Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP PENELITIAN, LANDASAN TEORI


DAN MODEL PENELITIAN

Bagian ini menguraikan beberapa kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian
tentang pemanfaatan lahan di kawasan pesisir yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Pada bagian ini juga akan diuraikan mengenai konsep penelitian, landasan teori dan model
penelitian yang akan digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan
dalam penelitian “Pemanfaatan Lahan Di Sepanjang Pesisir Gianyar Pasca Ditetapkan
Sebagai Kawasan Pariwisata Lebih” ini.

2.1 Kajian Pustaka


Penelitian yang terkait serta relevan dengan perubahan pemanfaatan lahan di kawasan
pesisir telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut dapat dipakai sebagai masukan
dan pembanding bagi penulis. Hal ini bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam untuk menentukan konsep penelitian, landasan teori, serta metode penelitian
sesuai dengan konteks penelitian. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Issabel
Baun (2008) mengenai Kajian Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun Di Kawasan
Pesisir Kota Kupang. Penelitiannya ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek fisik, aspek sosial ekonomi dan
kebijakan tata ruang kawasan pesisir. Issabel Baun juga menganalisis pengembangan
pemanfaatan ruang terbangun di kawasan Pesisir Kota Kupang agar pemanfaatan ruang
terbangun di kawasan tersebut dapat berkelanjutan. Penelitian ini menjadi referensi bagi
penulis dalam mengidentifikasi pemanfaatan lahan di kawasan Pesisir serta aspek-aspek yang
perlu dianalisis dalam pemanfaatan lahan di kawasan Pesisir. Penelitian yang dilakukan oleh
penulis disini tidak berhenti hanya pada identifikasi pemanfaatan ruang saja, namun juga
dicari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan serta dampaknya
terhadap kawasan Pesisir tersebut sebagai kawasan pariwisata.
Penelitian terkait dengan lokasi penelitian yaitu Pantai Lebih dan sekitarnya yang
termasuk dalam Kawasan Pesisir Gianyar dan dalam deliniasi Kawasan Pariwisata Lebih,
dilakukan oleh Ivanoviq Agung (2011) yang berjudul ”Analisa Karakteristik Perubahan Garis
Pantai Lebih Kabupaten Gianyar dan Kondisi Lingkungan Sekitar dengan Empirical
Orthogonal Function (EOF)". Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengkaji
karakteristik temporal dan spasial perubahan garis Pantai Lebih, mendapatkan pola dominan

1
perubahan garis pantai dengan EOF Pantai Lebih, dan menghubungkan fungsi temporal untuk
menggolongkan lingkungan di sekitar pantai. Penelitian ini mempunyai kesamaan pada lokasi
penelitian namun berbeda pada fokus penelitiannya. Akan tetapi hasil penelitian dari
Ivanoviq Agung (2011) ini dapat memberikan referensi bagi penulis, karena hasil
penelitiannya dapat memberikan data dan informasi perubahan garis Pantai Lebih, sehingga
diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
untuk mengatasi permasalahan abrasi dan sedimentasi dalam pengelolaan Pantai Lebih
Kabupaten Gianyar, Bali.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Darmawan (2013), yaitu mengenai Pemanfaatan
Lahan Pra dan Pasca Reklamasi di Pulau Serangan. Darmawan melakukan penelitian tentang
kondisi pemanfaatan lahan, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan
dan dampak perubahan pemanfaatan lahan pasca reklamasi di Pulau Serangan. Fokus
penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu melihat
perkembangan perubahan pemanfaatan lahan Pesisir. Yang membedakannya adalah fokus
wilayah penelitian, dimana Darmawan melakukan penelitian pada wilayah Pesisir yang
mengalami reklamasi, sedangkan fokus wilayah penelitian yang dilakukan penulis adalah
pada kawasan Pesisir dengan arah perkembangan wilayahnya telah ditetapkan sebagai
kawasan pariwisata. Selain itu, dalam proses kajiannya, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang juga dilakukan oleh penulis karena adanya
kesamaan topik dalam penelitian. Penelitian lain yang terkait dan relevan dengan penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2
Tabel 2.1
Kajian Pustaka

