Tesis
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat S-2
Program Studi Magister Hukum Litigasi
Diajukan Oleh :
Ahmad Subandi
19/448072/PHK/10581
Kepada
BAB I
PENDAHULUAN
Tahun 1945 melalui Pasal 1 ayat (3). Dari Pasal tersebut dapat ditarik
Pancasila dan UUD 1945, adalah menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
oleh konstitusi yang berlaku, sebagai hukum dasar dan dasar hukum yang
1
Supandriyo, 2019, Asas Kebebasan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana, Arti Bumi Intaran,
Yogyakarta, hlm. 1
2
Ridwan HR, 2014, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 2
3
Supandriyo., Op.,Cit.,hlm. 1
4
H. Deddy Ismatullah & Beni ahmad Saebani, 2018, Hukum Tata Negara: Refleksi Kehidupan
Ketata Negaraan di Negara Repoblik Indonesia, CV Pustaka Setia, Bandung, hlm. 192
2
penyelenggaraan negara adalah hukum itu sendiri sesuai dengan prinsip “the
Rule of Law, and not of Man, yang sejalan dengan pengertian “nomocratie”,
konsekuensi dari hal tersebut adalah bahwa, baik pemerintah maupun rakyat
seseorang sejak masih dalam kandungan sampai masuk kedalam liang lahat. 7
Tidak saja formil hukum, melainkan juga matril hukum, karena hukum itu
kekuasaan, namun kekuasaan yang ada tidak boleh melanggar hak-hak dan
sering timbul dan merupakan ujian bagi eksistensi Indonesia sebagai negara
5
Ni’matul huda, 2007, Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Demokrasi, UII Press,
Yogyakarta, hlm. 2
6
SF Marbun, 1988, Peradilan Tata Usaha Negara, Liberty, Yogyakarta, hlm. 15
7
Eddy O.S. Hiariej, 2016, Hukum Pidana, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, hlm. 5
8
SF Marbun,.Op.,Cit., hlm. 15
9
Supandriyo.,Op.,Cit., hlm. 1
10
H.M. Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral & Keadilan: Sebuah Kajian Filsafat Hukum,
Kencana, Jakarta, hlm.
3
kasus korupsi yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa korupsi yang
dilakukan oleh para elit politik, khususnya para pemimpin negara, yang
dikenal dengan korupsi politik (political corruption) atau korupsi yang utama
bangsa.12
yang tingkat korupsi yang sangat tinggi.13 Tindak pidana korupsi sudah
meluas dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah
kerugian negara, maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan
masyarakat.14 Praktik korupsi yang terjadi secara meluas dan sistematis dapat
hidup karena sikap dan mental yang bobrok, baik pejabat tinggi maupun
terdapat dalam negara. Korupsi muncul dari struktur birokrasi dan akan
berlangsung.18
yang sering didengar dan bahkan mungkin pernah diucapkan, istilah “uang
korupsi yang tidak asing lagi didengar. 20 Selama ini masyarakat hanya
menjadi penonton terhadap prilaku elit yang korup.21 Hal ini menuntut peran
Eksistensi hukum baru terasa jika terjadi sengketa, dan sarana terakhir
dari badan peradilan. Pengadilan (court) merupakan akhir dari suatu proses
oleh Hakim bersama dengan Penuntut Umum dan Advokat dalam sistem
fakta hukum yang terjadi berdasarkan alat bukti yang dibenarkan meurut
22
Juniver Girsang, 2012, Abuse Of Power; Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat Penegak Hukum
Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi, JG Publishing, Jakarta, hlm. 25
23
Fachmi, 2011, Keputusan Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum Dalam Sistem
Peradilan Pidana Di Indonesia, PT. Ghalia Indonesia Publishing, Jakarta, hlm. 85
24
Suhartono RM, 1997, Penuntutan Dalam Praktek Peradilan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 1
6
batasan yuridis dan bukan batasan yang mutlak, karena kebenaran yang
kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurang dua alat bukti yang
dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Oleh karena itu dalam
memiliki dasar sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. Dan dengan
25
Tolib Effendi, 2014, Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuan di Indonesia),
Setara Press, Malang, hlm. 150
26
H. Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 185
27
Pusat Kajian Anti Korupsi, 2014, Pengadilan Yang (Tak Kunjung) Tegak, PUKAT Korupsi
FH UGM, Yogyakarta, hlm. 2
7
Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa. 28 Ketentuan
mengenai alat bukti telah diatur dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Salah satu bukti yang sah sebagaimana yang dimuat dalam ketentuan
Pasal 184 ayat (1) diatas adalah keterangan ahli. Keterangan ahli dalam
adalah keterangan yang diberikan oleh orang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
28
Hadi Alamri, “Kedudukan Keterangan Ahli Sebagai Alat Bukti Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana”, Lex Privatum, Vol V No. 1 Januari-Februari 2017
8
auditor dari BPK seringkali dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk
kerugian negara yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi yang sedang
disidangkan.
antara Jaksa Penuntut Umum dengan Advokat selaku kuasa hukum dari
9
Dalam hal ini dapat kita lihat pada kasus persidangan perkara tindak pidana
senilai Rp. 4,5 triliun yang dilakukan oleh terdakwa Syafrudin Arsyad
Tumenggung.
ayat (1) Ke-1 KUHP didakwa yang disidangkan pada hari senin tanggal 6
29
Bangun Santoso, “Sidang BLBI, Yusril Persoalkan Ahli Yang Dihadirkan KPK”. News.com, 6
Agustus 2018.
30
Ahda Bayhaqi, “Yusril Keberatan Jaksa Hadirkan Auditor BPK Sebagai Ahli Dalam Sidang
BLBI”, Merdeka.Com, 6 Agustus 2018
10
Dalam perkara a quo auditor yang dihadirkan sebagai ahli oleh Jaksa
Kendatipun terdapat alat bukti lain selain daripada bukti keterangan ahli dan
bukti tertulis itu. Namun kedua alat bukkti itu masih menjadi persoalan
penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lebih jauh mengenai
esensi kekuatan pembuktian kesamaan alat bukti ganda dari bukti keterangan
ahli yang disertai bukti tertulis dalam penulisan hukum yang berjudul:
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
31
M Anwar, “Sidang Kasus BLBI, Yusril Permasalahkan Saksi dari BPK”, Teropong Senayan, 6
Agustus 2018
11
Pidana Korupsi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagaimana uraian dari latar belakang dan
1. Tujuan Objektif
2. Tujuan Subjektif
12
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dari
Pengajuan Alat Bukti Keterangan Ahli Disertai Bukti Tertulis Hasil Audit
1. Manfaat Akademis
keterangan ahli disertai bukti tertulis hasil audit dalam perkara tindak
pidana korupsi.
2. Manfaat Praktis
13
keterangan ahli disertai bukti tertulis hasil audit dalam perkara tindak
pidana korupsi.
keterangan ahli disertai bukti tertulis hasil audit oleh Penuntut Umum
keterangan ahli disertai bukti tertulis hasil audit dalam perkara tindak
pidana korupsi.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang telah dilakukan oleh
pencarian di internet bahwa tidak terdapat suatu penelitian yang sama atau
Bukti Tertulis Hasil Audit Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi” yang telah
mengenai keterangan ahli tetapi terdapat perbedaan tajam, baik dari latar
ahli ?
32
Rafiqa Qurrata’ayun, 2010, “Kualifikasi dan Obyektivitas Ahli Dalam Pemeriksaan Perkara
Pidana”, Tesis, Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum Dan Sistem Peradilan Pidana,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
15
Alat Bukti Tertulis Hasil Audit Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”.
penelitian yang diangkat oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang
bagi BPK dan aparat penegak hukum agar dapat dijadikan dasar
korupsi ?
