Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM MELAKUKAN

TINDAK PIDANA ABORSI (Studi Kasus Putusan Pn Jambi Nomor


752/Pid.Sus/2020/Pn Jmb)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Skripsi

Oleh:
NURUL AINI
NIM: 102200022

Pembimbing:
Dr. Robi’atul Adawiyah, SHI., MHI

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1442 H / 2023 M
PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : NURUL AINI

NIM : 102200022

SEMESTER : VI (ENAM)

PRODI : HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS : SYARI’AH

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM


MELAKUKAN TINDAK PIDANA ABORSI (Studi
Kasus Putusan Pn Jambi Nomor 752/Pid.Sus/2020/Pn
Jmb)

A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan aborsi sebenarnya membicarakan perempuan. Membahas

aborsi berarti membahas persoalan kehidupan perempuan. Hal ini dapat

dibenarkan karena perempuan dipandang sebagai pelaku aborsi, yang secara

faktual ini benar-benar terjadi dan ada di masyarakat. Faktanya, tidak kurang dari

2 juta perempuan Indonesia setiap tahun melakukan aborsi karena Kehamilan

yang Tidak Diinginkan (KTD).1

Dari fakta tersebut dapatlah dijelaskan bahwa ternyata banyak perempuan

yang melakukan aborsi, yang secara sadar atau tidak sebenarnya beresiko tinggi

terhadap kesehatan dan keselamatan jiwanya sendiri dan anak yang

dikandungnya. Karena itu perempuan harus banyak diberikan pengetahuan dan

1
Harkrisnowo, Harkristuti, “Aborsi ditinjau dari Perspektif Hukum”, (Jakarta: PPFNU, 2000
), hlm. 12.

1
pemahaman tentang dampak negatif aborsi sekaligus diberikan pencerahan

spiritual agar tidak dengan mudah melalukannya tindakan aborsi tersebut apapun

alasannya, walaupun sebenarnya hal itu merupakan hak reproduksi atau bentuk

otonomi perempuan atas tubuhnya.2

Saat ini banyak remaja yang bergaul bebas sehingga mereka bergaul

dengan apa yang mereka pilih sehingga mengakibatkan hamil diluar nikah,

bahkan sampai terjadi atau menikah muda dan yang paling mengerikan adalah

melakukan aborsi, kenyataan bahwa aborsi ini merupakan masalah sosial yang

signifikan.

Seks di luar ikatan pernikahan menunjukkan tidak rasa tanggung jawab dan

dianggap sebagai kejahatan serius dalam Islam. Seks adalah dorongan alami

seperti makan dan minum, hidup dan bernafas. Tetapi institusi pernikahanlah

yang melegitimasi pemenuhan keinginan itu. Di luar institusi pemenuhan

keinginan itu menjadi haram.3 Maka sudah lazim di kalangan ulama fikih untuk

menentukan pandangan termasuk masalah aborsi fikih. Karena masing-masing

sarjana mewakili kondisi dan ruang di mana mereka hidup, yaitu tentu saja itu

akan berpengaruh pada metode dan hasil dari mana mereka kaji.

Menurut sebagian besar pakar hukum, melakukan aborsi untuk janin ini

seratus dua puluh hari hukumnya artinya haram, sedangkan sebelum usia seratus

dua puluh hari. Khilafiyah terjadi, terdapat masyarakat yang menganggap halal,
2
Moh. Saifullah, “Aborsi dan Resikonya Bagi Perempuan (Dalam Pandangan Hukum
Islam),” jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol. 4 No.1, Juni 2011
3
Abdul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Bandung:
Mizan, 1997), hlm. 51-52.

2
makruh, serta haram. Imam al-subki berpendapat bahwa aborsi berasal akibat

zina dibolehkan asalkan masih dalam bentuk mani (sperma) atau alaqah ini lebih

awal, delapan puluh hari, demikian pendapatnya Imam al-Ramli dari mahzab

syafi’i, di ketika yang sama dengan Abu Ishaq al-Matwei berpendapat bahwa

seseorang yang minum obat-obat untuk menggugurkan kandungan, asalkan masi

dalam bentuk alaqah atau maudqhah maka hal itu diperbolehkan. 4

Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa hukum aborsi sebenarnya bahan

kandungan yang diharamkan, bahkan sebab bertemunya sperma pria serta sel

telur wanita apapun motifnya, aborsi merupakan tindakan cara lain menggunakan

aturan sebab membunuh janin sama dengan menghilangkan nyawa.5

Adapun dalil yang melarang manusia membunuh sudah terkandung dalam

Firman Allah dalam Surah Al-Isra Ayat 31: 6

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut

kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka pula kepadamu.

Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.”

