Anda di halaman 1dari 23

PESTISIDA DAN PENGGUNAANNYA

Oleh: Emulsifiable Concentrate


atau
 Emulsible Concentrate dessy susanti 2014DOSIS DAN KONSENTRASI
(KEPEKATAN)gmhttp://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/pestisida.pptx
(EC), merupakan sediaan  berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Oleh karena penggunakan
 solvent
 berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
benda cair yang melayang dalam media cair
 
lainnya). Kemudian pada pestisida berformulasi EC terlihat emulsi setelah dicampur
dengan air. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu
 Emulsifiable Concentrate
atau
 Emulsible Concentrate
(EC) merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Oleh karena  penggunakan
 solvent
 berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC
merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

Rudy C Tarumingkeng, PhD


Guru Besar Institut Pertanian Bogor,  
Anggota Komisi Pestisida RI,
Anggota Panel Teknologi Lingkungan RUT-LIPI 

Pestisida 

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk


membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya
yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama,
sedangkan cide berarti membunuh.
Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain
misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung
untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan
penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer (dalam formulasi
dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang
bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.

Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu


kehati-hatian, dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi
pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang
tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan
penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.

 Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran

 Insektisida, racun serangga (insekta)


 Fungisida, racun cendawan / jamur
 Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu
 Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)
 Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)
 Nematisida, racun nematoda, dst.

Penggolongan menurut asal dan sifat kimia

1.   Sintetik

1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga


sulfat dan garam merkuri.

1.2. Organik :

1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.


1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.

1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.

1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.

1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.

1.2.6. Thiosianat : lethane dll.

1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.

1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.

2.   Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.

Penamaan pestisida (Nomenklatur)

Contoh :

 I.    Carbophenothion

II. Trithion (R)

III.              (p-chlorophenylthio) methyl ] 0 , 0 -diethyl phosphoro-


dithioate

IV.  

                           
Keterangan:

I. Nama umum (generik)

II. Nama dagang

III. Nama kimia

IV. Rumus (struktur) kimia

Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga :

 Melalui dinding badan, kulit (kutikel)

   Melalui mulut dan saluran makanan (racun perut)

   Melalui jalan napas (spirakel) misalnya dengan fumigan.

Jenis racun pestisida

Dari segi racunnya pestisida dapat dibedakan atas:

1. Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui sistem organisme


misalnya melalui akar atau daun kemudian diserap ke dalam jaringan
tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga
mengakibatkan peracunan bagi hama.

2.  Racun kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat


pemberian insektisida atau dapat pula serangga target kemudian kena
sisa insektisida (residu) insektisida beberapa waktu setelah
penyemprotan.

Formulasi pestisida
Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu
diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan
(processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang
berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling),
penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah
diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.

Formulasi insektisida yang digunakan dalam pengawetan kayu dan


pengendalian hama hasil hutan pada umumnya adalah dalam bentuk:

1.   Untuk Penyemprotan (sprays) dan pencelupan (dipping)

1.1. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)

1.2. Water miscible liquids (S)

1.2a. Water soluble concentrates (WSC)

1.2b. Soluble concentrates (SC)

1.3. Wettable powder (WP)

1.4. Flowable suspension (F)

1.5. Water soluble powders (SP)

1.6. Ultra Low Volume Concentrates (ULV)

2.   Dalam bentuk Dusts (D)

2.1. Racun dust yang tidak diencerkan, misalnya langsung dioleskan pada
bagian tiang yang akan ditanam (direct dust admixture)

2.2. Racun dengan pengencer aktif, misalnya belerang

2.3. Racun dengan pengencer inert, misalnya pyrophyllite

3.   Fumigan misalnya kloropikrin untuk Cryptotermes

4.   Umpan (baits)
EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat
pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan
penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak
dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan
pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran
butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Secara
tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan racun
yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran.
Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75 % dari
seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi
Emulsible Concentrates.

Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal
ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya
tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam.

 S (solution, larutan dalam air) merupakan larutan garam dalam air atau
campuran yang jernih walaupun semula mengandung cairan lain misalnya
alkohol yang dapat bercampur dengan air.

 Dusts (D) : Dusts, debu, tepung atau bubuk – merupakan formulasi


pestisida yang paling sederhana dan yang paling mudah untuk digunakan.
Contoh paling sederhana dari dust yang tidak di “encerkan” adalah tepung
belerang yang digunakan untuk menekan hampi semua populasi serangga.
Rayap Cryptotermes dapat dikendalikan populasinya dengan dusting.

