Anda di halaman 1dari 66

TRANSFORMASI CANGKANG KELAPA SAWIT MENJADI

ARANG AKTIF DENGAN METODE OKSIDASI PARSIAL

LAPORAN PENELITIAN

Oleh :

Nur Hery Febri Ananta


NIM 16644026

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2020
ii

TRANSFORMASI CANGKANG KELAPA SAWIT MENJADI


ARANG AKTIF DENGAN METODE OKSIDASI PARSIAL

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat S1-Terapan pada


Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh:
Nur Hery Febri Ananta
NIM 16644026

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2020

ii
iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Hery Febri Ananta

NIM : 16 644 026

Jurusan : Teknik Kimia

Program Studi : Teknologi Kimia Industri

Jenjang : S-1 Terapan

Judul Tugas Akhir : Transformasi Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Arang


Aktif dengan Metode Oksidasi Parsial

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan

Penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan

– undangan yang berlaku.

Samarinda, Januari 2020

Nur Hery Febri Ananta


NIM. 16 644 26

iii
iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

TRANSFORMASI CANGKANG KELAPA SAWIT MENJADI


ARANG AKTIF DENGAN METODE OKSIDASI PARSIAL

NAMA : NUR HERY FEBRI ANANTA

NIM : 16644026

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JENJANG STUDI : S1-TERAPAN

Laporan Penelitian ini telah disetujui


Pada tanggal, Januari 2020
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Firman, S.T., M.Eng Ramli Yusuf, S.T., M.Eng


NIP. 19741004 200112 1 001 NIP. 19720403 200012 1 001

Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ramli Yusuf, S.T., M.Eng


NIP. 19720403 200012 1 001

iv
v

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

TRANSFORMASI CANGKANG KELAPA SAWIT MENJADI


ARANG AKTIF DENGAN METODE OKSIDASI PARSIAL

NAMA : NUR HERY FEBRI ANANTA

NIM : 16 644 026

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JENJANG STUDI : S1-TERAPAN

Laporan Penelitian ini telah diuji dan disetujui


Pada tanggal, Januari 2020
Dewan Penguji:
Ketua Sidang,
Nama : Firman, S.T., M.Eng
NIP : 19741004 200112 1 001

Penguji I,
Nama : Zainal Arifin, S.T., M.Eng
NIP : 19780509 200312 1 001

Penguji II,
Nama : Fitriyana, S.Si., M.Si
NIP : 19790824 200501 2 004

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi
Teknologi Kimia Industri,

Dedy Irawan, S.T., M.T Irmawati Syahrir, S.T.,M.T


NIP. 19750208 200212 1 001 NIP. 19690326 200003 2 001

v
vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik, sehingga Laporan Penelitian

yang berjudul “Transformasi Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Arang Aktif dengan

Metode Oksidasi Parsial” dapat terselesaikan. Laporan disusun untuk memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan program S1 Terapan pada

Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ramli Yusuf, S.T., M.Eng, selaku Direktur Politeknik Negeri

Samarinda

2. Bapak Dedy Irawan, S.T.,M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Samarinda

3. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknologi

Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda.

4. Bapak Firman, S.T., M.Eng, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

5. Bapak Ramli Yusuf, S.T., M.Eng, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

vi
vii

6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi/Analis serta Administrasi Jurusan

Teknik Kimia.

7. Keluarga dan teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2016 yang senantiasa

saling membantu dan memberikan semangat selama proses penyusunan

laporan tugas akhir ini.

8. Pihak – pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan tugas

akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Penelitian ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sehingga dalam penulisan Laporan Penelitian ini dapat menjadi lebih

baik. Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

menggunakannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Samarinda, Januari 2020

Penulis

vii
viii

ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi terbesar hasil perkebunan Indonesia.
Salah satu limbah padat industri kelapa sawit adalah cangkang kelapa sawit.
Cangkang kelapa sawit dapat diolah menjadi arang aktif yang dapat digunakan
dalam industri khususnya di bidang perminyakan, pengelolahan air, industri gas,
makanan dan minuman, obat – obatan dan industri kimia . Cangkang kelapa sawit
mengandung selulosa sebesar 32,53% dan cangkang ini berpotensi menghasilkan
arang yang berkualitas dengan metode oksidasi parsial. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kecepatan udara untuk menghasilkan arang aktif sesuai
standar SNI No. 06-3730-1995. Karbonisasi dan aktivasi dilakukan menggunakan
pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial. Proses pirolisis ini dilakukan dengan
kecepatan udara 0,01, 0,11, 0,14, 0,19 dan 0,24 L/detik selama 30 menit. Hasil
terbaik ditunjukkan pada kecepatan 0,11 L/detik, dengan yield sebesar 21,90%,
kadar air 2,36%, kadar zat menguap 6,61% dan daya serap iodin sebesar 808,75
mg/g. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa arang aktif yang
dihasilkan telah memenuhi standar SNI No 06-3730-1995.

Kata kunci: arang aktif, cangkang kelapa sawit, kecepatan udara, oksidasi parsial, pirolis

viii
ix

ABSTRACK

Palm oil is one of the biggest commodities produced by Indonesian plantations.


One of the waste generated from palm oil industry is palm kernel shells. Palm kernel
shells can be processed into activated charcoal which can be used in the industry,
especially in the field of petroleum, water treatmean, gas industries, food and
beverages, pharmaceuticals, and chemical industries. Palm oil shells contain
cellulose of 32.53% and this shell has the potential to produce quality charcoal with
partial oxide pyrolysis method. The aim of this research is to determine the effect
of air velocity to produce activated carbon according to the standar of SNI Number
06-3730-1995. Carbonization and activated was done using pyrolysis with the
principle of partial oxidation. The pyrolysis process was carried out with the
airspeed of udara 0.01, 0.11, 0.14, 0.19 dan 0.24 L/second for 30 minutes. The best
results are shown in air velocity 0.11 L/second; with a yield of 21.90%; inherent
moisture 2.36%; volatile matter content of 6.61% and the absorptive capacity of
iodine to 808.75 mg/g. The results show that the activated carbon has met the
standars of SNI 06-3730-1995.

Keywords: activated carbon, air velocity, palm oil shells, partial oxidation, pyrolysis.

ix
x

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .............................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACK .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Tanaman Kelapa Sawit ........................................................................... 4

2.2 Cangkang Kelapa Sawit .......................................................................... 4

2.3 Karbonisasi ............................................................................................. 5

2.4 Pirolisis ................................................................................................... 5

2.4.1 Pirolisis Tertutup (Tanpa Oksigen) ..................................................... 6

2.4.2 Pirolisis Terbuka (Oksigen Terbatas) ................................................. 7

2.5 Proses Aktivasi........................................................................................ 8

x
xi

2.6 Aktivasi Fisika ........................................................................................ 8

2.7 Aktivasi Kimia ........................................................................................ 9

2.8 Arang Aktif ............................................................................................. 9

2.8.1 Kekuganan Arang Aktif .................................................................. 10

2.8.2 Standar Mutu arang aktif .................................................................. 11

2.9 Analisa Mutu arang aktif ...................................................................... 12

2.9.1 Kadar Zat Menguap .......................................................................... 12

2.9.2 Kadar Air ......................................................................................... 13

2.9.3 Kadar Abu ........................................................................................ 13

2.9.4 Daya Serap Terhadap Larutan Iodium .............................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 16

3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................ 16

3.3 Alat dan Bahan ...................................................................................... 17

3.3.1 Alat .................................................................................................... 17

3.3.2 Bahan ................................................................................................ 18

3.4 Prosedur Kerja ...................................................................................... 19

3.4.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 19

3.4.2 Prosedur Penelitian Pembuatan Arang Aktif ................................... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26

4.1 Data Hasil Penelitian ............................................................................. 26

4.2 Pembahasan ........................................................................................... 26

4.2.1 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Produk Arang Aktif ............... 28

xi
xii

4.2.2 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Kadar Air Arang Aktif........... 29

4.2.3 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Kadar Abu Arang Aktif ......... 30

4.2.4 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Zat yang Mudah Menguap pada

Pemanasan 950 oC dari Arang Aktif ............................................................. 31

4.2.5 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Daya Serap Iodin Arang Aktif 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 36

