Anda di halaman 1dari 12

Intisari Kuliah PHT

PENGENDALIAN ORGANISMA PENGGANGGU


TANAMAN SECARA KIMIAWI
Mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara kimiawi, ialah dengan menggunakan
bahan kimia beracun, yang dikenal dengan nama Pestisida. Pestisida secara harfiah berarti pembunuh
hama (dalam arti luas) , berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi keseluruhan kelompok
organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit dan tumbuhan pengganggu), sedangkan sida
berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh.

Pengertian Pestisida
Secara umum pestisida didefenisikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis tidak saja
bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran, tetapi juga dapat bersifat racun terhadap
manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak atau organisma berguna lainnya.

Pengertian Pestisida Menurut PP Nomor 7 tahun 1973:


Peraturan Pemerintah RI yang mengatur tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan
Penggunaan Pestisida ialah PP Nomor 7 tahun 1973. Dalam peraturan tersebut, didefenisikan bahwa
pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain, serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :
a. Memberantas dan mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, atau hasil pertanian.
b. Memberantas gulma (tumbuhan pengganggu)
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman, tidak termasuk pupuk
e. Memberantas atau mencegah hama-hama air
f. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan atau ternak
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan, dan dalam alat pengangkutan
h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah atau air

Pengertian Pestisida menurut The United States Environmental Pesticide Control Act :
a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau
menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik
yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia
dan binatang.
b. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau
pengering tanaman

Penggolongan Pestisida
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda, karena itu dikenal
banyak penggolongan pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung
pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara
kerja, berdasarkan struktur kimianya dan berdasarkan bentuknya.

A. Berdasarkan sasaran / Kegunaan :


Berpedoman kepada PP Nomor 7 tahun 1973, penggolongan pestisida berdasarkan sasaran jenis
jasad pengganggu yang dikendalikannya (berdasarkan kegunaannya), digolongkan sebagai
berikut :
1. Insektisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk
mematikan serangga (insekta).
2. Herbisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk
mematikan tumbuhan pengganggu (gulma).
3. Fungisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mencegah
atau memberantas perkembangan patogen fungi (cendawan)
4. Bakterisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk
mematikan bakteri atau virus yang bisa menimbulkan penyakit pada tanaman.
5. Nematisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk
mematikan cacing mikro (Nematoda) yang merusak bagian tanaman didalam tanah, misalnya
akar, umbi, dan sebagainya.
6. Akarisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa digunakan untuk
mematikan jenis-jenis Tungau dan Kutu daun
7. Rodentisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk
mematikan jenis binatang pengerat seperti Tikus.
8. Zat Pengatur Tumbuh : bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa digunakan untuk
mengatur pertumbuhan tanaman, misalnya untuk merangsang pembungaan dan
pembuahan, merangsang pertumbuhan vegetatif, mematikan cabang yang tidak dikehendaki
dan lain sebaganya.
9. Jenis Pestisida Lain : bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa digunakan sebagai
bahan pencampur, misalnya bahan pembasah (wetting agent), bahan perata (spreader) dan
bahan perekat (sticking agent).

Penjelasan :

1.  Insektisida
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga
pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua
mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni si
serangga tersebut. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai beberapa hal pokok tentang
mekanisme insektisida dalam mengendalikan serangga.

Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman, dibedakan 3 macam jenis
insektisida :
a. Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar,
lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel
menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan
residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida
ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik kearah atas (akropetal) atau ke
bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila
memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida tsersebut.

b. Insektisida Non-sistemik
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya
menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada
permukaan tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya),
teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang
permukaannya terkena insektisida. Residu insektisida pada permukaan tanaman akan
mudah tercuci oleh hujan dan siraman, oleh karena itu dalam aplikasinya harus
memperhatikan cuaca dan jadwal penyiraman.

c. Insektisida Sistemik Lokal


Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat
ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke
permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan
parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (daging
daun) hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah
(permukaan daun bagian bawah).

Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga, dibedakan menjadi 3


kelompok sebagai berikut:

a. Racun Lambung (Racun Perut)


Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan
cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk
ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan
ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan
menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel
lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah
disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk
membunuh.

b. Racun Kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit,
celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut si serangga.
Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut.
Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.

c. Racun Pernafasan
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk
partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro
insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap,
maupun uap dari insektisida cair.

Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap cara
aplikasinya :
1. Untuk mengendalikan hama yang berada di dalam jaringan tanaman (misalnya hama
penggerek batang, penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida sistemik
atau sistemik local, sehingga residu insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam
tanaman. Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan.
Hama yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi
penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan tanaman tidak akan
bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.
2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu, dll),
penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan
berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat
penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat
kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang
memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. Dengan
demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun, maka mereka akan mati
keracunan.

2.   Akarisida
Tungau (Acarina) termasuk hama pada berbagai tanaman yang belum banyak diketahui
petani cara pengendaliannya. Hal ini disebabkan karena tungau merupakan jenis binatang
hama yang bukan serangga (ulat, belalang, wereng dll). Tungau memiliki kaki 8 buah,
sedangkan serangga memiliki kaki 6 buah. Sehingga dalam mengendalikan hama tungau,
harus menggunakan pestisida yang benar-benar untuk tungau yaitu akarisida (pestisida untuk
mengendalikan tungau). Cuma sayangnya pestisida ini masih sangat langka dipasaran
sehingga petani hampir selalu mengendalikan hama tungau menggunakan insektisida yang
dapat dipastikan tidak akan berhasil.
Pasti dalam benak pembaca ada pertanyaan, lalu pestisida apa yang tepat untuk
mengendalikan tungau? Sebetulnya dikios-kios pertanian sudah ada cuma kita kadang kala
malas untuk membaca label ataupun brosus pestisida tersebut. Nah mulai sekarang kita harus
jeli dan harus selalu membaca label ataupun brosur suatu pestisida yang akan kita beli. Kalau
perlu menghapalkan bahan aktif dan mengamati sejauh mana reaksi bahan aktif tersebut
terhadap hama yang akan kita kendalikan.
Contoh Akarisida untuk tanaman cabai, kentang, kacang panjang adalah:
a. Samite (Produk dari PT Tanindo Subur Prima)
b. Mesurol (Produk dari PT Bayer Crop Science)
c. Pegasus (Produk dari PT Sygenta)

3.   Rodentisida
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesebabkan
tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk
berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan
tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakkan tikus sangat tergantung dari
makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari. Tikus menyerang berbagai
tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang
tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan
para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan
biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di
semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.
Oleh karena itu, diperlukan rodentisida untuk membasmi tikus-tikus yang dapat merugikan
tersebut.
Rodentisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh hewan
pengerat, seperti tikus sawah Rattus argentiventer atau tikus ladang Rattus exulans.
Rodentisida dapat membunuh tikus (hewan pengerat) dengan cara meracuni makanannya
(tanaman). atau pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara mencampurkannya dengan makanan
kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan tersebut harus hati-hati, jangan sampai termakan
oleh binatang lain. Rodentisida banyak digunakan didaerah persawahan, perladangan,dan
dirumah. Misalnya senyawa arsen (warangan) dan thalium sulfat. Contoh dari pestisida jenis
ini adalah warangan.

B. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Struktur Kimia

Berdasarkan struktur kimianya, pestisida dapat digolongkan menjadi :


1. Golongan Organochlorin :
Umumnya golongan ini mempunyai sifat merupakan racun yang universal, degradasinya
berlangsung sangat lambat larut dalam lemak. Organochlor adalah pestisida yang
mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen dan chlorine. Atom-atom chlor dalam
komposisinya terikat pada atom hidrokarbon, misal DDT (Dichloro Diphenil Trichloretane),
yang dibuat dengan mengkondensasi klorobenzen dan klorat (trichloro asetal dehida).
Contahnya Aldrin, Chlordane, DDT, Dieldrin, Endosulfan dan lain-lain.

