Anda di halaman 1dari 4

PENGENDALIAN ORGANISMA PENGGANGGU TANAMAN

SECARA KIMIAWI
Mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara kimiawi, ialah dengan
menggunakan bahan kimia beracun, yang dikenal dengan nama Pestisida.
Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama (dalam arti luas) , berasal dari kata pest
dan sida. Pest meliputi keseluruhan kelompok organisme pengganggu tanaman,
sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh.

Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja
bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun
terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisma
berguna lainnya

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan,


dan Penggunaan Pestisida ialah PP Nomor 7 tahun 1973.
Dalam peraturan tersebut, didefenisikan bahwa pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain, serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :

 Memberantas dan mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, atau hasil
pertanian.
 Memberantas gulma (tumbuhan pengganggu)
 Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
 Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman, tidak termasuk pupuk
 Memberantas atau mencegah hama-hama air
 Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan atau ternak
 Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad-jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan, dan dalam alat pengangkutan
 Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman,
tanah atau air

A. Penggolongan Pestisida

Berpedoman kepada PP tersebut, pestisida dapat digolongkan berdasarkan jenis


jasad pengganggu, sebagai berikut :

1. Insektisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan


untuk mematikan serangga (insekta).
2. Herbisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan
untuk mematikan tumbuhan pengganggu (gulma).
3. Fungisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan
untuk mencegah atau memberantas perkembangan patogen fungi (cendawan)

1
4. Bakterisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan
untuk mematikan bakteri atau virus yang bisa menimbulkan penyakit pada
tanaman.
5. Nematisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan
untuk mematikan cacing mikro (Nematoda) yang merusak bagian tanaman
didalam tanah, misalnya akar, umbi, dan sebagainya.
6. Akarisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
digunakan untuk mematikan jenis-jenis Tungau dan Kutu daun
7. Rodentisida : bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan
untuk mematikan jenis binatang pengerat seperti Tikus.
8. Zat Pengatur Tumbuh : bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman, misalnya untuk merangsang
pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan vegetatif, mematikan
cabang yang tidak dikehendaki dan lain sebaganya.
9. Jenis Pestisida Lain : bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa
digunakan sebagai bahan pencampur, misalnya bahan pembasah (wetting agent),
bahan perata (spreader) dan bahan perekat (sticking agent).

B. Bentuk- bentuk formulasi Pestisida

1. Tepung Hembus (Dust = D)


2. Butiran (Granular = G)
3. Tepung yang harus dibasahi (Wettable Powder =WP)
4. Tepung yang dilarutkan dalam air (Soluble Powder=SP)
5. Cairan (Emulsifiable concentrate= EC)
6. Bentuk Gas (Folwable=F)

C. Cara Kerja Pestisida

1. Cara Kerja Insektisida

Seperti yang dikemukakan di depan, insektisida ialah bahan yang mengandung


senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mematikan serangga (insekta). Cara
kerja Insektisida mematikan serangga dapat terjadi melalui beberapa cara :

a. Racun perut
Insektisida jenis ini digunakan untuk memberantas serangga yang menyerang
tanaman dengan cara memakan bagian tanaman tersebut. Tanaman disemprot
dengan Insektisida, sehingga bagian-bagian tanaman akan mengandung racun.
Serangga mengalami kematian akibat memakan bagian tumbuhan yang telah
disemprot jenis insektisida tersebut.