5.1 Simpulan ............................................................................................... 36

5.2 Saran ..................................................................................................... 36

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………38

LAMPIRAN

xii
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 19

Gambar 4.2 Hubungan kecepatan udara terhadap hasil kadar air arang aktif....... 29

Gambar 4.3 Hubungan kecepatan udara (meter/detik) terhadap hasil kadar abu
arang aktif .................................................................................................... 30

Gambar 4.5 Hubungan antara kecepatan udara terhadap Fixed Carbon arang aktif
............................................................................................................................... 33

Gambar 4.5 Hubungan kecepatan udara terhadap daya serap iod pada arang aktif
............................................................................................................................... 34

xiii
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Persyaratan arang aktif Menurut SNI 06-3730-1995 ............................ 12

Tabel 2.3 Perhitungan Zat Menguap ..................................................................... 13

Tabel 4.1 Data bahan baku.................................................................................... 26

Tabel 4.2 Data arang hasil pirolisi meliputi yield, kadar air, kadar abu, zat mudah
menguap, fixed carbon, dan daya serap iodin arang aktif. .......................... 27

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1 hh

1.1 Latar belakang

Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah dari komoditi

perkebunan kelapa sawit. Provinsi Kalimantan timur merupakan salah satu daerah

di Indonesia yang pertumbuhan kelapa sawitnya semakin pesat. Berdasarkan dinas

perkebunan Kalimantan Timur (2019), luas perkebunan kelapa sawit Provinsi

Kalimantan Timur yaitu 1.199.407 hektar (Ha) dengan 13.398.348 ton tandan buah

segar dan menurut Purwaningsih (2000) dalam Medina (2017) satu ton tandan buah

segar dapat menghasilkan 7% cangkang, sehingga dapat diperkirakan potensi

cangkang kelapa sawit sebesar 937.884 ton limbah cangkang kelapa sawit.

Cangkang kelapa sawit selama ini oleh pabrik kelapa sawit (PKS) umumnya

digunakan kembali sebagai bahan bakar dan sebagian yang lain digunakan untuk

dijadikan tambalan jalan – jalan yang rusak didaerah sekitar pabrik. Karena

pemanfaatan tersebut masih belum maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan metode

yang tepat untuk memanfaatkan atau mengolah limbah ini menjadi produk yang

bernilai ekonomi lebih. Cangkang kelapa sawit adalah salah satu limbah PKS yang

apabila dibuang begitu saja dapat menumpuk dan terakumulasi jumlahnya sehingga

membutuhkan waktu yang lama agar tanah dapat mendegradasi limbah cangkang

dengan sempurna.
2

Komposisi cangkang kelapa sawit sendiri terdiri dari selulosa 32.53%,

hemiselulosa 31.70%, kadar lignin pada tanaman ini adalah 26.29%, lemak 5.03%

dan protein 4.45% (Pratiwi, 1988 dalam Medina, 2017). Berdasarkan komposisi

cangkang kelapa sawit yang mengandung komponen selulosa dan hemiselulosa

yang tinggi maka bahan baku tersebut dapat diolah menjadi produk arang aktif

dengan menggunakan proses pirolisis menggunakan reaktor yang dilengkapi

dengan kompressor atau dapat disebut dengan prinsip oksidasi parsial dan aktivasi

untuk menaikkan daya serap arang aktif yang dihasilkan (Haji dkk, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian yang berkaitan dengan pembuatan arang aktif telah dilakukan

(Ma et al, 2017) dengan melihat perubahan dari komposisi kimia, struktur pori dari

cangkang kelapa sawit dengan menggunakan pirolisis dengan variasi temperatur.

Karakteristik terbaik diperoleh pada temperatur 750℃ dan dialirkan secara

langsung nitrogen dengan kecepatan 300 mL/min. Dihasilkan kadar abu 17,41%,

kadar zat menguap 5,31%, dan fixed karbon 77,28%. Selain itu, pada penelitian

pengaruh pirolisis terhadap sifat fisika dan kimia pada perubahan arang aktif dari

cangkang kelapa sawit oleh (Wang et al, 2018) memvariasikan temperatur pirolisis.

Dari penelitian tersebut didapatkan hasil produk 32,78% arang, kadar air 2,19%, zat

mudah menguap 9,14%, kadar abu 8,14% dan fixed karbon 80,23% dengan kondisi

temperature 700℃ dan dialirkan secara langsung nitrogen dengan kecepatan 3 l/min

Pada penelitian (Wang et al, 2018) mendapatkan hasil arang aktif yang

mempunyai fixed karbon yang lebih tinggi dari penelitian (Ma et al, 2017). Hal ini

dikarenakan faktor jumlah nitrogen yang masuk pada proses pirolisis berbeda, dan
3

persamaan penelitian sebelumnya terletak pada nitrogen murni yang di masukkan

dalam proses. Dapat diketahui penambahan nitrogen murni pada proses pirolisis

mempengaruhi hasil analisa produk. Penambahan nitrogen murni dalam proses

sebenarnya baik tetapi cukup tidak efesien dari segi ekonomi.

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan arang aktif dengan proses

pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial. Proses pirolisis dengan prinsip oksidasi

parsial memanfaatkan nitrogen di dalam udara yang bertujuan memperbanyak pori

dan membuat porositas baru sehingga arang aktif memiliki daya serap tinggi. Selain

itu, proses pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial menggunakan panas dari dalam

atau panas yang dibangkitkan dari reaksi oksidasi yang timbul sehingga akan lebih

effesien dari segi energi yang dibutuhkan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui pengaruh

kecepatan udara pada oksidasi dengan proses pirolisis menggunakan prinsip

oksidasi parsial agar arang aktif yang dihasilkan harapannya dapat sesuai dengan

standar SNI No.06-3730-1995. Manfaat penelitian ini yaitu memaksimalkan

penggunaan bahan baku cangkang kelapa sawit dengan memanfaatkannya menjadi

arang aktif yang bernilai ekonomi lebih dan ramah lingkungan.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

Pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika Barat. Pertama

kali diperkenalkan di Malaysia sebagai tanaman hias. Pada tahun 1917, penanaman

komersial pertama dilakukan di Perkebunan Tenamaran di Selangor, yang

merupakan pondasi pertama untuk penanaman kelapa sawit secara besar-besaran

dan industri kelapa sawit di Malaysia pada tahun 1960-an, pemerintah telah

memperkenalkan skema lahan pemukiman untuk penanaman kelapa sawit sebagai

salah satu cara untuk menghapus kemiskinan bagi petani – petani yang tidak

mempunyai tanah dan perkebunan rakyat. Kelapa sawit menghasilkan dua jenis

minyak, yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) dari mesokarp dan

minyak inti sawit (palm kernel oil, PKO) dari inti sawit atau biji (Yokoyama, 2008

dalam Medina, 2017)

2.2 Cangkang Kelapa Sawit

Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengelohan minyak

kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.

Tempurung ini bisa dimanfaat sebagai bahan untuk membuat arang aktif. Arang

aktif dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet,

gula, dan farmasi (Pardamean dkk 2011 dalam Medina, 2017)


5

2.3 Karbonisasi

Karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal

menjadi arang berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan

udara yang terbatas atau semaksimal mungkin. Proses karbonisasi adalah

penguraian selulosa organik menjadi unsur arang dan pengeluaran unsur-unsur non

karbon yang berlangsung pada suhu tinggi, yaitu sekitar suhu 500℃ -700℃ selama

4 - 5 jam. Proses karbonisasi biasanya dilakukan dengan memasukkan bahan

organik ke dalam lubang atau ruangan yang dindingnya tertutup, seperti di dalam

tanah atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah dimasukkan, bahan disulut api

hingga terbakar. Nyala api tersebut dikontrol. Tujuannya agar bahan yang dibakar

tidak menjadi abu, tetapi menjadi arang yang masih terdapat energi di dalamnya.

Lamanya pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik, ukuran

partikel bahan, kerapatan bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen yang

masuk dan asap yang keluar dari ruang pembakaran (Kurniawan dkk, 2008 dalam

Medina, 2017)

2.4 Pirolisis

Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses

pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah

akan mengalami pemecahan stuktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus

khusus termolisis. Pirolisis ekstrim, yang hanya meninggalkan karbon sebagai

residu, disebut karbonisasi. Proses ini merupakan peruraian dengan bantuan panas
6

tanpa adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang terbatas. Biasanya terdapat

tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas (uap organik), pyrolisis oil, dan arang.

