Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam dasawarsa terakhir ini uncul berbagai permasalahan lingkungan hidup
yang terkait dengan sumberdaya lahan. Fakta menunjukkan bahwa laju degradasi
sumberdaya lahan dan penurunan kualitas lingkungan hidup di Indonesia akhir-akhir
ini semakin meningkat dan tidak menunjukkan gejala penurunan. Terjadinya
degradasi sumberdaya lahan dan kualitas lingkungan hidup tersebut perlu
mendapatkan penanganan yang serius, agar tidak menimbulkan permasalahan
lingkungan yang semakin serius.
Daya dukung dan daya tampung lingkungan seharusnya menjadi dasar dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, RTRW Propinsi, dan
RTRW Kota/ Kabupaten. Hal tersebut tercermin dalam Undang-Undang No. 26
Tahun Kabupaten Sragen yang menyatakan bahwa pemerintah harus menyusun
rencana tata ruang wilayah nasional (Pasal 19 Ayat 5), pemerintah daerah provinsi
harus menyusun rencana tata ruang wilayah provinsi (Pasal 22 Ayat 4), pemerintah
daerah kabupaten harus menyusun rencana tata ruang wilayah kabupaten (Pasal 25
Ayat 4), dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. Penyusunan rencana
tata ruang wilayah yang tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan akan menimbulkan permasalahan lingkungan hidup seperti banjir,
longsor, kekeringan, dan lain-lain. Selain itu perencanaan tata ruang wilayah yang
tidak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung juga akan menimbulkan
permasalahan dalam pemanfaatan ruang yang dapat memicu konflik kepentingan
yaitu tingginya kebutuhan akan ruang untuk berbagai kepentingan, sementara
ketersediaan lahan sangat terbatas.
Sumberdaya lahan dipakai secara layak apabila daya dukung dimanfaatkan
sepenuhnya (optimal). Apabila daya dukung tidak dimanfaatkan secara optimal, maka
pembangunan tidak akan efektif. Sebaliknya apabila pemanfaatan sumberdaya lahan
melampaui daya dukung, maka pembangungan menjadi tidak efisien dan cenderung
menurunkan kualitas lingkungan (Muta’ali, 2012). Oleh karena itu optimalisasi
sumberdaya lahan mensyaratkan diketahuinya kemampuan daya dukung lingkungan
saat ini, dan melalui suatu analisis perlu diduga kapan dan seberapa jauh kemampuan
daya dukung tersebut dapat ditingkatkan.

1
Indonesia sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya bekerja di
sektor pertanian dan sebagian besar menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian.
Lahan pertanian sebagai tempat beraktifitas bagi petani semakin mengalami
penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini diakibatkan oleh semakin besarnya tekanan
penduduk terhadap lahan pertanian. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan
aktifitas pembangunan yang dilakukan telah banyak menyita fungsi lahan pertanian
untuk menghasilkan bahan makanan yang diganti dengan pemanfaatan lain, seperti
pemukiman, perkantoran dan sebagainya. Akibatnya tekanan penduduk pada lahan
pertanian yang semakin besar akan menyebabkan kemampuan lahan pertanian untuk
memenuhi kebutuhan makanan bagi penduduk juga semakin berkurang, sehingga
kemampuan wilayah untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya juga semakin
berkurang. Tekanan penduduk (population pressure) merupakan gejala adanya
kelebihan penduduk di suatu daerah, mengingat ketersediaan sumberdaya yang
terdapat untuk kehidupan penduduk sesuai dengan standar hidup yang diinginkan di
daerah bersangkutan (Muta’ali, 2012: 73). Jika tekanan penduduk suatu wilayah
semakin tinggi, maka dapat dikatakan bahwa daya dukung lahan tersebut semakin
kecil, begitupun sebaliknya apabila tekanan penduduk suatu wilayah mengalami
penurunan, maka dapat disimpulkan bahwa daya dukung lahannya semakin baik.
Penurunan daya dukung lahan akan berdampak pada produktivitas lahan pertanian.
Besarnya perubahan penggunaan lahan dan tekanan penduduk terhadap lahan
pertanian akan mengurangi luas lahan pertanian sebagai penghasil komoditi hasil
pertanian, sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi ketersediaan bahan pangan
di wilayah tersebut.
Adanya tekanan penduduk yang terus meningkat akibat tingginya
pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan lahan terbangun
menjadikan kemampuan lahan semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan lahan
pertanian di suatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk sejalan
meningkatnya kegiatan pembangunan. Permasalahan tekanan penduduk terhadap
lahan juga berpengaruh terhadap produktivitas lahan suatu wilayah. Tekanan
penduduk yang semakin tinggi menyebabkan produktivitas lahannya utamanya lahan
pertanian semakin berkurang. Hal ini disebabkan lahan tersebut semakin berkurang
luasannya akibat permintaan penduduk akan lahan.
Masalah tersebut juga tengah dialami Kabupaten Sragen yang merupakan
lumbung padi terbesar kedua setelah Kabupaten Cilacap (www.sragen.go.id).

2
Kabupaten Sragen harus mampu memasok kebutuhan beras pada tiap-tiap kecamatan
setiap tahunnya. Hal tersebut tidaklah mudah mengingat semakin sempitnya luas
lahan pertanian seiring pertumbuhan penduduk yang semakin cepat.
Kabupaten Sragen merupakan salah satu daerah penghasil padi yang cukup
potensial, sehingga memegang peran yang sangat penting dalam upaya penyediaan
stock pangan baik bagi Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Tekanan penduduk
terhadap lahan pertanian di Kabupaten Sragen menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian juga semakin
meningkat, dan berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa produksi padi juga
semakin menurun. Semakin tingginya tekanan penduduk terhadap lahan dan semakin
tingginya laju alih fungsi lahan pertanian akan berpengaruh terhadap daya dukung
lahannya, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktivitas lahannya.
Mengingat pentingnya Kabupaten Sragen sebagai salah satu lumbung padi di Provinsi
Jawa Tengah, maka besarnya produksi padi harus selalu dikontrol. Oleh karena itu
kajian tentang daya dukung lahan dan produktivitas lahan perlu dilakukan di wilayah
tersebut secara kontinyu. Kajian dinamika spasial temporal perubahan daya dukung
lahan dan produktivitas lahan menjadi penting dilakukan di wilayah tersebut.
Dalam rangka penyusunan tata ruang wilayah, mengingat Kabupaten Sragen
mempunyai fungsi penting sebagai salah satu penyangga stock pangan stock pangan
baik bagi Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional maka perlu dilakukan analisis
perubahan secara spasial dan temporal daya dukung lahan dan produktivitas lahannya.
Hasil analisis perubahan spaisal daya dukung lahan dan produktivitas lahan
selanjutnya akan dijadikan dasar sebagai arahan penataan ruang wilayah khususnya
arahan penggunaan lahan Kabupaten Sragen.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan untuk alokasi
pemanfaatan ruang Kabupaten Sragen Tahun 2017?
b. Bagaimana daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan lahan Kabupaten Sragen Tahun 2017?

3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian adalah tersusunnya data
base sumberdaya lahan yang meliputi data base daya dukung lahan dan
produktivitas lahan melalui pemanfaataan citra satelit multi temporal dan Sistem
Informasi Geografis (SIG), sehingga diperoleh hasil analisis sumberdaya lahan
secara cepat, murah, dan akurat. Hasil analisis spasial temporal sumberdaya
lahan yang meliputi daya dukung lahan dan produktivitas lahan selanjutnya akan
digunakan untuk dasar penentuan rekomendasi arahan penataan ruang khususnya
arahan penggunaan lahan Kabupaten Sragen. Dengan pemanfaatan citra satelit
multitemporal, akan dapat dianalisis daya dukung lahan dan produktivitas lahan
beserta perubahan secara spasial dan temporalnya selama periode waktu tertentu.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian multi tahun. Tujuan penelitian tahun
pertama adalah:
1. Menganalisis perubahan daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan
untuk alokasi pemanfaatan ruang Kabupaten Sragen Tahun - 2017,
2. Menganalisis perubahan daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan lahan Kabupaten Sragen Tahun – 2017, dan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tahun pertama, maka tujuan
penelitian pada tahun kedua adalah :
1. Menganalisis perubahan produktivitas lahan pertanian Kabupaten Sragen
Tahun – 2017
2. Menganalisis perubahan tingkat swasembada pangan Kabupaten Sragen Tahun
– 2017
3. Menganalisis hubungan antara perubahan daya dukung lahan dan pengaruhnya
terhadap produktivitas lahan pertanian Kabupaten Sragen Tahun – 2017 dan
4. Menganalisis hubungan antara perubahan daya dukung lahan dan pengaruhnya
terhadap tingkat swasembada pangan Kabupaten Sragen Tahun – 2017.
Dalam penelitian ini, selain tujuan praktis seperti yang disebutkan di atas,
persoalan teoritik yang menjadi alasan utama dilakukannya penelitian terutama
adalah karena masih terbatasnya penelitian tentang dinamika perubahan daya
dukung lahan yang analisisnya secara spasial dan temporal. Tersedianya berbagai

4
jenis citra penginderaan jauh yang memiliki resolusi spasial, resolusi spektral,
resolusi temporal dan resolusi radiometrik yang baik membuka peluang untuk
mengembangkan analisis spasial temporal penggunaan lahan, tutupan lahan dan
daya dukung lahan. Pemanfaatan citra satelit multi temporal dan Sistem
Informasi Geografis (SIG) diharapkan menjadi metode alternatif untuk
penyediaan database informasi sumberdaya lahan.
1.3.3 Manfaat Penelitian
Penelitian pada tahun pertama diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
a. Mengetahui informasi terkait daya dukung lahan berdasarkan kemampuan
lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang Kabupaten Sragen Tahun – 2017,
b. Mengetahui informasi terkait perubahan daya dukung lahan berdasarkan
perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan Kabupaten Sragen
Tahun – 2017.

5
BAB II
URAIAN KEGIATAN DAN METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian


Lokasi dari penelitian ini adalah Kabupaten Sragen, tepatnya di sepuluh
kecamatan yang memiliki produktivitas pertanian paling tinggi di Kecamatan Sragen.
Sepuluh kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Gemolong, Gondang, Karangmalang,
Masaran, Ngrampal, Plupuh, Sambungmacan, Sidoharjo, Sragen dan Tanon. Dalam
rangka penyusunan tata ruang wilayah, mengingat Kabupaten Sragen mempunyai
fungsi penting sebagai salah satu penyangga stock pangan stock pangan baik bagi
Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional maka perlu dilakukan analisis perubahan
secara spasial dan temporal daya dukung lahan dan produktivitas lahannya. Hasil
analisis perubahan spaisal daya dukung lahan dan produktivitas lahan selanjutnya akan
dijadikan dasar sebagai arahan penataan ruang wilayah khususnya arahan penggunaan
lahan Kabupaten Sragen.
2.2. Metode Penelitian
Bentuk penelitian adalah diskriptif spasial, dengan satuan lahan sebagai unit
analisis atau unit pemetaan. Dalam diskriptif spasial, hasil penelitian akan
didiskripsikan dan ditampilkan dalam bentuk peta. Dalam penelitian ini, akan
didiskripsikan secara spasial daya dukung lahan daerah penelitian (Kabupaten Sragen).
Analisis yang digunakan adalah analisis spasial yang pengolahannya dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis, dengan luaran berupa peta berupa Peta
Penggunaan Lahan, Peta Kemampuan Lahan, serta Peta Ketersediaan dan Kebutuhan
Lahan di daerah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Dalam penelitian ini
survey dilakukan untuk memperoleh data lapangan melalui pengamatan, pengukuran,
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang terjadi pada obyek penelitian
yang berupa data kondisi fisik daerah penelitian yang akan digunakan untuk analisis
daya dukung lahan berdasarkan pada kemampuan lahan serta perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan lahan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan observasi lapangan, wawancara, telaah dokumentasi dan interpretasi citra
ikonos.

6
Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: tahap pra-lapangan, tahap lapangan,
dan tahap pasca lapangan.
a. Tahap Pra Lapangan :
Tahap pra lapangan terdiri dari tahap persiapan yang merupakan langkah awal
penelitian. Pada tahap pra lapangan ini dipersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan rencana penelitian. Kegiatan pada tahap persiapan meliputi:
studi pustaka yang berkaitan dengan tema dan tujuan penelitian, mempersiapkan
bahan dan peralatan penelitian, dan melakukan orientasi lapangan untuk mengetahui
gambaran secara keseluruhan daerah penelitian. Pada tahap pra lapangan ini juga
dilakukan interpretasi citra untuk memperoleh informasi penggunaan lahan, serta
penyusunan peta dasar dan peta satuan lahan tentatif sebagai unit analisis atau unit
pemetaan. Penggunaan satuan lahan sebagai unit analisis atau satuan pemetaan
didasarkan pada pertimbangan bahwa satu satuan lahan mempunyai karakteristik
atau sifat fisik yang sama menyangkut topografi, jenis tanah, kondisi geologi, dan
penggunaan lahannya.
b. Tahap Kerja Lapangan :
Kerja lapangan dilakukan untuk memperoleh data-data kondisi fisik wilayah
seperti kondisi batuan dan kerikil, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, drainase
tanah, tingkat erosi dan data fisik lain yang diperlukan untuk analisis daya dukung
lahan. Kerja lapangan juga dilakukan untuk pengumpulan data sekunder seperti data
monografi penduduk, peta wilayah penelitian seperti peta RBI, peta geologi, peta
macam tanah, peta lereng, serta data yang berkaitan dengan penggunaan lahan,
tutupan lahan dan daya dukung lahan.
c. Tahap Pasca Lapangan
Dalam tahap pasca lapangan, akan dilakukan pengolahan dan analisis data
yang yang sudah diperoleh. Analisis yang digunakan dalam penelitian, adalah:
1. Analisis Spasial Daya Dukung Lahan berdasarkan Kemampuan Lahan di
Kabupaten Sragen Tahun 2018, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menentukan Kelas Kemampuan Lahan
Dalam upaya untuk menentukan kemampuan lahan di daerah penelitian,
digunakan satuan lahan yang berfungsi sebagai unit analisis. Satuan lahan
tersebut diperoleh dari tumpangsusun (overlay) peta lereng, peta tanah, peta
geologi, dan peta penggunaan lahan. Selanjutnya, dilakukan penentuan kelas
kemampuan lahan pada setiap satuan lahan tersebut dengan menggunakan

7
parameter yang telah ditentukan sesuai dengan Permen LH no 17 Tahun
2009, parameter tersebut antara lain kemiringan lereng, tekstur tanah,
drainase tanah, kedalaman efektif tanah, erosi, banyak kerikil/batuan dan
ancaman banjir. Penentuan kelas kemampuan lahan tersebut dilakukan
dengan metode matching.
b. Menentukan daya dukung lahan
Setelah dilakukan penentuan kelas kemampuan lahan yang ada di daerah
penelitian, selanjutnya dilakukan penentuan daya dukung lahan dengan
pendekatan indeks kemampuan lahan (IKLw) menurut Muta’ali (2012: 107)
menggunakan formula sebagai berikut :
𝐿𝑊𝐾 1−4
IKLw = 0,3 𝑋 𝐿𝑊

IKLw : Indeks kemampuan lahan wilayah

LWK 1- 4 : Luas wilayah yang memiliki kemampuan lahan 1-4

LW : Luas wilayah penelitian (luas wilayah yang diapakai adalah


luas wilayah penelitian yang menjadi satuan lahan saja. Luasan
berupa tubuh air seperti waduk dan danau, tidak termasuk
dalam perhitungan).

