LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
Oleh:
Nur Hery Febri Ananta
NIM 16644026
ii
iii
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya
saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
Penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan
iii
iv
NIM : 16644026
Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,
iv
v
Penguji I,
Nama : Zainal Arifin, S.T., M.Eng
NIP : 19780509 200312 1 001
Penguji II,
Nama : Fitriyana, S.Si., M.Si
NIP : 19790824 200501 2 004
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi
Teknologi Kimia Industri,
v
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang berjudul “Transformasi Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Arang Aktif dengan
dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan
Samarinda
3. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknologi
vi
vii
Teknik Kimia.
7. Keluarga dan teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2016 yang senantiasa
8. Pihak – pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini.
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dalam penulisan Laporan Penelitian ini dapat menjadi lebih
baik. Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
Penulis
vii
viii
ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi terbesar hasil perkebunan Indonesia.
Salah satu limbah padat industri kelapa sawit adalah cangkang kelapa sawit.
Cangkang kelapa sawit dapat diolah menjadi arang aktif yang dapat digunakan
dalam industri khususnya di bidang perminyakan, pengelolahan air, industri gas,
makanan dan minuman, obat – obatan dan industri kimia . Cangkang kelapa sawit
mengandung selulosa sebesar 32,53% dan cangkang ini berpotensi menghasilkan
arang yang berkualitas dengan metode oksidasi parsial. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kecepatan udara untuk menghasilkan arang aktif sesuai
standar SNI No. 06-3730-1995. Karbonisasi dan aktivasi dilakukan menggunakan
pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial. Proses pirolisis ini dilakukan dengan
kecepatan udara 0,01, 0,11, 0,14, 0,19 dan 0,24 L/detik selama 30 menit. Hasil
terbaik ditunjukkan pada kecepatan 0,11 L/detik, dengan yield sebesar 21,90%,
kadar air 2,36%, kadar zat menguap 6,61% dan daya serap iodin sebesar 808,75
mg/g. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa arang aktif yang
dihasilkan telah memenuhi standar SNI No 06-3730-1995.
Kata kunci: arang aktif, cangkang kelapa sawit, kecepatan udara, oksidasi parsial, pirolis
viii
ix
ABSTRACK
Keywords: activated carbon, air velocity, palm oil shells, partial oxidation, pyrolysis.
ix
x
DAFTAR ISI
ABSTRACK .......................................................................................................... ix
x
xi
xi
xii
4.2.3 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Kadar Abu Arang Aktif ......... 30
4.2.4 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Zat yang Mudah Menguap pada
4.2.5 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Daya Serap Iodin Arang Aktif 34
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………38
LAMPIRAN
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Hubungan kecepatan udara terhadap hasil kadar air arang aktif....... 29
Gambar 4.3 Hubungan kecepatan udara (meter/detik) terhadap hasil kadar abu
arang aktif .................................................................................................... 30
Gambar 4.5 Hubungan antara kecepatan udara terhadap Fixed Carbon arang aktif
............................................................................................................................... 33
Gambar 4.5 Hubungan kecepatan udara terhadap daya serap iod pada arang aktif
............................................................................................................................... 34
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Data arang hasil pirolisi meliputi yield, kadar air, kadar abu, zat mudah
menguap, fixed carbon, dan daya serap iodin arang aktif. .......................... 27
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 hh
perkebunan kelapa sawit. Provinsi Kalimantan timur merupakan salah satu daerah
Kalimantan Timur yaitu 1.199.407 hektar (Ha) dengan 13.398.348 ton tandan buah
segar dan menurut Purwaningsih (2000) dalam Medina (2017) satu ton tandan buah
cangkang kelapa sawit sebesar 937.884 ton limbah cangkang kelapa sawit.
Cangkang kelapa sawit selama ini oleh pabrik kelapa sawit (PKS) umumnya
digunakan kembali sebagai bahan bakar dan sebagian yang lain digunakan untuk
dijadikan tambalan jalan – jalan yang rusak didaerah sekitar pabrik. Karena
pemanfaatan tersebut masih belum maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan metode
yang tepat untuk memanfaatkan atau mengolah limbah ini menjadi produk yang
bernilai ekonomi lebih. Cangkang kelapa sawit adalah salah satu limbah PKS yang
apabila dibuang begitu saja dapat menumpuk dan terakumulasi jumlahnya sehingga
membutuhkan waktu yang lama agar tanah dapat mendegradasi limbah cangkang
dengan sempurna.
