Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Pestisida

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme
hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut PP No. 7 tahun 1973, yang dimaksud pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman,
tidak termasuk pupuk.
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan
ternak.
Memberantas atau mencegah hama-hama air.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah dan air.
Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang
dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta
organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.
Pestisida merupakan bahan yang telah banyak memberikan manfaat untuk
keberlangsungan dunia produksi pertanian. Banyaknya Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) yang dapat menurunkan hasil panen, dapat diminimalisir dengan pestisida. Sehingga
kehilangan hasil akibat OPT tidak terlalu besar. Selain bidang pertanian, pestisida juga
memberikan banyak manfaat untuk membantu masalah yang timbul akibat adanya organisme
pengganggu di tingkat rumah tangga. Seperti pembasmian nyamuk misalnya, dengan adanya
pestisida maka proses pembasmian nyamuk akan menjadi lebih cepat dan efisien. Bahkan
masih banyak lagi peranan pestisida bagi kehidupan manusia di berbagai bidang.
Jenis Pestisida
Pestisida oleh para ahli dikelompokan untuk mempermudah pengenalanya. Pestisida
dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi, cara
kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal bahan aktifnya.
Ditinjau dari jenis organisme yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis antara lain:
Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau
kutu. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi
untuk membunuh alge.
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai
pembunuh atau penolak burung.
Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi
untuk membunuh bakteri.

Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya
jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk
membunuh gulma.
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen
tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau
lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti
benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.
Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh
ikan.
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk
membunuh binatang pengerat.
Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu
berfungsi untuk membunuh rayap.
Berdasarkan bentuk fisiknya pestis ida dapat berupa:
Cair
Padat
aerosol
Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi
Butiran (G/granul)biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat langsung
diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu.
Powder (tepung)biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan.
Formulasi bentuk ini membentuk sediaan pestisida berupa suspensi. sehingga
sangat diperlukan pengadukan yang terus menerus karena sifat sediaan ini dapat
mengendap dan dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya penyumbatan pada
noze. Beberapa kode formulasi pestisida yang sejenis artinya akan menjadi
suspensi jika diencerkan dengan air adalah SC, F. dan lain-lain.
EC (Emulsifiable I emulsible concentrates)Pestisida dengan formulasi berbentuk
EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan semprot. Larutan jadi
ini tidak memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada umumnya insektisida
memiliki formulasi bentuk EC.
ASPestisida dengan formulasi ini akan membentuk iarutan yang homogen setelah
dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini adalah
dari golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi larutan
jika diencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain
Beberapa kode formulasi lain yang tidak perlu penambahan air dan dapat
diaplasikan lang sung di lapangan seperti baitlumpan atau pelet.
Berdasarkan cara kerja pestisida dikelompokkan menjadi:
Kelompok IGR, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Racun syaraf, biasanya mengganggu fungsi syaraf sehingga kematian yang cepat
dapat terjadi. Umumnya insektisida yang beredar di pasaran sekarang ini pada
umumnya adalah insektisida yang bekerja sebagai racun syaraf seperti golongan
organofosfat, karbamat, dan piretroid.

Mempengaruhi fungsi enzim


Mempengaruhi tingkah laku,dan lain-lain.
Berdasarkan cara masuk, pestisida dikelompokkan:
Racun kontak, artinya pestisida dalam hal ini senyawa bahan aktif masuk melalui
kontak atau mas uk ke tubuh serangga melalui dinding tubuh atau kutikula.
Racun perut, artinya senyawafbahan aktif masuk ke dalam tubuh serangga meialui
proses makan dan masuk ke tubuh melalui pencemaan.
Racun sistemik, senyawafbahan aktif terserap oleh tanaman lalu ditransportasikan
ke seluruh jaringan tanaman.
Fumigan, artinya senyawalbahan aktif masuk ke dalam tubuh sasaran melalui
sistem pemapasan.
Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi:
SintetikAnorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat
dan garam merkuri
OrganikOrgano khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.
Karbamat : earbofuran, SPMC, dll.Dinitrofenol : Dinex, dll.
Dampak Penggunaan Pestisida
Dampak positif
Dapat diaplikasikan dengan mudah
dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.
Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat
Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat
Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.
Dampak Negatif Pestisida
Keracunan pestisida
Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan.
Keracunan pada ikan dan biota lainnya.
Keracunan terhadap satwa liar.
Keracunan terhadap makanan.
Kematian musuh alami organisme pengganggu
Kenaikan populasi pengganggu
Dapat menyebabkan timbulnya resistensi
Residu
Pencemaran Lingkungan
Menghambat Perdagangan

