Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

APLIKASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK


ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN
BERDASARKAN KEMAMPUAN LAHAN
(Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Karang Mumus)
Dwi Agung Pramono(*), Teguh Hariyanto, dan Agung Budi Cahyono

Program Studi Pasca Sarjana Geomatika, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh November,
Sukolilo, Surabaya, 60111. Indonesia
e-mail: dwapra@ymail.com

ABSTRAK

Perkembangan aktivitas manusia dalam memanfaatkan suatu lahan harus disesuaikan


dengan kemampuan lahan daerah yang akan digunakan, oleh sebab itu perlu adanya
suatu analisis tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan.
Hasil yang diharapkan dari analisis ini memberikan informasi untuk memanajemen
suatu wilayah yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada wilayah Daerah
Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus yang berada pada 2 wilayah adminstrasi yaitu
Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode yang digunakan untuk
menganalisa kemampuan lahan berdasarkan pedoman penentuan daya dukung
lingkungan hidup wilayah dalam penataan ruang yang dikeluarkan Kementerian
Lingkungan Hidup dan penggunaan lahan menggunakan metode matching
(mencocokan) dengan menganalisis data penginderaan jauh berupa citra Ikonos serta
analisis di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah Terdapat 7 kelas Kemampuan
Lahan di wilayah DAS Karang Mumus dari 8 kelas, kelas yang tidak terdapat pada
wilayah DAS Karang Mumus adalah kelas kemampuan lahan VIII. Wilayah DAS
Karang Mumus mayoritas memiliki kelas kemampuan lahan III (15.631,26 Ha), dan
tersebar merata pada seluruh kecamatan yang ada di wilayah DAS tersebut. Namun
penggunaan lahan pada wilayah DAS Karang Mumus sekitar 85% merupakan Kuasa
Pertambangan (KP) batu bara, dimana penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan
kemampuan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan pada wilayah
tersebut.

Kata kunci: Kemampuan lahan; Penggunaan lahan; DAS; Kuasa Pertambangan (KP).

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu kemampuan lahan perlu diketahui karena dapat menjadi acuan dalam suatu
pembangunan wilayah tertentu, agar keseimbangan dan kelestarian lingkungan tetap
terjaga dan mencegah degradasi lahan. Penilaian kemampuan lahan bermaksud
menetapkan perbaikan pengelolaan termasuk pemilihan bentuk penggunaan dan upaya
konservasi yang perlu diterapkan dalam mengembangkan suatu program konservasi
jangka panjang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan

ISBN : 978-602-97491-7-5
1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

pemanfaatan lahan juga meningkat, hal tersebut tidak menutup kemungkinan


pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan terjadi.
Ketidaksesuaian penggunaan lahan yang berdasarkan kemampuan lahan akan
menimbulkan dampak negatif seperti bencana alam dan penurunan nilai ekologi secara
drastis di suatu wilayah. Salah satu wilayah yang menarik untuk dilakukan analisis
tersebut adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus. Pada beberapa wilayah
DAS Karang mumus tersebut, sering terjadi bencana alam yaitu banjir khususnya pada
bagian hilir DAS Karang Mumus yaitu pada wilayah kecamatan Samarinda Ulu dan
Kecamatan Samarinda Utara. Banjir tersebut dapat menjadi salah satu indikasi adanya
ketidaksesuaian penggunaan lahan dibagian hulu maupun hilir DAS Karang mumus.
Analisis yang akan dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang
Mumus dapat memberikan informasi yang berbasis geografis guna memberikan suatu
arahan penggunaan yang tepat untuk pengembangan pembangunan serta perbaikan
penataan kota agar ramah lingkungan dan sesuai dengan kemampuan lahan di wilayah
tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dalam penelitian yang akan dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai
(DAS) Karang Mumus adalah untuk menganalisis hubungan kesesuaian penggunaan
lahan dan kemampuan lahan dan membuat arahan penggunaan lahan sesuai kemampuan
lahannya.
1.3. Studi Literatur
a. Konsep Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah
(sifat fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan
karakteristik Lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan Lahan
(Anonim, 2009).
Anonim (2009) menyatakan bahwa Daya dukung lingkungan hidup terbagi
menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan dan kapasitas tampung limbah,
dari telaahan daya dukung lingkungan hidup masih terbatas pada kapasitas penyediaan
sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan
kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas
sumber daya alam tergantung kepada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan
lahan dan air, maka penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini
dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang;
2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan tahan;
3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
b. Klasifikasi Kemampuan Lahan
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), pengelompokan kemampuan
Lahan dilakukan untuk membantu dalam penggunaan dan, interpretasi peta tanah.
Kemampuan Lahan sangat berkaitan dengan tingkat bahaya kerusakan dan hambatan
dalam mengelola Lahan. Dengan demikian, apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan
hambatan penggunaan meningkat, maka spektrum penggunaan lahan menurun seperti
yang diilustrasikan dalam Tabel 1.