2
b. Racun Kontak
Serangga mengalami kematian, jika langsung terkena cairan insektisida pada
saat penyemprotan. Racun atau bahan aktif insektisida akan meresap ke dalam
tubuh melalui kulit luar, kemudian bekerja di dalam tubuh serangga dan
menyebabkan kematian.

c. Racun sistemik
Insektisida bisa diserap oleh tanaman baik melalui akar maupun melalui
bagian tanaman lainnya, tetapi tidak mengganggu atau merugikan tanaman itu
sendiri. Dengan terserapnya racun ke dalam tubuh tanaman, maka tanaman
tersebut mempunyai daya penolak bahkan daya mematikan bila ada serangga
yang memakannya.

d. Fumigan (Fumigant)
Pestisida jenis ini mematikan serangga setelah zat fumigant terserap ke dalam
tubuh serangga melalui pernafasan.

e. Antraktan (Anttractant)
Pestisida mengeluarkan bau-bauan yang bisa menarik jenis serangga tertentu.
Setelah serangga mendekat dan terkumpul, maka serangga tersebut mudah
dimusnahkan.

f. Repelen (Repellent)
Insektisida diproses mengeluarkan bau-bauan yang bisa menolak atau
mengusir serangga. Bau yang dikeluarkan merupakan bau yang tidak
disenangi oleh serangga –serangga pengganggu.

Catatan :
Pestisida lain seperti Akarisida dan Nematisida memiliki cara kerja seperti yang
diuraikan di atas.

2. Cara Kerja Fungisida

Proses kematian sel-sel jamur karena bahan beracun yang terkandung dalam
fungisida, dapat melalui cara-cara sebagai berikut :
 Merusak dinding sel dan pembagian sel.
Fungisida dapat mengurangi kemampuan cendawan/jamur dalam melakukan
pembentukan dinding-dinding sel yang baru, dengan cara mempengaruhi
enzim-enzim yang terlibat dalam pembentukan dinding sel tersebut, sehingga
pertumbuhan cendawan tidak berkembang bahkan terhenti.
 Pengaruh terhadap permiabilitas membran sel
Zat organik yang bersifat fungisidal dan bakterisidal dapat mengganggu
membran sitoplasma yang bisa menimbulkan sel-sel mengeluarkan zat-zat

3
yang mudah larut di dalam sel, sehingga isi sel jamur menjadi rusak dan
menyebabkan kematian.
 Mempengaruhi kerja Enzim
Banyak jenis fungisida yang bekerja menghambat enzim sel-sel
jamur/cendawan, sehingga proses metaboliknya terganggu.

3. Cara Kerja Herbisida

Berdasarkan waktu penggunaan, herbisida digolongkan menjadi 2, yaitu:


a. Herbisida pratumbuh : pada areal yang akan dikendalikan, herbisida
diaplikasikan sebelum gulma tumbuh
b. Herbisida purna tumbuh : diaplikasikan setelah gulma tumbuh bersamaan
dengan tanaman budidaya

Cara kerja herbisida mematikan gulma :


a. Secara Kontak : herbisida hanya mematikan bagian gulma yang dikenai
larutan herbisida saja
b. Secara Sistemik : walaupun tidak seluruh bagian gulma terkena cairan
herbisida, memungkinkan seluruh tubuh gulma mati, karena bahan aktif dapat
ditaranslokasikan ke seluruh jaringan tubuh gulma.

4. Cara Kerja Rodentisida

Rodentisida sebagai bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dapat


digunakan untuk mematikan jenis binatang pengerat seperti Tikus. Supaya
rodentisida bisa membasmi tikus secara efektif, maka harus memenuhi syarat :
tidak berbau, tidak mempunyai rasa, bereaksi di dalam tubuh secara perlahan-
lahan, dan bisa mematikan tikus, serta tidak membahayakan ternak dan manusia.

Cara kerja rodentisida :

a. Bersifat Antikoagulan : racun berkerja dengan cara menghambat pembekuan


darah dan akan menimbulkan kerusakan pada jaringan-jaringan pembuluh
darah. Dengan rusaknya pembuluh darah maka bagian dalam tubuh tikus akan
mengalami pendarahan dan mengakibatkan tikus mati perlahan-lahan.

b. Bersifat Akut : pada saat umpan dimakan tikus langsung mati. Kelemahan :
tikus yang belum sempat makan racun bersifat jera umpan.

Anda mungkin juga menyukai