Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Telekomunikasi Indonesia

Secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka

pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman colonil Belanda dan tepatnya

pada tahun 1912 di Batavia. Saham pertama yang di perdagangkan adalah saham

PT. Semen Cibinong. Tahun 1995 mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta

Automatic Trading System). Perdagangan saham berubah menjadi Scripless

Trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat bukti fisik kepemilikan saham.

Namun seiring kemajuan teknologi bursa kini menggunakan sistem Remote

Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh dan akhirnya Bursa Efek Jakarta

melakukan marger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir 2007 dan pada awal

2008 berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.

Adapun sejarah perusahaan Telekomunikasi Indonesia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yaitu:

1. PT LINK NET Tbk

Ruang lingkup kegiatan LINK adalah bergerak di bidang penyelenggaraan

aktivitas telekomunikasi dengan kabel, internet service provider (penyedia jasa

internet), jasa sistem komunikasi, jasa interkoneksi internet (NAP), jasa

multimedia lainnya, jasa nilai tambah teleponi lainnya, jasa internet teleponi untuk

keperluan publik, perdagangan, aktivitas konsultasi manajemen dan aktivitas call

44
center. Kegiatan usaha utama LINK adalah layanan melalui jaringan komunikasi

broadband (Jaringan) termasuk distribusi program televisi dan internet

berkecepatan tinggi melalui Jaringan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

Bekasi, Surabaya (termasuk Malang, Gresik dan Sidoarjo), Bali, Bandung,

Medan, Batam, Solo, Semarang, Cikampek-Purwakarta, Cirebon, Tegal,

Yogyakarta, dan Kediri. Pada tanggal 20 Mei 2014, LINK memperoleh

pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham LINK (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 304.265.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham

dengan harga penawaran Rp1.600,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02 Juni 2014.

2. PT XL AXIATA Tbk

XL Axiata Tbk (dahulu Excelcomindo Pratama Tbk) (EXCL) didirikan

tanggal 06 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Pada tanggal 8 April

2014, XL Axiata Tbk efektif melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT

AXIS Telekom Indonesia, seluruh aset dan liabilitas PT AXIS Telekom Indonesia

beralih kepada XL Axiata Tbk dan entitas hukum PT AXIS Telekom Indonesia

berakhir karena hukum. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham XL

Axiata Tbk (31-Mar-2022), adalah Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd.

(61,16%), merupakan perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Axiata

Investments (Labuan) Limited. Axiata Investments (Labuan) Limited adalah anak

usaha Axiata Grup Berhad.


3. PT SMARTFREN Tbk

Smartfren Telecom Tbk (dahulu PT Mobile-8 Telecom Tbk) (FREN)

didirikan tanggal 02 Desember 2002 dan memulai kegiatan usaha komersialnya

pada tanggal 08 Desember 2003. Smartfren lahir dari gabungan beberapa

perusahaan telekomunikasi. Ketika berdiri pada 2002, perusahaan ini dikenal

sebagai PT Mobile-8 Telecom Tbk. Terbentuknya perusahaan tersebut tidak lepas

dari upaya pemilik Bimantara Citra yang baru, Hary Tanoesoedibjo untuk

membangun bisnis komunikasi. Apalagi, fokus bisnis Bimantara menjurus ke

sektor telekomunikasi dan media. Bimantara yang saat ini dikenal sebagai Global

Mediacom, sebenarnya sudah memiliki perusahaan telekomunikasi lebih dulu,

yakni Komunikasi Seluler Indonesia alias Komselindo yang dimiliki bersama

Telkom. Sedangkan kehadiran Mobile-8 bertujuan untuk membangun perusahaan

komunikasi dengan sistem dan layanan baru. Pada 2003, Mobile-8 Telecom

mengakuisisi Komselindo dan Metrosel atau Metro Selular Nusantara, serta

Telekomindo Selular Raya (Telesera). Perusahaan gabungan itu berkembang

dengan menyediakan layanan jasa telepon seluler berbasis teknologi CDMA dan

resmi beroperasi secara komersial sejak 8 Desember 2003.

4. PT INDOSAT Tbk

PT Indosat Satellite Corporation Tbk (Indosat) didirikan pada tahun 1967

sebagai suatu badan usaha asing yang menyediakan layanan telekomunikasi

Internasional di Indonesia. PT Indosat ini mulai beroperasi pada tahun 1969 yang

ditandai dengan diresmikannya stasiun bumi Jatiluhur. Pada tahun 1980,

pemerintah Indonesia memiliki seluruh saham PT Indosat Tbk sehingga berubah


menjadi perusahaan BUMN. Pada tahun 1994, PT Indosat mendaftarkan

sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), dan The New

York Stock Exchange (Bursa Efek di NewYork) yang kemudian berhasil meraih

penghargaan sebagai perusahaan negara pertama yang terdaftar di Bursa Efek

Mancanegara

5. PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk

Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia mendirikan Perusahaan Negara

Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Namun, seiring perkembangan pesat

layanan telepon dan telex, pemerintah Indonesia mengeluarkan PP No. 30 tanggal

6 Juli 1965 untuk memisahkan industri pos dan telekomunikasi dalam PN Postel:

PN Pos dan Giro serta PN Telekomunikasi. Dengan pemisahan ini, setiap

perusahaan dapat fokus untuk mengelola portofolio bisnisnya masing-masing.

