Anda di halaman 1dari 14

(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi

ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705


│ Vol.6 │ No.1│ 2022

KARAKTERISTIK MORFOLOGI PANTAI KASORIA


DAN SEKITARNYA KECAMATAN BATAUGA
KABUPATEN BUTON SELATAN PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
Ria Anggraini 1, Hasria1*, Erwin Anshari2
1
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Haluoleo, Kendari
2
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Haluoleo, Kendari

Email : hasriageologi@gmail.com

Abstrak: Secara Administratif daerah penelitian berada pada wilayah Kecamatan Batauga
Kabupaten Buton Selatan, bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfologi pantai dan
proses pembentukan pantai. Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan
mengukur parameter geomorfologi, litologi, tataguna lahan, vegetasi dan proses pantai. Hasil
penelitian, menunjukkan bahwa daerah penelitian tersusun atas 7 satuan yaitu, batugamping
weckestone, batugamping packstone, batugamping mudstone, batugamping boundstone,
batugamping crystalline, alluvium, dan alluvial serta morfologi pada daerah penelitian
merupakan pantai bertebing ditandai dengan kondisi morfologi pantai yang terbagi atas
beberapa satuan morfologi pantai yaitu tanjung, cliff, nips, stack dan stump, notch, endapan
hasil organisme, dan delta. Genesa morfologi pantai pada daerah penelitian terbentuk akibat
dari proses sedimentasi, proses karstifikasi, abrasi oleh air laut, dan erosi oleh gelombang air
laut yang sudah berjalan cukup lama sehingga menghasilkan morfologi pantai yang beragam.

kata Kunci: Morfologi, pantai, Kasoria

Abstract: Administratively the research area is in the Batauga District, South Buton Regency,
aiming to determine the morphological characteristics of the beach and the process of beach
formation. This research method was carried out descriptively by measuring the parameters
of geomorphology, lithology, land use, vegetation and coastal processes. The results of the
study, showed that the study area is composed of 7 units namely, limestone weckestone,
limestone packstone, limestone mudstone, limestone boundstone, limestones crystalline,
alluvium and alluvial and morphology of the research area is the beach cliffs condition
characterized by coastal morphology which is divided into several units coastal morphology,
namely headland, cliff, nips, stack and stump, notch, sediment yield organisms, and delta. The
genesis of coastal morphology in the research area is formed as a result of sedimentation
processes, karstification processes, abrasion by sea water, and erosion by sea waves that
have been running long enough to produce diverse coastal morphologies.

Keywords: Morphology, beach, Kasoria.

April____250
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
1. PENDAHULUAN (landscape), yang mencakup sifat dan
Karakteristik pantai merupakan karakteristik dari bentuk morfologi,
cerminan dari proses alam yang terjadi klasifikasi dan perbedaannya serta proses
dipantai yang merupakan hasil interaksi yang berhubungan terhadap pembentukan
dinamis dari aspek-aspek geologi, morfologi tersebut (Dahuri, 2001).
geofisika dan ulah manusia. Faktor geologi Buton Selatan (Gambar 1)
merupakan wilayah yang berada di
meliputi topografi, litologi dan struktur,
Provinsi Sulawesi Tenggara (Sikumbang
sedangkan faktor dinamis geofisika dkk., 1995) yang sebagian wilayahnya
meliputi angin, gelombang, arus dan terdiri atas wilayah pesisir. Pada salah satu
pasang surut. Ulah manusia meliputi wilayah Buton Selatan terdapat pantai
pengambilan pasir pantai untuk keperluan yang di kenal dengan sebutan Pantai
bahan bangunan serta aktivitas Kasoria. Pesisir Pantai Kasoria merupakan
pembangunan diwilayah pantai. Interaksi pantai yang memberikan gambaran
morfologi dari
dari beberapa faktor tersebut diatas akan
suatu sistem pantai yang terus mengalami
menghasilkan karakteristik pantai yang proses abrasi dan sedimentasi. Oleh karena
berbeda-beda antara pantai yang satu itu, untuk memenuhi keterbatasan
dengan yang lainnya di sepanjang wilayah informasi terkait karakteristik morfologi
pantai. pantai serta proses terbentuknya yang
Morfologi adalah ilmu yang dapat bermanfaat untuk mendukung
aktivitas masyarakat di wilayah pesisir.
mempelajari tentang bentang alam