Pestisida

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad


hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.
Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya
dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah
dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur
sebagai pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk
pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.
Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian,
dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan
lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan
peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya
pestisida.

Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran

Insektisida, racun serangga (insekta)

Fungisida, racun cendawan / jamur

Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu

Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)

Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)

Nematisida, racun nematoda,

dst.

Penggolongan menurut asal dan sifat kimia


1. Sintetik
1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat
dan garam merkuri.
1.2. Organik :

1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.


1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.
1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.
1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.
1.2.6. Thiosianat : lethane dll.
1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.
1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.
2. Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.

Penamaan pestisida (Nomenklatur)


Contoh :
I.

Carbophenothion

II.

Trithion (R)

III.
(p-chlorophenylthio) methyl ] 0 , 0 -diethyl phosphorodithioate
IV.

Keterangan:

I. Nama umum (generik)


II. Nama dagang
III. Nama kimia
IV. Rumus (struktur) kimia

Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga :

Melalui dinding badan, kulit (kutikel)

Melalui mulut dan saluran makanan (racun perut)

Melalui jalan napas (spirakel) misalnya dengan fumigan.

Jenis racun pestisida


Dari segi racunnya pestisida dapat dibedakan atas:
1. Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui sistem organisme misalnya melalui
akar atau daun kemudian diserap ke dalam jaringan tanaman yang akan
bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga mengakibatkan peracunan bagi
hama.
2. Racun kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat pemberian
insektisida atau dapat pula serangga target kemudian kena sisa insektisida (residu)
insektisida beberapa waktu setelah penyemprotan.

Formulasi pestisida
Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu
diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang
ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan,
penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida.
Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai
tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.

Formulasi insektisida yang digunakan dalam pengawetan kayu dan pengendalian


hama hasil hutan pada umumnya adalah dalam bentuk:
1. Untuk Penyemprotan (sprays) dan pencelupan (dipping)
1.1. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)
1.2. Water miscible liquids (S)
1.2a. Water soluble concentrates (WSC)
1.2b. Soluble concentrates (SC)
1.3. Wettable powder (WP)
1.4. Flowable suspension (F)
1.5. Water soluble powders (SP)
1.6. Ultra Low Volume Concentrates (ULV)
2. Dalam bentuk Dusts (D)
2.1. Racun dust yang tidak diencerkan, misalnya langsung dioleskan pada bagian
tiang yang akan ditanam (direct dust admixture)
2.2. Racun dengan pengencer aktif, misalnya belerang
2.3. Racun dengan pengencer inert, misalnya pyrophyllite
3. Fumigan misalnya kloropikrin untuk Cryptotermes
4. Umpan (baits)
EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang
diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar
terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam
air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang
menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air
pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan
racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran.
Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75 % dari seluruh
pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible
Concentrates.

Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini
disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak
mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam.
S (solution, larutan dalam air) merupakan larutan garam dalam air atau
campuran yang jernih walaupun semula mengandung cairan lain misalnya alkohol
yang dapat bercampur dengan air.
Dusts (D) : Dusts, debu, tepung atau bubuk merupakan formulasi pestisida
yang paling sederhana dan yang paling mudah untuk digunakan. Contoh paling
sederhana dari dust yang tidak di encerkan adalah tepung belerang yang digunakan
untuk menekan hampi semua populasi serangga. Rayap Cryptotermes dapat
dikendalikan populasinya dengan dusting.
Insektisida teknis, adalah insektisida yang tidak diformulasikan (technical
grade); dianjurkan agar jangan sekali-sekali menggunakan secara langsung
insektisida teknis yang belum diformulasikan karena :