33
Syahirul Alim Kurniawan, 2014, “Nilai Pembuktian Dan Kualifikasi Keterangan Ahli Dari
BPK Dalam Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi”, Tesis, Program Studi Magister Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
17
Keterangan ahli dari BPK memiliki nilai sebagai alat bukti jika
perorangan. Maka dari itu bagi hakim, Surat Tugas sebagai ahli dalam
yaitu jika:
negara.
Alat Bukti Tertulis Hasil Audit Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”.
penelitian yang diangkat oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang
3. Hanafi; Reza Aditya Pamuji, Jurnal, Tahun 2019, dengan judul Urgensi
pidana di Indonesia ?
ayat (1) KUHAP poin nomor 2 yang termasuk dalam jenis-jenis alat
tercakup fungsi dari keterangan ahli, yaitu untuk membuat terang suatu
Alat Bukti Tertulis Hasil Audit Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”.
penelitian yang diangkat oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang
keterangan ahli dengan disertai bukti tertulis hasil audit dalam perkara
BAB II
21
TINJAUAN PUSTAKA
yang dicela oleh masyarakat. Dilihat dari sudut terminologi, istilah korupsi
berasal dari kata “corruptio” dalam bahasa latin yang berarti kerusakan atau
yang buruk.35
yang pada ihwalnya dikenal dengan singkatan KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) yang saat ini menjadi masalah yang serius untuk diberantas dan
atau memfitnah.36
35
H. Elwi Danil, 2011, Korupsi Konsep,Tindak Pidana dan Pemberantasannya, PT.
Rajagrafindo Persada, Padang. hlm. 3
36
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Gramedia, Jakarta,
hlm. 9
22
korupsi.37
Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
37
H. Elwi Danil, Op,.Cit, hlm. 5
38
Lihat, Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
39
Lihat, Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
23
pribadi.
keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari
lain bersamaan dengan kewajiban dan hak hak dari pihak lain.
40
Chatrina Darul Rosikah dan Dessy Marliani Listianingsih, 2016, Pendidikan Anti Korupsi
Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm. 2
41
Ibid.
42
H. Elwi Danil, Op.,Cit, hlm 3
43
Ruslan Renggong, 2016, Hukum Pidana Khusus; Memahami Delik-Delik Di Luar KUHP,
Prenada Media Group, Makasar, hlm. 61
24
Mencuri, karena itu, korupsi satu trah dengan maling, nyolong, nodong,
korupsi diatas secara garis besar perbuatan korupsi selalu berhubungan erat
dengan kewenangan dan kekuasaan, baik atas suatu jabatan yang melekat
pada diri seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang dilarang untuk
negara.
Pada dasarnya arti dan makna kandungan korupsi sangat luas dan
beragam, hal itu tergantug dari optik disiplin pendekatan yang dilakukan.
44
Muhammad Mustofa, 2010, Persekongkolan Birokrat-Korporat Sebagai Pola White Color
Crime di Indonesia, Kencana, Jakarta, hlm. 97
45
Yudi Kristiana, 2016, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perspektif Hukum Progresif,
Thafa Media, Jakarta, hlm. 41
25
merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan tata etika serta moral
bangsa.
secara spesifik perbuatan apa yang bisa dikenakan sanksi dari tindak yang
No Pasal No Pasal
1 Pasal 2 16 Pasal 10 huruf a
2 Pasal 3 17 Pasal 10 huruf b
3 Pasal 5 ayat (1) huruf a 18 Pasal 10 huruf c
46
Nurul Irfan, 2011, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, Amzah, Jakarta, hlm. 36
47
Mochtar Lubis, 1993, Korupsi Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm 49
48
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006, Memahami Untuk Membasmi, Buku Saku Untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, hlm. 19
26
dan jenis tindak pidana korupsi diatas dapat dikualifikasikan lagi menjadi 7
berikut;
49
Brigita P. Manohara, 2017, Dagang Pengaruh, (Trading in influence) di Indonesia, Rajawali
Pers, Jakarta, hlm. 52
27
50
Komisi Pemberantasan Korupsi., Op.,Cit., hlm. 20
51
Ermansjah Djaja, 2013, Memberantas Korupsi Bersama KpK, Edisi Kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 57
28
negri yang membiarkan orang lain merusak bukti; pegawai negri yang
lainnya.
orang lain.
Korupsi.
pidana lain yang memiliki keterkaitan dengan tindak pidana korupsi yang
4) Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana korupsi, baik tindak
pada sifat yang merugikan orang lain dan bahaya bagi kehidupan bangsa
dan negara.
buruk yang sangat luas yang ditimbulkan bagi kelangsungan negara dan
meningkat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian
keuangan negara maupun dari segi kulitas tindak pidana yang dilakukan
sektor-sektor lain seperti ilmu hukum pidana dan ide-ide hukum pidana
dari suatu bangsa dimana hukum itu hidup dan berkembang, dan seluruh
53
Jur. Andi Hamzah, 2004, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 2
54
Moh Hatta (a), 2014, KPK dan Sistem peradilan Pidana, Liberty, Yogyakarta, hlm. 1
55
Wisnubroto, 1999, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan
Komputer , Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, hlm. 11
56
M. Ali Zaidan, 2015, Menuju Pembaharuan Hukum Pidana, Sinar Grafika Jakarta. hlm.59
32
konsisten.57
Angkatan Darat.
57
Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hlm. 63
58
Evi Hartati, Op.,Cit, hlm. 22
33
1961.
Pidana Korupsi.
Korupsi.
34
Korupsi.
Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat yang dijabat oleh Jendral A.H
pengaturan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sudah cukup lama dan
yang bertahan lama untuk mengatur tindak pidana korupsi, akan tetapi
59
IGM Nuerdjana, Op., Cit, hlm. 76
60
Jur Andi Hamzah, Op., Cit, hlm 78
35
salah satu upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi. Dalam konvensi
61
Yudi Kristiana, Op.,Cit., hlm. 77
62
Redatin Perwadi, 2010, Koruptologi, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 12
63
Konsideran huruf b dan huruf c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006
tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003).
36
tidak lagi menjadi dimensi nasional namun sudah menjadi perbuatan yang
terhadap pelaku, baik berupa pidana penjara maupun pidana denda atas
tindak pidana korupsi yang dilakukan adalah fungsi preventif dan represif
64
Lilik Mulyadi, 2012, Bunga Rampai Hukum Pidana Umum Dan Khusus, PT. Alumni,
Bandung, hlm. 315
37
suatu peristiwa.67 Dalam kamus hukum bewijs diartikan sebagai segala sesuatu
yang memeperlihatkan kebenaran fakta tertentu atau ketidak benaran fakta lain
65
Eddy O.S. Hiariej,. Op.,Cit., hlm. 2.2
66
Agustinus Herimulyanto, 2019, Sita Berbasis Nilai Pengembalian Aset Tindak Pidana
Korupsi, Genta Publishing, Yogyakarta, hlm. 1
67
Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori & Hukum Pembuktian, Erlangga, Jakarta, hlm. 3
38
oleh para pihak dalam perkara pengadilan, guna memberikan bahan kepada
hukum adalah suatu proses, baik dalam acara perdata, acara pidana, maupun
dinyatakan oleh salah satu pihak dalam proses pengadilan itu benar atau tidak
68
Ibid., hlm 3
69
Ibid., hlm 3
70
Eddy O.S. Hiariej, Op.,Cit.,hlm. 3
71
R. Subekti, 2018, Hukum Pembuktian, Balai Pustaka, Jakarta. hlm. 1
72
R. Subekti., Op.,Cit., hlm. 1
73
Munir Fuady, 2018, Toeri Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata), PT. Citra Aditya,
Bandung, hlm 1
39
atau hakekat adanya fakta-fakta yang diperoleh melalui ukuran yang layak
dengan fikiran yang logis terhadap fakta-fakta pada masa lalu yang tidak terang
didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa.