Gambar 1. Peta Lembar Buton (modifikasi Sikumbang dkk, 1995)

April____251
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
2. METODE PENELITIAN bukit dengan relif yang terjal. Lokasi
penelitian di tempuh ± 8 jam dengan dari
Secara administrasi daerah penelitian
Kota Kendari menggunakan kendaraan
terletak di daerah Batauga Kabupaten
beroda dua dan kapal (Gambar 2).
Buton Selatan Provinsi Buton Selatan.
Topografi di daerah ini umumnya terdiri

Gambar 2. Peta Administrasi.

Adapun metode penelitian yang dan material pantai meliputi batuan dan
digunakan terdiri dalam 4 yakni: pasir. peneliti melakukan pengambilan
data yang diperlukan dengan melakukan
a. Studi Pustaka pengamatan dan pengambilan data primer
seperti penentuan lintasan pengamatan,
Pada tahap ini akan dilakukan
pencatatan hari, tanggal, kondisi cuaca,
pengumpulan data sekunder dan titik pengambilan data, ploting titik pada
pengkajian literatur hasil penelitian peta dasar, pengamatan dan pencatatan
terdahulu yang berhubungan dengan data singkapan batuan yang meliputi
kondisi geologi daerah penelitian. dimensi singkapan serta kondisinya,
pengamatan bentangalam, pencatatan data
b. Pekerjaan Lapangan (Fieldwork) litologi, pengambilan sampel, dan
Pekerjaan lapangan meliputi dokumentasi data geologi lainnya.
pemetaan langsung di wilayah pesisir
berupa data kondisi morfologi mencakup c. Analisis Laboratorium
data morfografi (bentuk lahan) dan Analisis laboratorium pada penelitian
morfometri (elevasi dan sudut lereng serta ini yaitu analisis petrogtrafi. Analisis ini
panjang lereng), tata guna lahan, vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi
April____252
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
mineral penyusun beserta persentasenya. a. Litologi Daerah Penelitian
Untuk analisis petrografi, dibuat sayatan Penamaan satuan litologi daerah
tipis dari sampel karang Porites pada penelitian didasarkan pada kenampakan
sebuah plat mika ukuran 2 x 6 cm dengan fisik atau ciri-ciri batuan. Berdasarkan dari
tebal sayatan ±0,2 mm. Analisis sayatan hasil pengamatan langsung dilapangan dan
tipis dapat digunakan untuk menganalisis didukung dengan data sekunder. Hasil dari
adanya perubahan kalsit pada tingkat yang survey lapangan dan analisis secara
rendah (low-level calcite) (Erlangga dkk., megaskopis dan mikroskopis, litologi yang
2016). Sampel sayatan tersebut kemudian dijumpai pada daerah penelitian terdiri atas
diamati menggunakan mikroskop satuan batugamping weckestone,
polarisasi dengan perbesaran 100x dan batugamping packstone, batugamping
mengambil foto yang representatif dari mudstone, batugamping boundstone,
masing-masing sampel. batugamping crystalline, endapan alluvium
dan endapan alluvial.
d. Pengolahan Data
Analisis tipe geomorfologi wilayah 1. Satuan Batugamping Weckestone
pesisir menggunakan klasifikasi BMB oleh Berdasarkan hasil sayatan petrografi
Brahmantyo dan Bandono (2006) yang (Gambar 3) dengan warna absorsi coklat
dipadukan dengan data kondisi tua, warna interferensi coklat muda,
geomorfologi pesisir serta data foto struktur tidak berlapis, tekstur non klastik,
kenampakan bentangalam/bentanglahan. dengan porositas baik, permeabilitas
Pengelolahan data morfologi pantai buruk, serta memiliki kemas terbuka.
diperoleh dari pemetaan langsung di Komponen terdiri dari skeletal grain
wilayah pesisir berupa data kondisi berupa fosil foraminifera 20% warna
morfologi mencakup data morfografi absobs abu-abu, warna interfensi coklat.
(bentuk lahan) dan morfometri (elevasi dan Sparit jumlah persentase 30% dengan
sudut lereng serta panjang lereng), tata warna absorbs abu-abu, warna interferensi
guna lahan, litologi dan proses-proses ungu kebiruan, bentuk anhedral dan sparit
pantai. Penentuan karakterisik tipe wilayah berupa kalsit. Matriks dengan persentase
pesisir berdasarkan analisis petrologi untuk 35% warna absorbs coklat tua, warna
penentuan jenis batuan yang dijumpai interferensi coklat muda. Opak dengan
secara megaskopis dan analisis secara persentase 5% warna absobs hitam, warna
deskriptif kualitatif menggunakan data interferensi hitam. Pori persentase 10%
hasil pengamatan yang diperoleh dengan warna absobs biru, dan warna
dilapangan sera data hasil analisis interferensi biru. Sehingga dari hasil
laboratorium. analisis petrografi diberi nama batuan
wackestone (Dunham, 1962).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