Uap organik yang dihasilkan mengandung karbon monoksida, metana, karbon

dioksida, tar yang mudah menguap dan air (Ratnasari, 2011). Gas yang terbentuk

dapat dikumpulkan dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar untuk pemanasan

reaktor pirolisis (Oledeji et al, 2011 dalam Zunifar, 2015) Minyak hasil pirolisis

biomassa mempunyai potensi menjadi pengganti bahan bakar minyak (Yaman,

2004). Sedangkan karbon dapat digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan

sebagai arang aktif.

2.4.1 Pirolisis Tertutup (Tanpa Oksigen)

Pirolisis merupakan proses pengarangan dengan cara pembakaran tidak

sempurna bahan – bahan yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Ketika proses

pirolisis sedang berlangsung, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga

molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi karbon. Pada

umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu diatas 300 ℃ dalam waktu 4 – 7

jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan cara pembuatan

(Haji dkk, 2006). Pada proses ini dibutuhkan energi panas yang dapat bersumber

dari tenaga listrik maupun dari tungku pembakaran dengan bahan bakar berupa

limbah kayu seperti potongan – potongan kayu, serbuk gergaji dan lain – lain.

Produk yang dihasilkan dari proses pirolisis berupa arang (karbon padat),

tar (minyak), dan gas permanen yang meliputi metana, hidrogen, karbon monoksida

dan karbon dioksida (Suryawan, 2013). Produk lain yang dihasilkan yaitu asap cair

sebagai produk samping dalam proses ini.


7

2.4.2 Pirolisis Terbuka (Oksidasi Parsial)

Pirolisi terbuka atau pengarangan adalah suatu proses pemanasan pada suhu

tertentu dari bahan – bahan organik dalam jumlah oksigen sangat terbatas. Proses

pirolisis ini berprinsip oksidasi parsial karena tidak memerlukan panas dari luar.

Proses ini menyebabkan terjadinya proses pengurain senyawa organik yang

menyusun struktur bahan membentuk metanol, uap – uap asam asetat, tar – tar dan

hidrokarbon. Sedangkan arang aktif dihasilkan terbentuk dari pembakaran tidak

sempurna. Arang yang terbentuk mempunyai bentuk yang berongga dan permukaan

area yang cocok digunakan untuk pembuatan arang aktif. Secara umumnya

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

CxHyOn + O2 (g) → C(s) + CO(g) + H2O(g) …………………………………(2.1)

Pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan CO, H2O dan C. Unsur C ini yang

diasilkan selanjutnya diaktifasi (Adinata, 2013)

Proses pirolisis dapat dijalankan secara batch, maupun secara sinambung,

tetapi pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial umumnya dijalankan secara

sinambung (Sulistyaningati, 1985 dalam Zunifar, 2015). Pada proses pirolisis

dengan prinsip oksidasi parsial, mula – mula uman dibakar dengan api langsung

atau dengan bara. Kemudian udara dihembuskan pelan – pelan sampai pada

keadaan konstan dan panas yang timbul dari reaksi oksidasi dipakai untuk pirolisis

selanjutnya ( Sulistyaningati, 1985 dalam Zunifar, 2015).

Oksigen atau udara dalam jumlah terbatas dapat berperan sebagai agen

oksidasi. Produk gas terdiri dari CO, CO2, H2, CH4 sedikit hidrokarbon berantai
8

lebih tinggi, air, nitrogen (apabila menggunakan udara sebagai sumber oksigen) dan

berbagai kontaminasi seperti partikel karbon, debu, tar, hidrokarbon rantai tinggi,

alkali, amonial, asam dan senyawa – senyawa sejenisnya (Yulistiani, 2009 dalam

Zunifar, 2015). Jika oksigen tersedia cukup, maka pembakaran menjadi lebih

sempurna dengan menghasilkan gas CO2 uap air, dan abu, sedangkan asap tidak

terbentuk ( Haji dkk, 2006)

2.5 Proses Aktivasi

Proses aktivasi merupakan proses untuk menghilangkan hidrokarbon yang

melapisi permukaan arang sehingga dapat meningkatkan porositas arang. Proses

aktivasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan aktivasi fisika dan aktivasi kimia

(Hambali dkk., 2007)

2.5.1 Aktivasi Fisika

Aktivasi ini merupakan aktivasi menggunakan oksidator lemah, misalnya

uap air gas CO2, N2, O2 dan gas pengoksidasi lainnya. Oleh karena itu, pada proses

ini tidak terjadi oksidasi terhadap atom-atom karbon penyusun arang, akan tetapi

oksidator tersebut hanya mengoksidasi komponen yang menutupi permukaan pori

arang. Prinsip aktivasi ini dimulai dengan mengaliri gas-gas ringan, seperti uap air,

CO2, atau udara ke dalam retort yang berisi arang dan dipanaskan pada suhu 800-

1000 °C (Sembiring dan Sinaga, 2003). Oksidasi dengan udara pada temperatur

rendah merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan

pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperature tinggi merupakan reaksi

endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan (Lempang,

2014).
9

2.5.2 Aktivasi Kimia

Aktivasi kimia dilakukan dengan cara merendam arang didalam senyawa

kimia sebelum dipanaskan. Arang direndam dalam larutan pengaktifasi selama 24

jam. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pengaktif adalah H3PO4,

NH4Cl, AlCl3, HNO3, KOH, NaOH, KMnO4, H2SO4, ZnCl2, CaCl2, dan MgCl2.

Unsur-unsur mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan tersebut akan

meresap ke dalam arang dan membuka permukaan yang semula tertutup oleh

komponen kimia sehingga volume dan diameter pori bertambah besar. Pemakaian

bahan kimia sebagai bahan pengaktif sering mengakibatkan pengotoran pada arang

aktif yang dihasilkan. Umumnya aktivator meninggalkan sisa-sisa berupa oksida

yang tidak larut dalam air pada waktu pencucian. Oleh karena itu, dalam beberapa

proses sering dilakukan pelarutan dengan HCl untuk mengikat kembali sisa-sisa

bahan kimia yang menempel pada permukaan arang aktif dan kandungan abu yang

terdapat dalam arang aktif (Mody, 2014)

2.6 Arang Aktif

Arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu konfigurasi atom arang

dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur

lain atau kotoran, sehingga mengalami perbesaran pori atau luas permukaan

sehingga dapat menyerap zat-zat lain yang ada disekitarnya. Arang aktif dapat

dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik,

asal saja bahan tersebut memiliki struktur berpori. Limbah pertanian dapat dibuat

arang aktif seperti tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit,kulit buah kopi,

cangkang kelapa sawit, tempurung kemiri dan lain-lain. Arang aktif dapat dibuat
10

dari berbagai jenis kayu baik kayu keras atau lunak, limbah eksploitasi hutan,

tunggak pohon, limbah industri kayu seperti serbuk gergaji, sebetan, potongan kayu

dan lain-lain (Sudradjat, 2011 dalam Zunifar, 2015)

2.6.1 Kegunanan Arang Aktif

Arang aktif dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri, antara lain industri

pangan, kimia, tekstil, farmasi, penjernihan air dan limbah, serta zat penghilang

kotoran dan bau (Sudradjat, 2011 dalam Zunifar, 2015). Penggunaan arang aktif

secara luas adalah sebagai berikut :

1. Pada industri pengolahan pangan umumnya digunakan sebagai bahan pemucat

(adsorben kotoran) dan penghilang bau yang tidak sedap (penyerap gas).

2. Pada industri kimia dan farmasi digunakan untuk pemurnian bahan kimia

contohnya adalah dalam industri kimia asam sitrat, asam galat, dan lain-lain.

3. Pada proses pengolahan air minum dan air limbah industri, arang aktif digunakan

porinya untuk menyerap utamanya logam dan bau.

4. Digunakan sebagai katalis misalnya dalam pembuatan sulfur dioksida, klorin dan

sulfur klorida.

5. Digunakan sebagai obat yaitu penyerap gas dan cairan racun dalam perut pada

kasus diare seperti pembuatan obat sakit perut norit.

