Anda di halaman 1dari 38

1

A. JUDUL

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KECAMATAN

SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

B. Latar Belakang

Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 arahan fungsi pemanfaatan

lahan diartikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perlunya

penataan ruang tersebut agar dapat memelihara keseimbangan

lingkungan yang dapat memberikan dukungan yang nyaman terhadap

manusia serta makhluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan dan

kelangsungan hidupnya secara optimal. Setiap wilayah perlu mempunyai

pedoman dalam pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW). Fungsi RTRW adalah sebagai acuan dalam

pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah, hal tersebut sesuai

dengan pendapat Chapin (dalam Fujiastuti dan Bitta, 2010:96) bahwa

“rencana pemanfaatan ruang suatu wilayah digunakan untuk menentukan

penggunaan lahan yang sesuai untuk ruang terbangun dan ditujukan

penggunaannya untuk kepentingan bersama”.

Tantangan terbesar dalam penyelenggaraan arahan fungsi

pemanfaatan lahan yaitu terjadinya penyimpangan pemanfaatan lahan

dari ketentuan dan norma yang seharusnya ditetapkan. Perubahan

kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam


2

pengendalian pembangunan adalah penyebab dari penyimpangan

pemanfaatan lahan, sudah seharusnya seorang geograf peka terhadap

permasalahan fenomena alam yang berupa penyimpangan pemanfaatan

lahan yang tentunya masalah tersebut dapat menimbulkan kerugian yang

berupa berkurangnya daya dukung lahan yang dapat memicu bencana

alam, salah satunya yaitu bencana banjir. Solusi untuk mengatasi

berkurangnya daya dukung lahan yaitu dengan melakukan penelitian

untuk mengetahui arahan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan

peruntukannya berdasarkan identifikasi penyimpangan penggunaan lahan

yang terjadi saat ini, dimana hasil penelitian tersebut diharapkan dapat

menambah pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan lahan sesuai

dengan peruntukannya dan pertimbangan bagi pemerintah dalam

melakukan pembangunan.

Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan keruangan. Lutfi Muta’ali (2014:10) menyatakan “analisis

keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi yang

membedakannya dengan pendekatan ilmu lain, yang di dalamnya

ditekankan bahwa ruang di permukaan bumi mempunyai

keanekaragaman, ciri dan karakter, sehingga potensi dan masalahnya

berbeda”. Pendekatan keruangan dengan memahami gejala tertentu agar

mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang

yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap

analisis. Hadi Sabari Yunus (2014:47) menyatakan “analisis pola


3

keruangan adalah kompleksitas gejala yang ada dipermukaan bumi yang

diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu ditinjau dari proses

terbentuknya dan ditinjau dari ekspresi keruangannya”. Ditinjau dari

proses terbentuknya, gejala yang ada dapat dibedakan menjadi gejala

alami, gejala buatan manusia dan gejala yang terbentuk karena gabungan

proses alami maupun proses kegiatan manusia. Ditinjau dari segi ekspresi

keruangannya, gejala dapat dibedakan menjadi gejala fisik dan gejala non

fisik.

Kecamatan Sejangkung adalah sebuah Kecamatan yang ada di

Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan Sejangkung

memiliki 12 desa dan dibelah oleh sungai Sejangkung. Kecamatan

Sejangkung memiliki kawasan hutan lindung yang hanya ada di gunung

senujuh desa Perigi Limus. Dinas Kehutanan Kabupaten Sambas

mencatat pada tahun 2007, luas hutan lindung di gunung senujuh seluas

565,00 Ha yang mengalami kerusakan seluas 339,00 Ha. Kerusakan ini

mengakibatkan fungsi hutan lindung yang ada di gunung Senujuh

berkurang. Hutan lindung berfungsi sebagai pencegah banjir,

mengendalikan erosi dan memelihara kesuburan tanah. Kerusakan ini

disebabkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar gunung Senujuh

memanfaatkan pohon yang ada di hutan lindung untuk keperluan dan

kebutuhan mereka. Selain itu pemanfaatan lahan yang tidak sesuai

peruntukannya di tunjukan dengan banyaknya masyarakat yang

membangun rumah di tepi sungai Sejangkung, dan keberadaan pasar


4

ditepi sungai sejangkung. Pembangunan ini mengakibatkan menurunnya

kualitas lingkungan hidup dan menurunnya daya dukung lahan. Masalah

tersebut mengakibatkan Kecamatan Sejangkung menjadi rawan dilanda

banjir setiap tahunnya.

Tabel 1 : Data Kejadian Banjir di Kecamatan Sejangkung

Korban
Tahun
Kepala Keluarga Jiwa
2011 199 630
2012 1404 5072
2013 160 852
2014 329 1316
2015 1714 8562
2016 2067 10335
Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Sambas

Berdasarkan data Terjadinya Bencana Banjir yang di peroleh dari

dinas Sosial Kabupaten Sambas menunjukan bahwa setiap tahunya selalu

terjadi banjir di Kecamatan Sejangkung. Banjir di Kecamatan

Sejangkung merupakan salah satu fenomena alam yang disebabkan oleh

pemanfaatan lahan yang tidak sesuai peruntukannya yang mengakibatkan

tidak seimbangnya ekosistem. Penelitian ini penting dilakukan untuk

meningkatkan kualitas lingkungan hidup agar mempengaruhi daya

dukung lahan semakin membaik dan keseimbangan ekosistem semakin

terjaga.

