Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN, DI DAS SEMBUNG,

KABUPATEN SLEMAN, DIY


1
Afid Nurkholis, 1Yuli Widyaningsih, 1Ayu Dyah Rahma, 1Amalya Suci, 1Ardian Abdillah, 1Gina Aprila
Wangge, 1Arum Sari Widiastuti, 1Deka Ayu Maretya

1
Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
email author: afidnurkholis@gmail.com

ABSTRAK

Analisis Citra Google Earth tahun 2016 menunjukkan wilayah DAS Sembung sebagian
besar merupakan area pertanian sistem lahan kering dan basah serta non pertanian.
Kemiringan lereng berpengaruh terhadap kualitas lahan dan merupakan salah satu parameter
dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan tertentu. Analisis sumberdaya lahan dan air di DAS
Sembung sangat penting dilakukan untuk perencanaan pembangunan wilayah berbasis DAS dan
bentuklahan dalam sektor pertanian dan non pertanian khususnya tanaman cabai merah dan
permukiman. Kemampuan dan kesesuaian lahan dianalisis menggunakan metode weigth.
Analisis kemampuan dan kesesuaian lahan DAS Sembung dibagi berdasarkan tiga satuan
bentuklahan, yaitu lereng kaki, dataran kaki, dan teras sungai. Lereng kaki memiliki kelas
kemampuan lahan I dengan pembatas lereng serta erosi dan kesesuaian lahan S1 dengan
penghambat erosi, tekstur, permeabilitas. Dataran kaki memiki kelas kemampuan lahan I
dengan pembatas tekstur, drainase, serta permeabilitas dan kesesuaian lahan S1 dengan
penghambat erosi, tekstur, permeabilitas. Teras sungai memiliki kelas kemampuan lahan VIII
dan kesesuaian lahan N yang berarti sangat tidak sesuai karena faktor penghambatnya yang
kompleks dan sulit di konservasi.

