Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

DI DAERAH SUNGAI CIPAMINGKIS, KEC. JONGGOL,


KAB. BOGOR, JAWA BARAT

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Asep Rohman, S.T, M.T.

Ahmad Fauzi Ismayanto, S.T, M.T.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Betaratna Sania 22132002
2. Maulana Azhari 22132011
3. Noer Achri Fistawal harbi 22132015
4. Rio Setiawan Idat 22132020
5. Samira Mustika Zahra 22132021

POLITEKNIK ENERGI DAN PERTAMBANGAN BANDUNG


TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya, sehingga penulisan laporan praktikum dengan judul Laporan
Praktikum Geologi Struktur di Daerah Sungai Cipamingkis, Kec. Jonggol,
Kab. Bogor, Jawa Barat berhasil diselesaikan.

Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pengampu Mata Kuliah Geologi Struktur atas bimbingan selama proses
pembelajaran Mata Kuliah Geologi Struktur.
2. Rakan-rekan satu kelas Program Studi Teknologi Pertambangan yang telah
bekerja sama selama praktikum Geologi Struktur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna. Meskipun


demikian, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.

Bandung, 16 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Lokasi............................................................................................................1
1.4 Personil dan Peralatan...................................................................................3
1.5 Waktu Pelaksanaan........................................................................................4
BAB II TINJAUAN GEOLOGI..............................................................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................9
3.1 Metode Scanline............................................................................................9
3.2 Metode Tape and Compass Traverse.............................................................9
3.2.1 Kompas Brunton dan Axis......................................................................9
3.2.2 Pita Ukur 50 m......................................................................................10
3.3 Metode Analisis Data..................................................................................10
BAB IV HASIL KEGIATAN.................................................................................11
4.1 Lokasi 1 Sungai Cipamingkis......................................................................11
4.2 Lokasi 2 Sungai Cipamingkis......................................................................16
4.3 Lokasi 3 Sungai Cipamingkis.......................................................................17
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................23
4.1 Lokasi 1 Sungai Cipamingkis......................................................................23
4.2 Lokasi 2 Sungai Cipamingkis......................................................................23
4.3 Lokasi 3 Sungai Cipamingkis......................................................................23
4.4 Lokasi 3 Sungai Cipamingkis......................................................................23
BAB VI PENUTUP...............................................................................................23
5.1 Kesimpulan..................................................................................................23

ii
5.2 Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Kesampaian Daerah dari PEPB ke Cipamingkis, Jonggo, Kab.


Bogor, Jawa Barat (Sumber: Google Maps)............................................................2
Gambar 1. 2 Peta Citra Satelit Sungai Cipamingkis, Bogor, Jawa Barat Beserta 4
Titik Lokasi Praktikum (Sumber: Google Earth Pro)..............................................2

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Sketsa Peta Scanline Lokasi 1 di Sungai Cipamingkis.................25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pendidikan tinggi vokasi, kegiatan praktikum lapangan merupakan
suatu kegiatan yang wajib dilakukan mahasiswa setelah perkuliahan formal di
kampus. Kegiatan praktikum lapangan ini bertujuan untuk menerapkan serta
mengimplementasikan apa yang telah dipelajari dari perkuliahan Geologi Struktur
dengan cara meninterpretasi struktur geologi yang berkembang pada suatu daerah
yang akan diteliti.
Kegiatan ini meliputi mencari informasi tentang kondisi suatu wilayah seperti
geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi sehingga dapat mempelajari kondisi
geologi yang terdapat pada daerah Sungai Cipamingkis, Kecamatan Jonggol,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengobservasi, mengambil data dan menganalisis data dari
kegiatan lapangan serta mengidentifikasi batuan dan struktur geologi yang
berkembang di daerah Cipamingkis.
2. Membuat pembahasan dari hasil praktikum lapangan
3. Mempresentasikan laporan hasil kegiatan

1.3 Lokasi
Titik lokasi praktikum berkolasi di Lapangan Geologi Cipamingkis Jonggol, Jl.
Kp.Dayeuh No. 50, Sukanegara, Kec. Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
16830

1
Gambar 1. 1 Peta Kesampaian Daerah PEPB- Sungai Cipamingkis, Kec. Jonggol , Kab. Bogor, Jawa
Barat (Sumber: Google Maps)

Titik keberangkatan dan titik kumpul awal yang bertepatan di kampus


politeknik energi dan pertambangan Bandung pada pukul 02:00 WIB dan akan
melakukan perjalanan pada pukul 02:30 WIB dengan jarak tempuh 139 km dan
dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam memakai transportasi minibus melewati
jalan tol.

Gambar 1. 2 Peta Citra Satelit Sungai Cipamingkis, Kec. Jonggol, Kab. Bogor, Jawa Barat Beserta 4
Titik Lokasi Praktikum (Sumber: Google Earth Pro)

2
Mahasiswa melakukan praktikum di 4 lokasi yang sudah ditentukan. Lokasi 1,
2, 3, dan 4 dapat dilihat dalam gambar peta di atas.