Terbentuknya PN Telekomunikasi ini menjadi cikal-bakal Telkom saat ini. Sejak

tahun 2016, manajemen Telkom menetapkan tanggal 6 Juli 1965 sebagai hari lahir

Telkom.

6. PT FIRST MEDIA Tbk

PT First Media Tbk awalnya didirikan pada 6 Januari 1994 dengan

nama PT Safira Ananda. Pada 1995, namanya menjadi PT Tanjung Bangun

Semesta, dan mulai beroperasi sebagai perusahaan internet kecil

di Surabaya. Pada tahun 1998, PT Tanjung Bangun mengakuisisi 78% saham PT

Aditirta Indonusa, yang memegang lisensi televisi berlangganan sejak 1996

dengan menggunakan sistem TV kabel (awalnya, PT Aditirta sempat

merencanakan beroperasi pada pertengahan 1996, dengan 25 kanal menggunakan


merek Multivision). Dengan akuisisi ini, PT Tanjung bisa bermain dalam bisnis

televisi berbayar kabel pertama di Indonesia. Pada 16 Juni 2007, Broadband

Multimedia mengganti namanya menjadi PT First Media Tbk, sekaligus

meluncurkan identitas dan merek baru sebagai penyedia layanan "Triple Play".

Kabelvision dan Digital1 disatukan di bawah produk HomeCable, sementara

MyNet menjadi FastNet. Lalu, di akhir Agustus 2007, Lippo Group

mengumumkan kucuran investasi sebesar $650 juta selama empat tahun kedepan

kepada First Media. Kucuran dana tadi akan diinvestasikan ke berbagai layanan

pengembangan konten dan belanja internet, TV kabel, HDTV, akses pita lebar,

layanan nirkabel, fasilitas pentimpanan data, serta layanan telepon. Dalam

kucuran dana tersebut, Lippo Group menggandeng perusahaan Shanghai Media

Entertainment Group (melalui anak perusahaan STR), Cisco, dan Motorola untuk

pembangunan jaringan serta pembiayaan proyek tersebut. First Media juga

memegang penuh kepemilikan saham PT Ayunda Prima Mitra yang menguasai

49% saham PT Direct Vision, perusahaan yang mengoperasikan jasa televisi

satelit Astro Nusantara. Astro Nusantara sendiri tidak beroperasi lagi sejak pada

tanggal 20 Oktober 2008. Di tahun yang sama, First Media memiliki sekitar

180.000 pelanggan internet dan sekitar 130.000 pelanggan televisi. Jaringan serat

optik First Media memiliki panjang 2.597 kilometer yang tersebar di Jabodetabek,

Surabaya, dan Bandung. First Media menargetkan satu juta rumah akan

terjangkau jaringan mereka sebelum awal 2009.


7. PT CENTRATAMA TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk

Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (dahulu Centrin Online Tbk)

(CENT) didirikan 11 Februaru 1987 dengan nama PT Centrindo Utama dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CENT bergerak di bidang investasi dan jasa.

Saat ini CENT berinvestasi pada PT Centratama Menara Indonesia (dahulu PT

Retower Asia) (anak usaha) yang bergerak di bidang jasa penyediaan, penyewaan

dan pengelolaan menara telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS)

serta alat, sarana atau instalasi penunjang telekomunikasi, jasa konsultasi dan

instalasi telekomunikasi, jasa konsultasi manajemen, bisnis administrasi dan

strategi pengembangan. Per Maret 2021 PT Centratama Menara Indonesia telah

memiliki 3.848 menara telekomunikasi yang tersebar di Indonesia Sebelum

Desember 2013, CENT bergerak di bidang usaha jasa telekomunikasi,

multimedia, internet service provider dan portal. Pada 12 Oktober 2001, CENT

memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham CENT (IPO) kepada masyarakat sebanyak

100.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran

Rp125,- per saham dan disertai 40.000.000 waran seri I. Saham dan waran seri I

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 01 Nopember

2001.
8. PT VISI TELEKOMUNIKASI INFRASTRUKTUR Tbk

Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (dahulu bernama Golden Retailindo

Tbk) (GOLD) didirikan dengan nama PT Bima Nuansa Cempaka tanggal 08

Nopember 1995. Sebelumnya GOLD bergerak dalam bidang manajemen

perdagangan retail dan pengelolaan mal termasuk di dalamnya department store

dan pengelola ruang sewa komersial untuk berbagai tenant seperti toko buku,

supermarket, food court, restaurant, salon, pakaian dan lain-lain dengan merk

dagang “Golden Truly“. Pada tanggal 25 Juni 2010, GOLD memperoleh

pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham GOLD (IPO) kepada masyarakat sebanyak 86.000.000 dengan nilai

nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp350,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal

07 Juli 2010.

9. PT JASNITA TELEKOMINDO Tbk

Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) didirikan pada tanggal 25 Januari 1996 dan

mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1997. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JAST adalah bergerak dalam bidang usaha

perdagangan besar, bukan mobil dan motor, telekomunikasi, aktivitas jasa

informasi, aktivitas administrasi kantor, aktivitas penunjang kantor dan aktivitas

penunjang usaha lainnya, aktivitas jasa keuangan, bukan asuransi dan dana

pensiun. Saat ini, kegiatan usaha utama JAST yaitu perdagangan besar peralatan

telekomunikasi, aktivitas telekomunikasi dengan kabel, aktivitas telekomunikasi

tanpa kabel, aktivitas telekomunikasi satelit, internet service provider, jasa sistim
komunikasi, aktivitas hosting dan yang berkaitan dengan itu, portal web atau

platform digital dengan tujuan komersial, aktivitas call centre. Pada tanggal 30

April 2019, JAST memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JAST (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 203.406.700 saham baru dengan nilai nominal Rp100,- per

saham dengan harga penawaran Rp246,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 2019.

10. PT SARANA MENARA NUSANTARA Tbk

Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) didirikan tanggal 2 Juni 2008 dan

memulai operasional secara komersial pada tanggal 2 Juni 2008. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup usaha TOWR adalah berusaha dalam

bidang aktivitas konsultasi manajemen lainnya, aktivitas perusahaan holding dan

konstruksi sentral telekomunikasi. Bidang usaha utama TOWR dan Anak Usaha

adalah penyewaan menara dan pemancar. Saat ini, investasi utama Sarana Menara

Nusantara Tbk adalah kepemilikan 99,9997% atas saham yang beredar dari PT

Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), sehingga sebagian besar

kegiatan usaha TOWR dijalankan oleh Protelindo. Pada tanggal 25 Februari 2010,

TOWR memperoleh Pernyataan Efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham TOWR (IPO) kepada masyarakat sebanyak

112.232.500 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga

penawaran sebesar Rp1.050,- per saham. Pada tanggal 8 Maret 2010, seluruh

saham tersebut telah dicatat di Bursa Efek Indonesia.


11. PT BALI TOWERINDO SENTRA Tbk

Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) (Balitower) didirikan tanggal 06 Juli

2006 dan memulai kegiatan komersial pada bulan Juli 2008. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Balitower adalah bergerak

dalam bidang konstruksi bangunan sipil, konstruksi khusus, perdagangan besar,

bukan mobil dan sepeda motor, telekomunikasi dan aktivitas jasa informasi.

Kegiatan usaha utama Balitower adalah pengelolaan dan penyewaan bangunan

menara atau menara telekomunikasi serta sarana telekomunikasi langsung maupun

melalui anak usaha, dengan lokasi menara tersebar di Propinsi Bali. Pada tanggal

04 Maret 2014, BALI memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BALI (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 88.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan

harga penawaran Rp400,- per saham disertai dengan Waran Seri I yang diberikan

secara cuma-cuma sebagai insentif sebanyak 176.000.000 dengan pelaksanaan

sebesar Rp400,- per saham. Setiap pemegang saham Waran berhak membeli satu

saham perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 13 September

2014 sampai dengan 12 Maret 2019. Saham dan waran tersebut dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Maret 2014.

12. PT DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI Tbk

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel adalah salah satu anak

perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk yang bergerak di bidang

penyediaan infrastruktur telekomunikasi. Mitratel mulai menapaki bisnis menara

telekomunikasi sejak tahun 2008. Sampai saat ini, Mitratel telah mengelola lebih
dari 36.719 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua

operator seluler Indonesia telah menjadi tenant dengan menempatkan perangkat

BTSnya di menara Mitratel.

13. PT GIHON TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk

Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) didirikan pada tanggal 27

Juli 2001 dan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 2001. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GHON adalah berusaha

dalam bidang jasa, khususnya penunjang telekomunikasi. Kegiatan usaha utama

GHON adalah menyewakan tower space pada sites sebagai tempat pemasangan

perangkat telekomunikasi milik penyewa untuk transmisi sinyal berdasarkan

skema perjanjian sewa jangka panjang. Saat ini, Gihon mengoperasikan sekitar

443 newsites menara telekomunikasi dan 192 kolokasi. Pada tanggal 26 Maret

2018, GHON memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GHON (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 152.882.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per

saham dengan harga penawaran Rp1.170,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 April 2018.