6. Digunakan sebagai isi masker yaitu fungsinya sebagai penyaring udara,

pemurnian gas buang industri atau pencemaran udara lain.

7. Digunakan dalam bidang pertanian seperti reklamasi tanah yang tercemar

herbisida seperti atrazi, diurion, simarin dan lain-lain.


11

2.6.2 Standar Mutu arang aktif

Pengujian mutu arang aktif dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan

arangaktif agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pengujian mutu arang aktif

seperti :

 Penentuan kadar zat menguap.

 Penentuan kadar air.

 Penentuan kadar abu.

 Daya serap terhadap larutan I2.

Menurut SNI 06-3703-1995, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan

seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:


12

Tabel 2.2 Persyaratan arang aktif Menurut SNI 06-3730-1995

Uraian Persyaratan Kualitas


Butiran Serbuk
Bagian yang hilang Maks. 15% Maks. 25%
pada pemanasan 950°C
Kadar air Maks. 4,5% Maks. 15%
Kadar abu Maks. 2,5% Maks. 10%
Bagian yang tidak 0 0
mengarang
Daya serap terhadap I2 Min. 750 mg/g Min. 750 mg/g
Arang aktif murni Min. 80% Min. 65%
Daya serap terhadap Min. 25% -
benzene
Sumber : SNI 06-3703-1995

2.7 Analisa Mutu arang aktif

Analisis produk dilakukan terhadap beberapa faktor yang dapat dijadikan

sebagai penentu mutu arang aktif yang dihasilkan. Metode analisis didasarkan pada

metode standar SNI 06-3703-1995. Berikut beberapa analisis yang dilakukan pada

karakteristik arang aktif.

2.7.1 Kadar Zat Menguap

Pengujian kadar zat menguap betujuan untuk mengetahui persentase zat

atau senyawa yang belum menguap pada proses karbonisasi dan aktivasi fisika.

Kadar zat menguap yang tinggi dapat mempengaruhi daya serap arang aktif.

Semakin tinggi kadar zat menguap pada arang aktif, semakin rendah daya serapnya

(Yuliyanti, 2016)
13

Tabel 2.3 Perhitungan Zat Menguap

No. Cawan
Berat Cawan + Tutup + Sampel (M2) gr
Berat Cawan Kosong + Tutup (M1) gr
Berat Cawan + Tutup + Sampel Setelah Pemanasan (M3) gr
% M = (M2-M3) / (M2-M1) X 100%
% Moisture Rata-rata
Sumber : SNI 06-3703-1995

2.7.2 Kadar Air

Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang

aktif. Kadar air dapat mempengaruhi kemampuan adsorpsi. Semakin besar kadar

air arang aktif, maka semakin kecil kemampuannya untuk menyerap adsorbat

(Yuliyanti, 2016), metode yang digunakan yaitu standar SNI 06-3703-1995

(M2−M3)
Kadar air (%) = ((M2−M1)) x100% ……………… (2.2)

Keterangan:

M1 = Berat cawan petri kosong (gram)

M2 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sebelum dioven (gram)

M3 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sesudah dioven (gram)

2.7.3 Kadar Abu

Pengujian kadar abu ini dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida

logam dalam arang aktif. Kadar abu yang tinggi dapat mengurangi daya serap arang

aktif terhadap gas dan larutan, karena mineral seperti kalsium, kalium, magnesium
14

dan natrium menyebar dalam kisi arang aktif (Yuliyanti, 2016), metode yang

digunakan yaitu standar SNI 06-3703-1995

(𝑚 −𝑚 )
Kadar abu (%) = ((𝑚3 −𝑚4 )) x100% ………………. (2.3)
2 1

Keterangan :

m1 = berat cawan (gr)

m2 = berat cawan + sampel sebelum pemanasan (gr)

m3 = berat cawan + sampel sesudah pemanasan (gr)

m4 = berat cawan setelah semua Ash di buang dan dibersihkan (gr)

2.7.4 Fixed Carbon

Fixed carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam

material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Penentuan fixed carbon dapat

dilakukan dengan metode ASTM D 3172 dengan rumus sebagai berikut :

FC (%) = 100 % - (% M + % abu + % VM) …………….. (2.3)

Keterangan :

%M = Moisture atau kadar air yang di analisa

% abu = Kadar abu atau Ash yang di analisa

% VM = volatile matter yang di analisa

2.7.5 Daya Serap Terhadap Larutan Iodium

Penetapan daya serap arang aktif terhadap iodium bertujuan untuk

mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap zat dengan ukuran molekul
15

yang lebih kecil. Semakin besar angka iod yang dihasilkan maka semakin besar

kemampuan dalam mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Salah satu cara dalam

menganalisis daya serap arang aktif terhadap iod adalah dengan cara metode titrasi

iodimetri. Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk

membakukan larutan natrium thiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini

dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna

biru pada saat tercapainya titik akhir.

Daya serap iod dapat dihitung menggunakan rumus sesuai SNI 06-3703-

1995 :

𝑉 x 𝑁𝑡𝑖𝑜
(10− 𝑡𝑖𝑜 )x126,9 x fp
𝑁𝑡𝑖𝑜
Daya Serap 𝐼2 = ( )…....... (2.4)
W

Keterangan :

Vtio = Volume larutan natrium thiosulfat yang diperlukan (ml)

Ntio = Normalitas larutan natrium thiosulfat (N)

Niod = Normalitas larutan I2

126.9 = Berat atom iod

W = Massa sampel (gram)

Fp = Faktor pengenceran
16

BAB III

METODE PENELITIAN

3 jj

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada September 2019 sampai Januari 2020 di

Politeknik Negeri Samarinda. Penelitian, serta analisa kadar air, kadar abu, volatile

matter dan daya serap terhadap larutan iodium dilakukan di Laboratorium Kimia

Dasar Politeknik Negeri Samarinda. Pengambilan bahan baku cangkang kelapa

sawit dari PT. Tritunggal Sentra Buana Desa Saliki, Kecamatan Muara Badak,

Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

3.2 Rancangan Penelitian

Adapun variabel dari penelitian ini adalah :

A. Variabel berubah

Kecepatan udara : 0,01 L/detik, 0,11 L/detik, 0,14 L/detik, 0,19 L/detik,

dan 0,24 L/detik

B. Variabel tetap

a. Volume Bahan Baku : 1500 gram

b. Waktu Oksidasi : 30 menit

c. Ukuran Bahan Baku : -5 mesh + 7 mesh

C. Variabel Respon

1. Kadar Zat Menguap (Gravimetri, SNI 06 -3730 -1995)


17

2. Kadar Air (Gravimetri, SNI 06 -3730 -1995

3. Kadar Abu (Gravimetri, SNI 06 -3730 -1995)

4. Fixed Carbon (Gravimetri, SNI 06-3730-1995

5. Daya serap terhadap I2 (Titrasi Iodometri, SNI 06–3730–1995)

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

1. Pirolisis

2. Anemometer

3. Desikator

4. Gelas Kimia 100 mL dan 250 mL

5. Neraca Analitik

6. Labu Ukur 100 mL dan 500 mL

7. Cawan Porselin

8. Gegep

9. Spatula

10. Erlenmeyer 250 mL

11. Statif dan Klem

12. Bulp

13. Corong

14. Buret 50 mL

15. Pipet Tetes

16. Screening

17. Kertas Saring Whatman No.42


18

18. Pipet ukur 5 mL, 10 mL, dan 50 mL

19. Pipet volume 5 mL, 25 mL, dan 50 mL

20. Hot plate dan magnetic stirrer

21. Botol aquadest

3.3.2 Bahan

1. Cangkang Kelapa Sawit

2. Aquadest

3. Larutan Iod 0.1N

4. Larutan Natrium Thiosulfat 0.1N

5. Larutan Kanji 1%
19

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Diagram Alir Penelitian

Cangkang Kelapa Sawit

Mencuci, Mengeringkan, dan Mengecilkan

Uji kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, dan daya serap iodin

Mencucian, Mengeringkan, dan Mengecilkan

Pengayakan dengan ukuran -5 Mesh +7 mesh

Karbonisasi (oksidasi parsial) dengan variasi kecepatan udara selama 30 menit

Arang Aktif

Uji kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, dan daya serap iodin

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


20

Prosedur Penelitian Pembuatan Arang Aktif

A. Preparasi cangkang kelapa sawit

1. Mencuci cangkang kelapa sawit dari kotoran-kotoran yang terikut pada saat

pengambilan cangkang kelapa sawit dari tempat penggilingan

2. Setelah cangkang kelapa sawit sudah bersih dari kotoran, kemudian

mengeringkan cangkang kelapa sawit tersebut dibawah terik matahari.