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil


1. Ari Faktor-Faktor Yang Mengkaji faktor-faktor yang Metode yang digunakan Jenis penggunaan lahan pesisir
Kristianti Mempengaruhi mempengaruhi jenis dalam studi ini adalah analisis Semarang berdasarkan
(2003) Jenis Penggunaan Lahan penggunaan lahan pesisir sistem aktifitas dan faktor demand dan supply lahan
Pesisir Semarang Semarang dengan penggunaan lahan pesisir sehingga pembangunan di wilayah
menekankan aspek penelitian Semarang secara kualitatif pesisir Semarang dapat terus
pada penggunaan lahan deskriptif untuk berlanjut
berdasarkan faktor demand menggambarkan kondisi
dan supply lahan aktifitas dan penggunaan
lahan pesisir Semarang.
2. Paula Kajian Pengembangan Mengkaji pengembangan Menggunakan metode Pengembangan pemanfaatan ruang
Issabel Pemanfaatan Ruang pemanfaatan ruang terbangun deskriptif dengan pendekatan terbangun Di Kawasan Pesisir Kota
Baun Terbangun Di Kawasan di Kawasan Pesisir Kota kualitatif dengan Kupang di arahkan sesuai
(2008) Pesisir Kota Kupang Kupang dengan menganalisis fisik kawasan karakteristik pantai dengan cara
mengidentifikasi dan pesisir, sosial ekonomi, antara lain renewal, rehabilitasi,
menganalisis aspek fisik, kebijakan tata ruang, dan revitalisasi, dan reklamasi, dengan
sosial ekonomi dan kebijakan pengembangan pemanfaatan tetap memperhatikan kelestarian
tata ruang kawasan pesisir ruang terbangun. lingkungan.
3. Taufiqurroh Kesesuaian Pemanfaatan Mencari kesesuaian lahan Menggunakan pendekatan Kesesuaian pemanfaatan lahan
man (2009) Lahan Wilayah Pesisir wilayah pesisir Kabupaten kuantitatif, analisis wilayah pesisir masing-masing
Kabupaten Demak Demak dengan kesesuaian lahan dengan aktivitas guna lahan, sehingga
mengidentifikasi aspek memanfaatkan Arc View GIS. tercapai pemanfaatan lahan optimal
biogeofisik wilayah pesisir, Kemudian dilakukan yang sesuai dengan daya dukung
pemanfaatan lahan eksisiting komparasi kondisi eksisting yang dimilikinya. Kebutuhan

3
dan melakukan analisis dengan hasil analisis perkembangan wilayah dapat
kesesuaian pemanfaatan kesesuaian pemanfaatan terpenuhi dan keberlanjutan
lahan lahan. lingkungan wilayah pesisir dapat
. terus terjaga.
4. Agus Analisis Perubahan Menganalisis perubahan Menggunakan citra satelit, Perubahan penutupan lahan ini
Purwoko Fungsi Lahan Di penutupan lahan di kawasan klasifikasi penggunaan lahan disebabkan berbagai tindakan
(2009) Kawasan Pesisir pesisir khususnya pada dilakukan secara kombinasi pengelolaan/pemanfaatan, baik
Dengan Menggunakan ekosistem mangrove di dengan klasifikasi tidak oleh swasta maupun masyarakat
Citra Satelit Berbasis sebagian kawasan Kabupaten terbimbing dan interpretasi yang bersifat eksploitatif,
Sistem Informasi Langkat dan Deli Serdang visual merusak/tidak lestari, sehingga
Geografis (Studi Kasus memberikan dampak negatif
Di Kawasan Suaka terhadap keberadaan ekosistem
Margasatwa Karang mangrove dan fungsinya sebagai
Gading Dan Langkat sistem penyangga kehidupan
Timur Laut) masyarakat pesisir di wilayah ini
5. Ivanoviq Analisa Karakteristik Meneliti dan mengkaji Metode yang digunakan Data perubahan garis Pantai Lebih
Agung Perubahan Garis Pantai karakteristik temporal dan untuk menganalisa perubahan diharapkan dapat menjadi informasi
(2011) Lebih Kabupaten spasial perubahan garis Pantai garis pantai adalah analisa terhadap pihak yang
Gianyar dan Kondisi Lebih, mendapatkan pola spasial dan temporal berkepentingan dalam pengambilan
Lingkungan Sekitar dominan perubahan garis menggunakan metode keputusan untuk menanggulangi
dengan Empirical pantai dengan EOF Pantai Empirical Orthogonal abrasi yang terjadi secara terpadu
Orthogonal Function Lebih, dan menghubungkan Function (EOF). dan berkelanjutan.
(EOF) fungsi temporal untuk
menggolongkan lingkungan
di sekitar pantai.
6. I Wayan Strategi Pembangunan Mengetahui tentang strategi Penelitian ini menggunakan Diperlukan rencana pengembangan
Lanang Berkelanjutan Pada pembangunan yang pendekatan kualitatif, dengan pariwisata yang tertuang dalam
Nala (2012) Kawasan Pesisir : berkelanjutan di kawasan mengumpulkan data melalui rencana induk pengembangan

