Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

“Perhitungan Mutu Beton K-225 Berdasarkan


SNI 03-2834-2000 Pada Pekerjaan Plat Lantai
Di Proyek Pembangunan Gedung
Puskesmas Megang Kota
Lubuklinggau”

Oleh :
Ira Santri
NPM.02072100029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSI RAWAS
LUBUKLINGGAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal Kerja
Praktek yang berjudul Perhitungan Mutu Beton K-225 Berdasarkan SNI 03-2834-
2000 Pada Pekerjaan Plat Lantai Di Proyek Pembangunan Gedung Puskesmas
Megang Kelurahan Ponorogo Kota Lubuklinggau ini.

Proposal Kerja Praktek ini menjelaskan tentang rencana Kerja Praktek saya yang
dilaksanakan pada proyek Pembangunan Puskesmas Megang Kelurahan
Ponorogo.tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada kawan-kawan Kerja
Praktek pada proyekPembangunan Puskesmas Megang Kelurahan Ponorogo Kota
Lubuklinggau.yang saling membantu dalam menyelesaikan proposal ini.

Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam proposal Kerja
Praktek ini.Semoga proposal Kerja Praktek yang saya buat dapat
bermanfaat.Demikianlah yang dapat saya sampaikan, saya ucapkan terima kasih.

Lubuklinggau, Oktober 2021


Tertulis,

Ira Santri
NPM.02072100029

i
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................3
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................3
1.4 Nama Kegiatan..............................................................................3
1.5 Batasan Kerja Praktek....................................................................3
1.6 Sistematika Laporan......................................................................4

BAB II GAMBARAN UMUM


2.1 Profil Instansi tempat KP...............................................................6
2.2 Lokasi Proyek................................................................................8
2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Proyek...................................................8
2.4 Data Umum Proyek.......................................................................10

BAB III PELAKSANAAN


3.1 Sistem Struktur..............................................................................11
3.2 Peralatan Membangun...................................................................12
3.3 Lingkup Pekerjaan Proyek.............................................................17
3.4 Kondisi Proyek Saat Ini.................................................................18
3.5 Jadwal Kegiatan.............................................................................19

BAB IV LANDASAN TEORI


4.1 Beton..............................................................................................20
4.2 Bahan Penyusun Beton..................................................................23
4.3 Mix Design Beton..........................................................................29
4.4 Plat Lantai......................................................................................37
4.5 Prosedur Pembuatan Sampel Kubus dan Pengujian......................38
4.6 Nilai Slamp....................................................................................41
4.7 Perencanaan Campuran Adukan Beton.........................................42

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Lubuklinggau....................6


Gambar 2.2 Lokasi Proyek………………………........………………........…8
Gambar 3.1 Meteran.........................................................................................12
Gambar 3.2 Bar Cutter manual.........................................................................13
Gambar 3.3 Trowel...........................................................................................14
Gambar 3.4 Concrete Pump..............................................................................14
Gambar 3.5 Alat Berat Truck Mixer.................................................................15
Gambar 3.6 Compressor Udara........................................................................16
Gambar 3.7 Helm Keselamatan........................................................................16
Gambar 3.8 Papan Proyek................................................................................17
Gambar 3.9 Presfektif bangunan......................................................................17
Gambar 3.10 Kondisi Pekerjaan Proyek Dilapangan.......................................18
Gambar 4.1 Pembuatan sampel kubus di lokasi proyek...................................41
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kuat tekan dan factor air semen (benda
uji berbentuk kubus 150 x 150 x150 mm)...................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai Slump yang Disarankan untuk Berbagai Jenis Pengerjaan
Konstruksi........................................................................................31
Tabel 4.2 Kebutuhan Air Pencampuran dan Udara untuk Berbagai Nilai
Slump dan Ukuran Maksimum Agregat Kasar...............................32
Tabel 4.3 Hubungan Rasio Air Semen dan Kuat Tekan Beton........................33
Tabel 4.4 Klasifikasi Standar Deviasi untuk Berbagai Kondisi Pengerjaan.....33
Tabel 4.5 Volume Agregat Kasar per Satuan Volume Beton dengan Nilai
Slump 75-100...................................................................................
Tabel 4.6 Faktor Koreksi..................................................................................35
Tabel 4.7 Penetapan Nilai Slump Adukan Beton.............................................41
Tabel 4.8 Penetapan Nilai Slump Adukan Beton.............................................42
Tabel 4.9 Deviasi Standart................................................................................43
Tabel 4.10 Faktor pengali deviasi Standart bila data hasil uji yang tersedia
kurang dari 30................................................................................45
Tabel 4.11Kuat tekan rata rata jika data tidak tersedia (SNI 2847-2013-39). . .45
Tabel 4.12 Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan factor air semen,
dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia........................46
Tabel 4.13 Persyaratan jumlah semen minimum dan factor air semen
maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan
khusus............................................................................................47

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja Praktek merupakan langkah awal untuk memasuki dunia kerja yang
sebenarnya. Dengan bimbingan staf pengajar dan pembimbing dilapangan,
mahasiswa dapat menambah pengetahuan, kemampuan dan mengadakan
studi pengamatan serta pengumpulan data.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2014) dalam Permenkes no. 75 tahun


2014 menyatakan bahwa pusat kesehatan masyarakat merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan promotif, dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerja.

Pukesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang


bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya pada satu
atau bagian wilayah kecamatan, memiliki tujuan yaitu mengacu pada
kebijakan pembangunan kesehatan pemerinta Daerah Kabupaten/Kota
bersankutan yang tercantum dalam Rencana Pembngunan Jangka
MenengahDaerah (RPJD) dan Rencana Lima Tahunan dinaskesehatan
Kabupaten/Kota (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Dalam pembangunan Pukesmas Megang Kota Lubuklinggan berlokasi di


Kelurahan Ponorogo kecamatan Lubuklinggau Utara II kota Lubuklinggau
Sumatera Selatan, meliputi pengembangan Pukesmas yang terletak dijalan
Nangka. Pembangunan struktur yang pertama kali dilaksanakan di lapangan
adalah pekerjaan pondasi atau struktur bawah baru kemudian melaksanakan
pekerjaan struktur atas, termasuk kolom, balok, tangga dan plat lantai.

1
2

Plat lantai dalam suatu bangunan konstruksi mempunyai peranan penting


karena berfungsi sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas, dang juga
sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas. Maka dari itu, untuk
menghasilkan bangunan yang kuat dan kokoh, plat lantai suatu bangunan
harus direncanakan dengan baik.

Kerja Praktek ini mengambil judul “Perhitungan Mutu Beton K-225


Berdasarkan SNI 03-2834-2000 Pada Pekerjaan Plat Lantai Di Proyek
Pembangunan Gedung Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau”

Di dalam setiap perencanaan konstruksi-konstruksi dari beton selalu


ditetapkan dahulu mutu betonnya. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan
pada mutu beton yang telah ditentukan. Mutu beton ini akhirnya menentukan
ukuran dari pada balok-balok, kolom-kolom, plat-plat, dinding-dinding beton.
Sudah tentu perhitungan dengan mutu beton yang lebih rendah akan
menghasilkan ukuran balok-balok, kolom-kolom, plat-plat, dan dinding beton
yang lebih besar bila dibandingkan dengan hasil perhitungan dari mutu beton
yang lebih tinggi. Karena itu bila di dalam suatu perencanaan misalnya
ditetapkan mutu beton K250, sedangkan di dalam pelaksanaan tidak dapat
dicapai, maka konstruksi itu dapat dikatakan tidak kuat, sehingga
menimbulkan persoalan-persoalan yang sangat rumit untuk mencari
pemecahan teknisnya, kejadian ini juga dapat menyebabkan harus
dibongkarnya konstruksi tersebut. Pelaksana dan pengawas pembangunan
bertanggung jawab penuh di dalam pelaksanaan pembangunan untuk membuat
mutu beton yang telah ditentukan. Sebagaimana diketahui mutu beton yang
dihasilkan dipengaruhi oleh banyak hal. Agar mutu beton yang ditetapkan
dapat dilaksanakan dengan pasti di lapangan, maka di dalam pembuatannya
harus dipertimbangkan baik-baik
3