perupakan bagian yang sangat penting bagi hukum acara pidana. Dalam hukum
acara pidana pembuktian sangat esensial karena yang dicari dalam perkara
74
Bambang Poernomo, 1995, Hukum Acara Pidana Pokok-Pokok Peradilan Pidana Indonesia,
Liberty, Yogyakarta, hlm. 38
75
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 77
76
Marcus Priyo Gunarto, 2018, Dekonstruksi Putusan Bebas & Putusan Lepas Dari Segala
Tuntutan Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 36
77
Eddy O.S. Hiariej,. Op.,Cit.,, hlm. 4
40
antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain. Dalam hukum
acara pidana, kekuatan semua lat bukti pada hakikatnya adalah sama
dan tidak mengenal adanya hirarkitas. Dalam hukum acara perdata
meskipun tidak mengenal hirarkitas alat bukti, namun alat bukti tertulis
mempunyai kedudukan yang sangat kuat. Terlebih akta authentik
adalah probatio plena yang berarti mempunyai kekuatan pembuktian
penuh dan sempurna yang kedudukanya sangat kuat kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya. Keenam, bewijs minimmum atau bukti minimum
yang diperlukan dalam pembuktian untuk mengikat kebebasan hakim.
Berkaitan dengan bewijs minimmum, juga dikenal istilah probative
evidence. Artinya, bukti probatif cendrung membuktikan proporsi suatu
isu dalam sebuah kasus. Tegasnya, memberikan kesempatan pada triers
of fact atau hakim yang memeriksa fakta untuk menyimpulkan sebuah
fakta penting agar dapat diterima dipengadilan, nilai probatif suatu
bukti harus memiliki suatu bobot yang melebihi nilai prejudisialnya”.79
pihak yang mendalilkan, yang dalam hal tindak pidana merupakan kompetensi
dari jaksa penuntut umum. Hal ini berdasarkan asas actori in cumbit probatio,80
/ actori incumbit unus probandi / actor non probante, reus absolvitur, yang
berarti siapa yang menuntut haknya, dia yang wajib membuktikan / siapa yang
persidangan.81
79
Eddy O.S. Hiariej, “Pembukrian Terbalik Dalam Pengembalian Kejahatan Korupsi”, Pidato,
Pengukuhan guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 30
Januari 2012.
80
Eddy O.S. Hiariej., Op.,Cit. hlm. 23
81
Eddy O.S. Hiariej., Op.,Cit. hlm. 23
43
kepustakaan ilmu hukum asas beban pembuktian ini dinamakan juga asas
Secara garis besar audit dapat diartikan sebagai suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independent terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh menejemen beserta catatan pembukuan dan
akuntan publik yang memberikan jasa pada auditan untuk memeriksa laporan
negara yang didirikan berdasarkan amanat UUD 1945 Pasal 23E ayat (1)
bebas dan mandiri”. Dan dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No
82
Lilik Mulyadi., Op.,Cit., hlm. 86
83
Ibid., hlm. 87
84
Boby Segah, “Dua Sisi Auditing; Eksternal dan Internal Pemerintah”, Anterior Jurnal, Vol.
18 Issue 1 Desember 2018.
85
Ibid.
44
pemeriksaan, yakni:
ditemukan unsur pidana, BPK melapor hal tersebut kepada instansi yang
1. Definisi Ahli
87
Lihat, Pasal 10 Undang-Undang No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Negara
88
WJS. Purwadarmita, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. hlm. 24
46
ilmu pengetahuan.89
memberikan definisi saksi ahli atau expert witnesess sebagai saksi yang
medis, dan ahli khusus yang lain. Selanjutnya menurut Arthur Best dalam
Eddy O.S. Hiariej,91 berpendapat bahwa expert testimony atau kesaksian ahli
kasus.
89
Soebekti, 2008, Kamus Hukum, Pradnya Pramita, Jakarta, hlm. 8
90
Eddy O.S. Hiariej.,Op.,Cit.,hlm. 65
91
Ibid., hlm. 62
92
Ibid., hlm. 62
93
Ibid., hlm. 63
47
perbuatan melawan hukum atau tidak. Dan jika suatu perbuatan yang terjadi
Pasal 179 KUHAP yang menyebutkan bahwa “setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai orang ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
95
Lihat, Pasal 120 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana
96
Gigik Tri MR, Nurbaedah, “Perenan Keterangan Saksi/Ahli Dalam Proses Penyidikan Tindak
Pidana Untuk Menuju Terangnya Keadilan Dalam Proses Hukum Di Indonesia”, Mizan Jurnal
Ilmu Hukum, Vol. 8 No. 1 Juni 2019
49
hanya apabila dianggap perlu oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dasar
sejari, ketua sidang tidak hanya berpaut pada bahan dan keterangan yang
telah tertuang dalam berita acara penyidikan saja, tetapi harus berusaha
meminta keterangan ahli dan bahan baru dari terdakwa, Penuntut Umum
yang berlaku baik oleh Penyidik, Jaksa atau Hakim menurut tahapan
Bilamana ahli tersebut enggan atau menoilak dengan seangaja untuk tidak
bahwa;
97
M Yahya Harahap, 2001, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP; Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
230
98
Kurniawan Syahirul Alim, Op.,Cit., hlm. 55
50
berlaku juga bagi orang yang memberikan keterangan ahli, maka ketentuan
atau ahli diamuat dalam ketentuan Pasal 170 KUHAP yang menyebutkan
bahwa;
tetapi bisa juga terjadi, sekalipun penyidik atau penuntut umum waktu
99
Lihat, Pasal 224 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
51
pengadilan.100
keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang
dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan sidang pengadilan oleh panitra.
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. 101
100
Kurniawan Syahrul Alim., Op.,Cit., hlm. 54
101
Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Universitan Indonesia Press, Jakarta,
hlm. 43
52
A. Jenis Penelitian
dari segi mana penggolongan itu ditinjau. 105 Penelitian dalam penulisan hukum
ini adalah penelitian hukum. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk
hukum guna menjawab isu yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter
perspektif ilmu hukum.106 Penelitian hukum jika ditinjau dari sifatnya, terbagi
apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang
data yang diteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya;
102
Azwar Saifudin, 2005, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 1
103
F. Sugeng Istano, 2007, Penelitian Hukum, CV Ganda, Yogyakarta, hlm. 2
104
Fajlurrahman Jurdi, 2017, “Logika Hukum, Kencana, Yogyakarta, hlm. 162
105
Sutrisno Hadi, 1987, Metodologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 3
106
Marzuki Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Yogyakarta, hlm. 35
107
Fajlurrahman Jurdi Op.,Cit., hlm 9-10
53
hipotesa tertentu.
keterangan ahli oleh seorang auditor yang disertai alat bukti tertulis hasil audit
korupsi.
bentuk yaitu;108
auditor yang disertai alat bukti terlulis hasil audit dalam perkara tindak pidana
korupsi.
bahan pustaka.