B. Pembuatan Arang Aktif

1. Menghaluskan cangkang kelapa sawit dengan cara di tumbuk

2. Mengecilkan ukuran dang mengayak cangkang kelapa sawit menggunakan

screening dengan ukuran -5 mesh + 7 mesh

3. Mengeringkan sampel dibawah sinar matahari selama 12 jam

4. Memasukkan 1500 gram cangkang kelapa sawit kering yang sudah di

screening kedalam pirolisis selama 30 menit dengan pembakaran awal

dengan tungku selama 30 menit dan laju alir udara yang sudah divariasikan

untuk mengoksidasi cangkang kelapa sawit tersebut menjadi arang aktif

5. Melakukan uji kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan daya serap

terhadap iod pada arang aktif.

C. Prosedur Analisa

C.1 Analisa Kadar Air (SNI 06-3730-1995)

1. Menaikkan suhu oven hingga 105-110°C.

2. Menimbang petridish kosong + tutupnya, mencatat data.


21

3. Menimbang sampel 1 gram kedalam cawan petridish, meletakkan di

atas tray.

4. Memasukkan tray beserta sampel tersebut kedalam oven, dan

meletakkan tutup cawan petridish di luar.

5. Memanaskan selama 1 jam.

6. Mengeluarkan tray beserta sampel dari oven, dan menutup kembali

dengan penutup cawan petridish yang sesuai.

7. Mendinginkan cawan beserta sampel di dalam desikator selama 5

menit.

8. Menimbang kembali cawan petridish beserta sampel yang telah

didinginkan.

9. Mencatat data analisa pada lembar kerja proximate analysis.

10. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

𝑚 −𝑚
% Moisture = 𝑚2 −𝑚3 × 100% (3.1)
2 1

Keterangan:
M1 = Berat cawan petri kosong (gram)
M2 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sebelum dioven (gram)

M3 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sesudah dioven (gram)

C.2 Analisa Kadar Abu ( SNI 06-3730-1995)

1. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan, dan nomor cawan pada lembar

kerja proximate analysis.

2. Menimbang cawan kosong, mencatat data.


22

3. Menimbang sampel 1 gram ke dalam cawan, meratakannya lalu meletakkan

di atas tray.

4. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel di dalam furnace pada suhu

450-500°C selama 1 jam, kemudian dilanjutkan pada suhu 750°C selama 3

jam. Mengeluarkan cawan dari furnace dan mendinginkan di dalam

desikator selama 5-10 menit.

5. Menimbang cawan yang berisi residu.

6. Membersihkan residu didalam cawan dengan menggunakan kuas kering.

7. Menimbang cawan kosong setelah pemanasan.

8. Mencatat data analisa pada lembar kerja proximate analysis.

9. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

𝑚3 −𝑚4
% Ash Content = × 100%……………………………....... (3.2)
𝑚2 −𝑚1

Keterangan :
m1 = berat cawan (gr)
m2 = berat cawan + sampel sebelum pemanasan (gr)
m3 = berat cawan + sampel sesudah pemanasan (gr)
m4 = berat cawan setelah semua Ash di buang dan dibersihkan (gr)

C.3 Prosedur Analisa Volatile Matter (SNI 06-3730-1995)

1. Menaikkan suhu furnace VM hingga 950°C.

2. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor cawan pada

lembar kerja proximate analysis.

3. Menimbang cawan kosong beserta tutup kemudian mencatatnya

pada lembar kerja proximate analysis.


23

4. Menimbang secara merata sampel 1 gram kedalam cawan, lalu

menutupnya kembali dan mencatat hasil timbangan.

5. Memasukkan cawan yang telah berisi sampel ke dalam furnace

beserta tutupnya dan memijarkannya selama 7 menit.

6. Mengeluarkan cawan dari furnace dan mendinginkannya pada

desikator selama 7 menit.

7. Menimbang cawan yang berisi residu yang telah didinginkan

tersebut beserta tutupnya dan mencatatnya pada lembar kerja

proximate analysis.

8. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

𝑚 −𝑚
% Volatile matter = (𝑚2 −𝑚3 × 100%) − % IM (3.3)
2 1

M1 = Berat cawan petri kosong (gram)


M2 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sebelum dioven (gram)
M3 = Berat cawan petri berisi karbon aktif sesudah dioven (gram)

C.4 Penentuan Fixed Carbon Arang Aktif dengan dapat dilakukan dengan metode

SNI No. 06-3730-1995 dengan rumus sebagai berikut :

FC (%) = 100 % - (% M + % abu + % VM) …………….. (3.4)

Keterangan :

%M = Moisture atau kadar air yang di analisa

% abu = Kadar abu atau Ash yang di analisa

% VM = volatile matter yang di analisa


24

C.5 Prosedur Analisa Daya Serap Arang Aktif terhadap Iodin (SNI No.06-3730-

1995).

1. Menimbang arang aktif sebanyak 0,5 gram dan mencampurkan arang

aktif yang telah ditimbang dengan 50 mL larutan iodin 0,1 N.

2. Mengaduk larutan yang telah di beri arang aktif dengan magnetic stirrer

selama 15 menit.

3. Menyaring larutan menggunakan kertas saring Whatman No. 42.

4. Memipet 10 mL larutan sampel dan menitrasi dengan larutan Natrium

Thiosulfat 0,1 N hingga larutan mulai terlihat keruh.

5. Menambahkan larutan kanji 1 % kedalam larutan sampel sebagai

indikator hingga larutan sampel berwarna biru tua.

6. Menitrasi kembali larutan sampel hingga berubah warna menjadi

bening.

7. Menghitung daya serap arang aktif tehadap iodin menggunakan rumus

berikut:

𝑉 × 𝑁𝑇𝑖𝑜
(10 − NIod ) × 12,69 × fp
Daya serap iodin =
𝑊

Keterangan :

Vtio = Volume larutan natrium thiosulfat yang diperlukan (ml)

Ntio = Normalitas larutan natrium thiosulfat (N)

Niod = Normalitas larutan I2

126.9 = Berat atom iod

W = Massa sampel (gram)


25

Fp = Faktor pengenceran
26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 sd

4.1 Data Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kecepatan udara pada tahap

karbonisasi dan aktivasi dengan proses pirolisis menggunakan prinsip oksidasi

parsial dalam pembuatan arang aktif yang sesuai dengan standar SNI No. 06-3730-

1995. Sebelum itu harus ada data bahan baku yang dijadikan acuan sebagai

pembanding yang ditujukkan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Data bahan baku

Zat Daya
Fixed
Kadar Kadar Mudah Serap
Bahan baku Carbon
Air (%) Abu (%) Menguap Iodin
(%)
(%) (mg/g)

Cangkang Kelapa
4,79 2,09 75,05 18,07 0
Sawit

SNI 06-3730-1995 Maks 4,4 Maks 2,5 Maks 15 Min 80 Min 750

Dari proses karbonisasi dan aktivasi menggunakan pirolisis dengan prinsip

Oksidasi parsial data kuantitatif dan kemudian dilakukan Analisa kadar air, kadar

abu, zat mudah menguap dan daya serap iodinnya ditunjukkan pada Tabel 4.2
27

Tabel 4.2 Data arang hasil pirolisi meliputi yield, kadar air, kadar abu, zat

mudah menguap, fixed carbon, dan daya serap iodin arang aktif.