0,3 : Koefisien minimal fungsi lindung untuk wilayah

Kisaran nilai indeks kemampuan wilayah adalah sebagai berikut:


 IKLw >1, menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki kemampuan
mengembangkan potensi lahannnya lebih optimal khususnya untuk
berbagai ragam kawasan budidaya dengan tetap terjaganya keseimbangan
lingkungannnya
 IKLw < 1, menunjukkan bahwa wilayah tersebut lebih banyak memiliki
fungsi lindung, khususnya perlindungan terhadap tata air dan gangguan dari
persoalan banjir, erosi, sedimentasi, dan kekurangan air.
2. Analisis spasial daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara
ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan di Kabupaten Sragen tahun 2018
a. Menentukan Ketersediaan Lahan
Penentuan ketersediaan lahan pada daerah penelitian dilakukan sesuai
dengan rumus yang telah tercantum dalam Permen LH No 17 Tahun 2009
sebagai berikut:

8
∑(𝑃𝑖 𝑥 𝐻𝑖) 1
SL = X
𝐻𝑏 𝑃𝑡𝑣𝑏
L : Ketersediaan Lahan (Ha)
Pi : Produksi aktual tiap jenis komoditi, satuan tergantung kepada jenis
komuditas (Dalam penelitian ini jenis komoditi yang dihitung hanyalah
komoditi pertanian saja)
Hi : Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat produsen
Hb : Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb : Produktivitas beras (kg/ha)
Dalam perhitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk
menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga.
b. Menentukan Kebutuhan Lahan
Penentuan kebutuhan lahan didaerah penelitian dilakukan dengan rumus
yang tercantum dalam Permen LH no 17 Tahun 2009 sebagai berikut:
DL = N x KHLL

Keterangan:

DL : Total Kebutuhan Lahan Setara Beras

N : Jumlah Penduduk (Orang)

KHLL : Luas lahan yang diperlukan untuk kebutuhan hidup layak


perpenduduk

c. Menentukan Status daya dukung lahan


Penentuan status daya dukung lahan dilakukan dengan cara
membandingkan ketersediaan lahan yang ada di daerah penelitan dengan
kebutuhan lahan yang ada. Bila Ketersediaan lahan lebih besar dari
kebutuhan lahan (SL > DL) maka daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Tetapi apabila ketersediaan lahan lebih kecil dari kebutuhan lahan yang ada
maka daya dukung lahan di wilayah tersebut dinyatakan defisit (SL< DL) .

2.3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini meliputi Citra Ikonos dari Google Earth, Peta
Geologi Lembar 1408-3 Surakarta, Peta Geologi lembar 1408-6 Salatiga, Peta Geologi

9
Lembar 1408-4 Ngawi, Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-623 Ngandu, Peta
Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-624 Sukodono, Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar
1408-621 Gemolong, Peta Rupa Bumi Lembar 1408-622 Masaran, Peta Rupa Bumi
Lembar 1508-411 Sragen, Peta Rupa Bumi Lembar 1508-414 Mantingan, Peta Rupa
Bumi Lembar 1408-344 Karanganyar, Peta Rupa Bumi Lembar 1508-133 Karangpan
dan Peta Rupa Bumi Lembar 1508- 413 gesi.
Citra Ikonos digunakan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan lahan
yang ada di daerah penelitian. Sedangkan Peta Geologi tersebut diatas digunakan untuk
mengetahui kondisi litlogi di daerah penelitian. Selain itu digunakan pula Peta RBI
untuk melakukan interpretasi terkait kemiringan lereng yang ada di lokasi penelitian.
Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah produksi komuditas
pertanian, dan data jumlah penduduk yang diperoleh dari Kabupaten Sragen dalam
Angka 2018.
2.4. Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :
a. Data digital Citra IKONOS Kabupaten Sragen Tahun 2018
b. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 25.000
c. Peta Geologi Lembar Salatiga, Surakarta dan Ngawi Skala 1:100.000
d. Peta Tanah Tinjau Kabupaten Sragen
e. Peta Lereng Kabupaten Sragen
f. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Sragen
g. Data Monografi Kabupaten Sragen.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah :
a. Perlatan pengolah data berupa : seperangkat komputer dan printer
b. Perangkat lunak ArcGis
c. GPS Receiver GARMIN GPS Map 76CSX
d. Kompas lapangan
e. Kamera digital
f. Tabel isian lapangan
g. Peralatan tulis menulis

10
2.5. Jadwal Penelitian
Penelitian direncanakan berlangsung selama sembilan bulan kerja, terhitung
mulai Maret hingga November 2018. Adapun jadwal kegiatan dan tahapan penelitian
disajikan dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
Jenis Kegiatan
Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov
Persiapan Pustaka
Interpretasi Citra
Pengumpulan
Data Lapangan
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
Review Laporan

11
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Daerah Penelitian


3.1.1. Letak, Luas, dan Batas
Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Sragen, tepatnya di 10 kecamatan
yang memiliki produktivitas pertanian tertinggi berdasarkan data yang diperoleh
dari Kabupaten Sragen dalam Angka tahun 2017. Kecamatan-kecamatan tersebut
antara lain Kecamatan Gemolong, Gondang, Karangmalang, Masaran, Ngrampal,
Plupuh, Sambungmacan, Sidoharjo, Sragen dan Tanon. Secara astronomis,
Kabupaten Sragen terletak di antara 110045’-110010’ Bujur Timur (BT) dan 7015’
– 7030’ Lintang Selatan (LS). Secara administratif, Kabupaten Sragen terletak di
Pprovinsi Jawa Tengah dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi
Luas keseluruhan Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 atau sekitar
94155 ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Sragen yang tergolong dalam
daerah penelitian adalah 43467,04 ha. Luas wilayah penelitian dan pembagian
wilayah administrasi Kabupaten Sragen dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Peta
Administrasi Kabupaten Sragen sebagai berikut:

Tabel 3.1 Luas Daerah Penelitian


No Nama Kecamatan Luas (ha) Persentase(%)
1 Gemolong 4076,93 9,34
2 Gondang 4359,32 9,99
3 Karangmalang 4524,97 10,37
4 Masaran 5003,48 11,46
5 Ngrampal 4032,03 9,24
6 Plupuh 5133,29 11,76
7 Sambungmacan 4122,04 9,44
8 Sidoharjo 4329,7 9,92
9 Sragen 2915,09 6,68
10 Tanon 5150,19 11,80
Jumlah 43467,04 100,00
Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2018

12
Luas Wilayah

Gemolong
Gondang
Karangmalang
Masaran
Ngrampal
Plupuh
Sambungmacan
Sidoharjo
Sragen
Tanon
Gambar 3.1 Diagram Luas Wilayah Daerah Penelitian
Sumber: Hasil Perhitungan Penulis Tahun 2018

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel 3.1, Kecamatan Tanon


merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah paling besar dibandingkan
seluruh kecamatan yang ada di wilayah penelitian, luas wilayah Kecamatan
Tanon adalah 5150,19 ha atau 11,80 % dari total wilayah penelitian. Sedangkan
kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Sragen
dengan luas 2915,09 ha atau sekitar 6,68 % dari total luas wilayah penelitian.

13
Gambar 3.2 Peta Administrasi Lokasi Penelitian

14
3.1.2. Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Peta Geologi Lembar
Ponorogo dan Lembar Salatiga skala 1:100.000 terbitan Puslitbang Geologi,
Departermen Pertambangan dan Energi Bandung tahun 1991, susunan litologi
di Kabupaten Sragen yang termasuk dalam lokasi penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Qlla (Endapan Lawu)
Terdiri dari komponen andesit, basal dan sedikit batu apung beragam
ukuran yang bercampur dengan pasir gunungapi. Utamanya tersebar
mengisi wilayah dataran di kaki gunungapi atau membentuk wilayah
perbukitan rendah. Di wilayah lain seperti Karangtengah endapan ini
mengandung kepingan gigi dan tulang vertebrata jenis Bovidae. Mata air
banyak ditemukan pada daerah ini.
b. Qa (Endapan Aluvial)
Susunan litologi ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau dan
lumpur sebagai hasil endapan sungai.
c. Qpn (Formasi Notopuro)
Susunan litologi ini terdiri dari breksi, lahar, batupasir gunungapi,
konglomerat dan batu lanau gunungapi. Lingkungan pengendapannya
terdapat di darat dengan tebal 30-40 m. Satuan berumur Plistosen Akhir dan
menindih selaras Formasi Kabuh.
d. Tmk (Formasi Kerek)
Bagian bawah formasi ini terdiri dari batuan sedimen tipe flysch
yang berlapis sangat baik, yang terdiri dari persilangan batulanau,
batulempung, batupasir gampingan, batugamping pasiran dan mengandung
bahan gunungapi. Sedangkan pada bagian atas formasi ini terdiri dari napal
bersisipan batupasir tufan gampingan, batulanau tufan dan batupasir
kerikilan dan mengandung bahan gunungapi yang sangat banyak. Pada
lokasi penelitian, material ini banyak tersebar di Kecamatan
e. Tpkk (Anggota Klitik Formasi Kalibeng)
Susunan litologi ini terdiri dari batugamping putih kekuningan dan
kecoklatan dan berlapis (20-60 cm). Di beberapa tempat mengandung
kepingan koral dan napal putih kekuningan sebagai sisipan dalam

15
batugamping. Kandungan foraminifera bentos dan plangton yang terdapat
dalam susunan litologi ini menunjukkan bahwa lapisan ini berusia pada
kisaran awal pliosen dengan lingkungan pengendapan pada zona neritik
dangkal.
f. Tmpk (Formasi Kalibeng)
Formasi ini terdiri dari napal, pejal, sisipan setempat berupa
batupasir (20-50 cm) dan tufan gampingan. Pada beberapa tempat, terdapat
breksi Anggota Banyak pada bagian bawah dan tengah, lalu di bagian
atasnya terdapat batugamping yang berasal dari Anggota Klitik. Umur
formasi ini berkisar diantara Miosen akhir hingga Pliosen Awal. Satuan
litologi ini memiliki ketebalan
g. Qpk (Formasi Kabuh)
Susunan litologi ini terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir
tufan, dan tuf pada bagian atas. Sedangkan pada bagian bawahnya terdiri
dari lensa kalsirudit.
h. Qt (Endapan Undak)
Susunan litologi ini terdiri dari konglomerat, batupasir dan lempung.
Pada lokasi penelitian, susunan litologi ini tersebar di Kecamatan
i. Qppl (Formasi Pucangan)
Bagian atas susunan litologi ini terdiri dari batulempung bersisipan
batupasir tufan dan tanah diatomea, sedangkan pada bagian bawah struktur
litologi ini terdiri dari breksi.. Informasi terkait kondisi geologi daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.2. Geologi Kabupaten Sragen
No Kode Formasi Geologi Luas (ha) Persentase
(%)
1 Qa Endapan Aluvial 13823,35 31,67
2 Qlla Endapan Lawu 20801,62 46,66
3 Qpk Formasi Kabuh 380,16 0,87
4 Qpn Formasi Notopuro 5788,34 13,26
5 Qppl Formasi Pucangan 1616,03 3,70
6 Qt Endapan Undak 406,46 0,93
7 Tmk Formasi Kerek 41,96 0,10
8 Tmpk Formasi Kalibeng 184,39 0,42
9 Tpkk Anggota Klitik Formasi 604,73 1,39
Kalibeng
Jumlah 43.647,04 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data

16
Diagram gambaran geologis daerah penelitian disajikan pada Gambar 3.3.

Luas

Qa
Qlla
Qpk
Qpn
Qppl
Qt
Tmk

Gambar 3.3 Diagram Luas Geologi Daerah Penelitian


Sumber: Hasil Analisis Data

17
Gambar 3.4 Peta Geologi Lokasi Penelitian

18
3.1.3. Kemiringan Lereng Daerah Penelitian
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat dan persen. Dua titik yang
berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10 meter
membentuk lereng 10% sama dengan kecuraman 45 (Arsyad, 1989: 81). Data
terkait kemiringan lereng Kabupaten Sragen diperoleh melalui delineasi kontur
yang bersumber dari Peta Rupabumi Indonesia.
Klasifikasi kelas kemiringan lereng yang diterapkan di daerah penelitian
adalah klasifikasi kemiringan lereng menurut Wiharta et.al (1997). Setelah
dilakukan analisi data, dapat diketahui bahwa kemiringan lereng di seluruh
daerah penelitian tergolong dalam kategori landai hingga bergelombang (3-8%).
Untuk lebih jelasnya, informasi terkait kemiringan lereng di daerah penelitian
ditampilkan dalam Gambar 3.5 sebagai berikut:

19
Gambar 3.5 Peta Lereng Lokasi Penelitian

20
3.1.4. Tanah Dearah Penelitian
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula
(Darmawijaya, 1997: 9). Berdasarkan peta tanah tinjau Kabupaten Sragen skala
1:250.000 terdapat empat jenis tanah berada pada lokasi penelitian yaitu Aluvial,
Grumusol, Latosol, Litosol.Macam tanah yang ada pada lokasi penelitian adalah:
a. Aluvial
Satuan tanah aluvial dikategorikan sebagai tanah muda karena belum
mengalami perkembangan lanjut dari bahan induknya. Tanah aluvial
mempunyai sifat-sifat: tekstur beraneka, belum terbentuk struktur,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH beraneka, kesuburan umumnya
sedang hingga tinggi. Persebaran tanah aluvium terdapat di daerah dataran
aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan di daerah cekungan (Sartohadi dkk,
2013:116). Tanah Aluvial banyak dijumpai di sebagian besar Kecamatan
Plupuh, Kecamatan Tanon bagian selatan dan timur, Kecamatan Sidoharjo,
Sebagian besar Kecamatan Masaran, dan Kecamatan Sragen bagian barat.
Luas lahan dengan jenis tanah Aluvial seluas 13.823,52 Ha atau sekitar
31,67% dari total luas lahan penelitian.
b. Latosol
Satuan tanah latosol merupakan tanah yang telah berkembang atau
terjadi diferensiasi horison. Latosol mempunyai rentang-rentang sifat –sifat :
solum dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hinga teguh, warna coklat merah hingga kuning. Latosol tersebar
didaerah beriklim basah, elevasi antara 300-1000 meter (Sartohadi dkk,
2013:117). Pada lokasi penelitian tanah Latosol tersebar di sebagian besar
lahan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sambungmacan, Gondang,
Ngrampal, Karangmalang, Sragen, Masaran bagian selatan, Tanon bagian
utara, dan Kecamatan Gemolong. Luas lahan dengan jenis tanah Latosol
yaitu 29399,34 Ha atau sekitar 67,36% dari total luas lahan.
c. Grumosol
Tanah grumosol merupakan tanah mineral yang telah mempunyai
perkembangan profil khas berupa bidang kilir (slickenslide) pada kedalaman

21
≥60 cm.Grumosol mempunyai rentang sifat : solum agak tebal, tekstur
lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila
kering sangat keras dan tanah retak-retak. Grumosol mempunyai sifat self
mulching sebagai akibat dari kandungan lempung montmorilonit, umumnya
bersifat alkalis, kejenuhan basa dan kapasitas adsorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi (Sartohadi dkk, 2013 : 117). Pada lokasi penelitian
tanah Grumusol dijumpai di Kecamatan Tanon bagian utara dengan luas
192,44 Ha atau sekitar 0,44% dari total luas lahan penelitian.
d. Litosol
Litosol merupakan tanah mineral yang tanpa/sedikit mengalami
perkembangan profil. Ciri utama dari tanah litosol adalah tanah dengan
ketebalan terbatas (<30 cm) yang menumpang langsung di atas batuan induk
yang padu dan keras. Keterdapatan litosol sering dalam kondisi berasosiasi
dengan singkapan batuan dasar. Litosol mempunyai rentang sifat: tekstur
beraneka dan pada umumnya berpasir, umumnya tak berstruktur, warna
kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Jenis tanah Litosol hanya
dapat ditemui di Kecamatan Sambungmacan bagian utara dengan luas lahan
231,74 Ha atau sekitar 0,53% dari total luas lahan penelitian. Untuk
mengetahui luasan dan prosentase tanah di lokasi penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Tanah Lokasi Penelitian Kabupaten Sragen 2018


No Kode Keteragan Luasan (Ha) Persentase (%)
1. Al Aluvial 13.823,52 31,67
2. Gr Grumusol 192,44 0,44
3. La Latosol 29.399,34 67,36
4. Li Litosol 231,74 0,53
Jumlah 43.647,04 100
Sumber: Data Tanah Kabupaten Sragen Tahun