4
Gloarium. “Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli”, http://Tesishukum.com.
Diakses 6 Maret 2023.
5
Yusuf Qaradhawi, Fatwa Fatwa Kontemporer, Jilid II (Jakarta: Gema Insani Perss, 1995)
hlm. 778.
6
Surah Al Isra Ayat 31, Penerjemahan/Tafsir Al-Quran Lajnah Pentashigah Mushaf al-Quran
Kementrian Agama RI (Sygma, A DQ).

3
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT. Lebih dikasihi oleh hamba-

hamba-nya daripada orang tua kepada anak-anaknya, karena dia melarang membunuh

anak-anak, dan pada kesempatan lain Allah memerintahkan orang tua untuk

memberikan warisan kepada anak-anaknya. Pada masa jahiliyah orang tidak

memberikan warisan kepada anak perempuannya, bahkan ada kalanya ada yang

membunuh anak perempuanya agar tidak membebani mereka. 7 Pergaulan bebas

seringkali berujung pada kehamilan sehingga pelakunya seringkali keliru mengambil

suatu keputusan yaitu ada yang diam-diam membunuh atau mematikan janinnya

dengan melakukan aborsi. Seseorang perempuan yang dengan sengaja

menggugurkan atau membunuh isinya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Perbuatan aborsi diatur pada pasal

75 ayat (2) UU kesehatan hanya bisa dilakukan sesudah melalui penyuluhan atau

konseling pra tindakan dan diakhiri menggunakan konseling tindakan dilakukan oleh

konselor yang kompeten serta berwenang.8

Dalam kasus Nomor 752/Pid.Sus/2020/PN Jmb,

terpidana ialah seorang anak yang masih berusia 17 tahun serta ketika peristiwa ini

masih duduk pada bangku SMK kelas 3. yang didakwa melakukan tindak pidana

aborsi, dimana terpidana mengalami kehamilan dampak persetubuhan oleh pacarnya,

mendapatkan vonis dua tahun penjara dalam perkara Nomor 752/Pid.Sus/2020/PN

Jmb, sebab terbukti melakukan tindak pidana.

7
Novie Fauziah, Jurnalis https://muslim.okezone.com/amp/2020/02/20/330/2171398/ini-ayat-
alquran-tentang-larangan-aborsi. diakses 10 Maret 2023.
8
Undang-Undang RI Pasal 75 Ayatat (2) Tentang Kesehatan.

4
Unsur-unsur yang melakukan, yang menyuruh

melakukan atau turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja melakukan aborsi

terhadap anak yang masih dalam kandungan menggunakan alasan serta adat yang

tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengertian aborsi

ada dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia angka 3 Tahun 2016

pelatihan serta penyelanggaraan pelayanan aborsi atas indikasi kedaruratan medis dan

kehamilan akibat perkosaan. Pasal 1 nomor 1 peraturan menteri tersebut, menyatakan

aborsi adalah upaya mengeluarkan hasil konsepsi berasal dalam rahim sebelum janin

bisa hidup diluar kandungan.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam pasal 77 A Undang-undang nomor 35 Tahun 2014, perubahan atas

Undang-undang nomor 35 Tahun 2002 tentang proteksi Anak jo. Pasal 75 ayat (2)

Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP.9 Dengan tuntutan hukuman berupa pidana penjara selama dua (2) tahun dan

denda sejumlah Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan bila

denda tersebut tidak dibayar diganti menggunakan pidana kurungan selama 2 (dua)

bulan. Majelis Hakim anggap relevan akan ditegaskan didalam

keadaan yang memberatkan pada bahwa ini, sedangkan selebihnya yang tidak

relevan, haruslah dikesampingkan, dalam persidangan, Majelis Hakim tidak

menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik

9
Agus Yurman, “Turut Serta Melakukan Aborsi”, Putusan Nomor 752/Pid.Sus/2020/PN Jmb,
Putusan-pengadilan-negri-jambi, diakses 15 Februari 2023.

5
menjadi alasan pembenar serta atau alasan pemaaf, maka terdakwa wajib

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Berdasarkan uraian diatas bisa kita lihat

bahwa masih ada banyak sekali yang bertentangan tentang permasalahan aborsi ini.

Penulis tertarik melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan mengangkat

judul: “Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Melakukan Tindak Pidana

Aborsi (Studi Kasus Putusan Pn Jambi Nomor 752/Pid.Sus/2020/Pn Jmb)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana Pertimbangan Hakim Terhadap Perkara Tindak Pidana Aborsi

(Studi Kasus Putusan PN JAMBI Nomor 752/Pid.sus/2020/Pn Jmb) ?