2. Golongan Organophosfat :
Golongan ini merupakan racun yang tidak selektif, degradasinya berlangsung lebih cepat
atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan
memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia
dari pada organokhlor. Jenis pestisida ini mengandung unsur-unsur phosphat, carbon,dan
hidrogen. Pestisida ini terdiri dari satu gugus atau lebih fosfor yang terkait pada molekul
organik. Organophosphat dibuat dari suatu molekul organik yang direaksikan dengan
fosforilat. Contohnya : Parathion, Malathion dan Tetra Ethyl Pyro Phosphat (TEPP). Di
Indonesia yang paling banyak dipakai adalah Diazinon, Basudin dan Dursband.

3. Golongan Carbamat
Golongan ini mempunyai sifat mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak
terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi,
namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk jenis tawon.
Carbamat adalah jenis pestisida yang mengandung gugus karbamat. Contoh pestisida yang
mengandung gugus karbamat adalah Sevin, Baygon, Bayrusil dan Isolan. Sevin dibuat dari
alpha napthol yang dikondensasikan dengan fosgen dan direaksikan dengan metilamin.

4. Senyawa Dinitrofenol misalnya Morocidho 40EC

5. Pyretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang
disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid
yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate.
Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat
beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin,
tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.

6. Fumigant
Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap
untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus.
Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau
menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin,
ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

7. Petroleum
Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang juga
digunakan sebagai herbisida.

8. Antibiotik
Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini
mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

C. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi :

1. Formulasi Cair :
a. Cairan (Emulsifiable = EC) : Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari
campuran bahan aktif dengan perantara emulsi. Dalam penggunannya, biasanya
dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengecerannya atau cairan semprotnya
disebut emulsi.
b. Pekatan yang dapat diemulsikan (emulsifeable concerate disingkat EC) : pestisida
dengan formulasi ini dibuat dengan melarutkan zat aktif dalam pelarut tertentu dan
ditambahkan surfaktan atau bahan pengemulsi, penggunaan dengan penyemprotan
dengan volume ultra rendah (“ultra low volume”). Contoh : Agrothion 50 EC, Basudin 60
EC.
c. Pekatan yang larut dalam air (water soluble concentrate = WSC) : Pestisida dengan
formula ini diencerkan lebih dulu dengan air baru di semprotkan. Contoh : Azodrin 15
WSC
d. Pekatan dalam air (Aqueous consentrate) : Umumnya yang diformulasikan dalam bentuk
ini ialah bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air.
Contoh : 2-metil-4-Klorofenoksiasetat (MCPA), dan 2,4-Diklorofenoksi asetat (2,4-D)
e. Pekatan dengan minyak (oil concentrate) : adalah formulasi air yang berisi bahan aktif
dalam konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti
“xilin” atau “nafta”. Penggunaanya biasa diencerkan dengan pelarut hidrokarbon yang
lebih murah (misal solar) baru di semprotkan atau dikabutkan (fogging). Contoh : Sevin 4
Oil.
f. Formulasi aerosol : Dalam hal ini pestisida dilarutkan dalam pelarut organik, dalam
konsentrasi rendah dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas
dalam bentuk aerosol siap pakai. Contoh : flygon aerosol.
g. Bentuk cairan yang mudah menguap (Liquified gases) : Pestisida ini terdapat dalam
bentuk gas yang dimampatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan.
Penggunaannya ialah dengan cara fumigasi kedalam ruangan atau tumpukan bahan
makanan atau penyuntikan kedalam tanah. Contoh : Methyl bromide.
h. Suspensi (flowable concentrate = F) : Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang
ditambahkan pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya
adalah seperti pasta yang disebut campuran pasta.
i. Ultra Low Volume (ULV) : Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi
S(solution). Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam
solven minimum. Konsentrat ini mengandung pestisida berkonsentrasi tinggi dan
diaplikasikan langsung tanpa penambahan air.
j. Solution (S) : Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke
dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu secara
langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain.
k. Aerosol (A) : Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif
berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak) kemudian
dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan. Formulasi jenis ini
banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau perkarangan.
l. Pekatan yang dapat larut dalam air (Water Soluble Concentrate = WSC) Merupakan
formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil pengecerannya dengan
air disebut larutan.