22
Jenis Tanah

Al
Gr
La
Li

Gambar 3.6 Diagram Jenis Tanah


Sumber: Hasil Analisis Data

23
Gambar 3.7 Peta Tanah Lokasi Penelitian

24
3.1.5. Penggunaan Lahan Daerah Penelitian
Penggunaan lahan sebagai tutupan biofisik pada suatu permukaan bumi
yang dapat diamati, merupakan suatu hasil pengaturan alamiah dan aktivitas
atau perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penggunaan lahan tertentu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk penggunaan lahan di lokasi
penelitian berdasarkan interpretasi citra Ikonos Google Earth dan observasi
lapangan diketahui bahwa terdapat beberapa jenis penggunaan lahan di lokasi
penelitian sebagai berikut:
a. Bangunan
Penggunaan lahan bangunan di lokasi penelitian mayoritas berupa
pabrik, stadion,dan kantor-kantor pemerintahan. Dapat diamati dengan ciri
khas berupa bentuk yang lebih besar daripada bangunan permukiman
dengan mayoritas berpola kotak memanjang. Penggunaan lahan bangunan
tersebar di beberapa titik mulai dari pusat kota hingga di sekitar jalan
provinsi. Penggunaan lahan bangunansecara administrator berada di
Kecamatan Masaran, Sidoharjo, Sambungmacan, Ngrampal, dan
Kecamatan Gondang. Luas lahan dengan penggunaan lahan bangunan yaitu
170,11 Ha atau sekitar 0,39% dari total luas lahan penelitian.
b. Belukar
Penggunaan lahan belukar di lokasi penelitian berupa lahan kering
dengan vegatasi berupa tanaman heterogen berukuran rendah. Berada di
sekitar sungai sebagai lahan tak tergarap dengan kenampakan dari citra
berupa vegetasi bergerombol dengan luasan kecil dengan warna hijau
kekuningan. Penggunaan lahan ini tersebar di Kecamatan Tanon dengan
luas 56,61 Ha atau sekitar 0,13% dari total luas lahan penelitian.
c. Kebun
Penggunaan lahan kebun di lokasi penelitian berupa area bervegetasi
hasil campur tangan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tanaman mayoritas yang ditanam berupa tanaman keras seperti jati,
mangga, dan tanaman keras lainnya. Berada di sekitar persawahan dan
permukiman dengan kenampakan mencolok apabila dilihat dari citra berupa
kumpulan vegetasi dengan area yang cukup luas. Penggunaan lahan kebun
tersebar merata di seluruh kecamatan di lokasi penelitian dengan luas
3.319,01 Ha atau sekitar 7,6% dari total luaslahan penelitian.

25
d. Lahan Kosong/Terbuka
Lahan kosong di lokasi penelitian berupa tanah lapang yang memang
diperuntukkan untuk kegiatan warga ataupun area belum terbangun yang
masih berupa tanah kosong. Hal ini dimungkinkan adanya perubahan fungsi
lahan dari berupa bangunan ke tanah kosong maupun dari lahan persawahan
ke tanah kosong. Kenampakan mencolok dari penggunaan lahan ini berupa
bentuk bujur sangkar maupun kotak memanjang dengan asosiasi di wilayah
dekat permukiman. Penggunaan lahan ini tersebar di Kecamatan Sidoharjo,
Karangmalang, Sragen, Gondang, dan Kecamatan Ngrampal dengan luas
54,15 Ha atau sekitar 0,12% dari total luas lahan penelitian.
e. Permukiman
Penggunaan lahan berupa permukiman tersebar berdasarkan nilai
strategis darisuatu lokasi. Di lokasi penelitian, permukiman tersebar
mayoritas menggerombol di dekat persawahan dan memanjag di pinggir-
pinggir jalan baik lokal, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimungkinkan
untuk mempermudah akses masyarakat dalam proses memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kenampakan mencolok penggunaan ini jika dilihat dari citra
berupa kotak-kotak kecil menggerombol antara satu dengan lainnya.
Tersebar disemua kecamatan di lokasi penelitian dengan luas 10.297,52 Ha
atau sekitar 23,59% dari total luas lahan penelitian.
f. Sawah Irigasi
Penggunaan lahan berupa sawah irigasi tersebar di seluruh
kecamatan di lokasi penelitian. Hal ini tidak mengherankan karena lokasi
penelitian sebagai daerah lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah.
Mayoritas tanaman berupa padi, jagung, kacang, bawangmerah, bawang
putih, cabai, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Kenampakan mencolok
penggunaan lahan ini jika dilihat dari citra berupa area luas dengan bentuk
mayoritas kotak dan kotak memanjang dengan warna dominan hijau dengan
luas total penggunaan lahan ini adalah 29.418,22 Ha atau sekitar 67,4% dan
menjadi penggunaan lahan terluas di lokasi penelitian.
g. Tegalan
Penggunaan lahan tegalan berupan lahan cocok tanam kering yang
tidak membutuhkan banyak air. Dilokasi penelitian lahan tegalan dapat
dijumpai pada sekitar permukiman warga untuk bercocok tanam seperti

26
ketela pohon dan tanaman musiman lainnya. Kenampakan mencolok dari
penggunaan lahan ini jika dilihat dari citra berupa area dengan bentuk
abstrak dengan area tidak terlalu luas dengan asosiasi dekat permukiman
dan kebun. Tersebar di Kecamatan Sambungmacan, Gemolong, dan
Kecamatan Plupuh dengan luas 146,27 Ha atau sekitar 0,34% dari total luas
lahan penelitian.
h. Tubuh Air
Penggunaan lahan berupa tubuh air ini didefinisikan sebagai waduk
atau embung di lokasi penelitian. Tersebar di Kecamatan Tanon dan
Kecamatan Karangmalang. Kenampakan mencolok dari penggunaan lahan
ini berupa bentuk abstrak dengan warna biru. Luas penggunan lahan ini
adalah 185,27 Ha atau sekitar 0,42% dari total luas penggunaan lahan lokasi
penelitian. Untuk mengetahui luasan dan prosentase masing-masing
penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian Kabupaten Sragen 2018


No Kode Keteragan Luasan (Ha) Prosentase
1. Bgn Bangunan 170,11 0,39
2. Blk Belukar 56,61 0,13
3. Kbn Kebun 3.319,01 7,60
4. Lhk Lahan Kosong/ Terbuka 54,15 0,12
5. Pmk Permukiman 10.297,52 23,59
6. Swi Sawah Irigasi 29.418,22 67,40
7. Tgl Tegalan 146,27 0,34
8. Air Tubuh Air 185,16 0,42
Jumlah 43.647,04 100
Sumber: Analisis Citra Ikonos Kabupaten Sragen Tanggal Perekaman
14 Mei 2018

27
Gambar 3.8 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian

28
3.1.6. Kondisi Kependudukan Daerah Penelitian
Karakteristik penduduk dalam suatu wilayah dapat menunjukkan
kemajuan suatu wilayah walaupun hanya secara kasar karena penduduk
merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan dan pembangunan
suatu wilayah jumlah dan pesebarannya sering dikaitkan dengan perencanaan
dan pemanfaatan wilayah terutama dengan permintaan akan lahan dan fasilitas
pelayanan.
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di daerah penelitian berdasarkan data statistik
masing-masing kecamatan tahun 2017 berjumlah 525.371 jiwa yang terdiri
dari 257.581 jiwa penduduk wanita dan 267.790 jiwa penduduk pria. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk


Jenis Kelamin Prosentase
No Kecamatan Jumlah
Pria Wanita (%)
1 Gemolong 22.845 23.810 46.655 8,88
2 Gondang 20.560 21.532 42.092 8,01
3 Karangmalang 32.855 33.817 66.672 12,69
4 Masaran 36.285 36.928 73.213 13,94
5 Ngrampal 18.398 19.036 37.434 7,13
6 Plupuh 20.920 22.128 43.048 8,19
7 Sambungmacan 21.680 22.904 44.584 8,49
8 Sidoharjo 25.261 26.153 51.414 9,79
9 Sragen 33.867 34.980 68.847 13,10
10 Tanon 24.910 26.502 51.412 9,79
Jumlah 257.581 267.790 525.371 100
Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2018
Dari Tabel 3.5 diketahui bahwa Kecamatan Masaran memiliki jumlah
penduduk paling banyak yaitu 73.213 jiwa atau sekitar 13,94%. Kecamatan
Ngrampal memiliki jumlah penduduk paling sedikit dengan jumlah 37.434
jiwa atau sekitar 7,13%. Jumlah penduduk di daerah penelitian sangat
bergantung dari lokasi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Ada yang
menggerombol di daerah dekat persawahan dan memanjang di sekitar jalan
dan sungai. Hal ini untuk emmpermudah mereka dalam mobilitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

29
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk suatu wilayah dapat diketahui dengan
membandingkan jumlah penduduk dan luas wilayah dalam satuan luas.
Kepadatan penduduk ini tanpa memperhatiakan areal yang produktif atau
areal yang mungkin di tempati penduduk. Untuk mengetahui kepadatan
penduduk dapat diihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Kepadatan Penduduk
Luas Jumlah Kepadatan
No Kecamatan 2
(Km ) Penduduk Penduduk
1 Gemolong 40,76 46.655 1145
2 Gondang 43,32 42.092 972
3 Karangmalang 45,24 66.672 1474
4 Masaran 50,03 73.213 1463
5 Ngrampal 40,32 37.434 928
6 Plupuh 51,33 43.048 839
7 Sambungmacan 41,22 44.584 1082
8 Sidoharjo 43,29 51.414 1188
9 Sragen 29,15 68.847 2362
10 Tanon 51,5 51.412 998
Jumlah 436,16 525.371 1205
Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2018
Dari tabel dapat diketahui bahwa Kecamatan Sragen merupakan
kecamatan terpadat di daerah penelitian dengan kepadatan 1205 jiwa/ Km2.
Hal ini karena Kecamatan Sragen merupakan pusat Kabupaten Sragen.
Memiliki luas wilayah yang besar belum tentu memiliki kepadatan yang
tinggi. Tergantung peruntukan lahan yang digunakan di masing-masing
wilayah. Penggunaan lahan untuk permukiman mengindikasikan semakin
meningkatnya kepadatan penduduk suatu wilayah

3.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan lahan. Menurut
Sitorus (1998:93), satuan lahan merupakan kelompok lokasi yang berhubungan yang
mempunyai bentuklahan tertentu di dalam sistem lahan dan seluruh satuan lahan yang
sama yang tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula. Satuan lahan yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara tumpangsusun (overlay) empat
parameter, yaitu geologi, tanah, lereng, dan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil
tumpangsusun ke empat parameter diatas, diperoleh 59 satuan lahan. Dalam penelitian

30
ini tubuh air (waduk atau danau) tidak dimasukkan dalam perhitungan. Selanjutnya,
dilakukan analisis kemampuan lahan pada 59 satuan lahan yang ada dengan
menggunakan parameter yang tertera dalam Permen LH no 17 tahun 2009, parameter
tersebut meliputi kemiringan lereng, tekstur tanah, drainase, kedalaman efektif, keadaan
erosi, kerikil/batuan dan banjir. Berikut adalah satuan lahan yang ada di daerah
penelitian :

Tabel 3.7 Satuan lahan daerah penelitian


No Satuan Lahan Luas (Ha) No Satuan Lahan Luas (Ha)
2 Qa-I-Al-Bgn 106,25 33 Qpn-I-Gr-Swi 23,48
3 Qa-I-Al-Blk 24,64 35 Qpn-I-La-Kbn 327,11
4 Qa-I-Al-Kbn 491,71 36 Qpn-I-La-Pmk 1363,94
5 Qa-I-Al-Lhk 5,33 37 Qpn-I-La-Swi 3985,23
6 Qa-I-Al-Pmk 3239,17 38 Qppl-I-Gr-Pmk 5,70
7 Qa-I-Al-Swi 9529,96 39 Qppl-I-Gr-Swi 13,67
8 Qa-I-La-Blk 8,26 40 Qppl-I-La-Blk 18,84
9 Qa-I-La-Kbn 6,06 41 Qppl-I-La-Pmk 311,79
10 Qa-I-La-Pmk 75,40 42 Qppl-I-La-Swi 1268,52
11 Qa-I-La-Swi 233,64 43 Qt-I-Al-Pmk 13,09
12 Qlla-I-Al-Kbn 8,08 44 Qt-I-Al-Swi 35,87
13 Qlla-I-Al-Pmk 49,67 45 Qt-I-La-Kbn 31,62
14 Qlla-I-Al-Swi 101,68 46 Qt-I-La-Pmk 101,62
15 Qlla-I-Gr-Swi 14,52 47 Qt-I-La-Swi 224,27
17 Qlla-I-La-Bgn 59,41 48 Tmk-I-La-Pmk 8,45
18 Qlla-I-La-Kbn 2122,05 49 Tmk-I-La-Swi 13,52
19 Qlla-I-La-Lhk 48,83 50 Tmpk-I-La-Kbn 91,65
20 Qlla-I-La-Pmk 4985,49 51 Tmpk-I-La-Pmk 41,03
21 Qlla-I-La-Swi 13207,57 52 Tmpk-I-La-Swi 37,68
22 Qlla-I-La-Tgl 27,75 53 Tmpk-I-La-Tgl 13,04
23 Qlla-I-Li-Kbn 6,89 54 Tpkk-I-Gr-Pmk 15,06
24 Qlla-I-Li-Pmk 12,22 55 Tpkk-I-Gr-Swi 118,22
25 Qlla-I-Li-Swi 55,98 56 Tpkk-I-La-Kbn 102,33
26 Qlla-I-Li-Tgl 21,17 57 Tpkk-I-La-Pmk 88,88
27 Qpk-I-La-Kbn 39,55 58 Tpkk-I-La-Swi 145,01
28 Qpk-I-La-Pmk 73,20 59 Tpkk-I-Li-Kbn 26,34
29 Qpk-I-La-Swi 247,19 60 Tpkk-I-Li-Pmk 15,46
30 Qpk-I-La-Tgl 7,90 61 Tpkk-I-Li-Swi 27,68
31 Qpn-I-Al-Pmk 42,87 62 Tpkk-I-Li-Tgl 64,93
32 Qpn-I-Al-Swi 75,53

Sumber: Hasil Analisis Data

31
Gambar 3.9 Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian

32
3.2.1. Daya Dukung Lingkungan Hidup di Kabupaten Sragen Berdasarkan
Pendekatan Kemampuan Lahan

Parameter kemampuan lahan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu


pada Permen LH no 17 Tahun 2009. Parameter tersebut meliputi tekstur tanah,
kemiringan lereng, drainase, kedalaman efektif, keadaan erosi, banyak
kerikil/batuan dan ancaman banjir. Untuk memperoleh informasi terkait ketujuh
parameter tersebut, dilakukan survei lapangan pada 59 satuan lahan yang ada di
daerah penlitian. Klasifikasi kemampuan lahan yang dilakukan dalam penelitian
ini dikelompokkan sampai pada subkelas kemampuan lahan. Subkelas
kemampuan lahan adalah pengelompokan unit kemampuan lahan yang
mempunyai jenis hambatan atau ancaman dominan yang sama jika dipergunakan
untuk pertanian sebagai akibat sifat-sifat tanah, relief, hidrologi dan iklim
(Jamulya dan Sunarto, 1996: 16). Metode yang digunakan untuk
mengklasifikasikan sub kelas kemampuan lahan pada daerah penelitia adalah
Metode Matching. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode tersebut,
terdapat 8 tipe kelas kemampuan lahan pada tingkat sub kelas kemampuan lahan
yang ada di Kabupaten Sragen. Kelas kemampuan lahan tersebut meliputi IIes,
IIew, IIe, IIIw, IIIew, IVw, Ivs dan VIs. Rincian luas sub kelas kemampuan lahan
yang ada di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 3.8 :

Tabel 3.8. Luas Sub Kelas Kemampuan Lahan

Sub Kelas
Luas (Ha) Persentase (%)
Kemampuan Lahan
IIes 33.175,51 76,33
IIew 1.556,64 3,58
IIesw 285,82 0,66
IIe 7.860,01 18,09
IIIw 31,62 0,07
IIIsw 37,68 0,09
Ivw 284,04 0,65
Vis 230,67 0,53
Jumlah 43461,99 100
Sumber : Hasil Analisis Data

