Lab. Alas 6. RSUD Sumbawa


2. Jalan Alas - Marente 7. Jalan Garuda 1
3. Jalan Cempaka 8. Jalan Hasanuddin
4. Jalan Melati 9. Jalan Garuda 2
5. Jalan simpang Alas 10. Jalan Alas – Utan

(a)

(b)
(c)

(d)
Gambar 4. Hasil Pemantauan Udara Ambien untuk SO2 (a), Partikulat (b), H2S (c), dan
Kebisingan (d) di beberapa lokasi di Kabupaten Sumbawa

3. Fisiografi dan Morfologi


Secara Geomorfologis Kecamatan Alas Barat merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Sumbawa yang terletak di wilayah Alas Barat dan sebagian besar terdiri dari
daratan rendah karena berada di daerah pesisir utara Pulau Sumbawa dengan ketinggian rata-
rata 6,5 meter dari permukaan laut.
Wilayah Kecamatan Alas Barat memiliki luas 168,88 Km2. Dengan batas-batas wilayah
antara lain :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
b. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sumbawa barat
c. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan alas
d. Sebalah barat berbatasan dengan kabupaten Sumbawa barat
Kecamatan Alas Barat dibagi menjadi 8 desa, yaitu desa Gontar, desa Gontar Baru, desa
Labuan Mapin, desa Lekong, desa Mapin Beru, Desa Mapin Kebak, desa Mapin Rea, desa
Usar Mapin. Desa Mapin Rea merupakan desan terluas, yaitu sebesar 50,16 Km2 sementara
desa dengan luas wilayah terkecil adalah desa Gontor Baru dengan luas 1,23 Km2.
Seperti daerah-daerah lainnya Kecamatan Alas Barat mempunyai dua musim yakni
musim hujan dan musim kemarau. Untuk tahun 2021, di Kecamatan Alas Barat curah hujan
mencapai 1899 mm dengan jumlah hari hujan selama setahun yaitu 157 hari hujan.
Dalam pemabagian desa di wilayah Kecamatan Alas Barat desa Gontor Baru merupakan
desa dengan jarak terjauh dari Ibu Kota Kecamatan, yaitu berjarak sekitar ± 10 Km, namun
masih bisa di tempuh menggunakan kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4
sepanjang tahun karena kondisi aspal yang telah di aspal. Kecamatn ini di golongkan sebagai
Kecamatan yang tidak memiliki wilayah desa sulit.

4. Kualitas Air
Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Perumdam Batulante merupakan
penyelenggara penyedia air utama ke Kabupaten Sumbawa termasuk kecamatan Alas Barat.
Tingkat pelayanan air untuk Kabupaten Sumbawa dari PDAM Perumdam Batulante
mencakup 49,63% dari seluruh pelayanan. Kapasitas air minum kota depok yang dilayani
oleh PDAM Perumdam Batulante adalah 333 liter/detik dari total produksi air minum
PDAM Perumdam Batulante di wilayah Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan data SLHD
Kabupaten Sumbawa tahun 2022 masih terdapat 15,46% penduduk yang memanfaatkan air
sumur dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya dan terdapat 0,70% yang menggunakan
sumur tidak terlindungi.
5. Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sumbawa berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa dimana jenis tanah di Kabupaten Sumbawa dan
di wilayah-wilayah lainnya terdiri dari:
a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari endapan
lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat
kesuburan sedang – tinggi.
b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya,
terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis, tingkat kesuburannya rendah – cukup,
mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, tekstur halus.
c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya
dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak,
sifat fisik tanah sedang – kurang baik.
6. Penggunaan Lahan
Pengguna lahan di Kabupaten Sumbawa mengikuti penyebaran dan peningkatan
jumlah penduduk, penggunaan lahan perlu dikendalikan dan disesuaikan dengan rencana
tata ruang wilayah untuk menghindari terjadinya perubahan fungsi lahan yang ekstrem dan
tanpa mengikuti kaidah yang berlaku, karena akan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Adapun luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2021,
seperti table berikut.
Tabel 4. Luas Lahan Menurut Penggunaannya Tahun 2021 (Ha)
(Sumber: Profil Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2022)

2.3.2 Komponen Biologi

Luasan penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2019 mengalami perubahan
dengan adanya Keputusan Menteri Agraria dan Tata Kelola/kepa Badan Pertanahan
Nasional Nomor : 686/SK-PG.03.03/XII/2019 Tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah
Nasional Tahun 2019, sehingga luasan lahan sawah mengalami penyesuaian dengan tahun
sebelumnya.
Adapun kategori penggunaan, meliputi :
1) Lahan sawah, terdiri dari :
Lahan irigasi teknis, lahan tadah hujan, rawa pasang surut dan rawa lebak;
2) Lahan bukan sawah, terdiri dari ;
Tegalan/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, padang
pengembalaan/padang rumput, Hutan Negara, sementara tidak diusahakan, dan lainnya
(tambak, kolam emapng, hutan Negara dan lain-lain);
3) Lahan bukan pertanian, terdiri dari :
Jalan pemukiman, perkantoran, sungai, dan lain0lain, sebagaimana penggunaan lahan
dari tahun 2017-2021 tergambar sebagai berikut.

Table 5. Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Sumbawa Tahun 2017-2021

Sumber : Profil Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2022

Lahan di Kabupaten Sumbawa dalam penggunaannya pada tahun 2021 masih


didominasi oleh lahan pertanian bukan sawah dengan proporsi sebesa 76,74% diikuti
lahan bukan pertanian sebesar 14,99% dan sisanya 8,27% merupakan lahan sawah.
Pada tahun 2019, luas lahan sawah di Kabupaten Sumbawa mengalami perubahan luas
lahan secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yakni seluas 54.918 Ha dari
luas 61.345 Ha pada tahun 2018 atau menurun seluas 6.427 Ha, hal ini karena adanya
penyesuaian luas lahan berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata
Kelola/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 686/SK-PG.03.03/XII/2019
Tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2019.
a. Luas Lahan Sawah berdasarkan jenisnya terdiri dari :
1) Lahan sawah irigasi seluas 41.230,40 Ha dengan luasan terbesar terdapat di
Kecamatan Empang seluas 5.279 Ha dengan proporsi sebesar 12,80% dari total
luas lahan sawah irigasi, diikuti oleh Kecamatan Plampang sebesar 12,28% dan
Kecamatan Moyohulu, Lopok, Lape dan Moyohilir dengan proporsi masing-
masing dari proporsi 7,74% - 8,82%, sementara kecamatan lainnya
pemanfaatannya pada kisaran dari 0,06% - 5,68.
2) Lahan sawah tadah hujan seluas 13.687,66 Ha, dengan luasan terbesar terdapat
di Kecamatan Plampang seluas 1.977 Ha dengan proporsi sebesar 14,45% dari
total luas sawah tadah hujan, diikuti oleh Kecamatan Moyo Hilir sebesar 12,75%
dan Kecamatan Moyo Hulu sebesar 10,82%, sementara kecamatan lainnya pada
kisaran 0,11%-6,80%. Adapun Kecamatan Labuhan Badas dan Kecamatan Utan
tidak dimanfaatkan lahan tadah hujan.
3) Lahan rawa pasang surut dan rawa lebak belum dimanfaatkan, luas lahan
pertanian bukan sawah di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2021 mengalami
penurunan seluas 67 Ha (-0,01%) dibandingkan dengan luas lahan pertanian
bukan sawah pada tahun 2020.