14. PT INTI BANGUN SEJAHTERA Tbk

Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) didirikan tanggal 28 April 2006 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan IBST adalah bergerak dalam bidang

konstruksi sentral telekomunikasi, instalasi telekomunikasi, perdagangan

peralatan komunikasi, aktivitas telekomunikasi, internet service provider, jasa


terkoneksi internet, jasa penyedia konten melalui jaringan, jasa multimedia

lainnya, aktivitas pengolahan data, aktivitas real estat dan aktivitas konsultasi

manajemen lainnya. Kegiatan utama IBST adalah jasa penguatan sinyal

telekomunikasi dan sewa serta pemeliharaan menara telekomunikasi, untuk

beberapa operator telekomunikasi, seperti: Smart Telecom, Indosat, Telkomsel,

XL Axiata, dan lain-lain, melalui penyewaan sewa operasi menara dan perangkat

telekomunikasi serta jaringan fiber optic yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat

ini IBST memiliki 3.160 menara (tower) dan 15.256 km panjang kabel fiber optic.

Pada tanggal 15 Agustus 2012, IBST memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IBST

(IPO) kepada masyarakat sebanyak 154.247.000 dengan nilai nominal Rp500,-

per saham dengan harga penawaran Rp1.000,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 31 Agustus 2012.

15. PT LCK GLOBAL KEDATON Tbk

LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) didirikan pada tanggal 31 Juli 2013.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LCKM adalah

bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan jasa konsultasi manajemen

dibidang telekomunikasi. Selain itu, LCKM juga melakukan jasa pekerjaan ICT

(Information & Communication Technology) dan Pekerjaan Sarana Penunjang

Base Transceiver Station (BTS) lainnya. Pada tanggal 29 Desember 2017, LCKM

memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham LCKM (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 200.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan
harga penawaran Rp208,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2018.

16. PT PROTECH MITRA PERKASA Tbk

Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA) didirikan tanggal 20 April 2006.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan OASA adalah

bergerak berusaha dalam bidang perdagangan, pengembangan dan jasa,

khususnya mekanik dan teknik sipil listrik. Kegiatan usaha utama Protech Mitra

Perkasa adalah bidang usaha jasa layanan pembangunan menara telekomunikasi

dan jasa layanan maintenance. Pada tanggal 28 Juni 2016, OASA memperoleh

pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham OASA (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 160.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan

harga penawaran Rp190,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Juli 2016.

17. PT SOLUSI TUNAS PRATAMA Tbk

Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) didirikan tanggal 25 Juli 2006 dan

mulai beroperasi secara komersial pada bulan Maret 2008. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha SUPR yaitu konstruksi sentral

telekomunikasi, real estat yang dimiliki sendiri atau disewa dan aktivitas

perusahaan holding. Saat ini, kegiatan usaha utama SUPR adalah pengelolaan dan

penyewaan bangunan Menara Base Transceiver Station (BTS) atau menara

telekomunikasi serta sarana telekomunikasi lainnya secara langsung maupun

melalui entitas anak. Per 31 Desember 2022, SUPR memiliki 6.903 menara dan
30 jaringan Indoor DAS (Distributed Antenna System). Pada tanggal 29

September 2011, SUPR memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK

untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SUPR (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 100.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp100,-

per saham dengan harga penawaran Rp3.400,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Oktober 2011.

18. PT TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk

Tower Bersama Infrastructure Tbk (dahulu PT Banyan Mas) (TBIG) didirikan

tanggal 8 Nopember 2004. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang

lingkup kegiatan usaha TBIG, antara lain, menjalankan usaha dalam bidang jasa

penunjang telekomunikasi, meliputi jasa persewaan dan pengelolaan menara Base

Transceiver Station (BTS), jasa konsultasi bidang instalasi telekomunikasi, serta

melakukan investasi atau penyertaan pada perusahaan lain. Kegiatan utama Tower

Bersama adalah melakukan investasi atau penyertaan pada anak usaha terutama

yang bergerak dalam bidang jasa penunjang telekomunikasi. Pada tanggal 15

Oktober 2010, TBIG memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TBIG (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 551.111.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham kepada

masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran perdana

sebesar Rp2.025,- per saham. Pada tanggal 26 Oktober 2010, seluruh saham

tersebut telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.


4.1.2 Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Perputaran modal kerja atau working capital turnover menurut Kasmir

(2012 : 182) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan

modal kerja Perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal

kerja berputar selama suatu periode. Untuk mengukur rasio ini, kita

membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja

rata-rata. Karena Perusahaan yang diteliti oleh peneliti adalah Perusahaan industry

jasa telekomunikasi, penjualan didalam rumus digantikan dengan pendapatan.

