PENDAHULUAN
yang busuk1.
1
H.Elwi Danil, Korupsi(Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya) RajaGranfindo,Jakarta.Hlm
3.Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini mewarnai perbendaharaan kata dalam bahasa berbagai
Negara, termasuk bahasa Indonesia. Istilah korupsi sering dikaitkan dengan ketidakjujuran atau kecurangan
seseorang dalam bidang keuangan. Dengan demikian melakukan korupsi berarti melakukan kecurangan
atau penyimpangan menyangkut uang.
1
orang lain, bersamaan dengan kewajiban dan hak-hak lain dari pihak
lain2.
2
Ibid.hlm 3. Black,Henry Campbell,Black’s Law Dictionery WithPronounciantions,(St Paul,Minn:West
Publishing Co,1983),Hlm.182.Termasuk pula dalam pengertian “corruption” menurut Balck adalah
perbuatan seorang pejabat yang secara melawan hukum menggunakan jabatanya untuk mendapatkan
sesuatu keuntungan yang berlawanan dengan kewajiban.
3
Vito Tanzi,Corruption,Governmental Activities,and Markets,IMF Working Paper,Agustus 1994
2
perbuatan-perbuatan yang memenuhi rumusan delik, yang merugikan
berikut:
Pidana Korupsi)
yang diatur dalam pasal 5 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 6 ayat (1)
3
c) Kelompok delik penggelapan (sebagaimana diatur dalam Pasal
Pidana Korupsi)
Korupsi)
4
Berdasarkan 6 (enam) kelompok delik di atas hanya satu
4
Ensiklopedia Indonesia 1983,Jilid 4 Iktiar Baru Van Houven& Elsevier Publishing Projeck,Jakarta,
hal.1876
5
seperti kata yang diganti/diubah secara tidak tepat dalam suatu
umum).
5
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua.Penerbit Sinar Grafika.Jakarta13220. Hlm.9. Dikatakan
pula, disguised payment in the form of gifts, legal fees, employment, favors to relatives,social influence, or
any relationship that sacrifices the public and wefare, with or whihout the implied payment of money, is
usually considered corrupt (pembayaran tersebung dalam bentuk pemberian hadiah, ongkos administrasi,
pelayanan,pemberian hadiah kepada sanak keluarga, pengaruh kedudukan soaial,atau hubungan apa saja
yang merugikan kepentingan dan kesejateraan umum dengan atau tanpa pembayaran uang, biasa dianggap
sebagai perbuatan korupsi).
6
Lebih lanjut Baharudin Lopa mengatakan bahwa pembayaran
7
Menurut Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang
perbuatan memperkaya diri sendiri dan atau orang lain atau suatu
6
Ibid Hlm 9. Ia menguraikan pula bentuk korupsi yang lain, yang diistilahkan political corruption (Korupsi
politik) adalah electoral corruption includes purchase of vote with money, promises of office or special
favors, coercion, intimidation, and interference with administrative of judicial decision, or governmental
oppointment (Korupsi pada penelitian umum,termasuk memperoleh suara dengan uang, janji, dengan
jabatan atau hadiah khusus, paksaan, intimidasi dan campur tangan terhadap kebebasan memilih.
7
Adami Chazawi,Hukum Pidana Korupsi di Indonesia ( edisi Revisi ) Penerbit PT RajaGrafindo Jkt-hlm 2
7
korporasi yang dapat merugiakn keuangan negara atau perekonomian
negara.8.
b. Sifat Korupsi
bentuk yaitu:
8
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 ayat (1).
8
pejabat itu tidak mempedulikan janji kepada orang yang memberi suap
kepentingan politik
Contoh:
9
pendapatan tambahan. Dalam kasus ini sulit dibuktikan
Contoh
10
pelelangan atau tender dapat dikecualikan dengan syarat harus
Contoh
d. Ciri-ciri Korupsi
Ciri korupsi dijelaskan dalam oleh Shed Husein Alatas dalam bukunya
9
. Sheid Husein Alatas, 2006, Sosiologi Korupsi, hal. 21.
11
b) Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali
balik.
itu.
kepercayaan.
12
a. Sifat tamak dan keserakahan
Apabila dilihat dari segi pelaku korupsi, sebab- sebab dia melakukan
korupsi dapat berupa dorong dari dalam dirinya, yang dapat pula
orang lain
13
Jika pemimpin organisasinya gaya hidupnya mewah maka jangan
melakukan korupsi.
dilayani.