b. Luas lahan pertanian bukan sawah berdasarkan jenisnya terdiri dari :


1) Tegal/kebun seluas 65.353 Ha, dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan
Labangka seluas 10.758 Ha dengan proporsi sebesar 16,49% dari total luas
tegal/kebun, diikuti oleh Kecamatan Plampang sebesar 15,06% dan Kecamatan
Labuhan Badas sebesar 10,77%,
2) Ladang/huma seluas 14.897 Ha, dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan
Lunyuk seluas 9.520 Ha dengan proporsinya sebesar 63,91% dari total luas
ladang/huma, diikuti Kecamatan Batu Lanteh sebesar 9,87% dan Kecamatan Moyo
Hulu sebesar 6,66%.
3) Perkebunan seluas 22.254 Ha, dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan
Lunyuk seluas 9.018 Ha dengan proporsinya sebesar 40,52% dari total luas
perkebunan, diikuti oleh Kecamatan Orong Telu sebesar 37,27% dan Kecamatan
Batu Lanteh sebesar 8,86%, sementara kecamatan lainnya proporsinya pada
kisaran antara 0,13% - 3,75%. Beberapa kecamatan di Kabupaten Sumbawa tidak
memiliki lahan perkebunan yaitu Kecamatan Sumbawa, Unter Iwes, Labuhan
Badas.
4) Ditanami Pohon/Hutan Rakyat seluas 85.360 Ha, dengan luasan terbesar terdapat
di Kecamatan Lenangguar seluas 27.488 Ha dengan proporsinya sebesar 32,20%
dari total hutan rakyat, diikuti oleh Kecamatan Ropang sebesar 24,76% dan
Kecamatan Moyo Hilir sebesar 6,60%, sementara proporsi lahan hutan rakyat dari
kecamatan lainnya berkisar antara 0,08% - 6,51%. Beberapa kecamatan di
Kabupaten Sumbawa tidak memiliki lahan hutan rakyat, yaitu Kecamatan
Sumbawa, Orong Telu, Labuhan Badas, Lunyuk dan Labangka
5) Padang Pengembalaan/padang rumput seluas 3.303 Ha, dengan luasan terbesar
terdapat di Kecamatan Tarano seluas 1.580 Ha dengan proporsinya sebesar
47,84% dari total luas padang pengembalaan/padang rumput, diikuti Kecamatan
Maronge sebesar 16,95% dan Kecamatan Moyo Hulu sebesar 16,14%, sementara 8
(delapan) kecamatan lainnya proporsinya pada kisaran 0,82% - 5,24% dan 13
kecamatan lainnya tidak terdapat padang pengembalaan/padang rumput,
6) Hutan Negara seluas 277.024 Ha, dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan
Empang seluas 32.282 Ha dengan proporsinya sebesar 11,65% dari total luas hutan
negara, diikuti oleh Kecamatan Orong Telu sebesar 10,10% dan Kecamatan Batu
Lanteh sebesar 9,03%, sementara proporsi lahan hutan negara di kecamatan
lainnya berkisar antara 0,15% - 8,20%. Kecamatan Sumbawa dan Labuhan Badas
adalah kecamatan yang tidak memiliki lahan hutan negara,
7) Lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 16.212 Ha, dengan luasan terbesar
terdapat di Kecamatan Orong Telu seluas 8.074 Ha dengan proporsi seluas 49,80%
dari total luas lahan sementara tidak diusahakan, diikuti oleh Kecamatan Batu
Lanteh sebesar 18,82% dan Kecamatan Unter Iwes sebesar 16,00%. Proporsi lahan
yang sementara tidak diusahakan di kecamatan lain berkisar antara 0,04% - 4,92%.
Terdapat 12 kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang tidak memiliki lahan
sementara yang tidak diusahakan
8) Lahan lainnya (tambak, kolam, empang, dll) seluas 25.570 Ha, dan luasan terbesar
terdapat di Kecamatan Moyo Hulu seluas 18.397 Ha dengan proporsinya sebesar
71,95% dari total luas lahan lainnya, diikuti Kecamatan Alas Barat sebesar 8,42%
dan Kecamatan Labangka sebesar 3,18%. Proporsi lahan lainnya di kecamatan lain
berkisar antara 0,004% - 3,03%. Terdapat 5 kecamatan di Kabupaten Sumbawa
yang tidak memiliki untuk penggunaan lainnya yaitu Kecamatan Lantung, Lunyuk,
Orong Telu, Batu Lanteh, dan Lopok
c. Luas lahan bukan pertanian seperti jalan, permukiman, perkantoran dan sungai di
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2021 seluas 99.618 Ha. Luasan terbesar lahan bukan
pertanian terdapat di Kecamatan Labuhan Badas seluas 36.336 Ha dengan proporsi
sebesar 36,48% dari total luas lahan bukan pertanian, diikuti Kecamatan Empang
sebesar 12,70% dan Kecamatan Tarano sebesar 11,13%,

2.3.3 Komponen Sosial


1. Penduduk
Berdasarkan angka proyeksi Badan Pusat Statistik Kebupaten Sumbawa, bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Sumbawa dalam rentang waktu 5 tahun terakhir (2017-2021)
mengalami peningkatan sebesar 68.097 jiwa atau tumbuh 15,14% yakni dari 449.680 jiwa
pada tahun 2017 menjadi 517.777 jiwa pada tahun 2021.

Tabel 1. Data Penduduk Kabupaten Sumbawa


.(Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Kabupaen Sumbawa dalam Kabupaten Sumbawa Dalam
Angka tahun 2021)

2. Tenaga Kerja

Pada tahun 2021 jumlah penduduk usia kerja Kabupaten Sumbawa meningkat
menjadi 352.434 orang terdiri dari Angkatan Kerja sebanyak 235.622 orang (bekerja:
230.510 orang, pengangguran: 7.990 orang) dan Bukan Angkatan Kerja sebanyak
116.8112 orang. Dengan kata lain, angkatan kerja terdiri dari penduduk usia produktif
yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan penduduk yang
berstatus pengangguran. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan
kerja yaitu penduduk usia produktif yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lain selain rumah tangga.
Tabel 2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sumbawa 2021

3. Ekonomi
Pendapatan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2021 terdiri dari Transfer Dana
Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pendapatan Dana Perimbangan-LRA
tahun 2021 dianggarkan senilai Rp1.130.006.218.798,93 dan terealisasi senilai
Rp1.124.318.926.116,00 atau 99,50%. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 senilai
Rp1.113.575.545.472,00 maka realisasi Pendapatan Dana Perimbangan-LRA tahun 2021
mengalami peningkatan senilai Rp10.743.380.644,00 atau 0,96%.
Table 3. Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2017-2021
Sumber : Profil Daerah Kab. Sumbawa Tahun 2022

Dengan mempergunakan tabel perkembangan anggaran dan realisasi pendapatan daerah


Kabupaten Sumbawa tahun 2020 dan tahun 2021 dapat diperoleh informasi tentang
perbandingan kontribusi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah terhadap pendapatan daerah selama tahun 2020 dan tahun
2021 di Kabupaten Sumbawa.
Table 4. Perbandingan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun
2020 dan Tahun 2021.