1.4 Personil dan Peralatan


Adapun personil pada kegiatan praktikum yang dibagi pertim yang
beranggotakan 5 orang dan kelompok 2, sebagai berikut:
1. Betaratna Sania 22132002
2. Maulana Azhari 22132011
3. Noer Achri Fistawal Harbi 221320
4. Rio Setiawan Idat 22132020
5. Samira Mustika Zahra 221320

Pada kegiatan praktikum lapangan ini tentunya memerlukan peralatan untuk


membantu pelaksanaan kegiatan pada saat praktikum, selain peralatan kelompok
diperlukan juga peralatan individu:

A. Peralatan Kelompok

Berikut adalah peralatan kelompok yang kami gunakan


Tabel 1. 1 Peralatan Kelompok

No Nama Fungsi Gambar


1 Peta daerah Peta RBI memiliki fungsi
penelitian(Peta untuk mengetahui informasi
RBI dan Peta mengenai relief muka bumi,
Geologi perairan, vegetasi, dan
bangunan buatan manusia.
Informasi ini berguna untuk
mengenali medan ketika
melakukan navigasi.
Sedangkan peta geologi
berfungsi untuk memberikan
informasi mengenai sebaran
dan susunan batuan serta
struktur geologi
2 Kompas Untuk menentukan arah mata
Geologi angin, azimuth, serta
(Bronton dan mengukur strike/dip suatu
Axis) bidang perlapisan

3
3 Palu Geologi Saat pratikum palu yang
dibawah ada 2 macam,
berdasarkan fungsinya palu
sedimen yang berbentuk pipih
digunakan untuk mengambil
sample batuan sedimen,
sedangkan palu yang runcing
adalah palu batuan beku yang
digunakan untuk mengambil
sample batuan beku

4 GPS( Global Untuk mengetahui titik


Positioning koordinat, memplot lokasi,
Systen) dan merekam jejak

5 Pita Ukur Untuk mengukur jarak lintasan


saat melakukan kegiatan tape
and compass traverse

6 Loupe Untuk melakukan pengamatan


pada setiap[ jenis batuan yang
sudah di ambil sample nya

7 Sample Bag Sebagai tempat sampel batuan


yang sudah diambil.

4
8 Spidol Untuk menandai dan memberi
kode pada plastic sampel yang
sudah melakukan pengambilan
sampel batuan

9 Komprator Untuk mengetahui jenis


batuan berdasarkan tekstur dan
butirnya

10 Papan Kerani Sebagai alas untuk menulis di


lapangan serta sebagai
alat/bidang untuk membantu
pengukuran strike/dip pada
suatu bidang perlapisan

B. Peralatan Individu

Peralatan individu yang digunakan untuk keperluan diri sendiri yaitu:

Tabel 1. 2 Peralatan Individu Praktikum

No Nama Fungsi Gambar


1. Buku Untuk mencatat seluruh data
Lapangan & dilapangan.
Alat Tulis

5
2. Daypack Sebagai tempat penyimpanan
peralatan lapangan.

4. Sepatu boot Pelindung kaki saat berada di


lapangan

5. Topi rimba Pelindung kepala dari panas


matahari

6. Jas hujan Pelindung tubuh saat hujan


(ponco)

6
7. Tumbler Tempat air saat berada di
lapangan

1.5 Waktu Pelaksanaan


Berikut merupakan pembagian waktu selama praktikum di Sungai
Cipamingkis:

Tabel 1. 3 Rundown Kegiatan Praktikum Lapangan di Sungai Cipamingkis

No Waktu Jenis Kegiatan


1 05:30-08:30 WIB Perjalanan menuju Lapangan Geologi
Cipamingkis
2 08:30-09:00 WIB Brifieng
3 09:00-12:00 WIB Kegiatan praktikum lokasi pertama mengamati
dan menghitung strike dan dip singkapan batuan
sedimen dan sesar yang terdapat pada batuan
serta mengidentifikasi batuan
4 12:00-13:00 WIB ISHOMA
5 13-00-15:00 WIB Kegiatan praktikum mengamati struktur yang
terdapat pada batuan serta menghitung strike dan
dip pada bidang sesar yang terdapat pada setiap
station
6 15:00-17:00 WIB Bersih-bersih
7 17:00-20:00 WIB Perjalanan kembali ke Bandung

7
BAB II
TINJAUAN GEOLOGI

Tinjauan geologi mencakup kondisi geologi pada daerah Cipamingkis


yang dapat dianalisis berdasarkan peta gologi regional seperti gambar di bawah
ini.