kata kunci: kemampuan lahan, kesesuaian lahan, DAS Sembung, sumberdaya lahan

Sitasi model APA


Nurkholis, A., Widyaningsih, Y., Rahma, A. D., Suci, A., Abdillah, A.,... Maretya, D. A. (2016, March
30). ANALISIS KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN DI DAS SEMBUNG,
KABUPATEN SLEMAN, DIY. http://doi.org/10.17605/OSF.IO/M9DKN
I. PENDAHULUAN
Lahan termasuk ke dalam sumberdaya non renewable yang jumlahnya terbatas. Hal ini
berbanding terbalik dengan jumlah pertumbuhan manusia yang mencapai 2,5 persen/ tahun.
Daerah Kabupaten Sleman memiliki jumlah pertumbuhan penduduk sebesar 0,73%
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan lahan dalam berbagai kepentingan baik dalam
sektor pertanian dan non pertanian. Lahan menjadi media hidup manusia, hewan, dan tumbuhan.
Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan
vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi pengggunaannya (Hardjowigeno,
2007).
Peningkatan jumlah penduduk memicu meningkatnya pembangunan dalam suatu
wilayah. Pembangunan wilayah di sektor pertanian dan non pertanian menyebabkan timbulnya
konversi lahan. Lahan pertanian dikonversi menjadi lahan non pertanian, hutan yang harus
dilindungi dikonversi menjadi lahan pertanian. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya dapat menyebabkan kerusakan lahan. Penggunaan lahan secara optimal yang
berkelanjutan perlu diupayakan agar sumber daya lahan dapat dimanfaatkan dengan baik dan
benar. Oleh karenanya dibutuhkan penilaian terhadap potensi lahan guna perencanaan wilayah.
Berdasarkan Citra Google Earth tahun 2016, wilayah DAS Sembung sebagian besar
merupakan area pertanian sistem lahan kering dan basah serta non pertanian. Kemiringan lereng
berpengaruh terhadap kualitas lahan dan merupakan salah satu parameter dalam menentukan
tingkat kesesuaian lahan tertentu (Sitorus, 1985). Cabai merupakan salah satu tanaman yang
dihasilkan dari pertanian sistem lahan kering. Tanaman semusim umumnya menghendaki lahan
yang memiliki kemiringan datar sampai agak landai atau kemiringan lereng antara 0-8 % dan
tanpa adanya bahaya erosi (Ritung dan Agus, 2007). Area non pertanian pada DAS Sembung
didominasi oleh permukiman. Baik area pertanian dan non pertanian sangat tergantung oleh
kuantitas dan kualitas sumerdaya lahan dan air pada suatu wilayah. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis sumberdaya lahan dan air.
Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumberdaya
lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang
diperlukan dan akhirnya nilai harapan produksi yang kemungkinan akan diperoleh (Fauzi, dkk
2009). Analisis sumberdaya lahan dan air di DAS Sembung sangat penting dilakukan untuk
perencanaan pembangunan wilayah berbasis DAS dan bentuklahan dalam sektor pertanian dan
non pertanian khususnya tanaman Cabai Merah dan permukiman. Hal ini dapat dilakukan
dengan penilaian terhadap kemampuan lahan dan evaluasi kesesuaian lahan terhadap
permukiman dan tanaman Cabai Merah di DAS Sembung.
II. WILAYAH KAJIAN
DAS Sembung merupakan bagian dari DAS Opak. DAS Sembung dibagi menjadi tiga
zonasi yaitu hulu, tengah, dan hilir. Penutup lahan yang dominan di DAS Sembung yaitu sebagai
pertanian, perkebunan, dan permukiman. Klasifikasi lereng di DAS Sembung berupa lereng yag
datar dan landai. Formasi batuan yang terdapat pada DAS Sembung berupa Qmi/ Qvu3 yaitu
Endapan Volkanik Merapi Muda yang terdiri dari tuff, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava
tak terpisahkan. Formasi ini berhulu pada Gunungapi Merapi dan menyusun sebagian besar
lereng Gunung Merapi. Formasi berumur kuarter dan masih terus mengalami proses erupsi.
Material yang tersusun merupakan hasil dari akumulasi erupsi Gunung Merapi.
Faktor pembatas untuk kemampuan lahan di DAS Sembung berupa kecuraman lereng,
kepekaan erosi, tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, kerikil/
batuan, ancaman banjir, salinitas, dan tekstur tanah dalam. Kemampuan lahan di DAS Sembung
sebagai pertanian jagung dan permukiman. Analisis sumberdaya lahan di DAS Sembung sangat
penting dilakukan untuk perencanaan pembangunan DAS. Air sebagai kebutuhan utama perlu
dievaluasi pemanfaatannya karena jumlah air yang bisa dimanfaatkan sangat terbatas.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kesesuaian Lahan
Peta kesesuaian lahan pertanian dan non pertanian di Sub DAS Sembung dibuat dengan
menggunakan tiga metode yaitu metode weight, metode aritmatic dan metode subjective
(Gambar 3.1). Klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan data sekunder dan kemudian dicocokkan
dengan data primer yang di peroleh dari lapangan berupa kriteria tanaman dan penggunaan
lahan. Kesesuaian lahan pertanian yang dianalisis adalah pertanian cabai sedangkan untuk non
pertanian adalah area permukiman. Hasil klasifikasi masing-masing kesesuaian lahan tersebut
kemudian dipetakan menggunakan software ArcGIS.
3.2 Kemampuan Lahan
Pembuatan peta kemampuan lahan didasarkan atas pengamatan lapangan terlebih dahulu
dengan mengumpulkan informasi yang ada di lapangan. Analisa kemampuan lahan sesuai
dengan potensinya yang didasarkan pada beberapa faktor pembatas (Gambar 3.2). Semua
parameter pembatas diklasifikasikan dan dikerjakan dalam software ArcGIS.

Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan


3.3 Satuan Lahan
Satuan lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang spesifik.
Evaluasi lahan akan lebih mudah dilakukan apabila satuan lahan didefinisikan atas kriteria-
kriteria karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan (Gambar 3.3).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Satuan Lahan
Satuan lahan DAS Sembung dibuat berdasarkan bentuklahan. Satuan tersebut terdiri dari
tiga bentuklahan, yaitu: lereng kaki gunungapi, dataran kaki gunungapi, dan teras sungai
(Gambar 4.1). Setiap bentuklahan tersebut memiliki morfologi, proses geomorfologi, dan
material yang berbeda. Setiap satuan lahan ini digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian
dan kemampuan lahan di DAS Sembung. Hal ini karena dalam satu satuan bentuklahan akan
memiliki potensi maupun ancaman yang relatif homogen.
Gambar 3.2. Diagram Alir Pembuatan Peta Kemampuan Lahan
4.2 Analisis Kemampuan Lahan
a. Lereng Kaki Gunungapi
Satuan lereng kaki memiliki kelas kemampuan lahan I dengan faktor pembatas l,e dan
satuan pengelolaan 1 berdasarkan Klasifikasi Kemampuan Lahan di Lereng Kaki Volkan DAS
Sembung Metode Weight Factor Matching pada pengukuran metode weigth (Gambar 4.2 dan
Tabel 4.1). Karakteristik lahan lereng kaki pada dasarnya memiliki tiga kriteria yang tergolong
ke dalam kelas II yaitu kecuraman lereng, kepekaan erosi, dan tingkat erosi. Faktor pembatas
erosi tergolong sebagai non permanen dan kecuraman lereng sebagai faktor permanen yang
dapat ditangani tanpa mengeluarkan biaya ekonomi tinggi. Oleh karena itu, penilaian
kemampuan lahan dengan metode weight di lereng kaki dapat dimasukkan ke dalam kelas I
dengan satuan pengelolaan 1 berupa penanaman vegetasi pada lahan terbuka.
Hasil interpretasi
Data sebaran sungai dan
penggunaan lahan dan
kontur Kabupaten Sleman
jarak dengan sungai

Pembuatan peta kemiringan


lereng dari data kontur

Penentuan jenis
satuan lahan

Dataran Kaki Lereng Kaki Teras Sungai

Penentuan Penentuan Penentuan


didasarkan pada didasarkan pada didasarkan pada
kemiringan kemiringan topografi dan
lereng dan pola lereng dan pola material
aliran sungai aliran sungai permukaan

Delineasi dan layouting

Peta Satuan Lahan

Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Peta Satuan Lahan


b. Dataran Kaki Gunungapi
Satuan bentuklahan dataran kaki gunungapi DAS Sembung memiliki kelas kemampuan
lahan I dengan faktor pembatas t,p,d pada pengukuran metode weight (Gambar 4.2 dan Tabel
4.2). Karakteristik faktor pembatas terdiri dari kelas 1,2,3 dan 8. Faktor pembatas dominan
berdasarkan weight terdiri dari tekstur, permeabilitas, dan drainase. Faktor penghambat yang
berupa tekstur, permeabilitas, dan drainase tersebut merupakan faktor yang non-permanen dan
dapat diatasi. Upaya mengatasi hambatan yaitu dengan melakukan penanaman vegetasi dan
pemberian pupuk untuk memperbaiki tekstur, dan berturut-turut membantu mengatasi
hambatan dari drainase dan permeabilitas.
Tabel 4.1. Klasifikasi Kemampuan Lahan di Lereng Kaki Volkan DAS Sembung
Simbo
Klasifikasi
Faktor Pembatas l I II III IV V VI VII VIII Kelas
Kecuraman Lereng 3 - 8% B ˅ 2
Sangat
Kepekaan Erosi Rendah KE1 ˅ 1
Tingkat Erosi RINGAN e1 ˅ 2
Kedalaman Tanah > 90CM k0 ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅
Tekstur Tanah geluh ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅
Permukaan berpasir t1
geluh ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅
Tekstur Tanah Dalam berpasir t1
˅ ˅ ˅ ˅
Permeabilitas Sedang p3
˅
Drainase Baik d1 1
˅
material permukaan Rendah b0 1
˅
Ancaman Banjir Rendah   1

c. Teras Sungai
Faktor pembatas yang dimiliki oleh teras sungai adalah tekstur, drainase, permeabilitas,
dan ancaman banjir. Tekstur pasiran memiliki tingkat permeabilitas dan drainase tinggi.
Ancaman banjir merupakan faktor pembastas yang paling serius di teras sungai. Oleh karena itu,
teras sungai memeiliki kelas kemampuan lahan VIII (Tabel 4.3 dan Gambar 4.2).
Tabel 4.2. Klasfikasi Kemampuan Lahan di Dataran Kaki Volkan DAS Sembung
Faktor Pembatas Klasifikasi Simbol I II III IV V VI VII VIII Kelas
Kecuraman Lereng 0-3 % A ˅ 1
Agak
Kepekaan Erosi Tinggi KE4 ˅ 1
Tingkat Erosi ringan e1 ˅ 2
Kedalaman Tanah >90CM k0 ˅ 1
Tekstur Tanah ˅
Permukaan pasiran t5 8
˅
Tekstur Tanah Bawah pasiran t5 8
˅
Permeabilitas agak cepat p4 8
˅
Drainase berlebihan d0 8
material permukaan rendah b0 ˅ 1
tidak
Ancaman Banjir pernah o0 ˅ 1