2
hemiselulosa 31.70%, kadar lignin pada tanaman ini adalah 26.29%, lemak 5.03%
dan protein 4.45% (Pratiwi, 1988 dalam Medina, 2017). Berdasarkan komposisi
yang tinggi maka bahan baku tersebut dapat diolah menjadi produk arang aktif
dengan kompressor atau dapat disebut dengan prinsip oksidasi parsial dan aktivasi
untuk menaikkan daya serap arang aktif yang dihasilkan (Haji dkk, 2006).
(Ma et al, 2017) dengan melihat perubahan dari komposisi kimia, struktur pori dari
langsung nitrogen dengan kecepatan 300 mL/min. Dihasilkan kadar abu 17,41%,
kadar zat menguap 5,31%, dan fixed karbon 77,28%. Selain itu, pada penelitian
pengaruh pirolisis terhadap sifat fisika dan kimia pada perubahan arang aktif dari
cangkang kelapa sawit oleh (Wang et al, 2018) memvariasikan temperatur pirolisis.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil produk 32,78% arang, kadar air 2,19%, zat
mudah menguap 9,14%, kadar abu 8,14% dan fixed karbon 80,23% dengan kondisi
temperature 700℃ dan dialirkan secara langsung nitrogen dengan kecepatan 3 l/min
Pada penelitian (Wang et al, 2018) mendapatkan hasil arang aktif yang
mempunyai fixed karbon yang lebih tinggi dari penelitian (Ma et al, 2017). Hal ini
dikarenakan faktor jumlah nitrogen yang masuk pada proses pirolisis berbeda, dan
3
dalam proses. Dapat diketahui penambahan nitrogen murni pada proses pirolisis
Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan arang aktif dengan proses
pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial. Proses pirolisis dengan prinsip oksidasi
dan membuat porositas baru sehingga arang aktif memiliki daya serap tinggi. Selain
itu, proses pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial menggunakan panas dari dalam
atau panas yang dibangkitkan dari reaksi oksidasi yang timbul sehingga akan lebih
oksidasi parsial agar arang aktif yang dihasilkan harapannya dapat sesuai dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika Barat. Pertama
kali diperkenalkan di Malaysia sebagai tanaman hias. Pada tahun 1917, penanaman
dan industri kelapa sawit di Malaysia pada tahun 1960-an, pemerintah telah
salah satu cara untuk menghapus kemiskinan bagi petani – petani yang tidak
mempunyai tanah dan perkebunan rakyat. Kelapa sawit menghasilkan dua jenis
minyak, yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) dari mesokarp dan
minyak inti sawit (palm kernel oil, PKO) dari inti sawit atau biji (Yokoyama, 2008
kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.
Tempurung ini bisa dimanfaat sebagai bahan untuk membuat arang aktif. Arang
aktif dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet,
2.3 Karbonisasi
menjadi arang berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan
penguraian selulosa organik menjadi unsur arang dan pengeluaran unsur-unsur non
karbon yang berlangsung pada suhu tinggi, yaitu sekitar suhu 500℃ -700℃ selama
organik ke dalam lubang atau ruangan yang dindingnya tertutup, seperti di dalam
tanah atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah dimasukkan, bahan disulut api
hingga terbakar. Nyala api tersebut dikontrol. Tujuannya agar bahan yang dibakar
tidak menjadi abu, tetapi menjadi arang yang masih terdapat energi di dalamnya.
Lamanya pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik, ukuran
partikel bahan, kerapatan bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen yang
masuk dan asap yang keluar dari ruang pembakaran (Kurniawan dkk, 2008 dalam
Medina, 2017)
2.4 Pirolisis
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah
akan mengalami pemecahan stuktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus
residu, disebut karbonisasi. Proses ini merupakan peruraian dengan bantuan panas
6
tanpa adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang terbatas. Biasanya terdapat
tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas (uap organik), pyrolisis oil, dan arang.
dioksida, tar yang mudah menguap dan air (Ratnasari, 2011). Gas yang terbentuk
dapat dikumpulkan dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar untuk pemanasan
reaktor pirolisis (Oledeji et al, 2011 dalam Zunifar, 2015) Minyak hasil pirolisis
2004). Sedangkan karbon dapat digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan
sempurna bahan – bahan yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Ketika proses
molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi karbon. Pada
umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu diatas 300 ℃ dalam waktu 4 – 7
jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan cara pembuatan
(Haji dkk, 2006). Pada proses ini dibutuhkan energi panas yang dapat bersumber
dari tenaga listrik maupun dari tungku pembakaran dengan bahan bakar berupa
limbah kayu seperti potongan – potongan kayu, serbuk gergaji dan lain – lain.