 Insektisida teknis, adalah insektisida yang tidak diformulasikan (technical


grade); dianjurkan agar jangan sekali-sekali menggunakan secara langsung
insektisida teknis yang belum diformulasikan karena :

 sangat berbahaya bagi pemakai (operator)


   berbahaya bagi pihak lain (manusia dan jasad-jasad lain di
sekitar)
 mencemari sumber air
 lebih mahal
 sukar pengaplikasiannya
 residu bertahan lama (bahaya terhadap lingkungan)
   tidak dapat disimpan lama dan penyimpanannya
menimbulkan masalah
 kurang efektif’

 Cara  kerja racun (lihat bagian akhir, Toksikologi)

1.   Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam berat, arsenat


dll.

2.   Racun syaraf :

  Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam neuron (sel


syaraf) dan merusak selubung syaraf : DDT dan OK lainnya
 Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai acethylcholine yaitu
Choline Esterase) : semua OF dan KB

 3.   Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah dll.

      * Keterangan : OK - orgonokhlorin (chlorinated hydrocarbons)

                            OF - organofofat (organophosphates atau fosfat


organik)

                            KB - karbamat (carbamates)

Syarat syarat pestisida yang ekonomis:

1.   Efektif – memiliki daya mematikan hama yang tinggi


2.  Aman terhadap manusia terutama operator, juga hewan ternak dan
komponen lingkungan lainnya, cukup selektif (tidak membunuh jasad
yang bukan sasaran), kurang persisten, tidak menyebabkan
biomagnifikasi.

3.  Ekonomis, efektif, efisien : broad spectrum (dapat digunakan untuk


berbagai hama), cukup spesifik, dan relatif tidak mahal.

Cara pemakaian (application methods): 

1.  Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling banyak


digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per
ha. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha
seperti dalam ULV.

2. Dusting (lihat penjelasan terdahulu) : untuk hama rayap kayu kering


Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni
karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.

3. Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh


sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb.

4. Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun,


penggerek dll.

5. Dipping : perendaman / pencelupan seperti untuk biji / benih, kayu.

6. Fumigasi : penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu.

7. Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam


pengawetan kayu.

Pestisida dan bahan penyampur


 Pestisida sebagai bahan racun akfif (active ingredient) dalam formulasi
biasanya dinyatakan dalam berat / volume (di Amerika Serikat dan Inggris)
atau berat-berat (di Eropah). Bahan-bahan lain yang tidak akfif yang
dicampurkan dalam pestisida yang telah diformulasi dapat berupa :

 pelarut (solvent) adalah bahan cair pelarut misalnya alkohol, minyak


tanah, xylene dan air. Biasanya bahan pelarut ini telah diberi
deodorant (bahan penghilang bau tidak enak baik yang berasal dari
pelarut maupun dari bahan aktif).
 sinergis, sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun,
walaupun bahan itu sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin
(berasal dari biji wijen), dan piperonil butoksida.

 emulisifier, merupakan bahan detergen yang akan memudahkan


 

terjadinya emulsi bila bahan minyak diencerkan dalam air.

 di samping bahan-bahan tersebut di atas, menurut keperluan, dalam


formulasi ditambahkan bahan-bahan lain  seperti pencegah kebakaran,
penghilang bau yang tidak enak (deodorizer) dan peniada tegangan
permukaan.

Dosis, dose konsentrasi dan aplikasi

Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun (bahan aktif, walaupun


dalam praktek yang dimaksud adalah product formulation) yang diaplikasikan
pada suatu satuan luas atau volume, misalnya : 1 liter / ha luasan, 100 cc /
m3 kayu dst. Dosis pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun
kensentrasi dapat berubah-ubah.

 Dose adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg)


yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat
mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg
bahan aktif per kg berat tubuh organisme sasaran).
Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan
aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa.

BEBERAPA CONTOH INSEKTISIDA 

Di antara golongan-golongan insektisida yang paling banyak digunakan


dalam pertanian dan kehutanan pada saat ini adalah dari golongan OK
(organokhlorin), OF (organofosfat) dan KB (karbamat).

1. Organoklorin (OK)
               

       
            

2. Organofosfat (OF)
   
                                          

  

4.   Karbamat (KB)

5. Thiosianat
 

6. Fluoroasetat

 7. Dinitrofenol

  8. Insektisida botanis :
Piretroida
9. Inhibitor sintesis kutikel
 10. Sinergis

11. Fumigan
 

TOKSIKOLOGI

Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons)


sebagian besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen
selubung sel syaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu.
Peracunan dapat menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan
bukan disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi karena
disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK sukar terurai oleh faktor-
faktor lingkungan dan bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada
lemak dan partikel tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi
akumulasi, demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan biasanya terasa
setelah waktu yang lama, terutama bila dose kematian (lethal dose) telah
tercapai. Hal inilah yang menyebabkan sehingga penggunaan OK pada saat
ini semakin berkurang dan dibatasi. Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu
peningkatan peracunan lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi
(peningkatan biologis) yaitu peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam
tubuh jasad hidup, karena reaksi hayati tertentu.

