Anda di halaman 1dari 5

Toksikokinetik Boraks Dalam Tubuh

A. Fisikokimia zat toksik


Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berta boron (B). Boraks
merupakan anti septik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak digunakan sebagai
bahan anti jamur, pengawet kayu dan anti septik pada kosmetik (Syah, 2005).
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang
tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa
kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada
suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan
asam borat (Syah, 2005).
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan boraks.
Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng” , di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dikenal dengan nama “pijer” digunakan atau ditambahkan ke dalam pangan sebagai
pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008).

B. Faktor Yang Mempengaruhi Toksisitas Boraks Dalam Tubuh Manusia


Boraks merupakan bahan kimia toksik yang dilarang digunakan sebagai
tambahan pada makanan dikarenakan berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit
dalam tubuh manusia. Toksisitas merupakan kemampuan suatu zat untuk menimbulkan
kerusakan organ tubuh manusia. Toksisitas boraks di dalam tubuh manusia bervariasi
yang dipengaruhi oleh usia dan kemampuan metabolisme tubuh (Bakirdere,et al, 2010).
Toksisitas boraks didalam tubuh manusia dipengaruhi oleh jumlah asupan yang diterima
(dosis/konsentrasi) serta keseringan keterpaparan (Thistel, Harold, 2016).
Keracunan makanan berisiko pada semua golongan umur, akan tetapi yang
memiliki resiko tinggi terhadap keracunan yaitu bayi, anak-anak, lansia dan manusia
yang memiliki imunitas rendah. (Osei-Tutu, 2016). Anak-anak masih memiliki sistem
imun yang belum berkembang secara optimal sehingga memungkinkan perlawanan
tubuh terhadap toksikan masih belum optimal (Lund, 2011).
Tingkat risiko dari paparan boraks dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh kadar
atau konsentrasi boraks yang terkandung pada makanan yang selanjutnya akan masuk
ke dalam tubuh manusia, laju asupan, dan durasi pajanan boraks tersebut. Laju asupan
merupakan banyaknya makanan yang mengandung boraks yang dikonsumsi tiap
harinya yang dihitung dalam satuan gram perhari. Durasi pajanan merupakan lama
mengkonsumsi makanan mengandung boraks dalam satuan tahun. Berat badan juga
berperan dalam tingkat risiko paparan boraks. Semakin besar berat badan maka semakin
besar pula kadar atau konsentrasi boraks yang dibutuhkan untuk menimbulkan
gangguan kesehatan pada manusia begitu pula sebaliknya, semakin kecil berat badan
maka semakin kecil pula kadar atau konsentrasi boraks yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia tersebut (Daud dan Dullah, 2014).