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses pengecoran plat lantai yang dilakukan di
lapangan.
b. Untuk menghitung Job Mix Fomula beton ready mix mutu K-225 pada
pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Puskesmas megang Kota
Lubuklinggau.
c. Untuk menghitung kuat tekan beton K-225 pada Pekerjaan Proyek Gedung
Kantor Puskesmas dan mengetahui proses pengujian kuat tekan beton di
laboratorium.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tanggal : September s/d Desember 2021
Jam : 09.00 s/d 16.00 WIB
Tempat : Kelurahan Ponorogo Kota Lubuklinggau
Pelaksana Kegiatan : CV. Alki Karya
Pengawas Kegiatan : CV. Alika Engineering

1.4 Nama Kegiatan


Nama Kegiatan Kerja Praktek ini adalah “Pembangunan Gedung Kantor
Puskesmas Megang Kelurahan Ponorogo Kota Lubuklinggau” dengan judul
kerja praktek “Penerapan beton K-225 pada Plat Lantai Pembangunan
Gedung Puskesmas Megang”.

1.5 BatasanKerja Praktek


Masalah yang di bahas pada Kerja Praktek ini adalah :
a. Hanya melakukan perhitungan mutu beton ready mix K-225 yang
digunakan.
b. Hanya melakukan perbandingan antara mix design yang digunakan pada
pekerjaan dengan mix design yang diasumsikan berdasarkan SNI 03-2834-
2000.
4

c. Hanya melakukan pengujian kuat tekan mutu beton ready mix di


laboratorium.
d. Mutu beton yang diamati hanya pada umur 7, 14, & 28 hari.
e. Penulis tidak melakukan perhitungan tulangan plat lantai.
f. Hanya untuk mengetahui proses pekerjaan pengecoran pada Proyek
Gedung Kantor Puskesmas kota Lubuklinggau.

1.6 Sistematika Laporan


Sistematika dalam proposal Kerja Praktek (KP) ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Menyajikan gambaran tentang latar belakang Paraktik Kerja
Lapangan, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan pembatasan
masalah, metodologi pengumpulan data, serta sistematika
pembahasan.
Bab II Gambaran Umum

Berisi informasi proyek yang diperoleh dari hasil mempelajari


dokumen-dokumen yang diperoleh pada saat kerja praktik tersebut
yang bisa terdiri dari lokasi proyek, ruang lingkup, dokumen
kontrak, dokumen lelang, gambar kerjadan spesifikasi teknis,
laporan harian atau mingguan serta notulensi rapat proyek.
Bab III Pelaksanaan

Menyajikan gambaran pelaksanaan Kerja Praktek (KP) dilapangan


tentang sistem struktur yang ada dilokasi, peralatan membangun
proyek, lingkup pekerjaan pada proyek, kondisi proyek dan jadwal
kegiatan Kerja Praktek (KP).
Bab IV Landasan Teori
Kajian permasalahan yang dilakukan pada saat melakukan Kerja
Praktek dansesuai dengan judul Berisi tentang teori-teori dasar yang
berhubungan dengan pembahasan.
5

Bab V Pengamatan Lapangan


Berisi informasi mengenai pengamatan di lapangan, pengamatan
proyek secara umum, sehingga dapat menjadi gambaran mengenai
apa saja yang terjadi atau dilaksanakan pada proyek tersebut.

Bab VI Hasil dan Pembahasan


Berisikan hasil hasil kerja praktek baik yang disajikan dalam
bentuk kalimat, table, dan grafik. Serta paparan dan analisis hasil
kerja praktek .berupa penjelasan teori baik secra kuantitatif,
kualitatif, maupun normatik. Bagian ini berisi intensitasi dari hasil
kerja praktek yang diperoleh.
Bab VII Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisikan kesimpulan berdasarkan hasil kerja praktek
dengan mengacu kepada judul kerja praktek.Kesimpulan dapat
mengemukakan; masalah kerja praktek (maupun menjawab
hipotesis) dan menyimpulkan hasil yang didapat layak untuk
diimplementasikan.
6

BAB II
INFORMASI PROYEK

2.1 Profil Instansi tempat Kerja Praktek (KP)


2.1.1 Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan (dinkes) daerah / wilayah Kota Lubuklinggau,
Sumatera Selatan merupakan instansi yang bertanggungjawab mengenai
kesehatan. Dinkes Kota Lubuklinggau memiliki tugas untuk
merumusan kebijakan bidang kesehatan, melaksanaan kebijakan bidang
kesehatan, melaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan,
melaksanaan administrasi Dinas Kesehatan, dan melaksanaan fungsi
lain yang terkait dengan urusan kesehatan.Adapun alamat kantor Dinas
Kesehatan ini berada di Jalan Yos Sudarso No. 11 KM. 6 Taba Pingin,
Lubuklinggau, Indonesia, South Sumatra. Adapun struktur dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut :

KEPALA DINAS
CIKWI.,SKM,M.Kes

SEKERTARIS
DEASI NOVIA, S.Si,Apt

SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN & SUB BAGIAN KEUANGAN
INFORMASI & PENGOLAHAN ASET & PENGOLAHAN ASET
MASYARAKAT
ADEKI SUPRIADI,SKM,M.Si ELDA VERONICA,SE,MM FERA FEBRIANTI,S.Kep,Ns

BIDANG KESEHATAN BIDANG PENCEGAHAN & BIDANG PELAYANAN &


MASYARAKAT PENGENDALIAN PENYAKIT SUMBER DAYA
KESEHATAN
ELY ROSIDA, SKM Hj. DARLELA, SE Dr. JEANNITA SRI AP

UPTD

Gambar 2.1.Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau

6
7

2.1.2 Profil CV. ALKI KARYA


No Identitas Perusahaan Keterangan

1. Nama Perusahaan CV. ALKI KARYA

2. Alamat Badan Jl. Depati Said Rt. 006 No. 27

3. Kota Lubuklinggau

4. Direktur Kiki Sanjaya

5. Kode Pos 31613

6. Telepon -

7. Email -

8. NPWP 31.739.932.7-303.000

9. Jenis Badan Usaha Kontraktor

CV. ALKI KARYA sudah melayani instansi-instansi pemerintah


seperti Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan
serta melayani pihak pihak swasta. Sebagian besar tugas yang diberikan
dan dilaksananakan sebagai kontrak dengan pemilik proyek, baik
berdiri sendiri ataupun bekerja sama dengan perusahhan lain.

2.1.3 Profil CV. ALIKA ENGINEERING


No Identitas Perusahaan Keterangan

1. Nama Perusahaan CV. ALIKA ENGINEERING

Jl. Sejahtera No.48 RT.12 Kel.Taba


2. Alamat Badan
Jemekeh Kec.Lubuk Linggau Timur I

3. Kota Lubuklinggau

5. Kode Pos 31613

7. Email -

8. NPWP 93.758.350.8-303.000

9. Jenis Badan Usaha Perencanaan


8

CV. ALIKA ENGINEERING adalah badan usaha berpengalaman yang


mengerjakan proyek nasional. CV. ALIKA ENGINEERING saat ini
memiliki kualifikasi . CV. ALIKA ENGINEERING dapat mengerjakan
proyek-proyek dengan sub klasifikasi:
a. RE102 Jasa Desain Rekayasa untuk Konstruksi Pondasi serta Struktur
Bangunan.
b. RE103 Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Air.
c. RE104 Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil
Transportasi.
d. RE201 Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung.
e. RE202 Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Teknik Sipil Transportasi.
f. SP304 Jasa Pembuatan Peta.
2.2 Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kantor Puskesmas Megang Kelurahan
Ponorogo Kec. Lubuklinggau Utara II Kota Lubuklinggau