2. Bagaimana Analisis Yuridis Putusan Hakim Diliat Tujuan Pemidanaan ?

C. Batasan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang akan penulis bahas, penelitian ini

mengarah kepada pembahasan yang diinginkan dan terarah kepada pokok-pokok

permasalahan yang ditentukan, serta agar tidak terjadi kesalah pahaman sebab

ruang lingkupnya sangat luas. maka perlu pembatasan masalah hanya pada

Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Melakukan Tindak Pidana Aborsi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

6
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan ini bertujuan

untuk:

a. Untuk mengetahui Bagaimana Pertimbangan Hakim Terhadap Perkara

Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan PN JAMBI Nomor

752/Pid.sus/2020/Pn Jmb)

b. Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Yuridis Putusan Hakim Diliat

Tujuan Pemidanaan

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain :

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan bagi penulis dan

kepada pembaca pada umumnya, dalam hal ini yang berkenaan dengan

tema yang diteliti khususnya.

b. Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana strata satu (S1) pada jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas

Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Serta

penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran penulis terhadap

pembaca khususnya.

E. Kerangka Teori

1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis ialah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan

abstraki-abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang dasarnya

7
bertujuan untuk membentuk suatu kesimpulan terhadap persoalan yang

dianggap relevan untuk penelitian.10 Teori yang digunakan dan cara

penggunaan teori ini ialah untuk menjawab pertanyaan penelitian. Supaya

penelitian ini lebih tepat sasaran dan terarah maka penulis perlu

menggunakan kerangka teori sebagai landasan berfikirguna mendapatkan

konsep yang benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini berikut

penjelasannya:

a. Teori Keadilan

Istilah keadilan (iustitia) berasal dari kata “adil” yang berarti:

tidak memihak, berpihak pada yang benar, patut, tidak sewenang-

wenang. Dari beberapa keterangan dapat dipastikan bahwa

pengertian keadilan ialah segala segala sesuatu yang berkaitan

dengan sikap dan perbuatan dalam hubungan antara manusia,

keadilan mengandung tuntutan agar manusia memperlakukan

sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakuan ini tidak

membeda-bedakan atau menunjukan sikap pilih kasih melainkan,

setiap orang diperlukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.11

Gagasan keadilan yang penulis pakai ialah teori keadilan

sejalan menggunakan John Rawls yang menekankan bahwa program-

program penegakan keadilan menggunakan berukuran masyarakat


10
Soejono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
Rajawali, 1986), hlm. 123.
11
http://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-keadilan-apa-itu-keadilan.html, diakses 2 maret
2023.

8
wajib memperhatikan gagasan-gagasan keadilan, terutama pertama,

menyampaikan hak serta kesempatan yang sama kepada warga.

Kebebasan primer terluas menutupi kebebasan yang sama buat setiap

orang. Bisa menata ulang kesenjangan sosial-moneter yang muncul

pada upaya memberikan keberkahan timbal balik (reciprocal

benefits) bagi setiap orang, baik yang beruntung juga yang kurang

beruntung. Dalam pandangan John Rawl tentang gagasan “peran

otentik” ada prinsip primer keadilan, termasuk prinsip kesetaraan,

khususnya bahwa setiap orang setara dengan kebebasan yang teratur,

kritis dan tidak sinkron dengan asa sosial serta ekonomi setiap

individu.12

b. Teori Pemidanaan (Teori Utilitarian / Teori Tujuan)

Pemidanaan adalah bagian yang paling penting dari hukum

pidana, karena merupakan puncak dari seluruh proses menjaga

seseorang bertanggung jawab atas perbuatan melawan hukum.

“Accriminal law with out sentencing could merely be a declaratory

device saying humans’s guilt without any formal cansequences

following the form of that guilt”, ini berarti bahwa peraturan pidana

tanpa pemidanaan menyatakan seseorangbersalah tanpa akibat

tertentu dari kesalahannya. Oleh karena itu gagasan tentang rasa

12
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),
hlm. 43.

9
bersalah memiliki pengaruh yang luas pada penjatuhan pidana dan

tata cara pelaksanaannya. Jika kesalahan dipahami sebagai “cela”,

maka disini “hukum” adalah manifestasi dari “celaan” ini.13

Menurut para filosof, diskusi kritis, termasuk para ahli hukum

pidana, mengenai pemidanaan masih terus berlangsung, ada yang

berpandangan bahwa pemidanaan pada dasarnya adalah mengingat

kejahatan. J.D. Mabbott, misalnya, memandang seseorang sebagai

“penjahat” sebagai seseorang yang telah melanggar peraturan,

meskipun karakter tersebut bisa jadi pria atau wanita yang buruk dan

telah melanggar hukum yang berbeda.14 Sebagai seorang retributivis,

Mabbot memandang bahwa hukuman adalah akibat wajar yang

ditimbulkan bukan melalui peraturan, melainkan melalui pelanggaran

hukum. Yaitu jahat atau tidak jahat, jika seseorang telah bersalah

melanggar hukum, maka laki-laki atau perempuan itu harus

dipidana.15

Bertolak berasal pemikiran, bahwa pidana pada hakikatnya

hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka konsep pertama-

pertama merumuskan tentang tujuan pemidanaan.16

13
Chairul Huda, “Dari ‘Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, (Jakarta:
Prenada Media, 2005), hlm. 129.
14
Sholehuddin, “Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana” Ide Dasar Double Track System &
Impelementasinya, (Kota Besar: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 68.
15
Sholehuddin…………..........................., hlm. 69.
16
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), hlm. 93.