Sumber : Profil Daerah Kab. Sumbawa Tahun 2022


Selama empat tahun (tahun 2017-2021) kinerja belanja daerah pada Pemerintah
Kabupaten Sumbawa menunjukkan kinerja belanja daerah yang baik, yaitu realisasi
belanja daerah tidak melebihi dari belanja daerah yang dianggarkan. Angka persentase
realisasi belanja daerah berkisar antara 94,53% sampai dengan 96,68%, dengan rerata
belanja daerah terealisasi setiap tahunnya sebesar Rp1.705,49 Milyar.
Realisasi atas belanja daerah selama tahun 2017-2021 menunjukkan perkembangan yang
fluktuatif, angka persentase peningkatan belanja daerah berkisar antara -12,29% sampai
dengan 16,48%, dan rata-rata realisasi belanja daerah setiap tahun bertambah sebesar
2,83% atau sebesar Rp183,95 Milyar.

2.3.4 Komponen Kesehatan Masyarakat


1. Sumber daya kesehatan
Sumber daya kesehatan meliputi jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
medis dan paramedic yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat baik mutu, jangkauan maupun sarana prasarana serta memberdayakan
masyarakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat. Sarana
kesehatan di Kecamatan Alas Barat di sajikan pada table dibawah ini.

2. Akses air minum dan pengolahan air limbah


Akses air minum dan sistem pengolahan air limbah yang memadai merupakan
salah satu faktor penunjang bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Menjamin
ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk seluruh
masyarakat merupakan salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPA/ SDG’s
pada tahun 2021, sekitar 54,10 % rumah tangga di Kabupaten Sumbawa telah
mengkonsumsi air minum dalam kemasan atau air isi ulang, 16,61% mengkonsumsi air
pompa, 12,10% mengkonsumsi air leding. Dari tahun ke tahun pemakaian air minum
kemasan kian meningkat seiring menurunnya pemakaian air sumur sebagai sumber air
minum utama.
Daerah perkotaan memiliki pola yang sangat berbeda dengan perdesaan. Di
daerah perkotaan, lebih dari separuh rumah tangga menjadikan air kemasan/air isi ulang
juga leding sebagai sumber air minum. Besarnya penggunaan air sumur/mata air di
daerah perdesaan sangat dipengaruhi oleh kecenderungan air tanah di perdesaan lebih
bagus juga karena akses fasilitas air bersih (air leding/hidran) yang masih belum
menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Sumbawa. Air leding/PAM baru menyentuh
daerah perkotaan dan sebagian kecil perdesaan.

Pada Tahun 2021, sebanyak 89,10% atau 106.204 unit rumah tangga yang sudah
terlayani kebutuhan air minum. Air minum kemasan/isi ulang merupakan air bersih tetapi
bukan air layak karena tidak sustainable. Kebutuhan air untuk minum juga
mandi/mencuci bisa berasal dari sumber yang berbeda. Pada Tahun 2021, rumah tangga
di Sumbawa sebagian besar menggunakan air sumur bor/pompa/sumur untuk keperluan
mandi/mencuci yaitu sebesar 73,00 persen. Disusul oleh air leding sebesar 18,27 persen.
Sumber : Profil Kabupaten Sumbawa tahun 2022

Tersedianya fasilitas untuk buang air besar merupakan salah satu indikator
lingkungan yang layak dan sehat. Tidak tersedianya fasilitas untuk buang air besar
menjadikan lingkungan tersebut rentan terhadap penyebaran penyakit seperti diare.
Idealnya setiap rumah tangga memiliki fasilitas BAB sendiri dengan tangki pembuangan
minimal berjarak 10 meter dari sumber air.
Hingga Tahun 2021, jumlah rumah yang telah memperoleh pelayanan pengelolaan
air limbah domestik adalah 94.193 rumah atau 86,80%. hampir semua rumah tangga telah
memiliki fasilitas BAB. Dari 86,80% rumah tangga yang telah memiliki akses terhadap
sanitasi layak, 85,13%-nya adalah milik sendiri. Sementara itu sisanya tidak mempunyai
fasilitas buang air besar atau menggunakan fasilitas BAB bersama/umum.
Fasilitas buang air besar juga harus didukung oleh tempat pembuangan akhir tinja
yang memenuhi kriteria. Tempat pembuangan akhir tinja yang dianjurkan adalah
tangki/SPAL. Tangki/SPAL ini juga harus memiliki jarak yang cukup dengan sumber air
yang digunakan karena tinja yang dibuang mengandung bakteri yang menyebabkan
banyak penyakit. Sebanyak 95,06% rumah tangga telah menggunakan tangki/SPAL di
Tahun 2021.

3. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di Kabupaten Sumbawa secara kelembagaan dilaksanakan
oleh Dinas Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 63 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi,
pengelolaan sampah dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
serta UPTD Persampahan yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas
Lingkungan Hidup. Secara umum tugas pokok dan fungsi dibagi menjadi 2 yaitu
kegiatan fisik meliputi penanganan (pelayanan persampahan) dan pengurangan sampah
yang lebih menitikberatkan kepada pembinaan dan peningkatan kapasitas seluruh
stakeholder pengelolaan persampahan.
Untuk kebutuhan pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sumbawa telah menyediakan armada pengangkut sampah berupa truk dump sebanyak 15
unit, truk arm rool sebanyak 6 unit, kendaraan roda tiga dan gerobak sebanyak 29 unit
dan alat berat seperti bulldozer dan excavator sebanyak 6 unit. Dari sisi prasarana
tersedia pula TPS mini sejumlah 16 unit, 25 unit kontainer dan 3 unit bank sampah aktif
yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat. 3 unit bank sampah tersebut
yaitu bank sampah karang taruna liang melik desa nijang kecamatan unter iwes, bank
sampah kelompok pemuda berbagi desa labuhan sumbawa kecamatan Labuhan Badas,
dan bank sampah peduli lingkungan desa motong kecamatan Utan. Bank sampah yang
aktif diberikan pelatihan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa agar
kegiatan pengolahan sampahnya tetap berjalan. Selain dari sarana dan prasarana yang
disediakan upaya penanganan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup juga ditambah
dengan dibentuknya Tim Sapu Bersih (Saber) Sampah yang bertugas membersihkan
semua sampah yang ada di pinggir jalan dengan petugas penyapu jalan berjumlah 46
orang.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa, total
sampah yang dihasilkan dari 24 kecamatan di Kabupaten Sumbawa mencapai 94.704,18
ton pada tahun 2021 dan hanya 41,04% dari total tersebut yaitu 38.838,18 ton sampah
yang dapat terlayani. Total sampah ini meningkat 1,80% dibanding tahun sebelumnya
begitu pula dengan sampah yang terlayani mengalami peningkatan sebesar 1,47%.
Sampah-sampah ini terdiri dari atas sampah rumah tangga (berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja, dan sampah spesifik), sampah sejenis
sampah rumah tangga (berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya), dan sampah spesifik
(sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung
limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing
bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau
sampah yang timbul secara tidak periodik).
Jumlah tersebut belum sebanding dengan sarana dan prasarana yang dimiliki
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa terutama dengan kondisi TPA Raberas
yang saat ini sudah mencapai kapasitas maksimumnya sehingga sangat diperlukan
alternatif TPA lain atau upaya lain dalam menanggulangi permasalahan sampah di
Kabupaten Sumbawa. Hingga tahun 2020 Kabupaten Sumbawa memiliki 2 TPA yang
aktif beroperasi yaitu TPA Raberas dan TPA Lekong. TPA Raberas yang terletak di
Kecamatan Sumbawa memiliki luas ±15 Ha dengan kapasitas ± 15.000 m³ menerima
kiriman sampah dari Kecamatan di bagian tengah dan timur seperti kecamatan
Sumbawa, Labuhan Badas, Unter Iwes, Moyo Utara, Lopok dan Plampang. Sedangkan
TPA Lekong yang terletak di Kec. Alas Barat memiliki luas ±15 Ha dengan kapasitas ±
12.500 m³ menerima sampah dari kecamatan timur seperti Kecamatan Alas Barat, Alas
dan Utan.
Permasalahan pengelolaan sampah masuk ke dalam Proyek Strategis Penunjang
Program Pembangunan NTB dan Nasional. Proyek-proyek tersebut antara lain
pembangunan TPA Lekong di Alas Barat, Pembangunan TPA Bagian Timur Sumbawa,
dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk pembangunan
TPA Bagian Timur Sumbawa. Upaya penanggulangan dan pengelolaan sampah di
kabupaten Sumbawa sejalan dengan program unggulan pemerintah provinsi NTB NTB
Zero waste yang bertujuan untuk mewujudkan NTB yang bebas sampah pada tahun
2023, sehingga membutuhkan kerjasama dan dukungan semua pihak terutama
masyarakat untuk tetap membuang sampah pada tempatnya dan bersama menjaga
lingkungan sekitar bebas dari sampah.
Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar,
komersial/jalan dan industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan
adalah 4.265 m3/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara
konvensional.
Table Data Cakupan Timbulan Sampah/Hari

No Kecamatan Timbulan Sampah/Hari Terlayani/Hari

M3 Kg Ton M3 Ton
Lunyuk 50.50 8,534 8.53 - -
1
Orong Telu 11.44 1,933 1.93 - -
2
Alas 69.81 11,798 11.80 9 1,52
3
Alas Barat 47.41 8,012 8.01 6 1,01
4
Buer 33.73 5,700 5.70 - -
5
Utan 72.11 12,187 12.19 6 1,01
6
Rhee 17.49 2,956 2.96 - -
7
Batulanteh 24.70 4,174 4.17 - -
8
Sumbawa 148.55 25,105 25.11 148 25,01
9
Labuhan 83.59 14,127 14.13 38 6,42
10 Badas
Unter Iwes 47.55 8,036 8.04 42 7,10
11
Moyo Hilir 57.93 9,790 9.79 - -
12
Moyo Utara 23.33 3,942 3.94 8 1,35
13
Moyo Hulu 49.70 8,399 8.40 - -
14
Ropang 12.21 2,063 2.06 - -
15
Lenangguar 15.28 2,582 2.58 - -
16
Lantung 6.83 1,154 1.15 - -
17
Lape 41.96 7,092 7.09 - -
18
Lopok 45.47 7,684 7.68 10 1,69
19
Plampang 78.54 13,273 13.27 10 1,69
20
Labangka 26.02 4,397 4.40 - -
21
Maronge 24.87 4,203 4.20 - -
22
Empang 54.08 9,139 9.14 - -
23
Tarano 40.15 6,786 6.79 - -
24
1,083.24 183,036 183 277 46,81
Jumlah

Sumber : Data Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sumbawa Tahun 2021


2.1.2. Pelaksanaan Kegiatan Proyek
Kegiatan pembangunan TPA Lekong merupakan satu upaya dalam mengelola
sampah di Kabupaten Sumbawa. Pada sub bab ini akan dijelaskan uraian rencana
kegiatan pembangunan TPA dengan besaran berdasarkan rencana kegiatan akan dibagi
menjadi terdiri dari 3 tahapan utama yaitu Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi dan
Tahap Pasca Konstruksi. Uraian masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
BAB III
METODE STUDI

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Tujuan pengumpulan dan analisis data :
a. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan terkena
dampak besar dan penting dari kegiatan proyek
b. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang dipekirakan akan terkena
dampak besar dan penting dari kegiatan proyek
c. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya
d. Memperkirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek

Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek,
serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran
dampak. Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon
penerima dampak dapat terukur atau teramati, sehingga nantinya besaran dampak di
wilayah studi dapat diperkirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur, dan dicatat
beserta metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut :
3.1.1. Komponen Geo-Fisika-Kimia
Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :

a. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan
intensitas penyinaran matahar), kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan
getaran
b. Fisiografi dan geologi
c. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air
d. Ruang, lahan dan tanah

3.1.1.1. Iklim, Kualitas Udara Ambien, Kebisingan dan Getaran


3.1.1.1.1.Iklim
Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain : suhu, kelembaban, curah
hujan, arah dan kecepatan angin.
a) Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun Klimatologi Provinsi NTB
yang ada di daerah penelitian dengan periode pencatatan selama 10 tahun terakhir.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama 10 tahun pencatatan data iklim
tersebut hasil analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah
penelitian. Parameter-parameter iklim yang dikumpulkan meliputi :
 Suhu udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat, selain
itu suhu udara diukur langsung di beberapa lokasi (tercantum pada peta
lokasi pengambilan/pengukuran sampel). Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan thermometer bola kering dan thermometer untuk suhu
maksimum dan minimum.
 Kelembaban
Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil pencatatan
stasiun meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan
langsung dengan alat Termohygrometer.
 Angin
Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu (time series)
akan dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh
kemudian akan diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah
studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk
memprakirakan arah dan tingkat pencemaran udara.
 Curah hujan
Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-
stasiun penakar hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun
terakhir untuk mengetahui hujan rata-rata tahunan dan tipe curah
hujannya.
b) Metode Analsis Data
 Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan
menetapkan suhu ratarata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban
rata-rata dan kelembaban maksimum dan minimum. Sedangkan untuk
menghitung suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata udara dilakukan
dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara aritmatik. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah yang akan dilalui jalur pipa
adalah daerah dengan topografi relatif datar pada dataran rendah (low
land).
 Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan
kecepatan angin kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di
wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk
memprakirakan arah dan kecepatan angin dominan.
 Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan
tebal hujan rata-rata daerah penelitian menggunakan metode Poligon
Thiessen. Metode Poligon Thiessen dipergunakan untuk menghitung
hujan rata-rata dengan cara membuat poligon yang mewakili luas
persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan. Dari masing-
masing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain dengan garis. Pada
garis penghubung tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik tengahnya
sehingga garis-garis yang tegak lurus tersebut akan berpotongan pada
suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titik-titik di antara tiga
stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang
banyak seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Poligon Thiessen