Zat Fixed Daya


Kecepatan Suhu Yield Kadar
t Kadar Mudah Carbon Serap
udara Pirolisi Arang Air
(menit) Abu (%) Mengua Iodin
(L/detik) (oc) (%) (%) (%)
p (%) (mg/g)
10 85
0,01 20 187 35,71 2,46 3,20 17,84 76,5 445,71
30 188
10 33
0,11 20 183 21,90 2,36 5,70 6,61 98,55 808,75
30 350
10 49
0,14 20 189 18,60 1,77 7,63 15,67 74,93 779,67
30 358
10 74
0,19 20 194 12,67 1,18 9,27 14,13 75,42 737,43
30 240
10 34
0,24 20 197 8,02 2,53 15,90 13,83 67,74 725,37
30 228
Maks Maks Maks Min Min
SNI 06-3730-1995 -
4,4 2,5 15 80 750
28

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Produk Arang Aktif

Kecepatan udara sangat berpengaruh terhadap produk arang aktif yang

dihasilkan, dimana semakin besar kecepatan udara akan mempercepat proses

pembakaran dan dapat menurunkan jumlah produk arang aktif yang dihasilkan.

40

35

30

25
Yield (%)

20

15

10

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)

Gambar 4.1 Hubungan kecepatan udara pirolisis dengan yield arang aktif yang

dihaslkan

Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa pada kecepatan udara 0,01 L/detik produk

yang arang aktif yang dihasilkan berada pada yield maksimal, yaitu sebesar 35,71%

sedangkan pada kecepatan 0,24 L/detik jumlah yield produk arang aktif yang

dihasilkan minimum, yaitu sebesar 8,02%. produk arang terus menurun bersamaan

dengan meningkatnya kecepatan udara yang digunakan. Hal ini membuktikan

bahwa semakin besar kecepatan udara maka jumlah nitrogen dan oksigen yang
29

masuk juga semakin besar sehingga oksigen bereaksi dengan arang aktif menjadi

CO2 yang menyebabkan jumlah padatan berkurang.

4.2.2 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Kadar Air Arang Aktif

Salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas arang aktif adalah kadar

air. Penetapan kadar air pada arang aktif bertujuan untuk mengetahui sifat

higroskopis dari arang aktif tersebut. Arang aktif bersifat higroskopis sehingga

sangat mudah untuk mengikat uap air dari udara. Dari sifat yang sangat higroskopis

inilah, sehingga arang aktif yang digunakan sebagai adsorbent (Ikawati & Melati,

2010)

5
Kadar Air (%)

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)

Gambar 4.2 Hubungan kecepatan udara terhadap hasil kadar air arang aktif

Hasil kadar air ditunjukkan pada Gambar 4.2, dari gambar tersebut dapat

dilihat bahwa semakin tinggi kecepatan udara maka semakin rendah pula kadar air.

Hal yang sama ditunjukkan pada Tabel 4.1 pengaruh suhu terhadap kadar airnya.

Semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air arang aktif cenderung semakin
30

menurun, hal itu disebabkan suhu yang tinggi akan membuat air didalam suatu

sampel akan menguap. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai kadar air dari

semua sampel arang aktif yang dihasilkan telah memenuhui standar kualitas arang

aktif menurut SNI 06-3703-1995

4.2.3 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Kadar Abu Arang Aktif

Abu di dalam arang aktif merupakan kadar mineral yang terkandung di

dalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan tidak terpisah pada

proses aktivasi. Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas arang aktif.

Keberadaan abu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori

– pori arang aktif sehingga luas permukaan arang aktif menjadi berkurang. Selain

itu juga menyebabkan korosi di mana arang aktif yang telah terbentuk menjadi

rusak. Sehingga semakin sedikit kandungan abu pada arang aktif akan

meningkatkan kualitas dari arang aktif tersebut (Ikawati & Melati, 2010)

18
16
14
Kadar Abu (%)

12
10
8
6
4
2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)

Gambar 4.3 Hubungan kecepatan udara (meter/detik) terhadap hasil kadar abu

arang aktif
31

Hasil analisa kadar abu pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa perlakuan

variasi kecepatan udara berpengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Semakin

tinggi kecepatan udara yang digunakan akan cenderung meningkatkan kadar abu.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya proses oksidasi terutama dari partikel halus

pada saat kabonisasi dan aktivasi sehingga semakin tinggi kecepatan udara akan

semakin banyak oksigen yang beroksidasi dan meningkatkan nilai kadar abu arang

aktif. Hasil peningkatan kadar abu terjadi karena terbentuknya garam – garam

mineral pada saat proses pengarangan yang jika proses tersebut berlanjut akan

membentuk partikel – partikel halus dari garam – garam mineral tersebut (Fauziah,

2009). Namun tetapi variasi laju alir udara 0,01, 0,11, 0,14, 0,19 dan 0,24 L/menit

menghasilkan arang aktif dengan kadar abu yang belum masuk standar SNI 06-

3703-1995. Hal ini dikarenakan dalam proses karbonisasi dan aktivasi, suhu pada

pirolisis selalu bergerak naik dan dapat dikatakan tidak dapat diatur yang membuat

garam – garam mineral menjadi banyak.

4.2.4 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Zat yang Mudah Menguap pada

Pemanasan 950 oC dari Arang Aktif

Penentuan kadar zat menguap ini merupakan suatu cara untuk mengetahui

seberapa besar permukaan arang aktif mengandung zat lain selain karbon sehingga

mempengaruhi daya jerapnya. Semakin rendah kadar zat mudah menguapnya akan

meningkatkan kemampuan daya serap dari arang aktif karena akan semakin besar

kandungan karbon terikatnya (Pari dkk, 2006)


32

80

70
Zat Mudah Menguap (%) 60

50

40

30

20

10

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (meter/detik)

Gambar 4.4 Hubungan kecepatan udara terhadap bagian yang hilang pada suhu

950 oC pada arang aktif

Kadar zat yang mudah menguap pada penelitian ini ditunjukkan pada

Gambar 4.4. Pada gambar tersebut diketahui bahwa semakin tinggi kecepatan udara

semakin rendah kadar zat mudah menguap pada arang aktif. Hal tersebut

disebabkan karena semakin tinggi kecepatan udara yang digunakan maka akan

semakin banyak jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sehingga

panas timbul dari reaksi oksidasi tersebut akan semakin besar dan zat yang mudah

menguap akan semakin berkurang. Penelitian ini menunjukkan hasil terbaik kadar

zat menguap pada kecepatan udara 0,11 L/detik, yaitu sebesar 6,61%, dan dari

Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai kadar zat menguap dari semua sampel arang

aktif yang dihasilkan telah memenuhui standar kualitas arang aktif SNI 06-3703-

1995. Sedangkan pada variasi 0,14, 0,19 dan 0,24 L/detik memiliki kadar zat

menguap yang berbanding terbentuknya daya serap, hal ini bisa disebabkan

beberapa faktor antara lain yaitu kondisi operasi yaiu suhu yang tidak dapat diatur
33

pada saat karbonisasi dan aktivasi dengan alat pirolisis yang sehingga membuat

kualitas arang aktif yang dihasilkan tidak sesuai teori.

4.2.5 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Fixed Carbon Arang Aktif

Penentuan kadar karbon (fixed carbon ) bertujuan untuk mengetahui kadar

karbon murni yang terkandung pada arang aktif yang dihasilkan. Fraksi karbon

dalam arang aktif adalah hasil dari proses pengarangan selain air, abu, dan zat

volatil. (Emmy dkk, 2017)Hasil fixed carbon dapat dilihat pada Gambar 4.5

120

100
fixed Karbon (%)

80

60

40

20

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)

Gambar 4.5 Hubungan antara kecepatan udara terhadap Fixed Carbon arang aktif

Kadar fixed carbon pada penelitian ini berkisar 67-98% bahwa telah

memenuhi standar minimal SNI 1995 yaitu minimal 80% untuk fixed carbon.

Tinggi rendahnya kadar karbon terikat yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya kadar abu dan zat terbang juga dipengaruhi oleh kandungan

selulosa dan lignin yang dapat dikonversi menjadi atom karbon (Pari dkk, 2006).

Pada kecepatan udara 0,11 L/detik menghasilkan puncak tertinggi kadar fixed
34

carbon sebesar 98,55% dikarenakan kadar air, kadar abu, dan kadar zat terbang

kecil sehingga nilai dari fixed carbon tinggi.

4.2.6 Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Daya Serap Iodin Arang Aktif

Daya adsorpsi sangat bergantung pada karakteristik arang aktif sepeti, kadar

abu, kadar air, zat mudah menguap dan rendemennya. Faktor utama yang sangat

berpengaruh terhadap daya adsorpsi berkaitan dengan jumlah pori – porinya.

