Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

“ANALISIS PESTISIDA DALAM DARAH

SECARA KUALITATIF”

OLEH :

Kelompok A

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2019
Nama Anggota Kelompok A

1. Dewa Ayu Intan Purnama Sari (17.131.0710)


2. Dwi Puji Astuti (17.131.0711)
3. Gusti Ayu Nyoman Setiawati (17.131.0712)
4. I Gusti Agung Gede Dwiki Sindu Rianda (17.131.0713)
5. I Gusti Ayu Agung Diah Dwisukma (17.131.0714)
6. I Gusti Ayu Dwari Rusita Dewi (17.131. 0715)
7. I Gusti Ayu Sinta Febrianti (17.131.0716)
8. I Komang Ary Arkadipa (17.131.0717)
9. I Komang Sudirga Yusa (17.131.0718)
10. I Putu Ovandy Agani (17.131.0719)
11. I Wayan Gaga Ady Sujana (17.131.0720)
12. I Wayan Ika Giri Swastika (17.131.0721)
13. Ida Ayu Gede Reina Widya Kirana (17.131.0722)
14. Ida Ayu Oka Gandhawati (17.131.0723)
15. Kadek Yulinda Damayanti (17.131.0724)
16. Komang Dika Pranata (17.131.0725)
ANALISIS PESTISIDA DALAM DARAH
SECARA KUALITATIF

I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara analisis pestisida dalam darah menggunakan alat
GC-MS
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pestisida dalam darah

II. PRINSIP KERJA


Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan dan deteksi senyawa-
senyawa pada suatu campuran. Kromatografi gas dan spektrofotometer masa
kromatografi gas mengunakan kolom kapiler dengan menngunakan perbedaan
sifat antar molekul-molekul yang berada dalam sampel darah akan dialirkan
dan dipisah di sepanjang kolom dan molekul-molekul memerlukan waktu yang
berbeda untuk keluar dari kromatografi gas dan akan di tangkap oleh
spectrometer masa.

III. DASAR TEORI


A. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti
hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat
diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama. USEPA dalam Soemirat
menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mencegah memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan,
tanaman, dan mikroorganisme pengganggu. Pestisida adalah racun yang
sengaja dibuat oleh manusia untuk membunuh organisme pengganggu tanaman
dan insekta penyebar penyakit.
B. Klasifikasi Pestisida
Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan organisme target dan cara
kerjanya, yaitu:
1. Insektisida
Inseksida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga. Menurut Djojosumarto (2008), insektisida
dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan cara kerja atau gerakannya pada
tanaman setelah diaplikasikan, yaitu:
 Insektisida sistemik Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ
tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.
 Insektisida nonsistemik Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan
(misalnya disemprotkan) pada tanaman sasaran tidak diserap oleh
jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman.
 Insektisida sistemik lokal Insektisida sistemik lokal adalah kelompok
insektisida yang dapat diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun),
tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Cara masuk
insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi tiga
kelompok insektisida sebagai berikut:
a. Racun lambung (Stomach poison)
Racun lambung (stomach poison) adalah insektisida-insektisida yang
membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam
organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran
pencernaan.
b. Racun kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga
lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila
bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida tersebut.
c. Racun pernapasan
Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat saluran
pernapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida
dalam jumlah yang cukup.
2. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.
Cendawan ini merusak tanaman dengan berbagai cara. Fungisida
umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran
yang diaplikasikan, yakni fungisida non sistemik, sistemik, sistemik lokal.
3. Herbisida
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma
atau tumbuhan pengganggu yang tidak di kehendaki. Karena herbisida
aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik. Pergerakan
herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja, yaitu:
 Herbisida selektif, walaupun diaplikasikan pada tumbuhan tetapi hanya
mematikan gulma dan relative tidak mengganggu tanaman yang
dibudidayakan.
 Herbisida nonselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau
daun yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan (termasuk
tumbuhan pokok), misalnya glifosat, glufosinat, dan paraquat.Herbisida
juga dikelompokkan menurut bidang sasarannya, kemana herbisida
tersebut diaplikasikan, yakni sebagai berikut:
- Herbisida tanah (soil acting herbicides), yakni herbisida yang aktif di
tanah dan bekerja dengan menghambat perkecambahan gulma.
Contoh herbisida tanah adalah herbisida kelompok urea.
- Herbisida yang aktif pada gulma yang tumbuh. Herbisida jenis ini
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Herbisida kontak, Herbisida yang membunuh jaringan gulma
yang terkena langsung oleh herbisida tersebut. Contoh herbisida
kontak ini adalah propanil paraquat, dan diquat.
b. Herbisida yang ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma
(sistemik) yang disebut pula translocated herbicides. Karena
sifatnya yang sistemik, herbisida ini mampu membunuh jaringan
gulma yang berada dibawah tanah (rimpang, umbi). Contoh
herbisida ini adalah metil metsulfuron, 2,4 D, dan glifosat.
4. Bakterisida
Bakterisida mengandung bahan aktif yang bisa membunuh bakteri.
Bakterisida biasanya bekerja dengan cara sistemik karena bakteri
melakukan perusakan dalam tubuh inang.
5. Nematisida
Nematoda yang berperan sebagai hama dibedakan menjadi:
a. Nematoda semi-endoparasit yang memasukkan kepalanya dalam akar
tanaman tetapi bagian badannya di luar akar.
b. Nematoda ektoparasit yang hidup di luar akar tanaman namun dengan
stiletnya mampu menghisap cairan akar tanaman.
c. Nematoda endoparasit merupakan nematoda yang hidup sepenuhnya di
dalam akar tanaman.
6. Akarisida
Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak, dan laba-laba. Bagian tanaman yang diserang adalah daun,
batang, dan buah. Contoh akarisida yaitu Kelthene MF dan Trithion 4 E.
7. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya
tikus. Contohnya Diphacin 110, Kleret RMB, Racumin, Ratikus RB,
Ratilan, Ratak dan Gisorin.
8. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh telur.
9. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat
atau larva. 8. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti
berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.

C. Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh Manusia


Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh Manusia Pestisida dapat masuk kedalam
tubuh manusia melalui berbagai cara yakni: kontaminasi memalui kulit
(dermal Contamination), terhisap masuk kedalam saluran pernafasan
(inhalation), dan masuk melalui saluran pencernaan makanan lewat mulut
(oral)
1. Kontaminasi Melalui Kulit (dermal contamination)
Pestisida yang menempel di permukaan kulit bias meresap masuk ke
dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat
kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak
seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus
keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Risiko
bahaya karena kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh faktor sebagai
berikut:
 Toksistas dermal (dermal LD 50) pestisida yang bersangkutan maka
makin rendah angka LD 50 makin berbahaya.
 Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat
pestisida maka semakin besar bahayanya.
 Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi
cair lebih mudah diserap kulit dari pada formulasi butiran.
 Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali
meresapkan pestisida. Kulit punggung tangan lebih mudah meresapkan
pestisida dari pada kulit telapak tangan.
 Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar
makin besar risikonya.
 Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik
seseorang, maka semakin tinggi risiko keracunannya.

Dalam penggunaanya atau aplikasi pestisida, pekerjaan-pekerjaan yang


menimbulkan risiko kontaminasi lewat kulit adalah :

 Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung


oleh droplet atau drift pestisidanya dan menyeka wajah dengan tangan,
lengan baju atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.
 Pencampuran pestisida.
 Mencuci alat-alat pestisida.
 Terhisap masuk ke dalam saluran pernapasan (inhalation)
D. Definisi GC-MS
GC-MS singkatan dari “Gas Chromatography-Mass Spectrometry”.
Instrumen ini adalah metode yang mengkombinasikan kromatografi gas dan
spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa yang berbeda dalam
analisis sampel. Hal ini berarti sampel yang hendak diperiksa dipisahkan
dahulu dengan alat GC (Gas Chromatography) untuk menganalisis jumlah
senyawa secara kuantitatif. Kemudian diidentifikasi dengan alat MS (Massa
Spectrometer) untuk menganalisis struktur molekul analit. GC dan MS
merupakan kombinasi kekuatan yang stimulan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi komponen-komponen campuran.
Kromatografi gas dan spektrometer massa dalam banyak hal memiliki
banyak kesamaan dalam tekniknya. Untuk kedua teknik tersebut, sampel yang
dibutuhkan dalam bentuk fase uap, dan keduanya juga sama-sama
membutuhkan jumlah sampel yang sedikit. Disisi lain, kedua teknik tersebut
memiliki perbedaan yang cukup besar yakni pada kondisi operasinya.
Senyawa yang terdapat pada kromatografi gas adalah senyawa yang
digunakan untuk sebagai gas pembawa dalam alat GC dengan tekanan kurang
lebih 760 torr, sedangkan spketometer massa beroperasi pada kondisi vakum
dengan kondisi tekanan 10-6 – 10-5 torr.
Campuran yang akan dipisahkan komponen-komponennya, dimasukkan
ke dalam kolom yang mengandung fase diam. Dengan bantuan fase gerak,
komponen. Komponen campuran itu kemudian dibawa bergerak melalui fase
diam di dalam kolom. Perbedaaan antaraksi atau afinitas antara komponen-
komponen campuran itu dengan kedua fase, menyebabkan komponen-
komponen itu bergerak dengan kecepatan berbeda melalui kolom. Akibatnya
ada perbedaan kecepatan (differential migration), komponen-komponen itu
terpisah satu sama lain.
Adapun kegunaan alat GC-MS adalah sebagai berikut:
a. Untuk menentukan berat molekul dengan sangat teliti sampai 4 angka di
belakang desimal contohnya adalah sebagai berikut: misalnya ada
senyawa-senyawa: CO Massa Molekul = 28 ; N2 Massa Molekul = 28;
H2C=CH2 Massa Molekul = 28. Kalau dihitung Massa masing-masing
dengan teliti, maka masing-masing massa molekulnya akan berbeda.
b. Spektroskopi massa dapat digunakan untuk mengetahui Rumus Molekul
tanpa melalui Analisa Unsur. Misalnya C4H10O, biasanya memakai cara
kualitatif atau kuantitatif, mula-mula diketahui rumus empiris dulu
(CxHyOz)n, kemudian baru ditentukan BM-nya. Sekarang karena adanya
