Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN AKHIR KEGIATAN MBKM

MAGANG BERSERTFIKAT
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

NAMA LEMBAGA :Pangkalan PSDKP Lampulo Banda


Aceh Jl Indra Budiman No 12
KECAMATAN :Kuta Alam

KABUPATEN/KOTA :Banda Aceh

OLEH:

Nama : Indahlia
NPM : 2011103010041
Jurusan/Prodi :Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan
Fakultas : Kelautan dan Perikanan

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


NOVEMBER, 2022
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN MBKM MAGANG
BERSERTIFIKAT

Dilaksanakan pada :
“PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
(PSDKP) LAMPULO”

Oleh:

INDAHLIA
2011103010041

Disahkan pada tanggal 1 November 2022

engetahui, Dosen Pembimbing


pervisor Lapangan

td dan stempel

o Prasetyo Ritanto. .Pi.,M .Pi Dr. Vicky Prajaputra, M.Si


P.198103152009121001 NIP. 199308022022031004

Mengetahui,
Koordinator Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Ttd dan stempel

Rizwan, S.T., M.T


NIP. 197609062008011008
DAFTAR ISI

PENGESAHAN.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Magang............................................................................................. 3
1.3 Manfaat Magang.................................................................................................. 4
BAB II METODE KERJA.........................................................................................5
2.1 Waktu dan Tempat........................................................................................ 5
2.2 Alat dan Bahan..............................................................................................5
2.3 Prosedur Kerja...............................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................7
3.1 Penanganan Hukum Illegal Fishing di Kawasan Lampulo........................... 7
3.1.1 Penegakan Hukum Secara Preventif.......................................................9
3.1.2 Penyuluhan Hukum.................................................................................9
3.1.3 Pelaksanaan Patroli Secara Rutin............................................................9
3.1.4 Penegakan Hukum Secara Reftesif ........................................................9
3.2 Tindak Pidana Hukum Illegal Fishing di Kawasan Lampulo....................... 9
3.3 Kendala Mekanisme Penanganan Tindak Pidana di Kawasan Lampulo......9
3.3.1 Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian.................................................. 9
3.3.2 Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kautan dan Perikanan ................... 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................19
2.1 Kesimpulan..................................................................................................19
2.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
LAMPIRAN.............................................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) merilis kebijakan Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) yang bertujuan memberi kesempatan mahasiswa menguasai berbagai keilmuan
yang berguna untuk mempersiapkan diri selama berproses di kampus sebelum memasuki dunia kerja.
Kampus Merdeka memfasilitasi mahasiswa memilih mata kuliah sesuai kompetensi yang dibutuhkan
dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Universitas Syiah Kuala (USK) sebagai bagian integral dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merespon dan turut andil dalam melaksanakan program MBKM. Melalui beberapa
program, yakni Pertukaran Pelajar, Magang/Praktik Kerja, Penelitian/Riset, dan Studi/Proyek
Independen. Program ini diharapkan memberi kesempatan bagi mahasiswa meningkatkan
kompetensi sesuai kebutuhannya, tanpa meninggalkan core competence pada program studi asalnya.
Mahasiswa diharapkan lebih awal mengenali dunia kerja atau lingkungan yang akan mereka
lakoni setelah lulus kuliah. Mereka lebih akrab dengan mahasiswa lintas prodi dalam internal
kampus, mahasiswa lintas kampus, masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. Hal ini akan
memberi dampak positif karena mereka telah terbiasa dan lebih adaptif dalam merespon masalah
yang terjadi di masyarakat dan memberi solusi sesuai dengan kapasitas keilmuannya. Bukan hanya
siap kerja, namun juga berpotensi menjadi entrepreneur yang akan membuka lapangan pekerjaan,
menyerap tenaga kerja, dan berkonstribusi meningkatkan jumlah rasio wirausaha. Program ini akan
membantu mewujudkan visi USK, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan akhirnya
mengantarkan Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan maju.
Merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) dalah program dana hibah kepada mahasiswa
untuk melaksanakan kegiatan atau studi di luar USK selama satu semester dengan sistem
alih kredit sebanyak 20 sks. Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Lampulo (PSDKP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dasar hukum pembentukan UPT Pangkalan PSDKP Lampulo adalah PERMEN KP No. 69
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan. Kegiatan yang saya lakukan selama magang di PSDKP
Lampulo yaitu dimana saya melakukan kegiatan seperti penyusunan Dokumen Standar Laik
Operasi (SLO) yang berguna untuk keberangkatan kapal dan penyusunan Lembar Verifikasi
Hasil Pendaratan Ikan (LVHPI) dimana kegiatan saya dimulai dengan membatu staf
pegawai di ruang SLO (Standar Laik Operasi) kapal perikanan. Saya mengikuti apel pagi
bersama pegawai PSDKP, membatu di ruang keuangan meng-scan berkas SP2D, Surat
Perintah Membayar, dan Surat Setoran Pajak. Membatu di ruang gedung utama yaitu ruang
admistrasi seperti penyusunan berkas.
Biasanya setiap hari jum’at, gotong royong bersama dari Jam 08:00 sampai, selesai
kantor PSDKP selalu mengadakan kegiatan gotong royong yaitu membersihkan tepi pantai
laut yang dekat Lampulo, kami pun para mahasiswa magang juga melakukan kegiatan
tersebut bersama seluruh staff dan juga anak magang disini semua melakukan gotong
kemudian sampah yang dikumpulkan dibawa ke TPS lambung, ulee lhee untuk dipilah.
Kami pun mahasiswa magang ikut pilah sampah juga. Kemudian saya ikut melakukan
pengawasan dipelabuhan Lampulo dan menempelkan stiker disetiap sudut kapal yang akan
berangkat melaut dan mengukur kapal nelayan bersama Staff pengawasan PSDKP Lampulo
dan berkomunikasi dengan nelayan agar tidak membuang sampah ke laut. Saya membantu
pegawai PSDKP untuk mengambil sampah dari alue naga dan dibawa sampah ke TPS
Lambung dan Lambhuk, saya ikut menimbang sampah tersebut. Kemudian saya mengikuti
sosialisasi mengenai BCL atau bulan cinta laut yaitu sosialisasi kebijakan konservasi
sumberdaya ikan dan gerakan nasional bulan cinta laut.
1.2 Tujuan Magang
tujuan Program Magang/Praktik Kerja adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan pengalaman dan keterampilan mahasiswa sesuai jurusan dan pengenalan budaya
kerja yang nyata;
2. Memperoleh masukan dan umpan balik tentang kurikulum sekaligus menyesuaikan kurikulum
dengan tuntutan dunia kerja.
3. Salah satu upaya percepatan penyerapan alumni ke pasar kerja.

1.3 Manfaat Magang


Adapun hasil Magang ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mahasisiswa antara lain:
1. Pengembangan pengalaman dan keterampilan mahasiswa sesuai jurusan dan pengenalan
budaya kerja yang nyata;
2. Memperoleh masukan dan umpan balik tentang kurikulum sekaligus menyesuaikan
kurikulum dengan tuntutan dunia kerja.
3. Salah satu upaya percepatan penyerapan alumni ke pasar kerja.
BAB II
GAMBARAN UMUM KEGIATAN MBKM

2.1 Gambaran Umum Kegiatan MBKM


Mahasiswa yang melakukan kegiatan magang atau praktik di instansi pangkalan PSDKP
Lampulo program kantor yang dilaksanakan pada instansi ini meliputi apel pagi bersama selurul
pegawai PSDKP, membantu di ruang keuangan yaitu penyusunan dokumen, membantu di ruang
pelayanan SLO yaitu penyusunan berkas Standar Laik Operasi (SLO) yang berguna untuk
keberangkatan kapal dan penyusunan Lembar Verifikasi Hasil Pendaratan Ikan (LVHPI),
membantu di ruang gedung utama yaitu ruang administrasi seperti penyusunan berkas dan
membantu di ruang pengawasan atau penyelidikan seperti penyusunan dokumen. Setiap hari jum'at
mengikuti apel pagi bersama pegawai PSDKP Lampulo, bergotong royong bersama, ikut serta dalam
melakukan pemilahan sampah di TPS Lambung, Ulee Lhee, dan mengikuti sosialisasi Bulan Cinta
Laut (BCL).

2.2 Gambaran Umum Profil Mitra Kegiatan MBKM


2.2.1 Profil PSDKP Lampulo
Latar Belakang PSDKP Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
(Ditjen PSDKP) memiliki peran dalam menjamin pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
(PSDKP) untuk dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab, sehingga besarnya potensi
PSDKP Indonesia dapat dimanfaatkan seluasnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ditjen PSDKP memiliki 14 Unit Pelaksana Teknis yaitu 6 Pangkalan Pengawasan PSDKP dan 8
Stasiun Pengawasan SDKP yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pangkalan PSDKP Lampulo
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam. Pangkalan PSDKP Lampulo mempunyai peranan melaksanakan pengawasan
sumberdaya kelautan dan perikanan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (PSDKP) Lampulo yang beralamat
di Jln. Indra Budiman No. 12 Lampulo, Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh adalah salah satu
UPT Ditjen PSDKP yang dalam setiap program dan kegiatannya mendukung terlaksananya visi dan
misi Ditjen PSDKP dan KKP.
Berdasarkan peraturan Mentkelautan dan perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2016 tentang
organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan,
pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Gambar 1. Gedung Pangkalan PSDKP Lampulo


Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Lampulo (PSDKP) merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dasar hukum pembentukan UPT Pangkalan
PSDKP Lampulo adalah PERMEN KP No. 69 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Pangkalan Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Lampulo merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Ditjen PSDKP yang mendukung terlaksananya visi dan misi Ditjen PSDKP dan KKP
melalui setiap program dan kegiatannya.
2.3 Gambaran Organisasi Mitra
Adapun berikut struktur organisasi Pangkalan PSDKP Lampulo:
Gambar 2. Struktur Organisasi Pangkalan PSDKP Lampulo
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN MBKM

3.1 Waktu dan Tempat


Program Magang atau praktik kerja dapat diambil oleh mahasiswa pada semester ganjil atau
semester genap setiap tahun akademik setelah mahasiswa tersebut menyelesaikan semua mata kuliah
(kecuali skripsi). Kegiatan program Magang atau praktik kerja dilaksanakan sesuai dengan kalender
akademik Universitas Syiah Kuala. Lama pelaksanaan kegiatan magang untuk masing-masing
mahasiswa dilakukan dengan durasi waktu 900 jam yaitu selama 4 bulan (magang Merdeka Belajar
Kampus Merdeka (MBKM) dilaksanakan selama lebih kurang 16 Minggu mulai tanggal 20 Juli
sampai 15 November 2022). Tempat pelaksanaan magang yaitu di Kantor Pangkalan Pengawasan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) yang beralamat di Jln. Indra Budiman No. 12
Lampulo, Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Provinsi Aceh yang berada pada titik koordinat
5°34'938'' LU dan 95°19'51'' BT.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Jumlah Keterangan
1. Kuesioner Disesuaikan Untuk memperoleh
informasi dari
responden
2. Leptop 1 Unit untuk mengetik
dan mengolah data
penelitian
3. Alat tulis 1 Unit Untuk mencatat
data dan informasi
penelitian Alat

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja pelaksanaan kegiatan magang MBKM USK unggul yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa Mendaftar, mehasiswa mengambil mata kuliah yang akan diprogramkan selama
Program Magang atau praktik kerja berlangsung dengan mengisi KRS, sesuai dengan
kesepakatan Perguruan Tinggi dengan lembaga atau industri mitra berdasarkan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) yaitu mitra PSDKP Lampulo sebagai tempat magang.
2. Seleksi Administrasi dan akademik sesuai dengan mekanisme atau kebijakan yang terdapat
pada program studi.
3. Tugas peserta selama mengikuti program MBKM USK Unggul dengan jangka waktu
minimal 4 (empat) bulan selama 16 Minggu (setara 20 SKS).
4. Tugas diberikan oleh pembingbing lapangan pada instansi atau industri tempat pelaksanaan
program MBKM (PSDKP Lampulo).
5. Membuat catatan harian, baik berkaitan dengan kehadiran maupun kegiatan yang dilakukan
dan diketahui oleh pembingbing lapangan ( catatan harian peserta pada lampiran).
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI KEGIATAN MBKM

4.1 Identifikasi Dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine Pada Km. Fajar
Hidayah (Ekivalensi Mata Kuliah Praktek Laut Penangkapan Ikan)

Purse seine adalah alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang bersifat
bergerombol dan hidup di dekat permukaan air. Alat tangkap ini bersifat aktif karena dalam
pengoperasiannya yaitu dengan cara menghalangi, mengurung serta mempersempit ruang gerak dari
ikan sehingga ikan tidak dapat melarikan diri. Purse seine adalah alat tangkap yang efektif untuk
menangkap ikan-ikan pelagis yang bersifat bergerombol dan hidup di dekat permukaan air. Berikut
gambar pukat cincin pelagis kecil pada KM. Fajar Hidayah:
Gambar 4.1 Pukat cincin pada KM. Fajar Hidayah
Spesifikasi pukat cincin pelagis kecil kapal KM. Fajar Hidayah dapat dilihat pada tabel 1
berikut:
Tabel 1. Spesifikasi pukat cincin pelagis kecil KM. Fajar Hidayah

No. Deskripsi Spesifikasi Satuan


Alat 1. Nama kapal Km. Fajar Hidayah - tangkap
pukat cincin 2. Bendera kebangsaan Indonesia - memiliki
beberapa 3. Tanda selar GT. 33 No.338/QQm - konstruksi
yaitu tali ris 4. Tanda pengenal 2012 QQb No.853/N - atas
berfungsi Kapal untuk
5. Mesh size kantong 25,4 Milimeter
6. Float Rope 500 Meter
7. Sinker Line 500 Meter
8. Purse Line 550 Meter
9. Jumlah pelampung 1500 Buah
menggantungkan jaring sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna, tali ris sebagai
penghubung dengan tali pelampung, tali ris terbuat dari bahan PE (polyethylene) dengan panjang
600 M, diameter tali 20 mm, dan arah pintalan Z. Memiliki panjang 400 – 600 m dengan diameter 15
mm, dan menggunakan bahan PE (polyethylene) (Silitonga et al, 2016).