Gambar 2. 1 Peta Geologi Regional Cipamingkis, Jawa Barat (Sumber:)

Berdasarkan Peta Geologi Regional, daerah Cipamingkis dan sekitarnya


tersusun oleh beberapa formasi batuan, diantaranya:

 Qos = BATUPASIR TUFAAN DAN KONGLEMERAT (0-60)

Batupasir dan Konglemerat berasal dari endapan lahar Qob. Satuan ini
menepati sebagian besar dataran plered dan tanah meja di timurlaut
Purwakarta.

 Qoa = ALUVIUM TUA

8
Konglemerat dan pasir sungai yang bersusunan andesit dan basal.
Batuguling-batuguling dari batugamping terkersikkan, batupasir, kongkresi-
kongkresi silika dan andesit satuan ini membentuk undak pada beberapa
ketinggian, antaar 35 m diatas dasar sungai tertentu (ludwig, 1933).

 Msc = FORMASI SUBANG, BATULEMPUNG (2900 m)

Umumnya batulempung yang mengandung lapisan-lapisan dan nodula


batugamping napalan keras, napal dan lapisan-lapisan batugamping abu-abu tua
setebal 2 atau 3 m. Kadang-kadang mengandung sisipan batupasir glaukonit
hijau.

 Mdm = FORMASI JATILUHUR, Napal, Batupasir Kuarsa

Napal abu-abu tua, batulempung napalan dan serpih lempung dengan sisipan
batu pasir kuarsa, kuarsit dan batugamping napalan.

Dilihat dari peta geologi regional, daerah praktikum kami tepatnya di Sungai
Cipamingkis didominasi oleh formasi batuan Mdm (Formasi Jatiluhur).

Kemudian berdasarkan fisiografinya, provinsi Jawa Barat memiliki


karakteristik geologi yang terdiri dari pedataran alluvial, perbukitan lipatan, dan
gunung api yang terbagi menjadi empat bagian (Bemmelen, 1949 dalam Yakub
Malik, 2010).

9
Gambar 2. 2 P Pembagian Fisiografi Jawa Barat (Bemmelen, 1949 dalam Yakub Malik, 2010)

Daerah Jonggol menempati bagian lereng utara dari jalur perbukitan di Jawa
Barat. Secara fisiografi, daerah ini merupakan bagian dari Zona Bogor dan Zona
Pedataran Pantai Jakarta (Bemmelen, 1949)dalam (Haryanto, Helmi, Aldrin, &
Sudrajat). Sungai Cipamingkis berada dalam Zona Bogor, di mana zona ini
dicirikan oleh topografi perbukitan yang batuannya terdiri atas batuan sedimen
tersier hingga Plistosen, batuan vulkanik Akhir Tersier hingga Kuarter, dan
intrusi batuan beku. Morfologi pedataran di dalam Zona Bogor berkembang
cukup luas. Selain Sungai Cipamingkis, yang juga menjadi hulu sungai utama
adalah Sungai Cileungsi, Sungai Cibeet, dan Sungai Citarum. (Haryanto, Helmi,
Aldrin, & Sudrajat).

Pada daerah ini, terdapat pola struktur yang cukup kompleks, seluruh batuan
sedimen Tersiernya telah terlipatkan dan tersesarkan. Sesuai dengan bentuk
topografinya, sungai utama yang mengalir di dalam blok Jonggol mengalir dari
selatan ke utara yang membentuk pola pengaliran dendritik, sejajar, rektangular,
dan radier. Sungai Cipamingkis memiliki pola pengaliran sejajar yang mengalir
dari ke arah utara hingga timur laut. Berdasarkan pengamatan inderaja, Sungai
Cipamingkis alirannya 13 dikontrol oleh struktur sesar berarah timur laut hingga
barat daya. Hal tersebut didukung oleh adanya jejak persesaran yang ditemukan
di lapangan. Di antaranya slicken side, of

10
fset, dan lipatan. (Haryanto, Helmi, Aldrin, & Sudrajat).

Di samping ditemukan sesar mendatar lokal, juga ditemukan jalur sesar


mendatar regional yang ditemukan di daerah Jonggol. Hal ini terindikasi oleh
adanya kelurusan Sungai Cipamingkis dan Sungai Cihea. Serta, dijumpainya
perubahan pola jurus pada lapisan batuan Formasi Jatiluhur. Jurus perlapisan
batuan Formasi Jatiluhur umumnya berarah barat hingga ke timur. Namun, di
daerah Jonggol, yaitu di sebagian Sungai Cipamingkis dan Sungai Cihoe
berubah menjadi utara ke selatan hingga timur laut ke barat daya. (Haryanto,
Helmi, Aldrin, & Sudrajat).