komputer pada alat GC-MS dapat langsung diketahui Rumus Molekulnya.
c. Bila kita memasukkan senyawa dalam spektroskopi massa, maka senyawa
itu akan ditembaki oleh elektron dan molekul akan mengalami reaksi
fragmentasi. Molekul akan pecah karena tembakan elektron dalam
spektrometer. Pecahnya molekul itu tergantung pada gugus fungsi yang
ada dalam molekul itu, jadi melalui suatu corak tertentu, tidak secara
random. Sebelum ini hanya Spektrometri IR, Resonansi Magnit Inti yang
bisa mengetahui gugus fungsi. Dengan adanya fragmentasi kita juga bisa
mengenali senyawa tersebut, sehingga kita bisa mendapatkan cara
tambahan untuk mengetahui apakah senyawa tersebut termasuk golongan
alkohol, amin, karboksilat, aldehid dan lain sebagainya.
d. GC-MS hanya dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang
mudah menguap. Glukosa, sukrosa, sakarosa bersifat tidak menguap,
sehingga tidak dapat dideteksi dengan alat GC-MS. Kriteria menguap
adalah pada :
1. Kondisi vakum tinggi, tekanan rendah.
2. Dapat dipanaskan.
3. Uap yang diperlukan tidak banyak.
Pada umumnya senyawa-senyawa dengan BM kurang dari 1000 dapat
diuapkan, bisa ditentukan massa molekulnya dengan cara spektroskopi massa.
Analisis GC-MS dengan predikat pemisahan yang “high resolution” serta MS
yang sensitif sangat diperlukan dalam bidang aplikasi, antara lain bidang
lingkungan, arkeologi, kesehatan, forensik, ilmu antariksa, kimia, biokimia
dan lain sebagainya.
E. Prinsip Kerja Dan Prosedur Penggunaan GC-MS
Kromatografi gas atau yang biasa disebut carrier gas digunakan untuk
membawa sample melewati lapisan (bed) material. Karena gas yang bergerak,
maka disebut mobile phase (fasa bergerak), sebaliknya lapisan material yang
diam disebut stationary phase (fasa diam).
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu
sisi detektor kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di
mana sampel–sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa (tempat
injeksi). Sampel–sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil
(mudah menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan
cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom, kolom berisi suatu padatan halus
dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam
kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang
berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus
stabil dan nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan
pemisahan tertentu. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui
sisi lain detektor. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur
ketidakseimbangan antara dua sisi detektor yang direkam secara elektrik.
Waktu Retensi adalah waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk
bergerak melalui kolom menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi
(RT). Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan pada
titik dimana tampilan menunjukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa
itu. Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu
retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini memungkinkan
spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan,
dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektrometer massa
melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi
terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio.
Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS adalah sebagai berikut:
a. Sample preparation
b. Derivatisation
c. Injeksi
Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection
port. GC/MS kurang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi
karena akan terdekomposisi pada awal pemisahan.
d. GC separation
Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir
tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC
memiliki cairan pelapis (fasa diam) yang inert.
e. MS detector
Aspek kualitatif: lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak
diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif: dengan membandingkan kurva standar dari senyawa
yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak
diketahui.
f. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama
pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk
digunakan dalam analisis. Spektra massa berupa fingerprint ini dapat
dibandingkan dengan acuan.