Melihat kondisi Kecamatan Sejangkung yang selalu di landa

banjir akibat banyaknya masalah penyimpangan penggunaan lahan, maka

perlunya Pemanfaatan lahan yang benar wajib diketahui dan diterapkan


5

dalam pembangunan suatu wilayah agar tidak terjadi penyimpangan dan

penyalahgunaan pemanfaatan fungsi lahan. Berdasarkan latar belakang di

atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Arahan

Fungsi Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Sejangkung Kabupaten

Sambas “

C. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang terjadi di Kecamatan Sejangkung adalah

penyimpangan penggunaan lahan yang mengakibatkan banjir di

Kecamatan Sejangkung yang terjadi setiap tahunnya. Banjir yang

terjadi di akibatkan oleh penyimpangan penggunaan lahan yang terjadi

di Kecamatan Sejangkung, maka dari itu pembuatan arahan fungsi

pemanfaatan lahan sangat di perlukan agar banjir yang terjadi dapat di

minimalisir dan pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

dapat penulis susun ialah :

1. Bagaimana bentuk dan luas penggunaan lahan yang terjadi saat ini

atau eksisting di Kecamatan Sejangkung ?

2. Bagaimana bentuk dan luas penggunaan lahan pada pola ruang

rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Sejangkung ?

3. Bagaimana penyimpangan penggunaan lahan saat ini terhadap

rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Sejangkung ?


6

4. Bagaimana arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan

Sejangkung ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengkaji bentuk dan luas Penggunaan lahan yang terjadi saat ini

atau eksisting di Kecamatan Sejangkung

2. Mengkaji bentuk dan luas penggunaan lahan pada pola ruang

rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Sejangkung.

3. Menganalisis penyimpangan penggunaan lahan saat ini terhadap

rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Sejangkung.

4. Menganalisis arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan

Sejangkung.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan

sumbangsih terhadap perkembangan ilmu geografi, baik kalangan

umum maupun jurusan geografi ialah untuk memberikan :

a. Memberikan pengetahuan tentang kondisi penggunaan lahan

yang teradi saat ini di Kecamatan Sejangkung.

b. Memberikan rencana tata ruang wilayah di Kecamatan

Seangkung.
7

c. Memberikan pengetahuan tentang kondisi penyimpangan

penggunaan lahan di Kecamatan Sejangkung.

d. Memberikan pengetahuan bagaimana arahan fungsi

pemanfaatan lahan di Kecamatan Sejangkung.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi kepada

pemerintah daerah dan pihak yang berkompeten dalam

pembangunan tata ruang di Kecamatan Sejangkung dalam hal :

a. Mengatasi atau meminimalisir banjir yang terjadi setiap

tahunnya.

b. Mengevaluasi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan

arahan fungsi pemanfaatan lahan yang benar.

c. Dapat melakukan pembangunan berkelanjutan dengan

pemanfaatan lahan yang sesuai dengan peruntukannya di

Kecamatan Sejangkung.

3. Manfaat terhadap pendidikan dan pengajaran geografi di SMA

a. Menjadi contoh nyata untuk materi dalam kompetensi dasar 3.2,

yaitu memahami dasar pemetaan, penginderaan jauh dan sistem

informasi geografis.

b. Memberikan pengetahuan baru bagi siswa tentang pemanfaatan

lahan yang sesuai dalam materi pemetaan, penginderaan jauh

dan sistem informasi geografis


8

F. KAJIAN PUSTAKA

1. Deskripsi Teori

a. Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (lanscape)

yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,

topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang

semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan

lahan (Sitorus, dalam Muta’ali 2014:118)

Ritohardoyo (2014:15) menyatakan, “Lahan merupakan

komponen fisik, yang terdiri dari iklim, topografi, tanah, hidrologi,

dan vegetasi diatasnya dimana komponen tersebut mempengaruhi

potensi penggunaannya”.

Lahan secara geografis sebagai suatu wilayah tertentu di

atas permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun

biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah

(Vink, dalam Ritohardoyo 2015:15).

Food agricultural organization dalam Fitrianti (2013:1)

menyatakan “lahan ialah bagian dari bentang lahan (lanscape) yang

mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,

topografi/relief, hidrologi atau bahkan keadaan vegetasi alami yang

semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaan/pemanfaatan lahan”.
9

Menurut para ahli diatas maka dapat di simpulkan lahan

merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi

manusia, mengingat kebutuhan masyarakat baik untuk

melangsungkan hidupnya maupun kegiatan kehidupan sosio-

ekonomi dan sosio-budayanya. Lahan termasuk jenis sumber daya

mengingat eksistensinya sebagai benda atau keadaan yang dapat

berharga atau bernilai jika produksi, proses maupun

penggunaannya dapat dipahami. Oleh karenanya, dari aspek

kelingkungan penggunaan lahan memerlukan perhatian sepenuhnya

agar terkendali kelestariannya.

b. Penggunaan Lahan

Pengertian yang luas digunakan tentang penggunaan lahan

ialah suatu daerah permukaan daratan bumi yang ciri-cirinya

mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersiafat cukup mantap

maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur dari biosfer,

atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, dan populasi tumbuhan dan

hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa

kini, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh

atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa

mendatang (FAO dalam Trigus Eko, 2012:32).

Penggunaan lahan (landuse) merupakan setiap bentuk

campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan, baik yang

bersifat menetap (permanen) atau merupakan daur (cyclic), yang


10

bertujuan untuk memnuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun

kejiwaan atau kedua-duanya (Vink dalam Sitorus, 2016:13).

Penggunaan lahan merupakan akibat nyata dari suatu proses

yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan,

serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas

lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat

hidup mereka (Lutfi Muta’ali, 2014:118).

Penggunaan lahan menggambarkan fungsi atau tujuan dari

lahan tersebut digunakan oleh manusia dan dapat dijelaskan

sebagai aktifitas manusia yang secara langsung berkaitan dengan

lahan, penggunaan dari sumberdaya tersebut atau memberikan

dampak terhadapnya (Briassoulis dalam Muta’ali, 2014:118).