10
Secara umum tujuan pemidanaan mempunyai tujuan ganda,

yaitu:

1) Tujuan perlindungan warga, untuk merehabilitasi serta

meresosialisasikan si terpidana, mengembalikan

keseimbangan yang terganggu dampak tindak pidana

(reaksi adat/norma) sehingga pertarungan yang terdapat

bisa terselesaikan.

2) Tujuan yang bersifat spiritual pancasila yaitu bahwa

pemidanaan bukan dimaksudkan untuk menderitakan dan

dihentikan buat merendahkan martabat manusia.17

Asal tujuan pemidanaan secara umum diatas lanjut

kepembahasan selanjutnya, dengan diawali menggunakan wacana

sebuah kesalahan pada konteks tujuan pengenaan pidana atau

pemidanaan. Banyak sekali teori yang menyebutkan tujuan

pengenaan pidana atau pemidanaan menepatkan kesalahan pada

fungsi represif aturan pidana. Bagaimana tujuan pengenaan pidana

atau pemidanaan, menjadi dasar penentuan pidana atau tak

dipidananya penghasil yang melakukan tindak pidana menggunakan

kesalahan, menentukan dalam hal pengenaan pidana atau

pemidanaan. Tujuan pengenaan pidana atau pemidanaan. Tujuan

17
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, (Pekanbaru-Bandung: Refika
Aditama, 2011), hlm. 141.

11
pengenaan pidana atau pemidanaan dikaitkan dengan kesalahan

pembuat, memiliki alasan pengenaan, bentuk serta lamanya pidana

yang dapat dijatuhkan.18

c. Teori Penemuan Hukum

Penemuan hukum, pada hakikatnya mewadahi perkembangan

hukum secara ilmiah serta mudah dan artinya reaksi terhadap situasi-

situasi problematik yang digambarkan oleh warga pada kata hukum

tentang persoalan aturan (rechtsvragen), perseteruan aturan atau

konkurensi aturan. Terkait dengan itu diantaranya muncul pertanyaan

tentang penjelasaan (penafsiran) dan penerapan aturan-aturan, dan

pertanyaan perihal makna kabar wacana aturan yang harus diterapkan.

Penemuan hukum sehubungan menggunakan memperoleh solusi

serta jawaban sesuai asas-asas aturan.19

Konflik terkait penemuan hukum ini biasanya berpusat di

“hakim”, sebab dalam kehidupan sehari-hari selalu dihadapkan pada

peristiwa-peristiwa konkrit atau konfliktif. Dan akan terjadi

penemuan aturan sang hakim artinya hukum karena mempunyai

kekuatan mengikat sebagai hukum serta dituangkan dalam bentuk

putusan. Selain itu, hasil temuan aturan oleh hakim artinya sumber

hukum.20

18
Chairul Huda, Op.Cit, hlm. 131.
19
Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, (KOMPAS, 2007), hlm. 248.
20
Satjipto Rahardjo…………………., hlm. 220.

12
Penemuan hukum itu sendiri lazimnya diartikan sebagai proses

pembentukan undang-undang sang hakim atau pejabat aturan lainnya

yang diberi tugas melaksanakan undang-undang terhadap peristiwa

hukum yang konkrit. Hal ini adalah proses kongkretisasi dan

individualisasi aturan-aturan hukum umum menggunakan

mempertimbangkan peristiwa-kejadian konkrit. Atau lebih jauh dapat

dikatakan bahwa penemuan hukum merupakan proses konkretisasi

atau individualisasi peraturan-peraturan aturan yang bersifat hukum

(das sollen) menggunakan mengikat insiden-kejadian konkrit tertentu

(das sein).21

Untuk mengatasi masalah tersebut, kewenangan diberikan

kepada hakim untuk dapat menyebarkan undang-undang atau

melakukan penemuan aturan (rechtsvinding), meskipun dalam

konteks sistem aturan civil law hal tadi sebagai hal yang personal.