ISBN : 978-602-97491-7-5
2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Tabel 1. Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan intensitas dan


macam penggunaan lahan.
Intensitas dan macam penggunaan lahan meningkat
Kelas Kemampuan
Lahan Cagar Penggembalaan Pertanian
Hutan
Alam T S I T S I SI
Hambatan I
meningkat
II
dan Pilihan
penggunaan III
lahan IV
berkurang V
VI Bagian yang diarsir
VII menujukkan penggunaan yang
sesuai dari kelas yang
VIII bersangkutan
Keterangan :
T = Terbatas
S = Sedang
I = Intensif
SI = Sangat Intensif
c. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas
Anonim (2009) menyatakan bahwa Lahan diklasifikasikan ke dalam
8 kelas, yang ditandai dengan huruf Romawi I -.VIII. Pada dua kelas pertama (kelas I,
II) adalah lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian dan dua kelas terakhir (Kelas
VII dan VIII) merupakan Lahan yang harus dilindungi atau untuk fungsi konservasi.
Kelas III, IV, V dan VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya.
Meskipun demikian, Lahan Kelas III dan IV masih dapat digunakan untuk pertanian,
dalam kategori unit pengelolaan telah diindikasikan kesamaan potensi dan
hambatan/risiko, sehingga dapat dipakai untuk menentukan tipe pengelolaan atau teknik
konservasi yang dibutuhkan.

2. METODE
2.1. Tahap Persiapan
a. Studi Pustaka
Penulis mempelajari literatur-literatur/referensi yang berhubungan dengan topik
penelitian yang akan dilakukan sebagai dasar teori dalam penyusunan skripsi ini agar
tidak menyimpang dari pembahasan.
b. Menyiapkan Alat dan Bahan
Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
selama kegiatan penelitian dan mencari data penunjang penelitian (data pertambangan,
data erosi, dll).
2.2. Tahap Pengolahan Data
a. Pemindaian (scanning) Peta
Kegiatan ini melakukan pemindaian peta cetakan menggunakan perangkat keras
scanner agar dapat diolah menggunakan perangkat lunak, namun apabila memiliki peta
digital maka tidak perlu melakukan pemindaian peta.