4
Peranan Pariwisata Pesisir Lebih, Gianyar, observasi, wawancara, serta pariwisata daerah yang nantinya
Dalam Pembangunan Provinsi Bali dokumentasi literatur terkait dapat dijadikan panduan dalam
Wilayah Pesisir pengembangan kawasan rangka pengembangan pariwisata
Lebih, Gianyar, Bali Lebih. secara lebih menyeluruh baik yang
menyangkut program pemasaran
maupun pengembangan
sumberdaya manusia dan
kelembagaan
7. I Gede Pemanfaatan Lahan Pra Mengetahui kondisi Penelitian ini menggunakan Perubahan pemanfaatan lahan di
Surya dan Pasca Reklamasi di pemanfaatan lahan pra dan Pendekatan Kualitatif Pulau Serangan terjadi dikarenakan
Darmawan Pulau Serangan. pasca reklamasi di Pulau Deskriptif. Peneliti secara adanya reklamasi tahun 1995-1998,
(2013) Serangan, mengidentifikasi langsung merasakan yang terjadi secara makro/global
faktor-faktor yang fenomena yang terjadi di dan secara mikro/terperinci. Faktor-
mempengaruhi perubahan lapangan melalui observasi faktor yang mempengaruhi yaitu
pemanfaatan lahan serta maupun survey dengan faktor fisik lahan, ekonomi, dan
mengkaji dampak perubahan wawancara mendalam, yang kelembagaan, disamping faktor
tersebut terhadap tidak dapat dikerjakan dengan sosial, budaya, dan kepercayaan
keberlanjutan Pulau Serangan instrumen non human seperti masyarakat setempat. Perubahan
sebagai kawasan pesisir dan kuisioner. pemanfaatan lahan pascareklamasi
pulau-pulau kecil. kurang memberikan keberlanjutan
pembangunan ke depannya karena
hanya memperhatikan
keberlanjutan ekonomi tanpa
memperhatikan kesinambungan
lingkungan dan sosial budaya
masyarakat setempat.

5
2.2 Kerangka Berpikir

6
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sumber : Analisis, 2014

7
2.3 Konsep Penelitian

Bagian ini akan memaparkan mengenai konsep dari penelitian ini sebagai pedoman
dalam penelitian agar apa yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dipahami sesuai dengan
keinginan penulis. Konsep ini berkaitan dengan pengertian dan hakekat yang diperoleh dari
judul serta batasan penelitian yang akan dilakukan terkait dengan “Pemanfaatan Lahan Di
Sepanjang Pesisir Gianyar Pasca Ditetapkan Sebagai Kawasan Pariwisata Lebih”

2.3.1 Pemanfaatan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi,
vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut
mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik
masa lampau maupun sekarang (FAO. 1975, dalam Arsyad, 1989).
Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap
lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material
maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al. 1996). Penggunaan lahan (land use)
adalah setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Vink, 1975).
Pengertian tentang tata guna lahan dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut:
1. Menurut Sugeng Martopo dalam Mansur (2004) tata guna lahan diartikan
pengarahan penggunaan lahan dengan bijaksana dan program tata ruang untuk
memperoleh manfaat total yang disediakan.
2. Menurut Johara T. Jayadinata (1986), tata guna lahan adalah pengaturan
penggunaan lahan.
3. Menurut Soesilo dalam Mansur (2004), tata guna lahan adalah:
 Pemakaian tanah secara resmi (the legal use of land), misalnya daerah
permukiman, daerah rekreasi, daerah industri dan lain-lain.
 Tipe bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut, misalnya rumah, pabrik,
sekolah, dan lain-lain.
 Ukuran dan intensitas aktifitas sosial ekonomi yang terjadi di tanah tersebut.
Misalnya jumlah penduduk, jumlah pekerja, hasil produksi pabrik dan lain-
lain.
Tata guna lahan adalah cermin suatu kegiatan, karena kegiatan sifatnya dinamis, maka
guna lahan pun mungkin berubah-ubah, sekalipun demikian perubahan guna lahan dapat