April____253
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022

Gambar 3. (A) Batugamping weckestone. (B) Sayatan Tipis Batugamping weckestone

2. Satuan Batugamping Packstone Matriks dengan persantase 10%


Berdasarkan hasil sayatan petrografi warna absobs coklat tua, dan interferensi
pada ST-2, ST-3, ST-5, ST-7, ST-10, dan coklat muda. Peloid dengan persentase
ST 13 (Gambar 4) warna absorbsi 18% warna absorbs coklat muda, warna
kecoklatan, warna interferensi abu-abu interfensi coklat tua, dan berbentuk bulat
kehitaman, struktur tidak berlapis, tekstur dengan ukuran >2mm. Intraclast
non klastik, dengan permeabilitas buruk, persentase 5% dengan warna absorbs abu-
permeabilitas buruk, serta kemas terbuka. abu, warna interferensi ungu, terdiri atas
Komponennya terdiri dari skeletal grain kalsit dan dolomit. Opak dengan
berupa fosil foraminifera dengan jumlah persentase 2% warna absorbs hitam dan
persentase 30% warna absorbs abu-abu, warna interfensi hitam. Pori dengan
dan warna interferensi coklat. Sparit persentase 5% warna absorbs biru dan
jumlah persentase 30% dengan warna warna interferensi biru. Sehingga dari hasil
absorbs abu-abu, warna interferensi ungu analisis petrografi diberi nama batuan
kebiruan, bentuk anhedral, dan sparit packstone (Dunham, 1962).
berupa kalsit.

Gambar 4. (A) Batugamping Packstone (B) Sayatan Tipis Batugamping Packstone.

April____254
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
3. Satuan Batugamping Mudstone warna absorbs abu-abu, warna interferensi
Berdasarkan hasil sayatan petrografi ungu kebiruan, bentuk anhedral dan
pada ST-6 (Gambar 5). warna absorbsi memiliki sparit berupa kalsit. Matriks
kecoklatan, warna interferensi abu-abu dengan jumlah persentase 40% memiliki
kehitaman, struktur tidak berlapis, tekstur warna absorbs coklat tua, dan warna
non klastik dengan bentuk mineral interferensi coklat muda. Opak dengan
euhedral-subhedral, porositas buruk, persentase 10% dengan warna absorbs
permeabilitas buruk dan kemas tertutup. hitam dan warna interferensi hitam.
Komponennya terdiri dari skeletal grain Sehingga dari hasil analisis petrografi
berupa fosil foraminifera dengan jumlah diberi nama batuan mudstone (Dunham,
persentase 40% memiliki warna absobs 1962).
abu-abu dan warna interferensi coklat.
Sparit jumlah persentase 10% dengan