Gambar 2.2 Lokasi Proyek


2.3 Ruang Lingkup Kegiatan proyek
Pekerjaan pada proyek Pembangunan Gedung Puskesmas Megang Kota
Lubuklinggau :
Pekerjaan Pelaksanaan Lantai 1 (satu)
a. Devisi 1 Develoment
1) Pasilitas sarana kesehatan
2) Sosialisasi dan Promosi K3
9

3) Alat pelindung diri


b. Devisi 2 Site Work
1) Pekerjaan persiapan
2) Pekerjaan tanah.
c. Devisi 3 Pekerjaan Struktur
1) Pekerjaan pondasi
2) Pekerjaan atap dan plafond
3) Plafond.
d. Devisi 4 Pekerjaan Arsitektur
1) Pekerjaan beton
2) Pekerjaan tangga beton
3) Pemasangan Mansory
4) Pekerjaan Pemasangan
5) Pekerjaan Plasteran
6) Bukaan (Jendela,Pintu,Kusen)
7) Pekerjaan finishing
8) Pekerjaan pengecetan
e. Devisi 5 Pekerjaan Mekanikal
1) Plambing
2) Devisi 6 Pekerjaan Elektrikal
3) Sistem distribusi jaringan listrik
4) Devisi 7 Interior dan Exterior Bangunan
5) Pekerjaan interior dan moubiler
6) Pekerjaan exterior.
7) Pekerjaan Pelaksanaan Lantai 2 (dua)
a. Devisi 3 Pekerjaan Struktural.
1) Pekerjaan atap dan plafond.
2) Plafond.
b. Devisi 4 Pekerjaan Arsitektur
1) Pekerjaan beton
2) Pemasangan Mansory
3) Pekerjaan Pemasangan
10

4) Pekerjaan Plasteran
5) Bukaan (Jendela,Pintu,Kusen)
6) Pekerjaan finishing
7) Pekerjaan pengecetan
c. Devisi 5 Pekerjaan Elektrikal.
1) System distribusi jaringan listrik

2.4 Data Umum Proyek


Nama Pekerjaan : Pembangunan Gedung Kantor
Puskesmas Megang Kelurahan Ponorogo
Kota Lubuklinggau
Lokasi : Kec. Lubuklinggau Utara II
Nilai Kontrak : Rp. 5.076.689.400,-
Sumber Dana : APBD Kota Lubuklinggau
Waktu Pelaksanaan : 180 Hari Kalender
Tahun Anggaran : 2021
Pelaksana : CV. ALKI KARYA

2.4.1 Data Teknis


Jumlah Lantai : 2 Lantai
Kontruksi : Beton Bertulang
Luas Bangunan : 743.015 m2
Mutu Beton : Fc 30 Mpa
Mutu Baja : Fy 400 Mpa
Tebal Selimut : Kolom : 40 cm
Beton Balok : 40 cm
Lantai : 40 cm

1.
11

BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Sistem Struktur


Dalam Pembangunan Gedung Kantor Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau
yang berlokasi di kelurahan Ponorogo Kecamatan Lubuklinggau Utara II.
Meliputi Pembangunan Puskesmas yang terletak di jalan Nangka. Pekerjaan
yang pertama kali dilakukan di lapangan adalah pekerjaan pondasi atau
pekerjaan struktur bawah baru kemudian melaksanakan struktur atas,
termasuk kolom, balok, dan plat lantai. Sistem struktur rangka terdiri dari
kerangka balok dan kolom yang sebagian isinya diisi dengan pasangan bata,
beton bertulang, atau dinding balok. Luas gedung 242 m2dengan mutu beton
K-225.
Elemen Struktur Bangunan
a) Fondasi
Jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi Pondasi Foot Plat (Cakar
Ayam). memiliki kedalaman 1,5-2 meter dengan lebar plat 80 cm.
Sedangkan, untuk ukuran besi yang dipakai biasanya memiliki diameter 13
mm.
b) Sloof
Jika balok adalah penguat vertikal untuk lantai atas dan atap, maka sloof
adalah struktur bangunan yang menguat lantai pertama dengan pondasi.
Seperti kolom dan balok, sloof ini harus bersifat kuat. Dengan dimensi 25
cm x 40 cm.
c) Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal yang memikul beban seluruh
bangunan. Dengan dimensi 30 cm x 30 cm.
d) Balok
Jika kolom adalah rangka penguat vertikal, maka balok adalah rangka
penguat horizontal. Dengan dimensi 25 cm x 40 cm.

11
12

e) Dinding
Dinding membatasi dan melindungi suatu area. Selain itu, dinding juga
berfungsi sebagai batas bangunan dan juga mendukung kekuatan
bangunan. Bata yang digunakan untuk dinding berukutan 10 cm x 10 cm x
20 cm.
f) Atap
Struktur rangka atap yang digunakan adalah struktur rangka baja. Dengan
jenis Baja Ringan Kaso atau Trus, memiliki 2 profil yaitu W dengan C.

3.2 Peralatan Membangun


Pada pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Gedung Kantor Puskesmas
Megang Kota Lubuklinggau ini terdapat beberapa peralatan yang digunakan.
Peralatan ini dapat digolongkan cara penggunaannya secara manual maupun
dengan alat berat. Adapun peralatan yang dipergunakan antara lain :
a. Meteran
Meteran merupakan alat ukur panjang yang wajib dimiliki oleh semua
orang yang bekerja di proyek, terutama yang terjun langsung
kelapangan.Karena meteran ini digunakan untuk mengukur material
material yang digunakan, sesuai.

Gambar 3.1 Meteran


13

b. Bar Cutter manual


Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan
penggerak tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
Alat ini berbentuk seperti gunting pada umumnya.Namun penggunaannya
dan dimensinya lebih besar..

Gambar 3.2 Bar Cutter manual

c. Trowel
Alat ini digunakan untuk meratakan dan menghaluskan pekerjaan
pengecoran, biasanya digunakan menghaluskan pengecoran plat lantai
agar menjadi lebih mudah dan cepat biasanya alat ini digunakan pada
lokasi tertentu saja yang tidak berhubungan langsung dengan fasad
bangunan seperti tempat parkir.
14

Gambar 3.3 Trowel


d. Concrete Pump
Concrete Pump digunakan apabila lokasi pengecoran yangakan
dikerjakanpada di ketinggian tertentu. Untuk mengalirkan beton ke lokasi
tersebut digunakan pipa-pipa penyambung. Cara kerja alat ini adalah
dengan memberikan tekanan di dalam pipa kepada adukan beton sehingga
adukan dapat sampai ke lokasi yang akan dicor. Beton dari truck
mixcer akan di masukan kedalam tampungan concrete pump untu
disemprotkan ke lokasi pengecoran melalui sambungan pipa tersebut.
Concrete pump ini biasanya di gunakan pada saat pengecoran plat, balok
dan ramp.

Gambar 3.4 Concrete Pump


15

e. Truck Mixer
Truck Mixer adalah alat/mesin yang digunakan untuk mengaduk dan
mengantarkan beton curah. Truck Mixer atau biasa juga disebut dengan
truk molen memiliki beragam jenis dengan fungsi sama, yaitu mengangkut
beton satu lokasi ke lokasi yang lain dengan menjaga konsistensi beton
sehingga tetap cair dan tidak mengeras dalam perjalanan.

Gambar 3.5 Alat Berat Truck Mixer

f. Kompressor Udara ( Air Compressor )


Alat ini digunakan untuk membersihkan debu atau kotoran yang
menempel baik itu pada pelat lantai, kolom maupun balok. Untuk
pekerjaan pembersihan, diantaranya: bekisting yang akan dicor,
pembersihan permukaan beton yang akan disambung atau permukaan pelat
yang akan dipasang keramik/lantainya.
16

Gambar 3.6 Compressor Udara

g. Helm Keselamatan Kerja


Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang
melayang atau meluncur di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala
dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim.
Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko yang relatif lebih rendah bisa
menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung.

Gambar 3.7 Helm Keselamatan Kerja


17

3.3 Lingkup Pekerjaan Proyek


Pekerjaan yang akan dilaksanakan selama Kerja Praktek (KP) yaitu pada Plat
Lantai dengan penerapan beton k-225 dalam pembanguan gedung kantor
puskesmas megang.