Berikut gambar konstruksi pukat cincin:


Gambar 4.2 konstruksi purse seine
Tali Pelampung berfungsi sebagai tempat penghubung pelampung dengan tali ris atas yang
bertujuan agar jaring tetap terapung pada saat pengoperasian alat tangkap. Tali pelampung terbuat
dari bahan PE (polyethylene) dengan panjang 650 m, tali pelampung memiliki diameter tali 20 mm,
arah pintalan Z. Ali pelampung yang digunakan pada alat tangkap pukat cincin (purse seine)
(Silitonga et al. 2016). Seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 Pelampung KM Fajar Hidayah


Serampat (selvedge) diikatkan pada bagian atas dan bawah jaring yang berfungsi Sebagai
penguat jaring agar tidak mudah putus atau sobek serampat terbuat dari bahan PE (polyethlene),
serampat berfungsi untuk menahan jaring pada saat pengoperasian alat tangkap. Ukuran benang pada
serampat biasanya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada jaring utama untuk menahan jaring
pada saat pengoperasian alat tangkap. Ukuran benang pada serampat biasanya lebih besar
dibandingkan ukuran benang pada jaring utama (Sudirman, 2013).
Tali ris bawah berfungsi untuk menggantungkan jaring bagian bawah sehingga jaring dapat
terentang sempurna, tali ris bawah juga berfungsi sebagai tempat diikatnya tali pemberat dan tali
cincin (Hermawanto et al, 2016). Tali ris bawah juga terbuat dari bahan PE (polyethylene) dengan
panjang 700 m dengan diameter 20 mm.
Tali pemberat yaitu tempat penghubung antar pemberat dan sebagai penghubung ke tali ris
bawah, tali pemberat memiliki panjang 700 m dengan diameter 20 mm terbuat dari bahan PE
(polyethylene). Tali pemberat berbahan dasar PE (polyethylene) dikarenakan PE bahan yang ringan,
memiliki kekenyalan yang tinggi serta permukaannya halus (Ardidja, 2010). Seperti yang terlihat
pada gambar berikut:

Gambar 4.4 Tali pemberat KM. Fajar Hidayah

Tali cincin merupakan tali yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin pada tali ris
bawah, bentuk tali cincin yang digunakan yaitu bentuk kaki tunggal. Tali cincin memiliki panjang
100 cm terbuat dari bahan PE (polyethylene) dengan diameter 10 mm. Tali cincin berfungsi untuk
menggantungkan cincin pada tali ris bawah.
Tali kerut berfungsi untuk mengerucutkan alat tangkap hingga berbentuk mangkok. Tali kerut
memiliki diameter tali lebih besar dari pada tali lainnya karena tali kerut ini sangat penting pada
pengoperasian alat tangkap pukat cincin (purse seine). Tali kerut memiliki panjang 800 m, diameter
tali 9 cm terbuat dari bahan PA. pelampung berfungsi untuk mengapungkan jaring pada saat
pengoperasian alat tangkap. Pelampung terletak pada bagian atas jaring terbuat dari bahan PVC,
jumlah pelampung pada pukat cincin (purse seine) 1.500 buah dengan menggunakan pelampung tipe
Y-20 berwarna kuning, pelampung memiliki panjang 20 cm, diameter 12 cm, dengan jarak antar
pelampung 30 cm. Pemberat berfungsi sebagai alat untuk menenggelamkan jaring, pemberat terletak
dibagian bawah alat tangkap, pemberat yang digunakan yaitu terbuat dari bahan timah, berbentuk
seperti buah pinang, yang terpasang pada tali ris bawah berjumlah 500 buah dengan jarak antar
pemberat 20 cm.
Sebelum melakukan kegiatan penangkapan ikan, terlebih dahulu dilakukan persiapan kapal,
diantaranya menyiapkan dokumen kapal seperti SLO, SIUP, SIPI, SKK 60 (Nahkoda dan KKM), pas
ukur dalam negeri, surat persetujuan daerah penangkapan. Kemudian penentuan lokasi penangkapan
KM. Fajar hidayah berdasarkan pengalaman para nelayan, seperti melihat banyaknya burung
beterbangan di atas air dan adanya buih-buih di perairan dan terdapat burung camar diatas
permukaan air. Pengoperasian alat tangkap purse seine dilakukan dengan 2 (dua) tahap yaitu setting
dan hauling. Keberhasilan proses setting dan hauling sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kecepatan melingkar jaring, kecepatan tenggelamnya pemberat serta kecepatan penarikan tali kolor,
dimana faktorfaktor ini dapat mempengaruhi tingkat efisiensi serta keberhasilan pengoperasian alat
tangkap purse seine.
Untuk itu agar pengoperasian dapat berjalan secara efisien maka dalam pengelolaannya harus
dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan profesional. Berdasarkan surat ijin
operasi penangkapan pada KM. Fajar Hidayah melakukan daerah penangkapan (fhising ground)
pada perairan Selat Malaka yang masuk dalam wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Penentuan
fishing ground juga bisa dilakukan bergantung pada keputusan tekong (Nakhoda). Keputusan yang
diambil berdasarkan pengalaman melaut pada trip-trip sebelumnya. Jika pada fishing ground yang
ditentukan mendapat banyak hasil tangkapan, maka kapal akan tetap berada pada daerah tersebut
hingga hasil tangkapan dirasa sedikit barulah kapal berpindah ke daerah penangkapan yang baru.
Tahapan dalam pengoperasian purse seine terdiri atas:
1. Penentuan lokasi fishing ground;
2. Lampu galaxy dihidupkan, berfungsi sebagai daya tarik ikan agar ikan tetap berkumpul di
rumpon, lampu galaxy dinyalakan selama ± 9 jam;
3. Penurunan alat tangkap yang diawali dengan menurunkan pelampung tanda dan sayap alat
tangkap pukat cincin (purse seine) hingga seluruh alat tangkap berada di perairan;
4. Tali kerut atau tali kolor ditarik dengan menggunakan capstan hingga cincinb dan jaring
berbentuk mangkok;
5. Penarikan jaring dilakukan setelah jaring berbentuk mangkok, penarikan jaring diawali
dengan cara menarik pelampung dan penarikan pemberat kemudian diikuti dengan menarik
badan jaring;
6. Setelah penarikan tali kolor dilanjutkan dengan penarikan jaring dengan bantuan mesin
gardan, setelah itu menaikkan hasil tangkapan;
7. Pengambilan hasil tangkapan dengan scoop net atau serok keatas geladak kapal untuk
ditangani dan disortir.
Alat tangkap pukat cincin KM. Fajar hidayah melakukan penangkapan menggunakan alat bantu
rumpon, GPS, dan lampu. Rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan di sekitar kapal, sedangkan
alat bantu GPS untuk mengetahui titik objek gerombolan ikan, sedangkan lampu digunakan untuk
mengumpulkan atau manarik perhatian ikan agar mendekati alat tangkap purse seine. Waktu
pengoperasian alat tangkap dilakukan sekitar pukul 18.00 WIB diawali dengan melabuhkan jangkar
serta secara bertahap lampu mulai dihidupkan. Setting biasa dimulai pukul 22.00 WIB.
Pengoperasian purse seine di KM. fajar hidayah dilakukan pada malam hari, dengan menunggu
berkumpulnya ikan target tangkapan mendekati sumber cahaya di permukaan air. Teknik
pengumpulan gerombolan ikan yang dilakukan menggunakan alat bantu penangkapan berupa
rumpon yang terbuat daun kelapa sebagai penarik perhatian ikan atau tempat bermainnya ikan-ikan
kecil sehingga ikan-ikan besar akan mendekati rumpon (Mustapa et al., 2017).
Pengoperasian purse seine di KM. Fajar hidayah pengoperasian penangkapan ikan dengan alat
tangkap pukat cincin (purse seine) dilakukan pada waktu subuh sampai jam 9 08.00. Jenis ikan hasil
tangkapan pada KM. Fajar Hidayah hasil tangkapan umumnya berupa ikan-ikan kecil seperti
Layang, Lemuru, Kemung, dan Selar. Sedangkan untuk jenis ikan-ikan besar seperti Tongkol, dan
layur. Teknik pengoperasian alat tangkap yaitu sama seperti purse seine light fishing pada umumnya
yang menggunakan bantuan cahaya lampu untuk mengumpulkan gerombolan ikan selanjutnya ikan
dialihkan pada lampu bangkra, lalu kapal bergerak melingkari bangka sambil menurunkan alat
tangkap kemudian diikuti dengan pengererutan bagian bawah jaring sehingga ikan terkurung
didalamnya.

4.2 Identifikasi Km. Fajar Hidayah Dan Kelengkapan Alat Navigasi (Ekivalensi Mata
Kuliah Sistem Transportasi Laut)

Kapal Purse seine atau pukat cincin pelagis kecil dengan nama kapal KM. Fajar Hidayah
merupakan salah satu kapal dengan bahan pembuatan kapal yaitu kayu yang merupakan bahan utama
pembuatan kapal. KM. Fajar Hidayah, KM. Fajar Hidayah berwarna putih dan biru muda di
sekeliling kapal. Sebagaimana yang terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 KM. Fajar Hidayah
KM. Fajar Hidayah memiliki mesin induk sebanyak satu unit yang merupakan penggerak utama
saat kapal melakukan pelayaran. Berikut adalah gambar mesin induk pada kapal:

Gambar 4.2 Mesin Induk

Mesin induk yang digunakan pada kapal KM. Fajar Hidayah yaitu berbahan bakar solar
338/QQm No. mesin Mitsubishi 6D15 No. mesin 27314/150 PK. Jenis mesin adalah mesin diesel.
Tenaga yang dihasilkan mesin induk diteruskan oleh poros propeller untuk menggerakkan baling-
baling. Berikut spesifikasi kapal KM. Fajar Hidayah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 4.2 Spesifikasi pukat cincin pelagis kecil KM. Fajar Hidayah
No. Deskripsi Keterangan
KM. Fajar Hidayah
1. Nama kapal KM. FAJAR HIDAYAH
merupakan kapal yang
2. Bendera kebangsaan Indonesia
dibuat dari KP. Mulia
3. Tanda selar GT. 33 No.338/QQm
pada tahun 2011. Tonase
4. Tanda pengenal Kapal 2012 QQb No.853/N
kotor dari kapal ini adalah
5. Radio panggil (call sign) -
33 GT dan tonase
6. Tempat/tahun pembuatan KP. Mulia/2011
bersihnya adalah 10 GT
dengan panjang 7. Bahan pembuatan Kayu dari kapal
ini15,10 meter, 8. Panjang ×Lebar×Dalam 15,10 M×5,20 M×2,00 lebar 5,20
meter dan dalam M 2,00
meter. Kapal 9. Tonase kotor 33 GT KM. Fajar
hidayah rata-rata 10. Tonase bersih 10 NT terbuat
dari bahan kayu dan didominasi oleh kapal ukuran 33 GT. Kegiatan penangkapan ikan di laut
merupakan pekerjaan yang paling membahayakan di dunia. Profesi pelaut kapal penangkap ikan
memiliki karakteristik pekerjaan “3d” yaitu membahayakan (dangerous), kotor (dirty) dan sulit
(difficult) dengan ketiga sifat pekerjaan tersebut ditambah faktor ukuran kapal yang umumnya relatif
kecil pada kondisi cuaca dan gelombang laut besar yang semakin tidak menentu akibat adanya
pemanasan global maka tingkat kecelakaan kapal penangkap ikan semakin lebih tinggi, maka dari itu
dengan adanya alat bantu navigasi berguna untuk menentukan posisi kapal dengan alat navigasi
elektronik sangat penting untuk dikuasai awak kapal untuk keselamatan pelayaran. Nelayan
merupakan salah satu profesi yang sangat dibutuhkan dalam pemanfaatan potensi sumberdaya ikan.
Profesi tersebut memiliki karakteristik pekerjaan yang bersifat “3d” yaitu membahayakan
(dangerous), kotor (dirty), dan sulit (difficult). Sejumlah nelayan di Lampulo sudah banyak
menggunakan alat navigasi untuk mencari ikan.
Sehingga aktivitas tangkap ikan dapat mempermudah para nelayan. Dukungan alat tersebut
dapat digunakan nelayan untuk menjadi bagian dari strategi membangun ketangguhan dalam
menghadapi tantangan seperti kesulitan menentukan arah karena cuaca yang tibatiba tidak
mendukung, badai dan tantangan lainnya. Navigasi adalah proses memantau dan mengendalikan
pergerakan dari seseorang atau alat transportasi (kapal) memanfaatkan alam sekitarnya untuk
menentukan posisi dimana dia berada, lalu dengan berkembangnya IPTEK dibuat peta yang
menggambarkan kondisi dunia saat itu dan alat bantu navigasi, menentukan posisi kapal dengan alat
navigasi elektronik sangat penting untuk dikuasai awak kapal untuk keselamatan pelayaran. Sistem
navigasi adalah kunci keselamatan kapal dalam melakukan pelayaran (Asirin. 2015). Dari sekian
banyak kapal di Kutaraja salah satu kapal yang menggunakan alat bantu navigasi yaitu KM. Fajar
Hidayah dimana alat bantu navigasi yang digunakan untuk berlayar dan beroperasi penangkapan
Ikan yaitu pertama GPS (Global Position system ) merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh
para nelayan untuk menandai lokasi dimana ikanikan sering berkumpul sehingga dapat diketahui
pola sebaran ikan yang teratur. GPS merupakan sistem untuk menentukan letak dipermukaan bumi
dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit. GPS pada kapal ini memiliki fungsi yaitu menentukan
posisi kapal di laut saat melakukan pemancingan atau posisi saat pengambilan umpan hidup,
mengetahui letak posisi rumpon, menentukan jarak tempuh dari fishing port ke fishing ground dan
begitu juga sebaliknya, GPS (Global Position System) pada kapal memiliki merk Furuno. GPS
sangat penting digunakan sebagai alat bantu navigasi kegiatan penangkapan ikan. Teknologi GPS ini
diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tangkapan nelayan yang dapat menaikkan
pendapatan dan kesejahteraan kehidupan nelayan. Berikut gambar GPS pada kapal KM. Dasar
Hidayah:

Gambar 4.3 GPS di kapal KM. Fajar Hidayah

Penggunaan alat bantu GPS terbagi menjadi 2 antara lain ; untuk pengunaan GPS kecil biasanya
digunakan kapal kapal kecil dibawah 100 GT. Sedangkan untuk pengunaan GPS berukuran besar
biasanya digunakan kapal besar diatas 100 GT. Dan perlu diketahui bahwa kebanyakan dari kapal
kecil dibawah 100 GT tidak hanya menggunakan GPS dan Ecosounder tetapi ada juga digunakan
alat bantu navigasi lainya seperti radio dan sonar tergantung ukuran besar kecil kapal.
Alat navigasi kedua pada kapal KM. Fajar Hidayah yaitu kompas merupakan alat navigasi
untuk menentukan arah mata angin berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Berikut gambar Kompas pada
kapal KM. Dasar Hidayah:
Gambar 4.4 Kompas di kapal KM. Fajar hidayah

Teknologi penangkapan yang digunakan untuk menangkap ikan Tongkol di PPS Kutaraja pukat
cincin, sebagian besar kapal sudah menggunakan GPS dan kompas untuk menentukan posisi kapal
atau daerah penangkapan, ada juga kapal-kapal pukat cincin ukuran besar sudah menggunakan alat
bantu navigasi fishfinder, AIS, radar dan alat navigasi lainnya untuk memudahkan serta
mempermudah menemukan gerombolan ikan. Hasil tangkapan dari semua unit penangkapan untuk
tujuan komersil baik untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun ekspor. Global Positioning
System (GPS) merupakan salah satu alat navigasi yang banyak digunakan dalam bidang kelautan dan
perikanan. Teknologi yang semakin berkembang dalam penangkapan ikan di laut salah satu
contohnya adalah alat navigasi GPS, dan kompas membuat cara tradisional sudah tidak banyak lagi
digunakan, dengan adanya teknologi GPS dan kompas dapat mempermudah nelayan dalam
melakukan penangkapan ikan di laut.
Dampak positif menggunakan GPS dan kompas menurut nelayan PPS Kutaraja yaitu dapat
menemukan posisi yang dituju dengan maksud apabila ingin menuju suatu titik lokasi dapat
dilakukan meskipun dalam keadaan yang tidak mendukung seperti cuaca yang ekstrim. Dengan
demikian, GPS dan kompas sangat penting digunakan sebagai alat bantu navigasi kegiatan
penangkapan ikan. Penggunaan GPS dan kompas dapat mempermudah nelayan dalam menentukan
posisi suatu obyek dapat diketahui menggunakan alat yang diberi nama GPS reciever yang berfungsi
untuk menerima sinyal yang dikirim dari satelit GPS.
Keuntungan penggunaan GPS dan kompas dalam bidang transportasi laut untuk membantu
nelayan dalam memaksimalkan hasil tangkapan maka perlu bantuan teknologi, diharapkan dengan
bantuan teknologi maka penangkapan ikan semakin bertambah penghasilannya. Salah satu
penghambat yang menyebabkan nelayan Indonesia tidak dapat mengadopsi teknologi tersebut adalah
kemampuan sumber daya manusia nelayan Indonesia yang masih rendah. Kurangnya penerapan
teknologi inilah yang mengakibatkan para nelayan terkadang sering pulang melaut tanpa
mendapatkan hasil yang banyak tidak sesuai dengan pengeluarannya untuk melaut pada hari itu.
Namun, pada era sekarang teknologi untuk menangkap ikan semakin berkembang. Salah satunya
adalah teknologi GPS dan kompas sebagai pedoman dan penunjuk arah sehingga tidak tersasar di
tengah laut karena titik posisi sudah bisa dilihat oleh nahkoda kapal nelayan.
Nelayan PPS Kutaraja telah banyak memanfaatkan teknologi GPS dan kompas pada saat
melaut. Penggunaan GPS dan kompas dirasa dapat memudahkan nelayan dalam mencari ikan supaya
lebih efisien. Dimana Kompas dan GPS terletak di ruang nahkoda kapal. Kelebihan penggunaan GPS
dan kompas pada kapal KM. Fajar Hidayah sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu nelayan
KM. Fajar Hidayah dimana GPS dan kompas ini dapat mempermudah nelayan pada saat menentukan
arah, mereka tidak akan tersasar di tengah laut bahkan dapat dengan mudah menemukan titik
koordinat objek yang inginkan dicapai dapat mempermudah nelayan dalam proses penangkapan
ikan. GPS sudah mulai di operasikan di PPS Kutaraja pada tahun 1985 sebagaimana yang dijelaskan
oleh nelayan yang ada di PPS Kutaraja, mereka menggunakan GPS ini sudah dari tahun 1985 sampai
sekarang ini, GPS sangat bermanfaat bagi nelayan dapat mempermudah nelayan dalam melakukan
penangkapan ikan di laut. Kekurangan GPS menurut nelayan yang melakukan penangkapan ikan
menurut mereka selama mereka menggunakan GPS tidak pernah ada kekurangan atau kendala lain
dalam penggunaan GPS kecuali layar GPS yang pudar karena sudah lama dan keseringan digunakan
jadi tampilan warna layarnya sedikit pudar dan tidak ada masalah juga bagi nelayan dalam
melakukan penangkapan ikan atau pengoperasian GPS. GPS dan kompas dipasang di kapal pada saat
keberangkatan karena kalau langsung dipasang terus-terusan di kapal takut di curi, GPS yang
digunakan nelayan Lampulo mereka membelinya sendirian tanpa bukan yang diberikan oleh
pemerintah, jadi supaya GPS tetap aman GPS dipasang pada saat keberangkatan kapal. Alasan
nelayan PPS Kutaraja rata-rata menggunakan alat bantu navigasi GPS dan kompas karena menurut
mereka GPS dan kompas lebih gampang untuk dioperasikan dan murah serta mudah didapatkan
bahkan tidak ada kendala apapun pada saat pengoperasiannya.

4.3 HASIL PRODUKSI KAPAL PERIKANAN DI PELABUHAN PERIKANAN


SAMUDRA (PPS) KUTARAJA PERIODE JUNIAGUSTUS 2022 (EKIVALENSI
MATA KULIAH EKSPLORASI PENANGKAPAN IKAN )
Provinsi Aceh merupakan provinsi yang hampir seluruhnya dikelilingi lautan yaitu Samudra
Hindia, oleh karena itu potensi sumberdaya alam lautan sangat tinggi yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat Aceh, salah satu usaha pemanfaatan sumberdaya hayati tersebut melalui
usaha bidang penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai macam alat penangkapan yang terus
berkembang dari perikanan rakyat menjadi perikanan industri, Aceh berada di kecamatan ini dengan
wilayah pesisir yang kaya akan hasil perikanannya dimana dengan adanya kegiatan produksi yang
merupakan proses perubahan input menjadi output. Kegiatan produksi pada unit penangkapan ikan
merupakan suatu proses pengubahan input-output yang berupa faktor faktor produksi untuk
menghasilkan output berupa produksi hasil tangkapan.
Wilayah perairan Aceh merupakan perairan yang sangat strategis pemanfaatan sumber daya
hayati yang ada di perairan Aceh harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk dijadikan tulang
punggung pembangunan Indonesia dimasa depan dengan tetap memerhatikan keselamatan ekosistem
laut yaitu dengan menggunakan alat tangkap yang rama lingkungan. Kapal Purse seine atau pukat
cincin pelagis kecil termasuk alat tangkap surrounding net yaitu merupakan alat tangkap yang aktif
untuk menangkap ikan-ikan pelagis dalam kelompok besar (Sudirman et al, 2012).
Jenis ikan hasil tangkapan pada alat tangkap umumnya ikan-ikan pelagis yang bersifat
bergerombol dan hidup di dekat permukaan air. Alat tangkap ini bersifat aktif karena dalam
pengoperasiannya yaitu dengan cara menghalangi, mengurung serta mempersempit ruang gerak dari
ikan sehingga ikan tidak dapat melarikan diri. Purse seine merupakan alat tangkap yang dominan di
Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kutaraja dengan jumlah 62 % dari jumlah seluruh alat tangkap
yang digunakan di PPS Kutaraja. Alat tangkap ini dominan digunakan karena dapat menghasilkan
tangkapan yang mengsejahterakan nelayan dan pengoperasiannya pun tidak merusak lingkungan
ekosistem laut. Ada juga alat tangkap lainnya yaitu seperti pancing tonda, dan pancing ulur.
Sumber daya ikan di Aceh yang kaya akan ikan pelagis, membuat alat tangkap purse seine
cocok untuk dioperasikan sekitar perairan Aceh. Menurut KEPMEN KP.06/MEN/2010 tentang alat
penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa
purse seine merupakan kelompok jenis alat penangkapan ikan berupa jaring persegi panjang yang
terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan ata
tanpa tali kerut atau pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang
pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis. Purse seine merupakan alat tangkap aktif
karena dalam operasi penangkapan kapal melakukan pelingkaran jaring pada target tersebut dengan
cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan
menarik purse line. Dengan kata lain, ikan yang tertangkap di dalam jaring tidak dapat meloloskan
diri. Fungsi dari badan jaring bukan sebagai penjerat, melainkan sebagai dinding yang akan
menghalangi ikan untuk lolos. Alat tangkap yang terdapat di Aceh Kutaradja adalah purse seine,
pancing ulur, pancing rawai (Rahmah, 2010).
Berikut tabel hasil produksi kapal perikanan di PPS Kutaraja periode Juni-Agustus 2022:
Tabel 4.1 Hasil Produksi Kapal Perikanan di PPS Kutaraja periode Juni-Agustus 2022

Dari tabel di atas didapatkan hasil produksi kapal perikanan di pelabuhan perikanan samudera
(PPS) Kutaraja periode Juni-Agustus 2022 menunjukkan total produksi ikan Tuna dengan hasil
tangkapan sebesar 427.551 kilogram, total hasil tangkapan ikan Tongkol sebesar 1.545.650
kilogram, total hasil tangkapan ikan Selayang sebesar 954.129 kilogram, total hasil tangkapan ikan
Cakalang sebesar 171.890 kilogram, total hasil tangkapan ikan Sumbo sebesar 8.098 kilogram, total
hasil tangkapan ikan Kambing-kambing sebesar 7.400 kilogram, total hasil tangkapan ikan Kembung
sebesar 1.270 kilogram, total hasil tangkapan ikan Lemuru sebesar 4.208 kilogram, dan total hasil
tangkapan ikan Kurisi sebesar 2.900 kilogram. Dari total keseluruhan produksi hasil tangkapan yang
dominan tertangkap yaitu ikan Tongkol dan ikan selayang merupakan hasil tangkapan yang dominan
tertangkap di PPS Kutaraja dimana ikan Tongkol sebesar 1.545.650 kilogram dan ikan Selayang
produksi hasil tangkapan sebesar 954.129 kilogram di bulan JuniAgustus 2022 . Sedangkan hasil
tangkapan yang paling rendah pada tahun 2022 pada bulan Juni-Agustus yaitu ikan kerapu sebesar
1.100.