 Semua senyawa OF (organofosfat, organophospates) dan KB (karbamat,


carbamates) bersifat perintang ChE (ensim choline esterase), ensim yang
berperan dalam penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat terjadi
karena gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan
kematian atau dapat pulih kembali. Umur residu dari OF dan KB ini tidak
berlangsung lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung
tidak terjadi karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-
senyawa OF dan KB menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun
demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga dalam penggunaannya
faktor-faktor keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena bahaya yang
ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama, sebagian
besar insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari
golongan OF dan KB.

 Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan pestisida


terhadap mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang
menunjukkan banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram
(kg) berat seekor binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang
sejenis dari antara 100 ekor yang diberi dose tersebut. Yang perlu diketahui
dalam praktek adalah LD50 akut oral (termakan) dan LD50 akut dermal
(terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan dengan
tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa
pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD50 yang
rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.

Kepustakaan

Tarumingkeng, Rudy C. 1992. Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan


Dampak Penggunaannya. UKRIDA Press. 250 pANALISIS HAMA ULAT
BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium cepa)

1. 1. MK. Klimatologi Terapan Hari/Tanggal: Rabu/ 17 Desember 2011Dosen :


Prof.Dr.Ir. Rizaldi Boer ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua)
PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Disusun oleh: Hanifah
Nurhayati (G24080013) 1
2. 2. DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
BOGOR 2011 BAB I Rumusan masalah yang digunakan PENDAHULUAN untuk
mempermudah analasis mengenai hama ulat bawang pada tanaman bawang merah,
diantaranya:1.1. Latar Belakang 1.3.1 Bagaimana kondisi secara umum Bawang
merah (Allium cepa) tentang hama ulat bawangmerupakan salah satu komoditas
hortikultura (Spodoptera exigua) pada tanamanyang sangat dibutuhkan oleh manusia.
bawang merah (Allium cepa)?Dalam budidaya bawang, masalah yang 1.3.2
Bagaimana pengaruh hama ulatsering dihadapi yaitu cara budidaya, bawang
(Spodoptera exigua) padaserangan hama dan penyakit, kekurangan tanaman bawang
merah (Alliumunsur mikro, dan lain sebagainya yang cepa)?menyebabkan produksi
menurun. 1.3.3 Bagaimana pengaruh faktor iklim Jenis hama yang sering dijumpai
pada terhadap penyebaran dan kehidupanbawang merah yaitu ulat bawang hama ulat
bawang (Spodoptera(Spodoptera exigua). Bawang merah exigua)?merupakan inang
utama Spodoptera exigua.Kehilangan hasil akibat serangan hama ini 1.3.4 Bagaimana
pengaruh faktor manusiabisa mencapai 57% karena terjadi sejak fase dan organisme
lain sebagai upayapertumbuhan awal sampai dengan fase pengendalian hama ulat
bawangpematangan umbi, bahkan bisa (Spodoptera exigua)?mengakibatkan gagal
panen terutama dimusim kemarau apabila pengendalian tidak BAB IIdilakukan
sesegera mungkin. TINJAUAN UMUM1.2. Tujuan 2.1 Tanaman Bawang Merah
(Allium Tujuan dilakukannya analisis cepa) mengenai hama ulat bawang pada
tanaman Bawang merah, yang lebih dikenal bawang merah, diantaranya:1.2.1 Untuk
mengetahui secara umum tentang hama ulat bawang (Spodoptera exigua) pada
tanaman bawang merah (Allium cepa)1.2.2 Untuk mengetahui pengaruh hama ulat
bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah (Allium cepa)1.2.3 Untuk
mengetahui pengaruh faktor iklim terhadap penyebaran dan kehidupan hama ulat
bawang (Spodoptera exigua) dengan nama brambang (Jawa) dan bawang beureum
(Sunda), sedangkan dalam bahasa1.2.4 Untuk mengetahui pengaruh faktor Inggris
disebut shallot. Bawang merah manusia dan organisme lain sebagai berasal dari
