Anda di halaman 1dari 139

DIREKTORAT HUKUM

PEMBUKTIAN UNSUR MENYEMBUNYIKAN DAN MENYAMARKAN


DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PEMBUKTIAN UNSUR MENYEMBUNYIKAN DAN
MENYAMARKAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG
Cetakan pertama, 2021, ix + 128 hlm.

Penanggung Jawab:

Fithriadi Muslim (Direktur Hukum PPATK)

Koordinator:

Azamul Fadhly Noor

Penyusun/Penulis:

Ibrahim Arifin

Penerbit:

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)


Jl. Ir. H. Juanda No. 35
Jakarta 10120

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Dilarang memperbanyak isi buku ini sebagian atau seluruhnya


dalam bentuk apapun tanpa izin penerbit, kecuali untuk
pengutipan dalam penulisan artikel atau karangan ilmiah.

ϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
ii dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
ABSTRAKSI

Pada prinsipnya rumusan delik mempunyai dua fungsi,


pertama,rumusan delik sebagai pengejewantahan dari asas
legalitas, kedua, rumusan delik berfungsi sebagai unjuk bukti
dalam konteks hukum acara pidana. Di dalam rumusan delik
terdapat suatu persyaratan berupa keadaan-keadaan tertentu
yang harus timbul setelah suatu tindakan itu dilakukan oleh
seseorang, dimana timbulnya keadaan-keadaan semacam itu
bersifat menentukan agar tindakan orang itu dapat disebut sebagai
suatu tindakan yang dapat dihukum. Inti delik (bestandelen delict)
dari pencucian uang adalah adanya tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
hasil kejahatan. Setiap perbuatan atas harta kekayaan yang
bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan dapat dikualifisir sebagai tindak
pidana pencucian uang. Konsekuensi dari hal tersebut, maka
perbuatan dari pelaku yang dinyatakan memenuhi rumusan delik
TPPU, utamanya perbuatan yang dilakukan dalam rangka
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
hasil kejahatan haruslah diuraikan secara jelas dari aspek
perbuatan yang dilakukan terhadap proceeds of crime dan
parameter apa yang tercermin dari perbuatan tersebut sehingga
dapat dikualifisir bahwa perbuatan tersebut bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dari proceeds of
crime. Namun pada faktanya dalam beberapa putusan terkait
dengan pertimbangan hukum pemenuhan unsur
“menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
hasil kejahatan yang tidak diuraikan secara jelas bagaimana
perwujudan dari perbuatan Terdakwa sehingga dapat dikualifisir
bahwa perbuatan atas harta kekayaan hasil kejahatan dilandasi
dengan tujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul harta kekayaan hasil kejahatan. Dalam beberapa putusan
masih ditemukan beberapa putusan yang pada pertimbangan
hukumnya tidak menyebutkan secara jelas kualifikasi dari
perbuatan pelaku yang dianggap mencerminkan adanya tujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan. Selain itu pada beberapa putusan masih
terdapat pertimbangan hukum yang menggabungkan antara

ŝŝŝ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang iii
pertimbangan hukum pemenuhan unsur “diketahui atau patut
diduga” dan unsur “dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan. Hal ini
kemudian berimplikasi pada pertimbangan hukum yang menjadi
bias dan tidak diuraikan secara lengkap dan jelas antara
pengetahuan pelaku dan perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
hasil kejahatan.

ŝǀ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
iv dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu


wa ta’ala atas kuasa dan dengan izin-Nya, kami telah berhasil
menyelesaikan Kajian Hukum dengan tema ”Pembuktian Unsur
Menyembunyikan Dan Menyamarkan Dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang”

Kajian Hukum ini dibuat untuk memberikan gambaran


tentang kedudukan unsur menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan sebagai bestandelend
delict TPPU dan bagaimana seharusnya pembuktian unsur
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
hasil kejahatan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Dalam praktiknya masih terdapat pertimbangan hukum


pada putusan pengadilan dalam kaitannya dengan pemenuhan
unsur menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaab hasil kejahatan yang tidak menguraikan secara jelas
bagaimana perbuatan dari Terdakwa mencerminkan adanya
tujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan.