8
dikendalikan oleh pemerintah agar penggunaanya dapat efisien, dalam tata guna lahan
memang terkandung pengertian mengatur ruang kegiatan masyarakat agar lahan digunakan
secara efisien dan tidak semrawut.

2.3.2 Kawasan Pesisir

Kawasan adalah sebutan untuk wilayah dalam batas yang ditetapkan berdasarkan
fungsi tertentu seperti kawasan perdagangan, kawasan perumahan dan kawasan pariwisata.
(Suwardjoko,1991 dalam Agung Dalem, 2002). Dalam pasal 1 point 20 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Perda RTRW Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009, pengertian
kawasan adalah wilayah yang mempunyai fungsi utama lindung dan budi daya. Konsep
kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keragaman fisik serta ekonomi tetapi memiliki
hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional. Selain pengertian
kawasan, disebutkan juga berbagai macam kawasan yaitu Kawasan Lindung, Kawasan Budi
Daya, Kawasan Perdesaan, Kawasan Perkotaan serta Kawasan Tertentu.
Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai
strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan. Salah satunya adalah Kawasan Pesisir
Gianyar yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Pariwisata Lebih sesuai Surat Keputusan
(SK) Gubernur Bali No. 528 Tahun 1993 tentang Kawasan Pariwisata dan terakhir
dikukuhkan dalam Perda No. 16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali, sebagai Kawasan
Pariwisata sekaligus Kawasan Strategis Provinsi Bali dengan deliniasi wilayah yaitu
Kawasan Lebih dan sekitarnya (seluruh desa di Pesisir Kabupaten Gianyar).
Penjelasan umum mengenai kawasan Pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik
wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai
wilayah Pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini. Pengertian
wilayah Pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah
peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua
(continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001).
Menurut Suprihayono (2007) wilayah Pesisir adalah wilayah pertemuan antara
daratan dan laut ke arah darat wilayah Pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah Pesisir mencakup bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air

9
tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah
Pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan
dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang
berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat
mendukung bagi wilayah Pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan
wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah Pesisir tidak ada. Batas
wilayah Pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi
setempat. Di daerah Pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada jauh
dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan
laut dalam, wilayah Pesisirnya akan sempit.
Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang batasan wilayah Pesisir, kearah daratan
mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan. Ekosistem
wilayah Pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki 4 fungsi/peran pokok
bagi kehidupan umat manusia yaitu (1) sebagai penyedia sumberdaya alam sebagaimana
dinyatakan diatas, (2) penerima limbah, (3) penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan
manusia (life support services), (4) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services)
(Bengen, 2001).

2.3.3 Kawasan Pariwisata

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,


disebutkan dalam pasal 1 bahwa pengertian Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas
tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Sebagai bagian dari penataan pariwisata bahwa tujuan penataan kawasan pariwisata
adalah :
1. Mendorong tumbuhnya visi jangka panjang penataan industri pariwisata, sebagai
salah satu sarana peningkatan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam masa
depan;
2. Memberi kerangka dasar untuk perencanaan dan penataan pariwisata secara umum;
3. Mendorong upaya-upaya untuk penataan industri wisata yang terpadu berbasis
kawasan dan potensi-potensi kewilayahan, sosial dan budaya daerah.