C. Toksikokinetik boraks dalam tubuh manusia


Toksikokinetik merupakan fase boraks sudah berada dalam tubuh manusia yang
siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe. Boraks akan mengkuti
aliran darah atau limfe yang kemudian di distribusikan ke seluruh tubuh dan menuju
organ target. Pada saat yang sama boraks dapat termetabolisme atau terekskresi bersama
urin ataupun sistem ekskresi lainnya (Wirasuta dan Niruri, 2006).
1. Absorbsi
a. Jalur atau rute pajanan melalui inhalasi
Boraks yang terdapat di udara masuk ke dalam tubuh pekerja produksi
boraks melalui saluran pernapasan. Boraks yang masuk ke saluran pernapasan
tersimpan dan terakumulasi di saluran napas. Pada orang yang terpapar, boraks
ditemukan dalam darah dan urin. Boraks yang masuk ke dalam tubuh diserap
dan didistribusikan secara sistemik (U.S. Departement of Health and Human
Services, 2010).
b. Jalur atau rute pajanan melalui kulit
Boraks tidak dapat menyerap pada bagian kulit yang utuh sehingga tidak
masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat. Pada kulit yang rusak boraks
dapat terserap dan masuk dalam aliran darah (U.S. Departement of Health and
Human Services, 2010).
c. Jalur atau rute pajanan melalui saluran cerna
Boraks diserap dengan baik apabila masuk kedalam tubuh manusia
melalui saluran pencernaan. Boraks dapat diekskresikan melalui urin dalam
waktu 96 jam, dengan demikian dimungkinkan terjadi penyerapan di dalam
tubuh yang dapat terakumulasi didalam tubuh (EPA, 2004). Diperkirakan
fraksi penyerapan boraks secara oral pada manusia yaitu berkisar 81-92 % dan
95 % pada tikus (U.S. Departement of Health and Human Services, 2010).
Boraks atau asam borat yang terabsorpsi dalam tubuh di ekskresikan
melalui urin selama 12 jam kurang lebih 50 % dari jumlah yang terabsorpsi
didalam tubuh, sedangkan sisanya diekskresikan selama 3-7 hari atau mungkin
lebih. Asam borat dan senyawanya dalam tubuh akan terekskresi dalam waktu
yang lama sehingga dapat menyebabkan terjadinya akumulatif pada lemak,
hati, otak, testis, dan ginjal. Apabila tidak termetabolisme maka akumulasi
akan terus terjadi pada tubuh. Dalam memecah boraks didalam tubuh
membutuhkan energi yang sangat besar sehingga senyawa borat sangat
mungkin tetap dapat terakumulasi didalam tubuh (Febri, 2007).
2. Distribusi
Asam borat atau boraks yang masuk ke dalam tubuh akan terdistribusi secara
merata di seluruh jaringan lunak tubuh dan dapat terakumulasi dalam tulang. Kadar
asam borat didalam ginjal meningkat seiring dengan peningkatan akumulasi
didalam tubuh. (NPIC, 2012). Distribusi boraks didalam tubuh dapat terjadi
disepanjang alat pencernaan dan kemudian terdistribusi melalui membran menuju
sirkulasi sistemik yang kemudian akan terakumulasi dalam organ tertentu.
(Wirasuta dan Niruri, 2006).
3. Metabolisme
Metabolisme boraks yang masuk ke dalam tubuh melalui oral akan terjadi di
dinding usus dengan bantuan enzim-enzim katalisis mempunyai kemampuan untuk
melakukan metabolisme (reaksi biokimia) bagi boraks sebelum mencapai pembuluh
darah vena hepatika. Setelah boraks diabsorpsi dari saluran cerna maka dibawa dari
pembuluh-pembuluh kapiler darah di mikrovili usus melalui pembuluh vena
hepatika menuju hati. Hati adalah tempat utama terjadinya reaksi metabolisme.
Boraks mengalami reaksi metabolisme di hati sebelum menuju tempat kerjanya
atau sebelum didistribusikan ke seluruh tubuh. Metabolisme boraks didalam
tubuh manusia dapat mengeluarkan senyawa boraks didalam tubuh sebagai
proses detoksifikasi yang dipengaruhi oleh kemampuan tubuh dalam metabolisme
didalam organ hati. Akan tetapi jika tubuh tidak dapat melakukan metabolisme
boraks maka akan terjadi akumulasi di organ tubuh (Wirasuta dan Niruri, 2006).
Studi menunjukkan bahwa senyawa boraks didalam tubuh manusia
didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan lunak tubuh dan dapat
terakumulasi pada tulang. Berdasarkan penelitian terjadi akumulasi senyawa boraks
pada testis dan epididimis. Apabila tidak termetabolisme oleh tubuh maka senyawa
boraks akan terdapat pada plasma, hati, ginjal, adipose (lemak), otot, tulang, usus
besar, otak, hypothalamus, testis, epididimis, kelenjar adrenal dan prostat. Apabila
paparan boraks tetap terjadi maka keberadaan boraks pada tulang, adipose, ginjal,
otak, hati, jantung, dan darah terus meningkat (EPA, 2015).
4. Eliminasi
Eliminasi atau ekskresi boraks dapat terjadi melalui urin sehingga menurunkan
akumulasi dan dosis didalam tubuh. Rute utama eliminasi boraks dalam tubuh yaitu
melalui urin atau air seni, sedangkan jalur eleminasi minor boraks dalam tubuh
manusia yaitu melalui air liur, keringat, dan feses (EPA, 2015). Boraks didalam
tubuh dapat diturunkan dosisnya melalui ekskresi lewat urin, akan tetapi memecah
boraks didalam tubuh membutuhkan energi yang besar sehingga keberadaan boraks
pada tubuh manusia bergantung pula pada kemampuan tubuh untuk memerangi
toksikan didalam tubuh (Febri, 2007).

D. Toksikodinamik boraks dalam tubuh manusia


Fase toksikodinamik merupakan interaksi antara boraks dengan organ target
didalam tubuh dan juga proses-prose yang terkait dimana pada akhirnya muncul efek
toksik (Wirasuta dan Niruri, 2006). Organ target atau organ sasaran dari akumulasi
boraks yaitu susunan syaraf pusat dan ginjal (BPOM, 2015).
Efek toksis dari boraks akan menyerang langsung pada sistem saraf pusat dan
menimbulkan gejala keracunan seperti mual, muntah dan diare, kejang perut, iritasi kulit
dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, takikardia, sianosis, delirium, koma dan
kematian (Febri, 2007).
Apabila tubuh tidak mampu melakukan metabolisme teradap boraks maka
boraks akan terakumulasi dalam tubuh. Boraks didalam tubuh dapat menyebabkan
demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,
menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, Kanker,
pingsan bahkan kematian. (Sultan et al, 2013).
Pemberian dosis boraks yang berulang dan tidak termetabolisme oleh tubuh
akan menyebabkan timbulnya efek hematologis yang merugikan bagi manusia.
Akumulasi boraks di dalam tubuh akan mengganggu sistem darah haemotopoiesis
ekstramedular (kegiatan produksi sel darah), mengurangi volume sel darah merah dan
hemoglobin, dan deposisi haemosiderin (pembentukan protein darah) dalam limpa, hati
dan tubulus proksimal ginjal (EPA, 2015).

Anda mungkin juga menyukai