2. Formulasi Padat

a. Tepung disuspensikan atau wetable powder (WP) atau dispersible powder (DP) : Pestisida
berbentuk tepung kering agak pekat ini belum dapat secara langsung digunakan secara
langsung untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dulu dibasahi air. Hasil
campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air,
melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering
diaduk atau tangki penyemprot digoyang-goyang. Contoh : Basimen 235.

b. Seed Treatment (ST) : Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaanya dicampurkan dengan
sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih digunakan formulasi
ini.
c. Tepung yang larut dalam air (water-soluble powder = SP) : Jenis pestisida ini sepintas mirip
dengan bentuk WP, penggunaan juga dicampur dengan air. Perbedaanya jenis ini
larut dalam air jadi dalam penggunaanya dalam penyemprotan, pengadukan hanya
dilakukan sekali pada waktu pencampuran. Contoh : Dowpon M.
d. Butiran atau Granule (G) : Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan
campuran bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan
aktif. Penggunaanya cukup ditaburkan atau dibenamkan disekitar perakaran atau
dicampur dengan media tanaman. Bahan aktif pestisida dicampur dengan bahan
pembawa, seperti tanah liat, pasir, tongkol jagung yang ditumbuk. Kadar bahan
aktifnya berkisar antara 1 - 40%. Penggunaan biasa dengan menaburkan.
Contoh : Ekaluk 5G.
e. Tepung hembus, debu (dust=D) : Bentuk tepung kering yang hanya terdiri atas bahan
aktif, misalnya belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai
karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti walnut, talk. Dalam
penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang
disebut duster.
f. Pekatan debu atau Dust Concetrate (DC) : Kadarnya biasa antara 25-75%. Pestisida
dicampur dengan bahan pembawa dalam bentuk debu. Kadar zat aktif biasa 1-10% dengan
ukuran partikel < 70 mikron contoh : lannate 2D.
g. Umpan atau Bait (B) : Bahan aktif pestisida dicampurkan dengan bahan
pembawa. Biasa terdapat dalam bentuk bubuk, pasta atau butiran. Penggunaannya
dicampurkan dengan bahan makanan yang disukai oleh
hewan sasaran. Contoh : Zink Fosfit (umpan bubuk), klerat RM.
h. Tablet, terdapat dalam 2 bentuk : Tablet yang bila kena udara akan menguap jadi
fumigan, yang umumnya digunakan untuk gudang-gudang atau perpustakaan. Contoh :
Phostoxsin Tablet. Tablet yang pada penggunaannya memerlukan pemanasan uap dari hasil
pemanasan dapat membunuh atau mengusir hama (nyamuk). Contoh : Fumakkila

i. Padat lingkar : Biasa digunakan dengan membakar. Contoh obat nyamuk bakar Moon Deer
0,2 MC.
j. Umpan beracun (Poisonous Bait = B) : Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari
bahan aktif pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad
pengganggu.
k. Powder concentrate (PC) : Formulasi ini berbentuk tepung, penggunaanya dicampur dengan
umpan dan dipasang di luar rumah. Pestisida jenis ini biasanya tergolong Rodentisida
yaitu untuk memberantas tikus.
l. Ready Mix Bait (RMB) : Formulasi ini berbentuk segi empat (blok) besar dengan bobot
300gram dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pellet. Formulasi ini berupa umpan
beracun siap pakai untuk tikus.
D. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Cara Kerja :

1. Cara Kerja Insektisida

Seperti yang dikemukakan di depan, insektisida ialah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun dan digunakan untuk mematikan serangga (insekta). Cara kerja Insektisida
mematikan serangga dapat terjadi melalui beberapa cara :

a. Racun perut
Insektisida jenis ini digunakan untuk memberantas serangga yang menyerang tanaman
dengan cara memakan bagian tanaman tersebut. Tanaman disemprot dengan
Insektisida, sehingga bagian-bagian tanaman akan mengandung racun. Serangga
mengalami kematian akibat memakan bagian tumbuhan yang telah disemprot jenis
insektisida tersebut.

b. Racun Kontak
Serangga mengalami kematian, jika langsung terkena cairan insektisida pada saat
penyemprotan. Racun atau bahan aktif insektisida akan meresap ke dalam tubuh melalui
kulit luar, kemudian bekerja di dalam tubuh serangga dan menyebabkan kematian.