sangat berbahaya bagi pemakai (operator)

berbahaya bagi pihak lain (manusia dan jasad-jasad lain di sekitar)

mencemari sumber air

lebih mahal

sukar pengaplikasiannya

residu bertahan lama (bahaya terhadap lingkungan)

tidak dapat disimpan lama dan penyimpanannya menimbulkan masalah

kurang efektif

Cara kerja racun (lihat bagian akhir, Toksikologi)


1. Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam berat, arsenat dll.
2. Racun syaraf :

Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam neuron (sel syaraf) dan


merusak selubung syaraf : DDT dan OK lainnya

Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai acethylcholine yaitu Choline


Esterase) : semua OF dan KB
3. Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah dll.
* Keterangan : OK - orgonokhlorin (chlorinated hydrocarbons)
OF - organofofat (organophosphates atau fosfat organik)
KB - karbamat (carbamates)

Syarat syarat pestisida yang ekonomis:


1.

Efektif memiliki daya mematikan hama yang tinggi

2. Aman terhadap manusia terutama operator, juga hewan ternak dan komponen
lingkungan lainnya, cukup selektif (tidak membunuh jasad yang bukan sasaran),
kurang persisten, tidak menyebabkan biomagnifikasi.
3. Ekonomis, efektif, efisien : broad spectrum (dapat digunakan untuk berbagai
hama), cukup spesifik, dan relatif tidak mahal.

Cara pemakaian (application methods):


1. Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak
adalah 1000 liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
2. Dusting (lihat penjelasan terdahulu) : untuk hama rayap kayu
kering Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena
racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
3. Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni)
semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb.
4. Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek
dll.

5. Dipping : perendaman / pencelupan seperti untuk biji / benih, kayu.


6. Fumigasi : penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu.
7. Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu.

Pestisida dan bahan penyampur


Pestisida sebagai bahan racun akfif (active ingredient) dalam formulasi biasanya
dinyatakan dalam berat / volume (di Amerika Serikat dan Inggris) atau beratberat (di Eropah). Bahan-bahan lain yang tidak akfif yang dicampurkan dalam
pestisida yang telah diformulasi dapat berupa :

pelarut (solvent) adalah bahan cair pelarut misalnya alkohol, minyak tanah, xylene
dan air. Biasanya bahan pelarut ini telah diberi deodorant (bahan penghilang bau
tidak enak baik yang berasal dari pelarut maupun dari bahan aktif).

sinergis, sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun, walaupun bahan itu
sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin (berasal dari biji wijen), dan
piperonil butoksida.

emulisifier, merupakan bahan detergen yang akan memudahkan terjadinya emulsi


bila bahan minyak diencerkan dalam air.

di samping bahan-bahan tersebut di atas, menurut keperluan, dalam formulasi


ditambahkan bahan-bahan lain seperti pencegah kebakaran, penghilang bau yang
tidak enak (deodorizer) dan peniada tegangan permukaan.

Dosis, dose konsentrasi dan aplikasi


Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun (bahan aktif, walaupun dalam
praktek yang dimaksud adalah product formulation) yang diaplikasikan pada suatu
satuan luas atau volume, misalnya : 1 liter / ha luasan, 100 cc / m 3 kayu dst. Dosis
pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun kensentrasi dapat berubahubah.
Dose adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang
diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya,

