Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti
pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama..Secara umum
pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad
yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan
kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida
sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau
memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian
Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah
tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan sebagai zat
atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme
atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.
Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia (2008)
mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda,
gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad
renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida
yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk
pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk
sarana nagkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang
karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan, disimpan
dan digunakan secara terbatas.
B. Penggolongan Pestisida
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda, karena itu dikenal
banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada
kepentingannya, antara lain: berdasarkan jasad sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara
kerja, berdasarkan struktur kimianya, asal dan sifat kimia, berdasarkan bentuknya dan pengaruh
fisiologisnya.
1. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
Menurut Kementrian Pertanian (2011), ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran
penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
a. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.
Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.
b. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk
membunuh algae. Contohnya Dimanin.
c. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh
atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua.
d. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk
membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol
Streptomycin.
e. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur,
berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh
cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-
45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.
f. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh
gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P
g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh,
berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin,
Sevidan 70 WP, Tamaron
h. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek,
berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.
i. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang,
berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G,
Vydate.
j. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.
k. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu
atau tuma.
l. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan.
Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC.
m. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh
predator.
n. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh
binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak,
Gisorin.
o. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk
membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul
10 EC, Difusol CB.
p. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau
pembersih pohon.
q. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya
Fenthion, Dipel (Thuricide).
g. Petroleum
Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang juga digunakan
sebagai herbisida.
h. Antibiotik
Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai
efek sebagai bakterisida dan fungisida.
Sedangkan menurut Prijanto (2009), berdasarkan jenis bentuk kimianya dapat digolongkan
menjadi :
a. Organofosfat
Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl,
Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion,
Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos.
Organofosfat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Pada awal sintesisnya
diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat
efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang
terus dan ditemukan komponen yang protein terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap
manusia seperti malathion, tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering
menyebabkan keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah sedikit,
dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel
darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis acetylcholine
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine
meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan
perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh
bagian tubuh.
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung
pada adanya stimulasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi saraf pusat
maupun perifer. Gejala awal seperti salivasi, lakrimasi, urinasi dan diare (SLUD) terjadi pada
keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga
kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
b. Karbamat
Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya daya
toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif
untuk membunuh insekta. Pestisida golongan karbamat ini menyebabkan karbamilasi dari enzim
asetil kholinesterase jaringan dan menimbulkan akumulasi asetil kholin pada sambungan
kholinergik neuroefektor dan pada sambungan acetal muscle myoneural dan dalam autonomic
ganglion, racun ini juga mengganggu sistem saraf pusat.
Struktur Karbamat dapat dilihat di bawah ini :
Struktur karbamat seperti physostigmin, ditemukan secara alamiah dalam kacang Calabar
(calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan komponen
aktifnya adalah SevineR.
Mekanisme toksisitas dari karbamat adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim achE
dihambat dan mengalami karbamilasi.
c. Organoklorin
Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang
diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah
“Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.
Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun komponen kimia ini sudah
disintesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin
dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan
target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya
tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan
keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah
300-500 mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih
berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat
terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut: Nausea, vomitus,
paresthesis pada lidah, bibir dan muka, iritabilitas, tremor, convulsi, koma, kegagalan
pernafasan, kematian.
Sedangakn menurut Soemirat (2005) Klasifikasi pestisida menurut asal dan struktur atau
golongan zat kimianya antara lain:
a. Pestisida alamiah:
1) Pyrethum: Pyrethrin, Cinerin
2) Derris: Rotenon
b. Pestisida sintetik:
1) Senyawa halogen organik: DDT, Lindan
2) Senyawa fosfatester organik: Dichlorvos, Malathion
3) Senyawa karbamat : Prpoxur, Dimetilan
4) Derivat kumarin : Cumachlor
5) Senyawa Dinitrofenol : Dinobuton
Berdasarkan asal bahan yang digunakan untuk membuat pestisida, maka pestisida dapat
dibedakan ke dalam empat golongan yaitu:
a. Pestisida Sintetik, yaitu pestisida yang diperoleh dari hasil sintesa kimia, contoh: organoklorin,
organofospat, dan karbamat.
b. Pestisida Nabati, yaitu pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, contoh: neem oil yang
berasal dari pohon mimba.
c. Pestisida Biologi, yaitu pestisida yang berasal dari jasad renik atau mikrobia, contoh: jamur,
bakteri atau virus.
d. Pestisida Alami, yaitu pestisida yang berasal dari bahan alami, contoh: bubur bordeaux.
BAB III
PENUTUP
Pengertian pestisida dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973, PP RI No.6
tahun 1995, The United States Environmental Control Act, USEPA. Secara sederhana pestisida
dapat diartikan sebagai pembunuh hama.
Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain:
berdasarkan jasad sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur
kimianya, asal dan sifat kimia, berdasarkan bentuknya dan berdasarkan pengaruh fisiologisnya.
1. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
a. Akarisida
b. Algasida
c. Alvisida
d. Bakterisida
e. Fungsida
f. Herbisida
g. Insektisida
h. Molluskisida
i. Nematisida
j. Ovisida
k. Pedukulisida
l. Piscisida
m. Predisida
n. Rodentisida
o. Termisida
p. Silvisida
q. Larvasida