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel 5.8, dapat disimpulkan


bahwa sub kelas kemampuan lahan yang memiliki luasan terbesar adalah sub
kelas IIes dengan total luas mencapai 33175,51 ha atau sebesar 76,33 persen dari
total luas daerah penelitian. Sedangkan sub kelas kemampuan lahan yang

33
memiliki luasan terkecil adalah sub kelas IIIw dengan luas 31,62 ha atau 0,07
persen dari total luas daerah penelitian . Selanjutnya, sebaran tiap sub kelas
kemampuan lahan yang ada di daerah penelitian divisualisasikan pada Gambar
3.10 sebagai berikut:

34
Gambar 3.10 Peta Kemampuan Lahan Lokasi Penelitian

35
Secara umum, kelas kemampuan lahan yang ada di daerah penelitian terdiri dari
3 kelas, meliputi kelas kemampuan lahan II, kelas kemampuan lahan III dan kelas
kemampuan lahan IV. Berikut adalah rincian tiap kelas kemampuan lahan yang ada di
daerah penelitian:

a. Kelas Kemampuan Lahan II


Menurut Arsyad (1989:217), tanah pada kelas kemampuan II memiliki
beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan
penggunaannya sehingga diperlukan tingkatan konservasi sedang. Lahan kelas II
memerlukan pengelolaan yang hati-hati, termasuk didalamnya tindakan -tindakan
konservasi untuk mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara
jika tanah tersebut diusahakan untuk kegiatan pertanian.Berdasarkan hasl analisis
data, terdapat beberapa faktor penghambat pada kelas keampuan lahan II yang ada
di daerah penelitian. Faktor pengambat tersebut meliputi tingkat erosi (e), drainase
(w) dan perakaran tanaman (s).
Pada sub kelas kemampuan lahan IIe, faktor penghambat utama yang
ditemui adalah lereng permukaan yang memiliki topografi landai hingga
bergelombang. Sub kelas kemampuan lahan IIe tersebut memiliki luas sebesar
7860,01 ha atau 18,08 persen dari total luas daerah penelitian. Satuan lahan yang
termasuk dalam kategori sub kelas kemampuan lahan IIe antara lain satuan lahan
Qa-I-Al-Blk, Qa-I-AL-Bgn, Qa-I-Al-Lhk, Qa-I-La-Pmk, Qa-I-La-Kbn, Qlla-I-Al-
Swi, Qlla-I-La-Kbn, Qlla-I-La-Pmk, Qpk-I-La-Swi, Qppl-I-Gr-Pmk, Qppl-I-Gr-
Swi, Qt-I-Al-Pmk, Tmk-I-La-Pmk, dan Tppk-I-La-Swi. Sub kelas kemampuan
lahan ini tersebar di seluruh daerah penelitian.
Selanjutnya, pada sub kelas kemampuan lahan IIes, faktor penghambat
yang ditemui berupa lereng permukaan yang landai hingga bergelombang dan
tekstur tanah. Sub kelas kemampuan lahan IIes tersebut merupakan sub kelas
kemampuan lahan terluas yang ada di daerah penelitian, luas sub kelas kemampuan
lahan IIes tersebut mencapai 33217,32 ha atau 76,43 persen dari total luas daerah
penelitian. Satuan lahan yang termasuk dalam sub kelas kemampuan lahan IIes
antara lain Qa-I-Al-Kbn, Qa-I-Al-Pmk, Qa-I-Al-Swi, Qa-I-La-Blk, Qlla-I-Al-Kbn,
Qlla-I-Al-Pmk, Qlla-I-La-Lhk, Qlla-I-La-Swi, Qlla-I-La-Tgl, Qpk-I-La-Pmk, Qpk-
I-La-Tgl, Qpn-I-Al-Pmk, Qpn-I-Al-Swi, Qpn-I-La-Kbn, Qpn-I-La-Swi, Qppl-I-La-
Pmk, Qppl-I-La-Swi, Qt-I-La-Swi,Tmk-I-La-Swi, Tmpk-I-La-Kbn, Tmpk-I-La-

36
Pmk, Tmpk-I-La-Tgl, Tppk-I-La-Pmk, Tppk-I-Li-Kbn, dan Tppk-I-Li-Pmk. Sub
kelas kemampuan lahan ini tersebar di seluruh lokasi penelitian.
Sub kelas kemampuan lahan berikutnya adalah sub kelas kemampuan lahan
IIew. Faktor penghambat utama yang ditemui pada sub kelas kemampuan lahan ini
adalah lereng permukaan yang landai hingga bergelombang serta drainase tanah
yang agak buruk (d2). Sub kelas kemampuan lahan ini memiliki luas sebesar
1556,64 ha atau 3,56 persen dari total luas daerah penelitian. Satuan lahan yang
termasuk dalam sub kelas kemampuan lahan ini antara lain Qlla-I-La-Bgn, Qpn-I-
La-Pmk, Tppk-I-Gr-Pmk, Tppk-I-Gr-Swi, dan Tppk-I-Li-Tgl. Beberapa kecamatan
yang memiliki sub kelas kemampuan lahan ini antara lain Masaran, Ngrampal,
Tanon, Plupuh, Gondang, Gemolong dan Sambungmacan.
Sub kelas kemampuan lahan terakhir yang berada pada kelas kemampuan
lahan II adalah IIesw. Sub kelas kemampuan lahan tipe ini memiliki tiga faktor
penghambat utama, mulai dari lereng permukaan yang masuk kategori I (landai
hingga bergelombang), tekstur tanah yang cenderung halus maupun agak kasar (ti
dan t4), dan drainase tanah yang agak buruk (d2). Total luas sub kelas kemampuan
lahan IIesw adalah 285,82 ha atau 0,66 persen dari total luas daerah penelitian. Sub
kelas kemampuan lahan ini tersebar di Kecamatan Ngrampal, Sambungmacan,
Plupuh, Gemolong, Tanon, dan Masaran. Satuan lahan yang termasuk dalam
kategori sub kelas ini antara lain Qlla-I-Li-Kbn, Qpk-I-La-Kbn, Qpn-I-Gr-Swi,
Qppl-I-La-Blk, Qt-I-La-Pmk, dan Tppk-I-La-Kbn.
b. Kelas Kemampuan Lahan III
Tanah-tanah dalam kelas lahan III memiliki hambatan yang berat yang
dapat mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi
khusus.Tanah yang termasuk dalam kelas lahan III memiliki pembatas yang lebih
berat daripada tanah dengan kelas lahan II, dan jika dipergunakan bagi tanaman
yang memerlukan pengolahan tanah tindakan konservasi yang diperlukan biasanya
lebih sulit diterapkan dan dipelihara (Arsyad 1989:217). Berdasarkan hasil analisis
data, pada daerah penelitian terdapat beberapa lahan yang terkategori dalam kelas
kemampuan lahan III dengan faktor penghambat S (perakaran tanaman) dan W
(drainase tanah). Kedua faktor penghambat tersebut menghasilkan dua sub kelas
kemampuan lahan yaitu sub kelas kemampuan lahan IIIw dan sub kelas
kemampuan lahan IIIsw.

37
Sub kelas kemampuan lahan IIIw memiliki faktor penghambat utama
berupa drainase tanah yang terkategori buruk (d3). Sub kelas kemampuan lahan ini
memiliki luas sebesar 31,62 ha atau hanya sekitar 0,07 persen dari total luas
wilayah penelitian. Satuan lahan yang terkategori dalam sub kelas kemampuan
lahan ini adalah Qt-I-La-Kbn dengan luas sebesar 31,62 ha. Sub kelas kemampuan
lahan IIIw ini berada di Kecamatan Masaran
Sub kelas kemampuan lahan berikutnya adalah sub kelas kemampuan lahan
IIIsw. Sub kelas kemampuan ini memiliki faktor penghambat berupa tekstur tanah
yang cenderung halus hingga agak kasar dan memiliki drainase tanah yang buruk
(d3). Sub kelas kemampuan lahan ini memiliki luas sebesar 37,68 ha atau sekitar
0,09 persen dari total luas daerah penelitian. Satu-satunya satuan lahan yang
terkategori dalam sub kelas kemampuan lahan ini adalah satuan lahan Tmpk-I-La-
Swi yang terletak di Kecamatan Gemolong.
c. Kelas Kemampuan Lahan IV
Menurut Arsyad (1989:217) hambatan atau ancaman kerusakan pada tanah-
tanah dengan kelas kemampuan lahan IV lebih besar dibandingkan lahan dengan
kelas kamampuan III, pilihan tanamannya pun juga lebih terbatas. Jika dihunakan
untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan
konservasi yang lebih sulit untuk diterapkan. Berdasarkan hasil analisis data,
terdapat satu jenis sub kelas kemampuan lahan pada kelas ini, sub kelas
kemampuan lahan tersebut adalah sub kelas kemampuan lahan IVw.
Sub kelas kemampuan lahan IVw merupakan sub kelas kemampuan lahan
dengan faktor penghambat atau pembatas utama berupa drainase tanah. Tanah-
tanah pada sub kelas kemampuan lahan ini memiliki drainase yang buruk (d3). Sub
kelas kemampuan lahan ini memiliki luasan sebesar 284,04 ha atau sebesar 0,65
persen dari totalo luas daerah penelitian. Terdapat tiga satuan lahan yang termasuk
dalam kategori sub kelas kemampuan lahan ini, ketiga satuan lahan tersebut adalah
Qa-I-La-Swi, Qlla-I-Gr-Swi dan Qt-I-Al-Swi. Sub kelas kemampuan lahan ini
tersebar di Kecamatan Plupuh, Masaran, Sragen, Tanon, Sambungmacan, dan
Ngrampal.
d. Kelas Kemampuan Lahan VI
Kelas kemampuan lahan ini memiliki satu sub kelas yaitu sub kelas VIs. Faktor
penghambat utama dari sub kelas kemampuan lahan ini adalah kedalaman tanah
yang dangkal. (<30 cm). Hal tersebut sangatlah wajar mengingat jenis tanah pada

38
tiap sub kelas kemampuan lahan tersebut adalah litosol. Sub Kelas kemampuan
lahan VIs memiliki luas sebesar 230,67 ha atau 0,53 persen dari total luas daerah
penelitian.

Setelah dilakukan penentuan kelas kemampuan beserta sub kelas kemampuan


lahan pada daerah penelitian, maka selanjutnya dilakukan penentuan daya dukung lahan
berdasarkan pendekatan kelas kemampuan lahan tersebut. Daya dukung lahan sendiri
selal berbanding lurus dengan kemampuan lahan, semakin tinggi kelas kemampuan
lahan yang dimiliki oleh suatu wilayah, maka semakin baik pula daya dukung lahan
pada wilayah tersebut, sebaliknya semakin rendah kelas kemampuan lahan suatu
wilayah maka semakin rendah pula daya dukung lahan wlayah tersebut.

Dalam penelitian ini, daya dukung lahan diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu
sangat baik, baik, sedang dan rendah. Klasifikasi tersebut berpedoman pada tabel
hubungan kemampuan lahan dan daya dukung lahan. Berikut adalah hasil klasifikasi
daya dukung lahan di daerah penelitian :

Tabel 3.9. Daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan


Kelas Kemampuan Persentase
Luas (Ha) Daya Dukung Lahan
Lahan (%)
II 42877,98 98,65 Sangat Baik
III 69,3 0,16 Baik
IV 284,04 0,66 Sedang
VI 230,67 0,53 Rendah
Sumber : Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, terdapat empat kelas daya dukung lahan
yang ada di daerah penelitian yaitu sangat baik, baik ,sedang dan rendah. Lahan dengan
daya dukung sangat baik paling banyak ditemui dengan total luas mencapai 42877,98
ha atau 98,65 persen dari total luas wilayah penelitian. Lahan dengan daya dukung yang
sangat baik ini memiliki kesesuain yang tinggi untuk kegiatan pertanian. Hal tersebut
sangatlah wajar mengingat status daerah penelitian yang tercatat sebagai salah satu
lumbung padi di Jawa Tengah.

Lahan dengan daya dukung lain yang dapat ditemui di daerah penelitian adalah
lahan dengan daya dukung baik dan sedang. Lahan dengan daya dukung baik memiliki
luas sebesar 69,3 ha atau 0,16 persen dari total daerah penelitian, sedangkan lahan
dengan daya dukung sedang memiliki luas sekitar 284,04 ha atau 0,66 persen dari total

39
luas daerah penelitian. Kelas lahan terakhir dengan daya dukung buruk memiliki luas
230,67 ha atau sekitar 0,53 persen dari total luas daerah penelitian.

Penentuan daya dukung lahan berdasarkan indeks kemampuan lahan, dihitung


menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐿𝑊𝐾 1−4
IKLw =
0,3 𝑋 𝐿𝑊

Keterangan

IKLw : Indeks kemampuan lahan wilayah

LWK 1- 4 : Luas wilayah yang memiliki kemampuan lahan 1-4

LW : Luas wilayah penelitian (luas wilayah yang diapakai adalah


luas wilayah penelitian yang menjadi satuan lahan saja. Luasan
berupa tubuh air seperti waduk dan danau, tidak termasuk
dalam perhitungan).

0,3 : Koefisien minimal fungsi lindung untuk wilayah

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui indeks kemampuan lahan


wilayah pada lokasi penelitian sebagai berikut:

𝐿𝑊𝐾 1−4
IKLw =
0,3 𝑋 𝐿𝑊

43231,32
IKLw =
0,3 𝑋 43461,99

IKLw = 3,31

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa indeks kemampuan


lahan wilayah penelitian memiliki nilai sebesar 3,31. Hal ini berarti, Kabupaten Sragen
memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi lahannya secara lebih optimal
khususnya untuk berbagai ragam kawasan budidaya dengan tetap terjaganya
keseimbangan lingkungan (IKLw>1).