Produk yang dihasilkan dari proses pirolisis berupa arang (karbon padat),
tar (minyak), dan gas permanen yang meliputi metana, hidrogen, karbon monoksida
dan karbon dioksida (Suryawan, 2013). Produk lain yang dihasilkan yaitu asap cair
Pirolisi terbuka atau pengarangan adalah suatu proses pemanasan pada suhu
tertentu dari bahan – bahan organik dalam jumlah oksigen sangat terbatas. Proses
pirolisis ini berprinsip oksidasi parsial karena tidak memerlukan panas dari luar.
menyusun struktur bahan membentuk metanol, uap – uap asam asetat, tar – tar dan
sempurna. Arang yang terbentuk mempunyai bentuk yang berongga dan permukaan
area yang cocok digunakan untuk pembuatan arang aktif. Secara umumnya
Pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan CO, H2O dan C. Unsur C ini yang
dengan prinsip oksidasi parsial, mula – mula uman dibakar dengan api langsung
atau dengan bara. Kemudian udara dihembuskan pelan – pelan sampai pada
keadaan konstan dan panas yang timbul dari reaksi oksidasi dipakai untuk pirolisis
Oksigen atau udara dalam jumlah terbatas dapat berperan sebagai agen
oksidasi. Produk gas terdiri dari CO, CO2, H2, CH4 sedikit hidrokarbon berantai
8
lebih tinggi, air, nitrogen (apabila menggunakan udara sebagai sumber oksigen) dan
berbagai kontaminasi seperti partikel karbon, debu, tar, hidrokarbon rantai tinggi,
alkali, amonial, asam dan senyawa – senyawa sejenisnya (Yulistiani, 2009 dalam
Zunifar, 2015). Jika oksigen tersedia cukup, maka pembakaran menjadi lebih
sempurna dengan menghasilkan gas CO2 uap air, dan abu, sedangkan asap tidak
aktivasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan aktivasi fisika dan aktivasi kimia
uap air gas CO2, N2, O2 dan gas pengoksidasi lainnya. Oleh karena itu, pada proses
ini tidak terjadi oksidasi terhadap atom-atom karbon penyusun arang, akan tetapi
arang. Prinsip aktivasi ini dimulai dengan mengaliri gas-gas ringan, seperti uap air,
CO2, atau udara ke dalam retort yang berisi arang dan dipanaskan pada suhu 800-
1000 °C (Sembiring dan Sinaga, 2003). Oksidasi dengan udara pada temperatur
pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperature tinggi merupakan reaksi
endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan (Lempang,
2014).
9
jam. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pengaktif adalah H3PO4,
NH4Cl, AlCl3, HNO3, KOH, NaOH, KMnO4, H2SO4, ZnCl2, CaCl2, dan MgCl2.
meresap ke dalam arang dan membuka permukaan yang semula tertutup oleh
komponen kimia sehingga volume dan diameter pori bertambah besar. Pemakaian
bahan kimia sebagai bahan pengaktif sering mengakibatkan pengotoran pada arang
yang tidak larut dalam air pada waktu pencucian. Oleh karena itu, dalam beberapa
proses sering dilakukan pelarutan dengan HCl untuk mengikat kembali sisa-sisa
bahan kimia yang menempel pada permukaan arang aktif dan kandungan abu yang
Arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu konfigurasi atom arang
dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur
lain atau kotoran, sehingga mengalami perbesaran pori atau luas permukaan
sehingga dapat menyerap zat-zat lain yang ada disekitarnya. Arang aktif dapat
dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik,
asal saja bahan tersebut memiliki struktur berpori. Limbah pertanian dapat dibuat
arang aktif seperti tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit,kulit buah kopi,
cangkang kelapa sawit, tempurung kemiri dan lain-lain. Arang aktif dapat dibuat
10
dari berbagai jenis kayu baik kayu keras atau lunak, limbah eksploitasi hutan,
tunggak pohon, limbah industri kayu seperti serbuk gergaji, sebetan, potongan kayu
Arang aktif dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri, antara lain industri
pangan, kimia, tekstil, farmasi, penjernihan air dan limbah, serta zat penghilang
kotoran dan bau (Sudradjat, 2011 dalam Zunifar, 2015). Penggunaan arang aktif
(adsorben kotoran) dan penghilang bau yang tidak sedap (penyerap gas).