Hakim pada prinsipnya ialah corong hukum, dimana peran forum

peradilan hanya menjadi penegak hukum (rule adjudication function)

bukan kekuasaan pembuat undang-undang (rule making function).22

Penemuan hukum mencakup aktivitas sehari-hari para yuris,

serta terjadi pada seluruh bidang hukum, seperti hukum pidana,

hukum perdata, hukum pemerintahan, dan hukum pajak. Itulah aspek

21
Satjipto Rahardjo............................., hlm. 215.
22
Meuwissen, Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat
Hukum, diterjemahkan oleh B. Arief Sidharta, Refika Aditama, 2008, hlm. 11.

13
penting dalam ilmu hukum dan praktek hukum.23 Dalam menjalankan

profesinya, seseorang ahli hukum pada dasarnya harus mengambil

keputusan-keputusan hukum, sesuai yang akan terjadi analisis berita

fakta-fakta yang dikemukakan menjadi duduk perkara hukum dalam

hubungannya menggunakan asas-asas aturan positif. Sedangkan

sumber hukum utama yang dijadikan acuan dalam proses analisis

fakta artinya peraturan perundang-undangan.

d. Teori Pertanggungjawaban Pidana

Menurut Roeslan Saleh, ia berpendapat bahwa

pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai suatu celaan objektif

yang ada dalam tindak pidana dan secara subjektif memenuhi syarat

untuk dipidana atas perbuatannya tersebut.24 yang dimaksud dengan

tujuan cela adalah bahwa perbuatan yang dilakukan dengan bantuan

orang tersebut merupakan perbuatan yang dilanggar, maksud atau

tujuan perbuatan yang dilarang disini ialah perbuatan yang

bertentangan dengan hukum masing-masing secara hukum formil dan

secara materil. Sedangkan maksud celaan subjektif mengacu pada

penciptannya, perbuatan yang dilarang.

2. Kerangka Konseptual

23
Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interprestasi
Teks, (Yogyakarta: UII Pres, 2004), hlm. 51.
24
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Cet. Ke-1, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2015), hlm. 33.

14
Kerangka Konseptual pada hakikatnya merupakan suatu pengaruh,

atau pedoman yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang masih

sering bersifat abstrak demikian suatu kerangka konseptual seluruhnya

kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak sehingga diperlukan definisi-

definisi operasional yang akan menjadi pegangan konkrit didalam proses

penelitian. Agar penelitian ini bisa diselesaikan dengan maksimal, mak

penulis merasa penting adanya kerangka teori yang gunanya sebagai landasan

teori tindak pidana.

Berikut ini adalah definisi dari istilah-istilah yang dipakai pada

penelitian ini untuk memberikan pemahaman konseptual kepada para

pembaca:

a) Analisis adalah upaya yang dilakukan untuk mengamati atau

penyelidikan secara mendalam dan mendetail terhadap suatu

peristiwa (perbuatan, kerangka, dan sebagainya) untuk

mendapatkan fakta yang tepat (asal, usul, sebab, penyebab, akibat,

sebenarnya, dan sebagainya).25

b) Yuridis adalah berdasarkan hukum secara hukum dan menurut

hukum.26

25
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:
Modern English Press, 2012), hlm. 1612.
26
Peter Salim dan Yenni Salim..........................., hlm. 1728.

15
c) Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, tersebut

termasuk anak yang masih dalam kandungan.27

d) Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dalam suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa

pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.28

Abortus Provocatus criminalis merupakan suatu perbuatan yang

sangat tidak diperbolehkan atau melanggar hukum. Apabila

seseorang melakukannya terdapat unsur disengaja maka

seharusnya pelaku bertanggungjawab atas prilaku yang telah

dilakukan. berkaitan dengan pertanggungjawaban seorang pelaku

tindak pidana yang mana hal tersebut tidak terlepas dari

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

e) Pertimbangan hakim adalah sebagai suatu proses dalam

menentukan putusan berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan,

fakta dan peristiwa hukum, berdasarkan hukum formil dan materil

sehingga didorong dengan suatu argumentasi rasional dan

keyakinan hakim sehingga menjadi sebuah alasan yang kuat dalam

menjatuhi putusan.29

27
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentangn
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak.
28
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hlm. 54.
29
Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), (Bandung: Tarsito,
1983), hlm. 50-53.

16
f) Aborsi adalah upaya menghentikan atau mengakhiri kehamilan

dengan mengeluarkan janin sebelum waktunya, baik secara

alamiah/spontan atau dengan menggunakan alat-alat sederhana

maupun tegnologi.30

g) Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,

mental, dan juga kerugian ekonomi yang diakibatkan suatu

perbuatan tindak pidana.31

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu adalah uraian hasil penelitian terdahulu

(penelitian-penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini dan kajian teori-

teori dari pustaka yanag berhubungan serta menunjang penelitian yang hendak

dicoba. Selaku bahan pertimbangan yang ditujukan untuk membedakan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, Penulis menemukan beberapa

penelitian yang memiliki korelasi serta tema yang mirip dengan skripsi ini dan

ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti , adapun penelitian

terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Skripsi karya Rossa Septiana yang berjudul “Analisis Yuridis Pertimbangan