ISBN : 978-602-97491-7-5
3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

b. Koreksi Geometrik
Koreksi Geometrik perlu dilakukan pada peta-peta input agar posisi peta sesuai
dengan letak geografis di permukaan bumi yang sebenarnya. Koreksi Geometrik
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3 dengan berpedoman pada
peta yang sudah benar ketepatan geometriknya.
c. Pembuatan Peta Tematik
Berdasarkan kebutuhan analisis kemampuan lahan DAS Karang Mumus. Oleh
karena peta erosi merupakan hasil analisa Afif (2010), maka peta tematik yang perlu
dibuat adalah peta lereng, jenis tanah, drainase, dan peta ancaman banjir dengan
menggunakan program ArcGis 9.3.
d. Pengolahan Peta Kemampuan Lahan
Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah
(sifat fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan
karakteristik Lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan Lahan (Anonim,
2009).
Metode yang yang digunakan dalam pengamatan kemampuan lahan adalah metode
Matching (mencocokkan), pada setiap satuan lahan dapat dideskripsikan sifat-sifatnya
yang berkaitan faktor-faktor penghambat maupun potensi yang dikembangkan.
e. Pengolahan Penggunaan Lahan
Proses analisis penggunaan lahan dengan bahan citra Ikonos dilakukan dengan
langkah pertama adalah melakukan proses koreksi geometrik dengan peta administrasi
hingga nilai RMSe ≤ 1 pixel, kemudian melakukan proses croping area penelitian,
proses selanjutnya adalah melakukan proses digitasi penggunaan lahan sesuai dasar
intrepetasi citra hingga dihasilkan wilayah pemukiman, perdagangan, kawasan hutan,
pertambangan dan kawasan perkebunan.
f. Pengolahan Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Dasar Kemampuan Lahan
Proses analisis kesesuaian lahan berdasarkan penggunaan lahan dan kemampuan
yang ada pada wilayah Daerah Aliran Sungai Karang Mumus. Dimana data vektor
penggunaan lahan akan di overlay-kan dengan data vektor kemampuan lahan pada
wilayah Daerah Aliran Sungai Karang Mumus. Hasil yang diperoleh dari overlay
tersebut, merupakan pembentukan suatu areal dengan 3 (tiga) keterangan yaitu sesuai,
tidak sesuai dan sesuai dengan persyaratan tertentu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Kecamatan Anggana
Berdasarkan hasil pengolahan data, pada Kecamatan Anggana yang termasuk
wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus hanya terdapat 1 jenis
penggunaan lahan yaitu Kuasa Pertambangan (KP) batu bara. Penggunaan lahan Kuasa
Pertambangan (KP) batu bara tersebut memiliki luas sebesar 959,88 Ha atau 100% dari
luasan Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus. Penggunaan
lahan tersebut tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan yang ada, kelas kemampuan
lahan yang ada pada wilayah tersebut adalah kelas kemampuan lahan II, III, IV, dan VI.
Pada wilayah Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus
±99% merupakan KP milik PT. Lanna Harita Indonesia dengan luas 954,34 Ha
sedangkan PT. Cahaya Energi Mandiri memiliki luas yang sedikit yaitu 5,54 Ha
dibagian selatan wilayah Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang
Mumus, untuk memperjelas dapat dilihat pada gambar berikut.

ISBN : 978-602-97491-7-5
4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Gambar 1. Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan DAS