Asia/Mediterania. Bawang upaya pengendalian hama ulat merah dibedakan atas
bawang merah, bawang (Spodoptera exigua) bawang merah shallot, dan bawang
bakung. Ketiga macam bawang merah ini berasal1.3. Rumusan Masalah dari daerah
tropika di Asia. Bentuk umbi 2
3. 3. bawang merah shallot (brambang) lebih pembuluh darah dan maag) karenakecil
dari bawang merah yang lain. kandungan senyawa allin dan allisin yang Di Indonesia,
Pulau Jawa merupakan bersifat bakterisida (Rahayu,Estu. 2008).daerah sentra
produksi dan pengembangan Adapun teknik budidaya bawangbawang merah dataran
rendah. Sentra merah menurut Singgih Wobowo (2008)penanaman di Jawa Timur
antara lain: yaitu harus memperhatikan hal-hal berikutMalang, Nganjuk, Probolinggo,
dan Kediri. ini:Di Jawa Tengah antara lain: Tegal, Brebes 1) Syarat Tumbuh Bawang
Merahdan Wates. Sedangkan di Jawa Barat antara Bawang merah dapat tumbuh
padalain: Majalengka, Kuningan dan Cirebon. tanah sawah atau tegalan, berstruktur
remah,Daerah di luar Jawa yang merupakan sentra dan bertekstur sedang sampai liat.
Jenisbawang merah adalah Samosir( Sumatra tanah Alluvial, Glei Humus atau
Latosol, pHutara) dan Lombok Timur. 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah Gambar 1.
Bawang Merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 320C),
curah hujanKingdom : Plantae (Tumbuhan) 300 sampai 2500 mm pertahun,
ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %.Subkingdom : Tracheobionta 2)
Pengolahan TanahSuper Divisi : Spermatophyta Pengolahan tanah dilakukan
denganDivisi : Magnoliophyta tujuan untuk menciptakan lapisan tanahKelas :
Liliopsida (berkeping yang gembur, memperbaiki drainase dansatu / monokotil) aerasi
tanah, meratakan permukaan tanah,Sub Kelas : Liliidae dan mengendalikan gulma.
Tanah dibajakOrdo : Liliales atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian
dibuat bedengan selebar 120 - 175Famili : Liliaceae (suku bawang- cm, tinggi 25 - 30
cm, serta panjang sesuaibawangan) disesuaikan dengan kondisi lahan. SaluranGenus :
Allium drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm danSpesies : Allium cepa kedalaman
50 - 60 cm. Apabila pH tanah Tanaman bawang merah (Allium kurang dari 5,6 diberi
Dolomit dosis + 1,5ascalonicum L.) merupakan salah satu ton/ha disebarkan di atas
bedengan dankomoditas sayuran dataran rendah, berasal diaduk rata dengan tanah lalu
biarkan 2dari Syria dan telah dibudidayakan semenjak minggu. Untuk mencegah
serangan penyakit5.000 tahun yang lalu. Bawang merah layu taburkan GLIO 100 gr
(1 bungkusmerupakan tanaman semusim yang memiliki GLIO) dicampur 25-50 kg
pupuk kandangumbi yang berlapis, berakar serabut, dengan matang, diamkan 1
minggu lalu taburkandaun berbentuk silinder berongga. Umbi merata di atas
bedengan.bawang merah terbentuk dari pangkal daun 3) Penyediaan Bibityang
bersatu dan membentuk batang yang Pada umumnya perbanyakanberubah bentuk dan
fungsi, membesar dan bawang merah dilakukan denganmembentuk umbi. Umbi
terbentuk dari menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitaslapisan-lapisan daun yang
membesar dan umbi bibit merupakan salah satu faktor yangbersatu. Tanaman ini
dapat ditanam di menentukan tinggi rendahnya hasil produksidaratan rendah sampai
daratan tinggi yang bawang merah. Umbi yang baik untuk bibittidak lebih dari 1200
m dpl. Di daratan harus berasal dari tanaman yang cukup tuatinggi umbinya lebih
kecil dibanding daratan yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam,rendah. dengan
ukuran sedang (beratnya 5 - 10 Kegunaan utama bawang merah gram, diameter 1,5 -
1,8 cm). Umbi bibitadalah sebagai bumbu masak. Meskipun tersebut harus terlihat
segar dan sehat, tidakbukan merupakan kebutuhan pokok, bawang keriput, dan
warnanya cerah. Umbi bibitmerah cenderung selalu dibutuhkan sebagai telah siap
tanam apabila telah disimpan 2 - 4pelengkap bumbu masak sehari-hari. bulan sejak
dipanen dan tunasnya sudahKegunaan lainnya adalah sebagai obat sampai ke ujung
umbi.tradisional (sebagai kompres penurun panas,diabetes, penurun kadar gula dan
kolesteroldarah, mencegah penebalan dan pengerasan 3
4. 4. 4) Penanaman dan Pemberian Pupuk umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman
Dasar bawang merah dipanen setelah terlihat Setelah tanah selesai diolahselanjutnya
dilakukan kegiatan pemupukan.Pupuk dasar yang digunakan adalah pupukorganik
yang sudah matang seperti pupukkandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha ataupupuk
kandang ayam dengan dosis 5-6ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5ton/ha. Selain
itu pupuk P (SP-36) dengandosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari tanda-tanda 60-
70% daun telah rebah atausebelum penanaman. leher batang lunak, sedangkan untuk
bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Panen Umbi bibit ditanam dengan jarak 10
dilakukan waktu udara cerah. Pada waktucm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang
panen, bawang merah diikat dalam ikatan-tanaman dibuat setinggi umbi dengan
ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudianmenggunakan alat penugal. Umbi bawang
dijemur selama 5-7 hari). Setelah keringmerah dimasukkan ke dalam lobang
(penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawangtanaman dengan gerakan seperti memutar
merah diikat menjadi satu, kemudiansekrup, hingga ujung umbi tampak rata bawang
dijemur dengan posisi penjemurandengan permukaan tanah. Setelah tanam bagian
umbi di atas selama 3-4 hari. Padadilakukan penyiraman dengan menggunakan
penjemuran tahap kedua dilakukanembrat yang halus. pembersihan umbi bawang dari
tanah dan5) Pemupukan Susulan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air
Pemupukan susulan dilakukan pada kurang lebih 85 %), umbi bawang merahumur 10-
15 hari dan umur 30-35 hari setelah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.tanam.
Jenis dan dosis pupuk yang diberikan 10) Kriteria Kualitas Bawang Merahadalah :
Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 Kriteria kualitas bawang merahkg/ha, Kcl 75-100
kg/ha. Pupuk diaduk rata yang dikehendaki oleh konsumen rumahdan diberikan di
sepanjang garitan tanaman. tangga adalah : umbi berukuran besar,6) Pengairan bentuk
umbi bulat, warna kulit merah Tanaman bawang membutuhkan air keunguan, dan
umbi kering askip.yang cukup dalam pertumbuhannya. Sedangkan konsumen luar
(untuk ekspor)Penyiraman pada musim kemarau dilakukan yang dikehendaki adalah :
umbi berukuran1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, besar, bentuk umbi bulat,
wana kulit merahsejak tanam sampai menjelang panen. muda, dan umbi kering
lokal.7) Menyiangan dan Pembumbunan Menyiang dilakukan sesuai dengan 2.2
Hama Ulat Bawang (Spodopterakondisi gulma, minimal dilakukan dua
exigua)kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya Gambar 2. Ulat
Bawangpemupukan susulan. Kegiatan membumbundilakukan saat tanaman umur 30
dan 45 harisetelah tanam atau disesuaikan dengan Ulat Bawang : Spodoptera exigua
Hbn.kondisi umbi sampai muncul ke permukaan Famili : Noctuidaetanah. Ordo :
Lepidoptera8) Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang sering
Rentangan sayap ngengatmenyerang tanaman bawang merah adalah panjangnya
antara 25 – 30 mm. Sayapulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, depan
berwarna coklat tua dengan garis-nematoda akar, bercak ungu alternaria, garis yang
kurang tegas dan terdapat pulaembun tepung, busuk leher batang, otomatis/ bintik-
bintik hitam. Sayap belakangantraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan berwarna
keputih-putihan dan tepinyabusuk basah. bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai9)
Panen dan Pasca Panen bertelur pada umur 2 – 10 hari. Bawang merah dipanen
apabila Telur berbentuk bulat sampai bulatumurnya sudah cukup tua, biasanya pada
panjang, diletakkan oleh induknya dalam 4
5. 5. bentuk kelompok pada permukaan daun atau Perbedaan tingkat kesesuaian dapat
terjadibatang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik baik pada tanaman yang sama
maupun padadari induknya. Tiap kelompok telur tanaman yang berbeda
spesiesnyamaksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur (Fadruddind, 1980).yang
dihasilkan oleh seekor ngengat betina Tanaman bawang merah merupakansekitar 500
– 600 butir. Setelah 2 hari telur salah satu inang utama S. exigua. Tanamanmenetas