Bukti Tertulis Hasil Audit Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi” penulis
kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi
acara pidana sebagai das sollen dan penelitian lapangan mengenai penerapan
B. Bahan Penelitian
109
Ibid., hlm. 11
110
Abdulkadir Muhammad, 2004, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
31
55
Pada dasarnya data dalam penelitian hukum terdiri dari data primer dan
mengutamakan data primer yang berasal dari subjek penelitian. Selain itu data
menelaah darta skunder. Data primer dan data skunder dalam penelitian ini
yaitu;
1. Data Primer
sutu proses interaksi dan komunikasi yang hasilnya ditentukan oleh kualitas
dari beberapa faktor yang saling mempengaruhi dan berkaitan satu dengan
yang lainnya.114 Adapun narasumber dalam penelitian ini terdiri dari Hakim
2. Data Sekunder
111
Maria S.W Sumardjono, 2014, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 16
112
Zainal Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 23
113
Ibid.
114
Mukri Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 161
56
Pidana Korupsi.
115
J. Supranto, 2003, Metode Penelitian hukum dan Statistik, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 2
116
Zainal Ali., Op.,Cit., hlm. 23
117
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 163
57
korupsi.
ahli.
c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
118
M Hadin Muhjad dan Nunung Nuswardani, 2012, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer,
Genta Publishing, Yogyakarta, hlm. 51
119
Zainal Ali., Op.,Cit., hlm. 24
120
Soerjono Soekanto, 2014, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 33
58
primer dan bahan hukum skunder, yang lebih dikenal dengan nama
politik, filsafat dan lain sebagainya, yang oleh para peneliti hukum
1. Lokasi Penelitian
keterangan ahli disertai bukti tertulis hasil audit di persidangan dalam kasus
2. Subyek Penelitian
dibedakan dalam dua bentuk, ada yang bersifat probabilitas atau random
setiap unit atau manusia dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama
random, yaitu setiap unit atau manusia tidak mempunyai kesempatan yang
121
Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.
97
122
Ibid
123
Ibid, hlm. 103
124
Maria Sumardjono, Op.,Cit, hlm. 23
60
1) Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej, S.H., M.Hum selaku Guru Besar
a) Studi Kepustakaan
b) Studi Lapangan
narasumber.125
Adapun alat yang digunakan dalam studi lapangan adalah berupa pedoman
E. Analisis Data
125
Fred Kerlinger, 1996, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Diterjemahkan Landung R.
Simatupang, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta. hlm. 770
62
yang dilakukan oleh penulis, sehingga mampu mengerti dan memahami gejala
analisis mulai dari awal penelitian hingga akhir prnrlitian dengan memadukan
antara data primer, data skunder, serta komentar dan pendapat penulis
didalamnya. Perpaduan data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan data
yang diperoleh dari lapangan kemudian akan disusun dan disimpulkan sesuai
dengan kenyataan yang terjadi. Selanjutnya dari hasil penelitian tersebut dapat
F. Jalannya Penelitian
1. Tahapan Persiapan
126
Maria S.W. Sumarjono, 2001, Panduan Pembuatan Usulan Penelitian, Sebuah Panduan
dasar, PT Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm. 38
63
yang dibuat.
2. Tahapan Pelaksanaan
dan mengkaji terhadap data skunder meliputi bahan hukum primer, skunder
3. Tahap Penyelesaian
menjadi laporan akhir penelitian dalam bentuk tesis dan diuji oleh dewan
penguji tesis.
64
BAB IV
Pidana Korupsi.
Lahirnya badan khusus KPK ini dengan tugas dan kewenangan yang luas
Korupsi;
pelayanan publik;
dan
127
H. Muh. Asikin, 2020, Penerapan Hukum Dan Strategi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Studi Kasus BLBI, Kencana, Jakarta, hlm. 207
66
Korupsi adalah upaya penindakan terhadap dugaan tindak pidana korupsi yang
Pada upaya represif atau penal hukum terhadap tindak pidana korupsi yang
korupsi. 128
128
R. Wiyono, 2005, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 151
67
dimaksud dengan “hukum acara pidana yang berlaku” baik dalam Pasal 26
maupun dalam Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang No. 30 tahun 2002 seperti
undang-undang ini” baik dalam Pasal 2 maupun dalam Pasal 39 ayat (1)
berikut;
Oleh karena itu tindak pidana korupsi yang terdapat dalam Undang-
Hukum Acara Khusus (butir a dan b) yang digabungkan dengan Hukum Acara
Umum (butir c) maka tindak pidana korupsi yang terdapat di dalam Undang
Tahun 2001 tersebut merupakan atau termasuk tindak pidana khusus seperti
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
131
Ibid., hlm. 153
69
terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan hanya merupakan salah satu cara
atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan
pengadilan negri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur
undangan”.
14 (empat belas) hari kerja wajib melimpahkan berkas perkara tersebut kepada
dakwaan yang dibacakan, maka acara sidang selanjutnya akan ditentukan oleh
unsur. Satu persatu unsur-unsur pasal yang paling dekat atau dianggap paling
tindak pidana dakwaan (analisis fakta maupun analisis hukum) dalam surat
berupa perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh terdakwa akan
137
Ibid
138
Denny Indrayana, Op.,Cit, hlm. 38
139
Adami Chazawi, 2018, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Media Nusa Creative,
Malang, hlm. 229
72
pidana korupsi bukanlah merupakan suatu hal yang mudah, mengingat tindak
dan (g) gratifikasi. Dari ke 7 (tujuh) jenis tindak pidana korupsi, sebagian kasus
tindak pidana korupsi yang terjadi selalu menjadikan kekayaan negara menjadi
objek sasaran, terkecuali tindak pidana korupsi yang berupa suap, gratifikasi
dan pemerasan.
140
H. P. Pangebean, 2020, Pemulihan Aset Tindak pidana Korupsi Teori-Praktik dan
Yurisprudensi Di Indonesia, Buhana Ilmu Populer, Jakarta, hlm. 238
141
Ibid., hlm. 12
142
Suharto RM, Op.,Cit., hlm. 15
73
sudah terjadi atau nyata (actual loss) untuk dapat diterapkan dalam tindak
pidana korupsi. Hal ini menjadikan perubahan paradigma tindak pidana korupsi
yang semula merupakan tidak pidana formil menjadi tindak pidana matril.
mengenai jumlah kerugian yang ditimbulkan. Oleh karena itu, audit kerugian
negara yang dilakukan oleh lembaga audit (BPK) merupakan hal yang sangat
penting bagi Jaksa Penuntut Umum KPK dalam membuktikan kerugian negara
alat-alat bukti yang lain sebagaimana yang disebutkan dalam ketentuan Pasal
perluasan alat bukti petunjuk yang diperkenankan dan dibenarkan oleh hukum
dengan bukti lain seperti; bukti keterangan saksi dan bukti keterangan terdakwa
saja terkadang tidak cukup mampu membuat terang kejahatan dan kerugian
negara atas tindak pidana korupsi yang terjadi. Oleh karena itu, Jaksa Penuntut
143
Hasil wawancara dengan Moch. Takdir Suhan (Jaksa Penuntut Umum Direktorat Penuntutan
Komisi Pemberantasan Korupsi) Pada tanggal 21 Mei 2021.
74
adalah merupakan usaha untuk meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti
yang ada, agar menyatakan putusan seseorang terdakwa bersalah sesuai dengan
Asasi Manusia (HAM) dalam penegakan hukum, dan salah satu diantara
tuntutan itu berkenaan dengan kualitas penegakan Miranda Rule dan Miranda
Principle. Hak Asasi Manusia merupakan hak yang dijamin oleh konstitusi
sebagaimana yang disebutkan secara tegas dalam Pasal 28D ayat (1) UUD
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di
144
Ibid.