Rumus dalam pencarian perputaran modal kerja:

Penjualan Bersih
Perputaran modal kerja =
Modal Kerja

Data perputaran modal kerja (working capital turnover) Perusahaan

telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3 tahun terakhir dapat

dilihat pada:

Tabel 4.1 Perputaran Modal Kerja Perusahaan Telekomunikasi yang

Terdaftar di BEI tahun 2020-2022 (dalam jutaan rupiah)

Kode
No Tahun Penjualan Bersih Modal Kerja WCT
Emiten

1 2020 959.416 359.642 2,67

LINK 2021 1.265.574.584 75.600.000 1,67

2022 1.985.775.466 75.600.000 2,63

2 EXCL 2020 2.061.277 2.965.589 0,70


2021 1.303.500 2.664.387 0,49

2022 14.074.829 2.008.411 7,01

3 2020 23.882.451.060 713.340.973.067 0,03

FREN 2021 409.948.612.649 826.398.789.433 0,49

2022 1.077.925.182.622 826.398.789.433 1,3

4 2020 25.526.332 1.546.587 16,50

ISAT 2021 282.898.224.744 69.605.604.481 4,06

2022 277.712.433.188 69.605.604.481 3,98

5 2020 136.462.000.000 4.953.000.000 27,5

TLKM 2021 69.480.000.000 4.953.000.000 14,02

2022 71.983.000.000 4.953.0000.000 14,5

6 2020 188.697.000 47.723.000 3,95

KBLV 2021 740.356.675.430 601.957.112.556 1,22

2022 805.706.403.610 601.957.112.556 1,33

7 2020 1.096.044.000 129.009.000 8,49

CENT 2021 1.193.097.000 129.009.000 9,24

2022 1.736.350.000 3.118.346.000 0,56

8 2020 13.159.949 141.445.473 0,093

GOLD 2021 65.098.064.117 11.026.222.358 5,9

2022 66.186.786.107 11.026.222.357 6,01

9 2020 14.751.656.410 23.682.061.996 0,62

JAST 2021 11.966.894.443 23.682.061.996 0,51

2022 15.524.040.187 23.682.061.996 0,65

10 TOWR 2020 7.445.426 20.576.000 0,36


2021 8.635.346 20.576.000 0,42

2022 5.316.332 20.576.000 0,26

11 2020 84.403.215.805 159.999.203.328 0,52

BALI 2021 694.501.936.462 159.999.203.328 4,34

2022 735.405.362.098 159.999.203.328 4,59

12 2020 6.186.730.239 40.217.553 153,83

MTEL 2021 6.869.568.721 13.066.552.238 0,52

2022 7.728.929.831 13.082.011.307 0,59

13 2020 143.056.438 160.595.331 0,89

GHON 2021 56.880.609.872 29.367.881.564 1,93

2022 59.098.176.331 29.367.881.564 2,01

14 2020 834.256.474.756 601.957.112.556 1,38

IBST 2021 119.178.767.508 126.054.412.723 0,94

2022 88.538.571.932 126.054.412.723 0,70

15 2020 2.294.706.506 19.005.644.508 0,12

LCKM 2021 1.088.356.758 19.005.644.508 0,05

2022 9.875.682.570 19.005.644.508 0,51

16 2020 1.211.712.320 12.586.422.213 0,09

OASA 2021 3.410.781.850 12.586.422.213 0,27

2022 808.504.420 12.586.422.213 0,06

17 SUPR 2020 1.043.736 3.589.771 0,29

2021 1.043.181 4.050.261 0,25

2022 933.944 4.902.658 0,19


18 2020 1.066.576 520.500 2,05

TBIG 2021 689.836 641.456 1,07

2022 849.048 1.611.389 0,53

Sumber: data diolah penulis (2023)

4.1.3 Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera

jatuh tempo pada saat ditagih keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak

aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera

jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan

antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio yang lebih besar dari

100% mengartikan bahwa kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka

pendek cukup baik dan aktiva lancar tidak sepenulnya dibiayai dari kewajiban

lancar. Jika rasio lancar sama atau lebih kecil dari 100% mengartikan bahwa

perusahaan tergolong kurang mampu memenuhi kewaiiban lancarnya, dimana

aktiva lancar sepenuhnya dibiayai dengan menggunakan kewajiban lancarnya.

Rumus untuk menghitung Current Ratio yaitu :

Aktiva Lancar (current ratio)


Current Ratio = x 100%
Utang Lancar (current liabilities)
Data rasio lancar perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI Tahun

2020-2022 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rasio Lancar Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI

tahun 2020-2022 (dalam jutaan rupiah)