menjadi larva. inang lainnya adalah tanaman padi, terutama Larva atau ulat muda
berwarna yang di tanam pada dataran tinggihijau dengan garis-garis hitam pada
(Kalshoven, 1981). Selain itu S.exiqua jugapunggungnya. Ulat tua mempunyai dapat
meyerang tanaman tomat, lombok,beberapa variasi warna, yaitu hijau, coklat
tembakau, orok-orok, kapri, jagung danmuda dan hitam kecoklatan. Ulat yang
sayuran lainnya (Sunarjono dan Soedomo,hidup di dataran tinggi umumnya berwarna
1983).coklat. Ulat grayak (Spodoptera spp). Stadium ulat terdiri dari 5 instar. dikenal
sebagai hama yang polifag danInstar pertama panjangnya sekitar 1,2 – 1,5 banyak
jenisnya. Hama ini disebut sebagaimm, instar kedua sampai instar terakhir ulat grayak
karena serangannya mendadakantara 1,5 – 19 mm. Setelah instar terakhir atau secara
tiba-tiba dan menyerang dalamulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah jumlah
yang banyak. Spodoptera exiguauntuk berkepompong. Ulat lebih aktif pada
merupakan salah satu jenis ulat grayak yangmalam hari. Stadium larva berlangsung
menjadi kendala utama dalam budidayaselama 8 – 10 hari. bawang merah ( Sutarya,
1996). Menurut Pupa berwarna coklat muda dengan Sastrosiswojo dan Rubiati
( 2001) ulatpanjang 9 – 11 mm, tanpa rumah pupa. grayak ( S.exigua ) dan thrips
( Thrips tabactPupa berada di dalam tanah dengan Lind) seringkali berstatus sebagai
hamakedalaman + 1 cm, dan sering dijumpai juga utama pada tanaman bawang
merah. Biayapada pangkal batang, terlindung di bawah yang dikeluarkan untuk
pengendalian hamadaun kering, atau di bawah partikel tanah. dan penyakit mencapai
30-50 % dari totalPupa memerlukan waktu 5 hari untuk biaya produksi dan
setengahnya untukberkembang menjadi ngengat. pembelian pestisida ( Moekasan,
2002). Hama ulat bawang tersebut Serangan S. exigua dijumpaimenyebar di daerah
sentra produksi bawang hampir disetiap fase pertumbuhan tanamanmerah di
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara bawang merah. Pada fase awal pertumbuhanBarat
dan Irian. biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia awal. Populasinya akan terus
meningkat mulai umur tanaman dua minggu dan BAB IV mencapai puncaknya pada
tanaman umur 4- PEMBAHASAN 7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996)
menyatakan populasi hama S. exigua meningkat pada minggu kedua setelah tanam4.1
Pengaruh Hama Ulat Bawang dan mencapai puncaknya pada minggu (Spodoptera
exigua) Pada Tanaman keempat atau kelima setelah tanam. Bawang Merah (Allium
cepa) Ngengat S. exigua meletakkan telur Tanaman inang adalah tanaman yang secara
berkelompok pada malam hari. Telurdapat memenuhi kebutuhan serangga baik
ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halusyang berhubungan dengan perilaku maupun
yang berasal dari tubuhnyadengan kebutuhan gizi serangga. Hubungan Gejala
serangan :antara tanaman inang dan seranggamerupakan serangkaian proses interaksi
• Dimulai dari ujung daun, ulat memakanantara lain mekanisme pemilihan tanaman
jaringan tanaman bagian dalam sehinggainang. Pemanfaatan tanaman tersebut yang
tertinggal hanya jaringan epidermissebagai sumber makanan serta tempat
saja.berlinung dan tempat bertelur. Serangga • Daun akan berwarna kecoklatan dan
padaberkembang biak lebih cepat pada tanaman tahap selanjutnya daun akan mati
daninang yang sesuai dan sebaliknya akhirnya tanaman juga akan mati.perkembangan
serangga menjadi lambat Kerugian yang ditimbulkan akibatpada tanaman inang yang
kurang sesuai. serangan S. exigua pada bawang merah 5
6. 6. neragam. Koestomi dan Sastrowardojo untuk tanaman bawang merah adalah 800-
(1991 dalam Moekasan, 1994 ) 1000 m dpl. Ketinggian suatu daerahmenyebabkan
kehilangan hasil panen berkaitan erat dengan suhu udara. Semakinbawang merah
akibat S. exigua berkisar 45- tinggi letak suatu daerah dari permukaan47 %. Menurut
Setiawati (1996 dalam laut, suhu udara makin rendah. SementaraMoekasan, 2002)
kepadatan tiga dan lima itu, seperti dengan ulat bawang pertumbuhanlarva S. exigua
perrumpun tanaman bawang tanaman juga dipengaruhi oleh suhu udara.merah dapat
menyebabkan kehilangan hasil Bawang merah sangat cocok ditanam dimsing-masing