F. Bagian-Bagian GC-MS Dan Fungsinya


Kromatografi Gas merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Sistem peralatan kromatografi
gas:
(Gambar Instrumentasi Kromatografi Gas)

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa


Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan
awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa
tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif;
murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor; dan
dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen,
dan abu-abu untuk nitrogen).
2. Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan
efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk
mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas
pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang
diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 μL) akan segera diuapkan untuk
selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini
tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan
akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang,
dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk
mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masukmenuju
kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan
pemecahan.
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua
sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom
karena katup pemecah ditutup; dan
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung
semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom. (istilah asing dikeik
miring/italic)

3. Kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik


Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di
dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen
sentral pada GC. Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom kemas (packing
column) dan kolom kapiler (capillary column); dan kolom preparatif
(preparative column). Perbandingan kolom kemas dan kolom kapiler
dtunjukkan oleh gambar berikut :

(Gambar Kolom Kemas dan Kolom kapiler)


Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari
tembaga dan aluminium. Panjang kolom jenis ini adalah 1–5 meter dengan
diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom
kapiler memberikan efisiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang sangat
besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel
yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar,
atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah
metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-
metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar
adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19),
sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M;
DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M).

4. Sistem deteksi dan pencatat (detektor dan rekorder)


Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat
keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi
mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi
sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di
antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial,
dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier
dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram
yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh GC disajikan
oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat
tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif,
sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data
kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan
tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks
misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
1. GC-MS
2. Beaker glass
3. Microsyringe
4. Esterload

2. Bahan :
1. Sampel darah
2. Silika gel
3. Pelarut Heksana
4. Kertas Wathman
5. Diklorometan

V. PROSEDUR KERJA
a) Preparasi Sampel
1. Digunakan APD secara lengkap, kemudian disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Dimasukkan kertas Wathman ke dalam esterload
3. Dimasukkan silica gel ke dalam sejumlah esterload ± 1/3 dari bagian
esterload
4. Dimasukkan sampel darah ke dalam esterload sebanyak 3 mL
5. Diinkubasi selama kurang lebih 5 – 10 menit
6. Ditambahkan pelarut dikloromentana sebanyak 5-10ml, ditambahkan
sampai terdapat tetesan hasil ekstraksi.
7. Dikeringkan hasil ekstraksi di dalam laminar airflow sampai tersisa ±
1µl.
8. Setelah hasil ekstraksi kering, ditambahkan heksana
9. Kemudian dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam tempat sampel.
b) Penggunaan GC – MS
1. Dinyalakan alat GC – MS
2. Dipanaskan alat GC – MS selama 2 jam sebelum digunakan
3. Isi identitas sampel melalui : Run Control - Sample Info - Isi Operator
Name, Sub Directory (untuk memudahkan pencarian data, gunakan
tanggal hari ini), Nama Signal, Nama Sample, komentar bila ada.
4. Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime
Checklist : Sequence Sequence Table :
- Location : isikan lokasi vial sampel
- Sample Name : sampel yang akan dianalisa
- Method Name : method yang digunakan untuk analisa
- Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
- Inj Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan ke GC
- Injector : Front atau Back
- Sample Info : apabila diperlukan Sequence Save Sequence.
5. Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada
display GC : Ready for Injection
6. Diijeksikan larutan blanko 1µl dengan menggunakan Microsyringe
7. Ditunggu keluarnya hasil selama 30 menit, kemudian hasil diprint out.
8. Diijeksi sampel 1µl dengan menggunakan Microsyringe
9. Ditunggu keluarnya hasil selama 30 menit, kemudian hasil diprint out.
VI. HASIL
Berdasarkan praktikum analisis pestisida dalam darah, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Nama Pasien Hasil
Komang Aspini Negatif (-)

