0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
163 tayangan5 halaman
Toksikokinetik boraks dalam tubuh terdiri dari empat tahap: (1) absorpsi terutama melalui saluran pencernaan, (2) distribusi merata ke seluruh jaringan tubuh dan akumulasi di tulang, (3) metabolisme terutama di hati, dan (4) eliminasi melalui urin. Boraks dapat menyebabkan efek toksik dengan menyerang sistem saraf pusat dan ginjal.
Toksikokinetik boraks dalam tubuh terdiri dari empat tahap: (1) absorpsi terutama melalui saluran pencernaan, (2) distribusi merata ke seluruh jaringan tubuh dan akumulasi di tulang, (3) metabolisme terutama di hati, dan (4) eliminasi melalui urin. Boraks dapat menyebabkan efek toksik dengan menyerang sistem saraf pusat dan ginjal.
Toksikokinetik boraks dalam tubuh terdiri dari empat tahap: (1) absorpsi terutama melalui saluran pencernaan, (2) distribusi merata ke seluruh jaringan tubuh dan akumulasi di tulang, (3) metabolisme terutama di hati, dan (4) eliminasi melalui urin. Boraks dapat menyebabkan efek toksik dengan menyerang sistem saraf pusat dan ginjal.
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berta boron (B). Boraks merupakan anti septik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu dan anti septik pada kosmetik (Syah, 2005). Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan boraks. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng” , di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer” digunakan atau ditambahkan ke dalam pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Toksisitas Boraks Dalam Tubuh Manusia
Boraks merupakan bahan kimia toksik yang dilarang digunakan sebagai tambahan pada makanan dikarenakan berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia. Toksisitas merupakan kemampuan suatu zat untuk menimbulkan kerusakan organ tubuh manusia. Toksisitas boraks di dalam tubuh manusia bervariasi yang dipengaruhi oleh usia dan kemampuan metabolisme tubuh (Bakirdere,et al, 2010). Toksisitas boraks didalam tubuh manusia dipengaruhi oleh jumlah asupan yang diterima (dosis/konsentrasi) serta keseringan keterpaparan (Thistel, Harold, 2016). Keracunan makanan berisiko pada semua golongan umur, akan tetapi yang memiliki resiko tinggi terhadap keracunan yaitu bayi, anak-anak, lansia dan manusia yang memiliki imunitas rendah. (Osei-Tutu, 2016). Anak-anak masih memiliki sistem imun yang belum berkembang secara optimal sehingga memungkinkan perlawanan tubuh terhadap toksikan masih belum optimal (Lund, 2011). Tingkat risiko dari paparan boraks dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh kadar atau konsentrasi boraks yang terkandung pada makanan yang selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh manusia, laju asupan, dan durasi pajanan boraks tersebut. Laju asupan merupakan banyaknya makanan yang mengandung boraks yang dikonsumsi tiap harinya yang dihitung dalam satuan gram perhari. Durasi pajanan merupakan lama mengkonsumsi makanan mengandung boraks dalam satuan tahun. Berat badan juga berperan dalam tingkat risiko paparan boraks. Semakin besar berat badan maka semakin besar pula kadar atau konsentrasi boraks yang dibutuhkan untuk menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia begitu pula sebaliknya, semakin kecil berat badan maka semakin kecil pula kadar atau konsentrasi boraks yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia tersebut (Daud dan Dullah, 2014).
C. Toksikokinetik boraks dalam tubuh manusia
Toksikokinetik merupakan fase boraks sudah berada dalam tubuh manusia yang siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe. Boraks akan mengkuti aliran darah atau limfe yang kemudian di distribusikan ke seluruh tubuh dan menuju organ target. Pada saat yang sama boraks dapat termetabolisme atau terekskresi bersama urin ataupun sistem ekskresi lainnya (Wirasuta dan Niruri, 2006). 1. Absorbsi a. Jalur atau rute pajanan melalui inhalasi Boraks yang terdapat di udara masuk ke dalam tubuh pekerja produksi boraks melalui saluran pernapasan. Boraks yang masuk ke saluran pernapasan tersimpan dan terakumulasi di saluran napas. Pada orang yang terpapar, boraks ditemukan dalam darah dan urin. Boraks yang masuk ke dalam tubuh diserap dan didistribusikan secara sistemik (U.S. Departement of Health and Human Services, 2010). b. Jalur atau rute pajanan melalui kulit Boraks tidak dapat menyerap pada bagian kulit yang utuh sehingga tidak masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat. Pada kulit yang rusak boraks dapat terserap dan masuk dalam aliran darah (U.S. Departement of Health and Human Services, 2010). c. Jalur atau rute pajanan melalui saluran cerna Boraks diserap dengan baik apabila masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan. Boraks dapat diekskresikan melalui urin dalam waktu 96 jam, dengan demikian dimungkinkan terjadi