sebesar 32 dan 42 %. Pada daerah dengan suhu udara yang hangat-tanaman bawang
merah yang berumur 49 hangat panas, kering dan cerah. Bawanghari, serangannya
dapat mencapai 62,98% merah yang ditanam di daerah dengan suhudengan rata-rata
populasi larva 11,52 ekor/ udara rendah dan dingin pertumbuhannyarumpun ( Sutarya,
1996) dengan demikian terhambat. Suhu udara yang ideal untukkehilangan hasil
berkisar antara 46,56 – tanaman bawang merah antara 25-30 derajat56,94%
(Dibyantoro,1996 dalam Sutarya C dan suhu ideal untuk tanaman bawang1996) jika
tanaman bawang merah mendapat merah ini juga merupakan suhu optomumserangan
yang relative berat pada awal fase untuk pertumbuhan ualat bawang,
sehinggapemebentukan umbi, maka resiko kegagalan ulat bawang mengalami
pertumbuhan danpanen akan lebih besar ( moekasan, 1994) kehidupan yang baik
karena didukung faktor iklim dan makanan yang baik.4.2 Pengaruh Faktor Iklim
Terhadap Angin Penyebaran Dan Kehidupan Hama Angin merupakan faktor iklim
yang Ulat Bawang (Spodoptera exigua) juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat
Lingkungan merupakan faktor yang bawang . Penyebaran telur-telur ulat
bawangpaling dominan dalam menetukan kehidupan juga dilakukan oleh angin.suatu
makhluk hidup. Kondisi lingkungan Curah Hujankhususnya iklim yang mendukung
Fase kehidupan ulat bawang sangatpertumbuhan dan perkembangan ulat rentan
terhadap curah hujan tinggi. Curahbawang (Spodoptera exigua) tentunya tidak hujan
yang sesuai untuk pertumbuhan ulatberbeda jauh dengan tanaman inangnya bawang
adalah antara 300-2500 mm/tahun.yaitu bawang merah. Kehidupan serangga
Intensitas Sinar Mataharisangat erat hubungan dengan keadaanlingkungan dan
serangga memiliki cara Intensitas sinar matahari penuhhidup tersendiri berbeda-beda
menurut lebih dari 14 jam/hari. Ulat bawang yangjenisnya. Menurut Smith (1987
dalam hidup di daerah yang tidak cukupSutarya 1996), bahwa lamanya daur hidup
mendapatkan sinar matahari, tempat yangulat bawang ini sangat tergantung dari
teduh, sering berkabut atau terlindungtemperature. Temperatur yang tinggi akan
pepohonan akan memperpendek stadiummemperpendek stadium larva, pupa dan
larva, pupa dan imago. Dengan demikian,imago. Dengan demikian, daur hidup ulat
daur hidup ulat bawang ini di tempat yangbawang ini di dataran tinggi memerlukan
tidak cukup sinar matahari memerlukanwaktu yang relative lama di bandingkan waktu
yang relative.dataran rendah. Suhu optimum yang di Kelembaban udarabutuhkan oleh
serangga ini adalah 28°C Kelembaban udara (nisbi). Untuk(HILL, 1983). Faktor iklim
yang berperan dapat tumbuh dan berkembang dengan baikdalam berbagai aspek
kehidupan ulat untuk ulat bawang yaitu kalembaban udarabawang antara lain suhu
dan ketinggian nisbi antara 80-90 prosen.tempat, angin, curah hujan, Intensitas
sinarmatahari, dan kelembaban.Suhu dan Ketinggian Tempat 4.3 Pengaruh Faktor
Organisme Lain dan manusia Sebagai Upaya Pengendalian Oleh karena itu, dataran
rendah Hama Ulat Bawang (Spodopterayang meiliki merupakan tempat cocok untuk
exigua)membudidayakan tanaman bawangmerah/brambang (shallot) merupakan
tempat Prinsip pengendalian hama tanamanyang cocok juga untuk pertumbuhan hama
yang di kembangkan oleh manusia dewasaulat bawang . Ketinggian tempat terbaik ini
adalah menekan jumlah populasi hama yang menyerang tanaman sampai pada 6
7. 7. tingkat populasi yang tidak merugikan. mulliksisida untuk mengendalikan
molluskaKomponen pengendalian hama yang dapat atau siput, akarisida untuk
mengendalikandi terapkan untuk mencapai sasaran tersebut akarina atau tungau,
herbisida untukantara lain pengendalian hayati, mengendalikan gulma dan bakterisida
untukpengendalian secara fisik dan mekanik, mengendalikan bakteri (Rukmana
danpengendalian secara kultur teknis dan Sugandi, 2002). Insektisida yang di
izinkanpengendalian secara kimiawi. untuk pengendalian hama pada
tanamanPengendalian Hayati bawang merah yaitu Atabron 50 EC, Buldok 25 EC,
Curacron 500 EC, Larvin 375 AS, Suatu teknik pengendalian hama Larvin 75 WP,
Matador 25 EC, Lannate 25secara biologi yaitu dengan memanfaatkan WP, Decis 2,5
EC, Drusband 20 EC, Metalmusuh alami seperti prodator, parasitoid dan 30 EC