40
Gambar 3.11 Peta Daya Dukung Lahan Lokasi Penelitian

41
3.2.2. Daya Dukung Lahan Berdasarkan Perbandingan antara Ketersediaan
Lahan dan Kebutuhan Lahan
Penentuan status daya dukung lahan ditentukan berdasarkan perbandingan
antara ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan, apanila ketersedian lahan di
lokasi penelitian lebih besar dibandingkan kebutuhan lahan, maka daya dukung
lahan di lokasi penelitian dapat dikatakan surplus, sebaliknya apabila ketersediaan
lahan lebih kecil atau kurang dari kebutuhan lahan maka daya dukung lahan dapat
dikatakan defisit.

a. Analisis Ketersediaan Lahan


Analisis ketersediaan lahan dilakukan dengan memperhitungkan ketersediaan
lahan berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009. Ketersediaan lahan
ditentukan berdasarkan data produksi aktual dari setiap komoditi (Pi), harga
beras di tingkat produsen (Hb), harga satuan komoditi ditingkat produsen (Hi),
dan Produktivitas Beras di Kabupaten Sragen (Ptvb). Produksi aktual setiap
komoditi pada wilayah penelitian berdasarkan data. Perhitungan analisis
ketersedian lahan dijabarkan pada masing-masing kecamatan yang dijadikan
sampel wilayah penelitian.
1. Kecamatan Plupuh
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan Plupuh,
Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 disajikan pada Tabel 3.10

Tabel 3.10 Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Plupuh


Produksi (kg)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 34.639.000 43.226.000
2 Jagung 1.289.000 5.825.000
3 Kacang Tanah 2.079.000 2.208.000
4 Ubi Kayu 603.000 2.334.000
5 Kacang Panjang 4.200 24.000
6 Cabe 56.600 134.000
7 Kedelai 258.000 0
8 Semangka 257.100 213.000
9 Pisang 49.100 111.600
10 Mangga 315.000 150.000
11 Rambutan 16.500 22.800
12 Melon 23.800 101.000
13 Jeruk Gulung 11.400 110.000
14 Jambu Biji 14.400 20.200

42
Produksi (kg)
No Komoditi
2007 2017
15 Pepaya 44.700 56.000
16 Lele 8.991 175.660
17 Ikan Mujair 4.851 2.442
18 Ikan Mas 14.421 0
19 Nila Merah 55.586 0
20 Telur Bebek 12.026,7 10.230,5
21 Telur Ayam Kampung 14.231,8 26.356,2
22 Telur Ayam Ras 0 0
23 Daging sapi 101.275,5 194.505,9
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka 2008 dan 2018
Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 3.10 , dapat disimpulkan
bahwa komiditi padi merupakan komoditi yang memiliki produksi tertinggi
di Kecamatan Plupuh baik pada tahun 2007 maupun 2017. Produksi padi di
Kecamatan Plupuh pada tahun 2007 dan 2017 berkisar diangka 34.639.000
Kg dan 43.226.000 Kg. Selanjutnya, daftar harga perkomoditi Kecamatan
Plupuh ditingkat produsen pada tahun 2007 dan 2017 disajikan pada Tabel
3.11

Tabel 3.11 Harga Perkomoditi Kecamatan Plupuh


Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Kacang Tanah 7.600 15.000
4 Ubi Kayu 650 1.500
5 Kacang Panjang 1.900 4.500
6 Cabe 7.700 31.000
7 Kedelai 4.000 7.250
8 Semangka 1.750 6.000
9 Pisang 5.200 15.000
10 Mangga 3.700 7.300
11 Rambutan 3.000 9.500
12 Melon 4.500 6.100
13 Jeruk Gulung 4.900 6.000
14 Jambu Biji 1.800 4.500
15 Pepaya 1.500 5.000
16 Lele 11.000 17.300
17 Ikan Mujair 15.000 19.700
18 Ikan Mas 17.000 23.000

43
Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
19 Nila 15.500 20.000
20 Telur Bebek 14.000 32.000
21 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
22 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
23 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber: Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara

Berdasarkan tabel 3.11 dapat disimpulkan bahwa komoditi yang


memiliki harga tertinggi ditingkat produsen adalah komoditi daging sapi
dengan harga sebesar Rp 42900/Kg pada tahun 2007 dan Rp 100.000/Kg.
Besaran harga tersebut didapat dari data statistik harga produsen tahun 2007
dan 2017 keluaran BPS serta hasil wawancara dengan petani dan pedagang
di Kabupaten Sragen. Selanjutnya, dilakukan perhitungan nilai produksi
total di Kecamatan Plupuh dengan cara mengalikan produksi aktual tiap
jenis komoditi dengan harga produsen tiap komoditi. Hasil perhitungan
nilai produksi tersebut disajikan pada Tabel 3.12 :

44
Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Plupuh
Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Nilai Produksi (Rp)
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 34.639.000 43.226.000 1.300 5.000 45.030.700.000 216.130.000.000
2 Jagung 1.289.000 5.825.000 1.650 3.800 2.126.850.000 22.135.000.000
3 Kacang Tanah 2.079.000 2.208.000 7.600 15.000 15.800.400.000 33.120.000.000
4 Ubi Kayu 603.000 2.334.000 650 1.500 391.950.000 3.501.000.000
5 Kacang Panjang 4.200 24.000 1.900 4.500 7.980.000 108.000.000
6 Cabe 56.600 134.000 7.700 31.000 435.820.000 4.154.000.000
7 Kedelai 258.000 0 4.000 8.500 1.032.000.000 0
8 Semangka 257.100 213.000 1.750 6.000 449.925.000 1.278.000.000
9 Pisang 49.100 111.600 5.200 15.000 255.320.000 1.674.000.000
10 Mangga 315.000 150.000 3.700 7.300 1.165.500.000 1.095.000.000
11 Rambutan 16.500 22.800 3.000 9.500 49.500.000 216.600.000
12 Melon 23.800 101.000 4.500 6.100 107.100.000 616.100.000
13 Jeruk Gulung 11.400 110.000 4.900 6.000 55.860.000 660.000.000
14 Jambu Biji 14.400 20.200 1.800 4.500 25.920.000 90.900.000
15 Pepaya 44.700 56.000 1.500 5.000 67.050.000 280.000.000
16 Lele 8.991 175660 11.000 17.300 98.901.000 3.038.918.000
17 Ikan Mujair 4.851 2442 15.000 19.700 72.765.000 48.107.400
18 Ikan Mas 14.421 0 17.000 23.000 245.157.000 0
19 Nila 55.586 0 15.500 20.000 861.583.000 0
20 Telur Bebek 12.026,7 10.230,5 14.000 32.000 168.373.800 327.376.000
21 Telur Ayam Kampung 14.231,8 26.356,2 18.000 39.000 256.172.400 1.027.891.800
22 Telur Ayam Ras 0 0 7.900 18.800 0 0
23 Daging sapi 101.275,5 194.505,9 42.900 100.000 4.344.718.950 19.450.590.000
Total 73.049.546.150 308.951.000.000
Sumber : Hasil Analisis Data

45
Berdasarkan Tabel 3.12 menunjukkan bahwa nilai total produksi di
Kecamatan Plupuh sebesar Rp. 73,049,546,150 pada tahun 2007 dan Rp
308,951,000,000 pada tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras
di Kecamatan Plupuh pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka 3261,5
kg/ha dan 3877,33 Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat produsen
berdasarkan hasil wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada tahun 2007
dan Rp.7.000/Kg pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, diperoleh
ketersediaan lahan yang ada di Kecamatan Plupuh sebesar 4869,01 pada
tahun 2007 dan 11383,05 pada tahun 2017.
2. Kecamatan Masaran
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan
Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 3.13. Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Masaran
Produksi (kg)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 42.081.000 51.550.000
2 Jagung 525.000 429.000
3 Ubi Kayu 541.000 0
4 Kedelai 176.000 146.000
5 Kacang Tanah 344.000 3.000
6 Kacang Panjang 8.500 0
7 Cabe 67.800 9.000
8 Pisang 78.600 6.400
9 Semangka 36.800 0
10 Mangga 65.600 0
11 Rambutan 18.400 0
12 Melon 92.700 0
13 Jeruk Gulung 0 2.900
14 Jambu Biji 10.000 2.200
15 Sawo 900 3.300
16 Pepaya 23.100 8.000
17 Lele 11.551 278.436
18 Ikan Mujair 5.042 12.471
19 Ikan Mas 13.257 0
20 Nila Merah 55.874 58.613
21 Telur Bebek 7.435,6 30.495,7

46
Produksi (kg)
No Komoditi
2007 2017
22 Telur Ayam Kampung 26.267,5 52.757,6
23 Telur Ayam Ras 2.218.101,3 3.186.907,1
24 Daging sapi 198.243,7 356.132
Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 3.13, produksi komoditi


tertinggi di Kecamatan Masaran adalah padi dengan produksi sebesar
42081000 kg pada tahun 2007 dan 51.550.000 Kg pada tahun 2017.
Sedangkan harga satuan tiap komoditi di Kecamatan Masaran pada tahun
2007 dan 2017 disajikan pada Tabel 3.14
Tabel 3.14 Harga Satuan Komoditi di Kecamatan Masaran
Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Ubi Kayu 650 1.500
4 Kedelai 4.000 8.500
5 Kacang Tanah 7.600 15.000
6 Kacang Panjang 1.900 4.500
7 Cabe 7.700 31.000
8 Pisang 5.200 15.000
9 Semangka 1.750 6.000
10 Mangga 3.700 7.300
11 Rambutan 3.000 9.500
12 Melon 4.500 6.100
13 Jeruk Gulung 4.900 6.000
14 Jambu Biji 1.800 4.500
15 Sawo 4.100 22.000
16 Pepaya 1.500 5.000
17 Lele 11.000 17.300
18 Ikan Mujair 15.000 19.700
19 Ikan Mas 17.000 23.000
20 Nila Merah 15.500 20.000
21 Telur Bebek 14.000 32.000
22 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
23 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
24 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber: Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara

47
Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai produksi total di
Kecamatan Masaran pada tahun 2007 dan 2017. Berikut adalah hasil
perhitungan nilai produksi total tersebut :

48
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Masaran
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 42081.000 51.550.000 1.300 5.000 54.705.300.000 257.750.000.000
2 Jagung 525.000 429.000 1.650 3.800 866.250.000 1.630.200.000
3 Ubi Kayu 541.000 0 650 1.500 351.650.000 0
4 Kedelai 176.000 146.000 4.000 8.500 704.000.000 1.241.000.000
5 Kacang Tanah 344.000 3.000 7.600 15.000 2.614.400.000 45.000.000
6 Kacang Panjang 8.500 0 1.900 4.500 16.150.000 0
7 Cabe 67.800 9.000 7.700 31.000 522.060.000 279.000.000
8 Pisang 78.600 6.400 5.200 15.000 408.720.000 96.000.000
9 Semangka 36.800 0 1.750 6.000 64.400.000 0
10 Mangga 65.600 0 3.700 7.300 242.720.000 0
11 Rambutan 18.400 0 3.000 9.500 55.200.000 0
12 Melon 92.700 0 4.500 6.100 417.150.000 0
13 Jeruk Gulung 0 2.900 4.900 6.000 0 17.400.000
14 Jambu Biji 10.000 2.200 1.800 4.500 18.000.000 9.900.000
15 Sawo 900 3.300 4.100 22.000 3.690.000 72.600.000
16 Pepaya 23.100 8.000 1.500 5.000 34.650.000 40.000.000
17 Lele 11.551 278.436 11.000 17.300 127.061.000 4.816.942.800
18 Ikan Mujair 5.042 12.471 15.000 19.700 75.630.000 245.678.700
19 Ikan Mas 13.257 0 17.000 23.000 225.369.000 0
20 Nila Merah 55.874 58.613 15.500 20.000 866.047.000 1.172.260.000
21 Telur Bebek 7.435,6 30.495,7 14.000 32.000 104.098.400 975.862.400
22 Telur Ayam Kampung 26.267,5 52.757,6 18.000 39.000 472.815.000 2.057.546.400
23 Telur Ayam Ras 2.218.101,3 3.186.907,1 7.900 18.800 17.523.000.270 59.913.853.480
24 Daging sapi 198.243,7 356.132 42.900 100.000 8.504.654.730 35.613.200.000
Total 88.923.015.400 365.976.000.000
Sumber : Hasil Analisis Data

49
Berdasarkan Tabel 3.15 menunjukkan bahwa nilai total produksi di
Kecamatan Masaran sebesar Rp. 88,923,015,400 pada tahun 2007 dan Rp
365,976,000,000 pada tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras
di Kecamatan Masaran pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka
3572,53kg/ha dan 4020,25Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat
produsen berdasarkan hasil wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada
tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut,
diperoleh ketersediaan lahan yang ada di Kecamatan Plupuh sebesar
5411,03 ha pada tahun 2007 dan 13004,73 ha pada tahun 2017.
3. Kecamatan Sambungmacan
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Sambungmacan, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan
Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel
3.16
Tabel 3.16 Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Sambungmacan
Produksi (kg)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 35121.000 41.317.000
2 Jagung 36.000 26.000
3 Ubi Kayu 46.000 0
4 Kacang Tanah 48.000 41.000
5 Kacang Panjang 4.200 15.500
6 Cabe 0 5.200
7 Pisang 28.100 296.900
8 Mangga 307.600 85.800
9 Melon 262.100 186.000
10 Jambu Biji 19.400 14.100
11 Pepaya 8.000 187.200
12 Lele 22.120 278.711
13 Ikan Mujair 3.705 72.219
14 Ikan Mas 13.297 114.346
15 Nila Merah 12.893 189.737
16 Telur Bebek 13.401,8 10.059,7
17 Telur Ayam Kampung 12.832,4 26.917,4
18 Telur Ayam Ras 9.137,7 0
19 Daging sapi 217.407,9 304.479,5
Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

50
Berdasarkan pada Tabel 3.16 menunjukkan bahwa komoditi yang
memiliki produksi tertinggi di Kecamatan Sambungmacan adalah padi
dengan produksi sebesar 35.121.000 kg pada tahun 2007 dan 41.317.000
Kg pada tahun 2017. Untuk harga tiap komoditi pada tingkat produsen
tersaji pada Tabel 3.17

Tabel 3.17 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen


Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Ubi Kayu 650 1.500
4 Kacang Tanah 7.600 15.000
5 Kacang Panjang 1.900 4.500
6 Cabe 7.700 31.000
7 Pisang 5.200 15.000
8 Mangga 3.700 7.300
9 Melon 4.500 6.100
10 Jambu Biji 1.800 4.500
11 Pepaya 1.500 5.000
12 Lele 11.000 17.300
13 Ikan Mujair 15.000 19.700
14 Ikan Mas 17.000 23.000
15 Nila Merah 15.500 20.000
16 Telur Bebek 14.000 32.000
17 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
18 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
19 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber: Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara

Selanjutnya dilakukan hasil perhitungan nilai produksi total di


Kecamatan Sambungmacan dengan hasil sebagai berikut :

51
Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Sambungmacan
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 35.121.000 41.317.000 1.300 5.000 45.657.300.000 206.585.000.000
2 Jagung 36.000 26.000 1.650 3.800 59.400.000 98.800.000
3 Ubi Kayu 46.000 0 650 1.500 29.900.000 0
4 Kacang Tanah 48.000 41.000 7.600 15.000 364.800.000 615.000.000
5 Kacang Panjang 4.200 15.500 1.900 4.500 7.980.000 69.750.000
6 Cabe 0 5.200 7.700 31.000 0 161.200.000
7 Pisang 28.100 296.900 5.200 15.000 146.120.000 4.453.500.000
8 Mangga 307.600 85.800 3.700 7.300 1.138.120.000 626.340.000
9 Melon 262.100 186.000 4.500 6.100 1.179.450.000 1.134.600.000
10 Jambu Biji 19.400 14.100 1.800 4.500 34.920.000 63.450.000
11 Pepaya 8.000 187.200 1.500 5.000 12.000.000 936.000.000
12 Lele 22.120 278.711 11.000 17.300 243.320.000 4.821.700.300
13 Ikan Mujair 3.705 72.219 15.000 19.700 55.575.000 1.422.714.300
14 Ikan Mas 13.297 114.346 17.000 23.000 226.049.000 2.629.958.000
15 Telur Puyuh 12.893 189.737 15.500 20.000 199.841.500 3.794.740.000
16 Telur Bebek 13.401,8 10.059,7 14.000 32.000 187.625.200 321.910.400
17 Telur Ayam Kampung 12.832,4 26.917,4 18.000 39.000 230.983.200 1.049.778.600
18 Telur Ayam Ras 9.137,7 0 7.900 18.800 72.187.830 0
19 Daging sapi 217.407,9 304.479,5 42.900 100.000 9.326.798.910 30.447.950.000
Total 59.172.370.640 259.232.000.000
Sumber : Hasil Analisis Data

52
Berdasarkan Tabel 3.18 nilai total produksi di Kecamatan
Sambungmacan sebesar Rp. 59,172,370,640 pada tahun 2007 dan Rp.
259,232,000,000 pada tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras
di Kecamatan Sambungmacan pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka
3587,32 kg/ha dan 3950,73 Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat
produsen berdasarkan hasil wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada
tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut,
diperoleh ketersediaan lahan yang ada di Kecamatan Sambungmacan
sebesar 3585,84 ha pada tahun 2007 dan 9373,74 ha pada tahun 2017.
4. Kecamatan Ngrampal
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Ngrampal pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan Kabupaten Sragen dalam
angka Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel 3.19
Tabel 3.19 Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Ngrampal, Kabupaten
Sragen
Produksi (kg)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 36.237.000 43.083.000
2 Jagung 17.000 50.000
3 Kacang Tanah 664.000 87.000
4 Cabe 0 36.900
5 Pisang 380.000 203.600
6 Mangga 139.100 300.900
7 Rambutan 0 19.800
8 Melon 133.600 166.000
9 Jeruk Gulung 1.100 2.700
10 Jambu Biji 800 3.900
11 Pepaya 22.800 110.700
12 Lele 9.110 202.395
13 Ikan Mujair 2.170 1.432
14 Ikan Mas 2.986 0
15 Nila Merah 11.065 0
16 Telur Bebek 6.609,6 32.311,4
17 Telur Ayam Kampung 6.183,4 23.035,1
18 Telur Ayam Ras 0 57.102,4
19 Daging sapi 107.596,4 209.488,8
Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