1. Kromatogram Blanko
2. Kromatogram Sampel
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum analisa pestisida dalam darah yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pestisida di dalam darah, yang dilakukan dengan
menggunakan GC-MS dengan prinsip pemisahan. Pemisahan pada
kromatografi gas ini didasarkan pada perbedaan kesetimbangan distribusi
komponen-komponen sampel diantara fasa gerak dan fasa diam. Perbedaan
kesetimbangan distribusi ini terjadi karena adanya perbedaan interaksi
komponen-komponen tersebut dengan fasa diam dan fasa gerak. Kromatografi
gas adalah sebutan umum untuk kromatografi Gas-Cair. Oleh karena itu, fasa
gerak pada kromatografi ini berupa gas sedangkan fasa diamnya berupa cairan
yang melekat pada fasa pendukung. Pada praktikum yang sudah dilakukan,
fase diam yang digunakan adalah kolom kapiler dan fase gerak yang digunakan
adalah gas Helium (He).
Metode analisis kadar pestisida dalam darah dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode analisis
kualitatif yang digunakan adalah dengan membandingkan waktu retensi dan
ko-kromatografi. Langkah awal yang dilakukan adalah preparasi sampel.
Dilakukan homogenisasi sampel, homogenisasi sampel bertujuan untuk
memperluas permukaan sampel sehingga penarikan residu pestisida lebih cepat
dan optimal. Pertama, kertas Wathman dimasukkan ke dalam esterload. Silica
gel dimasukkan ke dalam sejumlah esterload ± 1/3 dari bagian esterload. Silica
gel dapat memberikan pemisahan yang baik terhadap campuran
karbondioksida, karbonmonoksida, hidrogen, dan nitrogen tetapi antara
nitrogen dan oksigen tidak dapat dipisahkan.Selanjutnya, sampel darah
dimasukkan ke dalam esterload sebanyak 3 mL, kemudian diinkubasi selama 5
menit. Pemurnian ekstrak sampel dilakukan dengan metode SPE (Solid Phase
Extraction) atau disebut ekstraksi fase padat. SPE digunakan untuk
mempersiapkan sampel yang akan di analisis dengan menghilangkan campuran
zat pengotor atau pengganggu yang ada pada sampel. Selain itu, sistem ini
dilakukan untuk mempertahankan zat utama yang akan dianalisis dan memiliki
konsentrasi lebih kecil dibanding pengotor. Dilakukan ekstraksi residu
pestisida dari sampel matrik dalam darah. Ekstraksi pestisida golongan
organofosfat dapat dilakukan dengan pelarut organik etil asetat dan Na2SO4,
etil asetat saja, kombinasi (Etil asetat, diklorometana dan Na2SO4) dan
asetonotril atau aseton. Pada praktikum yang dilakukan digunakan pelarut
dikloromentana, ditambahkan pelarut dikloromentana sebanyak 5-10ml.
Dikloromentana tidak dapat larut sempurna dalam air, tapi dapat larut dengan
pelarut organik lainnya. Dikloromentana dalam matriks darah akan mengikat
lemak dalam darah. Dikloromentana ditambahkan sampai terdapat tetesan hasil
ekstraksi. Hasil ekstraksi berwarna putih kekuningan, kemudian hasil ekstraksi
dikeringkan di dalam laminar airflow sampai tersisa ± 1µl.
Langkah kedua dilakukan analisis penentuan kadar dengan GC MS.
Sebelum alat GC MS digunakan, dihidupkan untuk memanaskan alat selama 2
jam. Setelah alat sudah siap, GC dibiarkan kurang lebih 2 menit untuk
menunggu alatnya ready bertujuan agar aliran gas pembawa tetap sehingga
kolom tidak akan rusak. Lalu dilanjutkan injeksi larutan blanko sebanyak 1µl.
Suhu inlet diatur pada suhu 280oC. Sebelum injeksi dilakukan pengaturan
parameter pada kromatografi gas.gas pembawa yang dipakai adalah gas
helium. Gas helium digunakan karena gas helium bersifat inert yang berarti
tidak dapat bereaksi secara kimiawi dengan unsur lain dan gas helium bersifat
stabil. Larutan yang digunakan adalah n-heksan, pelarut n-heksan memberikan
hasil pola kromatogram dan pemisahan yang cukup baik. Puncak yang muncul
pada waktu retensi (Rt) yang lebih cepat, memiliki luas area yang lebih besar
serta resolusi pemisahan yang baik menjadi acuan dipilihnya suatu pelarut yang
akan digunakan. Hasil larutan blanko akan keluar selama 30 menit. Jika hasil
kromatogram blanko sudah keluar, selanjutnya sampel diinjeksikan sebanyak
1µl. Kemudian, sampel akan dibawa ke dalam oven oleh gas helium.
Temperatur oven mengikuti sistem terprogram yang dapat diatur dengan
menyesuaikan titik didih atau titik uap sampel sehingga sampel yang kita
analisis dapat melewati suhu optimalnya dan dapat terbaca oleh detector.
Waktu retensi sangat berpengaruh pada suhu oven karena semakin cepat
mencapai flash point pestisida, maka pestisida akan keluar lebih dulu. Suhu
awal oven adalah 70oC. Pengaturan kenaikan suhu pada praktikum kali ini
yaitu meningkat setiap 10 menit hingga suhu mencapai 270°C dengan total
waktu program 30 menit. Kolom yang digunakan di dalam oven adalah kolom
kapiler. Kolom merupakan tempat berlangsungnya pemisahan komponen
campuran. Pada kolom kapiler penambahan gas (make up gas) digunakan
untuk menghilangkan komponen yang terpisah dari bagian akhir kolom ke
dalam detektor untuk mengurangi efek “dead volume” dan kecepatan aliran
yang rendah. Dalam kolom terjadi pembentukan arus listrik yang akan
dideteksi oleh detektor, detektor bertujuan untuk mendeteksi komponen yang
terpisah dari kolom. Arus listrik akan diterjemahkan sebagai kromatogram oleh
detektor. Detektor akan menampilkan kromatogram yang selanjutnya dapat
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Pada praktikum analisis pestisida dalam darah secara kualitatif didapatkan
hasil negatif tidak mengandung pestisida. Karena dari hasil kromatogram
sampel, tidak terbaca time retention untuk pestisida, yang terbaca hanya time
retention untuk n-heksan. Maka dari itu tidak terdapat pestisida di dalam darah
pasien yang dilakukan analisis.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum analisa pestisida dalam darah secara kualitatif
menggunakan metode GC-MS, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui
ada atau tidaknya pestisida di dalam darah, dilakukan dengan cara
pemeriksaan menggunakan GC-MS dengan prinsip pemisahan. Pemisahan
pada kromatografi gas ini didasarkan pada perbedaan kesetimbangan distribusi
komponen-komponen sampel diantara fasa gerak(gas) dan fasa diam(cairan).
Hasil yang didapatkan yaitu sampel darah pasien tidak mengandung pestisida
(negatif), karena dari hasil kromatogram sampel, tidak terbaca time retention
untuk pestisida.
DAFTAR PUSTAKA