Semakin besar angka iod maka semakin besar kemampuannya dalam

mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Salah satu metode yang digunakan dalam

analisa daya serap arang aktif terhadap larutan iod adalah dengan metode titrasi

iodimetry. Terserapnya larutan iod ditunjukkan dengan adanya pengurangan

konsentrasi larutan iod. Pengukuran iod sisa dapat dilakukan dengan menitrasi

larutan iod dengan natrium triosulfat 0,1 N dan indicator yang digunakan, yaitu

larutan kanji (Idrus dkk, 2013)

900
800
Daya Serap Iod (mg/g)

700
600
500
400
300
200
100
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Kecepatan Udara (L/detik)

Gambar 4.5 Hubungan kecepatan udara terhadap daya serap iod pada arang aktif
35

Pada Gambar 4.5 terlihat semakin tinggi kecepatan udara yang digunakan

dalam proses karbonisasi dan aktivasi maka semakin tinggi daya serap iodinnya.

Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi kecepatan udara yang digunakan

akan semakin berkurang zat mudah menguap dan meningkatkan jumlah karbon

terikat pada arang aktif akan semakin banyak iod yang diadsorpsi sehingga semakin

besar nilai pengurangan konsentrasi larutan iod yang menyebabkan semakin tinggi

daya serap iodinnya. Dari Gambar 4.5 kecepatan 0,01 L/detik dapat dilihat hasil

Analisa daya serap iod yaitu 445,71 mg/g yang belum masuk standar, ini

disebabkan oksigen dan nitrogen yang masuk dalam proses pirolisis belum

maksimal yang menyebabkan proses karbonisasi dan aktifasi belum berjalan

dengan baik. Ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 suhu pirolisi pada variasi 0,01 L/detik

yang hanya mencapai 350 oC, dengan suhu itu dapat dikatakan pori – pori arang

aktif belum terbuka. Menurut Sembiring dan Sinaga (2003) pori – pori arang aktif

akan terbuka bila diaktifasi fisika dengan suhu di atas 500 0C.

Hasil terbaik untuk daya serap iodin oleh arang aktif pada penelitian ini

ditunjukkan pada kecepatan udara 0,11 L/detik sebesar 808,75 mg/g, Hasil tersebut

telah memenuhui standar kualitas arang aktif menurut standar SNI 06-3703-1955,

yaitu sebesar 750 mg/g


36

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5 5as

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan pada variasi kecepatan udara 0,01

L/detik, 0,11 L/detik, 0,14 L/detik, 0,19 L/detik, dan 0,24 L/detik dapat disimpukan

sebagai berikut:

1. Kecepatan udara pada proses pirolisis oksidasi parsial sangat berpengaruh

terhadap yield dan kualitas dari arang aktif. Semakin besar kecepatan udara

maka semakin rendah yield yang dihasikan, kadar zat mudah menguap, dan

kadar air. Tetapi berpengaruh semakin besar kadar abu dan daya serap iodin

oleh arang aktif.

2. Hasil terbaik ditunjukkan pada kecepatan udara 0,11 L/detik, dengan yield

produk 21.90%, kadar air 2.36%, fixed carbon 98,55%, kadar zat mudah

menguap 6.61%, dan daya serap iodin sebesar 808,75 mg/g. hasil ini telah

memenuhui standar SNI 06-3703-1995.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan biomassa

yang lain.

2. Perlu ditambah aktivasi kimia, untuk menguragi kadar abu yang diharapkan

arang aktif yang memiliki kadar abu masuk standar SNI 06-3730-1995.
37

3. Setelah dilakukan proses pirolisis, sebaiknya sampel arang aktif segera

untuk dianalisa terutama pada penetapan kadar air, dan daya serap iod
38

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Gani Haji, Z. (2006). Karakterisasi Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah

Organik Padat (Characterization of Liquid Smoke Pyrolyzed From Solid

Organic Waste). Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 16(3).

Adinata, M. R. (2013). Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Karbon Aktif.

Skripsi, Jurusan Te(Fakultas Teknologi Industri), Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran.”

Anonim. (2019). Perbandingan antar Provinsi. Dinas Perkebunan Kalimantan

Timur.

Emmy S, Wahyu D.S & Putu Adi. (2017). Pembuatan dan karakterisasi arang aktif

dari batang tanaman gumitir (tagetes erecta) yang diaktivasi dengan

H3PO4. Universitas Udayana : Jurusan FMIPA

Fauziah, N. (2009). Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung dari Kulit Acacia

mangium Wild Dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sebagai Adsorben.

Dep. Hasil Hutan, IPB.

Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, W., & Hendroko, R.

(2007). Teknologi Bioenergi (Pertama). Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.

Idrus, R., Lapanporo, B. P., & Putra, Y. S. (2013). Pengaruh Suhu Aktivasi

Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa. Prisma

Fisika, I(1), 50–55. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0023032


39

Ikawati, & Melati. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Singkong UKM

Tapioka Kabupaten Pati. Area, 1–8.

Ma, Z., Yang, Y., Ma, Q., Zhou, H., Luo, X., Liu, X., & Wang, S. (2017). Evolution

of the chemical composition, functional group, pore structure and

crystallographic structure of bio-char from palm kernel shell pyrolysis under

different temperatures. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 127, 350–

359. https://doi.org/10.1016/j.jaap.2017.07.015

Medina, E. (2017). Pembuatan Kabon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit.

Mody, L. (2014). PEMBUATAN DAN KEGUNAAN ARANG AKTIF Mody

Lempang *. Info Teknis EBONI, 11(2), 65–80. Retrieved from

http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-

litbang/index.php/buleboni/article/view/5041/4463

Pari, G., Hendra, D., & Pasaribu, R. (2006). Pengaruh Lama Waktu Aktivasi Dan

Konsentrasi Asam Fosfat Terhadap Mutu Arang Aktif Kulit Kayu Acacia

Mangium. Forest Products Research Journal, 24(1), 33–45.

https://doi.org/10.20886/jphh.2006.24.1.33-45

Ratnasari, F. (2011). Dengan Teknik Pirolisis Untuk Produksi Bio-Oil.

Sembiring, M. T., & Sinaga, T. S. (2003). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses

Pembuatannya). USU Digital Library. Sumatera Utara: USU Digital Library.

Sudradjat, R., & Pari, G. (2011). Arang Aktif : Teknologi Pengolahan dan Masa

Depannya. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (pertama).

Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.


40

Suryawan, B. (2013). Pengaruh Variasi Temperatur Pirolisis Dan Pemadatan Char

Serbuk Kayu Mahoni Terhadap Thermal Conductivity. Pengaruh Variasi

Temperatur Pirolisis Dan Pemadatan Char Serbuk Kayu Mahoni Terhadap

Thermal Conductivity. Sarjana Thesis, Universitas Brawijaya.

Wang, P., Zhang, J., Shao, Q., & Wang, G. (2018). Physicochemical Properties

Evolution of Chars From Palm Kernel Shell Pyrolysis. Journal of Thermal

Analysis and Calorimetry, 133(3), 1271–1280.

https://doi.org/10.1007/s10973-018-7185-z

Yaman, S. (2004). Pyrolysis of biomass to produce fuels and chemical feedstocks.

Energy Conversion and Management, 45(5), 651–671.

https://doi.org/10.1016/S0196-8904(03)00177-8

Yuliyanti. (2016). Pembuatan arang aktif dari sekam padi dengan menggunakan

aktivator asam phospat. Politeknik Negeri Samarinda.

Zunifar, achmad faisal rozi. (2015). pembuatan arang aktif melalui proses pirolisis

dengan prinsip oksidasi parsial dan aktivasi secara kimia. Tugas Akhir,

Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.