53
Sama seperti kecamatan-kecamatan lain yang ada pada daerah
penelitian, komoditi dengan produksi aktual tertinggi yang ada di
Kecamatan Ngrampal adalah komoditi padi dengan produksi aktual sebesar
36.237.000 kg pada tahun 2007 dan 43.083.000 Kg pada tahun 2017. Untuk
harga satuan perkomoditi di tingkat produsen tersaji pada Tabel 3.20
Tabel 3.20 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen
Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Kacang Tanah 7.600 15.000
4 Cabe 7.700 31.000
5 Pisang 5.200 15.000
6 Mangga 3.700 7.300
7 Rambutan 3.000 9.500
8 Melon 4.500 6.100
9 Jeruk Gulung 4.900 6.000
10 Jambu Biji 1.800 4.500
11 Pepaya 1.500 5.000
12 Lele 11.000 17.300
13 Ikan Mujair 15.000 19.700
14 Ikan Mas 17.000 23.000
15 Nila Merah 15.500 20.000
16 Telur Bebek 14.000 32.000
17 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
18 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
19 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber: Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara

Hasil perhitungan nilai produksi total di Kecamatan Ngrampal


disajikan pada Tabel 3.21

54
Tabel 3.21 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Ngrampal
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 36.237.000 43.083.000 1.300 5.000 47.108.100.000 215.415.000.000
2 Jagung 17.000 50.000 1.650 3.800 28.050.000 190.000.000
3 Kacang Tanah 664.000 87.000 7.600 15.000 5.046.400.000 1.305.000.000
4 Cabe 0 36.900 7.700 31.000 0 1.143.900.000
5 Pisang 380.000 203.600 5.200 15.000 1.976.000.000 3.054.000.000
6 Mangga 139.100 300.900 3.700 7.300 514.670.000 2.196.570.000
7 Rambutan 0 19.800 3.000 9.500 0 188.100.000
8 Melon 133.600 166.000 4.500 6.100 601.200.000 1.012.600.000
9 Jeruk Gulung 1.100 2.700 4.900 6.000 5.390.000 16.200.000
10 Jambu Biji 800 3.900 1.800 4.500 1.440.000 17.550
11 Pepaya 22.800 110.700 1.500 5.000 34.200.000 553.500
12 Lele 9.110 202.395 11.000 17.300 100.210.000 3.501.433.500
13 Ikan Mujair 2.170 1.432 15.000 19.700 32.550.000 28.210.400
14 Ikan Mas 2.986 0 17.000 23.000 50.762.000 0
15 Nila Merah 11.065 0 15.500 20.000 171.507.500 0
16 Telur Bebek 6.609,6 32.311,4 14.000 32.000 92.534.400 1.033.964.800
17 Telur Ayam Kampung 6.183,4 23.035,1 18.000 39.000 111.301.200 898.368.900
18 Telur Ayam Ras 0 57.102,4 7.900 18.800 0 1.073.525.120
19 Daging sapi 107.596,4 209.488,8 42.900 100.000 4.615.885.560 20.948.880.000
Total 60.490.200.660 252.006.000.000
Sumber : Hasil Analisis Data

55
Berdasarkan Tabel 3.21 nilai total produksi di Kecamatan Ngrampal
sebesar Rp. 604,902,00,660 pada tahun 2007 dan Rp 252,006,000,000 pada
tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras di Kecamatan Ngrampal
pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka 3469,26 kg/ha dan
3963,71Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat produsen berdasarkan hasil
wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg
pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, diperoleh ketersediaan lahan
yang ada di Kecamatan Ngrampal sebesar 3790,44 ha pada tahun 2007 dan
9082,61ha pada tahun 2017
5. Kecamatan Karangmalang
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Karangmalang, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan
Kabupaten Sragen dalam angka Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel
3.22 berikut:
Tabel 3.22 Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Karangmalang,
Kabupaten Sragen
Produksi (Kg)
No Komuditi
2007 2017
1 Padi 33.011.000 42.055.000
2 Kedelai 61. 000 428.000
3 Ubi Kayu 0 83.000
4 Cabe 0 21.800
5 Pisang 141.500 10.900
6 Mangga 353.500 11.700
7 Jambu Biji 3.000 400
8 Pepaya 22.100 2.000
9 Lele 20.216 435.330
10 Ikan Mujair 3.384 53.197
11 Ikan Mas 15.654 77.158
12 Nila Merah 33.462 173.814
13 Telur Bebek 14.926,7 8.281,8
14 Telur Ayam Kampung 14.956,3 49.989,9
15 Telur Ayam Ras 0 0
16 Daging sapi 140.396 288.664,3
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018
Berdasarkan Tabel 3.22 Menunjukkan bahwa produksi komoditi
tertinggi di Kecamatan Karangmalang adalah padi dengan produksi aktual
sebesar 33.011.000 kg pada tahun 2007 dan 42.055.000 Kg pada tahun

56
2017 Untuk mengetahui harga perkomoditi ditingkat produsen disajikan
pada Tabel 3.23 sebagai berikut.

Tabel 3.23 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen


Harga (Rp)
No Komuditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Kedelai 4.000 7.250
3 Ubi Kayu 650 1.500
4 Cabe 7.700 31.000
5 Pisang 5.200 15.000
6 Mangga 3.700 7.300
7 Jambu Biji 1.800 4.500
8 Pepaya 1.500 5.000
9 Lele 11.000 17.300
10 Ikan Mujair 15.000 19.700
11 Ikan Mas 17.000 23.000
12 Nila Merah 15.500 20.000
13 Telur Bebek 14.000 32.000
14 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
15 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
16 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber : Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara
Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai produksi total yang ada di
Kecamatan Karangmalang. Hasil perhitungan nilai produksi total di
Kecamatan Karangmalang tersebut disajikan pada Tabel 3.24

57
Tabel 3.24 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Karangmalang
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 33.011.000 42.055.000 1.300 5.000 42.914.300.000 210.275.000.000
2 Kedelai 61. 000 428.000 4.000 7.250 244.000.000 3.103.000.000
3 Ubi Kayu 0 83.000 650 1.500 0 124.500.000
4 Cabe 0 21.800 7.700 31.000 0 675.800.000
5 Pisang 141.500 10.900 5.200 15.000 735.800.000 163.500.000
6 Mangga 353.500 11.700 3.700 7.300 1.307.950.000 85.410.000
7 Jambu Biji 3.000 400 1.800 4.500 5.400.000 1.800.000
8 Pepaya 22.100 2.000 1.500 5.000 33.150.000 10.000.000
9 Lele 20.216 435.330 11.000 17.300 222.376.000 7.531.209.000
10 Ikan Mujair 3.384 53.197 15.000 19.700 50.760.000 1.047.980.900
11 Ikan Mas 15.654 77.158 17.000 23.000 266.118.000 1.774.634.000
12 Nila Merah 33.462 173.814 15.500 20.000 518.661.000 3.476.280.000
13 Telur Bebek 14.926,7 8.281,8 14.000 32.000 208.973.800 265.017.600
14 Telur Ayam Kampung 14.956,3 49.989,9 18.000 39.000 269.213.400 1.949.606.100
15 Telur Ayam Ras 0 0 7.900 18.800 0 0
16 Daging sapi 140.396 288.664,3 42.900 100.000 6.022.988.400 28.866.430.000
Total 52.799.690.600 259.350.000.000
Sumber : Hasil Analisis Data

58
Berdasarkan Tabel 3.24 nilai total produksi di Kecamatan
Karangmalang sebesar Rp. 52,799,690,600 pada tahun 2007 dan Rp
259,350,000,000 pada tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras
di Kecamatan Karangmalang pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka
3514,22 kg/ha dan 3916,21Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat
produsen berdasarkan hasil wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada
tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut,
diperoleh ketersediaan lahan yang ada di Kecamatan Karangmalang sebesar
3266,21 ha pada tahun 2007 dan 9460,69 ha pada tahun 2017
6. Kecamatan Gondang
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Gondang, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan
Kabupaten Sragen dalam Angka tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel
3.25
Tabel 3.25. Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Gondang
Produksi (Kg) (Kg)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 32.493.000 47.404.000
2 Kedelai 228.000 445.000
3 Kacang Tanah 46.000 1.000
4 Cabe 10.100 8.400
5 Pisang 144.400 301.300
6 Mangga 449.500 207.500
7 Rambutan 18.200 175.000
8 Jeruk Gulung 1.300 12.200
9 Jambu Biji 15.700 36.700
10 Pepaya 36.500 2.000
11 Lele 8.661 305.495
12 Ikan Mujair 4.525 2.092
13 Ikan Mas 16.874 0
14 Nila Merah 34.311 0
15 Telur Bebek 11.533,7 13.655,1
16 Telur Ayam Kampung 10.218,9 24.051,6
17 Telur Ayam Ras 4.094,1 0
18 Daging sapi 196.178,6 287.917,40
Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018
Berdasarkan Tabel 3.25. menunjukkan bahwa produksi komoditi
tertinggi di Kecamatan Gondang adalah padi dengan produksi aktual
sebesar 32.493.000 kg pada tahun 2007 dan 47.404.000 Kg pada tahun
2017 . Untuk harga perkomoditi ditingkat produsen tersaji pada Tabel 3.26.

59
Tabel 3.26 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen
Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1. Padi 1.300 5.000
2. Kedelai 4.000 7.250
3. Kacang Tanah 7.600 15.000
4. Cabe 7.700 31.000
5. Pisang 5.200 15.000
6. Mangga 3.700 7.300
7. Rambutan 3.000 9.500
8. Jeruk Gulung 4.900 6.000
9. Jambu Biji 1.800 4.500
10. Pepaya 1.500 5.000
11. Lele 11.000 17.300
12. Ikan Mujair 15.000 19.700
13. Ikan Mas 17.000 23.000
14. Nila Merah 15.500 20.000
15. Telur Bebek 14.000 32.000
16. Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
17. Telur Ayam Ras 7.900 18.800
18. Daging sapi 42.900 100.000
Sumber : Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara

Berdasarkan data produksi aktual dan data harga komoditi yang ada
di Kecamatan Gondang, dapat diketahui nilai produksi total yang ada di
Kecamatan Gondang. Nilai produksi total di Kecamatan Gondang disajikan
pada Tabel 3.27.

60
Tabel 3.27 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Gondang
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 32.493.000 47.404.000 1.300 5.000 42.240.900.000 237.020.000.000
2 Kedelai 228.000 445.000 4.000 7.250 912.000.000 3.226.250.000
3 Kacang Tanah 46.000 1.000 7.600 15.000 349.600.000 15.000.000
4 Cabe 10.100 8.400 7.700 31.000 77.770.000 260.400.000
5 Pisang 144.400 301.300 5.200 15.000 750.880.000 4.519.500.000
6 Mangga 449.500 207.500 3.700 7.300 1.663.150.000 1.514.750.000
7 Rambutan 18.200 175.000 3.000 9.500 54.600.000 1.662.500.000
8 Jeruk Gulung 1.300 12.200 4.900 6.000 6.370.000 73.200.000
9 Jambu Biji 15.700 36.700 1.800 4.500 28.260.000 165.150.000
10 Pepaya 36.500 2.000 1.500 5.000 54.750.000 10.000.000
11 Lele 8.661 305.495 11.000 17.300 95.271.000 5.285.063.500
12 Ikan Mujair 4.525 2.092 15.000 19.700 67.875.000 41.212.400
13 Ikan Mas 16.874 0 17.000 23.000 286.858.000 0
14 Nila Merah 34.311 0 15.500 20.000 531.820.500 0
15 Telur Bebek 11.533,7 13.655,1 14.000 32.000 161.471.800 436.963.200
16 Telur Ayam Kampung 10.218,9 24.051,6 18.000 39.000 183.940.200 938.012.400
17 Telur Ayam Ras 4.094,1 0 7.900 18.800 32.343.390 0
18 Daging sapi 196.178,6 287.917,40 42.900 100.000 8.416.061.940 28.791.740.000
Total 55.913.921.830 283.960.000.000
Sumber: Hasil Analisis Data

61
Berdasarkan Tabel 3.27 nilai total produksi di Kecamatan Gondang
sebesar Rp. 55,913,921,830 pada tahun 2007 dan Rp 283,960,000,000 pada
tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras di Kecamatan Gondang
pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka 3654,87 kg/ha dan
3945,56Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat produsen berdasarkan hasil
wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg
pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, diperoleh ketersediaan lahan
yang ada di Kecamatan Gondang sebesar 3325,75 ha pada tahun 2007 dan
10281,36 ha pada tahun 2017
7. Kecamatan Sragen
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Sragen, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan data
Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel
3.28
Tabel 3.28. Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Sragen, Kabupaten
Sragen
Produksi (Kg)
No Komoditi
2007 2017
1. Padi 24.609.000 26.921.000
2. Pisang 17.300 27.200
3. Mangga 275.100 326.600
4. Rambutan 1.100 4.000
5. Melon 0 34.000
6. Jeruk Gulung 0 1.800
7. Jambu Biji 600 600
8. Pepaya 4.900 1.200
9. Lele 9.112 179.438
10. Ikan Mujair 1.630 453
11. Ikan Mas 2.971 5.130
12. Nila Merah 24.910 40.657
13. Telur Bebek 15.208,3 16.785,2
14. Telur Ayam Kampung 23.701,9 43.290,2
15. Telur Ayam Ras 0 0
16. Daging sapi 1.137.476,2 1.304.480,90
Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

Serupa dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah


penelitian produksi komoditi tertinggi di Kecamatan Sragen adalah padi
dengan nilai sebesar 24.609.000 kg pada tahun 2007 dan 26.921.000 Kg

62
pada tahun 2017. Sedangkan harga perkomoditi ditingkat produsen tersaji
pada Tabel 3.29

Tabel 3.29 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen


Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1. Padi 1.300 5.000
2. Pisang 5.200 15.000
3. Mangga 3.700 7.300
4. Rambutan 3.000 9.500
5. Melon 4.500 6.100
6. Jeruk Gulung 4.900 6.000
7. Jambu Biji 1.800 4.500
8. Pepaya 1.500 5.000
9. Lele 11.000 17.300
10. Ikan Mujair 15.000 19.700
11. Ikan Mas 17.000 23.000
12. Nila Merah 15.500 20.000
13. Telur Bebek 14.000 32.000
14. Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
15. Telur Ayam Ras 7.900 18.800
16. Daging sapi 42.900 100.000
Sumber : Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara
Untuk nilai produksi total di Kecamatan Gondang disajikan pada
Tabel 3.30 sebagai berikut:

63
Tabel 3.30 Nilai Produksi Total di Kecamatan Sragen
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 24.609.000 26.921.000 1.300 5.000 31.991.700.000 134.605.000.000
2 Pisang 17.300 27.200 5.200 15.000 89.960.000 408.000.000
3 Mangga 275.100 326.600 3.700 7.300 1.017.870.000 2.384.180.000
4 Rambutan 1.100 4.000 3.000 9.500 3.300.000 38.000.000
5 Melon 0 34.000 4.500 6.100 0 207.400.000
6 Jeruk Gulung 0 1.800 4.900 6.000 0 10.800.000
7 Jambu Biji 600 600 1.800 4.500 1.080.000 2.700.000
8 Pepaya 4.900 1.200 1.500 5.000 7.350.000 6.000.000
9 Lele 9.112 179.438 11.000 17.300 100.232.000 3.104.277.400
10 Ikan Mujair 1.630 453 15.000 19.700 24.450.000 8.924.100
11 Ikan Mas 2.971 5.130 17.000 23.000 50.507.000 117.990.000
12 Nila Merah 24.910 40.657 15.500 20.000 386.105.000 813.140.000
13 Telur Bebek 15.208,3 16.785,2 14.000 32.000 212.916.200 537.126.400
14 Telur Ayam Kampung 23.701,9 43.290,2 18.000 39.000 426.634.200 1.688.317.800
15 Telur Ayam Ras 0 0 7.900 18.800 0 0
16 Daging sapi 1.137.476,2 1.304.480,90 42.900 100.000 48.797.728.980 13.044.800.000
Total 83.109.833.380 274.380.000.000
Sumber: Hasil Analisis Data