Karang Mumus

ISBN : 978-602-97491-7-5
5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

3.2. Kecamatan Muara Badak


Luas Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus
adalah 10.096,68 Ha, mayoritas penggunaan lahan pada wilayah tersebut adalah Kuasa
Pertambangan (KP) batu bara, KP pada Kecamatan Muara Badak yang termasuk
kawasan DAS Karang Mumus merupakan penggunaan lahan terbesar dengan
8.359,86 Ha atau ±80% dari luasan yang ada.
Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan pada wilayah
Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus ada sekitar
1.392,57 Ha, lahan ini berupa hutan primer dataran rendah, hutan produksi, semak
belukar (tanaman pioner) dan ladang berpindah, sedangkan untuk lahan yang sesuai
bersyarat dengan kemampuan lahan terdapat sekitar 344,25 Ha.
Kelas kemampuan lahan yang ada pada wilayah Kecamatan Muara Badak yang
termasuk kawasan DAS Karang Mumus adalah kelas kemampuan lahan I, II, dan III,
dimana merupakan daerah yang cocok untuk kegiatan pada bidang kehutanan, pertanian
dan penggembalaan, selain itu terdapat kelas kemampuan lahan IV, VI dan VII yang
merupakan kawasan konservasi. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut, banyak sekali
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada pada wilayah
tersebut ada sekitar ±80% dari luasan wilayah yang ada yaitu sebesar 8359,86 Ha,
dimana penggunaannya mayoritas berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara.
3.3. Kecamatan Tenggarong Seberang
Wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang yang termasuk dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luas sekitar 160,71 Ha. Penggunaan lahan
pada wilayah ini berupa Kuasa Pertambangan (KP) dari 2 perusahaan yaitu PT.
Mahakam Sumber Jaya dan CV. Dua Tiga Empat.
Pada wilayah yang memiliki kelas kemampuan lahan IV dan VI seharusnya tidak
diperbolehkan ada kegiatan pertambangan batu bara, karena akan merusak ekologi suatu
wilayah dan fungsi-fungsi lingkungan yang ada seperti daerah tangkapan air, konservasi
tanaman maupun hewan, dan lain-lain. Hal tersebut terjadi karena kegiatan
pertambangan akan merubah komposisi tanah, struktur dan bentuk fisik suatu wilayah.
Selain itu, mengakibatkan sedimentasi yang besar pada hilir sungai DAS Karang
Mumus.
3.4. Kecamatan Samarinda Utara
Wilayah Samarida Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
Karang Mumus memiliki luasan yang terluas yaitu 17.812,68 Ha, terdapat beberapa
penggunaan lahan pada wilayah tersebut seperti kawasan hutan, industri, perdagangan,
perkebunan,pertanian, pemukiman, serta kawasan pertambangan maupun
penggunaanlahan yang lain.
Berdasarkan pengolahan data, kesesuaian penggunaan lahan yang ada pada
wilayah Kecamatan Samarinda Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Karang Mumus, mayoritas memiliki penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahan yang ada seperti terdapat kuasa pertambangan (KP) batu bara pada
kelas kemampuan lahan IV,V,dan VI dimana kelas kemampuan lahan tersebut
seharusnya digunakan sebagai hutan lindung, pertanian dan lahan penggembalaan.
Wilayah yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya memiliki luas sebesar
11.962,21 Ha atau 67% dari total luasan wilayah tersebut, kawasan tidak sesuai dengan
kemampuan lahan tersebut tersebar merata pada wilayah Kecamatan Samarinda Utara
yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, sedangkan untuk

ISBN : 978-602-97491-7-5
6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

daerah yang sesuai dengan kemampuan lahan yang ada memiliki luas yaitu 5.321,99 Ha
dan untuk wilayah sesuai bersyarat memiliki luasan 528,48 Ha.
3.5. Kecamatan Samarinda Ulu
Kawasan Kecamatan Samarinda Ulu yang termasuk dalam wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luas 2.571,46 Ha, wilayah tersebut memiliki
daerah pemukiman penduduk yang tidak teratur pada bagian selatan dengan luas
1.120,55 Ha, sedangkan untuk pemukiman teratur berada pada bagian tengah wilayah
tersebut dengan luasan 84,13 Ha. Penggunaan lahan untuk wilayah perdagangan dan
jasa memiliki total luas sebesar 150,73 Ha yang tersebar dibagian selatan wilayah
tersebutn perdagangan dan jasa tersebut seperti Pasar Pagi, Mall Mesra, pusat-pusat
elektronik, dll. Pertanian lahankering pada wilayah ini,terdapat pada bagian tengah
wilayah dengan luas 7,01 Ha, sedangkan penggunaan lahan berupa Kuasa
Pertambangan (KP) batu bara memiliki luasan yang cukup luas, dimana kawasan
tersebut memiliki luas 748,97 Ha.
Pada wilayah Kecamatan Samarinda Ulu yang termasuk dalam wilayah Daerah
Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus terdapat penggunaan lahan yang sesuai dengan
kemampuan lahan dengan luas 502,61 Ha, penggunaan lahan yang sesuai tersebut
berupa hutan alam maupun hutan kota, selain itu terdapat danau pada areal tersebut.
Kesesuaian penggunaan lahan yang tidak sesuai memiliki luas 843,18 Ha, dimana
penggunaan lahannya berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, tanah kosong pada
kelas kemampuan III, IV, V dan VI, selain itu terdapat pemukiman tidak teratur pada
kelas kemampuan VI yang seharusnya areal ini digunakan sebagai wilayah konservasi
guna menjaga keseimbangan siklus air maupun mengurangi tingkat bahaya erosi tanah.
Wilayah tersebut mayoritas memiliki areal yang sesuai bersyarat sebesar 1.225,67 Ha
dengan penggunaan lahan berupa pemukiman tidak teratur, pemukiman teratur,
perdagangan dan jasa serta wilayah industri.
3.6. Kecamatan Samarinda Ilir
Kecamatan Ilir memiliki wilayah yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Karang Mumus dengan luas sebesar 450,13 Ha, terdapat beberapa
penggunaan lahan pada wilayah ini yaitu pemukiman tidak teratur seluas 125,35 Ha
yang tersebar dibagian barat wilayah tersebut, selain itu terdapat penggunaan lahan
sebagai areal perdagangan dan jasa dengan luas 2,2 Ha. Wilayah tersebut memiliki
penggunaan lahan berupa hutan kota dengan luas 0,21 Ha dibagian selatan \, sedangkan
mayoritas wilayah ini memiliki penggunaan lahan sebagai Kuasa Pertambangan (KP)
batu bara dengan luas sebesar 225,73 Ha, KP tersebut dikelola oleh 2 perusahaan yaitu
PT. Insani Bara Perkasa dengan luas KP sebesar 12,97 Ha dan CV. Limbuh dengan luas
212,76 Ha.
Mayoritas penggunaan lahan pada wilayah ini tidak sesuai dengan kemampuan
lahan yang ada, hal tersebut terjadi karena terdapat Kuasa Pertambangan (KP) batu bara
yang cukup luas mencapai 253,02 Ha atau lebih 50% dari luas wilayah Kecamatan
Samarinda Ilir yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang
Mumus, selain itu terdapat tanah kosong pada kelas kemampuan lahan IV, V, dan VI,
dimana kelas kemampuan lahan tersebut seharusnya digunakan sebagai areal konservasi
tanaman, air maupun suatu hewan tertentu untuk menjaga keseimbangan alam dalam
suatu ekositem. Daerah yang sesuai dengan kemampuan lahan pada areal ini seluas
114,42 Ha berada pada tengah wilayah tersebut, penggunaan lahan yang sesuai
dimaksud berupa hutan kota dengan luas 0,21 Ha pada kelas kemampuan lahan III,
selain itu pemukiman tidak teratur pada kelas kemampuan lahan III dengan luas

