ABSTRACT
Land use conversion is a consequence of the logistics of increasing population activity and
population. Land use conversion is basically a common thing, if land conversion is carried out
without paying attention to soil and air conservation, it will cause land degradation. The development
of the population in Pujon District causes an increase in the need for land use change without regard
to soil and air conservation rules so that land degradation occurs, this can be seen from the continued
impact of land degradation, namely long droughts in the dry season, landslides and floods in the dry
season. The rainy season in the Pujon area causes the access to the Malang - Kediri route to be cut
off. This research was conducted with the ability of the land with the aim of suppressing the level of
land degradation in the Pujon District. The results showed that there were three land capability
classes, namely class III, IV, and VIII. The dominant limiting factor affecting land capability is the
slope and soil permeability, there are land uses that are not in accordance with the ability class so
that it is directed to Protected Forests.
INTISARI
Konversi tata guna lahan merupakan konsekuensi yang logis dari peningkatan aktivitas
penduduk dan jumlah penduduk. Konversi tata guna lahan pada dasarnya merupakan hal yang umum
terjadi, namun jika konversi lahan dilakukan tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air
akan menyebabkan degradasi lahan. Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Pujon
menyebabkan tingginya kebutuhan yang menuntut untuk melakukan alih guna lahan tanpa
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air sehingga mengalami degradasi lahan, hal ini dapat
dilihat dari adanya dampak lanjutan akibat degradasi lahan yaitu terjadinya kekeringan panjang terjadi
dimusim kemarau, longsor dan banjir pada musim hujan di wilayah Pujon menyebabkan terputusnya
akses jalur Malang – Kediri. Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi kemampuan lahan dengan
tujuan untuk menekan tingkat degradasi lahan di wilayah Kecamatan Pujon. Hasil penelitian
menunjukan bahwa tiga kelas kemampuan lahan yaitu kelas III, IV, dan VIII. Faktor pembatas
dominan yang mempengaruhi kelas kemampuan lahan yaitu kemiringan lereng dan permeabilitas
tanah, terdapat pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan kelas kemampuannya sehingga diarahkan
untuk Hutan Lindung.
1
Corresponding author: Imzky Aulia Ramadhani. Email: imzkyaulia28@gmail.com
PENDAHULUAN
Lahan merupakan suatu sumberdaya alam Kondisi lahan yang tidak optimal ditandai
yang sangat penting untuk memenuhi dengan meningkatnya bencana alam yang
kebutuhan hidup semua mahluk hidup, terjadi seperti banjir, tanah longsor dan tingkat
sehingga dalam pengelolaannya harus erosi yang tinggi, hal ini dikarenakan tidak
dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan adanya keterpaduan antar penggunaan lahan
kemampuannya agar tidak mengalami dengan kemampuan lahan, sehingga membawa
penurunan tataguna dan dayaguna lahan serta implikasi bahwa telah terjadi penurunan
menurunkan produktivitas lahan. Keterbatasan kondisi suatu lahan. Menurut penelitian
lahan menyebabkan terjadinya persaingan (Setiawan et al., 2016) Wilayah Pujon dapat
antar jenis penggunaan lahan. Dalam dikelompokkan menjadi empat kelas
persaingan penggunaan lahan tentunya, kerawanan longsor. Daerah tidak rawan seluas
keputusan penggunaan lahan didasarkan atas 9.770 ha (64,05%),agak rawan seluas 4.9001
penggunaan lahan yang memberikan ha (30,82%), rawan 768 ha (5,03%) dan sangat
keuntungan paling tinggi namun hal tersebut rawan 14,85 ha (0,1%). Diduga faktor yang
hanya akan menyebabkan degradasi lahan. paling mempengaruhi kerawanan longsor di
Menurunnya kualitas lahan dapat berdampak Pujon disebabkan oleh penggunaan yang tidak
langsung pada rusaknya lingkungan dan resiko sesuai dengan kemampuannya dan kelereng
bencana yang muncul secara tidak terduga. lahan yang curam. Analisis Kemampuan lahan
merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan
Konversi tata guna lahan merupakan
lahan sesuai dengan potensinya. Penilaian
konsekuensi yang logis dari peningkatan
potensi suatu lahan sangat diperlukan terutama
aktivitas penduduk dan jumlah penduduk.
dalam rangka menyusun kebijakan strategi
Konversi tata guna lahan pada dasarnya
arahan penggunaan lahan dan pengelolaan
merupakan hal yang umum terjadi, namun
lahan secara tepat dan berkesinambungan.