10
Perencanaan penataan kawasan pariwisata yang berbasis masyarakat ditujukan untuk
meningkatkan kegiatan pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat umum, dimana
sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Terwujudnya panduan awal bagi pemerintah daerah dalam perencanaan penataan
kawasan pariwisata;
2. Terwujudnya penataan kawasan pariwisata sebagai bahan masukan kebijakan dan
penataan kawasan pariwisata di daerah;
3. Terwujudnya motifasi bagi pemerintah daerah dan swasta/masyarakat untuk
penataan kawasan pariwisata;
4. Terwujudnya kawasan yang mendukung kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup di daerah;
5. Terwujudnya peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan
daerah/masyarakat.

Berdasarkan Perda 16/2012, Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata


yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di
dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling
mendukung dalam perwujudan kepariwisataan.

2.4 Landasan Teori

Landasan teori adalah landasan yang akan digunakan sebagai dasar dan untuk
memecahkan rumusan masalah, yang selanjutnya digunakan menyusun langkah-langkah
oprasional penelitian. Beberapa landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori-
teori yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, perubahan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta teori mengenai kawasan Pesisir sebagai kawasan pariwisata.

2.4.1 Perubahan Pemanfaatan Lahan

Perubahan pada dasarnya adalah adanya perbedaan dari bentuk awal menjadi bentuk
baru baik dari segi positif ataupun negatif. Dalam konteks pemanfaatan lahan, proses
perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi lain merupakan dinamika tata ruang
kota yang diakibatkan oleh perkembangan dan dinamika penduduk disamping kekuatan
potensi yang dimiliki oleh lahan tersebut. Potensi terbesar yang paling berpengaruh terhadap

11
perubahan guna lahan adalah potensi ekonomi, meskipun banyak faktor lain yang
berpengaruh terhadap perubahan tersebut (Rossi dalam Napituliu, 1999).
Menurut Chapin (1979), perubahan guna lahan adalah interaksi yang disebabkan oleh
tiga komponen pembentuk guna lahan, yaitu sistem pembangunan, sistem aktivitas dan
sistem lingkungan hidup. Didalam sistem aktivitas, konteks perekonomian aktivitas
perkotaan dapat dikelompokkan menjadi kegiatan produksi dan konsumsi. Kegiatan produksi
membutuhkan lahan untuk berlokasi dimana akan mendukung aktivitas produksi diatas.
Sedangkan pada kegiatan konsurnsi membutuhkan lahan untuk berlokasi dalam rangka
pemenuhan kepuasan. Sehingga, para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan lahan
lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia.
Perubahan penggunaan lahan selain atas kehendak dari masyarakat, juga karena
program pembangunan yang direncanakan pemerintah. Menurut Chapin, Kaiser, dan
Godschalk perubahan guna lahan juga dapat terjadi karena pengaruh perencanaan guna lahan
setempat yang merupakan rencana dan kebijakan guna lahan untuk masa mendatang, proyek
pembangunan, program perbaikan pendapatan, dan partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah dari pernerintah daerah. Sehingga mau tidak mau lahan
yang telah direncanakan untuk alokasi pembangunan tentu saja akan mengalami perubahan
fungsi.
Chapin (1979) menerangkan bahwa perubahan lahan perkotaan pada dasarnya
dipromotori oleh individu, swasta dan pemerintah yang berkaitan dengan sistem aktifitas
masing-masing yang berbeda dalam kepentingan sehingga mengakibatkan terciptanya pola-
pola keruangan.
1. Pemanfaatan lahan secara individu/masyarakat didasarkan pada pemenuhan
kebutuhan pribadi, misal pembangunan rumah, interaksi dan rekreasi.
2. Pemanfaatan lahan oleh swasta cenderung untuk mencari keuntungan/laba dari
kegiatan dalam pemanfaatan lahan. Misal untuk pembangunan perumahan,
perdagangan, industri dan jasa.
3. Untuk pemerintah, penguasaan dan pemanfaatan lahan ditujukan untuk pelayanan
publik, yang lebih banyak menekankan pada peningkatan kesejahteraan manusia.
Misalnya pembangunan terminal, pasar dal lain-lain.
Perubahan penggunan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya manusia
memanfaatkan dan mengelola sumber daya lahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut akan
berdampak terhadap manusia dan kondisi lingkungannya. Menurut Suratmo (1982) dampak
suatu kegiatan pembangunan dibagi menjadi dampak fisik-kimia seperti dampak terhadap
12
tanah, iklim mikro, pencemaran, dampak terhadap vegetasi (flora dan fauna), dampak
terhadap kesehatan lingkungan dan dampak terhadap sosial ekonomi yang meliputi ciri
pemukiman, penduduk, pola lapangan kerja dan pola pemanfaatan sumber daya alam yang
ada.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu
pengunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan secara
umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian,
penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya
perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur
tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi.
Penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman,
lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan adalah pengalihan jenis dari pengaturan penggunaan