64
Berdasarkan Tabel 3.30 nilai total produksi di Kecamatan Sragen
sebesar Rp. 83,109,833,380 pada tahun 2007 dan Rp 274,380,000,000 pada
tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras di Kecamatan Sragen
pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka 3618,97 kg/ha dan
3979,74Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat produsen berdasarkan hasil
wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg
pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, diperoleh ketersediaan lahan
yang ada di Kecamatan Sragen sebesar 4992,40 ha pada tahun 2007 dan
9849,18 ha pada tahun 2017
8. Kecamatan Sidoharjo
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan data
Monografi Kabupaten Sragen Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel
3.31

Tabel 3.31. Produksi Aktual Perkomoditi Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten


Sragen
Produksi (Kg)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 53.711.000 61.290.000
2 Jagung 17.000 65.000
3 Kedelai 264.000 214.000
4 Cabe 40.500 18.000
5 Pisang 853.200 23.400
6 Mangga 586.300 232.900
7 Jeruk Gulung 0 1.000
8 Lele 13.208 271.130
9 Ikan Mujair 1.978 3.114
10 Ikan Mas 2.576 4.067
11 Nila Merah 18.067 45.413
12 Telur Bebek 7.155,3 90.547,4
13 Telur Ayam
6.051,1 22.886,6
Kampung
14 Telur Ayam Ras 0 52.740,0
15 Daging sapi 151.120,3 290.619,20
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

Untuk mengetahui harga perkomoditi ditingkat produsen disajikan


pada Tabel 3.32

65
Tabel 3.32 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen
Harga (Rp)
No Komoditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Kedelai 4.000 7.250
4 Cabe 7.700 31.000
5 Pisang 5.200 15.000
6 Mangga 3.700 7.300
7 Jeruk Gulung 4.900 6.000
8 Lele 11.000 17.300
9 Ikan Mujair 15.000 19.700
10 Ikan Mas 17.000 23.000
11 Nila Merah 15.500 20.000
12 Telur Bebek 14.000 32.000
13 Telur Ayam
18.000 39.000
Kampung
14 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
15 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber : Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara

Untuk nilai produksi total di Kecamatan Sidoarjo disajikan pada


Tabel 3.33

66
Tabel 3.33 Nilai Produksi Total di Kecamatan Sidoharjo
Produksi Harga Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 53.711.000 61.290.000 1.300 5.000 69.824.300.000 306.450.000.000
2 Jagung 17.000 65.000 1.650 3.800 28.050.000 247.000.000
3 Kedelai 264.000 214.000 4.000 7.250 1.056.000.000 1.551.500.000
4 Cabe 40.500 18.000 7.700 31.000 311.850.000 558.000.000
5 Pisang 853.200 23.400 5.200 15.000 4.436.640.000 351.000.000
6 Mangga 586.300 232.900 3.700 7.300 2.169.310.000 1.700.170.000
7 Jeruk Gulung 0 1.000 4.900 6.000 0 6.000.000
8 Lele 13.208 271.130 11.000 17.300 145.288.000 4.690.549.000
9 Ikan Mujair 1.978 3.114 15.000 19.700 29.670.000 61.345.800
10 Ikan Mas 2.576 4.067 17.000 23.000 43.792.000 935.41..000
11 Nila Merah 18.067 45.413 15.500 20.000 280.038.500 908.260.000
12 Telur Bebek 7.155,3 90.547,4 14.000 32.000 100.174.200 2.897.516.800
13 Telur Ayam Kampung 6.051,1 22.886,6 18.000 39.000 108.919.800 892.577.400
14 Telur Ayam Ras 0 52.740,0 7.900 18.800 0 991.512.000
15 Daging sapi 151.120,3 290.619,20 42.900 100.000 6.483.060.870 29.061.920.000
85.017.093.370 350.461.000.000
Sumber: Hasil Analisis Data

67
Berdasarkan Tabel 3.33 nilai total produksi di Kecamatan Sidoharjo
sebesar Rp. 85,017,093,370 pada tahun 2007 dan Rp 350,461,000,000 pada
tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras di Kecamatan Sidoharjo
pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka 3801,03 kg/ha dan 4016,47
Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat produsen berdasarkan hasil
wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg
pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, diperoleh ketersediaan lahan
yang ada di Kecamatan Sidoharjo sebesar 4862,36 ha pada tahun 2007 dan
12465,15 ha pada tahun 2017.
9. Kecamatan Tanon
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Tanon, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan
Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2018 disajikan pada Tabel 3.34
Tabel 3.34 Produksi Aktual Perkomoditi
Produktifitas
No Komuditi
2007 2017
1 Padi 34.788.000 48.420.000
2 Jagung 1.046.000 4.998.000
3 Kacang Tanah 215.000 976.000
4 Ubi Kayu 571.000 2.242.000
5 Kacang Panjang 12.900 154.600
6 Cabe 205.700 1.045.700
7 Semangka 384.500 163.000
8 Pisang 16.240 28.000
9 Mangga 5.202 582.300
10 Rambutan 3.100 76.100
11 Melon 708.100 157.600
12 Jeruk Gulung 9.400 175.100
13 Jambu Biji 15.400 29.500
14 Pepaya 3.900 61.500
15 Lele 13.022 194.724
16 Ikan Mujair 2.235 24.169
17 Ikan Mas 9.487 18.359
18 Nila Merah 28.010 128.941
19 Telur Bebek 11.165,6 7.159,4
20 Telur Ayam Kampung 24.587,9 41.132,6
21 Telur Ayam Ras 0 0
22 Daging sapi 405.495,9 514.065,30
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

68
Serupa dengan kecamatan lain yang ada di wilayah penelitian,
komoditi dengan produksi aktual terbesar yang ada di Kecamatan Tanon
adalah komoditi padi, baik pada tahun 2007 maupun 2017. Pada tahun 2007
produksi aktual padi yang ada di Kecamatan Tanon mencapai angka
34.788.000 kg sedangkan pada tahun 2017 produksi aktual padi di
Kecamatan Tanon mencapai angka 48.420.000 kg. Untuk mengetahui
harga satuan tiap komoditi disajikan pada Tabel 3.35

Tabel 3.35 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen


Harga (Rp)
No Komuditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Kacang Tanah 7.600 15.000
4 Ubi Kayu 650 1.500
5 Kacang Panjang 1.900 4.500
6 Cabe 7.700 31.000
7 Semangka 1.750 6.000
8 Pisang 5.200 15.000
9 Mangga 3.700 7.300
10 Rambutan 3.000 9.500
11 Melon 4.500 6.100
12 Jeruk Gulung 4.900 6.000
13 Jambu Biji 1.800 4.500
14 Pepaya 1.500 5.000
15 Lele 11.000 17.300
16 Ikan Mujair 15.000 19.700
17 Ikan Mas 17.000 23.000
18 Nila Merah 15.500 20.000
19 Telur Bebek 14.000 32.000
20 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
21 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
22 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber : Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara
Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai produksi total untuk yang
ada di Kecamatan Tanon. Hasil perhitungan nilai produksi total di
Kecamatan Tanon tersebut disajikan pada Tabel 3.36

69
Tabel 3.36 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Tanon
Produksi Harga Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 34.788.000 48.420.000 1.300 5.000 45.224.400.000 242.100.000.000
2 Jagung 1.046.000 4.998.000 1.650 3.800 1.725.900.000 18.992.400.000
3 Kacang Tanah 215.000 976.000 7.600 15.000 1.634.000.000 14.640.000.000
4 Ubi Kayu 571.000 2.242.000 650 1.500 371.150.000 3.363.000.000
5 Kacang Panjang 12.900 154.600 1.900 4.500 24.510.000 695.700.000
6 Cabe 205.700 1.045.700 7.700 31.000 1.583.890.000 32.416.700.000
7 Semangka 384.500 163.000 1.750 6.000 672.875.000 978.000.000
8 Pisang 16.240 28.000 5.200 15.000 84.448.000 420.000.000
9 Mangga 5.202 582.300 3.700 7.300 19.247.400 4.250.790.000
10 Rambutan 3.100 76.100 3.000 9.500 9.300.000 722.950.000
11 Melon 708.100 157.600 4.500 6.100 3.186.450.000 961.360.000
12 Jeruk Gulung 9.400 175.100 4.900 6.000 46.060.000 1.050.600.000
13 Jambu Biji 15.400 29.500 1.800 4.500 27.720.000 132.750.000
14 Pepaya 3.900 61.500 1.500 5.000 5.850.000 307.500.000
15 Lele 13.022 194.724 11.000 17.300 143.242.000 3.368.725.200
16 Ikan Mujair 2.235 24.169 15.000 19.700 33.525.000 476.129.300
17 Ikan Mas 9.487 18.359 17.000 23.000 161.279.000 422.257.000
18 Nila Merah 28.010 128.941 15.500 20.000 434.155.000 2.578.820.000
19 Telur Bebek 11.165,6 7.159,4 14.000 32.000 156.318.400 229.100.800
20 Telur Ayam Kampung 24.587,9 41.132,6 18.000 39.000 442.582.200 1.604.171.400
21 Telur Ayam Ras 0 0 7.900 18.800 0 0
22 Daging sapi 405.495,9 514.065,30 42.900 100.000 17.395.774.110 51.406.530.000
Total 73.382.676.110 381.117.000.000
Sumber: Hasil Analisis Data

70
Berdasarkan Tabel 3.36 nilai total produksi di Kecamatan Tanon
sebesar Rp. 73,382,676,110 pada tahun 2007 dan Rp 381,117,000,000 pada
tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas beras di Kecamatan Tanon
pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di angka 3115,04 kg/ha dan
3988,36Kg/ha. Sedangkan harga beras ditingkat produsen berdasarkan hasil
wawancara adalah sebesar Rp 4.600/kg pada tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg
pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, diperoleh ketersediaan lahan
yang ada di Kecamatan Tanon sebesar 5121,20 ha pada tahun 2007 dan
13651,04 ha pada tahun 2017.
10. Kecamatan Gemolong
Produksi aktual tiap jenis komoditi yang terdapat di Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen pada tahun 2007 dan 2017 berdasarkan data
Monografi Kabupaten Sragen Tahun 2008 dan 2018 disajikan pada Tabel
3.37
Tabel 3.37 Produksi Aktual Kecamatan Gemolong
Produksi (Kg)
No Komuditi
2007 2017
1 Padi 16.753.000 30.656.000
2 Jagung 2.736.000 2.667.000
3 Kacang Tanah 872.000 1.043.000
4 Cabe 58.300 10.500
5 Pisang 286.400 47.400
6 Mangga 468.900 7.800
7 Rambutan 6.300 1.200
8 Melon 23.700 60.000
9 Jambu Biji 33.300 8.700
10 Pepaya 76.800 13.200
11 Lele 7.610 84.009
12 Ikan Mujair 2.268 2.327
13 Ikan Mas 952 0
14 Nila Merah 29.146 0
15 Telur Bebek 10.445,60 8.159,10
16 Telur Ayam Kampung 8.538,10 23.481,20
17 Telur Ayam Ras 5.806,80 169.953,70
18 Daging sapi 248.337,70 344.963,90
Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2008 dan 2018

71
Serupa dengan kecamatan lain yang ada di wilayah penelitian,
komoditi dengan produksi aktual terbesar yang ada di Kecamatan
Gemolong adalah komoditi padi, baik pada tahun 2007 maupun 2017. Pada
tahun 2007 produksi aktual padi yang ada di Kecamatan Gemolong
mencapai angka 16.753.000kg sedangkan pada tahun 2017 produksi aktual
padi di Kecamatan Gemolong mencapai angka 30.656.000kg. Untuk
mengetahui harga satuan tiap komoditi disajikan pada Tabel 3.38

Tabel 3.38 Harga Satuan Komoditi di Tingkat Produsen


Harga (Rp)
No Komuditi
2007 2017
1 Padi 1.300 5.000
2 Jagung 1.650 3.800
3 Kacang Tanah 7.600 15.000
4 Cabe 7.700 31.000
5 Pisang 5.200 15.000
6 Mangga 3.700 7.300
7 Rambutan 3.000 9.500
8 Melon 4.500 6.100
9 Jambu Biji 1.800 4.500
10 Pepaya 1.500 5.000
11 Lele 11.000 17.300
12 Ikan Mujair 15.000 19.700
13 Ikan Mas 17.000 23.000
14 Nila Merah 15.500 20.000
15 Telur Bebek 14.000 32.000
16 Telur Ayam Kampung 18.000 39.000
17 Telur Ayam Ras 7.900 18.800
18 Daging sapi 42.900 100.000
Sumber : Statistik Harga Produsen 2007 dan 2017 serta hasil wawancara
Untuk nilai produksi total di Kecamatan Gemolong disajikan pada
Tabel 3.39

72
Tabel 3.39 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kecamatan Gemolong
Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi
No Komoditi
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Padi 16.753.000 30.656.000 1.300 5.000 21.778.900.000 153.280.000.000
2 Jagung 2.736.000 2.667.000 1.650 3.800 4.514.400.000 10.134.600.000
3 Kacang Tanah 872.000 1.043.000 7.600 15.000 6.627.200.000 15.645.000.000
4 Cabe 58.300 10.500 7.700 31.000 448.910.000 325.500.000
5 Pisang 286.400 47.400 5.200 15.000 1.489.280.000 711.000.000
6 Mangga 468.900 7.800 3.700 7.300 1.734.930.000 56.940.000
7 Rambutan 6.300 1.200 3.000 9.500 18.900.000 11.400.000
8 Melon 23.700 60.000 4.500 6.100 106.650.000 366.000.000
9 Jambu Biji 33.300 8.700 1.800 4.500 59.940.000 39.150.000
10 Pepaya 76.800 13.200 1.500 5.000 115.200.000 66.000.000
11 Lele 7.610 84.009 11.000 17.300 83.710.000 1.453.355.700
12 Ikan Mujair 2.268 2.327 15.000 19.700 34.020.000 45.841.900
13 Ikan Mas 952 0 17.000 23.000 16.184.000 0
14 Nila Merah 29.146 0 15.500 20.000 451.763.000 0
15 Telur Bebek 10.445,60 8.159,10 14.000 32.000 146.238.400 261.091.200
16 Telur Ayam Kampung 8.538,10 23.481,20 18.000 39.000 153.685.800 915.766.800
17 Telur Ayam Ras 5.806,80 169.953,70 7.900 18.800 45.873.720 3.195.129.560
18 Daging sapi 248.337,70 344.963,90 42.900 100.000 10.653.687.330 34.496.390.000
Total 48.479.472.250 221.003.000.000
Sumber: Hasil Analisis Data

73
Berdasarkan Tabel 3.39 nilai total produksi di Kecamatan
Gemolong sebesar Rp. 48,479,472,250 pada tahun 2007 dan Rp.
221,003,000,000 pada tahun 2017. Pada penelitian ini, produktivitas
beras di Kecamatan Gemolong pada tahun 2007 dan 2017 berkisar di
angka 2843,78 kg/ha dan 3842,85 Kg/ha. Sedangkan harga beras
ditingkat produsen berdasarkan hasil wawancara adalah sebesar Rp
4.600/kg pada tahun 2007 dan Rp.7.000/Kg pada tahun 2017.
Berdasarkan data tersebut, diperoleh ketersediaan lahan yang ada di
Kecamatan Gemolong sebesar 3705,99 ha pada tahun 2007 dan
8215,75 ha pada tahun 2017
Pada perhitungan ketersediaan lahan menunjukkan hasil yang
berbeda pada tiap wilayah. Untuk lebih jelas ketersediaan lahan pada
wilayah penelitian disajikan pada Tabel 3.40.