misalnya lethal dose(LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat
tubuh organisme sasaran).
Ada beberapa satuan dalam menuliskan dosis. Fungisida Benlate, misalnya,
tertulis dosisnya 3-5 g / 10 liter air; artinya dalam 10 liter air bisa dicampurkan 3-5 g
Benlate. Pengertian serupa juga berlaku untuk fungisida Nimrod 250 EC yang
mempunyai dosis pemakaian 2,5 5 ml / 10 liter air, dan insektisida Difolatan 4 F
dengan dosis pemakaian 20-30 cc/10 liter air.
Dosis anjuran pemakaian pestisida sebaiknya dipatuhi. Pemakaiannya secara berlebihan bisa
menyebabkan tanaman merana dan merusak lingkungan. Selain itu juga menyebabkan
populasi hama meledak karena malah merangsang pertumbuhannya. Pemakaian pestisida
dalam dosis rendah pun menyebabkan hama atau penyakit yang dituju tidak mati. Dan
mendorong timbulnya resistensi pada hama atau penyakit yang menyerang tanaman.
Konsentrasi
Ada tiga macam pembagian konsentrasi, yaitu konsentrasi formulasi, konsentrasi bahan aktif,
dan konsentrasi larutan. Konsentrasi formulasi adalah banyaknya pestisida dihitung dalam cc
atau gram bahan pestisida per liter air yang dicampurkan; sedangkan konsentrasi bahan aktif
adalah persentase bahan aktif yang terdapat dalam larutan jadi (larutan yang sudah dicampur
air). Tidak jauh berbeda dengan dua pengertian di atas, konsentrasi larutan adalam persentase
kandungan pestisida yang terdapat dalam larutan jadi.
Melihat adanya tiga pengertian yang hampir sama tentang konsentrasi maka para pemakai
pestisida hendaknya membaca terlebih dahulu sebelum menggunakannya. Konsentrasi
formulasi insektisida Lannate 1,5 33 cc/l air artinya dalam 1 liter air bisa dicampurkan 1,533 cc Lannate. Konsentrasi bahan aktif insektisida Basudin 60 EC 0,12 % artinya dalam 10
liter air bisa dicampurkan 12 gram Basudin 60 EC. Konsentrasi larutan herbisida Agroxone
3.000 ppm artinya dalam 1 liter air bisa dicampurkan 3 gram Agroxone (1000 ppm = 0,1 %).
Volume Semprot
Selama ini banyak yang mengartikan volume semprot secara salah. Umumnya mereka
mengartikan volume semprot hanya merupakan volume air pencampur pestisida saja. Padahal
sebenarnya yang dimaksud dengan volume semprot adalah volume akhir, yaitu jumlah
campuran air dengan pestisida yang disemprotkan.
Ambil misal fungisida Kasumin 20 AS yang mempunyai konsentrasi formulasi 2 cc/l air
dengan volume semprot 500 l/ha. Banyaknya fungisida itu untuk penyemprotan luasan 1 ha
adalah 1 liter (1000 cc); maka jumlah air pencampur yang perlu ditambahkan hanya 499 liter.
Jadi, total bila keduanya dijumlahkan menjadi 500 liter. Jumlah yangt erakhir itulah yang
dimaksud dengan volume semprot

Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan aktif


dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa.

BEBERAPA CONTOH INSEKTISIDA

Di antara golongan-golongan insektisida yang paling banyak digunakan dalam


pertanian dan kehutanan pada saat ini adalah dari golongan OK (organokhlorin), OF
(organofosfat) dan KB (karbamat).

1. Organoklorin (OK)

2. Organofosfat (OF)

4. Karbamat (KB)

5. Thiosianat

6. Fluoroasetat

7. Dinitrofenol

8. Insektisida botanis :
Piretroida

9. Inhibitor sintesis kutikel

10. Sinergis

11. Fumigan

TOKSIKOLOGI
Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian besar
menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel syaraf
(Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu. Peracunan dapat menyebabkan
kematian atau pulih kembali. Kepulihan bukan disebabkan karena senyawa OK telah
keluar dari tubuh tetapi karena disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK
sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan bersifat persisten, Mereka cenderung
menempel pada lemak dan partikel tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat
terjadi akumulasi, demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan biasanya terasa
setelah waktu yang lama, terutama bila dosekematian (lethal dose) telah tercapai. Hal
inilah yang menyebabkan sehingga penggunaan OK pada saat ini semakin berkurang
dan dibatasi. Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan peracunan
lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu
peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena reaksi
hayati tertentu.
Semua
senyawa
OF (organofosfat, organophospates)
dan
KB
(karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE (ensim choline esterase), ensim yang
berperan dalam penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat terjadi karena
gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau dapat
pulih kembali. Umur residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung lama sehingga

peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak terjadi karena faktor-faktor


lingkungan mudah menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB menjadi komponen
yang tidak beracun. Walaupun demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga
dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena
bahaya yang ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama,
sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari
golongan OF dan KB.
Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan pestisida terhadap
mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang menunjukkan
banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor
binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor
yang diberi dose tersebut. Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD 50 akut oral
(termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari
percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000)
menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi
manusia. LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.

Kepustakaan
Tarumingkeng, Rudy C. 1992. Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak
Penggunaannya. UKRIDA Press. 250 p.

Manusia & pertaniannya

Pestisida berimplikasi dalam kesehatan manusia karena polusi

Dalam penerapannya, tidak semua pestisida sampai ke sasaran. Kurang dari 20% pestisida sampai
ke tumbuhan. Selebihnya lepas begitu saja. Akumulasi dari pestisida dapat mencemari lahan pertanian dan
apabila masuk dalamrantai makanan, dapat menimbulkan macam-macam penyakit,
misalnya kanker, mutasi, bayi lahir cacat, danCAIDS.[23] Pestisida yang paling merusak adalah pestisida
sintesis, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang dihasilkan lebih tinggi
ketimbang senyawa lain, mengingat jenis ini peka akan sinar matahari dan tidak mudah terurai.
Di Indonesia, kasus pencemaran karena pestisida telah menimbulkan kerugian.
Di Lembang danPangalengan, tanah disekitar pertanian kebun wortel, tomat, kubis dan buncis tercemar
oleh organoklorin. Sungai Cimanuk juga tercemar akibat hasil-hasil pertanian yang tercemar pestisida.[23]
Menurut data WHO yang dipublikasikan pada tahun 1990, dampak dan resiko penggunaan pestisida kimia
selama ini 25 juta kasus dan meningkat pada tiap tahunnya. Data lain dari ILO pada tahun 1996
menunjukkan 14% pekerja dipertanian terkena bahaya pestisida dan 10%-nya terkena bahaya yang fatal.
Fenomena seperti ini juga terjadi di sentra pertanian Indonesia seperti Brebes dan Tegal.
Penelitian FAO pada tahun '92 menunjukkan, ada 19 gejala keracunan yang disebabkan pestisida pada
petani cabe dan bawang. Di perkebunan Luwu, Sulawesi Selatanmenunjukkan bahwa 80-100% petani
yang memeriksakan dirinya ke rumah sakit mengindikasikan keracunan pestisida.[24]

Tumbuhan

Penyemprotan pestisida pada tanaman

Pestisida menghalangi proses pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
[25]

Insektisida DDT, metil paration, danpentaklorofenol diketahui mengganggu hubungan kimiawi antara

tanaman legum dan bakteri rhizobium.[25] Dengan berkurangnya hubungan simbiotik antara keduanya
menyebabkan pengikatan nitrogen menjadi terganggu sehingga mengurangi hasil tanaman pertanian.
[25]

Bintil akar pengikat nitrogen yang terbentuk pada tanaman ini diketahui telah berkontribusi US$ 10

miliar setiap tahunnya dalam penghematan pupuk nitrogen sintetis.[26]


Pestisida dapat membunuh lebah dan berakibat buruk terhadap proses penyerbukan tumbuhan, hilangnya
spesies tumbuhan yang bergantung pada lebah dalam penyerbukannya, dan keruntuhan koloni lebah. [27][28]
[29][30]

Penerapan pestisida pada tanaman yang sedang berbunga dapat membunuh lebah madu yang akan

hinggap di atasnya.[4] USDA dan USFWS memperkirakan petani di Amerika Serikat kehilangan setidaknya
US$ 200 juta per tahunnya akibat berkurangnya polinator untuk tanaman mereka.[1]
Di sisi lain, pestisida juga memiliki dampak langsung yang merugikan bagi tumbuhan, seperti rendahnya
pertumbuhan rambut akar, penguningan tunas, dan terhambatnya pertumbuhan.[31]