Catatan: P1 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 1
P2 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 2
P3 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 3
P4 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 4
P5 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 5
A1 : Luas daerah poligon 1
A2 : Luas daerah poligon 2
A3 : Luas daerah poligon 3
A4 : Luas daerah poligon 4
A5 : Luas daerah poligon 5
An : Luas daerah poligon ke n
P : Curah hujan rata-rata daerah penelitian
A1 . P1 + A 2 . P2+ A 3 . P3 + A4 . P4 + A 5 . P5 +…+ A n . Pn
P=
A 1 + A 2 + A3 + A 4 + A 5 + A n
Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan
rasio atau nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan
kering dengan jumlah rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai
berikut:
Jumlahrata−ratabulan kering
Q= x 100 %
Jumlah rata−rata bulan basah
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya
bulan kering
dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun
pencatatan
dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60
mm/bulan,
dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan, sedangkan
curah hujan
antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab. Tabel 3.1 dan Gambar
3.2
berikut menyajikan penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson
mendasarkan nilai Q.
Tabel 3.1 Penggolongan Tipe Iklim

Gambar 3.2 Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut Schmidt dan Fergusson
(1951)
3.1.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Metode Pengumpulan Data
Penetuan titik atau lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan
kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data
kualitas udara, kebisingan, dan kebauan merupakan data primer yang
akan dikumpulkan langsung di lapangan.
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :
 Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
 Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat
Sound Level Meter di lokasi yang sama dengan lokasi
pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu tingkat
kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
b. Metode Analisis Data
Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Tabel 3.2 menyajikan
parameter-parameter, metode pengumpulan dan analisis data untuk
kualitas udara dan kebisingan.
Tabel 3.2 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk
Kualitas Udara dan Kebisingan

3.1.1.2. Fisiografi dan Gelogi


a. Fisiografi
a) Metode Pengumpulan Data
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang
lebih menekankan data bentuklahan dan proses geomorfologi yang
terjadi. Pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menggunakan
metode observasi yakni langsung melakukan pengamatan, pengukuran
dan pencatatan parameter-parameter bentuk lahan mencakup topografi,
lereng, material dan proses geomorfologi yang bekerja. Selain itu data
sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi
sebagai sumber data untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah
penelitian.
b) Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh
dari data sekunder berupa Peta Kemiringan Lereng yang telah ada.
Ceking lapangan dilakukan untuk memperbaiki dan/atau merevisi peta
lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan lereng
di lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi. Apabila
belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data pokok
dari Peta Rupa Bumi. Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala
1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian Peta Kemiringan Lereng dapat
dibuat dengan metode Thornwhite (grid system).
Berikut metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa Bumi:
 Peta dibagi ke dalam beberapa grid
 Masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak terpotong
oleh garis tinggi (kontur)
 Hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh
diagonal (N)
 Hitung dengan menggunakan rumus

( N−1 ) x Ci
∝= x 100 %
L
Catatan : ∝ = besar lereng (%)
N = jumlah kontur yang terpotong diagonal
Ci = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 dan 25
m untuk skala 1:50.000)
L = panjang diagonal (m)

Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid


maka peta lereng dapat disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng
tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek di lapangan dengan melakukan
pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian dianalisis untuk
mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.

Tabel 3.3 Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat antara
Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif

b. Geologi
a) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan
stratigrafi dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer dikumpulkan dengan metode observasi lapangan yakni
mengamati, melihat, mengukur dan mencatat fenomena geologi, batuan
di lapangan. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian
terdahulu dan dari peta-peta geologi daerah setempat.
b) Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif
secara langsung di lapangan dan bantuan data sekunder untuk
mendeskripsikan kondisi geologi setempat.
Tabel 3.4 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi
3.1.1.3.Hidrologi dan Kualitas Air

a. Hidrologi
a) Metode Pengumpulan Data
Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen
sebagai berikut:
 Hidrologi atau air permukaan
 Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa
 Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan
 Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi
 Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
 Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
 Tingkat penyediaan dan Kebutuhan atau pemanfaatan air
Tabel 3.5 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi
Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan
terkena dampak tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi
terkait, dengan rencana lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana
Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan
skala Kualitas Lingkungannya.

b. Kualitas Air
a) Kualitas Air Tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan
pengukuran terhadap kualitas air sumur penduduk. Cara pengukuran,
perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang
akan diukur disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Parameter Air Tanah atau Sumur yang akan Diukur (sesuai
PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)

a) Kualitas Air Permukaan


Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian,
maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran,
perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan. Parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur (sesuai PP RI
No.82 Tahun 2001)
Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya
yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek. Penetapan lokasi ini
juga mempertimbangkan:
 Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan
 Arah aliran sungai
 Arah aliran air tanah

b) Metode Analisis Data


Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan
metode seperti yang diuraikan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode Pengujian
Kualitas Air

3.1.1.4. Ruang, Lahan dan Tanah


a. Tata Ruang
a) Metode Pengumpulan Data
Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini, yaitu :
 Kajian data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah pengumpulan
berbagai peta yang memuat data tata ruang wilayah studi yaitu
wilayah Kecamatan Rhee, Kecamatan Utan, Kecamatan Buer,
Kecamatan Alas, dan Kecamatan Alas Barat. Dalam metode ini akan
dikaji keberadaan rencana tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan
dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di wilayah studi.
 Observasi lapangan
Dalam observasi ini akan dikaji pola tata ruang yang ada sebagaimana
telah dikumpulkan melalui data sekunder. Dalam observasi lapangan
ini akan dikaji secara khusus kemungkinan pemindahan pemukiman
penduduk di sepanjang jalur pipa (bila ada) serta alternatif-alternatif
tata ruang yang dapat mengakomodasi antara kepentingan pemukiman
penduduk dan kepentingan proyek. Secara khusus akan dilakukan pula
dokumentasi lansekap kawasan agar pembangunan di kawasan ini
tidak mengurangi kualitas lansekap wilayah studi. Hasil-hasil kajian
lapangan dan data sekunder ini akan digunakan untuk memberikan
masukan bagi kajian tata ruang serta mengusulkan ide-ide penataan
ruang wilayah studi. Secara khusus akan diusulkan tata ruang yang
meminimalkan kemungkinan onflik antar kegiatan.
b) Metode Analisis Data
 Inventarisasi tata guna lahan dan sumberdaya lainnya serta
kemungkinan pengembangan serta peruntukkannya dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.
 Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan rencana tata
guna lahan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persebaran,
kepadatan dan pola penggunaan lahan di masing-masing fungsi ruang.
b. Tanah
a) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data primer dan
data sekunder. Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel tanah, adalah
jenis tanah di daerah penelitian. Jenis tanah di daerah penelitian secara
garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah aluvial dan grumusol,
dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel tanah dengan maksud
untuk dapat mewakili seluruh karakteristik tanah (sifat fisik, kimia dan
kesuburan).
b) Metode Analisis Data
Unsur-unsur yang dikaji dalam analisis laboratorium tersebut meliputi
unsur-unsur fisika dan kimia tanah. Unsur-unsur fisik tanah meliputi unsur
ketebalan solum tanah, horison tanah, tekstrur, struktur, warna dan
konsistensi tanah. Unsur-unsur kimia tanah meliputi unsur-unsur bahan
organik, pH tanah, KTK, kandungan N, P, K dan lain-lain, dimaksudkan
untuk menganalisis tingkat kesuburan tanah. Pengumpulan data sekunder
tanah dilakukan dengan pengumpulan data dari hasil laporan penelitian
terdahulu serta dari peta tanah dan kesesuaian tanah daerah penelitian.
3.2. Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan
besaran dampak (magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Lekong
di Kabupaten Sumbawa