tanah yang lama menjadi jenis pengaturan penggunaan tanah yang baru, baik yang sesuai
ataupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Menurut Chapin (1979) terdapat dua aspek yang mempengaruhi penggunaan lahan
yaitu a-spasial dan spasial. Aspek a-spasial ialah perekonomian dan kependudukan,
sedangkan spasial adalah sistem aktifitas, sistem pengembangan dan sisitem lingkungan.
Menurut Suwardjoko (1980) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan pemanfaatan lahan dalam perkembangannya adalah sebagai berikut:
1. Faktor tofografi, dimana perkembangan suatu wilayah sedikit banyak dipengaruhi
oleh permukaan topografinya yang terkait dengan penyediaan sarana jalan,
drainase dan sebagainya;
2. Jumlah penduduk, dimana perkembangan penduduk berakibat pada peningkatan
kebutuhan lahan;
3. Harga lahan, dimana cenderung melakukan perubahan pemanfaatan lahan pada
kawasan yang harga lahannya masih rendah;
4. Aksesibilitas dengan kemudahan mencapai halte akan sangat berpengaruh pada
distribusi penduduk yang melakukan perubahan;
5. Sarana dan prasarana, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada pada
suatu kawasan maka akan menarik minat penduduk menempati dan mungkin akan
melakukan perubahan dengan pemanfaatan lahannya.

13
Menurut McNeill et al., (1998) faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan
lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan
yang dilakukan oleh pengambil keputusan yang mempengaruhi terhadap pola perubahan
penggunaan lahan. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi
juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Teknologi juga berperan
dalam menggeser fungsi lahan. Grubler (1998) mengatakan ada tiga hal bagaimana teknologi
mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertama, perubahan teknologi telah membawa
perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian dan
produktivitas tenaga kerja. Kedua, perubahan teknologi transportasi meningkatkan efisiensi
tenaga kerja, memberikan peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan. Ketiga,
teknologi transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas pada suatu daerah.
Menurut Barlowe (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah
faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan factor institusi (kelembagaan).
Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah,
air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi
dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh
hukum pertanahan, keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat
dilaksanakan.

2.4.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk aktivitas
ekonomi masyarakat serta interaksinya secara ruang dan waktu. Dinamika perubahan
penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk
(jumlah dan distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik
seperti topografi, jenis tanah, dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157). Sementara
itu, penggunaan lahan Pesisir menurut fungsinya bisa diklasifikasikan sebagai berikut (Kay
dan Alder, 1999: 25) :
1. Eksploitasi sumber daya (perikanan, hutan, gas dan minyak serta pertambangan).
Sumber daya Pesisir yang dapat diperbaharui adalah eksploitasi primer dalam
sektor perikanan komersial, penghidupan, dan rekreasi perikanan serta industry
budidaya air. Sedangkan yang dapat diperbaharui adalah minyak dan
pertambangan.
2. Infrastruktur (transportasi, pelabuhan sungai, pelabuhan laut, pertahanan, dan
program perlindungan garis pantai).