14
Kemungkinan lain orang melakukan korupsi adalah malas
cukup singkat.
pelaku korupsi
15
1. Tindak Pidana Korupsi Dengan Memperkaya Diri Sendiri ,
terdiri atas:
Perbuatan .
16
Dalam pasal 1 ayat (1) sub adari UU no 3/1971
17
perbuatan yang dikategorikan sebagai
18
didasarkan pada peraturan perundang
tersebut.
19
diri dengan menyalagunakan
20
Memperkaya diri suatu korporasi
Melawan Hukum
perbuatan.
dua, yakni :
21
Apabila sifat terlarangnya berasal dari masyarakat berupa
materil.
perekonomian Negara.
maupun daerah,
22
perusahaan yang menyertakan modalpihak ketiga
dikurangi pengeluaran ).
perundang- undangan,
23
negara, yang menyimpang dari ketentuan perundang –undangan yang
berlaku,
yang berlaku.
24
d) Dikeluarkannya atau digunakannya sejumlah uang Negara yang tidak
Negara
g) Digunakannya uang Negara untuk – hal- hal/ atau tujuan yang tidak
1999:
Pelaku
25
Melawan hokum, pengertian secara melawan hokum
26
umumnya. Hal ini sangat bertentangan dengan dengan
27
Menyalagunakan kewenangan, kesempatan,atau
kedudukan
Negara .
dalam Pasal 2 ayat (2 ) yakni, semua unsur yang ada dalam pasal
28
1) Perbuatan menyalagunakan kewenangan karena jabatan
atau kedudukan.
jabatan tersebut.
29
jabatan tersebut, dalam menjalankan tugas jabatan dibebani
tujuan tertentu,
30
Contoh : kepala dinas kebersihan Kota menggunakan truk
kedudukan
Negara
suatu korporasi
9)
31
jasa, yang terpenting sesuatu itu bernilai atau berharga
dalam kekuasannya.
32
Unsure – unsurnya Pasal 5 ayat ( 1 ) huruf a
Setiap, orang ,
Member atau menjanjikan sesuatu,
Pegawai negeri atau penyelenggara Negara,
Dengan maksud suapaya pegawai negeri atau
penyelenggara Negara tersebut berbuata atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.
Sedangkan unsure- unsure dari pasal 5 ayat ( 1
)huruf b :
Setiap orang
Member sesuatu
Pegawai negeri atau penyelenggara Negara,
Karena atau berhubungan dengan sesuatu
yang bertentangan dengan kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
Pasal 5 ayat ( 2 ) UU No tahun 2001
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ( 1 )
huruf a atau b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1 ).
Unsure – unsure nya adalah
Pegawai negeri atau penyelenggara
Negara
Menerima pemberian atau janji
33
Berbuat atau tidak berbua sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya.
Pasal 6 ayat (1 ) huruf a dan huruf b UU No
20 Tahun 2001
Member atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili
atau,
Member atau menjanjikan sesuatu
kepada seseorang yang menurut
peraturan perundang- undangan
ditentukan untuk menjadi advokad
untuk menghadiri siding pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi
nasehata atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan dengan
perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili,
Unsure- unsure Pasal 6 ayat ( 1 ) huruf
a:
Setiap orang
Member atau menjanjikan
sesuatu
Hakim
Dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara
yang diserahkan kepadanya
untuk diadili.
34
Unsure – unsure Pasal 6 ayat ( 1 )
huruf b :
Setiap orang
Member atau menjanjikan
sesuatu
Seseorang yang menurut
peraturan perundangan –
undangan ditentukan menjadi
advokad untuk menghadiri
siding pengadilan
Dengan maksud untuk
mempengaruhi nasehat atau
pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepadanya.
4. Tindak Pidana Korupsi Penyuapan pada Hakim dan Advokad (
Pasal 6 )
35
Yang menyuruh melakukan,
Serta penganjur,
36
a) Orang yang melakukan ( pleger ) adalah seorang yang
misalnya :
37
melmparkan granat itu, sehingga B mati, maka C
sebagai pembakar.
38
menyuruh seorang agen polisi dibawah
polisi.
39
c) Orang turut melakukan ( medepleger ) “turut
40
Pertanggungjawaban si pembujuk hanya terletak pada
Contoh :
41
Akibat banyaknya pejabat yang melakukan korupsi
dari korupsi.