Majelis Hakim Terhadap Tindak Pidana Aborsi Oleh Anak Di Indonesia

(Studi Putusan No.5/Pid.Sus.Anak/2018/PN.Mbn)”.32 Permasalahan yang


30
Dadang Hawari, Aborsi Dimensi Psikoreligi, (Jakarta: FKUI), hlm. 54.
31
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
32
Rossa Septiana, “Analisis Yuridis Pertimbangan Majelis Hakim Terhadap Tindak Pidana
Aborsi Oleh Anak Di Indonesia (Studi Putusan No.5/Pid.Sus.Anak/2018/PN.Mbn)”, Skripsi
mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, (2022).

17
dibahas dalam skripsi ini adalah: Bagaimana pelaku terkait anak yang

melakukan tindak pidana aborsi ini akibat korban tindak pidana perkosaan,

dasar pertimbangan hakim terhadap kasus ini bahwa korban pemerkosaan

yang hamil dan melakukan aborsi dengan adanya unsur ancaman dan unsur

paksaan sehingga melakukan hal tersebut.

2. Skripsi karya Rizki Zulpadli yang berjudul “Sanksi Pidana Terhadap Tindak

Pidana Aborsi (Studi Putusan Nomor.6/Pid.Sus-Anak/2018/PT Jmb)”.33

Dalam skripsi ini menjelaskan mengenai bagaimana: Penerapan sanski

pidana terhadap tindak pidana aborsi dan dari segi hukuman yang di lakukan

oleh pelaku, serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap

pelaku tindak pidana aborsi.

3. Skripsi Karya Risci Anantri yang berjudul “Pertanggungjawaban Pidana

Dalam Turut Serta Terhadap Tindak Pidana Aborsi”.34 Dalam skripsi ini

membahas mengenai: Bagaimana pertanggungjawaban pidana kepada pelaku

tindak pidana aborsi serta dalam pertimbangan hakim menjatuhkan pidana

terhadap pelaku tindak pidana aborsi.

33
Rizki Zulpadli, “Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Putusan
Nomor.6/Pid.Sus-Anak/2018/PT Jmb)”, Skripsi mahasiswa Jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas
Syariah, Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (2022).

34
Risci Anantri, “Pertanggungjawaban Pidana Dalam Turut Serta Terhadap Tindak Pidana
Aborsi”, Skripsi mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri,
Universitas Andalas Padang, (2012).

18
Sedangkan peneliti sendiri membahas mengenai: Analisis Yuridis

Putusan Hakim Dalam Melakukan Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan

PN JAMBI Nomor 752/Pid.sus/2020/Pn Jmb)

Jadi yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah waktu penelitian dan lokasi penelitian serta terdapat

kesamaan dan perbedaan. Adapun kesamaan penelitiaan ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu sama-sama membahas tentang bagaimana penerapan dan

pertanggungjawaban sanksi terhadap pelaku yang melakukan tindak pidana

aborsi dan bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap

pelaku aborsi. Kemudian perbedaannya yaitu, sedangkan dalam penelitian ini

khususnya membahas tentang pertimbangan hakim terhadap perkara tindak

pidana aborsi dan analisis yuridis putusan hakim dilihat tujuan pemidanaan. Oleh

karena itu, penulis mencoba secara khusus menganalisis bagaimana putusan

hakim terhadap pelaku yang melakukan tindak pidana aborsi dilihat tujuan

pemidanaan yang terjadi pada kasus ini.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian hukum

pada dasarnya adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya, maka juga

19
diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul

didalam gejala bersangkutan.35 Dalam penelitian ini menggambarkan dan

menganalisis permasalahan yang dikemukakan bertujuan untuk

mendeskripsikan secara konkret tentang permasalahan yang diteliti.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini

menggunakan pendekatan yuridis normatif disebut juga sebagai penelitian

kepustakaan, pendekatan ini disebut sebagai penelitian yuridis normatif

karena dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, sedangkan pendekatan

yang digunakan untuk mengkaji tindak pidana aborsi yang dilihat dari tujuan

pemidanaan juga menggunakan penelitian yuridis normatif.36

Menurut soerjono soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap sebuah peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.37

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

35
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 17.
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 14.
37
Bambang Sugiono, Metode Penelitian Hukum, (Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 35.