14
Pembangunan infrastruktur utama di Pesisir meliputi : Pelabuhan sungai dan laut,
fasilitas yang mendukung untuk operasional dari sistem transportasi yang
bermacam-macam, jalan dan jembatan serta instalasi pertahanan.
3. Pariwisata dan rekreasi
Berkembangnya pariwisata merupakan sumber potensial bagi pendapatan negara
karena potensi pariwisata banyak menarik turis untuk berkunjung sehingga dalam
pengembangannya memerlukan faktor-faktor pariwisata yang secara langsung
berdampak pada penggunaan lahan.
4. Konservasi alam dan perlindungan sumber daya alam.
Hanya sedikit sumber daya alam di Pesisir yang dikembangkan untuk melindungi
kawasan Pesisir tersebut (Konservasi area sedikit).
Namun, tidak semua kegiatan/fungsi tersebut ditampung secara merata oleh sebuah
kawasan pesisir. Kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di kawasan pesisir menurut
Dahuri et al (2001: 122) adalah :
1. Pembangunan kawasan permukiman.
Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan penduduk akan fasilitas tempat
tinggal. Namun pengembangan kawasan permukiman dilakukan hanya dengan
mempertimbangkan kepentingan jangka pendek tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan untuk masa mendatang. Dengan adanya pengembangan kawasan
permukiman ini, dampak lain yang mungkin timbul adalah pencemaran perairan
oleh limbah rumah tangga.
2. Kegiatan industri
Pembangunan kawasan industri di kawasan Pesisir pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan atau memperkokoh program industrialisasi dalam rangka
mengantisipasi pergeseran struktur ekonomi nasional dari dominan primary based
industri menuju secondary based industri dan tertiary based industri,
menyediakan kawasan industri yang memiliki akses yang baik terhadap bahan
baku, air untuk proses produksi dan pembuangan limbah dan transportasi untuk
produksi maupun bahan baku.
3. Kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari
Hal ini sekalian bertujuan untuk menciptakan kawasan lindung bagi biota yang
hidup pada ekosistem laut dalam cakupan Pesisir.
4. Konversi hutan menjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan terganggunya
fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan fisik biologis.
15
2.4.4 Dampak Perubahan Pemanfatan Lahan

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi secara mendadak dan tanpa diikuti dengan
perencanaan yang matang akan menimbulkan dampak bagi daerah/kawasan tersebut, di
dalamnya karena perubahan tersebut. Dampak adalah suatu akibat atau hasil dari suatu proses
yang dinamis, dan hanya dapat muncul apabila terdapat kegiatan awal yang mendahuluinya.
Selanjutnya, sistem yang menerima dampak tadi akan memberikan reaksi berupa tanggapan
atas kondisi baru yang muncul. Proses ini merupakan serangkaian sebab akibat yang pada
akhirnya akan mewujudkan suatu kondisi baru yang merupakan adaptasi terhadap kegiatan
baru tadi (Finsterbush dalam I Ketut JayaPutra, 2003). Dalam kaitannya dengan studi ini,
adanya dampak karena adanya aktivitas mengubah penggunaan lahan. Kemudian adanya
akibat dari penggunaan guna lahan ini berupa kondisi baru yang menimbulkan anggapan dari
pelakuaktivitas perubahan guna lahan. Menurut Julius Gy Fabos bahwa dampak
perkembangan dari pembangunan kota telah lama menjadi salah satu permasalahan penting
yang tak dapat dihindarkan dalam setiap perencanaan guna lahan kota. Dampak perubahan
fungsi lahan di perkotaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu dampak positif dan negatif.
1. Dampak Positif
Perubahan suatu guna lahan menjadi guna lahan lain dapat menjadi suatu
keuntungan jika guna lahan baru tersebut lebih produktif dari guna lahan awalnya.
Dampak positif ini antara lain (Safariah dalam Dwike Wijayanti, 2003) :
 Dampak ekonomi bagi pemerintah ; Dampak ini antara lain meningkatnya
penerimaan pajak bagi pemerintah dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi
kota tersebut.
 Dampak ekonomi bagi masyarakat ; Indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur dampak ini adalah terbukanya peluang baru dalam penyerapan
tenaga kerja. Dampak positif lainnya adalah dengan produktifnya penggunaan
lahan tersebut dapat meningkatkan harga lahan di kawasan tersebut.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif yang mungkin muncul cenderung dialami oleh aspek sosial dan
lingkungan. Dampak-dampak tersebut antara lain (Safariah dalam Dwike
Wijayanti, 2003) :
 Dampak Lingkungan, diantaranya :
- Dampak terhadap infrastruktur, dimana adanya suatu aktivitas baru akan
mengakibatkan berubahnya kebutuhan akan fasilitas infrastruktur.