Dari data primer yang diperoleh pada periode Juni-Agustus 2022 hasil tangkapan ikan yang
didominan yaitu ikan tongkol dan selayang selain itu terdapat juga hasil tangkapan lainnya berupa
ikan Tuna, Cakalang, Selayang, Selar Kuning atau Sumbo, kambing, kembung dan lemuru dari
beberapa alat tangkap ini yaitu seperti pukat cincin, pancing tonda, dan pancing ulur. Semua jenis
hasil tangkapan ini merupakan produksi hasil tangkapan dari kapal-kapal yang aktif di bulan Juni-
Agustus 2022 yaitu kapal Sinar matahari dengan ukuran kapal 26 GT dan alat tangkap pukat cincin,
kapal Anak desa dengan ukuran kapal 28 GT dan alat tangkap pukat cincin, kapal Anak desa dengan
ukuran kapal 28 GT, kapal Kampala-16 ukuran kapal 18 GT, Inka mina 305 ukuran kapal 37 GT,
Aneuk laot-11 ukuran kapal 57 GT dengan alat tangkap pukat cincin, Bintang setia 1 ukuran kapal
16 GT, Payong kuneng ukuran kapal 9 GT dengan alat tangkap pancing tonda, Fajar hidayah ukuran
kapal 33 GT alat tangkap pukat cincin dan ada beberapa kapal lainnya juga yang memproduksikan
hasil tangkapan sebagaimana yang tercantum pada tabel 3.3 diatas. Berikut dokumentasi hasil
tangkapan yang diperoleh dari PPS Kutaraja:

Gambar 4.1 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) segar

Untuk mengoptimalkan hasil tangkapan, data stok ikan harus diketahui terlebih dahulu untuk
modal dasar melakukan eksploitasi laut. Data yang dibutuhkan adalah data yang mudah dimengerti
oleh siapapun, khususnya nelayan. Data tersebut diperoleh dari pengolahan beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil akhir penangkapan dalam usaha penangkapan ikan. Faktor tersebut antara lain
adalah GT kapal, HP Mesin, panjang dan lebar jaring, jumlah ABK, pengalaman nahkoda, jarak DPI,
dan jumlah BBM. Kemudian untuk menjaga hasil tangkapan supaya mutunya terjaga perlu adanya
teknologi pengawetan yang mampu mempertahankan kualitas ikan lebih lama mulai saat ditangkap
hingga di daratkan di pelabuhan perikanan. Salah satu jenis pengawetan pada kapal purse seine yang
terdapat di PPS Kutaraja adalah sistem pembekuan dengan es balok. Prosedur penanganan ikan di
atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan terhadap penanganan dan
pengolahan ikan selanjutnya. Segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan
dengan pendinginan atau pembekuan. Teknik penanganan pasca penangkapan berkolerasi positif
dengan kualitas ikan dan hasil perikanan yang diperoleh.

4.4 PERANAN PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN


PERIKANAN LAMPULO DALAM MELAKUKAN VERIFIKASI
PENDARATAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS)
KUTARAJA LAMPULO (EKIVALENSI MATA KULIAH PRAKTEK KERJA
LAPANGAN (PKL) )

Pangkalan PSDKP Lampulo merupakan salah satu UPT Pengawasan dari total 14 UPT yang ada
di seluruh Indonesia. Pangkalan PSDKP Lampulo mempunyai tugas Pengawasan SDKP di WPP
NRI 571 dan WPP NRI 572. Pangkalan PSDKP Lampulo yang merupakan salah satu unit pelaksana
teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan dibentuk
berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2016. Tujuan
dibentuknya pangkalan PSDKP Lampulo adalah untuk memperkuat pengawasan kegiatan
penangkapan ikan secara tidak sah (Illegal fishing) yang dilakukan oleh kapal ikan Indonesia (KII)
maupun yang dilakukan oleh kapal ikan asing (KIA) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPP-NRI) 571 yang meliputi wilayah perairan Banda Aceh dan Aceh Besar,
serta WPP-NRI 572 yang mencakup wilayah perairan Samudera Hindia sebelah barat yang
berbatasan langsung dengan wilayah perairan Sumatera Utara.
Ditjen PSDKP memiliki peran dalam menjamin pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan (SDKP) untuk dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab, sehingga besarnya
potensi SDKP Indonesia dapat dimanfaatkan seluasnya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pangkalan PSDKP Lampulo merupakan Unit Pelaksan Teknis (UPT) yang berada di
Provinsi Aceh. Pangkalan PSDKP Lampulo mempunyai peranan melaksanakan pengawasan sumber
daya kelautan dan perikanan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undagan. Hal ini
berdasarkan PERMEN KP No. 33 Tahun 2016.

Gambar 4.1 Gedung Pangkalan PSDKP Lampulo


Lingkup kerja Pangkalan PSDKP Lampulo diperjelas dalam Pasal 6 Surat Keputusan Dirjen
PSDKP Nomor KEP 143/DJ-PSDKP/2012 Tentang Petunjuk Teknis Operasional Pengawasan Kapal
Perikanan, yang menyebutkan bahwa pengawas perikanan berwenang untuk:
1. Memasuki dan memeriksa tempat kegiatan usaha perikanan.
2. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian dokumen usaha perikanan.
3. Memeriksa kegiatan usaha perikanan.
4. Memeriksa sarana dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan perikanan.
5. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian SIPI dan SIKPI.
6. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
7. Memeriksa peralatan dan keaktifan sistem pemantauan kapal perikanan.
8. Menghentikan, memeriksa, membawa, menahan, dan menangkap kapal dan/atau orang
yang diduga atau patut diduga melakukan tindak pidana perikanan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia sampai dengan diserahkannya kapal
dan/atau orang tersebut di pelabuhan tempat perkara tersebut dapat diproses lebih lanjut
oleh penyidik.
9. Menyampaikan rekomendasi kepada pemberi izin untuk memberikan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Melakukan tindakan khusus terhadap kapal perikanan yang berusaha melarikan diri
dan/atau melawan dan/atau membahayakan keselamatan kapal pengawas perikanan
dan/atau awak kapal perikanan.
11. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
12. Memeriksa daerah penangkapan atau jalur penangkapan ikan.
13. Merekomendasi kepada instansi pemberi izin terhadap ukuran dan jenis ikan hasil
tangkapan yang tidak sesuai dengan alat tangkap yang digunakan.
14. Menurunkan alat tangkap yang spesifikasi/jenisnya tidak sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
15. Menerbitkan SLO kapal perikanan.
16. Mengisi dan mengesahkan buku lapor pangkalan.
17. Merekomendasikan kepada Direktur Jenderal sanksi administrasi bagi kapal perikanan
yang melakukan pelanggaran.
Gambar 4.2 Pengecekan kapal oleh pengawas PSDKP Lampulo
Tugas pengawas perikanan diatur lebih rinci dalam Pasal 11 Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2014 Tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan, antara
lain adalah : (1) Memeriksa kelengkapan dan keabsahan SIPI dan/atau SIKPI, Surat Laik Operasi,
dan Surat Persetujuan Berlayar; (2) Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan
pengembangan perikanan; (3) Memeriksa peralatan dan keaktifan Sistem Pemantauan Kapal
Perikanan; (4) Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alat bantu penangkapan
ikan; (5) Memeriksa kesesuaian komposisi anak buah kapal perikanan dengan memeriksa
keberadaan pemantau di atas kapal penangkap atau kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat
penangkapan ikan tertentu; (6) Memeriksa kesesuaian penanganan ikan di atas kapal perikanan; (7)
Memeriksa kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan alat penangkapan ikan; (8) Memeriksa
kesesuaian jenis dan jumlah ikan yang diangkut; (9) Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah
bagi kapal pengangkut ikan hasil tangkapan dengan SIKPI; (10) Memeriksa kesesuaian pelabuhan
muat atau pelabuhan singgah dan check point terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya
dengan Surat izin Kapal Pengangkut ikan; (11) Memeriksa kesesuaian daerah penangkapan ikan
dengan SIPI; (12.) Memeriksa penerapan log book penangkapan ikan.
Sebagai pelaksanaan pasal 43, pasal 44,dan pasal 45 undang undang Nomor 31 tahun 2004
tentang perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2017. Pada bagian ketentuan umum dalam peraturan menteri ini
yang di maksud dengan Surat Laik Operasi, yang selanjutnya disebut SLO, adalah surat keterangan
yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan
teknis untuk melakukan kegiatan perikanan.
Permen KP Nomor 1 tahun 2017 persyaratan administrasi dan persyaratan kelayakan teknis
yang harus dipenuhi sebelum surat laik operasi diterbitkan adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan administrasi untuk kapal penangkap ikan terdiri dari:
a. SIPI asli;
b. SKAT asli, untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran di atas 30 (tiga puluh) GT;
c. SLO asal, untuk kapal penangkap ikan yang telah melakukan kegiatan penangkapan
ikan; dan
d. kesesuaian pelabuhan pangkalan dan muat dengan SIPI.
2. Persyaratan kelayakan teknis untuk kapal penangkap ikan, terdiri dari:
a. kesesuaian fisik kapal penangkap ikan dengan SIPI yang meliputi bahan kapal,
merek dan nomor seri mesin utama, tanda selar, dan nama panggilan/call sign;
b. kesesuaian jenis dan ukuran alat penangkapan ikan dengan SIPI; dan
c. keberadaan dan keaktifan transmitter SPKP, untuk kapal penangkap ikan dengan
ukuran di atas 30 (tiga puluh) GT.
Proses kerja Pangkalan PSDKP Lampulo dibagi 2 yaitu:
1. Pengawasan secara rutin, tanpa menunggu adanya laporan kejadian, dilaksanakan sesuai
dengan pogram kerja UPT, dan
2. kegiatan berdasarkan adanya laporan masyarakat terkait pemanfaatan SDKP yang tidak
sesuai aturan.

Adapun alur kegiatan pengawasan adalah sebagai berikut:


1. Pengawas Perikanan akan mendapat Surat Tugas pelaksanaan kegiatan pengawasan
2. Para pengawas membuat laporan tekait masalah yang sudah diawasi setelah dilakukan
kegiatan pengawasan.
3. Laporan yang telah selesai dibuat maka selanjutnya akan dianalisis.
4. Laporan yang sudah dianalisis dan apabila ditemukan pelanggaran maka akan diserahkan ke
penyidik, untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
Kegiatan pengawasan rutin yang dilaksanakan di Pangkalan PSDKP Lampulo antara lain
pengawasan usaha penangkapan ikan melalui penerbitan SLO, pengawasan usaha perikanan
budidaya, pengawasan usaha pengolahan ikan (UPI), pengawasan pemanfaatan sumberdaya
kelautan, dan patroli pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di laut. Hal ini
berdasarkan Permen KP No. 33 Tahun 2016.
Fungsi Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dalam kegiatan verifikasi pendaratan
ikan yaitu untuk menurunkan Tim Verifikator guna melakukan pemeriksaanterhadap kapal dan
pembongkaran hasil tangkapan meraka sebagai syarat permohonan penerbitan SHTI yang bertujuan
mengekspor hasil tangkapan mereka ke Uni Eropa.Sebelum mengisi lembaran LVHPI petugas
perikanan melakukan pendataan jumlah dan jenis ikan yang akan di ekspor dengan melihat surat dari
Nakhoda, pemilik kapal, atauyang ditunjuk oleh pemilik kapal yang berisikan tentang permohonan
LHVI.
Selanjutnya Petugas Pendataan melakukan koordinasi dengan pihak pelabuhan untuk
memeriksa dokumen, mencatat data kapal, alat tangkap yang digunakan, jenis dan jumlah ikan yang
di daratkan di pelabuhan. Apabila persyaratan dokumen tidak lengkap maka petugas pendataan wajib
memberitahukan kekurangan kelengkapan persyaratan kepada pemohon, dan apabila persyaratan
dokumen dinyatakan lengkap, maka Petugas perikanan menuangkan hasil pemeriksaan tersebut ke
dalam Form LHVPI. Verifikasi pendaratan ikan terhadap kapal penangkap ikan dengan ukuran > 20
(dua puluh) Gross Tonnage (GT) dilakukan sebagai persyaratan terbitnya SHTI-Lembar Awal dan
Lembar Turunan, sedangkan untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran ≤ 20 GT dilakukan sebagai
persyaratan terbitnya SHTI-Lembar Turunan yang disederhanakan berdasarkan permohonan dari
nakhoda atau pemilik kapal.