Sitorus (2016:13) menyatakan, “penggunaan lahan

merupakan hasil dari upaya manusia yang sifatnya terus menerus

dalam memenuhi kebutuhannya terhadap sumberdaya lahan yang

tersedia. Oleh karena itu penggunaan lahan sifatnya dinamis,

mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan budayanya”.

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk pemanfaatan

atau fungsi dari perwujudan suatu bentuk penutup lahan. Istilah

penggunaan lahan didasari pada fungsi kenampakan penutup lahan

bagi kehidupan, baik itu kenampkan alami atau buatan manusia

(Ritohrdoyo, 2013:20).
11

Penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu

pemanfaatan masa kini (present or current land). Aktivitas

manusia di bumi ini bersifat dinamis, maka perhatian seringkali

ditujukan baik kepada perubahan-perubahan penggunaan lahan

(baik secara kualitatif maupun kuantitatif) serta ditujukan ke segala

sesuatu yang mempengaruhi.

Menurut pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan

penggunaan lahan adalah kegiatan manusia dalam memanfaatkan

lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan

atau penggunaan lahan harus mempertimbangkan kesesuaian

pemanfaatan lahan terhadap peruntukannya agar kelestarian alam

dan daya dukung lahan semakin baik.

c. Penggunaan Lahan Berdasarkan Pola Ruang RTRW

Penggunaan lahan di Kecamatan Sejangkung berdasarkan

peta penggunaan lahan rencana tata ruang wilayah Kabupaten

Sambas tahun 2012 - 2034 yaitu ada hutan, kebun, perkebunan,

persawahan. Sebagian besar penggunaan lahan yang ada di

Kecamatan Sejangkung adalah kebun, perkebunan dan hutan.

Kebun tersebar di desa Setalik, Penakalan, Perigi Limus dan Satai.

Perkebunan tersebar di semua desa di Kecamatan Sejangkung.

Hutan tersebar hanya tersebar di desa Perigi Limus dan desa

Sepantai, hutan yang ada di desa Perigi Limus adalah hutan

lindung. Penggunaan lahan persawahan juga ada di Kecamatan


12

Sejangkung yang tersebar di desa Sembuai, Sekuduk, Penakalan,

Sendoyan, Perigi Landu, Perigi Limus dan Semanga.

d. Klasifikasi Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan baik di pedesaan maupun di perkotaan,

menunjukkan suatu kompleksitas, walaupun derajat kompleksitas

keduanya berbeda. Perbedaan kompleksitas tersebut terdukung oleh

objek-objek bentang alam, bentang budaya, ekosistem, sistem

produksi dan sebagainya, oleh karena diperlukan klasifikasi

(Ritohardoyo, 2013:38).

Ritohardoyo (2013:38) mengatakan “klasifikasi adalah

proses penetapan objek-objek, kenampakan atau satuan-satuan

menjadi kumpulan-kumpulan, di dalam suatu sistem

pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat khusus,

atau berdasarkan kandungan isinya”.

Menurut Sandy (dalam Ritohardoyo, 2013:50) menyatakan

bahwa,

“Mendasarkan pada bentuk penggunaan lahan.


Namun demikian variasi jumlah dan jenis kategori
(kelas) bentuk penggunaan lahan disarankan untuk
mempertimbangkan skala peta yang digunakan pada
skala peta berbeda, jumlah dan jenis kategori bentuk
penggunaan lahan berbeda, jumlah dan jenis
kategori bentuk penggunaan lahan juga berbeda.
Dalam kaitannya dengan klasifikasi penggunaan
lahan ini, jumlah dan jenis kategori bentuk
dibedakan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Dd
samping itu juga dikemukakan klasifikasi sifat
medan dalam kaitannya dengan tujuan penelitian
kemampuan lahanwalaupun masih bersifat umum”.
13

Klasifikasi penggunaan lahan menurut Sandy (dalam

Ritohardoyo, 2013:134) sebagai berikut :

1) Untuk pemetaan skala 1:250.000 dan skala


1:200.000, bentuk penggunaan lahan dibedakan
menjadi 8 kategori :
a) Perkampungan
b) Sawah
c) Tegalan dan kebun
d) Ladang yang berpindah-pindah
e) Hutan (dengan pohon besar)
f) Alang-alang dan semak belukar
g) Lahan rawa
h) Lahan lain-lain
2) Untuk pemetaan skala 1:100.000, 1:5.000,
1:63.000 dan 1:25.000, bentuk penggunaan lahan
diklasifikasikan menjadi 10 kelas dengan
beberapa sub kategori:
a) Perkampungan
(1) Kampung
(2) Kuburan
(3) Emplesemen
b) Tanah pertanian
(1) Sawah yang ditanami padi dua kali
setahun
(2) Sawah ditanami padi satu kali setahun
(3) Sawah ditanami padi satu kali setahun,
satu kali setahun bukan padi
(4) Ladang berpindah-pindah
c) Lahan perkebunan
(1) Karet
(2) Kopi
(3) Dan sebagainya
d) Kebun
(1) Sawah yang ditnami sayur-sayuran dan
tidak pernah ditanami padi
(2) Kebun kering yang ditanami bermacam-
macam tanaman
e) Hutan
(1) Hutan lebat
(2) Belukar
(3) Satu jenis
f) Kolam ikan
g) Tanah rawa
14

h) Tanah tandus, tanah yang tidak bernilai


ekonomi
i) Tanah tandus: hutan pengembalaan
j) Lain-lain (kalau ada)
Untuk pemetaan skala 1:12.500, 1:10.000 dan 1:5000,
klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi untuk
pemetaan 1:100.000, 1:50.000, 1:63.000 dan 1:25.000
seperti telah disebutkan sebelumnya; hanya saja pada
peta dengan skala ini masih rinci sampai pada jenis atau
rotasi tanaman.

e. Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata

Ruang Wilayah

Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

menyatakan bahwa dalam penyusunan rencana tata ruang, terutama

untuk kawasan permukiman, harus memperhatikan dan

menghindari kawasan rawan bencana. Kawasan rawan banjir

seharusnya tidak dibangun perumahan, seperti halnya sempadan

sungai yang tidak boleh ada perumahan di 100 meter kiri dan kanan

sungai.

