Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGUJIAN INSEKTISIDA
KELOMPOK 4

Disusun Oleh:
Adinda Melinia Prasasti P07133322002
Dwi Rizki Kardina P07133322010
Vina Yuliana P07133322013
Rasyidah P07133322019

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh
serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah digunakan per tahun dan jenis
pestisida yang paling banyak di dunia adalah insektisida (Kementrian Pertanian, 2011; De et
al., 2014). Pengguna insektisida dalam pengendalian nyamuk/serangga rumah tangga di
Jakarta terdapat sebanyak 80%. Sekitar 36,6% menggunakan insektisida semprot/aerosol,
14,8 % insektisida koil/bakar, 15,6% insektisida oles, 12% insektisida elektrik, 12,3%
insektisida kombinasi antara bakar, semprot dan oles.
Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan
untuk membunuh serangga baik bentuk dewasa maupun bentuk larva. Terdapat berbagai
macam golongan insektisida buatan, antara lain karbamat (sufur organik), klorin organik dan
fosfor organik. Dalam hal efektivitas, sebenarnya kemampuan insektisida-insektisida
tersebut tidak diragukan lagi. Permasalahannya adalah selain toksik terhadap serangga,
ternyata insektisida-insektisida tersebut juga mempunyai efek terhadap manusia.
Pencemaran lingkungan, biological magnification pada rantai makanan dengan segala
akibatnya, serta penyakit degenerasi dan keganasan semakin banyak dilaporkan (Utama,
2003). Penggunaan insektisida jika berlebihan dan menggunakan secara berulang-ulang
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu matinya musuh alami, pencemaran
lingkungan dan juga dapat membahayakan kesehatan manusia.
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk
membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman.
Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida. Insektisida adalah zat atau senyawa kimia
yang digunakan untuk mematikan atau memberantas serangga. Berbagai jenis insektisida
beredar di pasaran dengan bermacam-macam merk dagang dan di jual secara bebas
(Djojosumarto, 2008). Insektisida banyak digunakan dalam bidang pertanian, kesehatan,
industri bahkan lingkungan perumahan (Soenandar, 2010).
Insektisida yang ideal harus mempunyai sifat berupa :
1. Mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat, serta tidak berbahaya bagi binatang
ternak dan manusia
2. Harganya murah dan mudah didapat dalam jumlah yang besar
3. Mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar
4. Mudah dipergunakan dan dapat dicampur dengan berbagai macam bahan pelarut
5. Tidak berwarna dan tidak berbau yang tidak menyenangkan
B. Jenis-jenis Insektisida
Pemberantasan serangga dapat menggunakan jenis insektisida kimia dan
insektisida nabati. Pengendalian hama serangga biasanya dilakukan dengan
menggunakan insektisida kimia (Indiati, 2017). Insektisida kimia memiliki beberapa
jenis. Kelompok insektisida kimia yang paling banyak digunakan menurut (Anshori &
Prasetiyono, 2016) yakni:
1. Organoklorin yang merupakan senyawa kimia yang memiliki efek lama terurai di
lingkungan. Insektisida pada kelompok dapat bekerja dengan menyerang sistem
syaraf bukan hanya pada jenis insekta tapi juga mamalia dan keracunan yang
disebabkan oleh kelompok dapat bersifat karsinogenik (kanker) (Indiati, 2017).
a. DDT dan Analog DDT
DDT merupakan insektisida yang memiliki toksisitas tinggi pada serangga dan
mampu membunuh serangga dengan kontak yang sederhana, tapi memiliki
toksisitas yang rendah pada manusia. Penggunaannya saat ini sudah berkurang
karna terjadinya resistensi dari serangga.
b. Heksakloroheksan