Berikut data kapal penangkapan ikan pada bulan Agustus 2022 yang melakukan verifikasi
pendaratan ikan dapat dilihat pada:
Dari data di atas menunjukkan hasil verifikasi pendaratan ikan di bulan Agustus 2022 dimana
pada kapal KM. Internusa baru 01 dengan alat tangkap purse seine, daerah penangkapannya ± 4 mil
lautan Aceh dengan tempat pelabuhan pangkalan PPN Idi dan PPS Kutaraja, jenis hasil tangkapan
baby tuna, barat ikan 1.500 kg, tanggal veritik 31 Agustus 2022. Pada kapal KM. Cahaya buleun
dengan alat tangkap pukat cincin pelagis kecil, daerah penangkapan samudra hindia, selat Malaka,
pelabuhan perikanan PP Calang dan PP Lampulo, jenis ikan 790 kg, tanggal veritik 26 Agustus
2022. Kapal KM. Putra raja II dengan alat tangkap pukat cincin, daerah penangkapan S. Hindia dan
Sl. Malaka, pangkalan pangkalan PP Idi dan Lampulo, jenis tangkapan madidihang barat ikan 700
kg, dengan tanggal viritifik 25 Agustus 2022. Kapal KM. KM. Anek sari ayu dengan alat tangkap
pancing daerah penangkapan 1 mill laut Aceh, PPS Kutaraja dah PPI Calang, jenis tangkapan 500
kg, dengan tanggal veritifik 24 Agustus 2022. Kapal KM. Tunas baru TBIG GS dengan alat tangkap
pukat cincin, daerah penangkapan S. Hindia dan S. Malaka, pelabuhan pangkalan Lampulo, jenis
tangkapan layang deles dengan berat 1.000 kg dan tanggal veritifik 30 Agustus 2022.
Dalam rangka memenuhi persyaratan perdagangan hasil perikanan ke Uni Eropa dan dalam
rangka mencegah, mengurangi, dan memberantas kegiatan IUU Fishing, perlu meningkatkan
penelusuran hasil tangkapan ikan yang ditangkap oleh kapal penangkapakan melalui kegiatan
verifikasi pendaratan ikan sesuai dengan pasal 11 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER. 13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan. Berdasarkan hal-hal tersebut, dan
dalam rangka keseragaman pola pikir dan pola tindak bagi pengawas perikanan dalam melakukan
verifikasi pendaratan ikan sebagai salah satu persyaratan untuk penerbitan sertifikasi hasil tangkapan
ikan, diperlukan petunjuk teknis sebagai pedoman agar operasional pengawasan di lapangan dapat
dilaksanakan secara optimal.
Peranan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dalam kegiatan verifikasi pendaratan
ikan yaitu untuk menurunkan Tim Verifikator guna melakukan pemeriksaan terhadap kapal dan
pembongkaran hasil tangkapan mereka sebagai syarat permohonan penerbitan SHTI yang bertujuan
mengekspor hasil tangkapan mereka ke Uni Eropa. Sebelum mengisi lembaran LVHPI petugas
perikanan melakukan pendataan jumlah dan jenis ikan yang akan di ekspor dengan melihat surat dari
Nakhoda, pemilik kapal, atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal yang berisikan tentang permohonan
LHVI. Selanjutnya petugas pendataan melakukan koordinasi dengan pihak pelabuhan untuk
memeriksa dokumen, mencatat data kapal, alat tangkap yang digunakan, jenis dan jumlah ikan yang
didaratkan di pelabuhan.
Apabila persyaratan dokumen tidak lengkap maka petugas pendataan wajib memberitahukan
kekurangan kelengkapan persyaratan kepada pemohon, dan apabila persyaratan dokumen dinyatakan
lengkap, maka Petugas perikanan menuangkan hasil pemeriksaan tersebut ke dalam Form LHVPI.
Verifikasi pendaratan ikan terhadap kapal penangkap ikan dengan ukuran > 20 (dua puluh) Gross
Tonnage (GT) dilakukan sebagai persyaratan terbitnya SHTI-Lembar Awal dan Lembar Turunan,
sedangkan untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran ≤ 20 GT dilakukan sebagai persyaratan
terbitnya SHTI-Lembar Turunan yang disederhanakan berdasarkan permohonan dari nakhoda atau
pemilik kapal.
SHTI-Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat informasi hasil tangkapan ikan yang
didaratkan dari kapal penangkap ikan untuk tujuan pencatatan. Dan 11 SHTI-Lembar turunan yang
disederhanakan adalah surat keterangan yang memuat informasi seluruh atau sebagian hasil
tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan sebagai dokumen yang menyertai hasil
perikanan yang dipasarkan ke Uni Eropa. Negara-negara anggota Uni Eropa yang menjadi negara
tujuan ekspor produk perikanan Indonesia yang disertai SHTI didominasi oleh Jerman, Inggris, Italia
dan Spanyol. Tidak hanya negara Uni Eropa, importir di Thailand juga meminta SHTI menyertai
produk perikanan Indonesia yang diekspor ke Thailand, hal ini karena produk perikanan tersebut
merupakan bahan baku bagi industri pengolahan di Thailand yang selanjutnya akan dipasarkan ke
Uni Eropa. Kegiatan ekspor produk perikanan Indonesia ke luar negeri perkembangannya cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan semakin ketatnya tuntutan pasar ekspor produk perikanan yang masuk
ke pasar Uni Eropa, setelah diterapkannya aturan EC Regulation number 1005/2008 on IUU Fishing
yang mengatur pelarangan masuknya produk perikanan yang berasal dari kegiatan IUU Fishing ke
pasar Uni Eropa tanpa dilengkapi dengan Catch Certificate, Indonesia sejak 1 Januari 2010 telah
berupaya memenuhi ketentuan pasar tersebut dengan menerapkan SHTI. Dasar hukum kegiatan ini
diaturdalam PeraturanMenteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Sertifikasi
Hasil Tangkapan Ikan.
Kapal-kapal penangkapan ikan yang memberi permohonan atas verifikasi pendaratan ikan untuk
di keluarkan SHTI pada bulan Januari 2019 memenuhi segala persyaratan dalam verifikasi
pendaratan ikan sehingga ketujuh kelompok pelaku usaha tersebut dapat dikeluarkan SHTI dan
terbukti bebas dari kegiatan Illegal fishing. Sehingga dapat mengekspor hasil tangkapan mereka ke
Uni Eropa. Hasil tangkapan yang akan diekspor oleh pelaku usaha perikanan ini dominan dengan
jenis ikan Tuna, karena banyaknya permintaan dari konsumen dan pasar dunia yang menjadi negara
tujuan ekspor produk perikanan Indonesia. Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Lampulo, Banda Aceh setiap tahunnya mengirimkan dan melaporkan Hasil Verifikasi Pendaratan
Ikan di PPS Kutaraja Banda Aceh ke Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Lampulo
untuk selanjutnya di lihat perkembangan dan peningkatan perdagangan produk perikanan Indonesia
yang di ekspor ke Uni Eropa setiap tahunnya.

4.5 SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE TERHADAP SUMBERDAYA


IKAN TUNA DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) KUTARAJA
(EKIVALENSI MATA KULIAH DINAMIKA POPULASI)

4.5.1 Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine)


Purse seine merupakan alat tangkap aktif karena dalam operasi penangkapan kapal melakukan
pelingkaran jaring pada target tersebut dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan lalu
bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Purse Seine disebut juga “pukat
cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di
lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut atau tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong
akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah
dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah
dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan
memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap.
Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Berikut gambar konstruksi Purse Seine.

Gambar 4.1 konstruksi purse seine

Alat tangkap pukat cincin memiliki beberapa konstruksi yaitu tali ris atas berfungsi untuk
menggantungkan jaring sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna, tali ris sebagai
penghubung dengan tali pelampung. Tali Pelampung berfungsi sebagai tempat penghubung
pelampung dengan tali ris atas yang bertujuan agar jaring tetap terapung pada saat pengoperasian alat
tangkap. Serampat (selvedge) diikatkan pada bagian atas dan bawah jaring yang berfungsi Sebagai
penguat jaring agar tidak mudah putus atau sobek serampat terbuat dari bahan PE (polyethlene),
serampat berfungsi untuk menahan jaring pada saat pengoperasian alat tangkap. Ukuran benang pada
serampat biasanya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada jaring utama untuk menahan jaring
pada saat pengoperasian alat tangkap. Ukuran benang pada serampat biasanya lebih besar
dibandingkan ukuran benang pada jaring utama (Sudirman, 2013). Tali ris bawah berfungsi untuk
menggantungkan jaring bagian bawah sehingga jaring dapat terentang sempurna, tali ris bawah juga
berfungsi sebagai tempat diikatnya tali pemberat dan tali cincin (Hermawanto et al, 2016). Tali
pemberat yaitu tempat penghubung antar pemberat dan sebagai penghubung ke tali ris bawah, Tali
cincin merupakan tali yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin pada tali ris bawah, bentuk
tali cincin yang digunakan yaitu bentuk kaki tunggal. Tali kerut berfungsi untuk mengerucutkan alat
tangkap hingga berbentuk mangkok. Tali kerut memiliki diameter tali lebih besar dari pada tali
lainnya karena tali kerut ini sangat penting pada pengoperasian alat tangkap pukat cincin ( purse
seine). pelampung berfungsi untuk mengapungkan jaring pada saat pengoperasian alat tangkap.
Pelampung terletak pada bagian atas jaring terbuat dari bahan PVC, Pemberat berfungsi sebagai alat
untuk menenggelamkan jaring, pemberat terletak dibagian bawah alat tangkap.
Spesifiksi alat tangkap berbeda sesuai dengan GT kapal dan ukuran jenis ikan yang menjadi
target sasaran. Adapun secara terperinci mengenai spesifikasi alat tangkap pukat cincin (purse seine)
dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 5.1 Spesifikasi alat tangkap pukat cincin (purse seine) Kapal 30 GT di PPS Kutaraja
3.1.2 Produktivitas Hasil Tangkapan
Produktivitas hasil tangkapan Pukat cincin (purse seine) pada bulan Juni sampai Agustus 2022
yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Produktivitas hasil tangkapan Pukat cincin (purse seine) pada bulan Juni sampai
Agustus 2022

Produktivitas ikan tuna perikanan pukat cincin (purse seine) per bulan adalah sebesar 427.551
kg. Hasil ini menunjukkan, bahwa selektivitas alat tangkap Purse Seine di PPS Kutaraja sangat
tergantung kepada keberadaan ikan target yang berkaitan dengan musim ikan Tuna. Hasil tangkapan
ikan tuna pada bulan Juni sampai Agustus 2022 yaitu sebesar 427.551 kg dibandingkan hasil
tangkapan tongkol sebesar 1.545.650 kg, rendahnya hasil tangkapan tuna diduga berkaitan dengan
musim dari masing-masing jenis ikan tersebut. Hasil tangkapan mengalami fluktuasi karena berbagai
alasan, antara lain berkurangnya populasi ikan target di daerah penangkapan dan pengaruh musim.
Hasil tangkapan di PPS Kutaraja Lampulo dari bulan Juni sampai dengan Agustus mengalami
tingkat kenaikan dan penurunan dimana pada bulan Juni jumlah keseluruhan hasil tangkapan yaitu
sebesar 1.124.236 kg, sedangkan pada bulan Juli jumlah produksi hasil tangkapan yaitu sebesar
746.746 kg, dan pada bulan Agustus jumlah hasil tangkapan yaitu sebesar 1.247.906 kg. Hal ini
dikarenakan bukan hanya dari segi faktor alat tangkap yang digunakan oleh nelayan tetapi ada juga
faktor cuaca, musim, dan juga kapal tidak melakukan keberangkatan yang menyebabkan hasil
tangkapan ikan di PPS Lampulo kadang naik dan kadang menurun.
Dan juga diduga bahwa alat tangkap pukat cincin mempunyai kecenderungan dapat menangkap
ikan target (maincatch) lebih banyak atau lebih sedikit dari ikan hasil tangkapan sampingan
(bycatch) sangat tergantung kepada keberadaan ikan yang berkumpul menempati rumpon yang
dipasang oleh nelayan. Jenis hasil tangkapan pukat cincin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain ukuran mata jaring. Mata jaring (ukuran mata jaring) yang digunakan untuk menangkap ikan
dengan pukat cincin sehingga memungkinkan menangkap berbagai jenis ikan, serta dilihat dari
habitat yang memiliki kesamaan antara tangkapan utama dengan tangkapan sampingan.

4.5.2 Tingkat Selektivitas Alat Tangkap Purse Seine


Nelayan Purse Seine (53,8%), menyatakan bahwa alat tangkap dapat menangkap lebih dari tiga
spesies dengan ukuran yang berbeda jauh dalam sekali hauling. Tidak terdapat seorang nelayan pun
yang menyatakan alat tangkap Purse Seine menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang
lebih sama dalam sekali hauling (Zainal, 2014). Usaha perikanan pukat cincin (purse seine) Kapal 30
GT menunjukkan keuntungan yang cukup besar bagi pemilik usaha perikanan. Sifat alat tangkap
yang menangkap ikan dengan ukuran tertentu dan spesies disebut selektivitas. Komposisi tangkapan
yang dihasilkan berbeda-beda sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan. Sifatnya pukat
cincin (Purse Seine) melingkar dengan sasaran tangkapan ikan pelagis permukaan. Komposisi hasil
tangkapan juga yang diperoleh beragam jenis spesies ikan. Hasil tangkapan, karena Penentuan lokasi
yang akan di lakukan tebar sangat penting. Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat
tangkap. Selain itu faktor yang mempengaruhi tangkapan untuk kedua alat tangkap tidak dipengaruhi
oleh musim. Sehingga untuk hasil tangkapan tidak dapat diprediksi, tergantung pada trip kapal. hal
ini sesuai dengan pernyataan Affan, (2015) trip perjalanan kapal juga diduga menjadi faktor yang
mempengaruhi hasil tangkapan. Selain dari musim yang mempengaruhi komposisi hasil tangkapan
menurut (Aji et al, 2013) adalah konsumsi BBM yang digunakan dalam operasi penangkapan akan
mempengaruhi daya jelajah kapal ke fishing ground.
Keberhasilan penangkapan ikan menggunakan pukat cincin (purse seine) ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu; kecepatan kapal, pelingkaran dan penarikan tali ris hingga bagian bawah
jaring mengerucut dalam waktu tertentu. Dalam hal ini kecepatan kapal sangat menentukan
keberhasilan proses pelingkaran dan pengerucutan jaring. Faktor kecepatan bertujuan untuk
mengimbangi kecepatan renang gerombolan ikan (1,1 m/s) agar menghasilkan tangkapan yang
optimal. Kecepatan kapal saat setting (menjatuhkan alat tangkap) pukat cincin (purse seine) kapal 30
GT sekitar 5,04 m/s sampai dengan 7,747 m/s. Setting (menjatuhkan alat tangkap) mempengaruhi
hasil tangkapan karena sifat dari pengoperasian alat tangkap cincin secara melingkari gerombolan
ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fridman (1988) dalam (Muntaha et al, 2013) proses
pelingkaran menentukan keberhasilan nelayan menangkap gerombolan ikan. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan ini diantaranya panjang jaring (L) dan kecepatan kapal (v), mengurung
ketika menebar jaring untuk melingkari dan ikan. Kecepatan kapal sangat menentukan
kesempurnaan pelingkaran jaring. Pukat cincin (purse seine) ukuran mata jaring (mesh size) 2 cm
selektif menangkap ikan ikan tuna ukuran fork length kisaran 20,0 – 30,0 cm. Alat tangkap Purse
seine mempunyai selektivitas yang rendah dimana alat tangkap Purse seine dapat menangkap lebih
dari tiga spesies ikan dengan variasi ukuran yang berbeda, dan dapat menangkap ikan-ikan kecil
sehingga dapat menyebabkan menurunnya stok ikan kedepannya. Alat tangkap Purse seine banyak
juga menangkap tangkapan sampingan. Berdasarkan informasi yang didapatkan bahwa alat tangkap
Purse seine yang digunakan oleh nelayan di PPS Kutaraja dikatakan alat tangkap yang mempunyai
selektivitas yang rendah dan juga dikategorikan sebagai alat tangkap yang kurang ramah lingkungan
(Masridatul, 2021). Alat tangkap Purse Seine memiliki tingkat kepedulian keramahan lingkungan
paling rendah dibandingkan dengan nelayan yang mengoperasikan alat penangkapan Trammel Net
dan Gill Net (Zainal sumardi, 2014).
Alat tangkap purse seine adalah alat tangkap yang sangat dominan digunakan oleh nelayan di
PPS Kutaraja setelah alat tangkap pancing tonda. Hasil identifikasi ikan hasil tangkapan purse seine
menunjukan alat tangkap purse seine memperoleh 14 spesies. Hasil tangkapan dibagi kedalam dua
kategori, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan dari purse
seine ada beberapa jenis, salah satunya yaitu Ikan tuna merupakan salah satu ikan yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi namun berdasarkan peraturan yang telah ada alat tangkap purse seine
yang boleh beroperasi di Laut adalah purse seine dengan target spesies ikan pelagis besar yang
belum layak utuk ditangkap.