4.3 Analisis Kesesuaian Lahan


A. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai
a. Lereng Kaki Gunungapi
Kesesuain lahan untuk cabai di bentuklahan lereng kaki gunungapi menghasilkan
jenis kesesuaian S1 melalui metode Weight Factor Matching (Gambar 4.3). Kelas S1
(sangat sesuai) didapatkan karena terdapat sembilan karakterisik lahan yang tergolong
kelas S1 dan tiga parameter lahan yang tergolong S2 berdasarkan Klasifikasi Kesesuaian
Lahan Tanaman Cabai di Lereng Kaki Volkan DAS Sembung Metode Weight Factor
Matching (Tabel 4.4). Tiga karakteristik lahan yang masuk dalam kelas kesesuaian S2
terdiri dari KTK liat, bahan organik, dan tingkat bahaya erosi.
Gambar 4.1. Peta Satuan Lahan DAS Sembung
Gambar 4.2. Peta Kemampuan Lahan di DAS Sembung
Metode Weight Factor Matching mempertimbangkan faktor paling berat yang
membatasi kesesuaian lahan cabai di lereng kaki gunungapi. Faktor pembatas yang
digunakan sebagai penentuan sub klas metode aritmatik ini adalah e (erosi) yang
merupakan faktor pembatas non-permanen dan dapat ditangani dengan biaya yang relatif
murah. Oleh karena itu, kelas kesesuaian lahan pertanian cabai dengan metode ini dapat
dimasukkan ke dalam kelas S1 (sangat sesuai).
Tabel 4.3 Klasfikasi Kemampuan Lahan di Teras Sungai DAS Sembung
Faktor Pembatas Klasifikasi Simbol I II III IV V VI VII VIII Kelas
Kecuraman Lereng 0-3 % D ˅ 4
Agak
Kepekaan Erosi Tinggi KE4 ˅ 1
Tingkat Erosi ringan e1 ˅ 2
Kedalaman Tanah >90CM k0 ˅ 1
Tekstur Tanah ˅
Permukaan pasiran t5 8
˅
Tekstur Tanah Bawah pasiran t5 8
˅
Permeabilitas CEPAT p5 8
˅
Drainase baik d0 8
material permukaan   b2 ˅ 1
sedang - ˅
Ancaman Banjir tinggi o3 1

Tabel 4.4 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai di Lereng Kaki Volkan DAS
Sembung
Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik
S1 S2 S3 N
TEMPERATUR
Suhu rata-rata 27 – 28 atau 16- 28 – 23 atau 14 -
(C) 21 - 27 21 16 < 30 atau < 14
KETERSEDIAAN AIR
Curah hujan 500 – 600 atau 400 – 500 atau
tahunan (mm) 600 – 1.200 1.200– 1.400 >1.400 < 400
KETERSEDIAAN OKSIGEN
baik, agak Agak cepat, sangat terhambat,
Drainase terhambat sedang Terhambat cepat
MEDIA PERAKARAN
Halus, agak
Tekstur halus, sedang - Agak kasar kasar
Kedalaman
tanah (cm) >75 50 – 75 30 - 50 < 30
RETENSI HARA
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16  
Ph 6-7,6 5,5-6 dan 7,6-8 <5,5 atau >8 -
C-organik (%) +++ ++ + Tidak terdeteksi
BAHAYA EROSI
Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik
S1 S2 S3 N
Lereng (%) <8 8-16 16 - 30 >30
Bahaya erosi Sangat rendah Rendah - sedang Berat Sangat berat
BAHAYA BANJIR
F0 (tidak f1 (kadang- f2(1 bulan f3 (2-5 bulan
Genangan pernah) kadang) dalam setahun) dalam setahun)
PENYIAPAN LAHAN
Batuan di
permukaan (%) <5 5-15 15 - 40 >40