pada kenyataannya konversi tata guna lahan
Berdasarkan atas latar belakang dan
menjadi masalah jika terjadi di atas lahan
permasalahan tersebut maka perlu adanya
resapan yang masih produktif. Perkembangan
identifkasi tentang kemampuan lahan dan
jumlah penduduk di Kecamatan Pujon
strategi penggunaan lahan yang sesuai dengan
menyebabkan tingginya kebutuhan yang
kemampuan lahan untuk menekan tingkat
menuntut untuk melakukan alih guna lahan
degradasi lahan di wilayah Kecamatan Pujon.
tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah
dan air sehingga mengalami degradasi lahan BAHAN DAN METODE
yang menyebabkan menurunnya kualitas
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah
biofisik tanah. Dampak dari adanya degradasi
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang dan
lahan ini adalah kekeringan panjang terjadi
analisa di Laboratorium Sumber Daya Lahan
dimusim kemarau, longsor dan banjir pada
UPN “Veteran” Jawa Timur. Pada 3 satuan
musim hujan di wilayah Pujon menyebabkan
penggunaan lahan meliputi tegalan,
terputusnya akses jalur Malang – Kediri.
perkebunan, dan hutan. Alat dan bahan yang
Sampai saat ini masalah banjir, erosi, dan tanah
diperlukan pada penelitian ini yaitu Bor tanah,
longsor terus menjadi isu penting dalam
clinometer, plastik sampel, meteran, ring
perencanaan terutama di daerah Kabupaten
sampel, kertas label, pisau belati, kompas,
Malang, hal ini tentu sangat erat hubungannya
software Arcgis dan alat tulis. Penelitian
dengan kesalahan dalam mengelola lahan.
70 Jurnal Pertanian Agros Vol.25 No.1, Januari 2023: 68 -77
dilakukan dengan menggunakan metode survei mewakili dari tiap satuan lahan yang
dengan bantuan software ArcGIS untuk ditentukan atas dasar kesamaan kelas
mengetahui kodisi dilapang dan dengan tujuan kemiringan lereng, jenis tanah dan penggunaan
deskriptif untuk mendeskripsikan kondisi lahan.
wilayah penelitian sehingga dapat
Penilaian kelas kemampuan lahan pada
mempermudah dalam penentuan titik
tiap satuan lahan diwilayah penelitian
samplingnya.
dilakukan dengan menggunakan pedoman
Titik sampel unit lahan penelitian ini kriteria klasifikasi kemampuan lahan yang
ditentukan dengan cara menumpang tindihkan dikemukakan oleh Arsyad (2010) yang
(overlay) peta kemiringan lereng 1:50.000, ditunjukan pada tabel 1. Data primer yang
peta jenis tanah 1:50.000 dan peta penggunaan diperlukan yaitu tekstur tanah, pH tanah,
lahan 1:50.000, terdapat 11 satuan lahan permeabilitas, drainase, kemiringan lereng,
diwilayah Kecamatan Pujon. Hasil overlay kedalaman efektif tanah, kepekaan erosi,
akan diperoleh peta unit lahan yang digunakan batuan besar, batuan kecil dan muka air tanah,
sebagai unit semplingnya. Pengambian sampel sedangkan untuk data sekunder yang
tanah yang dilakukan menggunakan metode diperlukan yaitu kondisi iklim di wilayah
purposive sampling. Sampel yang akan diteliti penelitian yang meliputi data curah hujan 5
diambil pada kedalaman tanah 0-30 cm dan 30- tahun terakir dan tempratur.
60 cm dengan menggunakan 3 ulangan yang
KepekaanErosi
Kemiringan
Ancaman
SatuanLahan
Krikil/Batuan
Permeabilitas
Lereng (%)
Tingkat Erosi
TeksturTanah
DrainaseTanah
Sampel
Efektif (cm)
Kemampuan
Kedalaman
Kode
Banjir
Pembatas
(cm/jam)
Lahan
Kelas
1 T1 A k0 e1 t3 d1 P4 KE3 b0 Oo P4,KE3 IIIes
2 T2 B k0 e1 t4 d1 P4 KE3 b0 Oo P4, t4 IIIs
3 T3 C k0 e1 t2 d2 P3 KE3 b0 Oo P4,KE3 IIIes
4 T4 D k0 e1 t4 d1 P5 KE3 b0 Oo L4,P5 VIIIgs
5 K2 B k0 e1 t2 d3 P3 KE3 b0 Oo KE3,d3 IIIew
6 K3 C k0 e1 t2 d3 P3 KE3 b0 Oo KE3,d3 IIIew
7 K4 D k0 e1 t2 d3 P3 KE3 b0 Oo L4,d3 IVgw
8 H2 B k0 e1 t3 d1 P4 KE3 b0 Oo KE3,P4 IIIes
9 H3 C k0 e1 t2 d2 P3 KE3 b0 Oo KE3,L3 IIIeg
10 H4 D k0 e1 t3 d2 P4 KE3 b0 Oo L4, P4 IVgs
11 H5 E k0 e1 t4 d2 P5 KE3 b0 Oo L6, P5 VIIIgs
Berdasarkan tabel diatas kelas kemampuan pada tanah sehingga dapat mengurangi laju
lahan yang mendominasi yaitu kelas III dan aliran permukaan. Hal ini sesuai dengan
kelas IV dengan luas 6,584.13 dan 4,293.57 Ha pendapat (Kusuma et al., 2013) menyatakan
dari total luas Kecamatan Pujon 12050.5 Ha bahwa tanah dengan kandungan bahan organik
atau sekitar 54.64% dan 35.63%, sedangkan tinggi mempunyai erodibilitas yang rendah.