Gambar 3.9 Presfektif bangunan

Gambar 3.10 Papan Proyek Pekerjaaan


18

3.4 Kondisi Proyek Saat Ini


Kondisi proyek Pembangunan Puskesmas Megang Kelurahan Ponorogo.kec.
Lubuklinggau Utara II Kota Lubuklinggau saat ini sedang berjalan 40%
dimana pekerjaan yang sedang dilakukan yaitu pekerjaan pengecoran pada
kolom dan balok.

Gambar 3.11 Kondisi Pekerjaan Proyek dilapangan


19

3.5 Jadwal Kegiatan Mahasiswa


Adapun jadwal rencana kegiatan kerja praktek dapat dilihat sebagai
berikut:
Bulan
Uraian September Oktober November Desember
Minggu ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Permohonan KP
Pengajuan Surat
Izin KP
Pembuatan
Proposal
Pelaksanaan KP
Pembuatan
Laporan KP
Ujian KP
Pengumpulan
Laporan

  Persiapan Kegiatan
  Pelaksanaan
Keterangan :
  Kegiatan Ujian Hasil
  KP Pengumpulan
1922

BAB IV
LANDASAN TEORI

4.1 Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air,
agregat (kasar dan halus) dan dengan atau bahan tambah (admixture)
apabila diperlukan. Semen danair membentuk pasta semen yang berfungsi
sebagai bahan pengikat, agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan
pengisi dan penguat. Variasi ukuran agregat dalam suatu campuran harus
mempunyai gradasi yang baik sesuai dengan standar analisa saringan dari
ASTM (America Society of Testing Materials). Bahan – bahan dipilih yang
sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Pemilihan bahan ini sendiri
akan mempengaruhi konstruksi dari segi kemudahan pengerjaan
(workability), karena dari segi kemudahan pengerjaan ini sendiri terdapat
banyak variasi yang memenuhi yaitu dari segi kualitas, harga dan mutu beton
itu sendiri..

Plat lantai beton merupakan yang di buat dengan pengecoran tulangan dan
pendukung lainnya. Jalan proses pembuatan plat lantai beton bertulang
umumnya dicor di tempat bertumpu pada balok dan kolom pendukungnya
penyatuan bahan bahan tersebut akan dapat memperoleh hubungan yang kuat
sebab telah menjadi satu kesatuan tiap bagiannya saling berhubungan yang
disebut jepit jepit. Bagian yang memperkuat lantai beton adalah plat lantai
beton ini dipasang tulangan baja, tulangan baja ini membentuk pada kedua
arah, tulangan silang gunanya untuk menahan momen tarik dan lentur.
Adapun hal yang harus dipenuhi dalam karateristik beton.

4.1.1 Sifat dan Karateristik Bahan Penyusun


Bahan penyusun yang perlu menjadi perhatian adalah agregat.Proporsi
campuran agregat dalam beton adalah sekitar 70-80%, sehingga
pengaruh agregat sangat besar, baik dari sisi ekonomi maupun sisi
teknik. Semakin baik mutu agregat yang digunakan secara linier dan

20
21

tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik, demikian


pula sebaliknya.
4.1.2 Sifat dan Karateristik Bahan Penyusun
Pemeriksaan bahan dilakukan terhadap material yang dipakai untuk
penelitian meliputi pemeriksaan agregat halus (pasir), agregat kasar
secara keseluruhan sebagai mana diisyaratkan, seperti pemeriksaan
keausan agregat kasar dengan mesin LosAngelos, pengujian berat
jenis dan penyerapan air pada, analisa saringan, pengujian berat isi
dari agregat halus dan agregat kasar yang akan digunakan.

Dalam penelitian digunakan agregat kasar dalam dua jenis fraksi yang
berbeda sesuai dengan ketersediaan agregat di lapangan, maka untuk
mendapatkan komposisi yang paling sesuai untuk memenuhi
spesifikasi yang ditentukan, dilakukan pencobaan penggabungan
antara kedua fraksi agregat kasar tersebut, antara agregat kasar fraksi
½ dan 2/3 , sehingga didapatkan persentase masing masing dari fraksi
yang digunakan dalam campuran beton.

a. Pemeriksaan Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angelos SNI

M-02-1990-F.

b. Pemeriksaan Berat Jenis dan PenyerapanAir Agregat Kasar Dan

Agregat halus SNI 1969:2008.

c. Pemeriksaan Berat Isi Agregat SNI 03-4804-1998.

d. Pemeriksaan Analisa Saringan SNI 03-1969-1990.

e. Faktor Air Semen (FAS)

4.1.3 Pemadatan Beton


Untuk menghilangkan rongga rongga udara untuk mencapai
kepadatan maksimal. Pemadatan juga menjamin suatu perletakan
yang baik antara beton dengan permukaan baja tulangan atau sarana
22

lain yang ikut dicor. Hal ini dilakukan agar diperoleh kepadatan
maksimal.

4.1.4 Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari
sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur dikehendaki,
semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan.

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton


berdasarkan percobaan dilaboratorium adalah sebagai berikut;

P
Fc’= .....................................................................................(4-1)
A

Dimana;

fc’ = kuat tekan (MPa)

P = beban tekan (N)

A = luas penampang benda uji (mm2)

Beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi jika tersusun dari
bahan local yang berkualitas baik. Bahan penyusun beton yang perlu
mendapat perhatian adalah agregat, karena agregat mencapai 70-75%
volume beton.Karena kekuatan sangat berpengaruh terhadap kekuatan
beton, maka hal hal yang perlu diperhatikan pada agregat adalah:
23

a. Permukaan dan bentuk agregat.


b. Gradasi agregat.
c. Ukuran maksimum agregat.

4.2 Bahan Penyusun Beton


4.2.1 Semen Portland
Semen Portland (Portland cement) merupakan bahan ikat yang sangat
penting dalam konstruksi beton, yang bersifat hidrolis, yaitu akan
mengalami proses pengerasan jika dicampur air yang digunakan untuk
mengikat bahan material menjadi satu kesatuan yang kuat. Suatu
semen jika diaduk dengan air, semen akan menjadi adukan pasta
semen, Sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir
menjadi mortar semen, dan jika ditambah dengan kerikil menjadi
beton (Tjokrodimujo, 1992). Semen Portland berfungsi sebagai
pengikat bahan-bahan bangunan yang lain (batu bata, batu kali, pasir).
Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat.
Semen Portland dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu
(Tjokrodimuljo,1992):

Tipe I : Untuk konstruksi biasa dimana sifat yang khusus tidak


diperlukan.
Tipe IA : Semen air entraining yang penggunannya sama dengan
tipe I.
Tipe II : Untuk konstruksi biasa dimana diinginkan perlawanan
terhadap sulfat atau panas dari hidrasi yang sedang.
Tipe IIA : Semen air entraining yang penggunannya sama dengan
tipe II.
Tipe III : Untuk konstruksi dimana kekuatan permulaan yang tinggi
diinginkan.
Tipe IIIA : Semen air entraining yang penggunannya sama dengan
tipe III.
Tipe I : Untuk konstruksi dimana panas yang rendah dari hidrasi
diinginkan.
Tipe V : Untuk konstruksi dimana daya tahan tinggi terhadap
Sulfat diinginkan.
24

4.2.2 Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia,
dengansemen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan
untuk pelumas antara butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan
dan dipadatkan. Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu
proses kimiawisemen, membasahi agregat, dan memberikan
kemudahan dalam penerjaan beton. Air yang dapat diminum umunya
dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung
senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula,
atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton
yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi
dengan semen. Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan
beton. Namun airyang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
hidrasi yang tidak merata. Dalam pemakaian air untuk beton
sebaiknya memenuhi persyratan sebagai berikut ini (Tjokrodimuljo,
1992).