Kesesuaian penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang

wilayah adalah perbandingan antara arahan kawasan menurut tata

ruang dengan kondisi eksisting penggunaan lahan saat ini

(Andrianto dkk dalam Trigus Eko 2012:334). Beberapa literatur

menggunakan istilah penyimpangan penggunaan lahan sebagai

padanan ketidaksesuaian penggunaan lahan.

Pasal 15 ayat 1 dan 2 Undang Undang Nomor 24 Tahun

1992, menyebutkan bahwa pemanfaatan ruang beserta

pembiayaannya yang didasarkan atas rencana tata ruang (UU


15

Nomor 24 Tahun 1992 dalam Christanto 2016;21). Pembangunan

di segala sektor yang serba dinamis menimbulkan konflik

penggunaan lahan yang makin rumit dan sukar diatasi sehingga

membangkitkan berbagai masalah sosial dan budaya.

Kegiatan penataan ruang dapat diklasifikasikan dalam

beberapa hal, antara lain (Budihardjo, 1995 dalam Christanto

2016;22):

1. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama


kawasan, meliputi kawasan lindung (misalnya
kawasan resapan air, suaka alam, taman nasional,
taman wisata alam) dan kawasan budidaya
(misalnya kawasan hutan produksi, kawasan
permukiman, kawasan industri, kawasan
pertahanan keamanan)
2. Penataan ruang berdasarkan aspek administrasi
tata ruang administratif meliputi tata ruang
wilayah nasional, propinsi, kabupaten atau kota.
3. Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan
aspek kegiatan meliputi kawasan pedesaan,
kawasan perkotaan dan kawasan tertentu seperti
kegiatan pembangunan skala besar untuk kegiatan
industri, pariwisata atau pertahanan keamanan
beserta sarana dan prasarananya.

f. Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah suatu dasar untuk

menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan diperbolehkan

dilakukan diatas suatu lahan dengan mempertimbangkan aspek

fisiknya, yang terbagi menjadi kawasan lindung, kawasan

penyangga, dan kawasan budidaya (SK Menteri Pertanian No.

837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/kpts/um/VIII/1981).


16

Arahan fungsi pemanfaatan lahan di Indonesia telah diatur

dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Keputusan

Presiden Nomor 32 Tahun 1990, dan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.41/PRT/M/2007. Peraturan-peraturan tersebut mengatur

sedemikian rupa tentang pemanfaatan ruang dan lahan. UU

Penataan Ruang khusus mengatur penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) dari skala nasional hingga detil perkotaan. Salah

satu acuan dalam penyusunan Tata Ruang adalah arahan fungsi

kawasan dan pemanfaatan lahan wilayahnya. Setiap pemerintah

daerah perlu memperhatikan karakteristik daerahnya dalam

pembuatan arahan fungsi lahan untuk penyusunan RTRW.

Arahan fungsi pemanfaatan lahan zonasinya ditetapkan

berdasarkan hasil skoring dari variabel curah hujan, kemiringan

lereng, dan jenis tanah dengan menggunakan analisis tumpang

tindih atau overlay. Ke tiga variabel tersebut masing-masing

memiliki nilai skor, jumlah skor yang mencerminkan fungsi

kawasan lahan untuk masing-masing satuan lahan. Parameter-

parameter ini digunakan untuk menentukan arahan fungsi

pemanaatan lahan di suatu daerah.


17

2. Curah hujan

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

suatu daerah dalam waktu tertentu. Perhitungan debit banjir

memerlukan data intensitas durah hujan. Intensitas curah hujan

adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun

waktu dimana air tersebut terkonsentrasi (Suhardiman,

2012:6).

Tabel 2 : Intensitas Curah Hujan dan Skornya

Kelas
Intensitas Hujan
Intensitas Keterangan Skor
(mm/hari)
Hujan
1 s/d 13.6 Sangat rendah 10
2 13.7 - 20.7 Rendah 20
3 20.8 - 27.7 Sedang 30
4 27.8 - 34.8 Tinggi 40
5 34.9 ke atas Sangat Tinggi 50
(Sumber : Kepmen Nomor 837/Kpts/Um/11/1980)

2. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng menunjukkan besarnya sudut lereng

dalam persen atau derajat. Dua titik yang yang berjarak

horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m

membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama

dengan kecuraman 450 (Arsyad, dalam Rohimah 2017:5).

Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng.

Kemiringan lereng biasanya terdiri dari bagian puncak (crest),

cembung (convex), cekung (voncave), dan kaki lereng (lower

slope). Daerah puncak merupakan daerah gerusan erosi yang


18

paling tinggi di bandingkan dibawahnya (Salim, dalam

Rohimah 2017:5).

Tabel 3 : Klasiikasi Lereng dan Skornya

Kelas
Kelerengan Keterangan Skor
Lereng
1 0% - 8% Datar 20
2 9% - 15% Landai 40
3 16% - 25% Agak Curam 60
4 26% - 45% Curam 80
5 46% atau lebih Sangat Curam 100
(Sumber : Kepmen Nomor 837/Kpts/Um/11/1980)

3. Jenis Tanah

Tanah merupakan bagian terluar dari lapisan bumi yang

berbentuk sebagai permukaan daratan (Sadyohutomo 2016:14).

Tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian

besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik

fisik, kimia, biologi, serta morfologi yang khas sebagai akibat

dari serangkaian panjang berbagai proses yang pembentukannya

(Sitohardi, Rohimah 2017:8). Jenis tanah adalah bagian dari

tanah yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Tabel 4 : Klasifikasi Jenis Tanah dan Skornya

Kelas
Jenis Tanah Keterangan Skor
Tanah
Aluvial, Tanah Glei Planosol
1 Hidromorf Tidak Peka 15
Kelabu, Literita Air Tanah
2 Latosol Agak Peka 30
19

Brown Forest Soil, Non Calcis Kurang


3 45
Brown, Mediteran Peka
Andosol, Laterit, Grumosol,
4 Peka 60
Podsol, Podsolik
Regosol, Litosol, Organosol,
5 Sangat Peka 75
Renzina
(Sumber : Kepmen Nomor 837/Kpts/Um/11/1980)

UU RI No. 26 2007 menyebutkan bahwa kawasan lindung

adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam

dan sumber daya buatan.

Kawasan lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas

yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan sekitar

maupun bawahnya sebagai pengaturan tata air, pencegah banjir dan

erosi serta memelihara kesuburan tanah (Mahi 2016:135).

Prof. Ali Kabul Mahi (2016:135) menyatakan “fungsi

utama kawasan lindung adalah mencegah teradinya erosi, bencana

banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk

menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air

permukaan.

Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk

menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi kawasan

lindung tetap terjaga. Kawasan penyangga ini merupakan batas

antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan

yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan


20

sistem watani (agroforestry) dengan pengolahan lahan sangat

minim (minim tillage) (Nugraha, 2007:69).

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan

fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi

sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan

(Mahi 2016:134). Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan

budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman

semusim.

Tabel 5 : Kriteria Penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Kriteria Arahan Pemanfaatan Fungsi lahan


Skor Total > 175 Kawasan Lindung
Skor Total 125 – 175 Kawasan Penyangga
Skor Total 0 - 124, dan
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Lereng > 8%
Skor Total 0 - 124, dan
Kawasan Budidaya Tanaman
Lereng sama dengan
Semusim dan Permukiman
atau lebih kecil dari 8%
(Sumber : Kepmen Nomor 837/Kpts/Um/11/1980)
Berdasarkan syarat penentuan kawasan menurut Ditjen

RLKT 1986, skor total lebih dari sama dengan 175 memenuhi

minimal satu syarat yaitu kemiringan lereng lebih dari sama dengan

lereng 40%, kelas erodibilitas tanah sangat peka (litosol, regosol,

organosol dan rendzina) dengan kemiringan lereng lebih dari sama

dengan 15%, merupakan jalur pengamatan aliran sungai air/sungai,

minimal 100m di kiri-kanan, merupakan pelindung mata air,

minimal radius 200m sekelilingnya, ketinggian minimal 2000m


21

diatas permukaan laut, guna keperluan khusus dan ditetapkan

sebagai kawasan lindung (Diten RLKT dalam Puturuhu 2009:14).

Skor total 125 – 175 memenuhi syarat berikut yaitu keadaan

fisik suatu lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara

ekonomis, lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan

sebagai kawasan penyangga, tidak merugikan segi-segi

ekologi/lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan

penyangga (Anurogo dkk, 2017:100). Skor total kurang dari sama

dengan 124 dengan lereng lebih dari 8% memenuhi syarat cocok

dan seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman tahunan

(kayu-kayuan, tanaman perkebunan, dan tanaman industri), syarat

lain pada kriteria tambahan pada kawasan penyangga.

Skor total kurang dari sama dengan 124 dengan lereng lebih

kecil dari atau sama dengan 8% memenuhi syarat komoditi yang

dikembangkan ditentukan oleh kesesuaian fisik, untuk pemukiman

secara mikro mempunyai kemiringan lereng kurang dari atau sama

dengan 8%.

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian terdahulu

dan tidak selalu sama dengan penelitian yang diajukan. Tujuan

mengemukakan penelitian yang relevan adalah untuk menganalisa

sejauh mana hasil-hasil penelitian yang telah ada ragamnya dalam

bidang yang akan diteliti ataupun penggunaannya dalam bidang lain.


22

Yunus (2010:30) menyatakan, “Dari sisi pengembangan ilmu

pengetahuan adalah sebuah pemborosan waktu, biaya dan tenaga

apabila sebuah karya baru sebenarnya hanya merupakan sebuah karya

yang mempunyai derajat keserupaan dari sisi objek kajian, waktu,

permasalahan, metodologis dan analisis dengan apa yang pernah

dibuat oleh peneliti lain”.

Delapan butir penting yang harus di kemukakan peneliti yaitu,

judul penelitian, nama peneliti, tahun pelaksanaan penelitian, wilayah

penelitian, tujuan penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian

dan hasil penelitian (Hadi Sabari Yunus, 2010:30).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lainnya yaitu,

tempat atau wilayah, waktu dan hasil penelitian. Tempat atau wilayah

penelitian ini adalah di Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2018 dan hasil dari penelitian

ini yang membedakan dengan penelitian yang lain adalah penelitian

ini mengkaji bentuk dan luas penggunaan lahan yang terjadi saat ini ,

mengkaji bntuk dan luas penggunaan lahan pada pola ruang rencna

tata ruang wilayah, menganalisis penyimpangan penggunaan lahan

saat ini terhadap rencana tata ruang wilayah dan menganlisis arahan

fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Sejangkung

Tabel 6 : Penelitian yang Relevan


23

No Judul, Tahun, Tujuan Penelitian Metode Penelitian Teknik Analisis dan Hasil
Wilayah, Nama dan Pendekatan Bahan Penelitian Penelitian
Peneliti