Maria,A. 2013. Makalah Pestisida. (online).


(https://www.academia.edu/5544817/Makalah_pestisida. Diakses
tanggal 17 Mei 2019, jam 08.00 WITA).

Megantari,V. 2014. Penentuan Komponen Dalam Sampel Pertamax Plus


Menggunakan Instrumen Kromatografi Gas. (online).
(https://www.academia.edu/8348470/Laporan_GC. Diakses tanggal
17 Mei 2019, jam 08.20 WITA).

Mentari,N. 2013. Makalah Kimia Analitik GC-MS. (online).


(https://www.academia.edu/12000792/Makalah_Kimia_Analitik_G
C-MS_kelompok_2_B_ Diakses tanggal 17 Mei 2019, jam 08.10
WITA).

Putri,B. 2014. Pestisida Dalam Pertanian. (online).


(https://www.academia.edu/12111105/makalah_pestisida). Diakses
tanggal 17 Mei 2019, jam 08.00 WITA).

Pradina,E.L. 2012. Aplikasi Metode GC-MS Untuk Penetapan Kadar Residu


Profenofos Pada Buah Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah Pencucian.
(online).(http://eprints.ums.ac.id/20677/16/NASKAH_PUBLIKASI.p
df. Diakses tanggal 17 Mei 2019, jam 08.10 WITA).

Setyowati,H. 2013. Isolasi Dan Standarisasi Bahan Alam Gas Chromatography-


Mass Spectrometry (GC-MS). (online).
https://www.academia.edu/17465235/GC-MS. Diakses tanggal 17
Mei 2019, jam 08.20 WITA).
LAMPIRAN GAMBAR

Sample darah untuk pemeriksaan pestisida Proses penuangan sample darah pada tabung
Identitas pasien atas nama Ni Komang Aspini

Sample darah yang telah diberi kertas whatman dan


silika gel

Proses pengambilan larutan diklorometana


pada sample darah yang akan diuji
pestisidanya nya
Proses penyuntikan sampel pada inlets,
kemudian ditunggu selama 30 menit, alat GC-
MS akan memproses, dan hasil akan keluar.
Proses penuangan larutan

Alat GC MS (Gas Chromatogrpahy Mass


Alat Centrifuge Spectroscopy)

Anda mungkin juga menyukai