1) Tidak mengandung organik (benda melayang lainnya) lebih


dari 2gram/liter.
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton
(asam,zat organik, dll) lebih dari 15 gram/liter.
3) Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
4.2.3 Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisidalam campuran mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1992).
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat,
dimana agregat yang berukuan kecil berfungsi sebagai pengisi celah
25

yang ada diantara agregat berukuran besar (Nawy,1990). Dua jenis


agregat adalah:
a. Agregat kasar (kerikil, batu pecah)
b. Agregat halus (pasir)

a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil yang dihasilkan secara alami atau
berupa batuyang dipecah dan bergradasi antara 5-40 mm. Syarat-
syarat agregat kasar:
1) Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
2) Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atauhancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton,seperti zat-zat yang reaktif alkali.
4) Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari
1 %. Apabila kadar Lumpur melampaui 1 % maka agregat
kasar harus dicuci. Jenis agregat kasar yang umum digunakan
(Nawy, 1990):
a) Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu
pecah alami yang digali. Batu ini dapat berasal dari
gunung api, jenis sedimen, atau jenis metamorf.
Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi
terhadap beton, batu pecah kurang memberikan
kemudahan pengerjaan danpengecoran dibandingkan
dengan jenis agregat kasar lainnya.
b) Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari
pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir. Kerikil memberikan kekuatan yang lebih
rendah dibandingkan batu pecah, tetapi memberikan
kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi.
26

c) Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale


yang biasa digunakan utnuk beton berbobot ringan.
Biasanya merupakan hasil dariproses lain seperti blast-
furnace dan lain-lain.
d) Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat:
Dengan adanya tuntutan yang spesifik pada zaman atom
sekarang ini, juga untuk pelindung dari radiasi nuklir
sebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit atom
dan stasiun tenaga nuklir, maka perlu ada beton yang
dapat melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan neutron.
Pada beton demikian syarat ekonomis maupun syarat
kemudahan pengerjaan tidak begitu menentukan. Agregat
kasar yang dikalsifikasikan di sini misalnya baja pecah,
barit, dan limonit. Begitu menentukan agregat kasar yang
dikalsifikasikan di sini misalnya baja pecah, barit, dan
limonit.

b. Agregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintregasi alami
batuan ataupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu
dan mempunyai ukuran butir lebih kecil dari 3/16 inci atau 5 mm
(lolos saringan no. 4). Pada umumnya agregat halus yang
dipergunakan sebagai bahan dasar pembentuk beton adalah pasir
alam, sedangkan pasir yang dibuat dari pecahan batu umumnya
tidak cocok untuk pembuatan beton karena biasanya mengandung
partikel yang terlalu halus yang terbawa pada saat pembuatannya
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat halus menurut
spesifikasi bahan bangunan bagian A (SK SNI S-04-1989-F)
adalah sebagai berikut ini.
1) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan
keras dengan indeks kekerasan 2,2.
27

2) Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak


pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik
matahari dan hujan.
3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat
sebagai berikut:
a) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimal
12 %
b) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur
maksimal 10 %
4) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih besar
dari 5 %(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan
dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0,060 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %,
maka agregat halus harus dicuci.
5) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis
terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna
dari Abrams-Harder. Untuk itu, bila direndam larutan 3%
NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih gelap daripada
warna larutan pembanding. Agregat halus yang tidak
memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal
kekuatan desak adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28
hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang
sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian
dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
6) Susunan besar butir agregat halus harus memenuhi modulus
kehalusan antara 1,5 – 3,8 dan harus terdiri dari butir-butir
yang beraneka ragam besarnya. Apabila diayak dengan
susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu dalam
daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3, dan 4 dan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus maksimum 2 % berat
b) Sisa di atas ayakan 1,2 mm, harus maksimum 10 % berat
28

c) Sisa di atas ayakan 0,3 mm, harus maksimum 15 % berat


7) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi
pasir dengan alkali harus negatif.
8) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
9) Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran
dan spesi terapan harus memenuhi persyaratan di atas (pasir
pasang) Susunan besar butir agregat halus lebih penting dari
pada susunan besar butir agregat kasar, karena agregat halus
bersama dengan semen dan air membentuk mortar yang akan
melekatkan dan mengisi rongga-rongga antar butiran agregat
kasar sehingga beton yang dihasilkan permukaannya menjadi
rata.
Pemakaian agregat halus yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan:

a) Terjadi segregasi, karena agregat kasar dengan mudah


saling memisahkan diri akibat mortar yang tidak dapat
mengisi rongga-rongga antara butiran agregat kasar
dengan baik.
b) Campuran akan kekurangan pasir, yang disebut under
sanded.
c) Adukan beton akan menjadi sulit untuk dikerjakan
sehingga dapat menimbulkan sarang kerikil.
d) Finishing akan menghasilkan beton dengan permukaan
kasar.
e) Beton yang dihasilkan menjadi tidak awet.

Jika pemakaian agregat halus terlalu banyak maka akan


mengakibatkan:
a) Campuran menjadi tidak ekonomis.
29

b) Diperlukan banyak semen untuk mencapai kekuatan yang


sama yang dihasilkan oleh campuran dengan perbandingan
optimum antara agregat halus dan agregat kasar.
c) Campuran akan kelebihan pasir, yang disebut over sanded.
d) Beton yang dihasilkan menunjukkan gejala rangkak dan
susut yang lebih besar.

4.3 Mix Design Beton ( SNI 03-2834-2000 )


Mix Design dalam beton adalah pekerjaan merancang dan memilih material
bermutu tinggi untuk kepentingan produksi beton serta menentukan dalam
mutu dan kekuatan beton itu sendiri. Pekerjaan mix design tentu bukan
pekerjaan sederhana dituntut untuk cermat dalam memilih material yang akan
digunakan sebagai beton cor nantinya, atas dasar kondisi dilapangan
khususnya kondisi eksposur dan lain-lain. Satu lagi, juga harus menentukan
cost of material se efisien mungkin diantara pekerjaan mix design yang sering
ditemui yaitu di tempat pembuatan beton ready mix atau batching plant
tentunya saat membuat beton untuk bangunan pasti sudah tidak asing lagi
dengan istilah desain hybrid beton. Dalam pelaksanaan seorang batcher wajib
mempertimbangkan kuantitas atau proporsi setiap material agar beton
mencapai kualitas yang diinginkan. Indikator kualitas spesifik didasarkan
pada kualitas, intensitas, kemudahan kerja, dan nilai ekonomi yang
dihasilkan.
Campuran beton Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam desain
batch beton:
30

a. Cement
merupakan bahan inti beton dan berfungsi sebagai pengikat pada
beton.
b. Air
digunakan untuk mengubah semen menjadi semen atau cairan
pucat.
c. Kerikil
Ini adalah agregat kasar dan akan digabungkan dengan bahan lain
melalui semen.
d. Pasir
Pasir bertindak sebagai agregat halus, dan itu mengisi lubang dalam
di agregat kasar bersama dengan bubur semen.

d.3.1 Ketentuan khusus yang harus dipenuhi


a. Kekuatan Tekan
Ini adalah salah satu standar yang harus dimiliki beton.Kuat tekan
yaitu besarnya beban per satuan luas yang ditentukan sesuai
kebutuhan sebelum campuran beton disiapkan.
b. Workability
Ini menandakan bahwa pekerjaan dapat dilakukan dari tahap awal
hingga tahap penyelesaian.
c. Durability
Ketahanan beton menunjukkan seberapa tahan beton tersebut
dalam menghadapi kondisi lingkungan yang tidak
menentu.Kekuatan tersebut tergantung pada perbandingan antara
air dan semen.
d.3.2 Tahapan dan Cara Perhitungan Membuat Mix Design/ Job Mix
Formula Beton Berdasarkan ( SNI 03-2834-2000 )
a. Pemilihan Angka Slump
Nilai slump adalah selisih nilai antara tinggi beton basah dalam
cetakan kerucut terpancung dengan tinggi beton basah setelah
cetakan kerucut tersebut diangkat. Nilai slump menunjukkan
31