Insektisida ini memiliki aksi yang cepat, membunuh dengan cepat dan sedikit
meninggalkan residu. Insektisida ini secara khusus digunakan sebagai pengganti
DDT jika resistensi.
c. Siklodien
Golongan insektisida siklodien salah satunya adalah Dieldrin. Dieldrin memiliki
toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan DDT dan heksakloroheksan
pada serangga maupun manusia.
2. Organofosfat merupakan kelompok insektisida yang dapat lebih mudah terurai di
alam. Insektisida kelompok terdiri dari ester asam fosfat yang digunakan untuk
membunuh hewan bertulang belakang yang bekerja menghambat penyaluran impuls
saraf dengan mengikat enzim asetil kolinesterase (Dhamayanti & Saftarina, 2018).
3. Karbamat merupakan senyawa yang mekanisme toksisitasnya sama dengan
organofosfat. Karbamat memiliki sifat yang memiliki persistensi yang lebih rendah
dan dapat terurai dengan mudah di alam.
4. Piretroid merupakan senyawa yang berkerja pada sistem saraf pada serangga.
Serangga akan mengalami hipereksitasi (kegelisahan) dan konvulsi (kejang) akibat
dari impuls syaraf yang menghambat kerja akson pada kanal ion sehingga terjadi aksi
potensial yang terjadi secara terus menerus (Ghiffari et al., 2013)
5. Biopestisida Insektisida ini muncul karena adanya resistensi pada organofosfat,
karbamat, organoklorin dan piretroid. Biopestisida merupakan insektisida yang
menggunakan suatu organisme dalam pemberantas serangga.
C. Cara Masuk Insektisida ke Dalam Tubuh Serangga
Cara masuk Insektisida Terdapat 3 cara masuk insektisida ke dalam tubuh
serangga, antara lain (Naria, 2005) :
1. Racun lambung
Racun lambung adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran apabila
bahan aktif insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan dan diserap oleh
dinding saluran pencernaan serangga sasaran. Selanjutnya, bahan aktif tersebut akan
dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan seperti
misalnya susunan syaraf serangga.
2. Racun kontak
Racun kontak adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan
cara masuk ke dalam tubuh serangga melalui kulit. Dalam hal ini serangga akan mati
apabila bersinggungan langsung dengan insektisida tersebut. Racun kontak
mempunyai peran ganda yakni selain sebagai racun kontak, ia juga berperan sebagai
racun perut.
3. Racun pernapasan
Racun pernapasan adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran
dengan cara masuk ke dalam tubuh serangga melalui saluran pencernaan, dalam hal
ini serangga akan mati apabila menghirup insektisida dalam jumlah cukup. Wujud
dari racun pernapasan adalah berupa gas, apabila dalam bentuk padat atau cair harus
dapat berubah menjadi gas saat diaplikasikan sebagai fumigansia.
D. Cara Kerja Insektisida Dalam Tubuh Serangga
Insektisida yaitu bahan atau campuran bahan yang digunakan biasanya untuk
mencegah, menolak, merusak dan mengurangi serangga hama (vektor). Bahan aktif
insektisida digunakan Bersama dengan bahan-bahan yang lainnya, yaitu biasa dicampur
dengan minyak sebagai pelarut, air untuk pengencer, tepung yang digunakan untuk
mempermudah pengeneran, penyemprotan, bubuk sebagai pengencer, atraktan, sinergis,
dan sebagainya. Berdasarkan cara kerja insektisida terbagi menjadi lima yaitu
menganggu sistem syaraf, menganggu produksi energi, dapat mempengaruhi sistem
endokrin, menghambat produksi kutikula dan juga menghambat keseimbangan air.
Setelah mengetahui cara kerja insektisida maka akan dapat bermanfaat dalam memilih
dan merotasi insektisida untuk mendapatkan hasil yang optimal.
1. Fisis
Fisis adalah proses menghambatnya metabolisme dengan cara mekanis, dengan