2. Pada industri kimia dan farmasi digunakan untuk pemurnian bahan kimia
contohnya adalah dalam industri kimia asam sitrat, asam galat, dan lain-lain.
3. Pada proses pengolahan air minum dan air limbah industri, arang aktif digunakan
4. Digunakan sebagai katalis misalnya dalam pembuatan sulfur dioksida, klorin dan
sulfur klorida.
5. Digunakan sebagai obat yaitu penyerap gas dan cairan racun dalam perut pada
arangaktif agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pengujian mutu arang aktif
seperti :
sebagai penentu mutu arang aktif yang dihasilkan. Metode analisis didasarkan pada
metode standar SNI 06-3703-1995. Berikut beberapa analisis yang dilakukan pada
atau senyawa yang belum menguap pada proses karbonisasi dan aktivasi fisika.
Kadar zat menguap yang tinggi dapat mempengaruhi daya serap arang aktif.
Semakin tinggi kadar zat menguap pada arang aktif, semakin rendah daya serapnya
(Yuliyanti, 2016)
13
No. Cawan
Berat Cawan + Tutup + Sampel (M2) gr
Berat Cawan Kosong + Tutup (M1) gr
Berat Cawan + Tutup + Sampel Setelah Pemanasan (M3) gr
% M = (M2-M3) / (M2-M1) X 100%
% Moisture Rata-rata
Sumber : SNI 06-3703-1995
aktif. Kadar air dapat mempengaruhi kemampuan adsorpsi. Semakin besar kadar
air arang aktif, maka semakin kecil kemampuannya untuk menyerap adsorbat
(M2−M3)
Kadar air (%) = ((M2−M1)) x100% ……………… (2.2)
Keterangan:
logam dalam arang aktif. Kadar abu yang tinggi dapat mengurangi daya serap arang
aktif terhadap gas dan larutan, karena mineral seperti kalsium, kalium, magnesium
14
dan natrium menyebar dalam kisi arang aktif (Yuliyanti, 2016), metode yang
(𝑚 −𝑚 )
Kadar abu (%) = ((𝑚3 −𝑚4 )) x100% ………………. (2.3)
2 1
Keterangan :
material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Penentuan fixed carbon dapat
Keterangan :
mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap zat dengan ukuran molekul
15
yang lebih kecil. Semakin besar angka iod yang dihasilkan maka semakin besar
kemampuan dalam mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Salah satu cara dalam
menganalisis daya serap arang aktif terhadap iod adalah dengan cara metode titrasi
iodimetri. Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk
membakukan larutan natrium thiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini
Daya serap iod dapat dihitung menggunakan rumus sesuai SNI 06-3703-
1995 :
𝑉 x 𝑁𝑡𝑖𝑜
(10− 𝑡𝑖𝑜 )x126,9 x fp
𝑁𝑡𝑖𝑜
Daya Serap 𝐼2 = ( )…....... (2.4)
W
Keterangan :
Fp = Faktor pengenceran
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3 jj
Politeknik Negeri Samarinda. Penelitian, serta analisa kadar air, kadar abu, volatile
matter dan daya serap terhadap larutan iodium dilakukan di Laboratorium Kimia
sawit dari PT. Tritunggal Sentra Buana Desa Saliki, Kecamatan Muara Badak,
A. Variabel berubah
Kecepatan udara : 0,01 L/detik, 0,11 L/detik, 0,14 L/detik, 0,19 L/detik,
B. Variabel tetap
C. Variabel Respon
3.3.1 Alat
1. Pirolisis
2. Anemometer
3. Desikator
5. Neraca Analitik
7. Cawan Porselin
8. Gegep
9. Spatula
12. Bulp
13. Corong
14. Buret 50 mL
16. Screening
3.3.2 Bahan
2. Aquadest
5. Larutan Kanji 1%
19
Uji kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, dan daya serap iodin
Arang Aktif
Uji kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, dan daya serap iodin
1. Mencuci cangkang kelapa sawit dari kotoran-kotoran yang terikut pada saat
dengan tungku selama 30 menit dan laju alir udara yang sudah divariasikan
5. Melakukan uji kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan daya serap
C. Prosedur Analisa
atas tray.
menit.
didinginkan.