Pada akhir kajian hukum, kami memberikan rekomendasi


yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil
kebijakan hukum di Indonesia terutama dalam pemberantasan
tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana lainnya. Selain
itu, Kami berharap bahwa Kajian Hukum ini dapat menjadi

ǀ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang v
referensi bagi internal PPATK dan para stakeholders dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kami menyadari bahwa Kajian Hukum ini jauh dari


sempurna, sehingga kami akan menerima kritik dan saran dalam
bentuk apapun untuk perkembangan kajian hukum selanjutnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


mendukung tersusunnya Kajian Hukum ini.

Jakarta, November 2021

Tim Penyusun

ǀŝ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
vi dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................... i
ABSTRAK .....................................................................................iii
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 15
A. Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana ....... 15
B. Pembuktian dalam Perkara Pidana ............................. 21
C. Tindak Pidana Pencucian Uang .................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN ................................................ 43
A. Definisi Penelitian Hukum ............................................ 43
B. Tipe Penelitian ............................................................ 43
C. Jenis dan Sumber Data ............................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 46
E. Metode Analisis …………………………………..……. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 49
A. Pembuktian Unsur Menyembunyikan atau
Menyamarkan dalam Pemeriksaan Perkara Tindak
Pidana Pencucian Uang berdasarkan ketentuan
Perundang-Undangan ................................................. 49

Ϯ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang vii
B. Praktik Pembuktian Unsur Menyembunyikan atau
Menyamarkan oleh Aparat Penegak Hukum
berdasarkan Putusan Pengadilan ............................... 78
BAB V PENUTUP ................................................................... 121
A. Kesimpulan ................................................................ 121
B. Saran ......................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………... 124

ϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
viii dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang ix
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana pencucian uang (money laundering)


merupakan suatu “kejahatan serius” (serious crime) yang
dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan,
serta menghambat pembangunan social, ekonomi, politik dan
budaya masyarakat di seluruh dunia.1
Masyarakat internasional telah sepakat bahwa
kegiatan pencucian uang yang dilakukan oleh organisasi-
organisasi kejahatan dan oleh para penjahat sangat
merugikan masyarakat dan pemerintahan. Pencucian uang
bahkan sudah dianggap sebagai suatu fenomena dunia
sekaligus tantangan internasional untuk dapat
memeranginya.2 Vienna convention dianggap sebagai
tonggak sejarah dan titik puncak dari perhatian masyarakat
internasional untuk menetapkan rezim hukum internasional
pencucian uang.3


1
Pieere-Laurent Chatain, et all, Preventing Money Laundering and Terrorist
Financing: A Practical Guide for Bank Supervisors, (Washington D.C: The World
Bank, 2009), hlm xi sebagaimana dikutip dalam Muhammad Yusuf, Mengenal,
Mencegah, Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang, (Jakarta: Pustaka
Juanda Tigalima, 2014) Hlm 2
2
US Government, Secretary of the Treasury and Attorney General, The National
Money Laundering Strategy, March 2000, hlm.6.
3
Yunus Husein dan Roberts K. Op.Cit Hlm 2

ϭ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 1
Apabila melihat rumusan Pasal dalam delik
Pencucian Uang, dapat diketahui bahwa salah satu unsur
kesalahan dalam delik TPPU adalah Unsur menyembunyikan
atau menyamarkan sebagaimana termuat dalam Pasal 3 dan
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (UU TPPU). Unsur menyembunyikan atau
menyamarkan merupakan unsur yang esensial dalam delik
Pencucian Uang. Walaupun unsur menyembunyikan atau
menyamarkan sendiri merupakan unsur yang esensial dalam
delik Pencucian Uang khususnya Pasal 3 dan Pasal 4 UU
TPPU, akan tetapi dalam Putusan maupun Tuntutan, baik
Majelis Hakim maupun Penuntut Umum terkadang masih
menggabungkan unsur menyembunyikan dan/atau
menyamarkan dengan unsur lainnya, dimana di dalam
penguraian unsur terkadang tidak dijelaskan mengenai unsur
menyembunyikan atau menyamarkan tersebut.
Definisi Pencucian Uang sendiri, menurut Sutan Remi
Sjahdeni adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau organisasi terhadap uang yang dihasilkan
dari tindak pidana yang tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta hasil kejahatan dari penegak
hukum dengan cara memasukkan uang tersebut ke dalam
sistem sistem keuangan (financial system) sehingga nantinya
menjadi uang yang halal.4 Sedangkan dalam The United

4
Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Pembiayaan Terorisme, Jakarta: Pustaka Utama Grafitri, 2007, hlm. 5.

Ϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
2 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Nation Convention Against Illicit Traffic in Narcotics, Drugs
and Psychotrophic Substances of 1988 yang kemudian
diratifikasi di Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1997 tentang Pengesahan United Nations Against Illicit
Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, istilah
Money Laundering sesuai Pasal 3 ayat (1) b diartikan
sebagai:5
The conversion or transfer of property knowing that
such property is derived from any serious (indictable)
offence or offences, for the purpose of concealing or
disguising the illicit of the property of rofassiting any person
who is involved in the commission of such an offence or
offence to evade the legal consequences of hisaction; or
the conceal mentor disguise of the true nature, source,
location, dispotition, movement, rights with respect to, or
ownership of property, knowing that such property is
derived from a serious (indictable) offence or offences or
from anact of participation in such an offence or offences.”

Bahwa di dalam The United Nation Convention Against


Illicit Traffic in Narcotics, Drugs and Psychotrophic
Substances of 1988 tersebut, Pencucian Uang diartikan
sebagai pengalihan properti yang berasal dari hasil
pelanggaran atau kejahatan serius dengan tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan properti illegal untuk
menghindari konsekuensi hukum dari tindakannya; atau
penyamaran sifat asli, sumber, lokasi, hak-hak yang berkaitan
dengan kepemilikan properti tersebut.


5
Article 3 paragraph (1) United Nations Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs
and Psychotropic Substances, istilah Money Laundering

ϯ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 3
Sedangkan menurut The Financial Action Task Force
(FATF), mendifinisikan pencucian uang sebagai berikut:6
“Money Laundering as the processing of criminal proceeds to
disguise their illegal origin to legitimize the ill-gotten gains of
crime.”

Dari definisi TPPU sebagaimana yang telah disebutkan


di atas, dapat diketahui bahwa unsur menyembunyikan atau
menyamarkan dalam delik TPPU merupakan unsur yang
essensial (bestanden delict) dalam terjadinya Tindak Pidana
Pencucian Uang. Merupakan unsur yang essensial
dikarenakan tujuan dari pencucian uang itu sendiri adalah
untuk menyembunyikan dan/atau menyamarkan asal usul
harta kekayaan hasil tindak pidana.

Mengenai definisi unsur menyembunyikan dan/atau


menyamarkan tersebut, merujuk kepada pengertian
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat
adanya definisi yang berbeda antara menyembunyikan dan
menyamarkan. Menyembunyikan sendiri apabila mengacu
kepada pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah menyimpan atau menutupi supaya tidak terlihat. 7
Menurut Yudi Kristiana, unsur “menyembunyikan asal usul
harta kekayaan yang bersumber dari hasil tindak pidana”
berarti dapat diartikan “menyimpan atau menutupi supaya
jangan terlihat asal usul harta kekayaan tersebut bersumber


6
Merujuk pada definisi The Financial Action Task Force (FATF).
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.

ϰ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
4 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
dari tindak pidana”.8 Sedangkan unsur menyamarkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menjadikan
atau menyebabkan samar, mengelirukan, menyesatkan atau
juga berarti menyembunyikan sebagai maksud. Sehingga
menurut Yudi Kristiana, “unsur menyamarkan asal usul harta
kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana” berarti dapat
diartikan “menyebabkan samar, mengelirukan, menyesatkan
atau menyembunyikan asal usul harta kekayaan, sehingga
tidak terlihat bahwa asal usul harta kekayaan itu adalah
bersumber dari tindak pidana.” 9 Sedangkan menurut Sugeng
Riyanta yang dimaksud dengan Unsur Menyembunyikan
adalah membuat untuk sulit terdeteksinya harta kekayaan
yang diduga merupakan proceed of crime. Sedangkan unsur
menyamarkan adalah suatu perbuatan membuat harta
kekayaan yang diduga proceed of crime seolah-olah
merupakan harta kekayaan yang sah.10