penyerapan di dalam tubuh yang dapat terakumulasi didalam tubuh (EPA, 2004). Diperkirakan fraksi penyerapan boraks secara oral pada manusia yaitu berkisar 81-92 % dan 95 % pada tikus (U.S. Departement of Health and Human Services, 2010). Boraks atau asam borat yang terabsorpsi dalam tubuh di ekskresikan melalui urin selama 12 jam kurang lebih 50 % dari jumlah yang terabsorpsi didalam tubuh, sedangkan sisanya diekskresikan selama 3-7 hari atau mungkin lebih. Asam borat dan senyawanya dalam tubuh akan terekskresi dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan terjadinya akumulatif pada lemak, hati, otak, testis, dan ginjal. Apabila tidak termetabolisme maka akumulasi akan terus terjadi pada tubuh. Dalam memecah boraks didalam tubuh membutuhkan energi yang sangat besar sehingga senyawa borat sangat mungkin tetap dapat terakumulasi didalam tubuh (Febri, 2007). 2. Distribusi Asam borat atau boraks yang masuk ke dalam tubuh akan terdistribusi secara merata di seluruh jaringan lunak tubuh dan dapat terakumulasi dalam tulang. Kadar asam borat didalam ginjal meningkat seiring dengan peningkatan akumulasi didalam tubuh. (NPIC, 2012). Distribusi boraks didalam tubuh dapat terjadi disepanjang alat pencernaan dan kemudian terdistribusi melalui membran menuju sirkulasi sistemik yang kemudian akan terakumulasi dalam organ tertentu. (Wirasuta dan Niruri, 2006). 3. Metabolisme Metabolisme boraks yang masuk ke dalam tubuh melalui oral akan terjadi di dinding usus dengan bantuan enzim-enzim katalisis mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme (reaksi biokimia) bagi boraks sebelum mencapai pembuluh darah vena hepatika. Setelah boraks diabsorpsi dari saluran cerna maka dibawa dari pembuluh-pembuluh kapiler darah di mikrovili usus melalui pembuluh vena hepatika menuju hati. Hati adalah tempat utama terjadinya reaksi metabolisme. Boraks mengalami reaksi metabolisme di hati sebelum menuju tempat kerjanya atau sebelum didistribusikan ke seluruh tubuh. Metabolisme boraks didalam tubuh manusia dapat mengeluarkan senyawa boraks didalam tubuh sebagai proses detoksifikasi yang dipengaruhi oleh kemampuan tubuh dalam metabolisme didalam organ hati. Akan tetapi jika tubuh tidak dapat melakukan metabolisme boraks maka akan terjadi akumulasi di organ tubuh (Wirasuta dan Niruri, 2006). Studi menunjukkan bahwa senyawa boraks didalam tubuh manusia didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan lunak tubuh dan dapat terakumulasi pada tulang. Berdasarkan penelitian terjadi akumulasi senyawa boraks pada testis dan epididimis. Apabila tidak termetabolisme oleh tubuh maka senyawa boraks akan terdapat pada plasma, hati, ginjal, adipose (lemak), otot, tulang, usus besar, otak, hypothalamus, testis, epididimis, kelenjar adrenal dan prostat. Apabila paparan boraks tetap terjadi maka keberadaan boraks pada tulang, adipose, ginjal, otak, hati, jantung, dan darah terus meningkat (EPA, 2015). 4. Eliminasi Eliminasi atau ekskresi boraks dapat terjadi melalui urin sehingga menurunkan akumulasi dan dosis didalam tubuh. Rute utama eliminasi boraks dalam tubuh yaitu melalui urin atau air seni, sedangkan jalur eleminasi minor boraks dalam tubuh manusia yaitu melalui air liur, keringat, dan feses (EPA, 2015). Boraks didalam tubuh dapat diturunkan dosisnya melalui ekskresi lewat urin, akan tetapi memecah boraks didalam tubuh membutuhkan energi yang besar sehingga keberadaan boraks pada tubuh manusia bergantung pula pada kemampuan tubuh untuk memerangi toksikan didalam tubuh (Febri, 2007).
D. Toksikodinamik boraks dalam tubuh manusia
Fase toksikodinamik merupakan interaksi antara boraks dengan organ target didalam tubuh dan juga proses-prose yang terkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik (Wirasuta dan Niruri, 2006). Organ target atau organ sasaran dari akumulasi boraks yaitu susunan syaraf pusat dan ginjal (BPOM, 2015). Efek toksis dari boraks akan menyerang langsung pada sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala keracunan seperti mual, muntah dan diare, kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, takikardia, sianosis, delirium, koma dan kematian (Febri, 2007). Apabila tubuh tidak mampu melakukan metabolisme teradap boraks maka boraks akan terakumulasi dalam tubuh. Boraks didalam tubuh dapat menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, Kanker, pingsan bahkan kematian. (Sultan et al, 2013). Pemberian dosis boraks yang berulang dan tidak termetabolisme oleh tubuh akan menyebabkan timbulnya efek hematologis yang merugikan bagi manusia. Akumulasi boraks di dalam tubuh akan mengganggu sistem darah haemotopoiesis ekstramedular (kegiatan produksi sel darah), mengurangi volume sel darah merah dan hemoglobin, dan deposisi haemosiderin (pembentukan protein darah) dalam limpa, hati dan tubulus proksimal ginjal (EPA, 2015).