ISBN : 978-602-97491-7-5
7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

51,51 Ha dan penggunaan lahan yang sesuai selanjutnya adalah semak


belukar/tumbuhan pioner dengan luas 62,69 Ha pada kelas kemampuan lahan III.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)
Karang Mumus memiliki penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan
lahan seluas 22.538,77 Ha atau 70,32% dari luas DAS Karang Mumus, sedangkan
wilayah yang sesuai memiliki luas 7.331,59 Ha atau sekitar 22,87% dari luas seluruh
DAS Karang Mumus dan penggunaan lahan yang sesuai bersyarat dengan kemampuan
lahan seluas 2.181,09 Ha atau 6,8% dari luas DAS Karang Mumus.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik adalah
sebagai berikut :
1. Perlu adanya kegiatan penelitian yang sama pada wilayah-wilayah lain, berfungsi
untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dan penggunaan lahan selain di
wilayah DAS Karang Mumus,
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penentuan pembangunan di
wilayah Sub DAS Karang Mumus, agar dapat meminimalisir tingkat kerusakan
lingkungan dan kemudahan dalam pengelolaan suatu lahan.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan, tentang kesesuaian penggunaan lahan secara
berkala pada Sub DAS Karang Mumus untuk memberikan informasi perubahan-
perubahan yang terjadi.

5. DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R., 2012. Analisis Tata Ruang Pembangunan. Penerbit Graha ilmu.
Yogyakarta.
Anonim. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Republik
Indonesia. Bogor.
Anonim. 2001. Rehabilitas Hutan dan DAS. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Anonim. 2009. Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Wilayah dalam
Penataan Ruang. Asisten Deputi Urusan Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan.
Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Jakarta.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia. Penerbit Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kertonegoro, B.D. dan Siradz, S. 2006. Kamus Istilah Ilmu Tanah. Penerbit Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Munsell, 1975. Soil Color Charts. Macbeth a Division of Kollmorgen Corporation.
Baltimore, Maryland.

ISBN : 978-602-97491-7-5
8

Anda mungkin juga menyukai