b. Dataran Kaki Gunungapi


Kesesuaian lahan untuk cabai di bentuklahan lereng kaki gunungapi menghasilkan
jenis kesesuaian S1.t melalui metode weight (Gambar 4.3). Kelas S1 (sangat sesuai)
didapatkan karena terdapat 8 karakteristik lahan yang tergolong kelas S1 (Tabel 4.5).
Temperatur dari suhu rata- rata berkisar antara 21-27°C. Ketersediaan air tercukupi dari
curah hujan tahunan berkisar antara 600-1200 mm. Ketersediaan oksigen baik dengan
adanya drainase yang agak terhambat. Media perakaran pada kedalaman tanah lebih dari
75 cm. Retensi hara memiliki pH berkisar antara 6-7,6. Bahaya erosi yang dimiliki sangat
rendah karena kemiringan lereng kurang dari 8%. Bahaya banjir yang dinilai dari adanya
genangan tergolong pada F0 (tidak pernah). Penyiapan tanah yang dilihat dari batuan
permukaan kurang dari 5%. Meskipun demikian, terdapat 2 parameter yang tergolong S2
dan 1 parameter yang tergolong S3. Karakteristik retensi hara untuk KTK liat dan C-
organik tergolong dalam kelas S2 dan media perakaran tergolong pada kelas S3 yaitu
memiliki tekstur yang agak kasar. Faktor penghambat yang paling dominan pada
kesesuaian lahan metode weight berupa tekstur. Oleh karena itu satuan pengelolaan yang
tepat untuk kesesuaian tanaman cabai yaitu berupa pemupukan dan pengurukan.
Tabel 4.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai di Dataran Kaki Volkan DAS
Sembung
Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik
S1 S2 S3 N
TEMPERATUR
Suhu rata-rata 28 – 23 atau 14
(C) 21 - 27 27 – 28 atau 16-21 – 16 < 30 atau < 14
KETERSEDIAAN AIR
Curah hujan 500 – 600 atau 400 – 500 atau
tahunan (mm) 600 – 1.200 1.200– 1.400 >1.400 < 400
KETERSEDIAAN OKSIGEN
Drainase baik, agak Agak cepat, Terhambat sangat terhambat,
Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik
S1 S2 S3 N
terhambat sedang cepat
MEDIA PERAKARAN
Halus, agak
Tekstur halus, sedang - Agak kasar kasar
Kedalaman tanah
(cm) >75 50 – 75 30 - 50 < 30
RETENSI HARA
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16  
Ph 6-7,6 5,5-6 dan 7,6-8 <5,5 atau >8 -
C-organik (%) +++ ++ + Tidak terdeteksi
BAHAYA EROSI
Lereng (%) <8 8-16 16 - 30 >30
Bahaya erosi Sangat rendah Rendah - sedang Berat Sangat berat
BAHAYA BANJIR
F0 (tidak f1 (kadang- f2(1 bulan dalam f3 (2-5 bulan
Genangan pernah) kadang) setahun) dalam setahun)
PENYIAPAN LAHAN
Batuan di
permukaan (%) <5 5-15 15 - 40 >40

c. Teras Sungai
Melalui metode weight, kelas kesesuain lahan untuk cabai di bentuklahan teras
sungai menghasilkan jenis kesesuaian N (Gambar 4.3). Kelas kemampuan lahan metode
ini ditentukan oleh faktor pembatas atau karakteristik lahan yang paling berat sehingga
Kelas N (tidak sesuai) didapatkan karena terdapat empat karakteristik yang tergolong
kelas N atau kelas terberat dalam klasifikasi yang tersedia (Tabel 4.6). sehingga Kelas N
(tidak sesuai) didapatkan karena terdapat empat karakteristik tergolong sebagai kelas S1,
dua karakteristik tergolong kelas S2, dua karakteristik tergolong kelas S3, dan empat
karakteristik tergolong kelas N. Faktor yang paling bekerja sebagai penghambat bagi
lahan di bentuklahan teras sungai untuk peruntukan pertanian cabai antara lain : material
permukaan, ancaman banjir, erosi, dan tekstur tanah.
Tabel 4.6 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai di Teras Sungai DAS Sembung
Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik
S1 S2 S3 N
TEMPERATUR
Suhu rata-rata 28 – 23 atau 14 -
(C) 21 - 27 27 – 28 atau 16-21 16 < 30 atau < 14
KETERSEDIAAN AIR
Curah hujan 600 – 1.200 500 – 600 atau 400 – 500 atau < 400
Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik
S1 S2 S3 N
tahunan (mm) 1.200– 1.400 >1.400
KETERSEDIAAN OKSIGEN
baik, agak Agak cepat, sangat terhambat,
Drainase terhambat sedang Terhambat cepat
MEDIA PERAKARAN
Halus, agak
Tekstur halus, sedang - Agak kasar kasar
Kedalaman tanah
(cm) >75 50 – 75 30 - 50 < 30
RETENSI HARA
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16  
Ph 6-7,6 5,5-6 dan 7,6-8 <5,5 atau >8 -
C-organik (%) +++ ++ + Tidak terdeteksi
BAHAYA EROSI
Lereng (%) <8 8-16 16 - 30 >30
Bahaya erosi Sangat rendah Rendah - sedang Berat Sangat berat
BAHAYA BANJIR
F0 (tidak f1 (kadang- f2(1 bulan dalam f3 (2-5 bulan
Genangan pernah) kadang) setahun) dalam setahun)
PENYIAPAN LAHAN
Batuan di
permukaan (%) <5 5-15 15 - 40 >40