penggunaan boric acid, aerisolica gel, dan silica gel yang dapat membunuh serangga
akibat proses dehidrasi karena penyerapan air dalam tubuh serangga tersebut,
sehingga serangga dapat kehilangan cairan yang ada didalam tubuh dan selanjutnya
serangga mengering lalu mati.
2. Merusak Syaraf
Insektisida ini akan bersifat fisis faripada biokimia, pada beberapa golongan
bersifat mempengaruhi akson pada sel syaraf neuron yang dapat transmisi implus
syaraf dari sel sat uke sel lainnya, contoh seperti golongan organochlorine, chorinated
dan pyrethroid.
3. Merusak Enzim
Insektisida merusak garam-garam, enzim yang dapat merusak semua enzim dalam
sistem kehidupan dari serangga dan enzim pengurai acethylcholine yaitu Cholid
esterase.
4. Melemaskan Otot
Insektisida jenis ryna mengandung ryanodine dan alkaloid yang meracuni otot
karena berhubungan dengan otot. Jenis insektisida lain yaitu sabadilla mengandung
cepadine, veratridine, dan alkaloid.
5. Menghambat Metabolisme
Insektisida ini menghambat transport electron mitokondris, beberapa contoh
insektisida tersebut yaitu HCN, rotenone, dinetrophenois dan organotis.
E. Uji Insektisida
Uji Insektisida Pengendalian vektor yaitu menerapkan berbagai macam cara
sehingga vektor tidak menularkan penyakit dengan tidak menimbulkan
kerusakan/gangguan terhadap lingkungan. Pengendalian vektor tepat guna yaitu
pengendalian secara tepat sasaran, tepat waktu, tepat insektisida, tepat cara dan tepat
dosis.
Terdapat dua cara pengujian insektisida terhadap serangga uji, yaitu (Dono et al.
2010) :
1. Uji Bio Assay
Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida
terhadap serangga uji dimana tujuannya untuk mengetahui daya bunuh insektisida.
Terdapat 3 jenis bioassay, yaitu :
a. Uji bioassay kontak langsung (residu)
b. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay)
c. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Metode pengujian dilakukan dengan menghitung serangga uji yang mati
setelah terpapar insektisida dibandingkan dengan kelompok pembanding dengan
interpretasi data :
1) < 5 % = angka kematian dapat digunakan
2) 5 - 20 % = angka kematian harus dikoreksi dengan rumus Abbot :
% kematianuji−% kematian kontrol
= x 100 %
100−% kematian kontrol
3) 20 % = kematian harus di ulang
2. Uji Susceptibility
Uji susceptibility adalah uji insektisida untuk mengetahui kerentananan
serangga terhadap insektisida. Uji susceptibility bertujuan untuk mengetahui
kerentanana serangga uji terhadap penggunaan insektisida serta mengetahui tingkat
perubahan-perubahan tingkat kerentanan setelah aplikasi insektisida.Secara garis
besar, metode pengujian dilakukan dengan menghitung jumlah serangga uji yang mati
setelah terpapar insektisida. Terdapat tiga jenis kategori pembacaan yaitu :
a. Kematian < 80 % = resisten (kebal)
b. Kematian 80-98 % = tolerans (perlu dibuktikan lebih lanjut)
c. Kematian 99-100 % = rentan (peka)
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA

Kusumastuti, N. H. (2014). Penggunaan insektisida rumah tangga antinyamuk di Desa


Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Widyariset, 17(3), 417-424.
Mentari, R. A. (2019). Uji Kemampuan Maserat Daun Sirsak (Annona Muricata) Terhadap
Larva Nyamuk Aedes aegypti.
Mu’azah, Z. A., Rofieq, A., Nuryady, M. M., Permana, T. I., Dinindra, A. M., Agustin, J. U., ...
& Irrodah, P. A. (2021). Uji Susceptibility Nyamuk Aedes aegypti terhadap Insektisida
Malathion di Wilayah Fogging Kabupaten Malang. Bioscientist: Jurnal Ilmiah
Biologi, 9(2), 378-388.

Anda mungkin juga menyukai