kelas VIII seluas 1,172.8 Ha (9.37%), dari total
Lahan kelas IIIew dengan faktor pembatas
luas wilayah Kecamatan Pujon. Klasifikasi
kepekaan erosi (e) dan drainase tanah (w)
kelas kemampuan lahan ini dilanjutkan sampai
dengan luas lahan 822.92 ha (6.83%) terdapat
tingkat sub-kelas, sehingga diketahui faktor
pada satuan lahan 5 dan 6. Factor pembatas
pembatas yang paling pengaruh terhadap
kepekaan tanah terhadap erosi dan drainase
penentuan kelas kemampuan lahan.
agak buruk, permasalahan pada drainase tanah
Analisis Sub Kelas Kemampuan Lahan. Sub dapat diatasi dengan membuat saluran drainase
kelas kemampuan lahan merupakan di permukaan tanah maupun di bawah tanah,
pembagian lanjut dari kelas kemampuan lahan. drainase permukaan tanah berfungsi
Pengelompokkan sub kelas didasarkan pada mengalirkan air limpasan permukaan atau
jenis faktor pembatas yang terdapat pada tiap mengurangi laju aliran permukaan. Sedangkan
unit lahan. Lahan kelas IIIs dengan faktor drainase bawah tanah berfungsi mengalirkan
pembatas permeabilitas, dan tekstur tanah (s) air limpasan melalui saluran di bawah
dengan luas lahan 1,858.24 ha (15.42%) permukaan tanah sehingga kepekaan tanah
terdapat pada satuan lahan 2. Factor pembatas terhadap erosi menjadi rendah.
permeabilitas agak cepat dan tekstur tanah
Lahan kelas IIIeg dengan faktor pembatas
agak kasar, upaya perbaikan yang diperlukan
kepekaan erosi (e) dan kemiringan lereng (g)
hanya dapat memperbaiki kelas permeabilitas
dengan luas lahan 1,446.80 ha (12.01%)
tanah saja dikarenakan factor pembatas tekstur
terdapat pada satuan lahan 9. Factor pembatas
merupakan factor pembatas mayor yang tidak
kepekaan tanah terhadap erosi sedang dan
dapat dirubah. hal ini sesuai dengan pendapat
kemiringan lereng yang landai, permasalahan
(Mubekti, 2016), menyatakan bahwa factor
terhadap kepekaan erosi pada satuan lahan 9
pembatas permanen merupakan factor
dapat diatasi dengan memberikan tanaman
pembatas yang tak dapat diubah terdiri dari
penutup tanah agar air hujan yang jatuh ke
suhu, tekstur tanah, curah hujan, dan
tanah dapat ditekan dan dapat mengurangi
ketinggian tempat.
aliran permukaan, sedangkan untuk factor
Lahan kelas IIIes dengan faktor pembatas pembatas kemiringan dapat diatasi dengan
kepekaan erosi (e) dan permeabilitas (s) pembuatan teras bangku.
dengan luas lahan 2,456.17 ha (20,38%)
Lahan kelas IVgw dengan faktor pembatas
terdapat pada satuan lahan 1,3, dan 8. Faktor
kemiringan lereng (g) dan drainase (w) dengan
pembatas kepekaan tanah terhadap erosi, dan
luas lahan 266.67 ha (2.21%) terdapat pada
permeabilitas agak cepat, Upaya yang
satuan lahan 7. Factor pembatas kemiringan
diperlukan untuk memperbaiki permeabilitas
lereng agak curam dan drainase agak buruk,
tanah yaitu dengan penambahan bahan organic,
permasalahan terhadap drainse yang agak
hal ini dikarenakan salah satu fungsi bahan
buruk dapat diatasi dengan perbaikan sistem
organic dalam tanah yaitu dapat membantu
drainase permukaan dan dalam tanah.