Burung
Fish and Wildlife Service memperkirakan 72 juta burung di Amerika Serikat terbunuh karena pestisida
setiap tahunnya.[32] Burung predator merupakan hewan yang terdampak secara tidak langsung karena
berada di puncak rantai makanan; residu pestisida terus terakumulasi dari satu tingkatan predatori ke
tingkatan berikutnya. Di Inggris, populasi sepuluh spesies burung berkurang hingga 10 juta ekor sejak
tahun 1979 hingga 1999, sebuah fenomena yang diperkirakan akibat hilangnya keragaman hayati tanaman
dan inverteberata yang menjadi makanan burung tersebut.[33] Di seluruh Eropa, 116 spesies burung saat ini
dalam status terancam.[33] Pengurangan populasi burung diketahui terkait dengan waktu dan tempat di
mana pestisida tersebut digunakan.[33] Pestisida DDE diketahui menyebabkan penipisan cangkang telur
pada burung di Amerika Utara dan Eropa.[34]
Fungisida yang digunakan pada usaha budi daya kacang tanah diketahui dapat membunuh cacing tanah,
sehingga mengancam keberadaan burung dan mamalia yang memangsa mereka. [8] Beberapa pestisida
tersedia dalam wujud butiran, sehingga burung dan hewan lainnya dapat memakan butiran tersebut karena
disangka sebagai biji-bijian.[8] Herbisida ketika mengalami kontak dengan telur burung, akan
mengakibatkan pertumbuhan embrio yang abnormal dan mengurangi jumlah telur yang akan menetas.
[8]

Herbisida juga dapat mengurangi populasi burung karena begitu banyaknya tumbuhan

penunjang habitat mereka yang mati.[8]

Amfibi
Pada beberapa dekade yang lalu, penurunan populasi amfibi terjadi di seluruh dunia, karena alasan yang
tak bisa dijelaskan yang bervariasi tapi beberapa pestisidakemungkinan ikut menjadi penyebab.[35]
Campuran beberapa pestisida menunjukkan efek racun yang kumulatif pada kodok.
[36]

Kecebong dari kolam dengan beberapa pestisida menunjukkan di dalam air bahwa si kecebong

bermetamorfosis dalam bentuk yang lebih kecil, menurunkan kemampuan mereka dalam
menangkap mangsa dan menghindar dari predator.[36]
Sebuah studi dari Kanada menunjukkan bahwa kecebong yang terpapar endosulfan, sebuah
pestisida organoklorida pada level yang sepertinya menunjukkan kematian pada habitat dekat bidang yang
disiram dengan pembunuhan kimia pada kecebong dan menyebabkan keanehan pada perilaku
pertumbuhan.[37]

Herbisida atrazin telah menyebabkan perubahan kodok jantan hermafrodit, menurunkan kemampuan
mereka untuk berreproduksi.[36] Baik efek reproduktif maupun nonreproduktif pada reptil dan amfibi air
telah ditemukan. Buaya, beberapa spesies kura-kura, dan beberapa kadal tidak memiliki kromosom
pembeda seks hingga peristiwa organogenesis pasca fertilisasi terjadi, tergantung pada temperatur
lingkungan. Paparan berbagai PCB (poly chlorinated biphenyl) pada tahap embrio pada kura-kura
menunjukan gejala pembalikan kelamin. Di berbagai tempat di Amerika Serikat dan Kanada, berbagai
gejala seperti berkurangnya jumlah telur yang menetas, feminisasi, luka pada kulit, dan ketidaknormalan
pertumbuhan terjadi.[38]

Kehidupan akuatik

Penggunaan algisida, pestisida untuk alga

Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk dari perairan yang terkontaminasi pestisida.
[39]

Aliran permukaan yang membawa pestisida hingga sungai membawa dampak yang mematikan bagi

kehidupan di perairan, dan dapat membunuh ikan dalam jumlah besar.[40]


Penerapan herbisida di perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman yang mati membusuk dan proses
pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen di dalam air, sehingga membuat ikan kesulitan bernafas.
[39]

Beberapa herbisida mengandung tembaga sulfityang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya.