Kode
No Tahun Aktiva Lancar Liabilities Lancar Current Ratio
Emiten

1 2020 774.438 3.177.089 0,24

LINK 2021 1.153.286.914 1.040.742.901 1,11

2022 1.651.593.353 1.510.158.705 1,09

2 2020 7.571.123 29.750.405 0,25

EXCL 2021 10.580.245 10.230.049 1,03

2022 10.597.562 8.950.240 1,18

3 2020 2.646.319.224.796 8.417.955.655.404 0,31

FREN 2021 2.322.497.796.081 9.603.232.140.323 0,24

2022 2.364.667.930.207 8.658.869.351.727 0,27

4 2020 9.594.951 27.207.250 0,35

ISAT 2021 1.379.043.374.866 190.557.700.338 7,23

2022 1.399.542.395.692 190.610.830.774 7,34

5 2020 46.503.000.000 56.961.000.000 0,82

TLKM 2021 61.277.000.000 62.654.0000.0000 0,97

2022 61.420.000.000 57.706.000.0000 1,06

6 KBLV 2020 133.685.000 759.426.000 0,17

2021 2.296.081.016.362 2.144.756.202.779 1,07

2022 1.775.985.919.205 2.355.431.403.698 0,75


7 2020 1.116.644.000 174.026.000 6,41

CENT 2021 792.371.000 4.669.970.000 0,17

2022 1.945.018.000 18.111.574.000 0,10

8 2020 110.339.347 2.823.529 39,07

GOLD 2021 69.272.490.999 129.569.093.377 0,53

2022 50.679.991.304 93.552.275.067 0,54

9 2020 60.757.202.497 5.566.416.965 10,91

JAST 2021 24.856.317.173 4.026.354.761 6,17

2022 19.516.361.665 4.026.354.761 4,84

10 2020 3.002.332 16.840.314 0,17

TOWR 2021 7.398.138 31.886.390 0,23

2022 3.484.020 35.948.457 0,09

11 2020 401.196.606.179 1.829.812.485.240 0,21

BALI 2021 459.258.299.276 2.003.863.364.705 0,23

2022 313.634.544.075 2.033.005.413.774 0,15

12 2020 2.893.802.348 9.774.125.699 0,29

MTEL 2021 21.302.798.534 17.607.192.988 1,20

2022 7.886.437.733 12.063.572.448 0,65

13 2020 37.262.521 45.489.063 0,82

GHON 2021 430.194.381.586 20.738.972.473 20,74

2022 445.942.394.572 19.167.010.054 23,26

14 IBST 2020 1.380.008.830.013 3.016.521.818.693 0,45

2021 1.488.507.549.729 1.032.448.260.279 1,44


2022 1.553.373.174.181 1.034.922.921.652 1,50

15 2020 129.473.203.351 422.192.271 306,66

LCKM 2021 130.638.115.604 422.192.271 309,42

2022 138.502.868.892 415.149.335 333,62

16 2020 46.434.428.090 315.928.000 146,9

OASA 2021 47.633.770.259 81.486.000 584,5

2022 44.484.344.402 578.488.000 76,89

17 2020 1.444.271 7.620.662 0,18

SUPR 2021 1.932.729 5.723.992 0,33

2022 643.499 3.806.335 0,17

18 2020 3.227.394 13.439.589 0,24

TBIG 2021 3.021.253 23.648.772 0,12

2022 3.475.458 20.752.867 0,16

Sumber: data diolah penulis (2023)

4.1.4 Analisis dan Evaluasi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran modal

kerja variable independent dan current ratio variable dependen dapat dilihat pada

table dibawah ini.

Tabel 4.3 Hasil Analisis dan Evaluasi

No Kode Tahun Perputaran Modal Current Ratio


Emiten Kerja

1 2020 2,67 0,24

LINK 2021 1,67 1,11

2022 2,63 1,09

2 2020 0,70 0,25

EXCL 2021 0,49 1,03

2022 7,01 1,18

3 2020 0,03 0,31

FREN 2021 0,49 0,24

2022 1,3 0,27

4 2020 16,50 0,35

ISAT 2021 4,06 7,23

2022 3,98 7,34

5 2020 27,5 0,82

TLKM 2021 14,02 0,97

2022 14,5 1,06

6 2020 3,95 0,17

KBLV 2021 1,22 1,07

2022 1,33 0,75

7 2020 8,49 6,41

CENT 2021 9,24 0,17

2022 0,56 0,10

8 GOLD 2020 0,093 39,07

2021 5,9 0,53


2022 6,01 0,54

9 2020 0,62 10,91

JAST 2021 0,51 6,17

2022 0,65 4,84

10 2020 0,36 0,17

TOWR 2021 0,42 0,23

2022 0,26 0,09

11 2020 0,52 0,21

BALI 2021 4,34 0,23

2022 4,59 0,15

12 MTEL 2020 153,83 0,29

2021 0,52 1,20

2022 0,59 0,65

13 2020 0,89 0,82

GHON 2021 1,93 20,74

2022 2,01 23,26

14 2020 1,38 0,45

IBST 2021 0,94 1,44

2022 0,70 1,50

15 2020 0,12 306,66

LCKM 2021 0,05 309,42

2022 0,51 333,62

16 OASA 2020 0,09 146,9


2021 0,27 584,5

2022 0,06 76,89

17 2020 0,29 0,18

SUPR 2021 0,25 /0,33

2022 0,19 0,17

18 2020 2,05 0,24

TBIG 2021 1,07 0,12

2022 0,53 0,16

Sumber: data diolah penulis (2023)

