AbstrakKabupaten Lamongan sebagai Lumbung perubahan penggunaan tanah mencapai luasan 227,612 m 2
Pangan Jawa Timur mengalami penurunan luas lahan pada tahun 2010 [2].
pertanian akibat alih fungsi lahan pada periode 2009-2012.
Disisi lain sebagai kawasan yang termasuk dalam Kabupaten Lamongan merupakan salah satu Lumbung
Gerbangkertasusila Plus, Kabupaten Lamongan dituntut Pangan yang dimiliki Jawa Timur dilihat dengan kontribusi
untuk terus membenahi pertumbuhan ekonomi melalui sektor produksi padi Kabupaten Lamongan sebesar 7,1% terhadap
non pertanian. Sehingga penelitian ini membahas mengenai Jawa Timur, dan merupakan yang terbesar kedua setelah
prediksi perkembangan lahan pertanian sebagai upaya
Kabupaten Jember yang mampu mencapai 7,9% [3]. Selain
mempertahankan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan
itu Kabupaten Lamongan juga ditetapkan sebagai kawasan
seiring dengan perkembangan wilayah. Artikel ini merupakan
bagian dari penelitian mengenai prediksi perkembangan lahan pusat pertumbuhan bagi Jawa Timur yaitu kawasan
pertanian berdasarkan kecenderungan alih fungsi lahan Gerbangkertasusila Plus dengan adanya perubahan struktur
pertanian (sawah) di Kabupaten Lamongan. Melalui teknik ekonomi tahun 2008 sampai tahun 2012 dari sektor primer
analisis GWR (Geographically Weighted Regression), dapat yang cenderung mengalami penurunan ke sektor tersier yang
diketahui faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan mengalami peningkatan [4]. Diperlukan alokasi lahan
pertanian, kemudian ditransformasi kedalam analisis potensial untuk penyediaan lahan pertanian pangan sehingga
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabilitas sumberdaya pertanian khususnya lahan potensial
faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan pertanian
tetap terjaga dan stok lahan potensial tercukupi [5].
adalah rasio harga lahan dan rasio aksesibilitas wilayah.
Pengalokasian lahan potensial pertanian ini yang dikenal
Dimana dihasilkan kelompok-kelompok kecamatan sesuai
dengan faktor alih fungsi yang mempengaruhinya. dengan konsep lahan sawah abadi, yaitu lahan sawah
berkelanjutan yang tidak boleh dialih fungsikan, baik lahan
Kata Kuncialih fungsi lahan, prediksi lahan, faktor yang tersebut statusnya milik negara, milik badan hukum, tanah
berpengaruh. adat, atau bahkan milik individu. Untuk mendukung konsep
lahan sawah abadi tersebut, pemerintah membuat UU No.
I. PENDAHULUAN
41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Perkembangan kegiatan masyarakat yang membutuhkan Pangan Berkelanjutan yang menyatakan bahwa pelaksanaan
lahan sebagai wadahnya meningkat dengan sangat cepat kegiatan pertanian dialokasikan di kawasan pedesaan
sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan dengan menetapkan lahan pertanian berdasarkan kriteria-
pertumbuhan ekonomi. Akibatnya terjadi persaingan kriteria yang sudah ditetapkan sehingga terdapat adanya
pemanfaatan lahan, terutama pada kawasan-kawasan yang alokasi lahan pertanian sawah yang jelas dalam suatu
telah berkembang dimana sediaan lahan relatif sangat daerah.
terbatas [1]. Pada penggunaan lahan pertanian meskipun
Untuk itu dilakukan penelitian yang memprediksikan
lebih lestari kemampuannya dalam menjamin kehidupan
luas lahan pertanian berdasarkan kecenderungan alih fungsi
petani, tetapi hanya dapat memberikan sedikit keuntungan
lahan sawah di Kabupaten Lamongan. Sebagai langkah
materi atau finansial dibandingkan sektor industri,
penentu dalam proses penelitian, diperlukan identifikasi
permukiman dan jasa lainnya, sehingga adanya konversi
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
lahan pertanian ke penggunaan lainnya tidak dapat dicegah
sawah. Alih fungsi lahan sangat mungkin dipengaruhi oleh
[1].Persaingan pemanfaatan lahan ini juga terjadi di
lokasi dari tiap kecamatan terhadap kecamatan lain maka
Kabupaten Lamongan dengan adanya alih fungsi lahan
penggunaan analisis GWR (Geographically Weighted
pertanian menjadi lahan terbangun dengan jumlah pemohon
Regression) adalah analisis yang dianggap tepat sebagai
upaya pendekatan analisis yang melibatkan unsur lokasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-120
H0 : 1 ...
2 2 2
Setelah mengetahui nilai-nilai dari variabel diatas 2 n (homokedastisitas)
kemudian dilakukan analisis faktor-faktor yang
H1 : i
mempengaruhi alih fungsi lahan sawah dengan teknik GWR 2 2
j (heterokedastisitas)
dengan beberapa tahapan [6] :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-121
1 1
11 Pucuk 2871 2766 (105)
BP
T T T
Statistik uji : f A( A A) A f 12 Sukodadi 3365 3298 (67)
2 13 Lamongan 2952 2891 (61)
14 Tikung 3713 3602 (111)
Daerah penolakan : tolak H0 jika BP>
2
15 Sarirejo 3715 3710 (5)
p atau p-value< 16 Deket 3852 3760 (92)
17 Glagah 3782 3502 (280)
5. GWR (Geographically Weighted Regression) 18 Karangbinangun 3886 3880 (6)
GWR memungkinkan parameter bagi masing-masing 19 Turi 3870 3807 (63)
lokasi dalam pengamatan untuk diduga dan dipetakan, 20 Kalitengah 2791 2785 (6)
sehingga hal ini akan membantu dalam pembentukan model 21 Karanggeneng 2783 2776 (7)
regresi yang lebih tepat bila dibandingkan dengan analisis 22 Sekaran 3119 3110 (9)
regresi biasa. Pada analisis GWR, setiap parameter dihitung 23 Maduran 2144 2142 (2)
24 Laren 4927 4923 (4)
pada setiap titik lokasi, sehingga setiap titik lokasi geografis 25 Solokuro 1766 1761 (5)
mempunyai nilai parameter regresi yang berbeda-beda. 26 Paciran 321 205 (116)
Model GWR ditulis sebagai berikut. 27 Brondong 973 965 (8)
Jumlah 88.221 86.528 1.495
p
Sumber : Hasil analisa, 2014
y i 0 (u i , v i ) k ( u i , v i ) x ik i
k 1
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah
dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Jenis alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Lamongan
pada tahun 2009-2012 antara lain Alih fungsi lahan
pertanian sawah terhadap permukiman; Alih fungsi
lahan pertanian sawah terhadap industri; Alih fungsi
lahan pertanian sawah terhadap perdagangan dan jasa
2) Melalui analisis GWR, proses analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di
Kabupaten Lamongan dapat memunculkan hasil yang
lebih spesifik terkait faktor yangbersifat lokal pada
masing-masing lokasi dengan melihat keragaman antar
wilayah pada masing-masing kecamatan tersebut yang
kemudian dihasilkan suatu model per kecamatan
sebagai input pada analisis penelitian selanjutnya yaitu
kecenderungan perkembangan alih fungsi lahan sawah.
3) Terdapat 2 variabel yang berpengaruhdalam
mempengaruhi luasan alih fungsi lahan sawah di