Gambar 2. 3 Pola Aliran Sungai dan Intepretasi Sesar di dalam Blok Jonggol (Haryanto, Helmi,
Aldrin, & Sudrajat)

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Metode Scanline


Adapun metode yang digunakan dalam praktikum adalah dengan
menggunakan metode scanline. Metode scanline ini bertujuan untuk
menemukan arah tegasan dominan dari kekar suatu batuan. Data-data yang
diperlukan dalam metode scanline ini yaitu arah dari tiap kekar yang ada.
Apabila arah dari tiap kekar telah ditemukan, kemudian diplot sesuai dengan
arah scanline nya, lalu nilai dari tiap kekar dimasukkan kedalam tabulasi data
dan diplot ke dalam diagram rose.

3.2 Metode Tape and Compass Traverse


Metode ini menghasilkan data from to antar singkapan maupun data m-ke dari
setiap kekar, data azimuth serta strike dip pada bidang kontak perlapisan litologi
dan bidang kekar. Data tersebut digunakan untuk membuat peta lintasan. Metode
ini menggunakan beberapa alat yaitu:

3.2.1 Kompas Brunton dan Axis


Kompas Brunton digunakan untuk menentukan azimuth pada suatu lintasan
dengan cara mengambil posisi titik yang hendak dituju dari lokasi kita berdiri.
Adapun cara dalam pengukuran azimuth dengan kompas geologi untuk
menentukan arah sebagai berikut:
1. Buka kompas kemudian arahkan ke titik tujuan, dengan posisi kompas di
dada
2. Arahkan kompas hingga objek sasaran sampai pada titik yang terlihat pada
tutup kompas. Usahakan agar objek sejajar atau berhimpit dengan ujung
petunjuk serta garis hitam cermin
3. Levelkan nivo hingga benar-benar ketengah
4. Tahan penahan jarum kompas dan catat data yang dihasilkan.

Kompas Axis digunakan dalam pengukuran strike dan dip dengan cara pemakaian
sebagai berikut:

12
1. Posisikan penutup kompas dikontak bidang perlapisan litologi
2. Levelkan bulls eye hingga benar-bener ketengah
3. Tekan penahan jarum kompas dan untuk memastikan benar-benar sesuai
4. Lalu catat hasil yang didapatkan sebagai data strike
5. Lihat sudut yang dibentuk tutup kompas dengan kompas sebagai data dip,
bisa dilihat dari kiri/kanan kompas
6. Lalu catat hasil yang didapatkan sebagai data dip.

3.2.2 Pita Ukur 50 m


Pada dilokasi pilih satu titik pada peta sebagai patokan, kemudian titik tersebut
menjadi titik awal dalam melakukan kegiatan menuju titik akhir sejauh 50 M.
Data yang dicatat diantaranya merupakan titik dilakukannya pengukuran strike
and dip,

3.3 Metode Analisis Data


Analisis struktur geologi terhadap daerah penelitian dilakukan melalui tiga
tahap penelitian. Tahap pertama merupakan pendekatan tidak langsung, yaitu
dengan cara menginterpretasikan gejala struktur di lapangan dengan menarik
kelurusan pada peta topografi dan citra satelit. Tahap kedua adalah melakukan
pengamatan secara langsung di lapangan dan pengambilan data lapangan berupa
kedudukan lapisan, bidang sesar, kekar gerus (shear fracture), slickensides dan
breksiasi. Tahap yang ketiga adalah melakukan analisis lanjut terhadap data-data
lapangan yang ada untuk mengetahui mekanisme struktur yang terjadi di daerah
penelitian. Hasil pengolahan tersebut berupa diagram roset, arah dan penunjaman
sumbu lipatan serta bidang lipatan, arah tegasan utama, dan kinematika
pergerakan sesar (Sapiie, 2009).

Dalam diagram ini data-data yang akan digunakan terdiri dari satu unsur
pengukuran, misalkan data dari kekar vertikal, arah liniasi struktur sedimen dan
frakmen breksi sesar dan arah kelurusan:

Adapun jenis dari diagram tersebut:

 Diagram kipas

13
Diagram kipas ini bertujuan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur-
unsur struktur yang datanya hanya satu unsur pengukuran.

 Diagram Roset

Diagram ini bertujuan untu mengetahui arah-arah kelurusan umum dari data
dengan satu parameter atau disebut trend.

 Histogram

Histogram ini bertujuan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur-unsur
suatu struktur (Noor, 2009).

14
BAB IV
HASIL KEGIATAN

Kegiatan pengamatan di Sungai Cipamingki dilakukan dengan membagi


lokasi menjadi 4. Lokasi 1 berada di pinggir sungai Cipamingkis, dengan suasana
ramai pengunjung dan cuaca cerah. Kemudian untuk lokasi 2, 3, dan 4 maju
menuju arah Barat Laut menyusuri Sungai Cipamingkis. Berikut adalah hasil
kegiatan yang sudah dibagi ke dalam 4 lokasi.