[39]

Penerapan herbisida pada perairan dapat mematikan tanaman air yang menjadi makanan dan penunjang

habitat ikan,[39] menyebabkan berkurangnya populasi ikan.


Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka panjang dan mampu membunuh zooplankton,
sumber makanan utama ikan kecil.[41] Beberapa ikan memakan serangga; kematian serangga akibat
pestisida dapat menyebabkan ikan kesulitan mendapatkan makanan.[39]
Semakin cepat pestisida terurai di lingkungan, dampak dan bahayanya semakin berkurang. [39] Selain itu,
telah diketahui bahwa insektisida secara umum memiliki dampak yang lebih berbahaya bagi biota akuatik
dibandingkan herbisida dan fungisida.[39]

Pengganti & solusi


Ada beberapa tumbuhan yang berguna sebagai biopestisida. Misalnya, tahi kotok (Tagetes erecta Linn.).
Tumbuhan ini, selain berguna sebagai obat, dapat pula dipergunakan sebagai insektisida alami. Caranya,
giling bunga hingga halus, tambah seliter air. Saringlah dan siap dipergunakan sebagai pembasmi serangga.
[42]

Sejumlah catatan menyebutkan, lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pestisida. Tanaman-

tanaman pengobatan tradisional yang asalnya dari familia Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae,Piperaceae,
dan Rutaceae. Minyak atsiri dari tumbuhan-tumbuhan ini punya senyawa aktif yang bisa digunakan
sebagai bahan-baku insektisida. Berdasarkan hal itu, ada sebuah penelitian mengenai
keefektifan biopestisida terhadap hama thrips pada kentang yang berusia 45 hari.
Dipergunakan cengkeh, serai wangi, dan kayu manis sebagai biopestisida sebanyak 2ml/l dan terbukti
efektif dalam mengendalikan hama Thrips palmi sebanyak 82%.[43]
Dapat pula digunakan mimba (Azadirachta indica A. Juss.) sebagai pestisida nabati. Mimba dipergunakan
sebagai pestisida dengan dua cara, cara pertama memakai serbukdan dilarutkan ke dalam air. Cara kedua
dapat dipakai dengan cara industri, diambil sari pati azadirakhtin 0,8-1,2 %.[44] Menurut peneletian,
pestisida nabati dari mimba terhadapulat jarak (Achea janata) dapat menyebabkan kematian larva hingga
79-100%. Larva ulat grayak (Spodoptea litura) dan ulat tembakau (Helicoverpa armigera) menjadi
terganggu pertumbuhan larvanya karena mimba ini.[44]

Jenis dan fungsi alat pelindung diri :

1.

Helm (helmet), berfungsi untuk melindungi kepala dari segala jenis benturan sehingga
cedera otak dapat di minimalkan.

2.

Kaca Mata (google), berfungsi untuk melindungi mata dari serpihan benda-benda
kecil seperti abu, bunga kelapa sawit, bahan kimia dan sepihan potongan benda lain.

3.

Ear Plug, berfungsi untuk mengurangi tingkat kebisingan pendengaran.

4.

Masker, berfungsi untuk menghindari terhirupnya bahan kimia yang beracun.

5.

Clemet (apron), berfungsi agar tubuh tim semprot tidak terpapar bahan kimia karena
terbuat dari bahan yang tahan air.

6.

Sarung tangan kain (gloves), berfungsi untuk menyerap keringat dan menghindari
kerusakan tangan (kapalan) karena bekerja dengan benda keras.

7.

Sarung tangan karet (gloves), tangan karet berfungsi untuk menghindari tangan
terpapar bahan kimia.

8.

Sepatu AV/safety, berfungsi untuk melindungi bagian kaki terkena duri, terjepit, dan
benda tumpul lainnya.

Anda mungkin juga menyukai