Gambar 5. (A) Batugamping Mudstone (B) Sayatan Tipis Batugamping Mudstone

4. Satuan Batugamping Boundstone bentuknya anhedral, dan sparit berupa


Berdasarkan hasil sayatan petrografi kalsit. Matriks jumlah persentase 10%
pada ST-11 (Gambar 6). Warna absorbsi memiliki warna absorbs coklat tua, dan
kecoklatan, warna interferensi abu-abu warna interferensi coklat muda. Pori
kehitaman, struktur tidak berlapis, bentuk memiliki jumlah persentase 10% dengan
mineral euhedral-subhedral dengan tekstur warna absorbs biru, dan warna interferensi
non klastik, porositas baik, permeabilitas biru. Cortoid dengan jumlah persentase 5%
buruk dan kemas terbuka. Komponen memiliki warna absorbs coklat muda,
terdiri dari skeletal grain berupa alga warna interferensi coklat tua, dan
dengan jumlah persentase 30% memiliki berbentuk elips memanjang. Opak jumlah
warna absorbs abu-abu, dan warna persentase 5% memiliki warna absorbs
interferensi coklat. Sparit dengan jumlah hitam, dan warna interferensi hitam. Dari
40% memiliki warna absorbs abu-abu, hasil analisis petrografi diberi nama batuan
warna interferensi ungu kebiruan, boundstone (Dunham, 1962).

April____255
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022

Gambar 6. (A) Batugamping Boundstone.(B) Sayatan Tipis Batugamping Boundstone.

5. Satuan Batugamping Crystalline persentase 80% memiliki warna absorbs


Berdasarkan hasil sayatan petrografi putih, warna interferensi biru muda, bentuk
pada ST-8, ST-9, ST-12 dan ST-14 euhedral, tidak memiliki kembaran,
(Gambar 7). Warna absorbsi kecoklatan, pecahan rata, dan belahan ada. Opak
warna interferensi abu-abu kehitaman, jumlah persentase 10% memiliki warna
struktur tidak berlapis, tekstur non klastik, absorbs hitam dan warna interferensi
bentuk mineral euhedral-subhedral, hitam. Pori jumlah persentase 10%
porositas baik, permeabilitas buruk dan memiliki warna absorbs biru muda, dan
kemas terbuka. Komponen terdiri dari warna interferensi biru tua. Berdasarkan
mineral kalsit (Cal) dengan jumlah hasil analisis petrografi diberi nama batuan
crystalline (Dunham, 1962).

Gambar 7. (A) Batugamping Crystalline (B) Sayatan Tipis Batugamping Crystalline

6. Endapan Alluvium ukuran material dari satuan ini sangan


Dari hasil pengamatan lapangan bervariasi dari berukuran pasir halus
endapan allvium (Gambar 8) pada daerah hingga kerakal dengan luas yang
penelitian berasal dari sungai Teo yang menempati 5% dan ditandai dengan warna
mengangkut material sedimen hasil coklat terang. Satuan endapan alluvium
longsoran dinding sungai, terdiri atas pada daerah penelitian ini berumur dari
material batuan sedimen karbonat dengan miosen tengah-miosen akhir.

April____256
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
b. Morfologi Pantai Kasoria
1. Pedataran Kars Batauga
Satuan morfologi pedataran karst
daerah penelitian menempati 25% dari luas
area penelitian dan tersebar di bagian Barat
dan Timur. Satuan pedataran ini terletak
pada ketinggian 0 sampai 60 mdpl, dengan
kemiringan lereng datar (Gambar 10).
Satuan morfologi ini terdiri dari litologi
batugamping weckestone, batugamping
packstone, batugamping mudstone, dan
Gambar 8. Endapan Alluvium Pantai
endapan aluvium. Satuan morfologi
Kasoria
pedataran ini merupakan salah satu tempat
7. Endapan Alluvial terakumulasinya hasil pelapukan dari
Satuan ini menempati wilayah batugamping. Pelapukan yang berlangsung
pedataran rendah dengan ditutupi oleh yaitu pelapukan fisika, biologi, dan kimia.
luasnya area perkebunan masyarakat pada Proses karstifikasi yang terjadi belum
daerah penelitian tersebut. Ciri fisik dari terlalu intens yang ditandai dengan ponor
endapan alluvial (Gambar 9) adalah pada satuan pedataran karst yang berada
material-material endapan yang belum pada daerah penelitian. Satuan ini
terkonsolidasi dan terlitifikasi sehingga digunakan sebagai tempat pemukiman
endapan material sangat rapuh (loose). masyarakat dan perkebunan.
Ukuran material dari satuan ini sangat
bervariasi dari berukuran lanau hingga
berangkal, pada umumnya fragmen-
fragmen dari material alluvial ini berupa
batuan sedimen yang terlapukkan hingga
terlepas dari singkapan utamanya. Satuan
endapan alluvial pada daerah penelitian ini
berumur dari miosen tengah-miosen akhir.