4.1 Lokasi 1 Sungai Cipamingkis


Pada lokasi 1 Sungai Cipamingkis, dilakukan scanline dengan satu lintasan
yang membentang ke arah Utara sejauh 50 m.

Gambar 4. 1 Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

Pada lokasi pertama, kegitan dimulai dengan plotting koordinat lokasi


pada peta, kemudian menentukan titik koordinat rill lokasi menggunakan GPS dan
menentukan azimuth menggunakan kompas.

15
Setelah itu, kami melakukan scanline dan tape and compass traverse dengan
cara mengukur stike and dip pada setiap bidang kontak perlapisan, bidang kekar,
mendata serta mendeskripsi litologi yang terdapat pada pada lintasan 50 m
tersebut.

Dari pengukuran tersebut didapat data strike and dip dari bidang kontak
perlapisan dengan dominasi litologi Batulanau, batupasir, dan batulempung.
Kemudian, didapat data strike and dip bidang kekar.

Tabel 4. 1 Data Bidang Kontak Perlapisan Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

From Meter ke Strike and


(m) To (m) Azimuth(◦) Litologi (m) Dip
0 0.8 326 Batulanau 0.8 N 51°E/16
0.8 0.98 326 Batulanau 0.9 N 45°E/8
0.98 1.2 326 Batulanau 1.1 N 62°E/8
1.2 2.1 326 - - -
2.1 2.4 326 Batulanau 2.12 N 44°E/10
2.4 4.8 326 - - -
4.8 4.9 326 Batulanau 4.85 N 75°E/50
4.9 5.15 326 Batupasir 5 N 80°E/49
5.15 6 326 - - -
6 6.4 326 Batupasir 6.1 N 56°E/41
6.4 6.81 326 - - -
6.81 7.24 326 Batupasir - -
7.24 7.6 326 Batulempung 7.3 N 46°E/8
7.6 8.57 326 Batupasir - -
8.57 8.9 326 Batulempung 8.6 N 42°E/11
8.9 12.8 326 Batupasir - -
12.8 13.87 326 Batulempung 12.9 N 60°E/2
13.87 16.43 326 - - -
16.43 25.9 326 Batupasir - -
25.9 27.2 326 - - -
27.2 36.6 326 Batulempung 34.2 N 66°E/20
36.6 38.8 326 Batulempung - -
38.8 40.4 326 Batulempung 39.2 N 46°E/12
40.4 41.85 326 Batulempung 40.8 N 44°E/12
41.85 43.2 326 Batulempung 42.1 N 43°E/12
43.2 47.4 326 Batulempung 44.3 N 44°E/12
47.4 50 326 Batulempung - -

Tabel 4. 2 Data Kekar Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

16
Meter ke Major/Minor
Litologi Strike and Dip
(m) Joint
7.48 Batulempung N 251°E/85 Minor
7.7 Batupasir N 251°E/85 Minor
7.81 Batupasir N 251°E/85 Minor
7.9 Batupasir N 260°E/86 Minor
10.4 Batupasir N 253°E/72 Minor
10.82 Batupasir N 254°E/78 Major
11.5 Batupasir N 246°E/82 Minor
11.6 Batupasir N 246°E/82 Minor
11.73 Batupasir N 240°E/88 Minor
11.85 Batupasir N 244°E/70 Major
13.33 Batulempung N 235°E/72 Minor
13.7 Batulempung N 230°E/87 Minor
16.45 Batupasir N 247°E/63 Minor
16.53 Batupasir N 5°E/86 Minor
17.66 Batupasir N 197°E/27 Minor
19.3 Batupasir N 138°E/80 Major
20.33 Batupasir N 64°E/80 Major
22.9 Batupasir N 187°E/35 Minor
29.2 Batulempung N 50°E/80 Minor
29.4 Batulempung N 50°E/80 Minor
30.3 Batulempung N 50°E/80 Minor
31.7 Batulempung N 50°E/80 Minor
45.12 Batulempung N 244°E/90 Major
45.42 Batulempung N 244°E/90 Major
45.6 Batulempung N 244°E/90 Major
45.82 Batulempung N 244°E/90 Major
46.73 Batulempung N 82°E/80 Major
46.93 Batulempung N 82°E/80 Major
47.06 Batulempung N 82°E/80 Major
49.15 Batulempung N 233°E/72 Minor
49.4 Batulempung N 233°E/72 Minor
49.58 Batulempung N 302°E/74 Minor
49.7 Batulempung N 233°E/72 Minor

Untuk lebih jelasnya, hasil scanline pada lintasan sepanjang 50 m di lokasi


1 dapat digambarkan dengan sketsa peta scanline (Lampiran A) dan peta scanline
(Lampiran B)

Pada lokasi 1 ini didominasi oleh kekar extention, karena dicirikan oleh:

 Bidang kekar tidak rata.


 Selalu terbuka.