Komponen Rencana Kegiatan


No. Komponen Lingkungan Pra Konstruksi Konstruksi Operasi Pasca Operasi
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1
Geo-Fisika-Kimia
1. Kualitas udara ambien x x X x x x x
2. Kebisingan x X x x X x x x x
3. Erosi tanah x X x x
4. Sistem drainase dan irigasi x X x x
5. Kualitas air permukaan x X x x
6. Kualitas air laut x X x x x
7. Transportasi darat x X x x x x x x
Biologi
1. Vegetasi x X x x x
2. Satwa liar X x x x x
3. Biota air tawar x X x x x
4. Biota air laut x X x x
Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan x x x x x x x
2. Pola kepemilikan lahan x x x
x x x x
x x x x
3. Pendapatan masyarakat x x x x x x x x x
4. Kesempatan berusaha x x x x x x x
5. ProsesMasyarakat
Kesehatan sosial
1. Sanitasi lingkungan x x x x
2. Tingkat kesehatan masyarakat x x

Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan
2. Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi saran dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan di tetapkan dengan berpedoman pada Kementerian
Lingkungan Hidup RI No. 18 Tahun 2021 tentang Sertifikasi Kompetisi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan Analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Uji Kelayakan Lingkungan Hidup.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting pada lingkungan hidup dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan sebagai persyaratan
pengambilan keputusan tentang penyenlenggaraan usaha dan/atau kegiatan serta
termuat dalam perizinan berusaha, atau persetujuan pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.
Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”.
Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang hanya mempunyai dampak besar saja yang
bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat bersifat penting. Untuk
mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka
dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya
dievaluasi bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk
mengambil keputusan apakah dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting
agar dapat disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting. Penentuan
Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis
dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), yaitu:
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
b. Luas wilayah persebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam
kajian AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan
SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini
dikelompokkan kedalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman
penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak tersebut penting (P) atau
tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
a. Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan
hasil atau manfaat dari proyek. Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena
dampak < 25% dari manusia yang terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-
tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan
ruang cukup beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga
dampaknya sudah dianggap penting. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali
luas wilayah studi.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat. Kriteria TP apabila
intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya
berlangsung hanya sesaat).
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
e. Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia,
maka dalam penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena
dampak diberi bobot 3. Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka
pembobotan untuk setiap parameter penentu tingkat kepentingan dampak
ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Pembobotan Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak

Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor


penentu dampak penting yang bersifat penting yaitu:
 Apabila P ≥ 3 maka termasuk dalam katagori penting (P)
 Apabila P ≤ 2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)
Ringkasan hasil proses penentuan tingkat kepentingan dampak untuk masing-
masing jenis dampak disajikan dalam Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Lekong
di Kabupaten Sumbawa

No. Komponen Lingkungan Komponen Rencana Kegiatan


Pra Konstruksi Konstruksi Operasi Pasca Operasi
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1
Geo-Fisika-Kimia
1. Kualitas udara ambien TP P TP TP P P P
2. Kebisingan P P TP P TP TP P P P
3. Erosi tanah P P P P
4. Sistem drainase dan irigasi TP P P P
5. Kualitas air permukaan P P P P

P P TP P P
6. Kualitas air laut
P P P TP P P P TP
7. Transportasi darat
Biologi
1. Vegetasi P P P TP P
2. Satwa liar TP P P P P
3. Biota air tawar TP P P P P
4. Biota air laut TP P P P
Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan P P P P P P P
2. Pola kepemilikan lahan P P P
3. Pendapatan masyarakat P P P P
4. Kesempatan berusaha P P P TP
5. Proses sosial P P P P TP P P P TP
6. Sikap dan persepsi masyarakat P P P P P P P
Kesehatan Masyarakat
1. Sanitasi lingkungan P P P P
2. Tingkat kesehatan masyarakat P P

Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi P = Dampak Penting
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan TP = Dampak Tidak Penting
2.Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.3. Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari
komponen kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak
hipotetik yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan
memberikan arahan atau alternatif pengelolaannya. Metode evaluasi dampak penting yang
digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas berdasarkan
informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting hipotetik
dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola
adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang
ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
 Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebih
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK).
 Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (ΣP) ≥
3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
 Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi
dampak besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting terhadap Pembangunan TPA Lekong di Kabupaten Sumbawa

Komponen Rencana Kegiatan


Pasca Total
No. Komponen Lingkungan Pra Konstruksi Konstruksi Operasi
Operasi Leopold
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1
Geo-Fisika-Kimia
1. Kualitas udara ambien 1/1 1/2 1/1 1/1 1/2 3/3 1/1 9/11
2. Kebisingan 1/1 1/1 1/1 2/2 2/1 1/1 2/2 1/1 1/2 12/12
3. Erosi tanah 2/2 2/2 2/2 2/2 8/8
4. Sistem drainase dan irigasi 1/2 3/3 1/2 2/2 7/9
5. Kualitas air permukaan 1/2 2/2 2/3 3/3 8/10

2/2 2/2 1/1 2/2 3/3 10/10


6. Kualitas air laut
2/2 2/2 2/2 2/1 2/2 2/2 2/2 2/2 16/15
7. Transportasi darat
Biologi
1. Vegetasi 1/2 2/2 2/2 2/1 2/2 9/9
2. Satwa liar 1/1 2/3 2/3 2/2 2/2 9/11
3. Biota air tawar 1/1 2/2 2/2 1/1 2/2 8/8
4. Biota air laut 1/1 2/2 1/1 2/2 6/6
Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan 2/2 2/2 2/2 1/1 1/2 1/1 2/2 10/12
2. Pola kepemilikan lahan 2/2 2/2 2/2 6/6
3. Pendapatan masyarakat 2/2 2/2 2/2 2/2 8/8
4. Kesempatan berusaha 2/2 2/2 2/2 1/1 7/7
5. Proses sosial 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 1/1 17/17
6. Sikap dan persepsi 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 14/14
masyarakat
Kesehatan Masyarakat
1. Sanitasi lingkungan 2/2 2/2 2/2 2/2 8/8
2. Tingkat kesehatan 2/2 2/2 4/4
masyarakat
3.4 Isu-Isu Pokok
3.4.1 Rencana Tahapan kegiatan dan Komponen Kegiatan yang Akan Ditelaah Berkaitan
Dengan Dampak yang Akan Ditimbulkan
Rencana tahapan pembangunan TPA Lekong dan sarana penunjangnya terdiri dari
empat tahapan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi. Ketiga
tahap ini digunakan untuk memudahkan pembahasan rencana kegiatan yang akan ditelaah
karena diperkirakan dan dapat diduga akan menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan.
Tahap Pra konstruksi
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukkan
2. Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat

Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja

Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian utilitas

Tahap Pasca Operasi


1. Bioremediasi lahan

3.4.2 Identifikasi Dampak Potensial


Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan metode matrik sederhan. Identifikasi
dampak ini dilakukan dengan mencatat semua dampak yang mungkin timbul tanpa
melihat besaran dan pentingnya dampak yang akan ditimbulkan. Identifikasi dampak
potensial dilakukan berdasarkan masukan masing-masing tenaga ahli dan
pengamatan lapangan. Hasil identifikasi dampak potensial adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Udara (debu dan bau)


Kegiatan konstruksi yang didalamnya tercakup kegiatan pematangan lahan,
mobilisasi peralatan dan material konstruksi bangunan akan menghasilkan gas emisi
dan debu yang berpengaruh terhadap kualitas udara ambiendi sekitarnya. Pada tahap
operasi, kegiatan pengangkutan, bongkar muatan sampah dan proses pengolahan
sampah dalam TPA Lekong akan menyebabkan menurunnya kualitas udara vakibat
emisi kendaraan, debu dan bau yang ditimbulkan.

2. Kebisingan dan Getaran


Kebisingan mobilisasi material konstruksi serta pelaksanaan konstruksi bangunan
dengan menggunakan peralatan berat seperti pada kegiatan pemancangan pondasi
juga akan mempengaruhi intensitas kebisingan dan getaran terutama dlam tapak
proyek. Sementara pada tahap operasi, kebisingan yang terjadi lebih diakibatkan oleh
aktifitas kendaraan pengangkut sampah.

3. Kuantitas Limpasan Air Permukaan


Awal kegiatan proyek merupakan areal TPA Lekong yang berpotensi meresapkan
air. Dengan adanya kegiatan konstruksi, terjadi perubahan fungsi lahan yang ditandai
dengan meningkatnya koefisien run off lahan dan berdampak terhadap meningkatnya
volume air larian atau limpasan hujan. Jika kapasitas tampungan badan air yang ada
di sekitar lokasi proyek tidak memadai dalam menerima air larian ini, maka air larian
dapat mengakibatkan banjir ke wilayah sekitarnya.

4. Kualitas Air Permukaan


Pada tahap operasi kualitas air permukaan akan dipengaruhi oleh buangan limbah
cair dari kegiatan domestik karyawan TPA Lekong, limbah sisa kegiatan produksi
serta leacheat yang ditimbulkan oleh sampah di dalam lokasi kegiatan.

5. Kualitas Air Tanah


Limbah sisa cair kegiatan produksi maupun leacheat dari timbulan sampah yang
meresap ke dalam tanah dapat mempengaruhi kualitas air tanah setempat.

6. Sampah Padat
Sampah pada kegiatan konstruksi proyek sebagian besar akan berupa sisa/puing-
puing bahan dan material proyek. Sementara pada tahap operasi limbah padat akan
berupa ceceran sampah di badan jalan maupun residu sampah yang di hasilkan oleh
kegiatan produksi.

7. Ketersediaan Air Bersih


Meningkatnya kebutuhan air bersih, sementara ketersediaannya di lokasi kegiatan
terbatas akibat terbatasnya kemampuan distribusi PAM dan buruknya kualitas air
tanah dangkal akan mengakibatkan dampak kelangkaan air bersih.
8. Flora dan Fauna
Perubahan fungsi lahan dari lahan berumput menjadi bangunan TPA Lekong
dapat mempengaruhi keberadaan flora dan fauna darat setempat.

9. Biota Perairan
Limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas biota perairan
setempat.

10. Kesempatan Kerja


Dampak terhadap pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan akibat
terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha pada tahap konstruksi dan
operasional TPA Lekong.

11. Estetika Lingkungan


Dampak terhadap estetika lingkungan merupakan dampak turunan akibat ceceran
sampah padat, pengotoran badan jalan, kerusakan badan jalan serta penghijauan yang
berlangsung sejak masa konstruksi dan operasional proyek.

12. Sanitasi Lingkungan


Dampak terhadap sanitasi lingkungan merupakan dampak turunan akibat limbah
padat dan air limbah yang dihasilkan selama tahap konstruksi dan operasional proyek

13. Kamtibmas
Dampak terhadap kamtibmas merupakan dampak turunan akibat limbah/polutan
dan gangguan lingkungan yang terjadi selama tahap konstruksi dan operasional
proyek.

14. Persepsi Masyarakat


Penetapan lokasi proyek serta dampak primer dan sekunder yang terjadi salam
tahap konstruksi dan operasi proyek, akan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat
yang menetap di sekitar lokasi proyek.

15. Kesehatan Masyarakat


Dampak terhadap kesehatan masyarakat juga merupakan dampak turunan yang
muncul selama tahap konstruksi dan operasi proyek yang diakibatkan oleh gas
polutan, debu, bau, kebisingan, dan timbulnya vektor penyakit.

16. Lalu Lintas


Kegiatan mobilisasi kegiatan peralatan dan material pada tahaop konstruksi akan
berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas dan kondisi badan jalan. Pada tahap
operasi proyek, aktivitas dari kendaraan pengangkut sampah, residu sampah maupun
hasil produksi TPA Lekong juga akan berdampak terhadap volume lalu lintas di
sekitar lokasi kegiatan.