Gambar 10. Pedataran Kars Batauga

2. Perbukitan Kars Batauga


Satuan morfologi perbukitan karst
daerah penelitian menempati hampir 75 %
dari luas daerah penelitian, tersebar di
bagian utara (Gambar 11). satuan ini
terletak pada ketinggian 60 sampai 320
mdpl yang dimana satuan morfologi
Gambar 9. Endapan Alluvial Daerah perbukitan karst terdiri dari litologi
Batauga batugamping boundstone, batugamping
April____257
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
boundstone, dan endapan alluvial. Satuan notch bahkan bisa membentuk sea cave. Di
morfologi ini memiliki kemiringan lereng dasar cliff terdapat banyak bongkahan-
agak curam yang terbentuk akibat proses bongkahan batuan merupakan hasil
pelapukan dan karstifikasi dengan runtuhan.
menghasilkan bentuk permukaan bumi
eksokars yang dimana terdiri dari litologi
batugamping dan vegetasi yang lebat.

Gambar 11. Perbutikan Kars Batauga

Gambar 12. Tebing Curam (Cliff)


3. Tebing Curam (Cliff)
Cliff merupakan bentuk lereng terjal 4. Notch
yang berada di pantai menyerupai dinding Notch (Gambar 13) hampir sama
(Bird, 2008). Yang menempati hampir dengan cliff, yang membedakan antara
seluruh garis pantai pada daerah penelitian, keduanya terletak pada bagian tebingnya
tersebar pada koordinat 5˚41’23,8” S, yang langsung dengan permukaan air laut
122˚39’56,4” E. Tebing ini dicirikan oleh dan memiliki lengkungan ke arah darat
morfologi yang agak terjal dengan relief sehingga dapat kita lihat bentuk relung
curam yang terbentuk dari hasil kikisan pada tebing Bird (2008), di sepanjang
gelombang yang relatif lambat dengan daerah penelitian ditemukan notch pada
batuan dasar terdiri batugamping koordinat 5˚41’34,5” S, 122˚39’44,4” E
packstone, memiliki tinggi 13 mdpl dengan dengan panjang 200 meter dan kedalaman
kemiringan 90˚ (Gambar 12). Bentukan sekitar 1 meter.notch yang berada pada
lereng yang overhanging akan memberi cliff yang memiliki susunan batuan
gaya berat dari batuan di atasnya yang sedimen berupa batugamping packsone
akan meninggalkan bentuk cliff yang yang kompak, sehingga bentuk notchnya
vertikal. Di dasar cliff sudah tampak wave masih pada bentuk awal. Hingga
cut platform yang bisa mengurangi bentuknya memanjang kesamping
kekuatan hempasan gelombang. Litologi sepanjang garis pantai yang terbentuk
daerah penelitian juga mempengaruhi akibat pengikisan gelombang di dasar cliff.
pembentukan karakteristik tebing curam.
Litologi ini tersusun dari batuan sedimen
karbonat yaitu batugamping packstone.
Hasil dari pelarutan batugamping
membentuk rongga-rongga yang
mempercepat pengikisan oleh gelombang
laut, sehingga sangat mudah terbentuk
April____258
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022