𝑚 −𝑚
% Moisture = 𝑚2 −𝑚3 × 100% (3.1)
2 1
Keterangan:
M1 = Berat cawan petri kosong (gram)
M2 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sebelum dioven (gram)
1. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan, dan nomor cawan pada lembar
di atas tray.
4. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel di dalam furnace pada suhu
𝑚3 −𝑚4
% Ash Content = × 100%……………………………....... (3.2)
𝑚2 −𝑚1
Keterangan :
m1 = berat cawan (gr)
m2 = berat cawan + sampel sebelum pemanasan (gr)
m3 = berat cawan + sampel sesudah pemanasan (gr)
m4 = berat cawan setelah semua Ash di buang dan dibersihkan (gr)
proximate analysis.
𝑚 −𝑚
% Volatile matter = (𝑚2 −𝑚3 × 100%) − % IM (3.3)
2 1
C.4 Penentuan Fixed Carbon Arang Aktif dengan dapat dilakukan dengan metode
Keterangan :
C.5 Prosedur Analisa Daya Serap Arang Aktif terhadap Iodin (SNI No.06-3730-
1995).
2. Mengaduk larutan yang telah di beri arang aktif dengan magnetic stirrer
selama 15 menit.
bening.
berikut:
𝑉 × 𝑁𝑇𝑖𝑜
(10 − NIod ) × 12,69 × fp
Daya serap iodin =
𝑊
Keterangan :
Fp = Faktor pengenceran
26
BAB IV
4 sd
parsial dalam pembuatan arang aktif yang sesuai dengan standar SNI No. 06-3730-
1995. Sebelum itu harus ada data bahan baku yang dijadikan acuan sebagai
Zat Daya
Fixed
Kadar Kadar Mudah Serap
Bahan baku Carbon
Air (%) Abu (%) Menguap Iodin
(%)
(%) (mg/g)
Cangkang Kelapa
4,79 2,09 75,05 18,07 0
Sawit
SNI 06-3730-1995 Maks 4,4 Maks 2,5 Maks 15 Min 80 Min 750
Oksidasi parsial data kuantitatif dan kemudian dilakukan Analisa kadar air, kadar
abu, zat mudah menguap dan daya serap iodinnya ditunjukkan pada Tabel 4.2
27
Tabel 4.2 Data arang hasil pirolisi meliputi yield, kadar air, kadar abu, zat
mudah menguap, fixed carbon, dan daya serap iodin arang aktif.
4.2 Pembahasan
pembakaran dan dapat menurunkan jumlah produk arang aktif yang dihasilkan.
40
35
30
25
Yield (%)
20
15
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)
Gambar 4.1 Hubungan kecepatan udara pirolisis dengan yield arang aktif yang
dihaslkan
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa pada kecepatan udara 0,01 L/detik produk
yang arang aktif yang dihasilkan berada pada yield maksimal, yaitu sebesar 35,71%
sedangkan pada kecepatan 0,24 L/detik jumlah yield produk arang aktif yang
dihasilkan minimum, yaitu sebesar 8,02%. produk arang terus menurun bersamaan
bahwa semakin besar kecepatan udara maka jumlah nitrogen dan oksigen yang
29
masuk juga semakin besar sehingga oksigen bereaksi dengan arang aktif menjadi
Salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas arang aktif adalah kadar
air. Penetapan kadar air pada arang aktif bertujuan untuk mengetahui sifat
higroskopis dari arang aktif tersebut. Arang aktif bersifat higroskopis sehingga
sangat mudah untuk mengikat uap air dari udara. Dari sifat yang sangat higroskopis
inilah, sehingga arang aktif yang digunakan sebagai adsorbent (Ikawati & Melati,
2010)
5
Kadar Air (%)
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)
Gambar 4.2 Hubungan kecepatan udara terhadap hasil kadar air arang aktif
Hasil kadar air ditunjukkan pada Gambar 4.2, dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa semakin tinggi kecepatan udara maka semakin rendah pula kadar air.