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk menunjukkan data (N)

serta memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian di dalam suatu

penelitian. Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan

standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil analisis dengan

statistik deskriptif dari sampel perusahaan Telekomunikasi tahun 2020-2022

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Perputaran 54 0,03 153,83 2,8074 21,8435


Modal Kerja

Current Ratio 54 0,09 584,5 35,2748 58,9428

Valid N 54

(listwise)

Sumber: hasil olahan penulis dengan program SPSS statistic

Dari tabel di atas dapat dijelaskan :

1. Variabel perputaran modal kerja (X) pada tabel memiliki nilai minimum

0,03 dan nilai maksimum 153,83 dengan rata-rata perputaran modal kerja

2,8074dan standar deviasi 21,8435. Hal ini menielaskan bahwa nilai

minimum perputaran modal kerja perusahaan Telekomunikasi dari tahun

2020-2022 adalah 0,03 dan nilai maksimum 153,83 sebesar dengan rata-

rata perputaran modal kerja 2,8074 dan standar deviasi 21,8435 dengan

jumlah data yang diteliti 54.

2. Variabel Current Ratio (Y) pada tabel memiliki nilai minimum 0,09 dan

nilai maksimum 584,5 dengan rata-rata Current Ratio 35,2748 dan standar

deviasi 58,9428. Hal ini menjelaskan bahwa nilai minimum Current Ratio

perusahaan Telekomunikasi dari tahun 2020-2022 adalah 0,09 dan nilai

maksimum sebesar 584,5 dengan rata-rata Current Ratio 35,2748 dan

standar deviasi 58,9428 dengan jumlah data yang diteliti 54.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas
Uii normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel residual

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini

menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan

membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

Tabel 4.5 Hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Sumber : Hasil olahan penulis dengan program SPSS statistic

Seperti tabel 4.5 menunjukkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

adalah 0,406 dan signifikan pada 0,001. Terdistribusi secara tidak normal karena

nilai signifikansinya menunjukkan nilai lebih kecil dari 0,05 (0,01<0,05). Data

yang terdistribusi tidak normal tersebut juga dapat dilihat pada grafik Histogram

dan grafik P-Plot data.

Sumber : Hasil olahan penulis dengan program SPSS statistic


Gambar 4.1 Histogram

Grafik histogram diatas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara

tidak normal, hal ini dapat dilihat dari grafik histogram menunjukkan distribusi

data tidak mengikuti garis diagonal yang ke kanan. Hal ini juga didukung dengan

hail uji normalitas dengan menggunakan grafik Plot sebagai berikut:

Sumber : Hasil olahan penulis dengan program SPSS statistic

Gambar 4.2 Grafik normal P-P Plot

Pada grafik P-P Plot terlihat titik-titik yang tidak mengikuti garis diagonal

yang menunjukkan data terdistribusi tidak normal. Kedua grafik tersebut

menunjukkan bahwa model regresi tidak layak digunakan memenuhi uji

normalitas data.

4.4 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji satu variabel

independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi dapat dilihat dari
tabel uji Coefficient berdasarkan Output SPSS statistic pada variabel perputaran

modal kerja terhadap likuiditas seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.6 : Hasil uji regresi linier sederhana

Sumber : Hasil olahan penulis dengan program SPSS statistic

Pada tabel Coefficient yang dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris

pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selaniutnya menuniukkan konstanta

variabel independent. Berdasarkan tabel diatas maka model regresi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

y = 2479,414 – 0,250X

Berdasarkan model regresi dan tabel 4.6 diatas maka hasil regresi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a) adalah 2479,414 sehingga besaran konstanta menunjukkan

bahwa jika perputaran modal kerja diasumsikan konstan maka variable

dependen yaitu likuiditas sebesar 2479,414.

2. Nilai koefisien variabel perputaran modal kerja (b) bernilai negative yaitu -

0,250. Hal ini menunjukkan apabila perputaran modal kerja meningkat 1 satuan

maka akan menyebabkan penurunan likuiditas sebesar 0,250 dengan asumsi

variabel bebas lainnya konstan.


4.5 Uji Hipotesis

4.5.1 Uji Signifikan

Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent

secara individual. Pengujian regresi digunakan penguian dua arah (two tailed test)

dengan menggunakan α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah

sebesar 95%.

Tabel 4.7 Hasil Uji t berdasarkan nilai Current Ratio

Sumber : Hasil olahan penulis dengan program SPSS versi 25

Dari tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa t hitung sebesar -5,11 dan t

tabel dicari pada signifikansi 0,05/2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan

df = n-2 atau 54-2 = 52 maka hasil diperoleh untuk tabel sebesar 2.00665. Dan

dilihat dari tingkat signifikansi diketahui bahwa signifikansi 0,612 > 0,05 maka

Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja tidak

berpengaruh terhadap likuiditas.