145
Hari Sasangka & Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, CV Mandar Maju,
Surabaya, hlm. 13
146
Arifin Pratama Mapia, “Tinjauan Yuridis Hak Tersangka Untuk Mendapatkan Penasehat
Hukum Menurut Pasal 56 ayat (1) KUHAP”, Lex Crimen, Vol. VII No. 10 Desember 2018.
147
M. Yahya Harahap, 2008, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Penyidikan
Dan Penuntutan, Sinar Grafika, hlm. 97
75
bahwa istilah due process of law dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan
sebagai proses hukum yang adil. Lawan dari due process of law adalah
arbitary process atau proses yang sewenang-wenang. Maka dari proses hukum
yang adil, tidak saja berupa penerapan hukum atau peraturan perundang-
bagi tersangka dan terdakwa.149 Dalam proses hukum yang adil (due process of
law) pada dasarnya, tentu tidak bisa lepas dengan sistem peradilan pidana yang
Menurut Marjono, dalam Yesmil Anwar dan Adang, proses hukum yang adil
148
Heri Tahir, 2010, Proses Hukum Yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, hlm. 27
149
Ibid,. hlm. 30
150
Yesmil Anwar & Adang, 2009, Sistem Peradilan Pidana, Widya Padjadjaran, Bandung, hlm.
334
76
merupakan wadah dari proses hukum yang adil, sehingga tidak mungkin
membicarakan proses hukum yang adil tanpa adanya sistem peradilan pidana.
Demikian sebaliknya, proses hukum yang adil pada hakikatnya merupakan roh
dari sistem peradilan pidana itu sendiri yang ditandai dengan adanya
proses hukum yang adil (due process of law) merupakan hak dari
hukum” (the law is supreme), yang menegaskan: “ kita diperintah oleh hukum”
dan “bukan oleh orang” (goverment of law and not of man).152 Menurut Yahaya
diri diatas hukum (no one is above the law), dan hukum harus diterapkan
kepada siapapun berdasar prinsip “perlakuan” dan dengan cara yang jujur (fair
manner).153
Oleh karena itu, due process tidak “membolehkan pelanggaran” terhadap suatu
bagian ketentuan hukum dengan dalih guna menegakkan bagian hukum yang
151
Ibid,. hlm. 7
152
M. Yahya Harahap, Op.,Cit., hlm. 95
153
Ibid., hlm. 95
77
lain. Agar konsep dan esensi due process dapat terjamin penegakan dan
doctrin), yang memuat berbagai hak, antara lain (sebagian diantaranya telah
penegakan hukum yang adil. Dengan demikian salah satu hal yang sangat
dalam mencapai proses hukum yang adil (due process of law), peradilan pidana
oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan
Undang No. Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). KUHAP sebagai hukum acara pidana yang meliputi tata cara
penyelenggaraan due process of law. Due process of law pada dasarnya bukan
semata-mata mengenai rule of law akan tetapi merupakan unsur yang essensial
law which hears before it condemns, which proceeds upon inquiry, and renders
judgement only after trial” pada dasarnya yang menjadi titik sentral adalah
goverment.157
hakiki dan lengkap dari suatu perkara pidana melalui penerapan ketentuan
hukum acara pidana secara tepat dan jujur. Kedua menentukan subyek hukum
berdasarkan berdasarkan alat bukti yang sah, hingga dapat didakwa melakukan
pengadila, agar dapat ditentukan apakah suatu tindak pidana telah terbukti
156
Gabrelia K.. Kaawoan, “Perlindungan Hukum Terhadap Terdakwa Dan Terpidana Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan”, Lex Administratum, Vol. V No. 1 Januari 2017.
157
Yesmil Anwar & Adang, OP., Cit., hlm. 113-114
79
dilakukan orang yang didakwa itu.158 Menurut Van Bemmelen dalam Andi
Hamzah, tujuan hukum acara pidana sejalan dengan fungsi hukum yaitu
pelaksanaan keputusan.159
Tak Bersalah).160 Asas ini mengajarkan bahwa apapun tuduhan yang dikenakan
terhadap seseorang, ia wajib dianggap tidak pernah bersalah selama belum ada
Asas hukum merupakan hal yang sangat esensial dalam hukum dan
menyatakan bahwa asas hukum merupakan dasar pikiran atau ratio legis dari
kaidah hukum. Asas dapat menjelaskan alasan dan tujuan serta jangkauan
158
Eddy O.S. Hiariej, Op.,Cit, hlm. 1.13
159
Andi Hamzah, 1996, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sapta Artha Jaya, hlm. 6
160
Denny Indrayana, Op.,Cit., hlm. 39
161
Ibid., hlm. 39
162
Mansur Kartayasa, 2017, Korupsi & Pembuktian Terbalik, Kencana, Jakarta, hlm. 89
163
Satjipto Rahardjo, 1991, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 151
80
a. Asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum.
b. Sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis
hukum itu timbul dan berakar pada akal budi dan nurani manusia. Akal budi
manusia, dan kesadaran hukum itulah yang melahirkan asas-asas hukum.165 Jadi
asas hukum adalah kaidah paling umum bermuatan etik yang dapat dirumuskan
dalam kaidah penilaian fundamental dalam suatu sistem hukum. Asas hukum
164
Mansur Kartayasa, Op.,Cit., hlm. 89
165
Ibid., hlm. 89
81
merupakan asas yang melekat pada diri tersangka/terdakwa dalam setiap tahap
bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu
dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan
menyebutkan bahwa “Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
166
Ibid., hlm. 89
167
Luhut M.P Pangaribuan, 2003, Hukum Acara Pidana, Djambatan, Jakarta, hlm. 24
168
Muhammad Hasyim, 2020, Akses Bantuan Hukum Di Sulawesi Tenggara, Scopindo Media
Pustaka, Surabaya, hlm. 16
82
hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada Klien yang
tidak mampu”. Bantuan hukum merupakan bagian dari pemberian jasa hukum
hukum adalah jasa yang diberikan oleh Advokat berupa pemberian konsultasi
klien”.