Hal yang sama ditunjukkan pada Tabel 4.1 pengaruh suhu terhadap kadar airnya.
Semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air arang aktif cenderung semakin
30
menurun, hal itu disebabkan suhu yang tinggi akan membuat air didalam suatu
sampel akan menguap. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai kadar air dari
semua sampel arang aktif yang dihasilkan telah memenuhui standar kualitas arang
dalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan tidak terpisah pada
proses aktivasi. Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas arang aktif.
– pori arang aktif sehingga luas permukaan arang aktif menjadi berkurang. Selain
itu juga menyebabkan korosi di mana arang aktif yang telah terbentuk menjadi
rusak. Sehingga semakin sedikit kandungan abu pada arang aktif akan
meningkatkan kualitas dari arang aktif tersebut (Ikawati & Melati, 2010)
18
16
14
Kadar Abu (%)
12
10
8
6
4
2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)
Gambar 4.3 Hubungan kecepatan udara (meter/detik) terhadap hasil kadar abu
arang aktif
31
Hasil analisa kadar abu pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa perlakuan
variasi kecepatan udara berpengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Semakin
tinggi kecepatan udara yang digunakan akan cenderung meningkatkan kadar abu.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya proses oksidasi terutama dari partikel halus
pada saat kabonisasi dan aktivasi sehingga semakin tinggi kecepatan udara akan
semakin banyak oksigen yang beroksidasi dan meningkatkan nilai kadar abu arang
aktif. Hasil peningkatan kadar abu terjadi karena terbentuknya garam – garam
mineral pada saat proses pengarangan yang jika proses tersebut berlanjut akan
membentuk partikel – partikel halus dari garam – garam mineral tersebut (Fauziah,
2009). Namun tetapi variasi laju alir udara 0,01, 0,11, 0,14, 0,19 dan 0,24 L/menit
menghasilkan arang aktif dengan kadar abu yang belum masuk standar SNI 06-
3703-1995. Hal ini dikarenakan dalam proses karbonisasi dan aktivasi, suhu pada
pirolisis selalu bergerak naik dan dapat dikatakan tidak dapat diatur yang membuat
4.2.4 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Zat yang Mudah Menguap pada
Penentuan kadar zat menguap ini merupakan suatu cara untuk mengetahui
seberapa besar permukaan arang aktif mengandung zat lain selain karbon sehingga
mempengaruhi daya jerapnya. Semakin rendah kadar zat mudah menguapnya akan
meningkatkan kemampuan daya serap dari arang aktif karena akan semakin besar
80
70
Zat Mudah Menguap (%) 60
50
40
30
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (meter/detik)
Gambar 4.4 Hubungan kecepatan udara terhadap bagian yang hilang pada suhu
Kadar zat yang mudah menguap pada penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar 4.4. Pada gambar tersebut diketahui bahwa semakin tinggi kecepatan udara
semakin rendah kadar zat mudah menguap pada arang aktif. Hal tersebut
disebabkan karena semakin tinggi kecepatan udara yang digunakan maka akan
panas timbul dari reaksi oksidasi tersebut akan semakin besar dan zat yang mudah
menguap akan semakin berkurang. Penelitian ini menunjukkan hasil terbaik kadar
zat menguap pada kecepatan udara 0,11 L/detik, yaitu sebesar 6,61%, dan dari
Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai kadar zat menguap dari semua sampel arang
aktif yang dihasilkan telah memenuhui standar kualitas arang aktif SNI 06-3703-
1995. Sedangkan pada variasi 0,14, 0,19 dan 0,24 L/detik memiliki kadar zat
menguap yang berbanding terbentuknya daya serap, hal ini bisa disebabkan
beberapa faktor antara lain yaitu kondisi operasi yaiu suhu yang tidak dapat diatur
33
pada saat karbonisasi dan aktivasi dengan alat pirolisis yang sehingga membuat
karbon murni yang terkandung pada arang aktif yang dihasilkan. Fraksi karbon
dalam arang aktif adalah hasil dari proses pengarangan selain air, abu, dan zat
volatil. (Emmy dkk, 2017)Hasil fixed carbon dapat dilihat pada Gambar 4.5
120
100
fixed Karbon (%)
80
60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)
Gambar 4.5 Hubungan antara kecepatan udara terhadap Fixed Carbon arang aktif
Kadar fixed carbon pada penelitian ini berkisar 67-98% bahwa telah
memenuhi standar minimal SNI 1995 yaitu minimal 80% untuk fixed carbon.