17
 Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-
kota

Gambar 4. 2 Tectonic Joint Lokasi 1 di Sungai Cipamingkis (m ke 9-10 m)

Selanjutnya, ditemukan juga kekar sheer beserta conjugate nya pada lintasan 50 m
ini.

Gambar 4. 3 Sheer Join Lokasi 1 di sungai Cipamingkis (m ke 21.8m)

18
Kemudian, di lokasi 1 ini juga terdapat singkapan dengan struktur geologi
primer, tepatnya struktur sedimen berupa paralel laminasi pada litologi batupasir.

Gambar 4. 4 Posisi Struktur Sedimen Paralel Laminasi Lokasi 1 di Sungai Cipamingkis

Gambar 4. 5 Struktur Sedimen Paralel Laminasi Lokasi 1 di Sungai Cipamingkis (m ke 38 m)

Struktur sedimen paralel laminasi dapat dilihat jelas pada section B.


Sedangkan section A merupakan bidang perlapisan litologi batupasir.

19
4.2 Lokasi 2 Sungai Cipamingkis
Kegiatan dilanjutkan dengan berjalan menuju ke hulu sungai yang menjadi
lokasi 2. Lalu terdapat singkapan batuan yang sudah terdeformasi sehingga arah
dari kedua strike berbeda namun berada pada lokasi yang sama. Pada lokasi ini
kami mengukur strike and dip pada setiap kedua bidang tersebut.

Tabel 4. 3 Hasil Pengamatan Lokasi 2, Singkapan 1 di Sungai Cipamingkis

Pengamatan Mengukur strike and dip pada bidang perlapisan


Koordinat 107.034694° N, -6.538056° E
Waktu Sabtu, 20-05-23, 13:09 WIB
Litologi:
Batupasir dan
Batulempung

Gambar 4. 6 Singkapan 1 dengan 2 Arah Strike yang Ekstrem di Lokasi 2 Sungai


Cipamingkis

Point 1 :
N 267° E/12
Point 2:
N 43° E/38

Gambar 4. 7 Sketsa Singkapan Lokasi 2 Sungai Cipamingkis

20
4.3 Lokasi 3 Sungai Cipamingkis
Menuju ke hulu lagi tepat pada lokasi 3 kami melakukan pengukuran pada
setiap bidang yang dimana terdapat singapan-singkapan batuan yang terdeformasi.

Singkapan 1, terdapat singkapan batuan yang sudah terdeformasi dengan


kedua bidang singkapan yang memiliki arah strike yang berbeda karena terjadi
patahan. Singkapan tersebut juga merupakan jenis kekar sheer.

Tabel 4. 4 Hasil Pengamatan Lokasi 3, Singkapan 1 di Sungai Cipamingkis

Pengamatan Mengukur Strike and Dip


Koordinat 107.034528° N, -6.540833° E
Waktu Sabtu, 20-05-2023, 13:17 WIB
Litologi:
Batupasir

Gambar 4. 8 Singkapan 1 dengan litologi batupasir, Lokasi 3 di Sungai Cipamingkis

Point 1:
N 8° E/36
Point 2
: N 40° E/38

Gambar 4. 9 Sketsa Singkapan 1 Lokasi 2 di Sungai Cipamingkis

21
Kemudian pada singkapan 2 batuan mengalami struktur geologi lazy s akibat
deformasi. Pada singkapan ini kami mengukur strike and dip pada beberapa
bidang pada perlapisan yang terlihat perubahan arah strikenya secara jelas.

Tabel 4. 5 Hasil Pengamatan Lokasi 3, Singkapan 2 di Sungai Cipamingkis

Pengamatan Mengukur Strike and Dip


Koordinat 107.034528° N, -6.540833° E
Waktu Sabtu, 20-05,2023, 13:33 WIB
Litologi:
Batupasir

Gambar 4. 10 Singkapan 2 dengan Struktur Lazy S, Lokasi 3 di Sungai


Cipamingkis

Point 1:
N 121° E/22
Point 2:
N 217° E/26
Point 3:
N 29° E/220
Point 4:
N 331° E/24

Gambar 4. 11 Sketsa Singkapan 2, Lokasi 3 di Sungai Cipamingkis

22
Pada singkapan 3, ditemukan Kembali struktur lazy s seperti pada singkapan
sebelumnya.

Tabel 4. 6 Hasil Pengamatan Lokasi 3, Singkapan 3 di Sungai Cipamingkis

Pengamatan Mengukur Strike and Dip


Koordinat 107.034528° N, -6.540833° E
Waktu Sabtu, 20-05,2023, 13:32 WIB
Litologi:
Batupasir

Gambar 4. 12 Singkapan 3 dengan Struktur Lazy S, Lokasi 3 di Sungai


Cipamingkis

Point 1: N
324° E/64
Point 2: N
184° E/11
Point 3: N
295° E/46
Point 4: N
341° E/66

Gambar 4. 13 Sketsa Singkapan 2, Lokasi 3 di Sungai Cipamingkis

23
Singkapan 4 juga ditemukan struktur lazy s dengan perbedaan arah strike yang
tidak terlalu jauh seperti pada singkapan 2 dan 3 sebelumnya.