20
Untuk menyusun skripsi ini, penulis melakukan penelitian

kepustakaan (Lirary Research), karena penelitian ini merupakan

penelitian keperpustakaan, maka jenis data yang digunakan hanya data

sekunder. Dalam penelitian hukum, data sekunder dapat dibedakan

menjagi 3 (tiga) jenis sifat kekuatan mengikat, yaitu bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.38 penjelasannya adalah

sebagai berikut:

1) Bahan Hukum Primer

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam

penelitian, yang diperoleh langsung dari sembernya atau pun dari

lokasi objek penelitian atau keseluruhan data hasil penelitian yang

diperoleh di lapangan, sumber utamanya adalah undang-undang atau

hukum positif yang berkaitan dengan judul penelitian.39

Yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang

baru atau mutakhir, ataupun pengertian baru tentang fakta yang

diketahui maupun mengenai suatu gagasan (ide). 40

2) Bahan Hukum Sekunder

38
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm. 23-24.
39
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, (Jambi: Sulthan Thaha Perss, 2007),
hlm. 87.
40
Surjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 29.

21
Adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan

hukum primer, seperti: rancangan undang-undang, hasil-hasil

penelitian, hasil karya dari pakar hukum, dan sebagainya.41

3) Bahan Hukum Tersier

Adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contoh: kamus

(hukum), dan lain sebagainya.42

b. Sumber Data

Sumber data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh

dengan melakukan studi kepustakaan, dengan melakukan serangkaian

kegiatan membaca, mengutip, mencatat buku-buku, menelaah perundang-

undangan yang berkaitan dengan masalah penelitian.43

4. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa jenis alat pengumpulan data, yaitu studi

kepustakaan/studi dokumen, wawancara (interview), daftar pertanyaan

(kuesioner), pengamatan (observasi). Studi kepustakaan dilakukan untuk

memperoleh data yang berguna bagi penulisan penelitian berupa teori-teori

hukum, asas-asas, doktrin dan kaidah hukum yang di dapat dari bahan hukum
41
Zainuddin Ali…............., hlm. 24.
42
Amiruddin, Pengertian Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 32.

43
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung:
Alfabeta, 2017), hlm.99.

22
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Wawancara

merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung

dari responden. Data pertanyaan merupakan alat pengumpul data yang

diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden untuk memperoleh

jawaban secara tertulis juga di dalam kuesioner tersebut. Dan observasi

merupakan alat pengumpul data yang biasanya dipergunakan, apabila tujuan

penelitian hukum yang bersangkutan adalah mencatat perilaku hukum

sebagaimana terjadi di dalam kenyataan.44

5. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan data penelitian yang

diperoleh selanjutnya, maka penulis menganalisis data tersebut secara

kualitatif, yang berarti menjabarkan, menguraikan dengan kata-kata sehingga

menjadi kalimat yang teratur dan mudah dimengerti, sistematis, runtun, logis,

dan sehingga mudah mendeskripsikan dan menjelaskan hasil analisi. 45 dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat menarik suatu kesimpulan dari yang

bersifat umum dan yang bersifat khusus.

44
Ishaq, .............., hlm.115-119.
45
Muhammad Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 152.

23
H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang disajikan dalam penelitian ini terdiri

dari lima bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

kerangkan teoritis, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan umum tentang tindak pidana aborsi. Dalam bab iniakan

diuraikan tentang pengertian aborsi, unsur-unsur aborsi, jenis-jenis

aborsi, dasar-dasar hukum pidana aborsi, penyebab dan dampak

terjadinya aborsi.

24
BAB III Putusan dan gambaran umum lokasi penelitian. Dalam bab ini berisi

tentang putusan Nomor 752/Pid.Sus/2020/Pn Jmb dan gambaran

umum penelitian di lokasi penelitian di pengadilan Negri Jambi.

BAB IV Analisis perbandingan. Dalam bab ini akan berisi tentang

pertimbangan hakim terhadap perkara tindak pidana aborsi putusan

Nomor752/Pid.sus/2020/Pn Jmb dan analisis yuridis putusan hakim

dilihat tujuan pemidanaan, serta apa kelebihan dan kekurangannya.

BAB V Penutup. Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan

saran.

DAFTAR ISI SEMENTARA

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
LEMBARAN PERNYATAAN......................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................
PENGESAHAN PANITIA UJIAN...............................................................
MOTTOABSTRAK........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................

25
C. Batasan Masalah...................................................................................
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................
E. Kerangka Teori.....................................................................................
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu..............................................................
G. Metode Penelitian.................................................................................
1. Jenis Penelitian.................................................................................
2. Pendekatan Penelitian......................................................................
3. Jenis dan Sumber Data.....................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data...............................................................
5. Analisis Data....................................................................................
H. Sistematika Penulisan...........................................................................
I. Jadwal Penelitian..................................................................................

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI

A. Pengertian Aborsi.................................................................................
B. Unsur-unsur Aborsi..............................................................................
C. Jenis-Jenis Aborsi.................................................................................
D. Dasar-dasar Hukum Pidana Aborsi......................................................
E. Penyebab dan Dampak Terjadinya Aborsi...........................................