Tinggi rendahnya kadar karbon terikat yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya kadar abu dan zat terbang juga dipengaruhi oleh kandungan
selulosa dan lignin yang dapat dikonversi menjadi atom karbon (Pari dkk, 2006).
Pada kecepatan udara 0,11 L/detik menghasilkan puncak tertinggi kadar fixed
34
carbon sebesar 98,55% dikarenakan kadar air, kadar abu, dan kadar zat terbang
4.2.6 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Daya Serap Iodin Arang Aktif
Daya adsorpsi sangat bergantung pada karakteristik arang aktif sepeti, kadar
abu, kadar air, zat mudah menguap dan rendemennya. Faktor utama yang sangat
mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Salah satu metode yang digunakan dalam
analisa daya serap arang aktif terhadap larutan iod adalah dengan metode titrasi
konsentrasi larutan iod. Pengukuran iod sisa dapat dilakukan dengan menitrasi
larutan iod dengan natrium triosulfat 0,1 N dan indicator yang digunakan, yaitu
900
800
Daya Serap Iod (mg/g)
700
600
500
400
300
200
100
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)
Gambar 4.5 Hubungan kecepatan udara terhadap daya serap iod pada arang aktif
35
Pada Gambar 4.5 terlihat semakin tinggi kecepatan udara yang digunakan
dalam proses karbonisasi dan aktivasi maka semakin tinggi daya serap iodinnya.
Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi kecepatan udara yang digunakan
akan semakin berkurang zat mudah menguap dan meningkatkan jumlah karbon
terikat pada arang aktif akan semakin banyak iod yang diadsorpsi sehingga semakin
besar nilai pengurangan konsentrasi larutan iod yang menyebabkan semakin tinggi
daya serap iodinnya. Dari Gambar 4.5 kecepatan 0,01 L/detik dapat dilihat hasil
Analisa daya serap iod yaitu 445,71 mg/g yang belum masuk standar, ini
disebabkan oksigen dan nitrogen yang masuk dalam proses pirolisis belum
dengan baik. Ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 suhu pirolisi pada variasi 0,01 L/detik
yang hanya mencapai 350 oC, dengan suhu itu dapat dikatakan pori – pori arang
aktif belum terbuka. Menurut Sembiring dan Sinaga (2003) pori – pori arang aktif
akan terbuka bila diaktifasi fisika dengan suhu di atas 500 0C.
Hasil terbaik untuk daya serap iodin oleh arang aktif pada penelitian ini
ditunjukkan pada kecepatan udara 0,11 L/detik sebesar 808,75 mg/g, Hasil tersebut
telah memenuhui standar kualitas arang aktif menurut standar SNI 06-3703-1955,
BAB V
5 5as
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada variasi kecepatan udara 0,01
L/detik, 0,11 L/detik, 0,14 L/detik, 0,19 L/detik, dan 0,24 L/detik dapat disimpukan
sebagai berikut:
terhadap yield dan kualitas dari arang aktif. Semakin besar kecepatan udara
maka semakin rendah yield yang dihasikan, kadar zat mudah menguap, dan
kadar air. Tetapi berpengaruh semakin besar kadar abu dan daya serap iodin
2. Hasil terbaik ditunjukkan pada kecepatan udara 0,11 L/detik, dengan yield
produk 21.90%, kadar air 2.36%, fixed carbon 98,55%, kadar zat mudah
menguap 6.61%, dan daya serap iodin sebesar 808,75 mg/g. hasil ini telah
5.2 Saran
yang lain.
2. Perlu ditambah aktivasi kimia, untuk menguragi kadar abu yang diharapkan
arang aktif yang memiliki kadar abu masuk standar SNI 06-3730-1995.
37
untuk dianalisa terutama pada penetapan kadar air, dan daya serap iod
38
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Gani Haji, Z. (2006). Karakterisasi Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah
Nasional “Veteran.”