Gambar 13. Notch

5. Stack dan Stump


Stack merupakan bentuk pilar Gambar 14. Pilar Pendek (stump)
raksasa (tugu) yang berada di pantai
Titik pengamatan daerah penelitian
(Shofian dkk., 2019). Proses terbentuknya
di temukan pula stack pada koordinat
merupakan bentuk lanjutan dari notch dan
5˚41’45,6” S, 122˚39’21,7” E yang tampak
cliff yang memiliki tingkat resistensi
seperti tower di daerah kars, berupa
batuannya menahan aksi gelombang.
kompleks perbukitan yang perbukitannya
Sebuah stack yang telah direduksi menjadi
menonjol-menonjol dengan susunan
pilar pendek dikenal sebagai stump. Stump
batuan sedimen berupa batugamping
yang terdapat di daerah penelitian pada
crystalline. Panjang perbukitan stack ± 3
koordinat 5˚41’19,2” S, 122˚40’03,1” E
meter warnanya gelap tampak telah
memiliki tinggi ± 2 meter dan lebarnya ±
mengalami proses pelapukan. berkoloni
1,5 meter.
membentuk bukit dan pemantang dengan
Stump pada daerah penelitian
warna abu-abu, tertimbun pula pecahan-
reliefnya agak kasar, bentuknya meruncing
pecahan kerangka dan batugamping
ke atas dan telah menampakkan retakan
packstone yang dihasilkan dari sekresi
akibat proses pelapukan batuan sedimen
kalsium karbonat organik yang membuat
karbonat yang berupa batugamping
pasir dan koloni membatu (Gambar 15).
packstone. Sedangkan pada stump telah
mengalami retakan di sekitar pinggiran
stack, reliefnya sangat kasar, bagian
atasnya meruncing dengan bagian dasarnya
telah menipis akibat kikisan gelombang
sedangkan bagian atasnya masih tebal
(Gambar 14).

Gambar 15. Pilar Raksasa (Stack)


April____259
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
6. Endapan Hasil Organisme juga hasil dari runtuhan lereng dan
Bentuk lahan organisme yaitu bentuk endapan hasil bawaan sungai yang terdiri
lahan yang dibentuk oleh binatang dari material batugamping weckestone,
termasuk manusia (Rusdi dkk., 2020). batugamping packstone dan batugamping
Coral reefs yang ditemukan pada mudstone yang berwarna abu-abu terang
koordinat 122˚40’10,9” E, 5˚41’09,5” S di dan berbentuk hampir bundar.
daerah penelitian ini yang terdiri dari Terumbu karang terjadi akibat proses
terumbu karang organik yang didominasi organik dan relatif lambat yang
koral atau koral-ganggang yang berwarna memungkinkan adanya keterlibatan
hitam kehijauan serta pasir karbonat manusia dalam proses terbentuknya.
tumbuh ditempat berkoloni membentuk Karang yang telah berada di atas
bukit dan pemantang dengan warna abu- permukaan laut, akan mati, kemudian
abu, tertimbun pula pecahan-pecahan hanya menyisakan tempat tinggalnya
kerangka dan batugamping packstone yang berupa kumpulan karang. Proses yang
dihasilkan dari sekresi kalsium karbonat terus berlangsung akan membentuk karang
organik yang membuat pasir dan koloni memanjang karena karang yang timbul.
membatu (Gambar 16). Karang yang timbul ke permukaan berupa
teras-teras. Terumbu karang membentuk
terumbu pinggiran kemudian berubah
menjadi terumbu penghalang (Atmodjo,
2016). Secara umum daerah endapan tidak
terlalu nampak secara jelas (Gambar 17),
persebaran endapan terdapat pada bagian
tenggara lokasi penelitian yaitu pada
muara sungai terdapat delta.
Endapan berupa kerikil, kerakal, dan
bongkah, namun endapan tersebut hanya
bisa terlihat ketika air laut surut.
Gambar 16. Coral Reefs
Sedangkan Reef flat pada daerah
penelitian di temukan pada koordinat
122˚40’08,2” E, 5˚41’14,2” S yang
ditandai dengan adanya batuan terumbu
mati berwarna hitam kehijauan yang
membatu terhambur bersama pecahan-
pecahan dan pasir koral, biasanya kering
pada saat air laut surut dan terbentuk
sebagai puncak terumbu diatas muka air
laut surut.
Endapan ini merupakan hasil alami Gambar 17. Reef Flat
dari bentukan gelombang, karena kekuatan
7. Tanjung dan Tebing Rendah (Nips)
gelombang yang berasal dari Laut Banda
dapat mengangkut material seperti itu, dan
April____260
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
Tanjung ialah suatu bentangalam Pada dinding tebing rendah terdapat
yang menjorok ke arah laut yang kedua ornamen-ornamen atau lubang-lubang
sisinya relatif sejajar dengan garis pantai kecil yang disebut dengan struktur coastal
(Noor, 2012). Tanjung Sambalagi terletak
karren. Lubang-lubang kecil ini terbentuk
di Kecamatan Batauga pada koordinat
5˚41’38,1” S, 122˚39’39,7” E (Gambar karena erosi lateral oleh gelombang laut
18), tanjung ini memiliki bentuk dan banyak dijumpai pada dinding tebing
memanjang dan berelief agak miring rendah (nips).
membentuk bukit kars yang agak terjal. Di
bagian dasar tanjung Sambalagi hampir
seluruhnya terdapat gugusan tebing rendah
(nips) dengan gisik yang agak tipis dan
didominasi oleh batuan gamping (pantai
berbatu) yang terhampar hampir di
sekeliling Tanjung Sambalagi.