workability atau kelecakan beton yang dibuat serta untuk


mengukur kekentalan campuran beton. Semakin tinggi slump,
semakin cair campuran beton dan semakin banyak kandungan
udaran dalam campuran beton. Nilai slump ini berbeda-beda untuk
berbagai jenis konstruksi, karena tingkat kesulitan penempatan
beton basah dalam cetakan untuk setiap konstruksi berbeda. Jika
nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump
dapat dipilih dari tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai Slump yang Disarankan untuk Berbagai Jenis
Pengerjaan Konstruksi
Ukuran Maksimum Volume Agregat Kasar (Dry Rodde d) Persatuan Volume
Agregat Kasar Beton untuk Berbagai Nilai Modulus Kehalusan Pasir
2,4 2,6 2,8 3
10 0.5 0,48 0,46 0.44
12,5 0,59 0,57 0,55 0.53
20 0,66 0,64 0,62 0,6
25 0,71 0,69 0,67 0,65
40 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0.8 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0.81

b. Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar


Untuk volume agregat yang sama, penggunaan agregat dengan
gradasi yang baik dan dengan ukuran maksimum agregat yang
besar akan menghasilkan rongga yang lebih sedikit sehingga akan
menurunkan kebutuhan mortar dalam setiap volume satuan beton.
Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat adalah dimensi dari
struktur. Sebagaicontoh, persyaratannya adalah :
(a) D≤ d/5 ………………………………………….(4-2)
(b) D≤ h/3…………………………………………..(4-3)
© D≤ 2s/3…………………………………………..(4-4)
32

(d) D≤ 3c/4…………………………………………(4-5)

Keterangan: D = ukuran maksimum agregat

D = lebar terkecil diantara 2 tepi bekisting


h = tebal plat lantai
s = jarak bersih antar tulangan
c = tebal bersih selimut beton

Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara

Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan


untuk menghasilkan nilai slump tertentu bergantung pada ukuran
maksimum agregat, bentuk, serta gradasi dan jumlah kebutuhan
kandungan udara pencampuran.

Tabel 4.2 Kebutuhan Air Pencampuran dan Udara untuk Berbagai


Nilai Slump dan Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Jenis Beton Slump(mm) Kebutuhan air (kg/m) untuk ukuran maksimum
agregat

10 12,5 20 25 40 50 75
mm mm mm mm mm mm mm
Tanpa Penambah 25 – 50 205 200 185 180 160 155 140
Udara 75 - 100 225 215 200 190 175 170 155
150 - 175 240 230 210 200 185 175 170
Udara yang tersekap (%) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3

Dengan 25 – 50 180 175 165 160 150 140 135


Penambahan Udara 75 - 100 200 190 180 175 160 155 150
150 - 175 215 205 190 180 170 165 160
Kandungan udara yang disarankan (%) 8 7 6 5 4,5 4 3,5
33

c. Pemilihan Nilai Perbandingan Air-Semen


Nilai perbandingan antara air dan semen akan sangat berpengaruh
pada kekuatan beton setelah mengeras. Hubungan rasio air semen
dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya dikembangkan
berdasarkan material yang sebenarnya yang digunakan dalam
pencampuran. Semakin kecil nilai perbandingan air-semen, maka
kuat tekan beton akan semakin besar. Berikut tabel rasio air-semen
untuk berbagai kuat tekan beton pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hubungan Rasio Air Semen dan Kuat Tekan Beton

Kuat Tekan Beton Rasio Air Semen (dalam perbandingan berat)


Umur 28 Hari (Mpa) Tanpa Pendambah Udara Dengan Penambah Udara
48 0,33 -
40 0,41 0,32
35 0,48 0,40
28 0,57 0,48
20 0,68 0,59
14 0,82 0,74
Sumber : Peraturan Beton Berulang Indonesia (PBI 1971)

Nilai kuat tekan beton yang digunakan pada tabel 3.7 adalah nilai
kuat tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, yaitu:
f_(m=) f_c^'+1,64 S_d…………………..(4-6)
dimana,
f_m = kuat tekan rata-rata
f_c^'= nilai kuat tekan karakteristik (yang disyaratkan)
S_d= standar deviasi
Tabel 4.4 Klasifikasi Standar Deviasi untuk Berbagai Kondisi
Pengerjaan
Kondisi Standar Deviasi (Mpa)
Pekerjaan Lapangan Laboratorium
Sempurna <3 <1.5
Sangat Baik 3 – 3,5 1.5 – 1,75
Baik 3,5 - 4 1,75 - 2
Cukup 4-5 2 – 2 ,5
Kurang Baik >5 >2,5
Sumber : Peraturan Beton Berulang Indonesia (PBI 1971)
34

Harga rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga


maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi exposure
(lingkungan) tertentu. Dalam perancangan campuran beton,
digunakan kuat tekan rata-rata yang lebih besar dari kuat tekan
rencana. Kuat tekan rata-rata ini merupakan penjumlahan nilai kuat
tekan rencana dengan suatu standar deviasi. Penjumlahan dengan
standar deviasi ini memberikan faktor keamanan (safety factor)
pada beton yang didesain, sehingga menjamin kuat tekan minimum
yang dibutuhkan oleh beton untuk menahan beban rencana dapat
terlampaui.

d. Perhitungan Kandungan Semen


Berat semen yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah berat air
pencampur (tahap 3.2.3) dibagi dengan nilai rasio air semen (3.2.4).

Berat semen=(Berat air)/(w/c ratio)

e. Estimasi Kandungan Agregat Kasar


Rancangan campuran beton yang ekonomis bisa didapat dengan
menggunakan semaksimal mungkin volume agregat kasar per
satuan volume beton. Semakin halus pasir dan semakin besar
ukuran maksimum partikel agregat kasar, semakin banyak volume
agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan
campuran beton dengan kelecakan beton yang baik. Tabel berikut
menunjukan besarnya volume agregat kasar yang dibutuhkan per
satuan volume beton yang dapat dipilih berdasarkan modulus
kehalusan agregat dan ukuran maksimum agregat kasar.
35

Tabel 4.5 Volume Agregat Kasar per Satuan Volume Beton dengan
Nilai Slump 75-100 mm

Ukuran Volume Agregat Kasar ( Dry Rodded) Persatuan Volume


Maksimum Beton untuk Berbagai Nilai Modulus Kehalusan Pasir
Agregat Kasar 2,40 2,60 2,80 3,00
(mm)
10 0.50 0,48 0,46 0.44
12,5 0,59 0,57 0,55 0.53
20 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
40 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0.81
Sumber : Peraturan Beton Berulang Indonesia (PBI 1971)

Tabel 4.6 Faktor Koreksi

Slump Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat


(mm) 10 mm 12,5 mm 20 mm 25 mm 40 mm
25 – 50 1,08 1,06 1,04 1,06 1,09
75 – 10 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
150 – 175 0,97 0,98 1,00 1,00 1,00
Sumber : Peraturan Beton Berulang Indonesia (PBI 1971)

f. Estimasi Kandungan Agregat Halus


Jumlah agregat halus (pasir) yang dibutuhkan dapat dihitung
dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.

a) Cara perhitungan berat

Yaitu jika berat jenis beton normal diketahui pada pengalaman


sebelumnya, maka berat pasir yang dibutuhkan adalah
perbedaan antara berat jenis beton dengan berat total air,
semen, dan agregat kasar per satuan volume beton yang telah
diestimasi dari perhitungan pada tahap-tahap sebelumnya.
36

b) Cara perhitungan volume absolut

Volume agregat halus per satuan volume beton dapat dihitung


dengan menggunakan persamaan berikut.