Timur.
Emmy S, Wahyu D.S & Putu Adi. (2017). Pembuatan dan karakterisasi arang aktif
Fauziah, N. (2009). Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung dari Kulit Acacia
Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, W., & Hendroko, R.
Idrus, R., Lapanporo, B. P., & Putra, Y. S. (2013). Pengaruh Suhu Aktivasi
Ikawati, & Melati. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Singkong UKM
Ma, Z., Yang, Y., Ma, Q., Zhou, H., Luo, X., Liu, X., & Wang, S. (2017). Evolution
359. https://doi.org/10.1016/j.jaap.2017.07.015
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-
litbang/index.php/buleboni/article/view/5041/4463
Pari, G., Hendra, D., & Pasaribu, R. (2006). Pengaruh Lama Waktu Aktivasi Dan
Konsentrasi Asam Fosfat Terhadap Mutu Arang Aktif Kulit Kayu Acacia
https://doi.org/10.20886/jphh.2006.24.1.33-45
Sembiring, M. T., & Sinaga, T. S. (2003). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Sudradjat, R., & Pari, G. (2011). Arang Aktif : Teknologi Pengolahan dan Masa
Wang, P., Zhang, J., Shao, Q., & Wang, G. (2018). Physicochemical Properties
https://doi.org/10.1007/s10973-018-7185-z
https://doi.org/10.1016/S0196-8904(03)00177-8
Yuliyanti. (2016). Pembuatan arang aktif dari sekam padi dengan menggunakan
Zunifar, achmad faisal rozi. (2015). pembuatan arang aktif melalui proses pirolisis
dengan prinsip oksidasi parsial dan aktivasi secara kimia. Tugas Akhir,
LAMPIRAN
42
Lampiran 1
Diketahui :
1
= 4 𝑋 𝜋 𝑋 (1,5)2 cm
= 1 m/s X 0,000177 m2
= 0,01 L/s
= 2 m/s X 0,000177 m2
= 0,00004 m3/s
= 0,11 L/s
= 3 m/s X 0,000177 m2
= 0,00005 m3/s
= 0,14 L/s
= 4 m/s X 0,000177 m2
= 0,00007 m3/s
= 0,19 L/s
= 5 m/s X 0,000177 m2
= 0,00009 m3/s
= 0,24 L/s
44
Lampiran 2
(M2−M3)
Kadar air (%) = ((M2−M1)) x100% …………………….(3.1)
Kadar Air Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan
(61.16 gr−61.1079gr)
Kadar air (%) = ((61.16 gr−60.0677 gr)) x100%
= 4.79 %
(𝑚 −𝑚 )
Kadar abu (%) = ((𝑚3 −𝑚4 )) x100% ……………….(3.2)
2 1
Kadar Abu Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan
= 2.089 %
45
𝑚 −𝑚
% Volatile matter = (𝑚2 −𝑚3 × 100%) − % IM (3.3)
2 1
Kadar Abu Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan
= 75.05 %
Keterangan :
Kadar Abu Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan
= 76,5
Massa
Faktor
V thio V iod N Thio N Iod
Pengeneran
Factor
Massa Massa Massa Bilangan
Sampel V Thio pengen N Thio N Iod
arang awal akhir iod
cer
Bahan 11 5 0,1005 0,1025 650,3625
0,5017 701,4398 0
baku 11 5 0,1005 0,1025
6.6 5 0,1005 0,1025
0,01 650,3625
0,5006 427,2406 445,7089
L/detik 6.8 5 0,1005 0,1025
sama)
502,4 𝑚𝑔
𝑁𝑇ℎ𝑖𝑜 =
4 𝑥 25,5 𝑚𝑙 𝑥 49
= 0,1005 N
𝑉𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
𝑁𝑖𝑜𝑑 = …………………..(5.3)
𝑉𝑖𝑜𝑑
(25 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁)
𝑁𝑖𝑜𝑑 = 24,5 𝑚𝑙
= 0,102551 N
= 50 x 0,1025 x 126,9
= 650, 3625 mg
= 427,2406 mg
= 650,3525 mg – 427,2406
= 223,1219 mg
223,1219 mg
=
0,5006 g
50
mg
= 445,7089
g
51
LAMPIRAN 2