Gambar 18. Tanjung Sambalagi Gambar 19. Tebing Rendah (Nips).


Tanjung merupakan hasil dari
pengikisan pantai oleh pukulan air laut 8. Delta
yang terjadi secara terus-menerus terhadap
Delta sungai adalah bentuk lahan
dinding pantai yang memiliki batuan
yang terbentuk dari pengendapan sedimen
resisten yang sulit tererosi.
yang terbawa oleh sungai ketika aliran
Tebing rendah (nips) pada daerah
meninggalkan mulutnya dan memasuki
penelitian sangat gampang ditemukan pada
aliran air yang lebih lambat atau stagnan
sekitaran tanjung pada daerah penelitian.
(Bird, 2008). Delta yang didominasi
Seperti tebing curam (cliff), tebing rendah
pasang surut (tide-dominated delta), pada
terbentuk akibat dari gelombang laut yang
musim kemarau material yang di bawah
terus menerus menerjang dan
dari sungai Teo (Gambar 20) tertampung
menyebabkan bentuk dari tebing rendah
pada delta bahkan hingga mengering
tersebut menyerupai huruf c yang
sehingga air sungai tidak masuk ke laut
melengkung (Gambar 19). Litologi
lewat muara tetapi air sungai tembus ke
penyusunnya tebing rendah pada daerah
laut melalui lapisan aquifer, sedangkan
penelitian adalah batuan sedimen karbonat
pada musim hujan air sungai sudah bisa
yaitu batugamping packstone.
menembus delta, karena pada musim hujan
debit air sungai bertambah besar
April____261
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
(Sampurno, 2007). Sedimen dengan pembentukan bentang alam pantai daerah
butiran besar akan mengendap pada saat penelitian. Abrasi yang terjadi di daerah
memasuki laut pasang surut karena penelitian disebabkan oleh pengikisan
semakin mengecilnya kecepatan aliran di batugamping oleh air laut yang ditandai
dalamnya sedangkan sedimen layang yang dengan hadirnya tanjung, pilar laut (stack),
terkandung di dalam aliran debit akan stump dan notch. Selain itu, morfologi
menggumpal menjadi berbutir yang lebih delta dan endapan hasil organisme juga
besar, pada waktu aliran memasuki ruas dijumpai pada daerah penelitian, sehingga
bagian hilir (Rusdi dkk., 2020). hal ini menunjukan adanya proses
sedimentasi material sedimen oleh
gelombang laut atau pengembangan
material sedimen pantai ke arah laut serta
material sedimen yang berasal dari sungai.
Oleh karena itu proses pembentukan
morfologi pantai pada daerah penelitian ini
lebih didominasi oleh aktivitas yang terjadi
dari darat ke laut.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
Gambar 20. Delta Sungai Teo. dilakukan di daerah Batauga, Kabupaten
Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
c. Genesa Morfologi Pantai Kasoria maka, penulis menarik kesimpulan bahwa
Bentuk morfologi daerah penelitian daerah penelitian tersusun atas 7 satuan
yaitu pedataran kars Batauga, Perbukitan yaitu, batugamping weckestone,
karst Batauga. Bentuk morfologi daerah batugamping packstone, batugamping
penelitian dipengaruhi oleh proses mudstone, batugamping boundstone,
karstifikasi, abrasi oleh air laut, erosi oleh batugamping crystalline, alluvium, dan
gelombang air laut, dan proses alluvial. Serta bentuk fisik morfologi pada
sedimentasi. daerah penelitian terbagi atas beberapa
Proses karstifikasi yang terjadi pada satuan jenis morfologi yaitu satuan
daerah penelitian dibuktikan dengan pedataran kars Batauga, perbukitan kars
dominasi satuan batugamping packstone Batauga, tebing curam (cliff), tebing
pada morfologi pedataran dan perbukitan rendah (nips), tanjung, pilar laut (stack),
di jumpai batugamping crystalline pada stump, notch, delta, dan endapan hasil
daerah penelitian. Proses karstifikasi ini organisme. Satuan morfologi pantai pada
terjadi secara intens, sehingga membentuk daerah penelitian terbentuk akibat proses
beberapa morfologi pantai di daerah karstifikasi, proses abrasi yang dipengaruhi
penelitian, seperti adanya tebing curam oleh arus laut dan proses sedimentasi
(cliff), notch dan tebing rendah (nips), yang sehingga menghasilkan morfologi pantai
membentang sepanjang Barat-Timur yang beragam. Berdasarkan sudut pandang
daerah penelitian. Proses abrasi juga morfologinya Pantai Kasoria termaksud
memegang pengaruh penting dalam proses pantai yang bertebing.