digunakan untuk merujuk kepada segala bentuk dari jasa hukum yang
ditawarkan atau diberikan kepada masyarakat, ini dapat terdiri dari pemberian
informasi atau pendapat yang dapat diberikan mengenai hak, kewajiban dan
hukum adalah suatu pemberian bantuan hukum dalam bentuk hukum, kepada
169
Sirahayu Oktoberia & Niken Savitri, 2011, Butir-Butir Pemikiran Dalam Hukum, PT. Revika
Aditama, Bandung, hlm. 240
170
Andi Muhammad Sofyan & Abd Asis, 2017, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,
Kencana, Jakarta, hlm. 111
83
seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam
perkara perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan dan atau
bantuan hukum merupakan jasa huukum yang khusus diberikan kepada fakir
dalam pengadilan, secara pidana, perdata, dan tata usaha negara, dari
171
Lasdin Wlas, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm. 119
172
Febri Hamdayani, 2016, Bantuan Hukum Di Indonesia, Kahmedia, Yogyakarta, hlm. 6
173
Kuffal H.M.A, 2003, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Universitas Muhammadiyah
Malang, Malang, hlm. 160
174
Yahman & Taringan Nurtin, 2019, Peran Advokat Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana,
Jakarta. hlm. 25
84
adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum
mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama
dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang
penasehat hukum dapat mencegah perlakukan tidak adil oleh Polisi, Jaksa atau
dan hukuman.175
175
Frans Hendra Winarta, 2011, Bantuan Hukum Di Indonesia, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, hlm. 104
85
setiap tahap pemeriksaan pemberian jasa hukum berupa bantuan hukum kepada
tidak dilanggar serta terselenggaranya proses peradilan yang adil. Namun hal
merugikan keuangan negara, hal yang wajib dibuktikan oleh Jaksa Penuntut
menegaskan bahwa harus jelas kerugian negara yang sudah terjadi (actual
dan dilindungi, terutama hak untuk membela diri atas tuduhan Jaksa Penuntut
Umum berdasarkan dakwaannya. Oleh karena itu, bantuan jasa hukum dari
Pada tahap pembuktian, keabsahan alat bukti menjadi hal utama yang
hal yang selalu menyertai dalam pembuktian tindak pidana korupsi yang
87
yang terjadi dalam acara sidang pembuktian kasus dugaan tindak pidana
pengajuan alat bukti yang ditampilkan secara ganda, yakni bukan hanya bukti
tertulis hasil audit saja namun auditor yang melakukan audit juga dihadirkan ke
muka sidang sebagai ahli untuk dimintakan keterangan sebagai ahli atas bukti
tertulis hasil audit yang dilakukannya sebelumnya. Kendatipun ada alat bukti
lain selain alat bukti dokumen hasil audit dan keterangan ahli dari BPK, namun
bukti keterangan ahli dan bukti dokumen hasil audit cukup menjadi sorotan
sumber yang sama, sehingga keberadaannya dirasa tidak adil untuk diajukan
176
M. Anwar, “Sidang Kasus BLBI, Yusril Permasalahkan Saksi Dari BPK” Teropong Senayan,
tanggal 7 Agustus 2018
88
acara sidang yang sama Tim Kuasa Hukum Syafrudin Arsyad Tumenggung
terkait alat bukti dokumen hasil audit sebelumnya. Alat bukti ahli yang
dihadirkan dinilai bisa dualisme oleh tim kuasa hukum terdakwa Syafrudin
hasil pemeriksaan audit BPPN tahun 2006 dan yang dilakukannya sendiri. Hal
itu merupakan tragedi dalam penegakan hukum yang tidak adil. Pasalnya, audit
yang dikerjakan ahli dituangkan dalam bentuk laporan yang kemudian menjadi
laporan resmi BPK lalu menjadi dokumen.178 Jika ahli menerangkan apa yang
dilakukan, apa yang ditemukan, dan bagaimana prosedur yang dilakukan, itu
artinya dia menilai pekerjaannya sendiri. Dan sangat aneh jika orang disuruh
menilai benar atau tidak atas perkerjaannya sendiri, hal itu sangat tidak
rasional.179
nobile), dimana tugas dan fungsinya adalah untuk memberikan bantuan hukum
177
Fachrul Rozie, “Sidang BLBI Yusril Sebut Aneh Ahli BPK Nilai Pekerjaanya Sendiri”,
Liputan 6 tanggal 7 Agustus 2018
178
Ibid
179
Dery Ridwansah, “Yusril Keberatan Paparan Ahli BPK Di Sidang BLBI”, Jawapos.com,
tanggal 7 Agustus 2018.
180
Hasil wawancara dengan Ysril Ihza Mahendra (Kuasa Hukum Terdakwa Syafrudin Arsyad
Tumenggung) pada tanggal 17 Mei 2021
89
hukum. Bantuan hukum diharapkan dapat mencegah perlakuan yang tidak adil
diadili.181
yang dilakukan oleh Advokat selaku kuasa hukum bagi klien dalam
menghadapi pengajuan bukti ganda dari jaksa penuntut umum adalah sebagai
berikut:
keberadaan posisi status I Nyoman Wara sebagai saksi atau ahli, sebelum
halaman 1 (satu) sebagai ahli. Hal ini menjadikan ketidak jelasan status dan
tuntutan pidana;
ahli audit dari BPK untuk menilai audit BPPN tahun 2006 yang dilakukan
fakta, dan tidak bisa jadi ahli. Karena jika I Nyoman Wara sebagai ahli
maka pada hahikatnya dia akan menilai hasil perkerjaannya sendiri. Dan
hal itu saya rasa sangat tidak adil dalam pembuktian di persidangan.
183
Hasil wawancara dengan Ysril Ihza Mahendra (Kuasa Hukum Terdakwa Syafrudin Arsyad
Tumenggung) pada tanggal 17 Mei 2021
91
hak.186
untuk meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti yang ada, agar
meringankan pidananya.188
184
H.P. Pangebean, Op.,Cit, hlm. 182
185
Eddy O.S. Hiariej, Op.,Cit., hlm. 24
186
Ibid.
187
Ibid.
188
Hari Sasangka & Lily Rosit, Op.,Cit, hlm. 13
92
upaya yang bisa dilakukan apabila terdakwa tidak puas terhadap putusan
dapat mengajukan upaya hukum, baik dengan mengajukan upaya hukum biasa
atau upaya hukum luar biasa sebagaimana yang diperkenankan dalam hukum
acara pidana.
(Landraden) dan hukum acara pidana bagi golongan eropa (read van justitie).189
ditetapkan bahwa pada waktu itu hanya satu hukum acara yang berlaku untuk
strafvordering (stbl. 1847 No. 40 jo 47) yang dahulu berlaku bagi golongan
bangsa eropa.190 H.I.R yang berasal dari zaman Pemerintah Hindia Belanda
asas negara hukum, dan selain dari itu ketentuan-ketentuan H.I.R perlu
penggati atas keberlakuan H.I.R sebagai acuan dan panduan hukum acara di
Indonesia, nilai-nilai hak asasi manusia mulai diatur dalam setiap tahap proses
peradilan, demi menuju proses yang adil (due process of law) dalam penegakan
189
A Karim Nasution, 1976, Masalah Hukum Pembuktian Dalam Proses Pidana, Direktorat
Pusdiklat Kejaksaan Agung, Jakarta, hlm. 12
190
Ibid., hlm. 13
191
Ibid..
192
Eddy O.S. Hiariej, “Diskursus Perubahan UU KPK Melemahkan Atau Menguatkan ?”,
Pidato, Bulaksumur Academician Club Pada Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 19
September 2019
94
legalitas dalam hukum pidana formil berarti setiap perbuatan pidana harus
dituntut. Asas legalitas dalam hukum acara mengandung 3 (tiga) makna yaitu,
(a) Lex scripta, yang berarti bahwa penuntutan dalam hukum acara pidana
harus bersifat tertulis; (b) Lex certa, yang berarti hukum acara pidana harus
memuat ketentuan yang jelas; (c) Lex stricta, yang berarti bahwa hukum acara
mengenai alat-alat bukti yang dibenarkan dalam proses hukum acara pidana di
a. Kesaksian-kesaksian;
b. Surat-surat;
c. Pengakuan;
d. Isyarat-isyarat.
memuat ketentuan alat bukti sebagaimana yang dimuat dalam ketentuan Pasal
184 ayat (1) menyebutkan bahwa alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
193
Eddy O.S. Hiariej, Op.,Cit., hlm. 36
95
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.
Jika dibandingkan dengan alat-alat bukti yang dimuat dalam Pasal 295
H.I.R, maka alat-alat bukti Pasal 184 ayat (1) KUHAP terdapat perbedaan
yaitu;194
2. Dalam KUHAP ditambah alat bukti baru yang dulu dalam H.I.R bukan
Di dalam HIR juga telah mengenal keterangan ahli, tetapi fungsi dan
Dalam HIR keterangan ahli bukanlah sebagai alat bukti, karena tidak disebut
dalam Pasal 295 HIR.195 Sementara menurut KUHAP keterangan ahli adalah
sebagai alat bukti, karena secara jelas disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1)
KUHAP.
mengambilnya sebagai pendapatnya sendiri dan boleh juga tidak. Tetapi kini
ahli menjadi sama dengan alat-alat bukti yang lain. Peningkatan fungsi dan
194
Adami Chazawi, 2018, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Media Nusa Creative,
Malang, hlm. 32
195
Ibid.