4.6 Partisipasi Nelayan Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan Laut Aceh Melalui
Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (Ekivalensi Mata Kuliah Kuliah Kerja Nyata)

Pada Tanggal 21 Oktober 2022 kami mengikuti partisipasi kegiatan program BCL dimana
kegiatannya kami laksanakan di tepi pantai Lampulo. Sampah yang kami kumpulkan ada sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
non hayati baik berupa produk sinterik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang
atau sumber daya alam yang sulit diuraikan oleh alam, contoh sampah anorganik yaitu botol, tas
plastik dan kaleng. Dan juga sampah organik ada yang basah dan yang kering, sampah organik basah
contohnya adalah, ranting pohon, dan kayu.
Bulan cinta laut (BCL) merupakan sebagai bentuk komitmen Indonesia yang menjaga laut tetap
biru dan sehat, Indonesia telah menerbitkan Perpres nomor 83/2018 tentang penanganan sampah
laut. Dimulai pada tahun 2022 KKP telah melakukan program “Bulan Cinta Laut”. Bulan cinta laut
(BCL) merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh KKP sebagai bentuk komitmen dan untuk
menjaga lingkungan laut agar tetap biru. Menurut hasil riset diperkirakan sampah laut pada tahun
2050 akan mengalahkan ikan di laut. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilaksanakan kegiatan
masyarakat nelayan dan pemerintah daerah yaitu BCL (Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut) untuk
mengurangi pencemaran laut di perairan Aceh.

Menteri Trenggono mengaku senang dengan bulan cinta laut ini, dan menyarankan para nelayan
untuk beristirahat sejenak dari kegiatan penangkapan ikan mereka. Sebagai gantinya, mereka diminta
untuk memungut sampah plastik yang berserakan di laut. Dalam kegiatan ini, nelayan menemukan
dan mengumpulkan sampah plastik di perairan laut dan pantai. Nelayan memiliki waktu satu bulan
selama penangkapan ikan untuk berhenti menangkap ikan, tetapi kemudian mengumpulkan sampah
plastik dari laut untuk dibawakan ke TPS setempat untuk penanggulangan. Sampah yang sudah
bersih dipilah sesuai dengan kriteria jenis sampah plastik dan dibawa ke tempat penimbangan dan
pendaftaran terdekat (sampah). Maka dari itu perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dengan
nelayan, sejauh ini di Banda Aceh sudah bekerja sama dengan 306 nelayan dari 3 kecamatan yang
ada di kota banda aceh yaitu kecamatan syah kuala, kutaraja dan meraksa dengan total 12 kelompok
nelayan.

Pada program ini nelayan diberikan fasilitas oleh pemerintah selain menangkap ikan nelayan
juga diberikan gombalan untuk menangkap ikan di laut. Sampah yang diambil akan dihargai sesuai
dengan harga ikan terendah per kilo, program ini dilakukan di seluruh wilayah indonesia dan
merupakan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah laut hingga 70% pada tahun 2025. Pada
bulan Oktober tercatat ada sekitaran 12 ton sampah yang berhasil dikumpulkan di banda aceh
sedangkan dari seluruh indonesia sampah yang berhasil dikumpulkan sejumlah 60,7 ton, meliputi
banda aceh, medan, padang, tanjung pinang, balikpapan, cilacap, cirebon, bali, Manado, Kendari,
sorong, maroko, dan pontianak.

Dan jumlah sampah tertinggi saat ini yang dikumpulkan oleh nelayan berada di kota banda
aceh. Adapun saat ini 70% sampah yang dikumpulkan tidak memiliki nilai ekonomis/ residu, dan 30
% lagi sampah yang memiliki nilai ekonomis, meliputi seperti sampah gelas plastik, botol plastik,
kaleng dan lain-lain. Untuk saat ini harga sampah yang memiliki harga tinggi yaitu sampah gelas
plastik dibeli dengan harga 1.000 sampai 2.000/kg, sedangkan harga untuk kaleng 1.500/kg.

Adapun tujuan dari gerakan BCL yaitu;


1. Peningkatan kesadaran masyarakat khususnya nelayan dalam pengelolaan sampah laut
2. Penanggulangan sampah di pesisir dan laut
3. Penguatan pengawasan dan penegakan hukum serta kelembagaan.
4. Memberikan edukasi dan sosialisasi.

Adapun manfaat dari program BCL ini yaitu dapat memberikan dampak positif terhadap
masyarakat khususnya bagi nelayan, dengan adanya program BCL Ini dapat membantu nelayan serta
mempermudahkan nelayan dalam proses penangkapan ikan karena tidak terganggu dengan sampah
di laut.

4.7 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENANGKAPAN IKAN SECARA


ILLEGAL DI PERAIRAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2021-2022 OLEH
PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN (EKIVALENSI MATA KULIAH KAPITA SELEKTA
PERIKANAN TANGKAP)
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dari pangkalan PSDKP Lampulo Kota Banda
Aceh, kasus illegal fishing yang ditangani oleh pangkalan PSDKP Lampulo yang terjadi pada tahun
2021, yaitu kasus terjadi pada tanggal 23 Januari 2021, dimana pelaku melakukan kegiatan
penangkapan ikan tanpa dokumen dan menggunakan tangkap terlarang. Dimana pada kasus ini
terjadi pelanggaran terhadap pasal 85 Jo pasal 9 ayat 1 undang-undang Republik Indonesia No. 45
tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004 tentang
perikanan pasal 92 Jo pasal 26 ayat 1 sektor Kelautan dan Perikanan undang-undang nomor 11 tahun
2020 tentang Cipta kerja. Barang bukti berupa 1 (Satu) unit alat tangkap trawl, uang tunai Rp.
800.000, 1 (Satu) unit GPS merk furuno GP-32, 1 (Satu) unit kompas dan alat bukti lainnya. Pelaku
berinisial MN, Aceh Utara. Pada tanggal 2 Februari 2021 terjadi juga kasus yang sama dimana
pelaku melakukan illegal fishing menggunakan alat tangkap terlarang dan melakukan penangkapan
tanpa dokumen, pelaku berinisial (CM) dengan nama kapal KM. Hasil rezeki bersama, lokasi di
perairan Teritorial pantai Barat Sumatra, barang bukti berupa satu unit kapal KM hasil rezeki
bersama dan satu unit alat penangkapan ikan jaring trawl, dan 3. ± 300 kg ikan campuran, 1 unit
GPS Garmin,1 unit ecosonder furuno dan 1 unit radio merk Icom, dan 1 bundel dokumen kapal.
Kemudian pada tanggal 15 Desember tahun 2021 terjadi illegal fishing di mana pelaku
melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan kompresor, pelaku berinisial BM dengan barang bukti
1 unit kapal KM tanpa nama dan satu unit kompresor dan 1 rol selang ± 35 m, 2 pasang Finn, 2 unit
center selam, dan 2 pasang dakor, serta 2 unit tembak ikan. Pada tanggal 29 November tahun 2021
terjadi illegal fishing di perairan Kuala umo, Seumeulue, di mana pelaku melakukan kegiatan
penangkapan ikan dengan kompresor, pelaku berinisial HM, RM,HT, dan AM, alat bukti berupa
kapal KM Sinar Intan, satu unit kompresor lengkap mesin, 2 pasang fin warna hitam, 2 pasang
Dakota, 3 buah kacamata selam, 2 unit senter selam, 1 roll selang ± 45 meter, 3 unit Alat tangkap
tembak ikan, 6 kg ikan campuran (busuk),dan 3 kg ikan teripang campuran (busuk).
Bagi pelaku yang melakukan illegal fishing menggunakan penangkapan ikan dengan kompresor
dikenakan pasal 85 Jo pasal 9 Jo pasal 100B dan pasal 100 undang-undang Republik Indonesia No.
45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004 tentang
perikanan jo pasal 7 ayat (2) huruf (j) dalam pasal 27 sektor kelautan perikanan undang-undang No.
11 tahun 2020 tentang Cipta kerja Jo pasal 55 ayat (1) ke (1) KUH Pidana. Selanjutnya pada tanggal
15 Desember tahun 2001 di perairan pulau kapal, seumeuleu, kasus illegal fishing di mana pelaku
melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan kompresor pelaku berinisial ML, IR Dan AR. Barang
bukti berupa satu unit kapal KM tanpa nama, 2 unit alat tangkap tembak ikan , 1 unit kompresor, 2
pasang Fin, 2 unit center selam, 1 roll selang 2 pasang dakor, 2 timah pemberat, 3 unit masker, 1
ikan campuran ± 3 kg dan teripang ± 3 kg.
Pada tanggal 28 Juli 2021 di perairan Selat Malaka wilayah laut landas kontinen Indonesia
terjadi kasus illegal fishing di mana pelaku melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen
dan menggunakan alat tangkap terlarang yaitu alat tangkap trawl, pelaku berinisial AM, barang bukti
berupa satu unit kapal penangkapan ikan KM PKFB 1603 GT, 2 unit alat penangkap ikan trawl,
uang tunai senilai rp1.557.000 merupakan hasil penjualan ikan campuran, alat navigasi berupa 1 unit
GPS, dan 1 unit Kompas, alat komunikasi berupa satu radio merk Superstar SS39, serta dokumen
kapal berupa satu buku lesen. Kemudian pada tanggal 3 September tahun 2021 di perairan Selat
Malaka oleh laut landas kontinen Indonesia, terjadi kasus illegal fishing yaitu di mana pelaku
melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen dan menggunakan alat tangkap terlarang
pelaku berinisial AN, dimana ditemukan barang bukti berupa Alat tangkap Trawl, uang sebanyak
3.239.250 merupakan hasil penjualan ikan, alat navigasi berupa satu unit GPS/ WAAS navigator
merk furuno GP-32, serta dokumen kapal berupa sertifikat kelayakan dan pengawakan kapal
penangkapan ikan, SKK 30 MIL, data perlengkapan sertifikat kelaikan pengawasan kapal
penangkapan ikan.
Kemudian pada tanggal 3 September tahun 2021 di perairan Selat Malaka wilayah laut landas
kontinen Indonesia, di mana pelaku berinisial MH, pelaku menggunakan alat penangkapan ikan
tanpa dokumen dan menggunakan alat tangkap terlarang yaitu alat tangkap trawl, barang bukti
berupa satu unit Alat tangkap Trowl ruang 3 juta sekian alat navigasi berupa 1 unit GPS furuno GP-
39, alat komunikasi berupa satu unit radio Kenwood TM 281 serta dokumen kapal berupa satu surat
ukur dalam negeri, 1 surat pas Besar,1 gross akte pendaftaran kapal, dan 1 SKK 30 mil.
Pada tanggal 15 Desember tahun 2021 di perairan Bungus, terjadi kasus illegal fishing di mana
pelaku berinisial RD pelaku melakukan illegal fishing yaitu menggunakan penangkapan ikan dengan
menggunakan alat tangkap Trawl, di mana ditemukan barang bukti berupa satu unit kapal KM.BMP
1 unit tangkap trawl, 1 unit Fishfinder 350 C merk Garmin, ikan campuran ± 35 kg, serta 1 bundel
dokumen. Kemudian pada tanggal 15 Desember tahun 2021 di perairan Bungus, di mana telah terjadi
kasus illegal fishing di mana si pelaku melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan
alat tangkap trawl, barang bukti berupa satu unit kapal KM. Si kembar, 1 unit tangkap trawl, 1 unit
Fishfinder 350 C merk Garmin, ikan campuran ± 35 kg, 1 bundel dokumen.
Kemudian kasus illegal fishing yang ditangani oleh pangkalan PSDKP Lampulo pada Tahun
2022 di mana kasusnya terjadi pada tanggal 15 Desember Tahun 2022 yaitu si pelaku berinisial RN
pelaku melakukan kegiatan illegal fishing yaitu melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan
alat tangkap trowl, barang bukti berupa satu unit kapal KM BMP, 1 unit alat tangkap trawl, unit
finder 350c merk Garmin, serta ikan campur ± 35 kg, dan satu bundel dokumen.
Kemudian pada tanggal 7 Maret Tahun 2022 di perairan Samudra Hindia yang berjarak 22 mil
dari pulau rusa, telah terjadi kasus illegal fishing di mana si pelaku melakukan kegiatan penangkapan
ikan tanpa dokumen dan menggunakan alat tangkap pancing rawai, pelaku berinisial MJ, barang
bukti berupa 1 unit kapal penangkapan ikan blessing 69 GT, 5 set Alat tangkap pancing rawai, 1012
kg ikan terdiri dari ikan campuran (hiu), 300 kg ikan hiu martil, hiu tikus dan lumba-lumba yang
telah dimusnahkan Karena merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi, dan alat navigasi berupa
satu unit GPS merk Garmin, 1 unit Echosounder CVS-125 serial nomor 12619138, serta 1 unit
Kompas, dan alat komunikasi berupa satu unit radio merk icon dan dokumen kapal berupa satu unit
bundel dokumen Dan 1 lembar bendera kebangsaan India. Pada kasus ini dikenakan pasal 92 Jo
pasal 26 ayat 1 sektor Kelautan undang-undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta kerja.
Kemudian pada tanggal 29 Maret 2022 telah terjadi kasus illegal fishing di mana si pelaku
berinisial SB si pelaku melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap
terlarang yaitu Alat tangkap trawl, ditemukan barang bukti berupa satu unit kapal penangkapan ikan
KM. bunga Seroja, 1 set tangkap jenis trawl , uang sebanyak Rp. 2.500.000, alat navigasi berupa 1
unit GPS furono GP-32, unit GPS furono GP-39, dan dokumen kapal berupa satu bundel dokumen,
illegal fishing terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI 571)
perairan Selat Malaka perairan Pantai, Aceh Utara. Pada kasus ini dikenakan pasal 92 Jo pasal 26
ayat 1 sektor Kelautan dan Perikanan UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta kerja dan pasal 85 Jo
pasal 9 ayat 1 jo Pasal 98 jo 42 ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009
tentang perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang
perikanan.
Maka dalam hal ini perlu adanya penegakan hukum yang dilakukan pihak Pangkalan PSDKP
Lampulo Aceh untuk melakukan penindakan terhadap pelaku tindak pidana di bidang perikanan
melalui jalur hukum berdasarkan UU Perikanan Tahun 2009. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: 33/PERMEN-KP/2016 tanggal 3 Oktober 2016 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan,
Pangkalan Pengawasan PSDKP Lampulo sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dijen PSDKP
memiliki tugas melaksanakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembenahan sistem hukum dan peradilan perikanan.
Lemahnya produk hukum serta rendah mental penegak hukum di laut merupakan masalah
utama dalam penanganan illegal fishing di Indonesia. Akan tetapi dengan disahkannya UU No. 31
tahun 2004, yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka
diharapkan penegakan hukum di laut dapat dilakukan. Dalam UU perikanan ini sanksi yang
diberikan terhadap pelaku illegal fishing cukup berat. Contohnya adalah dalam UU tersebut
diwajibkan bagi setiap kapal penangkap ikan harus memiliki surat izin penangkapan ikan (SIPI).
Bagi kapal berbendera Indonesia yang melanggar ketentuan itu, pengelola dan pemilik kapal bisa
diancam pidana enam tahun dan denda Rp. 2 miliar. Jika pelanggaran dilakukan kapal berbendera
asing, pengelola serta pemilik kapal terancam penjara enam tahun dan denda Rp. 20 miliar.
Apabila yang melakukan illegal fishing kapal asing yang menjadi tersangka hanya nahkoda
kapalnya, seperti yang direzim dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 pada Pasal 83A
menjelaskan bahwa selain yang ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana perikanan atau
pidana lainnya, awak kapal dapat dipulangkan termasuk yang berkewarganegaraan asing. Sanksi
hukuman pidana maupun denda itu hanya untuk Nahkoda kapalnya, untuk ABK akan dikembalikan
ke negaranya. Akan tetapi untuk sementara ABK diamankan di Pangkalan PSDKP lampulo untuk
dilakukan proses pemeriksaan sebagai saksi, dan apabila sudah selesai dan diikrahkan baru
dipulangkan.
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perikanan pada Pasal 76 menjelaskan bahwa penuntun umum menyampaikan berkas perkara
kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang paling lama 30 hari sejak tanggal penerimaan
berkas penyidik dinyatakan lengkap.
Peran PSDKP Dalam penyelesaian Tindak Pidana Illegal fishing di Perairan Aceh yaitu:

1. Pengawasan

Pangkalan PSDKP Lampulo memiliki tugas utama yaitu melaksanakan pengawasan


sumberdaya kelautan dan perikanan untuk memperkuat penanganan dalam kegiatan pelanggaran,
seperti illegal fishing yang dilakukan oleh KII maupun yang dilakukan oleh WPPNRI 572.
Pelaksanaan Pengawasan berdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan,
Pasal 66 yang berbunyi “Pengawasan perikanan dilakukan oleh pengawas perikanan yang bertugas
untuk mengawasi tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang
perikanan.
2. Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas perikanan. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan pada Pasal 66 C menjelaskan
bahwa pengawas perikanan berwenang memeriksa kegiatan usaha perikanan. Pejabat pegawai
negeri sipil akan melakukan pemeriksaan apabila pada saat melakukan patroli atau mendapatkan
informasi baik dari sistem pemantauan menggunakan VMS, pengaduan dari masyarakat nelayan
dan POKMASWAS. Selanjutnya pejabat pegawai negeri sipil akan memeriksa dan menangkap
kapal lokal maupun asing yang tidak memiliki kelengkapan dokumen-dokumen dan menggunakan
alat yang dilarang. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan pada pasal 73A menjelaskan bahwa penyidik berwenang menerima laporan atau
pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang perikanan, memeriksa
kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha perikanan.
3. Penyelidikan
Pejabat pegawai negeri sipil pengawas perikanan memiliki kewenangan untuk melakukan
penyedikan sebagaimana dituangkan dalam Pasal 73A Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perikanan. Penyelidikan dilakukan apabila pejabat pegawai negeri sipil sudah memeriksa
kapal yang diduga melakukan tindak pidana perikanan, seperti tidak memiliki kelengkapan dan
keabsahan dokumen serta menggunakan alat yang dilarang penggunaannya di Indonesia. Maka
pejabat pegawai negeri sipil akan melakukan proses penyelidikan, yaitu proses membuat terangnya
suatu perkara, menemukan siapa tersangkanya kemudian diperiksa, dan ditindaklanjuti ke badan
hukum.
4. Pencegahan
Bentuk pencegahan yang dilakukan oleh Pangkalan PSDKP Lampulo yaitu mendidik
masyarakat nelayan khususnya melalui sosialisasi pencegahan dan larangan melakukan praktik
Illegal fishing, Himbauan tertulis melalui baliho atau spanduk yang berisi ajakan untuk mencegah
praktik Illegal fishing dan menerapkan sanksi hukuman terhadap setiap pelanggaran yang telah
dilakukan, serta melakukan pembinaan bagi masyarakat nelayan yang menggunakan alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan seperti, pengeboman, trawl, dan penyetroman. Pelaksanaan
penanganan illegal fishing dalam bentuk pencegahan, Pangkalan PSDKP Lampulo sudah
melakukan banyak hal, yaitu sosialisasi, himbauan dan penerapan sanksi serta melakukan
pembinaan terhadap pelaku tindak pidana perikanan.

4.7.1 Penegakan Hukum terhadap Penangkapan Ikan Secara Illegal oleh Nelayan di perairan
Indonesia
Penegakan hukum dalam bidang perikanan sangat diperlukan dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang timbul dilapangan, hal tersebut sangat diperlukan dalam penegakan hukum
nasional Indonesia untuk wilayah laut terutama perikanannya. Pemerintah Indonesia telah pula
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang menjadi payung hukum dalam pengaturan
perikanan di Indonesia. Undang-Undang perikanan yang ada, akan menjadi acuan dan panduan
dalam melakukan tindakan penegakan hukum baik oleh aparat hukum maupun oleh aparat
berwenang lainnya. Serta dengan adanya Undang-Undang perikanan ini maka akan dapat
ditentukan tindakan hukum yang bagaimana yang dapat dikenakan bagi para pelaku pencurian ikan
di wilayah laut Indonesia. Dimana Penelitian ini terfokus pada penegakan hukum yang dilakukan
oleh Pangkalan PSDKP Lampulo terhadap penangkapan ikan secara illegal di perairan kota Banda
Aceh, karena menurut penulis bahwa pejabat penyidik Pangkalan PSDKP Lampulo juga harus
berperan aktif dalam proses penegakan hukum khususnya penegakan hukum yang berkaitan
dengan bidang perikanan dengan melihat fakta-fakta dilapangan.
Oleh karena itu pada bab ini kita akan mengetahui bagaimanakah penegakan hukum yang
dilakukan oleh penyidik Pangkalan PSDKP Lampulo di bidang perikanan di Kota Banda Aceh
antara lain:
A. Penegakan Hukum Secara Preventif

Upaya preventif adalah salah satu upaya pencegahan tindak pidana penangkapan ikan secara
illegal di perairan wilayah hukum kota Banda Aceh. Tindakan preventif merupakan upaya yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum secara sistematis dan terstruktur dengan tujuan untuk
menjaga agar tindak pidana tersebut dapat diminimalisir. Penegakan hukum secara preventif yaitu
mencegah terjadinya kejahatan atau pelanggaran dengan menghapus faktor kesempatan.
Pelaksanaan penegakan hukum secara preventif terbagi 2 (dua) kelompok besar, yaitu pencegahan
yang bersifat fisik yang dilakukan dengan mengatur, menjaga, mengawal, dan patrol kemudian
pencegahan yang bersifat pembinaan yang dilakukan dengan kegiatan penyuluhan, bimbingan,
arahan untuk mewujudkan masyarakat yang sadar dan taat hukum serta memiliki daya cegah
tangkal dan kejahatan. Dimana Upaya-upaya preventif yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Hukum

Penyuluhan hukum adalah kegiatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dan intansi di
bidang perikanan dengan tujuan mempekenalkan dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang hukum-hukum yang berlaku di bidang perikanan. Minimal dalam penyuluhan tersebut,
masyarakat dapat mengetahui dampak dan larangan penggunaan alat-alat deskruktif dalam
penagkapan ikan. Tujuan dari penyuluhan ini adalah memberi pemahaman tentang hukum yang
berlaku sehingga masyarakat akan melaksanakan dan mematuhi peraturan PerUndang-Undangan
yang berlaku. Penyuluhan tersebut dilakukan dengan melibatkan dan mengarahkan masyarakat
dalam penegakan hukum. Hal ini dilakukan dengan cara masyarakat yang diarahkan untuk
melaporkan kepada pihak yang berwenang apabila terjadi tindakan praktek ilegal.
2 . Pelaksanaan Patroli Secara Rutin

Kegiatan patroli ini dilakukan tidak menentu untuk menghindari terjadinya praktek illegal di
waktu-waktu tertentu. Patroli dilakukan sebanyak mungkin dalam sebulan sesuai dengan
persediaan sarana dan prasarana yang ada. Namun, yang menjadi hambatan dalam kegiatan patroli
ini adalah sarana dan prasarana kurang memadai dan kondisi cuaca yang ekstrem sehingga
mengganggu aktivitas patroli lapangan di wilayah perairan Kota Banda Aceh. Patroli ini dilakukan
dengan melibatkan semua instansi yang berwenang dalam penanganan tindak pidana ini, seperti
Polair dan Dinas Kelautan dan Perikanan. Kedua instansi tersebut harus melakukan koordinasi
terkait tugas dan wewenangnya masing-masing sehingga tidak menimbulkan konflik kewenangan.