Volume(agregat halus) =1-(Volume(semen) +Volume(air)


+Volume(agregat kasar)+Volume(udara)

Volume agregat kasar dapat dihitung dengan membagi massa


agregat kasar yang diperlukan dengan berat volumenya. Berat
volune agregat kasar diperoleh melalui percobaan di
laboratorium, lalu dikoreksi sehingga menjadi keadaan SSD.
Sedangkan volume semen dapat dihitung dengan membagi
massa semen yang diperlukan dengan Specific Gravity semen.
Specific Gravity semen adalah 3,15.

g. Koreksi Kandungan Air dalam Agregat


Di lapangan, agregat pada umumnya berada dalam kondisi basah
atau tidak dalam kondisi jenuh dan kering permukaan (SSD).
Agregat yang terlalu kering akan menyerap air pada campuran
beton, sedangkan agregat yang terlalu basah akan menambah
jumlah air dalam campuran beton. Kandungan air yang bertambah
atau berkurang ini menyebabkan w/c ratio berubah dan dapat
mempengaruhi kuat tekan beton. Karena itu, untuk mendapatkan
campuran beton yang sesuai dengan dengan perhitungan awal,
diperlukan koreksi terhadap kadar air dan agregat dalam campuran.
Koreksi dilakukan dengan menambah atau mengurangi air saat
pencampuran beton, sesuai dengan kandungan air bebas pada
agregat. Perhitungan koreksi kadar air ini dilakukan pada kedua
jenis agregat yaitu, agregat kasar dan halus.

Perhitungan koreksi air dapat dilakukan dengan rumus berikut:

(i) Tambahan air=M x( (ak-mk)/(1-mk))………….(4-7)


(ii) Tambahan Agregat=M x ((mk-ak)/(1-mk))…….(4-8)
37

dimana,

M = massa agregat (kg)

Ak = % penyerapan air

Mk = % kadar air asli

4.4 Plat Lantai


d.4.1 Perencanaan Plat
Pada struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas beberapa
komponen plat atap, plat lantai, balok dan kolom yang pada umumnya
merupakan suatu kesatuan monolit pada system cetak di tempat atau terangkai
seperti system pracetak. Plat juga digunakan sebagai atap, dinding, tangga,
jembatan, atau dermaga di pelabuhan.
Plat adalah struktur pelanar kaku yang terbuat dari material monolit dengan
tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi dimensi lainnya. Untuk
merencanakan plat beton bertulang perlu mempertimbangkan factor
pembebanan dan ukuran serta syarat syarat dari peraturan yang ada. Pada
perencanaan ini digunakan tumpuan jepit penuh untuk mencegah plat berotasi
dan relative sangat kaku terhadap momen puntir dan juga didalam
pelaksanaan, plat akan di cor bersama dengan balok. Plat merupakan panel
panel beton bertulang yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja
tergantung system strukturnya. Apabila pada struktur perbandingan bentang
panjang terhadap lebarkurang dari 3, maka akan mengalami lendutan pada
kedua arah sumbu. Beban plat dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung
sekeliling panel plat, dengan demikian plat akan melentur pada kedua arah.
Dengan sendirinya pula penulangan untuk plat tersebut harus menyusuaikan.
Apabila panjang plat sama dengan lebarnya , perilaku keempat balok keliling
dalam menopang plat akan sama. Sedangkan bila panjang tidak sama dengan
lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih besar dari balok
yang pendek (penulangan satu arah).
38

Perencanaan dan perhitungan pelat lantai beton ini telah diatur oleh
pemerintah yang tercantum didalam SNI 03-2847-2002 yang mencakup
beberapa hal antara lain:
a. Pelat lantai mempunyai tebal minimum 12 cm, dan untuk pelat atap
minimum 7 cm.
b. Harus diberi tulangan silinder dengan diameter minimum 8 mm yang
terbuat dari baja lunak atau baja sedang.
c. Pelat lantai dengan tebal lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan
rangkap diatas dan bawahnya.
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar yang sejajar tidak kurang dari 2,5
cm dan tidak lebih dari 20 cm atau dua kali tebal pelat, dan dipilih
yang terkecil.
e. Semua tulangan harus dibungkus dengan lapisan beton dengan tebak
minimum 1 cm yang berguna untuk melindungi baja dari korosi
maupun kebakaran.

4.5 Prosedur Pembuatan Sampel Kubus Dan Pengujian


Pengujian terhadap beton dilakukan pada material beton segar bisa berbentuk
kubus atau silinder yang mewakili campuran beton. Beton merupakan batu
batuan yang dibuat dengan mencampurkan beberapa bahan pilihan yakni
agregat halus, agregat kasar, dan semen yang diaduk dan dibentuk menjadi
struktur untuk bangunan. Berikut ini langkah langkah selengkapnya.

Siapkan beton yang hendak diuji yakni dari beton segar yang mewakili
campuran beton. Isikan cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis.
Cetakan ini bisa berupa cetakan silinder dengan diameter 152 mm dan tinggi
305 mm.

a. Setiap lapisan adukan beton yang dimasukan kedalam cetakan yang


dipadatkan dengan 25 x tusukan merata. Saat melakukan pemadatan pada
lapisan yang pertama, tongkat pemadat tidak sampai menyentuh bagian
39

dasar cetakan. Ketika ketika pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat
pemadat masuk ke kedalaman sekitar 25,4 mm pada lapisan yang ada di
bawahnya.
b. Jika pemadatan sudah selesai dilakukan, ketuklah sisi cetakan sampai
rongga tusukan tertutup sempurna. Ratakan permukaan beton dan tutup
dengan bahan tahan karat dan kedap air. Diamkan beton dalam cetakan
selama 24 jam. Pastikan beton dalam cetakan diletakan pada lokasi yang
tanpa getaran.
c. Bila sudah 24 jam, keluarkan beton dari cetakan dan rendam dalam air
bersuhu 25° selama waktu yang diinginkan atau sesuai dengan persyaratan
sebagai proses pematangan.
d. Selanjutnya bersihkan beton yang hendak diuji dengan kain lembab,
pastikan tidak ada kotoran yang menempel.
e. Kemudian catat berat dan ukuran beton yang akan diuji.
f. Beri lapisan mortar belerang dibagian permukaan atas dan bawah beton.
Caranya, lelehkan terlebih dahulu mortar belerang lalu letakan beton
dalam posisi tegak lurus sehingga belerang menjadi keras. Lakukan cara
yang sama untuk bagian bawah beton.

Jika beton yang hendak diuji sudah disiapkan dengan baik, selanjutnya
siapkan alat uji tekan beton. Alat ini secara khusus dirancang untuk menguji
kuat tekan pada beton. Letakan beton yang akan diuji tepat pada bagian
tengah mesin uji.

a) Operasi mesin uji dengan penambahan beban yang konstan antara 2


Kg/cm2 sampai dengan 4 Kg/cm2 per detik. Uji beban ini terus dilakukan
samapai beton uji hancur. Catan dengan baik beban maksimum selama
pengujian dilakukan. Catat pula kondisi beton uji dan gambar bentuk
pecahannya.
b) Dari data tersebut, selanjutnya bisa dihitung kuat tekan beton dengan
menggunakan rumus P/A (Kg/cm2). Dalam rumus ini, P adalah beban
maksimum dengan satuan Kg. Sedangkan A adalah luas penampang
40

benda uji dengan satuan Cm2. Dengan cara ini, dapat diperoleh hasil yang
akurat.
c) Uji tekan beton umumnya dilakukan pada beton usia 3 hari, 7 hari, dan 28
hari. Kemudian hasil uji diambil dari nilai rata rata paling tidak dua beton
yang diuji. Dengan cara ini, dapat diperoleh hasil yang akurat.
d) Nah, dengan melakukan uji tekan beton melalui cara yang benar dan
cermat, maka kegagalan struktur bangunan bisa dihindari. Dengan cara
ini, beton yang digunakan dalam proses pembangunan memiliki kualitas
yang sama atau paling tidak mendekati perencanaan.
41

Gambar 4.1 Pembuatan sampel kubus di lokasi proyek

4.6 Nilai Slump


Nilai slump digunakan untuk pengukuran terhadap tingkat kelecekan suatu
adukan beton, yang berpengaruh pada tingkat pengerjaan beton (workability).
Semakin besar nilai slump maka beton semakin encer dan semakin mudah
dikerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka beton akan semakin
kental dan semakin sulit untuk dikerjakan. Penetapa nilai slump untuk
berbagai pengerjaan beton dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 4.7 Penetapan Nilai Slump Adukan Beton