April____262
(JAGAT) Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181│ e-ISSN : 2684-6705
│ Vol.6 │ No.1│ 2022
DAFTAR PUSTAKA Untuk Deteksi Kalsit Non Destruktif
Dari Fosil Karang Porites Endapan
Atmodjo, W. (2016): Geomorfologi Pesisir
Terumbu Kuarter Kendari, Sulawesi
Pantai Benteng Portugis, Kecamatan
Tenggara, Jurnal Riset, Pusat
Donorojo, Kabupaten Jepara, Jurnal
Penelitian Geoteknologi LIPI,
Kelautan Tropis, 19(2), hal. 150–160.
Bandung, hal. 15–21.
DOI:10.14710/jkt.v19i2.842
Noor, D. (2012): Geomorfologi (2 ed.),
Universitas Pakuan, Bogor.
Bird, E. C. F. (2008): Coastal
Rusdi, Padli, F., dan Hendra (2020): Studi
Geomorphology: An Introduction,
Morfologi Pantai Rewata’a Desa
2nd Edition (Second edi), Wiley, 436.
Lalampanau, Jambura Geoscience
Brahmantyo, B., dan Bandono (2006):
Review, 2(2), hal. 58–68.
Klasifikasi Bentuk Muka Bumi
DOI:10.34312/jgeosrev.v2i1.4039
(Landform) untuk Pemetaan
Sampurno, D. (2007): Pengembangan
Geomorfologi pada Skala 1:25.000
Kawasan Pantai Kaitannya dengan
dan Aplikasinya untuk Penataan
Geomorfologi, Karya Tulis ILmiah,
Ruang, Jurnal Geoaplika, 1(2), hal.
hal. 30.
71–78.
Shofian, T., Atmodjo, W., dan Marwoto, J.
Dahuri, R. (2001): Pengelolahan sumber
(2019): Geomorfologi Perairan Muara
daya wilayah pesisir dan lautan
Sungai Kaliboyo Batang Jawa
secara terpadu (XXIV) (P. Paramita,
Tengah, Journal of Marine Research,
Ed.), Jakarta, 305.
8(4), hal. 431–438.
Dunham, R. J. (1962): Classification of
DOI:10.14710/jmr.v8i4.25412
Carbonate Rocks According to
Sikumbang, N. (1995): Peta Geologi
Depositional Texture, The America
Lembar Buton Sulawesi Tenggara,
Association of Petroleum Geologists
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Bulletin.
Geologi, Bandung, 1.
Erlangga, B. D., Mulyadi, D., dan
Cahyarani, S. Y. (2016): Analisis
Petrografi dan X-RAY Diffaraction

April____263

Anda mungkin juga menyukai