BAB III PUTUSAN DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Putusan Perkara Nomor 752/Pid.Sus/2020/Pn Jmb..............................


B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pertimbangan Hakim Terhadap Perkara Tindak Pidana Aborsi (Putusan PN


JAMBI Nomor 752/Pid.sus/2020/Pn Jmb)...........................................
B. Analisis Yuridis Putusan Hakim Dilihat Tujuan Pemidanaan..............

26
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

I. Jadwal Penelitian

N Uraian Waktu Pelaksanaan


O Kegiatan 2023

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov

1 Pengajuan
judul V

2 Penyusun

27
an V
Proposal

3 Penetapan
waktu
seminar

4 Seminar
proposal

5 Perbaikan
proposal

6 Pembuata
n laporan

7 Agenda
dan Ujian
Skripsi

8 Penjilidan

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

A. Buku

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Al-Qur’an, Surah Al Isra Ayat 31, Penerjemahan/Tafsir Al-Quran Lajnah


Pentashigah Mushaf al-Quran Kementrian Agama RI (Sygma, A DQ).

28
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.

Arief, Nawawi, Barda, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta:


Kencana Prenada Media Group, 2010.

Ebrahim, Mohsin, Fadl, Abdul, Aborsi Kontrasepsi dan Mengatasi


Kemandulan, Bandung: Mizan, 1997.

Effendi, Erdianto, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, Pekanbaru-


Bandung: Refika Aditama, 2011.

Hamidi, Jazim, Hermeneutika Hukum, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan


Interprestasi Teks, Yogyakarta: UII Pres, 2004.

Harkristuti, Harkrisnowo, Aborsi ditinjau dari Perspektif Hukum, Jakarta:


PPFNU, 2000.

Hawari, Dadang, Aborsi Dimensi Psikoreligi, Jakarta: FKUI, 2008.

Huda, Chairul, Dari Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan,


Jakarta: Prenada Media, 2005.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Bandung: Alfabeta, 2017.

Kadir, Abdul, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra


Aditya Bakti, 2004.

Mamudji, Sri dan Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif, Suatu


Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014.
Meuwissen, Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukun, Teori Hukum, dan
Filsafat Hukum, diterjemahkan oleh B. Arief Sidharta, Refika Aditama,
2008.
Moelijatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara, 1983.

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Sulthan Thaha
Perss, 2007.

Prasetyo, Heru dan Fauzan, Uzair, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006.

29
Qaradhawi, Yusuf, Fatwa Fatwa Kontemporer, Jilid II, Jakarta: Gema Insani
Perss, 1995.

Rahardjo, Satjipto, Membedah Hukum Progresif, KOMPAS, 2007.

Ranoemihardja, Atang, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Forensic Science,


Bandung: Tarsito, 1983.

Saleh, Roeslan, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Cet. Ke-


1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2015.

Salim, Yenni dan Salim Peter, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,
Jakarta: Modern English Press, 2012.

Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track
System & Impelementasinya, Kota Besar: PT. Raja Grafindo Persada,
2002.

Soekanto, Surjono, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2006.

Soekanto, Soejono, Faktor-faktor yang Memprngaruhi Penegakan Hukum,


Jakarta: Rajawali, 1986.

Sugiono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, 1997.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang RI Pasal 75 Ayat (2) Tentang Kesehatan.

Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014


tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang
Perlindungan Anak.

Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan


Saksi dan Korban.

C. Karya Ilmiah

Skripsi Karya Rossa Septiana, Analisis Yuridis Pertimbangan Majelis Hakim


Terhadap Tindak Pidana Aborsi Oleh Anak di Indonesia (Studi Putusan
No. 5/Pid.Sus.Anak/2018/PN. Mbn), Universitas Islam Sultan Agung
(UNISSULA), Semarang, 2022.

30
Skripsi Rizki Zulpadli, Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi
Putusan Nomor. 6/Pid.Sus-Anak/2018/PT Jmb), Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Jambi, 2022.

Srikpsi Karya Risci Anantri, Pertanggungjawaban Pidana dalam Turut Serta


Terhadap Tindak Pidana Aborsi, Universitas Andalas, Padang, 2012.

Moh. Saifullah, Aborsi dan Resikonya Bagi Perempuan (Dalam Pandangan


Hukum Islam), jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol. 4 No. 1, Juni 2011.

D. Websites

Gloarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli,


http://Tesishukum.com. diakses 6 Maret 2023.

Novie Fauziah, Jurnalis


https://muslim.okezone,com/amp/2020/02/20/330/2171398/ini-ayat-
alquran-tentang-larangan-aborsi. diakses 10 Maret 2023.

http://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-keadilan-apa-itu-keadilan.html,
diakses 2 Maret 2023.

31

Anda mungkin juga menyukai