42
Penerimaan pendapatan Negara untuk pembangunan
tersebut.
43
akan melupakan segala sesuatu yang menjadi tugasnya serta
korupsi ditiru oleh generasi muda, jika hal ini terjadi maka cita-
hal ini bukan hanya terletak pada penegak hukum saja akan
44
Penyimpangan anggaran seperti korupsi dan penyalagunaan
Keuangan Negara
45
anggaran yang baik seperti partisipasi dan transparansi,
aling.
pengangguran.
46
Terjadinya Pemerintahan Boneka
47
turut terlibat dalam korupsi. Berdasarkan fenomena-
nepotisme,
48
menanganinya. Badan khusus dimaksud dalam pasal 43
yang ringan,
49
3) Setelah dilaporkan ke penegak hukum dan dilakukan
tidak seimbang .
Terbalik.
50
kewajiban tetapi sebagai hak ( relative ) karena itu wajib
51
dengan pengawasan yang ketat sesuai dengan prisip undang –
undang.
dalam bentuk :
52
4) Hak untuk mendapat jawaban atas laporan yang telah
1) Pidana penjara
lama 20 tahun,
2) Denda,
53
3) Pemberatan
bagi:
g. Itikad Pimpinan
54
BAB II
55
Pencucian uang menurut Yunus Husein telah dikenal sejak
10
Yunus Husein,Bunga Rampai Pencucian Uang.Bandung,Books Terrance &Library 2007,Hlm 4
56
pencucian uang dan mekanisme penegakan hukum melampaui batas
yang sah.12
11
Gerrner,Bryan.A.Blak’s Law Dictionery . Massachusets:Thomson West.2004
12
Philips Darwin.Money Laundering, Cara memahami dengan tepat dan benar soal pencucian uang.hlm
10. Penerbit Sinar Ilmu.
57
Selain itu, dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8
harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian
13
Undang-undang No 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
58
Kegiatan organisasi, kejahatn ekonomi, kejahatan korporasi,
aktivitas kejahatan.
kedalam jumlah yang lebih kecil sehingga uang tersebut dapat diserap
dalam peredaran secara tidak kentara. Uang hasil korupsi itu harus
59
banyaknya Unsur yang harus dipenuhi atau dibuktikan sehingga
menyulitkan dalam pemeriksaan.
b) Kedua, kurang sistematis dan tidak jelasnya klasifikasi
perbuatan yang dapat dijatuhi sanksi berikut bentuk-bentuk
sanksinya.
c) Ketiga, masih terbatasnya pihak pelapor yang harus
menyampaikan laporan kepada PPATK termasuk jenis
pelaporannya
d) Keempat, perlu pengukuhan penerapan prinsip mengenali
pengguna jasa oleh seluruh pihak pelapor.
e) Kelima, terbatasnya instrument formal untuk melakukan
deteksi dan penafsiran serta penyitaan asset hasil kejahatan.
f) Keenam, terbatasnya pihak yang berwenang melakukan
penyidikan tindak pidana pencucian uang.
g) Ketujuh, keterbatasan wewenang dari PPATK14.
Hal ini tentu akan memberikan kemudahan bagi pelaku
kejahatannya.
14
Undang –Undang Nomor 15 Tahun 2002, Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang –undang
Nomor 25 Tahun Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun2002 Tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang.
60
undang Nomor 8 tahun 2010 Tentang Perubahan atas Undang-undang
uang,
15
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 .Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
61
dimaksud dalam Pasal 40 hruf c.PPATK mempunyai
pelapor
melanggar janji
62
a) Faktor penyebab
dibawah ini;
63
batas negara. Dengan internet dunia menjadi satu
bersifat transnasional.
kehahasiaan bank.
64
Ketentuan perbankan di satu negara yang
E –ekonomi
jual- beli.