Slump (cm)
No. Uraian
Max Min
1 Dinding plat pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison
2 9,0 2,5
dan kontruksi bawah tanah
3 Plat, balok, kolom, dan dinding 15,5 7,5
4 Pengerasan jalan 7,5 5,0
Sumber : SNI 03-2834-2000
42

4.7 Perencanaan Campuran Beton


Perencanaan campuran atau campuran perbandingan campuran beton yang
lebih dikenal sebagai mix design, merupakan suatu proses yang meliputi dua
tahap yang saling berkaitan, yaitu :
a. Pemilihan terhadap bahan bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran
beton seperti semen, agregat halus, agregat kasar, dan lain lain.
b. Penentuan jumlah relative dari bahan bahan campuran untuk
menghasilkan beton yang baik.
Berikut akan dijelaskan hal hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan campuran beton.
PERKIRAAN KADAR AIR BEBA (kg/m) YANG DIPERLUKAN
UNTUK BEBERAPA TINGKAT KEMUDAHAN PEKERJAAN ADUKAN BETON
Slump (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Ukuran Besar Butir Jenis Agregat
Agregat
Maksimum (mm)
10 Batu tak pecah 150 180 205 225
Batu Pecah 180 205 230 250
20 Batu tak pecah 135 160 180 195
Batu Pecah 170 190 210 225
40 Batu tak pecah 115 140 160 175
Batu Pecah 155 175 190 205
4.7.1 Standart Deviasi
Deviasi standart ditetapakan berdasarkan tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan
makin kecil nilai deviasinya.
a) Jika pelaksanaan tidak mempunyai pengalaman atau mempunyai
pengalaman kurang dari 15 buah benda uji, maka nilai deviasi
standart diambil dari tingkat pengendalian mutu pekerjaan pada
tabel di bawah ini.
Mutu pekerjaan dengan Deviasi Standart dapat dilihat pada tabel
4.9 sebagai berikut :
43

Tabel 4.9 Deviasi Standart

Standart Deviasi
Tingkat Pengendalian Mutu Standart
(Mpa)
Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4
Sumber : SNI 03-2834-2000

b) Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton


serupa minimium 30 buah silinder yang diuji kuat tekan rata
ratanya pada umur 28 hari, maka jumlah data di koreksi terhadap
nilai deviasi standart dengan suatu factor pengali.(SNI 03-2834-
2000)
Rumus :
n
s=√ ∑ ¿ ¿ ¿…………………………………….(4.9)
i=1

Dengan :

S = deviasi standart

Xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing masing benda uji

x = kuat tekan beton rata rata, berdasarkan :

x= ∑ xi …………………….………………………..(4.10)
i=1
n
Dengan :
N adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus di ambil minimum 30
buah (satu hasil uji adalah nilai uji rata rata dari dua buah benda
uji) .
Untuk faktor pengali standart dapat dilihat pada tabel berikut :
44

Tabel 4.10 faktor pengali deviasi Standart bila data hasil uji yang tersedia kurang
dari 30.

Jumlah data 30 25 20 15 <15

1,0 Tidak
Faktor pengali 1,0 1,08 1,16
3 Boleh

Sumber : SNI 03-2834-2000

4.7.2 Nilai Tambah Margin M


Dalam (Triono Budi Astanto, 2001:35) nilai tambah margin tergantung
dari hasil deviasi standart dimana faktor k tergantung dari banyak cacat
dan jumlah benda uji.

M = K.x.Sr …………………………………………………….(4.11)
Dimana :
M = Nilai tambah margin
Sr = Deviasi Standart
K = Konstanta kegagalan (5% = 1,64)

Rumus diatas berlaku jika pelaksana mempunyai data pengalaman


pembuatan beton yang diuji kuat tekannya pada umur 28 hari. Jika data
tidak tersedia, berdasarkan tabel di bawah ini.
45

Tabel 4.11 Kuat tekan rata rata jika data tidak tersedia (SNI 2847-2013-
39)

Persyaratan kuat tekan Kuat tekan rata rata


f’c (MPa) Perlu, f’c (MPa)
Kurang dari 21 f’c + 7,0
21 sampai dengan 35 f’c + 8,5
Lebih dari 35 f’c + 7,0

Kuat tekan rata rata


F’cr = m + f’c………………………………………………….(4.12)
Dimana :
f’cr = kekuatan tekan rata rata (MPa)
f’c = kekuatan tekan karateristik (MPa)

4.7.3 Faktor Air Semen


Faktor Air Semen (FAS) adalah perbandingan berat antara air dan
semen Portland di dalam campuran adukan beton. Dalam praktek
pembuatan beton nilai fas berkisar antara 0,4 sampai dengan 0,6.
Hubungan antara factor air semen dan kuat tekan beton secara umum
dapat ditulis menurut Abrahams ( dalamTjokrodimulyo, 2007) dengan
persamaan:

A
Fc’ = ………………………………..……………………………
Bx
(4.13)
Dimana :
Fc’ = kuat tekan beton (MPa)
X = perbandingan volume antara air dan semen (fas)
A,B = konstanta

Faktor Air Semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata rata
yang ditargetkan didasarkan hubungan kuat tekan dan factor air semen
yang diperoleh dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan
46

kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil


penelitian sebagai pedoman dapat dipergunakan tabel sebelumnya, dan
gambar grafik 4.2 atau 4.5 (SNI 03-2834-2000)

Tabel 4.12Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan factor air semen,
dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia

Kekuatan tekan (MPa)


Jenis semen Jenis agregat kasar Pada umur ( hari) Bentuk
3 7 28 2
Bentuk uji
9
Batu tak dipecahkan 17 23 33 4
Semen portland Silinder
0
Batu pecah 19 27 37 4
Tipe I
5
Batu tak dipecahkan 20 28 40 4
Semen tahan sulfat Kubus
8
Batu pecah 25 32 45 5
Tipe II,V
4
Batu tak dipecahkan 21 28 38 4
Semen Portland Silinder
4
Batu pecah 25 33 44 4
Tipe III
8
Batu tak dipecahkan 25 31 46 4
Kubus
8
Batu pecah 30 40 53 6
0
Sumber : SNI 03-2834-2000
47

Tabel 4.13Persyaratan jumlah semen minimum dan factor air semen


maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan
khusus

Jumlah semen
Nilai factor air
Lokasi minimum per m3
semen maksimum
beton (kg)

Beton di dalam ruang


bangunan

a. Keadaan keliling 275 0,60


non-korosif.
b. Keadaan keliling 325 0,52
korosif disebabkan
oleh kondensasi
atau uap korosif.
Beton di luar ruang
bangunan

a. Tidak terlindung 325 0,60


dari hujan dan
matahari langsung. 275 0,60
b. Terlindung dari
terik dan matahari
langsung.

Beton masuk kedalam tanah

a. Mengalami keadaan 325 0,60


basah dan kering
berganti ganti. 300 0,60
b. Mendapat pengaruh
sulfat dan alkali dari
tanah
Sumber : SNI 03-2834-2000
48

Gambar 4.2 grafik hubungan antara kuat tekan dan factor air semen (benda uji
berbentuk kubus 150 x 150 x150 mm)
49

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2000) : Pelaksanaan pengujian slump ( SNI 1972: 2008)

Badan Standardisasi Nasional. 2000 : SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan


Rencana Campuran Beton Normal.

Dinas PUPR Provinsi Riau. (1983) : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk


Gedung PPIUG

Ervianto, W. L. 2007. Cara Tepat Menghitng Biaya Bangunan. Andi, Yogyakarta.

Indonusa, cunblok. 2015. Definisi dan cara uji mutu beton

Ilmu beton (2018) : Perencanaan campuran job mix desain

Mulyono, Tri. 2003. Teknologi beton, Andi. Bandung

Tjokrodimulyo, 1992. Bahan bahan penyusun beton

Undang Undang Republik Indonesia, 2002 : Tentang bangunan gedung dan


fungsinya

Anda mungkin juga menyukai