c. Racun sistemik
Insektisida bisa diserap oleh tanaman baik melalui akar maupun melalui bagian tanaman
lainnya, tetapi tidak mengganggu atau merugikan tanaman itu sendiri. Dengan
terserapnya racun ke dalam tubuh tanaman, maka tanaman tersebut mempunyai daya
penolak bahkan daya mematikan bila ada serangga yang memakannya.

d. Fumigan (Fumigant)
Pestisida jenis ini mematikan serangga setelah zat fumigant terserap ke dalam tubuh
serangga melalui pernafasan.

e. Antraktan (Anttractant)
Pestisida mengeluarkan bau-bauan yang bisa menarik jenis serangga tertentu. Setelah
serangga mendekat dan terkumpul, maka serangga tersebut mudah dimusnahkan.

f. Repelen (Repellent)
Insektisida diproses mengeluarkan bau-bauan yang bisa menolak atau mengusir
serangga. Bau yang dikeluarkan merupakan bau yang tidak disenangi oleh serangga –
serangga pengganggu.

Catatan :
Pestisida lain seperti Akarisida dan Nematisida memiliki cara kerja seperti yang diuraikan di
atas.

2. Cara Kerja Fungisida

Proses kematian sel-sel jamur karena bahan beracun yang terkandung dalam fungisida, dapat
melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Merusak dinding sel dan pembagian sel.
Fungisida dapat mengurangi kemampuan cendawan/jamur dalam melakukan
pembentukan dinding-dinding sel yang baru, dengan cara mempengaruhi enzim-enzim
yang terlibat dalam pembentukan dinding sel tersebut, sehingga pertumbuhan
cendawan tidak berkembang bahkan terhenti.
b. Pengaruh terhadap permiabilitas membran sel
Zat organik yang bersifat fungisidal dan bakterisidal dapat mengganggu membran
sitoplasma yang bisa menimbulkan sel-sel mengeluarkan zat-zat yang mudah larut di
dalam sel, sehingga isi sel jamur menjadi rusak dan menyebabkan kematian.
c. Mempengaruhi kerja Enzim

7
Banyak jenis fungisida yang bekerja menghambat enzim sel-sel jamur/cendawan,
sehingga proses metaboliknya terganggu.

3. Cara Kerja Herbisida

Berdasarkan waktu penggunaan, herbisida digolongkan menjadi 2, yaitu:


a. Herbisida pratumbuh : pada areal yang akan dikendalikan, herbisida diaplikasikan
sebelum gulma tumbuh
b. Herbisida purna tumbuh : diaplikasikan setelah gulma tumbuh bersamaan dengan
tanaman budidaya

Cara kerja herbisida mematikan gulma :


a. Secara Kontak : herbisida hanya mematikan bagian gulma yang dikenai larutan herbisida
saja
b. Secara Sistemik : walaupun tidak seluruh bagian gulma terkena cairan herbisida,
memungkinkan seluruh tubuh gulma mati, karena bahan aktif dapat ditaranslokasikan ke
seluruh jaringan tubuh gulma.

4. Cara Kerja Rodentisida

Rodentisida sebagai bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dapat digunakan
untuk mematikan jenis binatang pengerat seperti Tikus. Supaya rodentisida bisa membasmi
tikus secara efektif, maka harus memenuhi syarat : tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
bereaksi di dalam tubuh secara perlahan-lahan, dan bisa mematikan tikus, serta tidak
membahayakan ternak dan manusia.

Cara kerja Rodentisida :

a. Bersifat Antikoagulan : racun berkerja dengan cara menghambat pembekuan darah dan
akan menimbulkan kerusakan pada jaringan-jaringan pembuluh darah. Dengan rusaknya
pembuluh darah maka bagian dalam tubuh tikus akan mengalami pendarahan dan
mengakibatkan tikus mati perlahan-lahan.

b. Bersifat Akut : pada saat umpan dimakan tikus langsung mati. Kelemahan : tikus yang
belum sempat makan racun bersifat jera umpan.

8
9
10
11
12

Anda mungkin juga menyukai