Layering
65
Dengan teknik Layering, nasabah atau deposan
66
C. Pencucian Uang Menurut UU TPPU Nomor 8 Tahun 2010
67
berdasarkan asas ratio pricipple (d) adanya kesepakatan sosial.Terkait
keuangan global.
defenisi dalam tindak pidana antara lain berkaitan dengan asas; Lex
certa yaitu Nullum crimen sine lege stricta atau tiada suatu kejahatan
tanpa peraturan yang jelas dan terbatas. Hal ini menunjukan bahwa
68
Implikasinya akan menunjukan merumuskan delik, siapa yang
69
b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan
berguna
e. Memaafkan Terpidana
sebaliknya. Kalau dua hal ini terjadi maka akan timbul keragu-raguan
70
Pasal 1 ayat (1) undang-undang Nomor 8 Tahun 2010
mencurigakan adalah:
71
b. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga
a. Korupsi,
b. Penyuapan
c. Narkotika
d. Psikotropika
72
f. Penyulundupan migrant
g. Di bidang perbankan
i. Di bidang perasuransian
j. Di bidang kepaeanan
k. Cukai
l. Perdagangan orang
n. Terorisme
o. Penculikan
p. Pencurian
q. Penggelapan
r. Penipuan
s. Pemalsuan uang
t. Perjudian
u. Prostitusi
v. Perpajakan
w. Kehutanan
x. Lingkungan hidup
73
y. Bidang kelautan
hukum Indonesia.
74
s
BAB III
UANG
kasus-kasus besar yang secara material sangat besar dan karena itu
75
dalam hal kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang lagi
musuh umat manusia, dan karena itu harus diperangi. Korupsi telah
76
1. Kasus kurupsi Hambalang yang melibatkan Menpora Dr .Andi
Malarangen
Tambunan
Hasan isak
77
10.Kasus Korupsi yang dilakukan oleh Bambang Sutrisno dan
Bank Surya.
78
kasus-kasus korupsi tersebut. Di sini hanya akan diuraikan secara
pengadilan Tipikor.
79
KPK mencapai 800 miliar. Disamping itu KPK juga menerima
2011 masih 6,31. Ini adalah ukuran untuk sektor pelayanan publik.
80
Dicermati bahwa upaya pemberantasan korupsi masih
pidana korupsi.
kepentingan pribadi.
81
Baik korupsi maupun money laundering, sama-sama berobjek
yang dihasilkannya adalah uang rusak atau uang bobrok yakni uang
uang atau uang sebagai objek dari pencucian uang adalah ‘uang kotor’
a. Cara mendapatkan.
a.1.Money Loundring
17
. Ivan Yustiavandana, 20010, dalam bukunya Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal, hal. 11
18
. Adrian Sutei, 2008, mengutip pendapat Sarah N. Welling, menyebutkan imoney laundering sebagai
uang haram atau uang kotor, serta member alas an penyebab uang dapat menjadi kotor karena dua alas an,
hlm. 16.
82
yang sebenarnya diperoleh. Jadi selisih uang yang tidak dilapor
83
perdagangan senjata gelap; terorisme; penculikan;
Indonesia.
84
kepustakaan, memperlihatkan bahwa perbuatan yang
Pidana.
85
sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara
pengurusnya;
86
5) Harta benda seseorang atau suatu badan yang
b. Faktor Pendorong.
negara, yakni :
1. Faktor globalisasi.
87
ekonomi, dimana uang yang sehat pada setiap Negara
Costumers”
samara (anonim).
88
Dengan diperkenalkannya system ini dalam perbankan,
laundering.
laundering.
7. Faktor Layering
89
penyimpan pertama tidak diketahui secara jelas, karena
petugas.
90
Belum adanya peraturan-peraturan money londring di
91
Ketentuan hokum dimana hubungan lawyer dengan
diungkapkan.
Pimpinan/Wakil Rakyat.
19
. Hamid Basyaib, 2002, menutip pendapat Hartarti dalam bkunya Korupsi : Mencuri Uang Rakyat, hlm.
11.
92
maupun pengawasan masyarakat, seolalah-olah tidak
ada.
3) Perilaku Masyarakat.
93
merepotkannya, juga dengan perimbangan laporan
jalannya pemerintahan.
4) Manajemen
94
dengan mengamati secara cermat hal-hal yang rawan
c. Kenaikan pangkat
5) Kesejahteraan
95
pelayanannya. Kondisi-kondisi inilah yang dapat
c. Tahapan Proses
yakni :
1) Tahapan placement
96
Negara yang bersangkutan, melainkan juga telah masuk
Negara lain.
kredit/pembiayaan.
97
hadiah yang nilainya mahal sebagai
2) Tahap layering
wilayah/Negara.
98
Memindahkan uang tunai lintas batas Negara, baik
shell company.