Tabel 4. 7 Hasil Pengamatan Lokasi 3, Singkapan 4 di Sungai Cipamingkis

Pengamata Mengukur Strike and Dip


n
Koordinat 107.034528° N, -6.540833° E
Waktu Sabtu, 20-05,2023, 13:42 WIB
Litologi:
Batupasir

Gambar 4. 14 Singkapan 4 dengan Struktur Lazy S, Lokasi 3 di Sungai Cipamingkis

Point 1:
N 156° E
/32
Point 2:
N 211° E
/38
Point 3:
N 158° E/8

Gambar 4. 15 Sketsa Singkapan 4, Lokasi 3 di Sungai Cipamingkis

Tabel 4. 8 Hasil Pengamatan Lokasi 3, Singkapan 5 di Sungai Cipamingkis

24
Pengamatan Mengukur Strike and Dip
Koordinat
Waktu Sabtu, 20-05,2023
Litologi:
Batupasir

Gambar 4. 16 Singkapan 5 dengan Struktur Lazy S, Lokasi 3 di Sungai


Cipamingkis

Point 1:
N 31° E/20
Point 2:
N 5° E/12
Point 3:
N 350° E/34

Gambar 4. 17 Sketsa Singkapan 5, Lokasi 3 di Sungai Cipamingkis

25
4.4 Lokasi 4 Sungai Cipamingkis
Pada lokasi 4 kegiatan yang pertama dilakukan yaitu menentukan titik
koordinat melalui GPS. Pada lokasi ini ditemukan singkapan yaitu batuan yang
memiliki vein atau urat yang diisi oleh kuarsa. Kegiatan berikutnya adalah
mengukur strike and dip pada bidang vein tersebut.

Gambar 4. 18 Vein kwarsa Lokasi 4 di Sungai Cipamingkis

Dari singkapan urat kuarsa tersebut, diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4. 5 Data Bidang Urat Kwarsa Lokasi 4 di Sungai Cipamingkis

Titik koordinat: 107.034278° N -6.569389° E


Strike(◦) Dip(◦) Jenis Data
346 68 Data Bidang Vein
27 34 Data Bidang Vein
208 38 Data Bidang Vein
328 50 Data Bidang Vein

26
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Kolom Stratigrafi Lokasi 1 Sungai Cipamingkis


Kolom startigrafi dihasilkan dari peta lintasan yang sudah dibuat, yang
kemudian dibuat penampang. Berikut adalah kolom stratigrafi lokasi 1 di Sungai
Cipamingkis.
Dilihat dari hasil kolom stratigrafi, liitologi yang dominan pada lokasi 1 di
Sungai Cipamingkis adalah batulanau, batupasir dan batulempung.
5.2 Analisis Data dengan Metode Stereonet dan Diagram Rose
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis dan mengolah
data bidang kekar adalah dengan menggunakan Metode Stereonet dan Diagram
Roset. Stereonet digunakan untuk mengetahui dimana sigma 1, 2, dan 3 dari
akumulasi data kekar, sehingga akan menentukan jenis sesar apa yang dominan
pada lokasi tersebut. Sedangkan, Diagram Roset digunakan untuk mengetahui
kecenderungan arah sesar yang mungkin terjadi pada lokasi tersebut.
5.2.1 Lokasi 1 Sungai Cipamingkis
Berikut adalah stereonet yang dihasilkan. Kami menggunakan software
dips untuk mempermudah dan mempercepat proses pengolshsn data.

Gambar 5. 1 Stereonet Plot Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

Data kekar di atas mengindikasikan adanya sesar mendatar, plunge


tumpuan terbesar terdapat di Sigma 2.

27
Gambar 5. 2 Rosette Plot Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

Berdasarkan Rose Diagram di atas mengindikasi bahwa arah sesar


cenderung Barat Daya-Timur Laut.

Gambar 5. 3 Counter Plot Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

28
Gambar 5. 4 Pole Plot Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

Gambar 5. 5 Scatter Plot Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

29
Selain stereonet dan diagram rose, dihasilkan juga data histogram. Data-
data tersebut diantaranya data strike, dip, trend, dan plunge.

Gambar 5. 6 Data Histogram Lokasi 1 Sungai Cipamingkis

30
5.2.2 Lokasi 4 Sungai Cipamingkis
Data yang digunakan adalah data bidang urat kuarsa. Berikut adalah
stereonet dan diagram rose yang dihasilkan.