B. Kesesuaian Lahan untuk Permukiman


a. Lereng Kaki Gunungapi
Lereng Kaki Gunungapi memiliki kesesuaian lahan yang tinggi untuk permukiman
(Gambar 4.4 ). Tabel 4.7 menunjukkan karakteristik parameter pada wilayah ini. Kajian
kesesuaian lahan pada bentuklahan lereng kaki didapatkan karakteristik lahan didaerah
tersebut tidak pernah terjadi banjir dan potensi air tanah material berupa pasiran, batuan
lepas-lepas, dan berada di tekuk lereng, sehingga terdapat banyak mata air. Parameter yang
termasuk dalam karakteristik tanah yaitu didapatkan hasil nilai BO berupa endapan
gunungapi dan uji kimianya yaitu tinggi.
Kedalaman tanah yang tebal menjadikan kelasnya tinggi. Kedalam tanah yang tebal ini
disebabkan karena di daerah lereng kaki terdapat banyak endapan hasil erupsi gunung
Merapi. Nilai material permukaannya yaitu rendah sehingga kelasnya tinggi. Fasilitas pada
daerah lereng kaki tergolong pada kelas rendah, padahal aksesnya tinggi. Sebenarnya
kesesuaian lahan di daerah ini sudah tinggi tetapi memiliki faktor penghambat yaitu fasilitas
rumah sakit yang jauh. Hal ini disebabkan karena keberadaan bentuklahan lereng kaki jauh
dari pusat kota, sehingga perjalanan untuk menuju rumah sakit membutuhkan waktu yang
lama.

Gambar 4.3. Peta Kesesuaian Lahan untu Tanaman Cabai di DAS Sembung
Tabel 4.7 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Lereng Kaki DAS Sembung
Karakteristik Lahan Nilai Tinggi Sedang Rendah
Banjir tidak pernah V    
material pasiran,
Potensi Air Tanah batuan lepas-lepas,
tekuk lereng V    
Karakteristik Tanah        
endapan abu
BO gunungapi, uji kimia V    
Kedalaman tanah tebal V    
Material permukaan Sedikit V    
Fasilitas       V
Akses   V    

b. Dataran Kaki Gunungapi


Dataran kaki memiliki kelas kesesuaian tinggi untuk permukiman (Gambar 4.3).
Parameter kesesuaian lahan permukiman di dataran kaki tidak ditemukan faktor pembatas
yang dominan dan berat, sehingga masuk dalam kelas tinggi (Tabel 4.8). Parameter yang
digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan permukiman adalah ancaman bencana,
ancaman bencana yang digunakan adalah ancaman bencana banjir. Ancaman banjir di
daerah ini dapat dikatakan tidak pernah ada karena sungai yang mengalir di sekitar daerah
ini airnya berasal dari mata air di sekitar permukiman. Daerah ini banyak muncul mata air
karena berada tekuk lereng. Selain itu sungai ini tidak berhulu di gunungapi sehingga tidak
ada ancaman banjir lahar.
Parameter kedua yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan permukiman
antara lain potensi air tanah yang dapat diketahui dari material permukaan yang ditemukan
di sekitar permukiman yaitu berupa batuan lepas-lepas dan material pasiran. Material
tersebut dapat digolongkan sebagai akuifer yang baik yang mudah meloloskan air dan
mampu menyimpan air sehingga kondisi air tanah di sekitar permukiman tersebut
mencukupi kebutuhan air untuk warga. Material tersebut berasal dari erupsi gunungapi yang
telah mengendap di daerah tersebut sehingga tanah di daerah tersebut memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi yang diketahui melalui uji kimia, bahan organik yang tinggi pada
tanah mengindikasikan bahwa tanah di sekitar permukiman tersebut subur sehingga cocok
digunakan untuk warga sekitar untuk bercocok tanam. Selain itu kondisi tanah yang tebal di
daerah ini menunjukkan bahwa lahan sesuai untuk kegiatan pembangunan.
Tabel 4.8 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Dataran Kaki DAS Sembung
Karakteristik Lahan Nilai Tinggi Sedang Rendah
Banjir tidak pernah V    
material pasiran,
Potensi Air Tanah batuan lepas-lepas,
tekuk lereng V    
Karakteristik Tanah        
endapan abu
BO gunungapi, uji kimia V    
Kedalaman tanah tebal V    
Material permukaan sedikit V    
Fasilitas   V    
Akses   V    