Tabel 3.40. Hasil Perhitungan Ketersiadiaan Lahan pada Wilayah


Penelitian
Ketersediaan Lahan (SL) Ha
No Kecamatan
2007 2017
1 Plupuh 4869,01 11383,05
2 Masaran 5411,03 13004,73
3 Sambungmacan 3585,84 9373,74
4 Ngrampal 3790,44 9082,61
5 Karangmalang 3266,21 9460,69
6 Gondang 3325,75 10281,36
7 Sragen 4992,40 9849,18
8 Sidoarjo 4862,36 12465,15
9 Tanon 5121,20 13651,04
10 Gemolong 3705,99 8215,75
Sumber: Hasil Analisis Data

Selanjutnya, data terkait ketersediaan lahan pada lokasi penelitian di


visualisasikan melalui diagram berikut:

74
Ketersediaan Lahan
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

2007 2017

Gambar 3.12 Diagram Ketersediaan Lahan di Wilayah Penelitian

b. Analisis Kebutuhan Lahan


Perhitungan ketersediaan lahan dilakukan dengan berdasarkan
Permen LH No. 17 tentang Penentuan Daya Dukung Lingkungan dalam
Penataan Ruang Wilayah. Berdasarkan hal tersebut, data yang dibutuhkan
dalam perhitungan kebutuhan lahan adalah jumlah penduduk (N) dan
kebutuhan untuk hidup layak (KHLL).
Tabel 3.41 Kebutuhan Lahan Daerah Penelitian
Kebutuhan
Lahan untuk
Jumlah Kebutuhan Lahan
Hidup Layak
No Kecamatan Penduduk (DL) Ha
(KHLL)
Ha/Orang
2007 2017 2007 2017 2007 2017
1 Plupuh 0,31 0,26 46153 43.108 14150,81 11117,95
2 Masaran 0,28 0,25 64904 73.795 18167,49 18355,82
3 Sambungmacan 0,28 0,25 43810 44.646 12212,47 11300,69
4 Ngrampal 0,29 0,25 36523 37.487 10527,60 9457,55
5 Karangmalang 0,28 0,26 57666 67.333 16409,33 17193,43
6 Gondang 0,27 0,25 42829 42.152 11718,33 10683,40
7 Sragen 0,28 0,25 65298 69.138 18043,25 17372,50
8 Sidoarjo 0,26 0,25 51076 51.487 13437,41 12818,98
9 Tanon 0,32 0,25 54668 51.486 17549,68 12909,06
10 Gemolong 0,35 0,26 45214 46.818 15899,25 12183,16
Sumber : Hasil Analisis Data

75
Kebutuhan Lahan untuk Hidup Layak setiap orang pada setiap
wilayah penelitian tidak jauh berbeda yakni kisaran 0.26 Ha/orang sampai
0.35 Ha/orang pada tahun 2007 dan kisaran 0,25 sampai 0,26 pada tahun
2017. Kebutuhan Lahan untuk Hidup Layak diperoleh melalui perhitungan
kebutuhan hidup layak per penduduk yang diasumsikan 1 ton/kapita/ tahun
dibagi produktivitas padi pada setiap kecamatan. Kemudian untuk
memperoleh nilai Kebutuhan Lahan diperoleh dengan melakukan
perhitungan antara jumlah penduduk tiap kecamatan dikali dengan hasil
perhitungan Kebutuhan Lahan untuk Hidup Layak. Kebutuhan lahan
tertinggi terdapat di Kecamatan Masaran dengan jumlah kebutuhan lahan
mencapai 18167,49 ha pada tahun 2007 dan 18355,82 Ha pada tahun 2017..
Untuk mempermudah disajikan grafik kebutuhan lahan di wilayah
penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.5

Kebutuhan Lahan
20000
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

2007 2017

Gambar 3.13. Diagram Kebutuhan Lahan di Wilayah Penelitian

c. Status Daya Dukung Lahan


Penentuan status daya dukung lahan diperoleh dengan perbandingan
antara ketersediaan lahan dengan kebutuhan lahan. Apabila Ketersediaan
lahan lebih besar dari Kebutuhan Lahan maka dinyatakan surplus sedangkan
apabila Ketersediaan Lahan lebih kecil dibandingkan Kebutuhan Lahan

76
maka dinyatakan defisit. Untuk melihat perbadingan antara ketersediaan
lahan dan kebutuhan lahan pada wilayah penelitian disajikan pada Tabel
3.42
Tabel 3.42 Hasil Perbandingan Ketersediaan Lahan dan Kebutuhan Lahan
di Wilayah Penelitian
Ketersediaan Lahan Kebutuhan Lahan (DL)
No Kecamatan (SL) Ha Ha
2007 2017 2007 2017
1 Plupuh 4869,01 11383,05 14150,81 11117,95
2 Masaran 5411,03 13004,73 18167,49 18355,82
3 Sambungmacan 3585,84 9373,74 12212,47 11300,69
4 Ngrampal 3790,44 9082,61 10527,60 9457,55
5 Karangmalang 3266,21 9460,69 16409,33 17193,43
6 Gondang 3325,75 10281,36 11718,33 10683,40
7 Sragen 4992,40 9849,18 18043,25 17372,50
8 Sidoarjo 4862,36 12465,15 13437,41 12818,98
9 Tanon 5121,20 13651,04 17549,68 12909,06
10 Gemolong 3705,99 8215,75 15899,25 12183,16
Sumber : Hasil Analisis Data

Hasil yang tersaji pada Tabel 3.42 menunjukkan bahwa Ketersediaan


Lahan lebih kecil dibandingkan Kebutuhan Lahan, maka hal tersebut
dinyatakan bahwa pada wilayah penelitian status daya dukung lahan
termasuk defisit. Dari total 10 kecamatan yang ada pada wilayah penelitian
hanya ada dua kecamatan yang memiliki status daya dukung lahan yang
surplus yaitu Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon pada tahun 2017.
Untuk mempermudah disajikan perbandingan ketersediaan lahan dan
kebutuhan lahan di wilayah penelitian yang tersaji pada Gambar 3.6

77
Perbandingan Ketersediaan Lahan dengan Kebutuhan
Lahan
Tahun 2007
20000
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

Ketersediaan Lahan Kebutuhan Lahan

Gambar 3.14. Diagram Perbandingan Ketersediaan Lahan dengan


Kebutuhan Lahan di Wilayah Penelitain Tahun 2007

Perbandingan Ketersediaan Lahan dengan Kebutuhan


Lahan
Tahun 2017
20000
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

Ketersediaan Lahan Kebutuhan Lahan

Gambar 3.15. Diagram Perbandingan Ketersediaan Lahan dengan


Kebutuhan Lahan di Wilayah Penelitain Tahun 2017

78
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Kabupaten Sragen memiliki 4 kelas daya dukung lahan berdasarkan
kemampuan lahan yang dimiliki. Keempat kelas daya dukung tersebut
adalah daya dukung lahan sangat baik, baik, sedang dan buruk. Lahan
dengan kategori daya dukung sangat baik merupakan lahan dengan luas
yang paling besar , yaitu 42877,98 ha atau 99,12% dari total luas daerah
penelitian. Selain itu, Kabupaten Sragen memiliki kemampuan untuk
mengembangkan potensi lahannya secara lebih optimal khususnya untuk
berbagai ragam kawasan budidaya dengan tetap terjaganya keseimbangan
lingkungan. Hal tersebut karena berdasarkan perhitungan indeks
kemampuan lahan yang telah dilakukan pada sepuluh kecamatan yang ada
di Kabupaten Sragen, indeks kemampuan lahan yang dimilik Kabupaten
Sragen berkisar diangka 3,31 (IKLw>1).
b. Daya dukung lahan Kabupaten Sragen yang dihitung dengan pendekatan
ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan menunjukkan nilai defisit, baik
pada tahun 2007 maupun 2017. Hanya terdapat dua kecamatan pada tahun
2017 yang memiliki surplus ketersediaan lahan, kecamatn tersebut adalah
Kecamatan Plupuh dan Tanon.

4.2 Saran
Perlu dilakukan pemantauan secara kontinyu terkait kemampuan lahan yang ada
di Kabupaten Sragen agar kondisi daya dukung lahan yang sudah sangat baik
tersebut dapat dipertahankan dalam waktu-waktu kedepan.

79
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala.2007. Konservasi Tanah dan Air (Edisi Kedua). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Arsyad, Sitanala dan Ernan Rustiadi (ed). 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan
Lingkungan. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Badan Pusat Statistik.2018. Kabupaten Sragen dalam Angka
Dariah, Ai dkk. 2004. Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia. Di dalam:
Kurnia U, Rachman A dan Dariah A, Editor. Teknologi Konservasi Lahan
Kering Berlereng. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Departemen Kehutanan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana teknik Lapangan
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Jakarta:
Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
Djaenudin, D., dkk. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian.
Bogor: Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak.
Farida., Jeanes. Kevin., dkk. 2005. Penilaian Cepat Hidrologis: Pendekatan Terpadu
dalam Menilai Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS). Rewarding Upland Poor
For Enviromental Service.(1-4) dalam http://www.wordagroforestrycenter.org.
Fithriah, Diana. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Daya
Dukung Lahan untuk Mendukung Perencanaan Penataan Ruang. (Studi Kasus
Di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat). Tesis. Sekolah Pascasarjana:
Institut Pertanian Bogor.
Food and Agriculture Organization of the United Nation. 1977. A Framework For Land
Evaluation. Netherlands: International Institute for Land Reclamation and
Improvement
Lisnawati, Yunita dan Ari Wibowo. 2009. “Analisis Daya Dukung Lahan di Kawasan
Puncak Kabupaten Bogor”.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 6 (1), 45-54.
Muta’ali, Lutfi. 2012. Kapita Selekta Pengembangan Wilayah. Yogyakarta : Badan
Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada
Muta’ali, Lutfi. 2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas
Gadjah Mada
Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/MENHUT-II/2009 Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS (RTkRHL
DAS).

80
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah .
Rayes, M. Luthfi. Kabupaten Sragen. Metode Inventarisasi Sumberdaya
Lahan.Yogyakarta: ANDI Offset.
Sitorus, Santun. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.
Sjechnadarfuddin dan Indrayanti. 2005. Satuan Kegiatan Usaha Budidaya Tanaman
Jagung. Jakarta: Departemen Pertanian.
Sudaryono. 2002. “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep
Pembangunan Berkelanjutan”. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3, 153-158.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset.
Widiatmaka, Sarwono Hardjowigeno. Kabupaten Sragen. Evaluasi Kesesuian
Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wiharta, Maan. D., Kusnan Maryono, M. Attang S. Sudaryaputra, Ida Setyawati, et al.
1997. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Kehutanan-DEPHUT.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun Kabupaten Sragen Tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

81
LAMPIRAN 1. Matching Kelas Kemampuan Lahan
No Satlah Tekstur Lereng Drainase Kedalaman Erosi Batuan/kerikil Banjir SubKelas Luas (ha)
1 Qa-I-Al-Air 81,17
2 Qa-I-Al-Bgn t2 I i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 106,25
3 Qa-I-Al-Blk t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 24,64
4 Qa-I-Al-Kbn t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 491,71
5 Qa-I-Al-Lhk t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 5,33
6 Qa-I-Al-Pmk t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 3239,17
7 Qa-I-Al-Swi t1 II i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 9529,96
8 Qa-I-La-Blk t1 II i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 8,26
9 Qa-I-La-Kbn t3 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 6,06
10 Qa-I-La-Pmk t2 I i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 75,40
11 Qa-I-La-Swi t1 III i1 II d4 IV k0 I e0 I b0 I o0 I IV w 233,64
12 Qlla-I-Al-Kbn t4 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 8,08
13 Qlla-I-Al-Pmk t1 II i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 49,67
14 Qlla-I-Al-Swi t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 101,68
15 Qlla-I-Gr-Swi t1 III i1 II d4 IV k0 I e0 I b0 I o0 I IV w 14,52
16 Qlla-I-La-Air 11,13
17 Qlla-I-La-Bgn t2 I i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,w 59,41
18 Qlla-I-La-Kbn t2 I i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 2122,05
19 Qlla-I-La-Lhk t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 48,83
20 Qlla-I-La-Pmk t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 4985,49
21 Qlla-I-La-Swi t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 13207,57
22 Qlla-I-La-Tgl t4 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 27,75
23 Qlla-I-Li-Kbn t1 II i1 II d2 II k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 6,89

82
No Satlah Tekstur Lereng Drainase Kedalaman Erosi Batuan/kerikil Banjir SubKelas Luas (ha)
24 Qlla-I-Li-Pmk t2 I i1 II d2 II k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 12,22
25 Qlla-I-Li-Swi t4 II i1 II d2 II k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 55,98
26 Qlla-I-Li-Tgl t1 II i1 II d2 II k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 21,17
27 Qpk-I-La-Kbn t4 II i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s,w 39,55
28 Qpk-I-La-Pmk t1 II i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 73,20
29 Qpk-I-La-Swi t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 247,19
30 Qpk-I-La-Tgl t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 7,90
31 Qpn-I-Al-Pmk t4 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 42,87
32 Qpn-I-Al-Swi t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 75,53
33 Qpn-I-Gr-Swi t1 II i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s,w 23,48
34 Qpn-I-La-Air 92,75
35 Qpn-I-La-Kbn t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 327,11
36 Qpn-I-La-Pmk t2 I i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,w 1363,94
37 Qpn-I-La-Swi t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 3985,23
38 Qppl-I-Gr-Pmk t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 5,70
39 Qppl-I-Gr-Swi t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 13,67
40 Qppl-I-La-Blk t1 II i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s,w 18,84
41 Qppl-I-La-Pmk t1 II i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 311,79
42 Qppl-I-La-Swi t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 1268,52
43 Qt-I-Al-Pmk t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 13,09
44 Qt-I-Al-Swi t3 I i1 II d4 IV k0 I e0 I b0 I o0 I IV w 35,87
45 Qt-I-La-Kbn t3 I i1 II d3 III k0 I e0 I b0 I o0 I III w 31,62
46 Qt-I-La-Pmk t1 II i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s,w 101,62
47 Qt-I-La-Swi t1 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 224,27
48 Tmk-I-La-Pmk t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 8,45

83
No Satlah Tekstur Lereng Drainase Kedalaman Erosi Batuan/kerikil Banjir SubKelas Luas (ha)
49 Tmk-I-La-Swi t4 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 13,52
50 Tmpk-I-La-Kbn t4 II i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 91,65
51 Tmpk-I-La-Pmk t4 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 41,03
52 Tmpk-I-La-Swi t1 III i1 II d3 III k0 I e0 I b0 I o0 I III s,w 37,68
53 Tmpk-I-La-Tgl t4 II i1 II d1 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 13,04
54 Tpkk-I-Gr-Pmk t2 I i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,w 15,06
55 Tppk-I-Gr-Swi t2 I i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,w 118,22
56 Tppk-I-La-Kbn t1 II i1 II d2 II k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s,w 102,33
57 Tppk-I-La-Pmk t4 II i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e,s 88,88
58 Tppk-I-La-Swi t2 I i1 II d0 I k0 I e0 I b0 I o0 I II e 145,01
59 Tppk-I-Li-Kbn t4 II i1 II d1 I k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 26,34
60 Tppk-I-Li-Pmk t1 II i1 II d1 I k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 15,46
61 Tppk-I-Li-Swi t2 I i1 II d3 III k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 27,68
62 Tppk-I-Li-Tgl t2 I i1 II d2 II k3 VI e0 I b0 I o0 I VI s 64,93

84
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Penelitian

Satuan Lahan (9) Qa-I-La-Kbn Kedalaman Tanah pada Satuan Lahan 9

Satuan Lahan (7) Qa-I-Al-Swi Satuan Lahan (18) Qlla-I-La-Kbn

85
Satuan Lahan (27) Qpk-I-La-Kbn Satuan Lahan (14) Qlla-I-Al-Swi

Satuan Lahan no (46) Qt-I-La-Pmk Kedalaman Efektif Satuan Lahan (18)

86
LAMPIRAN 1
(Capaian luaran, Bukti Luaran Hasil Penelitian)

87
LAMPIRAN 2
(Rincian Penggunaan Anggaran Penelitian)

88

Anda mungkin juga menyukai