96
kedudukan keterangan ahli menjadi alat bukti yang diterima. 196 Melihat
Dan, tidak mungkin aparatur penegak hukum dapat menguasai semua bidang
ilmu dan teknologi tersebut. Aparatur penegak hukum bukan manusia super
yang serba tahu. Karena itu sangat wajar apabila sekarang banyak aparatur
Ketentuan alat bukti sebagaimana disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1)
KUHAP diatas berlaku secara umum dalam pembuktian tindak pidana. Dalam
menempatkannya bukti keterangan ahli pada posisi yang kedua setelah alat
ahli sebagai alat bukti yang sah dapat dicatat sebagai salah satu kemajuan
sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada saat-saat perkembangan ilmu dan
196
Ibid., hlm. 60
197
M. Yahya Harahap, 2008, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
285
97
ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang tentang suatu
Pasal 186 KUHAP menyebutkan bahwa “keterangan ahli ialah apa yang
karena keterangan ahli dapat juga didapat di luar sidang pengadilan, pada tahap
penyidikan.
barang tentu bahwa masih banyak bidang keahlian yang tidak terbatas
pasal-pasal tersebut.198
Dari sudut sifat isi keterangan yang diberikan ahli, maka ahli dapat
198
Adami Chazawi, Op.,Cit., hlm. 61
98
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
dan atau ahli lainnya”. Jika keterangan ahli sangat diperlukan untuk
yang menyebutkan bahwa “Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
waktu pemeriksaan oleh penyidik, atau penuntut umum yang dituangkan dalam
199
Ibid., hlm. 63
200
M. Yahya Harahap, Op.,Cit., hlm. 285
99
suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah waktu menerima
KUHAP menegaskan jika hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
hakim.202
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam
surat itu disebut dengan tegas untuk pemeriksaan luka ataupun mayat dan atau
Pasal 133 merupakan ahli kedoteran untuk mengidentifikasi korban baik luka,
Namun dalam kejahatan yang semakin canggih saat ini keterangan ahli
tidak hanya dibutuhkan berkenaan dengan tindak pidana badan melainkan juga
tindak pidana yang tidak secara langsung menimbulkan korban, seperti tindak
ketentuan Pasal 133 ayat (2) yang dihubungkan dengan ketentuan Pasal 186
201
Ibid.
202
Ibid.
100
diatas, jenis dan tata cara pemberian keterangan ahli sebagai alat bukti yang
tetapi bisa juga terjadi, sekalipun penyidik atau penuntut umum waktu
203
Ibid.
101
alat bukti yang sah menurut undang-undang, dan keterangan ahli tersebut
benar-benar murni sebagai alat bukti keterangan ahli, yang lahir dari hasil
Akan tetapi, lain halnya dengan alat bukti keterangan ahli yang
berbentuk laporan. Alat bukti ini sekaligus menyentuh dua alat bukti yang
sah. Menurut Eddy O.S. Hiariej menyatakan bahwa “jika ahli dibawah
tersebut merupakan alat bukti surat dan alat bukti keterangan ahli”.208
1. Pada suatu alat bukti keterangan ahli yang berbentuk laporan, tetap dapat
dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau
penuntut umum yang dituangkan dalam sebuah laporan dan dibuat dengan
alat bukti keterangan ahli yang seperti itulah yang diatur dalam Pasal 133
ayat (1) KUHAP, yakni laporan yang dibuat oleh seorang ahli atas
Pasal 186 laporan seperti itu bernilai sebagai alat bukti keterangan ahli
2. Pada sisi lain alat bukti keterangan ahli yang berbentuk laporan, juga
KUHAP telah menentukan salah satu diantara alat bukti surat, yaitu “ Surat
keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang meminta secara
Memperhatikan bunyi ketentuan itu, salah satu bentuk alat bukti surat
yang dimaksud oleh Pasal 187 huruf c, termasuk kedalam bentuk surat
keterangan ahli. Benar Pasal 187 huruf c tidak menyebutkan dengan kata-kata
yang persis sama dengan apa yang disebut pada penjelasan Pasal 186. Akan
keterangan ahli yang dituangkan dalambentuk laporan seperti apa yang disebut
pada penjelasan Pasal 186, dengan kalimat surat keterangan ahli yang memuat
yang sama. Keterangan ahli yang dituangkan dalam bentuk laporan tiada lain
daripada surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
Adapun penjelasan Pasal 186 yang menyebutkan dengan tegas saat membuat
laporan, yakni dibuat pada taraf pemeriksaan penyidikan. Sedangkan Pasal 187
huruf c bentuk surat keterangan ahli itu tidak jelas dengan tegas saat pada saat
pembuatannya. Hal itu tidak jadi persoalan. Karena titik berat persoalannya
bukan pada saat pembuatan keterangan itu oleh ahli. Namun yang menjadi
pegangan adalah bentuk laporan yang disebutkan dalam penjelasan Pasal 186
209
Ibid., hlm. 303
104
alat bukti surat. Pada sisi lain dapat juga dikatagorikan sebagai keterangan ahli.
Terserah kepada hakim untuk mempergunakan nama alat bukti yang akan
diberikan. Hakim dapat menilai dan menyebutnya sebagai alat bukti keterangan
ahli atau dapat pula menyebutnya sebagai alat bukti surat. 211 Dengan
memberi nama atas alat bukti tersebut tidak sama sekali menimbulkan
perbedaan penilaian pembuktian. Kedua alat bukti tersebut, baik alat bukti
keterangan ahli maupun alat bukti surat, sama-sama memiliki nilai pembuktian
misalnya dalam perkara tindak pidana korupsi keterangan soerang ahli auditor
BPK, yang satu berbentuk keterangan ahli berupa laporan, dan yang satu lagi
berupa keterangan ahli di sidang pengadilan. Namun kedua alat bukti tersebut
hanya menerangkan satu hal atau keadaan tertentu, seperti kerugian negara
yang berhubungan dengan perkara tindak pidana korupsi. Lantas apakah alat
bukti keterangan ahli yang demikian hanya dianggap satu atau dua alat bukti?
Dalam ketentuan seperti itu, harus di anggap hanya satu alat bukti. Keduanya
210
Ibid., hlm. 304
211
Ibid.