B. Penegakan Hukum Secara Represif

Upaya represif adalah upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum setelah terjadi
kejahatan yang meliputi tindakan penangkapan, proses pemeriksaan pelaku untuk mengetahui
sanksi yang pantas dijeratkan kepada pelaku praktek ilegal, sampai proses penjatuhan hukuman
kepada pelaku yang dilakukan oleh hakim berdasarkan Perndang-Undangan yang berlaku yaitu
melakukan penangkapan dan pemeriksaan serta menegakkan hukum dan penerapan sanksi sesuai
dengan Undang-Undang. Tindakan secara represif merupakan tindakan untuk menindak suatu
kejahatan atau pelanggaran yang merupakan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban umum.
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang diambil oleh petugas apabila menemukan tindak
pidana yang merupakan gangguan bagi keamanan dan ketertiban umum sebagaimana yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Pelaksanaan hukum secara Represif adalah penegakan hukum yang dilakukan pihak
Pangkalan PSDKP Lampulo Aceh untuk melakukan penindakan terhadap pelaku tindak pidana di
bidang perikanan melalui jalur hukum berdasarkan UU Perikanan Tahun 2009. Undang-Undang
tersebut di atas ini dibuat dengan tujuan meminimalisir dan mengatasi adanya tindakan praktek
illegal. Kemudian Undang-Undang ini dijalankan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan
kepastian hukum terhadap sektor perikanan. Selain itu, tujuannya adalah sebagai instrumen yang
dapat mendorong berkembangnya laju perekonomian Indonesia terkhusus pada sektor perikanan.
Hal ini terkait dengan upaya represif yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam bidang
perikanan di Kota Banda Aceh dilakukan berdasar pada aturan atau Undang-Undang.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada salah satu responden dengan salah satu
pegawai PSDKP menyatakan bahwa hal yang perlu dilakukan agar terwujudnya dalam
memberantas illegal fishing di perairan Aceh yaitu perlunya ditingkatkan pengawasan yang lebih
seperti patrol laut, nelayan atau nahkoda diwajibkan untuk segera melapor kegiatan illegal fishing
yang terjadi diperairan Aceh baik nelayan luar maupun nelayan Indonesia, dan tindakan hukum
dipertajam sehingga efek jera bagi pelaku illegal fishing tersebut.

C. Hambatan dan Kendala dalam Penegakan Hukum Pidana terhadap Penangkapan Ikan
secara Illegal oleh Nelayan di perairan Wilayah Hukum Kota Banda Aceh

Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana
perikanan di Pangkalan PSDKP Lampulo adalah penegakan hukum terhadap tindak pidana
perikanan di daerah Kota Banda Aceh tidak berjalan dengan efektif dikarenakan lemahnya
koordinasi antara lembaga penegak hukum serta kurangnya pengawasan terhadap setiap tindak
pidana di Kota Banda Aceh. Adapun faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan penegakan
hukum tindak pidana perikanan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia
2. Sarana dan Prasarana, dan
3. Kendala teknis
Meskipun banyak sekali hambatan yang terjadi di lapangan namun bukan berarti membiarkan
hambatan-hambatan yang ada menjadi penghalang bagi penegak hukum untuk memberantas
maraknya tindak pidana perikanan di perairan Kota Banda Aceh.

4.8 Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar Dan Fungsional Dalam Strategi Peningkatan
Produksi Di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) (Ekivalensi Mata Kuliah
Metode Ilmiah)

Pelabuhan Perikanan memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan dan kelautan,
yaitu sebagai pusat atau sentral kegiatan perikanan laut. Pelabuhan Perikanan selain merupakan
penghubung antara nelayan dengan pengguna-pengguna hasil tangkapan, baik pengguna langsung
maupun tak langsung seperti: pedagang, pabrik pengolah, restoran dan lain-lain, juga merupakan
tempat berinteraksinya berbagai kepentingan masyarakat pantai yang bertempat di sekitar Pelabuhan
Perikanan.
Pelabuan Perikanan Samudera (PPS) KutaRaja Lampulo memiliki potensi perikanan tangkap
sebesar 236.235 ton/tahun. Sebagian besar merupakan perikanan tradisional dan sebagian perikanan
industri kecil. Perikanan rakyat sampai sekarang masih bersifat tradisional, sehingga usaha untuk
meratakan pembangunan perlu mengikut setakan masyarakat nelayan sebagai usaha meningkatkan
produksi perikanan (Dinas Kelautan dan Perikanan).Pelabuhan perikan samudera kutaraja berada di
jalur Pantai Utara terletak antara 109o 08’-109o 10’ BT dan 06o 50’-06o 53’ LS.Pelabuhan
perikanan samudera merupakan bagian dari provinsi Aceh yang mempunyai luas wilayah 38,85
km2 dengan panjang pelabuhan 7,5 km.
Tugas pokok dan fungsi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) kutaraja Lampulo. Tugas pokok
PPs kutarajai yakni melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis
penunjang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh di bidang pengelolaan pelabuhan perikanan
pantai serta pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya. Sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya, PPS Kutaraja sebagai pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari usaha penangkapan, pra produksi, pasca produksi, pengolahan sampai
dengan usaha ikutan,Fungsi PPS Kutaraja Menurut UU No. 45 Tahun 2009 fungsi pelabuhan
perikanan Samudera adalah sebagai berikut; pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan ,pelayanan
bongkar muat, pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan , pemasaran dan
distribusi ikan. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; tempat pelaksanaan penyuluhan
dan pengembangan masyarakat nelayan; pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; tempat
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran,tempat
pelaksanaan fungsi karantina ikan,publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan
kapal pengawas kapal perikanan,tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan m. pemantauan
wilayah pesisir dan wisata bahari, dan/atau n. pengendalian lingkungan.
Peningkatan produksi dari sumber daya perikanan pada akhirnya akan bermuara pada
kesejahteraan nelayan perlu adanya peningkatan fasilitas pokok, fungsional dan penunjang, serta
pengembangan faktor-faktor lain yang dapat mendukung peningkatan kinerja pelabuhan seperti
peningkatan kualitas SDM dan pemeliharaan sumberdaya ikan itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas,
maka perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pemanfaatan fasilitas dasar dan fungsional untuk
peningkatan produksi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja lampulo.
Untuk mengetahui optimalisasi pemanfaatan fasilitas yang ada digunakan analisis persentasi
pemanfaatan. Menurut Soedjono (1985), bahwa batasan untuk mengetahui pemanafaatan fisik
sebagai berikut: Tingkat pemanfaatan Jika dari perhitungan didapatkan: Prosentase pemanfaatan >
100%, tingkat pendayagunaan fasilitas melampaui kondisi optimal Prosentase pemanfaatan = 100%,
tingkat pendayagunaan fasilitas mencapai kondisi optinal Prosentase pemanfaatan < 100%, tingkat
pendayagunaan fasilitas belum mencapai optimal. Pada fasilitas yang kapasitasnya tidak tentu, maka
besarnya pemanfaatan dipertimbangkan secara subjektif.
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Fasilitas-fasilitas yang ada di PPS Kutaraja dikelompokkan
menjadi tiga,yaitu: a. Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang ada di PPS Kutaraja antara lain :
1. Lahan pelabuhan adalah areal tanah didarat yang digunakan untuk kepentingan pelabuhan
dan merupakan milik pelabuhan yang bersangkutan. Lahan di PPS Kutaraja mempunyai luas
16,3 Ha.
2. Dermaga adalah struktur yang berfungsi untuk membongkar muatan, memuat perbekalan,
dan berlabuh. Dermaga yang dimiliki PPS Tegalsari terdiri dari dua yaitu dermaga bongkar
seluas 358 m dan dermaga tambat labuh seluas 694 m, dengan daya tampung sekitar 26 unit
kapal yang masuk.
3. Alur pelayaran digunakan untuk alur keluar-masuk kapal-kapal ikan yang akan membongkar
hasil tangkapan di TPI.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kegiatan program magang ini yaitu selama kegiatan magang penulis
dapat memperoleh banyak pengetahuan nyata tentang penerapan ilmu yang diperoleh selama studi,
sehingga dapat dilakukan secara optimal dan optimal selama magang. Selain itu, program MBKM
magang ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dunia kerja yang
sebenarnya serta kondisi lingkungan kerja yang akan dihadapi mahasiswa setelah lulus dari
pendidikan tinggi.
Berdasarkan pengalaman dari kegiatan magang di kantor PSDKP Lampulo penulis dapat
memperoleh pengetahuan baru di dunia kerja, dimana selama penulis mengikuti kegiatan magang di
kantor PSDKP Lampulo dapat memperoleh pengalaman dan wawasan mengenai dunia kerja yang
berhubungan dengan perikanan. Bahkan mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai hal yang dibutuhkan di dalam dunia kerja, dimana dunia kerja ini mahasiswa dituntut
untuk memiliki sikap kedisiplinan, kekreatifitas, bertanggung jawab, ketelitian, serta sikap sosialisasi
dan kesabaran yang tinggi dalam menghadapi dunia pekerjaan setelah lulus kuliah. Selama penulis
mengikuti kegiatan program MBKM ini pengalaman yang didapatkan tidak hanya informasi
mengenai dunia kerja tetapi ilmu pengetahuan baru yang sangat penting untuk diketahui oleh
mahasiswa di jurusan perikanan ini, dimana ilmu pengetahuan baru yang mahasiswa dapatkan
selama mengikuti kegiatan magang di kantor PSDKP Lampulo mahasiswa mendapatkan informasi
mengenai BCL (bulan cinta laut) dimana bulan cinta laut ini berhubungan dengan lingkungan laut
dan berdampak positif terhadap bidang perikanan.

5.2 Saran
Rekomendasi penulis kepada peserta yang juga mengikuti program magang ink until
mempersiapkan diri sebelum masuk dunia Kerja lapangan dimana hal yang harus dipersiapkan yaitu
dalam program magang harus mahasiswa mempersiapkan diri karena di dan soft skill dan hard skill.
Selama magang di Pangkalan PSDKP Lampulo, rekomendasi penulis untuk mahasiswa yang
akan datang magang dimasa selanjutnya yaitu bekali diri dengan keterampilan yang diperoleh dari
di kampus. Berperan aktif dalam setiap kegiatan yang anda lakukan, tanyakan kepada karyawan atau
pekerja apakah mereka mengalami kesulitan atau sesuatu.Terapkan akhlak yang mulia seperti
menjaga kesopanan saat berkomunikasi dengan karyawan di instansi, menyapa setiap bertemu
dengan para pegawai di instansi, lakukan kegiatan di tempat magang lillahita'ala karena Allah untuk
mendapatkan keridhoan Allah SWT dan untuk mendapatkan penghargaan dari instansi, tunjukkan
sikap kedisiplinan, kekreatifitas, bertanggung, ketekunan dalam melakukan kegiatan magang di
instansi terkait (PSDKP Lampulo).

BAB VI
REFLESI DIRI

Adapun refleksi diri dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1. Melatih kedisiplinan, kejujuran dan percaya diri dalam bekerja.
2. Menjalin komunikasi yang baik dengan karyawan kantor magang.
3. Melakukan berbagai kegiatan praktek dan mempelajari mekanisme prosedur di SLO.
4. Menambah pengalaman dan pemahaman terhadap kehidupan kerja nelayan.
5. Melatih mahasiswa industri dalam aspek penangkapan ikan yang bukan bagian dari
pengolahan.
6. Meningkatkan hubungan dengan pegawai di dunia kerja dan memperoleh kesempatan skill
kerja, khususnya dalam kehidupan kerja industri perikanan.
7. Mengembangkan sikap bertanggung jawab selama bekerja.
8. Mampu berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
9. Dapat menciptakan kerjasama tim dalam memecahkan suatu masalah.
10. Meningkatkan jiwa manajemen waktu dan dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Asirin. (2015). Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Ketangguhan Mata
Pencaharian Nelayan: Studi Kasus Nelayan di Desa Eretan Wetan, Kabupaten Indramayu.
Tesis. Perpustakaan Institut Teknologi Bandung.
Apriliani IM, Herawati H, Khan AM, Dewanti LP. 2018. Pengenalan Teknologi Global Positioning
System (GPS) sebagai Alat Bantu Operasi Penangkapan Ikan di Pangandaran.
Dharmakarya.7(3): 213-215.
Adwani (2017). Buku Ajar Hukum Laut Internasional. Banda Aceh: Unsyiah Press.
Adwani, Muazzin, & Tinianus, E. (2017). Hukum Laut Internasional. Banda Aceh: Unsyiah Press.
Affan, J. M. 2015. Komposisi Hasil Tangkapan Melalui Pukat Cincin (Purse Seine) Tahun 2005-
2011 di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Kota Banda Aceh. Jurnal Sains Riset.,
Vol V (1).
Firnanda, R. A. 2019. Komposisi Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Pada Alat Tangkap Purse
Seine di elabuhan Perikanan Samudera Bungus. “Artikel” Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Riau. Pekanbaru.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan
Nomor PER.33/MEN/2016 tentang Unit Pelaksana Teknis (UPT)Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Jakarta: KKP. jidh.kkp.go.id
KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan.2017. Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan
Nomor PER.6/MEN/2017 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta: KKP http//www.com.id
Mustapa. 2017. Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse seine). Tegal: Teknika
Kapal Pengkapan Ikan.
Rahmah, 2010. Analisis efiseinsi dan efektivitas operasi kapal Purse Seine di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Ternate Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 10(1): 8-
21.
Rambun, A. P., Sumarto, Isni, N. 2016. Selektivitas Alat Tangkap Purse Seine di Pangkalan
Pendratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta. Jurnal Perikanan Kelautan. VII(2) : 97 – 102
LAMPIRAN

Gambar 1. Struktur Organisasi Pangkalan PSDKP Lampulo


Dokumentasi

Gambar 1. Pukat cincin pada KM. Fajar Hidayah

Gambar 2. GPS di kapal KM. Fajar Hidayah


Gambar 3. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) segar

Gambar 4. Pengecekan kapal dan pengukuran oleh pengawas PSDKP Lampulo


Gambar 5. konstruksi purse seine

Gambar 6. Wawancara dengan staff bagian pengawasan


Gambar 7. Mengutip sampah dalam kegiatan BCL

Gambar 8. Wawancara dengan salah satu nelayan Kutaraja

Anda mungkin juga menyukai