3.4.3 Identifikasi Dampak Penting


Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk mengelompokkan dampak penting
hipotetik agar diperoleh prioritas dampak penting hipotetik lingkungan hidup. Prioritas
dampak penting hipotetik yang akan timbul pada seriap tahapan kegiatan yaitu pada tahap
pra konstruksi, konstruksi dan operasi proyek TPA Lekong berdasarkan hasil proses
pelingkupan adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Udara
2. Kualitas Air Tanah
3. Kualitas Air Permukaan
4. Lalu lintas
5. Persepsi Masyarakat
6. Konflik Sosial
7. Kesehatan Masyarkat
8. Sanitasi Lingkungan
BAB IV
PELAKSANA STUDI

4.1 Pemrakarsa

a. Identitas Proyek

Nama Proyek : Studi AMDAL Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Lekong

Alamat Proyek : Kecamata Alas Barat, Desa Lekong, Kabupaten Sumbawa

Luas Total Lahan : 15 Ha

b. Nama Perusahaan

Nama Perusahaan: PT. Setia Kawan

Alamat Kantor : Gedung Kuliah Sanitasi, Alamat Jalan Tata Bumi No 3

Banyuraden, Gamping Sleman Yogyakarta

Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992

c. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan

Nama : Kelompok 1

Jabatan : General Manager Proyek Pembangunan TPA

Alamat Kantor : Gedung Kuliah Sanitasi, Alamat Jalan Tata Bumi No 3

Banyuraden, Gamping Sleman Yogyakarta

Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992

4.2 Penyusunan Studi AMDAL

A. Nama dan Alamat Instansi


Nama : Pusat Studi Sarjana Terapan Kesehatan Lingkungan

Alamat : Jalan Jalan Tata Bumi No 3 Banyuraden, Gamping Sleman

Yogyakarta

E-mail : d4.kesling.aj.2022@gmail.com
Telp. : (021) 565722, 085205337833
Fax. : (021) 565722
B. Penanggung Jawab Studi
Nama : Sri Puji Ganefati
Jabatan : Dosen Mata Kuliah AMDAL
Alamat : Jalan Jalan Tata Bumi No 3 Banyuraden, Gamping Sleman

Yogyakarta
E-mail :-
Telp. : (062-274) 565-722, 902-410
Fax. : (062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana studi AMDAL

Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim,
koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi
dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan
beberapaorang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan
beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar Nama Penyusun Studi ANDAL Pembangunan TPA Lekong
Jabatan Nama Keahlian Sertifikat AMDAL
Narasumber Ir. Irvan Zulmi, MA, PhD Ahli
Kepala,Lingkungan
dan GIS
(S3, 15 tahun)
Ketua Tim Drs. David Jonathan, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Koordinator Bidang Drs. Adityo Jati, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Geofisik-Kimia Geomorfologi
(S2, 10 tahun)
Anggota Dr. rer. nat. Widyanigrum, M.Si Ahli Kimia A
Ir. Diky Saputra, M.T (S3, 5 tahun) A,B
Ahli Transportasi
Koordinator Bidang Drs. David Jonathan, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Biologi Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Asisten Danti Fadhila, S.Si Asisten Biologi A,B
Koordinator Bidang Drs. Fikri, M.Si Ahli Kepala, A,B
Sos-Ek-Bud Sos.Ek.Bud
(S2, 10 tahun)
Anggota Dicky, SH., M.Hum Ahli Sos.Ek.Bud A,B
(S2)
Asisten Ir. Anissa Rizky Asisten A,B
Sos.Ek.Bud.
Koordinator Bidang Prof. Dr. Febrian Ahli Kepala, Kes.
Kes Mas Mas.
(Guru Besar)
Asisten Rifky, S.Sos Asisten Kes. Mas. A,B
Nara Sumber Ir. Ni Made, MA, Ph.D Ahli Kepala
Lingkungan dan
GIS
(S3, 15 tahun)
Pemetaan / GIS Kartika, S.Si Pemetaan/GIS A,B
4.3. Biaya Studi
Perkiraan biaya studi AMDAL PT. SETIA KAWAN - Proyek Pembangunan TPA
Lekong termasuk kegiatan konsultasi masyarakat sebagai kewajiban yang tercantum pada
Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi Masyarakat
a. Jasa tenaga ahli : 11%
b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%
c. Dokumentasi/pelaporan : 4%
2. Penyusunan KA-ANDAL
a. Tenaga ahli : 21%
b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%
c. Proses persetujuan dokumen : 10%
d. Dokumentasi/administrasi : 6% +
TOTAL 100%

4.3. Waktu Studi


Studi AMDAL PT. SETIA KAWAN - Proyek Pembangunan TPA ini diprakirakan akan
berlangsung selama 1 Tahun, tidak termasuk waktu tunggu presentasi di depan Komisi Penilai
AMDAL Pusat dan persetujuan dari Komisi AMDAL Pusat, Kementrian Lingkungan Hidup
Jakarta.
Pembagian secara detail tahapan-tahapan penelitian penyusunan laporan Studi AMDAL
disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Estimasi Lama Waktu Studi ANDAL

BULAN KE
N
KEGIATAN I II III IV V VI VII VIII
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 a. Perijinan ke instansi terkait
b. koordinasi dengan pemerintah setempat
2 PENGUMUMAN PUBLIK
a. Memasang papan pengumuman di desa
dan kecamatan
b. Pengumuman di Media Elektronik
c. Pengumuman di media cetak
d. pengumpulan data tanggapan masyarakat
3 KONSULTASI MASYARAKAT
a. koordinasi dengan pemerintah setempat
b. Konsultasi Masyarakat di
desa/kecamatan
c. Pengolahan Data hasil konsultasi
masyarakat
d. pengolahan data hasil diskusi-konsultasi
e. penyusunan data sekunder
4 PENYUSUNAN KA ANDAL
a. penulisan draft KA ANDAL
c. penyempurnaan KA ANDAL
d. Penyerahan KA ANDAL ke pemrakarsa
e. Penyerahan KA ANDAL ke komisi
penilai AMDAL
f. Presentasi KA ANDAL di Komisi
Penilai AMDAL
g. Penyempuraan dan Persetujuan KA
ANDAL
5 PENYUSUNAN ANDAL-RKL-RPL
a. pengumpulan data lapangan
b. analisis laboratorium
c. Pengolahan Data hasil konsultasi
masyarakat
d.penyusunan ANDAL
e/ Peyusunan RKL
f. Penyusunan RPL
g. Konsultasi ANDAL-RKL-RPL kepada
pemrakarsa
h. penyempurnaan ANDAL-RKL-RPL
i. penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke
pemrakarsa
j. Penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke
komisi penilai AMDAL
k. presentasi ANDAL-RKL-RPL di komisi
penilai AMDAL
l. penyempurnaan dan persetujuan
ANDAL-RKL-RPL
DAFTAR PUSTAKA

Godang Jaya Tua, PT. Naviogat Organik Energy Indonesia, PT. KA-ANDAL Pembangunan
TPST Bantar Gebang-Bekasi. 2009 (Sumber: http://panmas.depok.go.id/profil/geografis)
Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20WIB

(Sumber: http://www.academia.edu/4456943/Kota_Depok_Dalam_Angka_2008) Diunduh


tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber:http://www.jbic.go.jp/wp-content/uploads/projects/2012/11/3934/1-4
6_KA_ANDAL_BAB_2B.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://samowob.files.wordpress.com/2008/04/ukl-upl-talangagung.pdf) Diunduh


tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber:http://www.academia.edu/7267999/
ANALISIS_RONA_LINGKUNGAN_Tantim_Fhilia_Resti_1111015093_Dosen_Pembimbing)
Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://www.academia.edu/4304667/1_4_7_KA_ANDAL_BAB_3) Diunduh tanggal 2


Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/depok.pdf) Diunduh tanggal 2


Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://www.damandiri.or.id/file/ronilaipbbab4.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015


/10.20WIB

Anda mungkin juga menyukai