c. Teras Sungai
Kelas kesesuaian lahan untuk permukiman pada metode weight memiliki nilai
rendah dengan faktor pembatas banjir dan material permukaan (Gambar 4.3 dan Tabel 4.
9). Kelas kesesuaian ini tergolong rendah karena metode ini menggunakan konsep bahwa
kesesuaian ditentukan berdasarkan faktor potensi yang paling buruk. Kelas ini apabila
ditinjau dari sudut pandang lingkungan memang sesuai karena area teras sungai memiliki
karakteristik sering terkena banjir dan deposisi material sedimen sungai
Tabel 4.9. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Teras Sungai DAS Sembung
Karakteristik Lahan Nilai Tinggi Sedang Rendah

Banjir tidak pernah     V


material pasiran,
Potensi Air Tanah batuan lepas-lepas,
tekuk lereng V    
Karakteristik Tanah        
endapan abu
BO gunungapi, uji kimia V    
Kedalaman tanah tebal V    
Material permukaan sedikit     V
Fasilitas   V    
Akses   V    

V. KESIMPULAN
Analisis kemampuan dan kesesuaian lahan DAS Sembung dibagi berdasarkan tiga satuan
bentuklahan, yaitu lereng kaki, dataran kaki, dan teras sungai. Hasil pengolahan data melalui
metode weight menghasilkan kelas kemampuan lahan kelas I untuk satuan bentuklahan lereng
kaki dan dataran kaki, dengan pembatas dan satuan pengelolaan yang berbeda. Lereng kaki
memiliki pembatas berupa lereng dan erosi dengan satuan pengelolaan penanaman vegetasi pada
lahan terbuka. Satuan bentuklahan dataran kaki memiliki pembatas berupa tekstur, drainase, dan
permeabilitas dengan satuan pengelolaan penanaman vegetasi dan pemupukan. Satuan
bentuklahan teras sungai memiliki kelas kemampuan yang berbeda dari satuan bentuklahan
lainnya, yaitu kelas VIII dengan faktor pembatas yang lebih kompleks dan bersifat permanen
sehingga sulit dilakukan konservasi.
Kesesuaian lahan untuk tanaman cabai di satuan bentuklahan lereng dan dataran kaki
gunungapi memiliki kelas S1 dengan penghambat erosi, tekstur, dan satuan pengelolaan untuk
masing-masing penghambat mulsa, guludan, dan pemupukan. Satuan bentuklahan teras sungai
memiliki kelas kesesuaian N yang berarti sangat tidak sesuai karena faktor penghambatnya yang
kompleks dan sulit di konservasi. Kesesuaian lahan DAS Sembung untuk pemukiman satuan
bentuklahan lereng dan dataran kaki adalah S1 dengan penghambat fasilitas khususnya rumah
sakit atau fasilitas kesehatan, sehingga satuan pengelolaan yang di ajukan adalah pembangunan
puskesmas. Satuan bentuklahan teras sungai memiliki kelas N yang berarti tidak sesuai untuk
pemukiman.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna


Lahan. Yogyakarta: UGM Press.

Sitorus, Santan R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: PT.Tarsito.

Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan
Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Bogor: Balai Penelitian
Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF).

Fauzi, dkk. 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu Melalui
Perancangan Model Spasial dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Forum Geografi Vol.
23 No. 2: 101–111.

Anda mungkin juga menyukai