1. Evaluasi Arahan Mengetahui tambak Pemodelan spasial Metode skoring dan Peta arahan
Pemanfaatan eksisting yang dengan menggunakan pengharkatan pada pemanaatan
Lahan Tambak sudah ada di model indeks dan parameter pada parameter lahan di
di Kabupaten Kabupaten pendekatan spasial peta arahan pemanfaatan Kabupaten
Sampang Sampang apakah lahan, peta lereng, peta Sampang dan
Menggunakan sesuai dengan jenis tanah, dan peta Peta Evaluasi
Sistem peruntukan arahan curah hujan arahan
Informasi pemanfaatan lahan pemanfaatan
Geografis, lahan dengan
Tahun 2013, tambak
Firman Farid eksisting
Muhsoni

2. Kesesuaian 1. Mengetahui Metode survei, analisis data secara Peta


Fungsi Kawasan persebaran dan analisis satuan lahan, deskriptif kualitatif yang penggunaan
dengan luas fungsi pendekatan spasial meliputi : (1) analisis lahan DAS
Pemanfaatan kawasan lahan persebaran dan luas Samin, peta
Lahan di Daerah di DAS Samin fungsi kawasan lahan di fungsi
Aliran Sungai 2. Mengetahui DAS Samin diketahui kawasan DAS
Samin Tahun jenis, luas dan dengan menggunakan Samin, dan
2007, Setya persebaran kriteria BRLKT, (2) peta
Nugraha penggunaan analisis jenis, luas dan kesesuaian
lahan yang persebaran penggunaan fungsi
terdapat di lahan yang terdapat di kawasan lahan
DAS Samin DAS Samin dengan dengan
3. Mengetahui menggunakan penggunaan
kesesuaian penggunaan lahan dan lahan yang
antara fungsi hasil pengamatan di terdapat di
kawasan lahan lapangan, (3) analisis DAS Samin
dengan kesesuaian antara fungsi
penggunaan kawasan lahan dengan
lahan yang penggunaan lahan yang
terdapat di terdapat di DAS Samin
DAS Samin dengan melakukan
pencocokan (matching)
antara peta penggunaan
lahan dengan peta fungsi
kawasan lahan.

3. Arahan Fungsi Mengetahui arahan Metode studi kasus Overlay Peta dan skoring Arahan
Pemanfaatan fungi pemanfaatan dan pendekatan dengan menggunakan Fungsi
Lahan di lahan di Kabupaten kualitatif GIS Pemanfaatan
Kabupaten Wonogiri Lahan di
Wonogiri, Kabupaten
Tahun 2009, Wonogiri
Ajeng Dhios
Yayung
Permata Suci

4. Kesesuaian 1. Mengetahui Metode survai dan Analisis satuan lahan dan Peta
fungsi kawasan persebaran dan deskripti kualitati dan overlay parameter- kesesuaian
dengan luas fungsi pendekatan keruangan parameter kesesuaian pemanfaatan
pemanfaatan kawasan lahan fungsi pemanfaatan lahan lahan
lahan di daerah di DAS Samin
aliran sungai 2. Mengetahui
Samin Tahun jenis, luas dan
2007, Setya persebaran
Nugraha penggunaan
24

lahan yang
terdapat di
DAS Samin
3. Mengetahui
kesesuaian
antara fungsi
kawasan lahan
dengan
penggunaan
lahan yang
terdapat di
DAS Samin
5. Arahan Fungsi 1. Mengkaji metode analisis data skoring dan overlay peta Peta
Pemanaatan di penggunaan sekunder dan curah hujan, jenis tanah, penggunaan
Kecamatan lahan yang deskripsi kualitatatif kemiringan lereng, dan lahan
Sejangkung terjadi saat ini dan Pendekatan penggunaan lahan eksisting, peta
Kabupaten 2. Mengkaji keruangan rencana tata
Sambas Tahun rencana tata ruang
2018, Firman ruang wilayah wilayah,
Hudanil Haaq 3. Menganalisis Peta
penyimpangan penyimpangan
penggunaan penggunaan
lahan lahan terhadap
4. Menganalisis rencana tata
arahan fungsi ruang wilayah
pemanfaata dan
lahan Peta arahan
fungsi
pemanfaatan
lahan pada

3. Kerangka Berfikir

Kecamatan sejangkung merupakan kecamatan yang sering

terjadi banjir tiap tahunnya, salah satu penyebab dari terjadinya banjir

tersebut ialah adanya penyimpangan penggunaan lahan di kecamatan

sejangkung, seperti banyaknya masyarakat yang membangun

pemukiman di bantaran sungai sejangkung dan terdapat bangunan

pasar yang berada di pinggiran sungai sejangkung. Dari adanya

beberapa masalah penyimpangan penggunaan lahan tersebut, peneliti

tertarik untuk melakukan penenlitian yang berupa arahan pemanfaatan

lahan pada di kecamatan sejangkung, dengan menyusun beberapa


25

rumusan masalah. Adapun langkah yang di lakukan dalam penelitian

ini ialah :

Langkah yang dilakukan penulis yaitu membuat peta

penggunaan lahan dan akan didapat bentuk dan luas penggunaan lahan

di Sejangkung yang di dapat dari Dinas Pekerja Umum Kabupaten

Sambas dengan menggunakan klasifikasi I made Sandy. Pembuatan

peta rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Sejangkung yang data

tersebut di dapat dari Dinas Pekerja Umum Kabupaten Sambas, lalu

peta penggunaan lahan dan peta rencana tata ruang wilayah di overlay

sehingga di dapatkan peta penyimpangan penggunaan lahan terhadap

rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Sejangkung. Selanjutnya di

buat peta arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan parameter penentu

yaitu peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta kemiringan lereng

dengan skoring kawasan untuk menentukan kawasan yang cocok.