41

LAMPIRAN
42

Lampiran 1

Mengubah satuan kecepatan udara linear menjadi kecepatan udara volumetric

Diketahui :

Diameter output pipa kompressor = 1,5 cm


1
Luas penampang pipa = 4 𝑥 𝜋 𝑥 D2

1
= 4 𝑋 𝜋 𝑋 (1,5)2 cm

= 1.77 cm2 = 0,000177 m2

 Kecepatan udara volumetrik = kecepatan udara linear X luas penampang pipa

= 1 m/s X 0,000177 m2

= 0,00001 m3/s x 1 L/10-3 m3

= 0,01 L/s

 Kecepatan udara volumetrik = kecepatan udara linear X luas penampang pipa

= 2 m/s X 0,000177 m2

= 0,00004 m3/s

= 0,00004 m3/s x 1 L/10-3 m3

= 0,11 L/s

 Kecepatan udara volumetrik = kecepatan udara linear X luas penampang pipa

= 3 m/s X 0,000177 m2

= 0,00005 m3/s

= 0,00005 m3/s x 1 L/10-3 m3

= 0,14 L/s

 Kecepatan udara volumetrik = kecepatan udara linear X luas penampang pipa


43

= 4 m/s X 0,000177 m2

= 0,00007 m3/s

= 0,00007 m3/s x 1 L/10-3 m3

= 0,19 L/s

 Kecepatan udara volumetrik = kecepatan udara linear X luas penampang pipa

= 5 m/s X 0,000177 m2

= 0,00009 m3/s

= 0,00009 m3/s x 1 L/10-3 m3

= 0,24 L/s
44

Lampiran 2

1.1 Perhitungan Kadar Air

(M2−M3)
Kadar air (%) = ((M2−M1)) x100% …………………….(3.1)

Kadar Air Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan

udara sama cara perhitungannya)

(61.16 gr−61.1079gr)
Kadar air (%) = ((61.16 gr−60.0677 gr)) x100%

= 4.79 %

Sampel M1 (gr) M2 (gr) M3 (gr) Hasil (%)


Bahan Baku 60,0677 61,16 61,1079 4,79
0,01 L/detik 54,2335 55,2785 55,2528 2,46
0,11 L/detik 14,6969 15,0305 15,7107 2,36
0,14 L/detik 63,7503 64,8194 64,8005 1,77
0,19 L/detik 62,3634 63,423 63,4104 1,19
0,24 L/detik 52,9268 54,0058 53,9785 2,53

1.2 Perhitungan Kadar Abu

(𝑚 −𝑚 )
Kadar abu (%) = ((𝑚3 −𝑚4 )) x100% ……………….(3.2)
2 1

Kadar Abu Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan

udara perhitungannya sama)

(13.9086 gram − 13.8872 gram)


Kadar abu (%) = ( ) x100%
(14.9169 gram − 13.8925 gram)

= 2.089 %
45

Sampel M1 (gr) M2 (gr) M3 (gr) M4 (gr) Hasil (%)


Bahan 13,8925 14,9169 13,9086 13,8872 2,09
Baku
0,01 13,9970 15,0347 15,0020 14,9688 3,20
L/detik
0,11 14,6355 15,0703 14,9881 14,9633 5,70
L/detik
0,14 13,9865 15,0445 14,0591 13,9784 7,63
L/detik
0,19 14,1472 15,1607 15,0639 14,9753 9,27
L/detik
0,24 14,1257 15,1462 14,9914 14,8290 15,9
L/detik

1.3 Perhitungan Zat yang Mudah Menguap pada Pemanasan 950 OC

𝑚 −𝑚
% Volatile matter = (𝑚2 −𝑚3 × 100%) − % IM (3.3)
2 1

Kadar Abu Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan

udara perhitungannya sama)

(14.8863 gram − 14.0392 gram)


𝑣𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟(%) = ( X 100%) − 4.79%
(14.0392 gram − 13.8254 gram)

= 75.05 %

Sampel M1 (gr) M2 (gr) M3 (gr) Hasil (%) −Kadar


AIR (%)
Bahan 13,8254 14,8863 14,0392 79,84 75,05
Baku
0,01 14,1062 15,1404 14,9305 20,29 17,84
L/detik
0,11 13,9984 15,0305 14,9379 8,97 6,61
L/detik
0,14 13,8875 14,9104 14,7320 17,44 15,67
L/detik
46

0,19 14,1351 15,1462 14,9914 15,31 14,13


L/detik
0,24 13,8257 14,8277 14,6637 16,36 13,83
L/detik

1.4 Fixed Carbon

FC (%) = 100 % - (% M + % abu + % VM) …………….. (3.4)

Keterangan :

%M = Moisture atau kadar air yang di analisa

% abu = Kadar abu atau Ash yang di analisa

% VM = volatile matter yang di analisa

Kadar Abu Cangkang Kelapa Sawit (untuk perlakuan duplo dan variasi kecepatan

udara perhitungannya sama)

FC (%) = 100 % - (2,46 + 3,20 + 17,84)

= 76,5

Yield Zat Mudah Fixed Carbon


Kecepatan udara Kadar Kadar Abu
Arang Menguap
(L/detik) Air (%) (%) (%)
(%) (%)

0,01 35,71 2,46 3,20 17,84 76,5

0,11 21,90 2,36 5,70 6,61 98,55


47

0,14 18,60 1,77 7,63 15,67 74,93

0,19 12,67 1,18 9,27 14,13 75,42

0,24 8,02 2,53 15,90 13,83 67,74

1.5 Analisa Iod Number

Data standarisasi Thio

Massa

volume thio K2Cr2O7 Faktor Pengenceran N thio

25,5 502,4 4 0,1

25,5 502,4 4 0,1

Data Standarisasi Iod

Faktor
V thio V iod N Thio N Iod
Pengeneran

24,5 25 0,1005 0,1025 4

24,6 25 0,1005 0,1025 4


48

Data Analisa Iodin Number

Factor
Massa Massa Massa Bilangan
Sampel V Thio pengen N Thio N Iod
arang awal akhir iod
cer
Bahan 11 5 0,1005 0,1025 650,3625
0,5017 701,4398 0
baku 11 5 0,1005 0,1025
6.6 5 0,1005 0,1025
0,01 650,3625
0,5006 427,2406 445,7089
L/detik 6.8 5 0,1005 0,1025

0,11 3.8 5 0,1005 0,1025 650,3625


0,5006 245,5039 808,7467
L/detik 3.9 5 0,1005 0,1025
4.0 5 0,1005 0,1025
0,14
0,5070 650,3625 255,069 779,6715
L/detik 4.0 5 0,1005 0,1025

0,19 4.3 5 0,1005 0,1025 650,3625


0,5101 274,1992 737,4305
L/detik 4.3 5 0,1005 0,1025
0,24 4.5 5 0,1005 0,1025 650,3625
0,5010 286,9526 725,3690
L/detik 4.5 5 0,1005 0,1025
1.6 Perhitungan Standarisasi Thio dan Iod

1. Perhitungan Standaarisasi Thio (untuk perlakuan duplo perhitungan

sama)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡


𝑁𝑇ℎ𝑖𝑜 = ……………(5.1)
𝑓𝑝 𝑥 𝑉𝑇ℎ𝑖𝑜 𝑥 49

502,4 𝑚𝑔
𝑁𝑇ℎ𝑖𝑜 =
4 𝑥 25,5 𝑚𝑙 𝑥 49

= 0,1005 N

2. Perhitungan Standarisasi Iod (untuk perlakuan duplo perhitungan sama)

𝑉𝑖𝑜𝑑 𝑥 𝑁𝑖𝑜𝑑 = 𝑉𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜 …………..(5.2)


49

𝑉𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
𝑁𝑖𝑜𝑑 = …………………..(5.3)
𝑉𝑖𝑜𝑑

(25 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁)
𝑁𝑖𝑜𝑑 = 24,5 𝑚𝑙

= 0,102551 N

1.7 Perhitungan Daya Serap Iod

Mol Eqivalen iod = Mol eqivalen thio

V iod x N iod = V thio x N thio

Massa awal iod = V iod x N iod x BE

= 50 x 0,1025 x 126,9

= 650, 3625 mg

Massa Akhir Iod = N thio x V thio x BE iod x FP

= 0,1005 x 6,7 x 126,9 x 5

= 427,2406 mg

Massa yang diserap = massa awal – massa akhir

= 650,3525 mg – 427,2406

= 223,1219 mg

massa yang diserap


Bilangan iod =
massa arang aktif

223,1219 mg
=
0,5006 g
50

mg
= 445,7089
g
51

LAMPIRAN 2

Pencucian bahan baku Pejemuran bahan baku

Pengecilan bahan baku Screening bahan baku

Alat Pirolisis Produk arang aktif


52

Arang aktif di uji diair Uji Proximate

Uji iod number

Anda mungkin juga menyukai