mengikat air dan memperbaiki laju infiltrasi
Sedangkan permasalahan terhadap kemiringan
74 Jurnal Pertanian Agros Vol.25 No.1, Januari 2023: 68 -77
lereng yang agak curam dapat diatasi dengan Lahan terletak pada lereng yang curam dan
membuat teras bangku, teras bangku sendiri kapasistas menahan air sangat rendah. Lahan
dapat digunakan pada lahan yang memiliki seperti ini sangat rawan terhadap kerusakan
kemiringan 10-30%. Teras bangku dibuat terutama longsor, oleh karena itu lahan kelas
dengan jalan memotong lereng dan meratakan VIII harus dibiarkan secara alamiah tanpa
tanah pada bagian bawahnya sehingga campur tangan manusia atau dibuat cagar alam.
terbentuk deretan berbentu bangku / tangga.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Dermawan et Arahan Penggunaan Lahan. Arahan
al., 2018), menyatakan bahwa pembuatan teras penggunaan lahan merupakan suatu dasar
bangku efektif dalam mengendalikan erosi dan acuan untuk menentukan kegiatan yang sesuai
aliran permukaan dan dapat memudahkan dan diperbolehkan atas dasar kemampuan
petani dalam melakukan usaha taninya. lahan itu sendiri, dengan mempertimbangkan
Lahan kelas IVgs dengan faktor berbagai aspek seperti fisik, kawasan lindung,
pembatas kemiringan lereng (g) dan kawasan penyangga, dan kawasan budidaya.
permeabilitas (s) dengan luas lahan 4,026.90 ha Dalam hal ini arahan penggunaan lahan berupa
(33.42%) terdapat pada satuan lahan 10. factor rekomendasi penggunaan lahan yang sesuai
pembatas kemiringan lereng agak curam dan dengan potensi dan daya dukung lahan di
permeabilitas agak cepat, hal ini dapat diatasi wilayah Kecamatan Pujon berdasarkan
dengan pembuatan teras bangku dan untuk klasifikasi kemampuan lahan.
permeabilitas dapat dilakukan penambahan Persentase kesesuaian penggunaan lahan pada
bahan organic tanah. Lahan kelas VIIIgs daerah penelitian yaitu 93.74%, hal ini
dengan faktor pembatas kemirigan lereng (g) menunjukkan bahwa sebagian besar (93.74%)
dan permeabilitas (s) dengan luas lahan 1,172.8 dari total luas daerah penelitian memiliki
ha (9.73%) terdapat pada satuan lahan 4 dan kesesuaian antara penggunaan lahan dan
11. Faktor pembatas pada lahan kelas VIII potensi lahan yang ada.
tanaman pertanian, sedangkan kelas lahan V pendapat (Manuputty et al., 2018), menyatakan
sampai VIII tidak sesuai untuk pengusahaan bahwa kelas kemampuan lahan VIII tidak
budidaya pertanian karena memiliki factor sesuai untuk pengusahaan budidaya tanaman
pembatas yang berat maupun permanen. semusim dan usaha produksi pertanian lainnya
Lahan yng memiliki kelas kemampuan VIII dan harus dibiarkan pada keadaan alami di
yang erdapat pada satuan lahan 4 dan 11, bawah vegetasi alami seperti cagar alam dan
meiliki factor pembatas kemiringan lereng dan hutan lindung. Namun pada satuan lahan 11
permeabilitas dengan penggunaan lahan actual dengan penggunaan lahan aktual hutan hal ini
tegalan dan hutan. Penggunaan lahan yang dianggap sudah sesuai dengan kelas
terdapat pada satuan lahan 4 (tegalan) tidak kemampuannya sehingga untuk arahan
sesuai dengan kelas kemampuannya oleh penggunaan lahannya tidak perlu diubah.
karena itu arahan penggunaan lahannya perlu
diubah ke hutan lindung. Hal ini sesuai dengan
Budiarta, I. G. 2014. Analisis kemampuan lahan Setiawan, B., Sudarto, & Nugraha, P. A. (2016).
untuk arahan penggunaan lahan pada lereng Pemetaan Daerah Rawan Longsor Di Kecamatan
timur laut Gunung Agung Kabupaten Pujon Menggunakan Metode Analytic Hierarchy
Karangasem-Bali. Media Komunikasi Geografi Process (Ahp). Sistem Informasi Geografis,
15(1). 23(1), 1–10.