26

Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Saat Rencana Tata Ruang Curah Hujan Kemiringan Jenis Tanah
Ini atau Eksisting Wilayah Lereng

overlay

Peta Penyimpangan Penggunaan


overlay
Lahan

Arahan Fungsi Pemanfaatan


Lahan di Kecataman
Sejangkung

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


27

G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penilitian deskriptif kualitatif.

Penilitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah

atau keadaan sebagaimana adanya, dan mengungkapkan fakta-fakta

yang ada (Tika dalam Teguh 2014:42). Penelitian ini mengarah pada

pengungkapan masalah yang didukung dengan data-data. Data-data

tersebut digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan lahan saat ini,

rencana tata ruang wilayah, penyimpangan penggunaan lahan dan

arahan fungsi pemanfaatan lahan yang kemudian data tersebut

dideskripsikan. Satuan medan yang berupa penggunaan lahan, curah

hujan, jenis tanah dan kemiringan lereng digunakan sebagai satuan

analisis. Setelah diketahui penggunaan lahan saat ini, rencana tata ruang

wilayah, maka dapat di ketahui penyimpangan penggunaan lahan

tersebut, kemudian dilakukan arahan fungsi pemanfaatan lahan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis data sekunder. Data

sekunder tersebut antara lain, peta penggunaan lahan yang terjadi saat

ini atau eksisting, rencana tata ruang wilayah, peta jenis tnaah, peta

curah hujan dan peta kemiringan lereng.


28

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang

lain merupakan alat pengumpul data utama. Kehadiran peneliti mutlak

dilakukan, karena hanya manusia yang mampu mengolah data, dan

hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan

dilapangan. Oleh karena itu pada waktu mengumpulkan data, peneliti

berperan aktif dalam pengambilan data sekunder.

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.

Peneliti merupakan perencana pelaksaan pengumpulan data, analisis,

penafsiran data, dan pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasilnya.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sejangkung Kabupaten

Sambas. Kecamatan Sejangkung terletak di sebelah tenggara Ibukota

Kecamatan Kabupa-ten Sambas atau di antara 1º11’33” Lintang Utara

serta 1º35’28” Lintang Utara dan 109º15’23” Bujur Timur serta

109º38’48” Bujur Timur. Luas Kecamatan Seangkung adalah

291,26km2 sekitar 4,56% dari luas wilayah Kabupaten Sambas.

Secara administrasi, Kecamatan Sejangkung sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Sajingan Besar/Kecamatan

Galing/Kecamatan Teluk Keramat, sebelah selatan berbatasan dengan

KecamatanSambas/Kecamatan Sajad, sebelah barat berbatasan dengan


29

Kecamatan Subah/Kecamatan Bengka-yang, sebelah timur berbatasan

dengan Keca-matan Teluk Keramat/Kecamatan Sambas. Luas

Kecamatan Sejangkung adalah 291 km2 atau sekitar 4,56 persen dari

luas wilayah Kabupaten Sambas. Kecamatan Sejangkung terdiri dari 12

desa, 34 dusun, 113 RT dan 45 RW. Desa-desa tersebut adalah

Sepantai, Semanga, Perigi Limus, Senujuh, Sendoyan, Perigi ladu, Parit

Raja, Piantus, Sekuduk, Setalik, Penakalan dan Sulung (BPS Kabupaten

Sambas, Sejangkung dalam angka).


GAMBAR 2
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN SEJANGKUNG
30
31

4. Sumber dan Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yang telah ada (Hasan, 2002:58). Data sekunder antara lain

mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang

berwujud laporan serta data-data yang diperoleh dari instansi terkait.

Adapun data-data tersebut meliputi data penggunaan lahan, curah hujan,

jenis tanah dan kemiringan lereng.

Tabel 7 : Pengumpulan Data Sekunder

No Keterangan Jenis Data Sumber Data


Deskripsi Profil Data profil wilayah
1 BPS
wilayah Kecamatan Sejangkung
Dinas Pekerja
Penggunaan
Peta penggunaan Lahan Umum
2 Lahan Saat Ini
eksisting Kabupaten
atau Eksisting
Sambas
Dinas Pekerja
Rencana Tata Peta Rencana Tata Umum
3
Ruang Wilayah Ruang Wilayah Kabupaten
Sambas
Arahan Fungsi data curah hujan,
4 Pemanfaatan kemiringn lereng, dan Bappeda Provinsi
Lahan jenis tanah

5. Penyusunan Klasifikasi Penggunaan Lahan


32

Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan klasifikasi penggunaan lahan I Made Sandy untuk

pemetaan skala 1:250.000 dan skala 1:200.000, bentuk penggunaan

lahan pada skala ini dibedakan menjadi 8 kategori:

a. Perkampungan

b. Sawah

c. Tegalan dan kebun

d. Ladang yang berpindah-pindah

e. Hutan (dengan pohon-pohon besar)

f. Alang-alang dan semak belukar

g. Lahan rawa

h. Lahan lain-lain

6. Penyusunan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Parameter-parameter yang menentukan arahan fungsi

pemanfaatan lahan yaitu curah hujan, kemiringan lereng, dan jenis

tanah di buat klasifikasi dan diberikan skor tiap-tiap klasifikasinya,

pemberian klasifikasi dan skor ini sangat penting dilakukan karena

dalam penentuan suatu kawasan lahan perlu adanya klasifikasi dan skor

total dari parameter penentunya. Skor total untuk fungsi kawasan lahan

yaitu, untuk kawasan lindung skor totalnya > 175, kawasan penyangga

skor totalnya 125 – 175, kawasan budidaya tanaman tahunan skor

totalnya 0 – 124 dan lereng > 8%, dan kawasan budidaya tanaman
33

semusim dan permukiman skor totalnya 0 – 124 dan lereng sama

dengan lebih kecil dari 8%.