16
- Dampak penurunan muka air tanah, karena makin meningkatnya kebutuhan
air bersih.
- Dampak buangan (limbah) yang dihasilkan aktivitas tersebut terutama jika
tidak dikelola dengan baik.
- Dampak ketinggian bangunan yang tidak seragam
- Dampak kemacetan lalu lintas akibat banyaknya kendaraan yang lewat dan
kendaraan yang terparkir dengan tidak teratur

 Dampak sosial
- Dampak ketidaksesuaian dengan kegiatan sekitarnya, misalnya tingkat
kebisingan dan kerawanan di daerah tersebut cenderung meninggi sehingga
membuat kenyamanan penghuni menjadi terganggu.
 Dampak ekonomi
- Meningkatnya pajak bumi dan bangunan di wilayah penelitian
menyebabkan beberapa bangunan dengan fungsi permukiman turut
membayar pajak dengan tarif komersial, karena mereka berada pada satu
blok yang sama.

2.4.5 Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Menurut Brundtland Report dari PBB (1987) dalam Wikipedia, pembangunan


berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang
berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

17
Gambar 2. 2 Skema Pembangunan Berkelanjutan
Sumber : http://damarlanhadi.wordpress.com/2012/12/14/sustainable-development/diakses Juni 2014

Skema pembangunan berkelanjutan terletak pada titik temu tiga pilar, yaitu sosial,
ekonomi dan lingkungan (Gambar 2.2). Deklarasi Universal Keberagaman Budaya
(UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan
menyebutkan bahwa “keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya
keragaman hayati bagi alam”. Dengan demikian “pembangunan tidak hanya dipahami
sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan
intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. dalam pandangan ini, keragaman budaya
merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan.
(id.wikipedia.org)
Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek
yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh. Hubungan antara ekonomi
dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara
ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan
antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek
yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan
(sustainable). Hubungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat pada (Gambar 2.3)

Gambar 2. 3 Keseimbangan Antara Tiga Aspek dalam Pembanguan Berkelanjutan


Sumber : http://damarlanhadi.wordpress.com/2012/12/14/sustainable-development/diakses Juni 2104

18
Indikator pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari tiga aspek, yaitu aspek
ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial budaya (Askar Jaya, 2004).
1. Keberlanjutan Ekologis
Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk
menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut :
 Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan
dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan
tanah, air, udara dan seluruh kehidupan berkelanjutan.

 Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan


lingkungan yaitu; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya terpulihkan.

 Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang


menentukan keberlanjutan proses ekologis.

2. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan
dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Tiga
elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi,
kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan
distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro
ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi
tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar
yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia dan
peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

3. Keberlanjutan Sosial Budaya


Keberlanjutan sosial dan budaya) mempunyai empat sasaran yaitu :
 Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik
yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan
status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
 Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan
mengurangi kemiskinan absolut.
 Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai
sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan

19
menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan
pembangunan ekonomi.
 Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

2.5 Model Penelitian

Untuk memudahkan dalam proses penelitian, baik dalam hal pencarian data maupun
dalam proses analisis data, digunakan model penelitian dengan mengkaitkan teori-teori yang
dipilih sesuai dengan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian (Gambar 2.4)

PEMANFAATAN LAHAN DI SEPANJANG PESISIR GIANYAR


PASCA DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA LEBIH

Rumusan Masalah 1 : Rumusan Masalah 2 : Rumusan Masalah 3 :


Bagaimana wujud Faktor-faktor apa yang Bagaimana dampak
Pemanfaatan Lahan Di mempengaruhi perubahan spasial dari perubahan
Sepanjang Pesisir Pemanfaatan Lahan Di pemanfaatan lahan di
Gianyar Pasca Sepanjang Pesisir Gianyar sepanjang Pesisir Gianyar
Ditetapkan Sebagai Pasca Ditetapkan Sebagai terhadap perannya sebagai
Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata Lebih? kawasan yang berfungsi
Lebih? ekonomi sosial, dan
lingkungan?

Landasan teori : Landasan teori : Landasan teori :


Faktor-faktor yang Dampak perubahan
Penggunaan Lahan
mempengaruhi pemanfaatan lahan
Perubahan Pemanfaatan Perubahan Pemanfaatan Pembangunan
Lahan Lahan Berkelanjutan

Gambar 2.4 Model Penelitian


Sumber : Analisis, 2014

20
21

Anda mungkin juga menyukai