4.5.2 Uji Koefisien Determinasi


Tabel 4.8 Hasil koefisien determinan (R2)

Hasil Koefisien Determinan (R2)

Sumb

er : Hasil olahan penulis dengan program SPSS statistic

Nilai R menerangkan tingkat hubungan antar variabel independen (X)

dengan variabel dependen (X). Dari hasil olahan data diperoleh nilai koefisien

korelasi sebesar 0,071 artinya hubungan variabel X terhadap variabel Y dalam

kategori rendah.

R Square menjelaskan seberapa besar variabel Y dipengaruhi oleh variabel

x, dari hasil perhitungan diperoleh nilai R Square sebesar 0,005 atau 0,5%. Yang

artinya 0,5% likuiditas dipengaruhi oleh satu variabel bebas yaitu perputaran

modal kerja dan sisanya 99,95% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti oleh penulis.

4.6 Interpretasi Hasil

4.6.1 Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas

Berdasarkan hasil penelitian yang di uraikan secara statistik dengan menggunakan

program SPSS statistic, maka dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja tidak

berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada Perusahaan Telekomunikasi yang

terdaflar di Busa Efek Indonesia. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil


analisis koefisien korelasi antara perputaran modal kerja dan likuiditas dengan R

0,071 berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen (likuiditas)

dengan variabel independen (perputaran modal kerja) tingkat hubungan rendah.

Hal tersebut menuniukkan apabila nilai perputaran modal keria mengalami

peningkatan maka nilai likuiditas hanya mengalami sedikit peningkatan.

Demikian juga sebaliknya jika perputaran modal keria mengalami penurunan

maka nilai likuiditas akan mengalami sedikit penurunan. Hasil analisis koefisien

determinasi (R Square) dengan nilai 0,005 atau 0,5% variasi dari likuiditas

dijelaskan oleh variabel independen (perputaran modal kerja) dan sisanya 99,95%

variasi likuiditas dijelaskan oleh variasi atau faktor-faktor lainnya berdasarkan

hasil analisis regresi. Selanjutnya hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan hasil

pengujian hipotesis dengan uji t dimana variabel perputaran modal kerja

mempunyai nilai signifikansi 0,612 nilai ini lebih besar dari nilai likuiditas 0,05

berarti tidak mempunyai hubungan yang signifikan dan nilai t hitung sebesar -5,11

yang lebih besar dari nilai t tabel 2,00665. Berarti bahwa perputaran modal kerja

tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan Telekomunikasi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2020-2022. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Farhan (2005) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan

tingkat likuiditas perusahaan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh perputaran modal

kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai

konstanta (a) sebesar 2479,414 yang menunjukkan jika perputaran modal kerja

diasumsukan 2479,414 maka variabel likuiditas memiliki nilai sebesar

2479,414. Nilai koefisien variabel independen menunjukkan nilai negative

sebesar - 0,250, sehingga jika perputaran modal kerja meningkat 1 satuan maka

menyebabkan penurunan terhadap variabel likuiditas sebesar 0,250.

2. Dari hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel independen dan variabel

dependen tidak berpengaruh dimana variabel perputaran modal kerja sebesar -

0,511 dengan nilai signifikan 0,612, sedangkan t tabel adalah 2.00665 sehingga

nilai thung < tabel (-0,511 < 2.00665) dan Signifikansi juga menunjukkan

0,612 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja tidak

berpengaruh terhadap likuiditas. Nilai R menunjukkan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil yang diperoleh

menunjukkan hubungan antara kedua variabel sebesar 0,071 yang artinya

hubungan antara variabel X dengan variabel Y rendah.

75
3. Nilai R Square merupakan koefisien determinasi dengan nilai 0,005 atau 0,5%

perputaran modal kerja mempengaruhi likuiditas dan sisanya 99,95%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :

a. Penelitian ini hanya mengambil jangka waktu 3 tahun yakni dari tahun 2020

sampai dengan tahun 2022 sehingga data yang diambil ada kemungkinan

kurang mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang.

b. Keterbatasan ilmu peneliti dalam bidang telekomunikasi sehingga belum dapat

menggali lebih dalam informasi yang berhubungan dengan perusahaan

Telekomunikasi tersebut.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Perusahaan diharapkan mampu menjalankan atau mengontrol tinakat likuiditas

dan perputaran modal kerja perusahaan, karena ini sangat bermanfaat untuk

mengukur prestasi kerja perusahan selama periode tertentu, sehingga

diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi dan analisis bagi penentuan

kebijakan periode selanjutnya.


2. Hasil koefisien determinasi 0,051, menunjukkan kemampuan variabel bebas

mempengaruhi variabel terikatnya hanya 5,1%. Jadi, pengaruh antara ke dua

variabel masih sangat kecil, oleh karena itu bagi peneliti yang akan meneliti

dengan judul yang sama, sebaiknya menambah jumlah variabel bebas

(independen) agar hasil penelitian dapat lebih baik lagi dalam membuktikan

hipotesis.

Anda mungkin juga menyukai