Gambar 5. 7 Stereonet Lokasi 4 Sungai Cipamingkis

Data kekar mengindikasikan adanya sesar naik, plunge tumpuan terbesar


terdapat di Sigma 3

Gambar 5. 8 Rosette Plot Lokasi 4 Sungai Cipamingkis

31
Gambar 5. 9 Contour Plot Lokasi 4 Sungai Cipamingkis

Gambar 5. 10 Pole Plot Lokasi 4 Sungai Cipamingkis

Gambar 5. 11 Scatter Plot Lokasi 4 Sungai Cipaming

32
Selanjutnya ada data histogram yang dihasilkan dari data bidang urat
kuarsa lokasi 4 di Sungai Cipamingkis.

Gambar 5. 12 Data Histogram Lokasi 4 Sungai Cipamingkis

33
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di Sungai Cipamingkis, Kecamatan Jonggol
dapat disimpulkan bahwa struktur yang terdapat pada lokasi satu diindikasikan
adanya sesar mendatar yang dimana plunge tumpuan terbesarnya terdapat di
sigma 2, dan berdasarkan Rose Diagram mengindikasikan bahwa arah sesar yang
cenderung Barat Daya-Timur Laut. Selain itu ditemukan juga struktur yang lain
yaitu struktur sedimen Pararel Laminasi, dan pola jurus yang terdapat pada lokasi
1 tidak menunjukkan adanya perubahan pola jurus yang signifikan yang
menjadikan area itu tidak adanya struktur lipatan.

Pada lokasi ketiga didapatkan struktur-struktur yang membuktikan bahwa batuan


dilokasi itu sudah terdeformasi yang diamana terdapat struktur lazy s pada
beberapa singkapan.

Pada lokasi keempat berdasarkan hasil stereonet dan Diagram Roset


mengindikasi adanya sesar naik yang dimana plunge tumpuan terbesarnya
terdapat disigma 3, pada lokasi ini vein yang terdapat pada batuan disebabkan
pergerakkan secara extentional yang menjadikan struktur pada batuan itu
kompleks.

5.2 Saran

34
DAFTAR PUSTAKA

Iyan Haryanto, Faisal Helmi, Aldrin dan Adjat Sudradjat. 2018. Struktur
Geologi Daerah Jonggol Dan Jatiluhur Jawa Barat. Fakultas Teknik Geologi,
Universitas Padjadjaran. Seminar Nasional FTG Universitas Padjadjaran

35
LAMPIRAN

36
LAMPIRAN A
Sketsa Peta Lintasan Lokasi 1 di Sungai Cipamingkis

Berikut merupakan sketsa lintasan pada lokasi 1 yang dimana panjang lintasan 50
m, dengan dilengkapi lithologi dan pengukura yang dilakukan disetiap beberapa
meter.
Pada sketsa pertama, merupakan sketsa lintasan pada lokasi 1 yang diambil dari
0-10 meter, pada lintasan ini kami mengukur beberapa strike and dip pada bidang
perlapisan dan mendeskripsi lithologi yang terdapat sepanjang lintasan 10 m,
selain itu kami mengukur kekar yang terdapat pada meter ke 7,4 dan 7,7. Batuan

Gambar A 1 Sketsa peta lintasan, lokasi 1 Sungai Cipamingkis meter ke 0-10 m

37
Dilanjut dengan sketsa kedua, yang diambil dari meter ke 10 hingga 20 m
dengan pengukuran yang sama namun memiliki data strike and dip pada kekar
yang lebih banyak dari sebelumnya, data kekar yang diambil merupkan kekar dan
conjugate.

Gambar A 2 Sketsa peta lintasan, lokasi 1 Sungai Cipamingkis meter ke 10-20 m

38
Lintasan berikutnya dimulai dari meter ke 20 hingga 40 m, pengukuran yang
dilakukan yaitu berupa pengukuran strike and dip pada bidang bidang perlapisan
dan kekar.

Gambar A 3 Sketsa peta lintasan, lokasi 1 Sungai Cipamingkis meter ke 20-40 m

39
Pada lintasan terakhir meruapakan lintasan yang dimulai dari meter ke 40
hingga 50 m, lithologi yang terdapat pada lintasan ini juga dicatat dan seperti
pengukuran yang dilakukan pada sepanjang lintasan pengukuran yang dilakukan
mengukur strike and dip pada bidang perlapisan maupun kekar yang sudah diberi
tanda pada setiap permeter.

Gambar A 4 Sketsa peta lintasan, lokasi 1 Sungai Cipamingkis meter ke 40-50 m

40
Berikut merupakan simbol-simpol yang terdapat pada sketsa lintasan sepanjang
50 meter.

Gambar A 5 Simbol sketsa peta lintasan lokasi 1

41
LAMPIRAN B
Peta Lintasan Lokasi 1 di Sungai Cipamingkis

42

Anda mungkin juga menyukai