(Anonim, 2004).pathogen. Keuntungan pengendalian hayatiini adalah aman, tidak
menimbulkan Insektisida Pratenofos 500 g/l denganpencemaran lingkungan dan tidak
nama dagang Curacron 500 EC merupakanmenyebabkan resistensi (Jumar, 2000).
racun kontak dan racun lambung denBeberapa spesies predator dari S. litura termasuk
dalam golongan organofosfat,adalah Solenopsis sp, Paedorus sp, Decis 2,5 EC
berbahan aktif Deltametrin 25Euberellia sp, Lycosa sp, dan laba-laba. g/l dan
termasuk golongan piretroid yang bersifat racun kontak dan racun
lambungPengendalian Secara Kultur Teknis serta Dursband 200 EC barbahan aktif
Pengendalian serangga hama dengan klorpiritos 200 g/l dan termasuk
golonganmemodifikasi kegiatan pertanian agar organotostak yang bersifat racun
kontak danlingkungan pertanian menjadi tidak lambungmenguntungkan bagi
perkembangan hama.Usaha-usaha tersebut mencakup sanitasi,pengolahan tanah,
pergiliran tanaman, KESIMPULANpemupukan berimbang, penggunaan
mulsa,penggunaan tanaman perangkap (Endah dan Tanaman bawang merahNovisan,
2003). merupakan salah satu inang utamaPengendalian Kimiawi Spodoptera exigua.
Ulat bawang dikenal Usaha mengendalikan hama dengan sebagai hama yang polifag
dan banyakmenggunakan bahan kimia pestisida yang jenisnya. Hama ini disebut
sebagai ulatmempunyai daya racun terhadap serangga grayak karena serangannya
mendadak atauhama yang di sebut Insektisida. Insektisida secara tiba-tiba dan
menyerang dalamdapat bersifat racun perut, racub konkak, dan jumlah yang
banyak.racun pernapasan. Insektisida yang dapat Lingkungan merupakan faktor
yangbersifat racun perut seperti : Curacron paling dominan dalam menetukan
kehidupan500EC dan Decis 2,5 EC (Anonim, 1994). suatu makhluk hidup.
Kehidupan serangga Pengendalian ulat bawang pada sangat erat hubungan dengan
keadaantanaman bawang merah hingga saat ini lingkungan dan serangga memiliki
caramasih mengandalkan penggunaan hidup tersendiri berbeda-beda
menurutinsektisida secara intensik baik dengan jenisnya. Faktor iklim yang berperan
dalammeningkatkan dosis maupun dengan berbagai aspek kehidupan ulat
bawangmeningkatkan interval waktu penyemprotan antara lain suhu dan ketinggian
tempat,dengan system kelender (Moeksan dan angin, curah hujan, Intensitas sinar
matahari,Supriyadi, 1993). dan kelembaban. Pestisida adalah semua zat campuran
Prinsip pengendalian hama tanamanzat yang khusus di gunakan untuk yang di
kembangkan oleh manusia dewasamengendalikan, mencegah gangguan ini adalah
menekan jumlah populasi hamaserangga, binatang mengerat, nematode, yang
menyerang tanaman sampai padagulma, virus, bakteri, jasad renik yang di tingkat
populasi yang tidak merugikan.anggap hama. Pestisida dapat di golongkan Komponen
pengendalian hama yang dapatberdasarkan sasaran yaitu insektisida untuk di terapkan
untuk mencapai sasaran tersebutmengendalikan serangga hama, fungisida antara lain
pengendalian hayati,untuk mengendalikan cendawan, rodentisida pengendalian secara
fisik dan mekanik,untuk mengendalikan binatang pengerat, pengendalian secara
kultur teknis dannematisida untuk mengendalikan nematode, pengendalian secara
kimiawi. 7
8. 8. DAFTAR PUSTAKALimbongan j dan Maskar, 2003. Potensi Pengembanagan dan
Ketersediaan Tehnologi Bawang Merah Palu di Sulawesi Tengah. J Litbang Pertanian
22 (3) 103-108Moekasan,TK 1994. Pengujian Ambang Pengendalian Hama
Spedoptera exigua Berdasarkan Umur Tanaman dan Intensitas Kerusakan Tanaman
Bawang Merah di Dataran Rendah. Pros Seminar Hasil Penelitian Pendukung
Pengendalian Hama Terpadu. LembangMoekasan,TK 2002. Efikasi dan Formulasi
seNPV Terhadap Larva Spedoptera exigua pada Tanaman Bawang Merah di Rumah
Kasa. J.Hort 12Rahayu, Estu. 2008. Bawang Merah. Jakarta: Penebar
SwadayaSastrosiswojo dan Rubiati. 2001. Pengaruh Aplikasi Insektisida Kloropirifos
Dan Deltamentrin Pada Tanaman Bawang Merah Terhadap Resurgensi Spedoptera
exigua. J Hort 11Sutarya, 1996. Hama Ulat Spedoptera exigua Pada Bawang Merah
Dan Strategi Pengendaliannya. J Litbang Pertanian.Wibowo, Singgih. 2006. Budi
Daya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta: Penebar Swadaya. 8

Anda mungkin juga menyukai