7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini hanya

mendatangi instansi-instansi terkait dalam penyedia data dan

melampirkan surat permintaan data dari kampus untuk meminta data

secara resmi di instansi terkait.

8. Analisis Data

Tahap analisis data adalah kegiatan yang tidak dapat diwakilkan

pada orang lain, tetapi harus dilakukan oleh peneliti sendiri karena hal

ini menyangkut validasi hasil penelitian, kualifikasi intelektualitas dan

kompetensi peneliti (Yunus, 2014:239).

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain (Sugiono, dalam Teguh 2014:45).

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan

medan. Satuan medan pada penelitian ini yaitu peta penggunaan lahan

eksisting, peta rencana tata ruang wilayah, peta jenis tanah, peta curah

hujan dan peta kemiringan lereng. Overlay peta penggunaan lahan


34

eksisting dan peta rencana tata ruang wilayah akan mendapatkan

penyimpangan penggunaan lahan. overlay peta kemiringan lereng,

curah hujan dan peta jenis tanah untuk mendapatkan peta arahan fungsi

pemanfaatan lahan.

9. Prosedur Penelitian

Mengkaji bentuk dan luas penggunaan lahan saat ini dengan

klasifikasi peggunaan lahan menurut I Made Sandi, setelah penggunaan

lahan saat ini diketahui bentuk dan luasannya lalu mengetahui luas dan

bentuk penggunaan lahan pada pola ruang rencana tata ruang wilayah

Kecamatan Sejangkung. Peta penggunaan lahan saat ini dan peta

penggunaan lahan pada pola ruang rencana tara ruang wilayah

Kecamatan Sejangkung di overlay, maka akan didapatkan peta

penyimpangan penggunaan lahan saat ini terhadap rencana tata ruang

wilayah Kecamatan Sejangkung.

Parameter-parameter penentu untuk pembuatan peta arahan

fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Sejangkung yaitu, peta curah

huan, peta kemirngan lereng dan peta jenis tanah yang diberikan skor.

Peta tersebut di overlay dan pada data atributnya dimasukkan parameter

penentuan kawasan pada arahan fungsi pemanfaatan lahan. Kawasan

tersebut ada 4 yaitu, kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan

budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim

dan permukiman.
35

10. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data perlu diteliti kredibilitasnya dengan

menggunakan teknik triangulasi data. Metode triagulasi adalah suatu

metode untuk mengumpulkan data dengan cara menggabungkan

berbagai teknik pengumpulan data dengan maksud untuk memperoleh

tingkat kebenaran yang tinggi (Yunus, 2014:409). Triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan

cara membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari instansi pemerintahan yang terpercaya.

Pengecekan data yang telah diperoleh dilakukan di instansi-

instansi tekait seperti, Dinas Pekerja Umum Kabupaten Sambas untuk

data penggunaan lahan dan rencana tata ruang wilayah, Bappeda

Kalimantan Barat untuk data curah huan, kemiringan lereng, dan jenis

tanah dan Badan Pusat Statistik Kabuoaten Sambas untuk data deskripsi

profil wilayah.
36

DAFTAR PUSTAKA

Muta’ali Lutfi, (2014), Bentang Alam dan Bentang Budaya, Yogyakarta.


Yunus Hadi Sabari, 2016, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer,
Yogyakarta.
Arikunto.( 2014). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta
Sugiyono. (2012). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Mahi Ali Kabul. (2016). Pengembangan Wilayah Teori dan Aplikasi.
Dinas Sosial, (2017), Data Bencana Alam dan Bencana Sosial Tahun 2011
sampai Tahun 2016 Berdasarkan dari Pendistribusian Logistik Kabupaten
Sambas, Sambas
Fuiastuti Asyifa dan Bitta Pigawati, (2010), Evaluasi Penyusunan Norma,
Standar dan Kriteria Pemanfaatan Ruang Kabupaten Kudus,
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas
Dipenogoro Semarang.
Sitorus R.P. Santun, (2016), Perencanaan Penggunaan Lahan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Fitrianti, (2013), Pemetaan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Untuk
Kawasan Fungsi Lindung di Kecamatan Gisting Kabuaten
Tenggamus, Universitas Lampung, Lampung.
Rohimah, (2017), Kajian Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah Terhadap
Produktifitas Salak di Kecamatan Madukara Kabupaten Banjar
Negara, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Suharditama, (2012), Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG) pada Sub Das Walanae Hilir, Universitas
Hassanudin Makassar, Makassar.
37

Wenang Arwogo, (2017), Studi Arahan Kesesuaian Fungsi Kawasan Daerah


Aliran Sungai Progo, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan.
Suci Ajeng Dhios Yayung Permata, (2009), Arahan Fungsi Pemanfaatan
Lahan di Kabupaten Wonogiri, Skripsi Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang
Christanto Ludovicus Manditya Hari, (2016), Penyimpangan Penggunaan
Lahan Saat Ini Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kota
Singkawang, Universitas Tanungpura, Pontianak.
Nugraha Setya. (2007). (Tidak diterbitkan). Kesesuaian Fungsi Kawasan
Dengan Pemanfaatan Lahan Di Daerah Aliran Sungai Samin Tahun
2007, Yogyakarta, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.
Yogyasari Febriana. (2014). (Tidak diterbitkan). Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis untuk Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Kabupaten Kendal. Malang, Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional Malang
Muhsoni Firman Farid. (2013). (Tidak diterbitkan). Evaluasi Pemanfaatan
Lahan Tambak di Kabupaten Sampang Menggunakan Sistem
Informasi Geografis. Bangkalan, Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo.
Megarani. (2014). Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Alih Fungsi
Lahan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000 dengan 2013. Surakarta,
Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
38

Anda mungkin juga menyukai