105
(bewijs minimmum) yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP.212 Adapun jalan
1. Apa yang diungkap dan diterngkan kedua alat bukti keterangan ahli itu,
hanya berupa penjelasan suatu hal atau keadaan tertentu, yaitu tentang
kerugian negara;
2. Sedangkan siapa pelaku tindak pidana korupsi, sama sekali tidak terungkap
ahli mengenai hal atau keadaan tertentu menurut pengetahuan dalam bidang
pengalaman ahli secara umum tanpa mengerucut pada penilaian konkret atas
keterangan ahli pada umumnya hanya bersifat melengkapi dan mencukupi nilai
pembuktian alat bukti yang lain. Keterangan ahli yang berdiri sendiri tanpa
didukung alat bukti lain, tidak cukup dan tidak memadai pembuktian kesalahan
Pasal 185 ayat (2) yang menegaskan bahwa seorang saksi saja tidak cukup
212
Ibid., hlm. 305
213
Ibid., hlm. 107
106
bukti keterangan ahli. Bahwa seorang ahli saja tidak cukup untuk membuktikan
kesalahan terdakwa. Oleh karena itu, agar keterangan ahli dapat dianggap
cukup membuktikan kesalahan terdakwa maka harus disertai dengan alat bukti
lain.214
Karena dalam hukum acara pidana, kekuatan semua alat bukti pada
hakikatnya sama, tidak ada satu melebihi yang lain. Kekuatan pembuktiannya
hukum acara pidana tidak mengenal hirarki.215 Hakim bebas menerima, atau
peristiwa pidana (direct evidence). Bukti langsung ini terdiri dari saksi, surat
214
M. Yahya Harahap, Op.,Cit., hlm. 305
215
Eddy O.S. Hiariej,.Op.,Cit., hlm. 25
216
M. Yahya Harahap, Op.,Cit., hlm. 304-305
217
Eddy O.S. Hiariej, “Sidang Sengkata PILPRES 2019”, Pidato, Kesaksian Ahli di Mahkamah
Konstitusi, 21 Juni 2019.
107
dalam rangka memperkuat bukti physical evidance atau real evidance dalam
3. Tertiary evidance, merupakan bukti yang berpijak dari bukti lain. Bukti ini
dalam ketentuan alat bukti disebut dengan bukti petunjuk. Bukti petunjuk
Pasal 188 ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa bukti petunjuk dapat
disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) itu berbeda antara bukti yang satu dengan
apabila bukti prmary evidance tidak bisa membuktikan suatu tindak pidana,
maka akan beralih pada level bukti selanjutnya yaitu secondary evidance,
membuktikannya.
Hal yang sama-sama kita ketahui bahwa yang menjadi persoalan dalam
proses pidana adalah penemuan dari kebenaran matriil atau kebenaran yang
historis. Sumber yang paling murni dari kebenaran tersebut adalah mengalami
memperoleh kebenaran matril dari persoalan itu merupakan otoritas penuh dari
hakim. Hakimlah yang menilai dan menentukan kesesuaian antara alat bukti
yang satu dengan alat bukti yang lain. Kekuatan pembuktian juga terletak pada
bukti yang diajukan, apakah bukti tersebut relevan atau tidak. 219
pada apakah bukti tersebut dapat diterima atau tidak. 220 Oleh karena itu hakim
baiknya, maka hakikat dari pembuktian itu menghendaki agar segala bahan
adalah seperti ini, dimana Jaksa Penuntut Umum atau Penasehat Hukum
219
Eddy O.S. Hiariej, Op.,Cit., hlm. 25
220
Ibid.
221
A. Karim Nasution, Op.,Cit., hlm. 21
222
Fachrur Rozie, “Sidang BLBI, Ysril Sebut Aneh Ahli BPK Nilai Perkerjaannya Sendiri”,
Liputan 6 tanggal 07 Agustus 2018.
109
didasarkan pada dua hal yang tak terpisah, yakni alat-alat bukti dan keyakinan
disebutkan dalam Pasal 183 KUHAP menyebutkan bahwa “Hakim tidak boleh
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
mengambil keputusan, hakim harus hati-hati, harus cermat dan matang dalam
fakta (mendukung tindak pidana) dakwaan dari minimal dua alat bukti yang
Dijatuhkan amar putusan pelepasan dari tuntutan hukum (ontslag van alle
rechtsvervolging).224
bahwa; putusan hakim melalui badan peradilan sama dengan putusan Tuhan.
sehingga putusan yang dijatuhkan melalui badan peradilan adalah judicium dei
atau devinum judicium atau disebut that judgment was that of god.225 Apabila
hukum tetap (gazag van gewijsde, res judicata), putusan itu tidak dapat
diganggu guugat lagi. Siapapun tidak ada yang dapat mengubahnya. Putusan
224
Ibid., hlm. 27
225
M. Yahya Harahap, 2008, Kekuasaan Mahkamah Agung Pemeriksaan Kasasi Dan Peninjauan
Kembali Perkara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 11
226
Ibid.
111
BAB V
A. Kesimpulan
memberikan bukti tertulis hasil audit dalam perkara tindak pidana korupsi
kerugian negara yang ditimbulkan (actual loss). Oleh karena itu, tentunya
sebagai salah satu alat bukti surat, bukti keterangan ahli juga dapat
bukti ganda oleh aparatur penegak hukum dalam perkara tindak pidana
pengajuan lat bukti ganda oleh aparatur penegak hukum dalam sidang
pembelaan terdakwa (pledoi) atas pengajuan alat bukti ganda oleh Jaksa
pembanding atas bukti ganda yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum.
dalam perkara tindak pidana korupsi sama dengan kekuatan alat-alat bukti
lainnya, yakni bersifat bebas dan tidak mengikat bagi hakim (vrij
dianggap sebagai satu alat bukti. Keduanga hanya bernilai satu pembuktian.
Karena kedua alat bukti tersebut hanya menerangkan satu hal atau keadaan
B. Saran
maka permasalahan kekuatan alat bukti keterangan ahli disertai bukti tertulis
hasil audit dalam perkara tindak pidana korupsi, penulis memberikan saran
sebagai berikut;
2. Penasehat Hukum
proses peradilan yang adil dan bersih tanpa ada hak-hak tersangka/terdakwa
3. Hakim
karena itu hakim harus hati-hati, harus cermat dan matang dalam menilai
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Andi Hamzah, 1996, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sapta Artha Jaya.
Andi Muhammad Sofyan & Abd Asis, 2017, Hukum Acara Pidana Suatu
Pengantar, Kencana, Jakarta.
116
Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori & Hukum Pembuktian, Erlangga, Jakarta.
Frans Hendra Winata, 2000, Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia
Bukan Belas Kasihan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
H. Deddy Ismatullah & Beni ahmad Saebani, 2018, Hukum Tata Negara:
Refleksi Kehidupan Ketata Negaraan di Negara Repoblik
Indonesia, CV Pustaka Setia, Bandung.
H.M. Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral & Keadilan: Sebuah Kajian
Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta,
Hari Sasangka & Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana,
CV Mandar Maju, Surabaya.
Heri Tahir, 2010, Proses Hukum Yang Adil Dalam Sistem Peradilan
Pidana Di Indonesia, Laksbang Pressindo, Yogyakarta.
IGM Nurdjana, 2010, Sistem Hukum Pidana Dan Bahaya Laten Korupsi
Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mavia Hukum, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Lilik Mulyadi, 2012, Bunga Rampai Hukum Pidana Umum Dan Khusus,
PT. Alumni, Bandung.
Moh Hatta (a), 2014, KPK dan Sistem peradilan Pidana, Liberty,
Yogyakarta.
Munir Fuady, 2018, Toeri Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata), PT.
Citra Aditya, Bandung.
Nurul Irfan, 2011, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, Amzah, Jakarta.
O.C. Kaligis, 2008, Praktik Tebang Pilih Perkara Korupsi, PT. Alumni,
Bandung.
Pusat Kajian Anti Korupsi, 2014, Pengadilan Yang (Tak Kunjung) Tegak,
PUKAT Korupsi FH UGM, Yogyakarta.
Yahman & Taringan Nurtin, 2019, Peran Advokat Dalam Sistem Hukum
Nasional, Kencana, Jakarta.
121
C. Karya ilmiah
D. Makalah/Pidato
Fachrur Rozie, “Sidang BLBI, Ysril Sebut Aneh Ahli BPK Nilai
Perkerjaannya Sendiri”, Liputan 6 tanggal 07 Agustus 2018.