99
Dimana setiap prosedur placement yang berarti
3) Tahap integration
100
menghilangkan asal-usul uang sehingga hasil akhirnya
d. Modusnya
101
usaha lain. Keuntungan usaha lain ini dinikmati sebagai
tersebut.
102
dengan uang haram tersebut didirikan perusahaan
luar negeri.
103
Melaui pinjaman luar negeri
luar negeri.
perencanaan.
104
Sebagai contoh, “sebuah instansi atau departemen
a) Tahap Perencanan
diperlukan.
di Departemen/Kanwil Perdagangan.
105
- Adanya berita acara penerimaan dan pemeriksaan
digunakan.
dapat ditemukan.
dilaksanakan adalah :
106
- DO diterbitkan oleh penyslur, bukan oleh PT X.
dalam kontrak
Pasal 2 :
107
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
rupiah).
dijatuhkan.
Pasal 3 :
pidana pnjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua
108
puluh juta) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
tersebut di atas.
20
. Ivan yustianadana, 2010, mengutp pendapat Welling mengenai money laundering dalam bukunya
berjudul : Pencucian Uang di Pasar Modal, hlm. 10.
109
pengaburan, menyembunyikan, uang-uang illegal melalui sistem
110
Selain Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pencegahan dan
111
“Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
112
tahun 2001. Sedangkan Undang-Undang Pemberantasan Tindak
113
Penulis dengan tegas menyatakan dapat diterapkannya
pidana korupsi.
114
Dan jika sebelum diberlakukannya Undang-Undang
Uang, karena uang hasil korupsi adalah juga uang ‘kotor’ atau uang
atas.
115
Jastifikasi atau pembenaran secara teoritis maupun secara
116
pada kedua alasan pembenar di atas, juga hasil analisis
ini.
yang turut bersalah bukan saja pada pelaku atau pejabat yang
117
(upaya menarik kembali uang negara yang ada ditangan
koruptor)
118
pencucian uang maka, dapat penulis tegaskan dalam analisis
atau diungkap.
119
korupsi, dan karena itu pembuktian tindak pidana korupsi di
120
undang Nomor 31 Tahun 1999, dikatakan bahwa
harta benda istrinya, atau suami, anak, dan harta benda setiap
121
sebagai input yang tidak berimbang dengan out put, atau
dengan kata lain in put lebih kecil dari out put. Dengan
baginya.
122
iv. Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh
bersangkutan.
pidana korupsi.
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), penuntut umum tetap
123
menentukan bahwa jaksa yang wajib membuktikan
berbunyi :
Pasal 37 A :
124
dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diduga
125
undangan tentang korupsi, yakni Undnag-Undang Nomor 31
dapat menggunakan
126
Selama ini secara empiris, hampir pasti belum pernah
lanjutannya.
127
crime) seperti penggelapan, penipuan, penyelundupan,
dan transnasional.
128
kejahatan. Proses tersebut untuk kepentingan penghilangan
uang ini.
129
pidana korupsi, walaupun nantinya jaksa pun akan
Uang. Dan lagi karena sifat dari undang undang ini mancari
130
dijumpai. Karena melaui Pusat Pelaporan dan Analisis
131
Daftar Pustaka
Buku-Buku :
Basyaib Hamid dkk, 2002, Mencuri Uang Rakyat 116 Kajian Korupsi
Inpres Nomor 4
Hartanti Evi, Tipikor Edisi Ke-II, Penerbit, Sinar Grafika, Jakarta, Mei
2008
132
Hartono C.F.G. Sunaryati, 1999, Penelitian Hukum Di Indonesia Abad 20
Jakarta.
Indonesia”. Jakarta.
M Lubis & J.C. Scott, 2000, Korupsi Politik, Penerbit, Yayasan Obor
Indonesia, Jakara.
133
Mulyadi Lili, 2010 Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Normatif, Teoritis,
Nyrdjana IGM Sistem Hukum Pidana Dan Bahaya Laten Korups, Penerbit
Pertama, Bandung
Rengka Frans, 2008, Hukum HAM Dan Korupsi, Penerbit, Genta Press,
Semarang.
Pustaka Sadigah
Surabaya 2006
Working Paper.
134
Waluyo Bambang, “ Penelitian Hukum Dan Praktek”_Penerbit, Sinar
Grafika
Peraturan Perundangan :
Pidana Korupsi
Kamus/Ensiklopedia :
135