Apabila merujuk pada Putusan Hakim di Indonesia,


yaitu pada Putusan Nomor 30/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST
atas nama Terdakwa Wa Ode Nurhayati terdapat adanya
perbedaan dalam penafsiran unsur menyembunyikan
dan/atau menyamarkan sendiri. Bahwa berdasarkan Putusan
Nomor 30/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST atas nama


Yudi Kristiana, Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Perspektif
8

Hukum Progresif, Yogyakarta: Thafa Media, 2015, hlm. 53.


9
KBBI, op.cit.
10
Sugeng Riyanta, Modul Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta, 2016, hlm.
4-5.

ϱ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 5
Terdakwa Wa Ode Nurhayati tersebut, “menyembunyikan”
dalam rumusan unsur pasal pada delik pencucian uang
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam upaya agar
orang lain tidak akan tahu asal usul harta kekayaan, dan tidak
menginformasikan kepada petugas Penyedia Jasa Keuangan
mengenai asal usul sumber dananya dalam rangka
penempatan (placement), dan berupaya lebih menjauhkan
harta kekayaan (uang) dari pelaku dan kejahatannya melalui
pentransferan baik di dalam maupun ke luar negeri, atas
nama sendiri atau pihak lain atau melalui perusahaan fiktif
yang diciptakan atau perusahaan illegal. 11 Sedangkan
pengertian “menyamarkan” adalah suatu perbuatan
mencampur uang yang bukan haknya dengan uang yang
diperoleh dari hasil yang halal agar uang tersebut nampak
seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah, menukarkan
uang yang bukan menjadi haknya, dan yang dimaksud
dengan asal usul harta kekayaan adalah asal usul, semua
benda bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang
berwujud maupun tidak berwujud, yang diperoleh baik secara
langsung maupun tidak langsung mengarah pada risalah
transaksi dari mana sesungguhnya harta kekayaan. 12 Bahwa
dalam tindak pidana pencucian uang, unsur menyembunyikan


Putusan Nomor 30/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST atas nama Terdakwa
11

Wa Ode Nurhayati.
12
Putusan Nomor 30/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST atas nama Terdakwa
Wa Ode Nurhayati.

ϲ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
6 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
dan/atau menyamakan tersebut sudah ada sejak dalam sikap
batin/niat, yang terlihat dari adanya frasa “dengan maksud”.

Mengenai pembuktian unsur intended (memiliki


maksud), yang dalam hal ini adalah maksud unsur
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan hasil kejahatan. Di Indonesia sendiri untuk
membuktikan niat untuk menyembunyikan dan/atau
menyamarkan sendiri masih sulit, oleh karena itu Jaksa harus
memilih unsur “menyamarkan” (disguising) karena dianggap
lebih mudah pembuktiannya dibanding unsur
“menyembunyikan (hiding). Di Amerika Serikat, karena susah
untuk membuktikan hal ini, diberlakukan adanya bukti
pendukung atau petunjuk (circumstansial evidence) cukup
untuk membenarkan adanya unsur tersebut. Dengan dapat
dibuktikannya pengetahuan dari pelaku terhadap harta
kekayaa, maka otomatis terbukti pula unsur intended-nya.13

Adapun menurut Yunus Husein dalam persidangan


perkara Deviardi, menjelaskan bahwa menyembunyikan dan
menyamarkan harta kekayaan merupakan proses dari tindak
pidana pencucian uang. Secara umum di dalam pencucian
uang terdapat proses placement yaitu menempatkan hasil
kejahatan ke dalam sistem keuangan ataupun dalam
transaksi bisa dalam bentuk tunai maupun transfer, layering


13
Thomas M. Bagio, Money Laundering and Trafficking: A Question of
Understanding the Element of the Crimes and the use of Circumstacial Evidence,
Univ. of Richmond Law Rev, Vol: 28:225 (1994), hlm. 256.

ϳ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 7
yaitu berusaha menjauhkan dirinya dari asset hasil tindak
pidana untuk mempersulit tracing. Jika pelaku niatnya sudah
mempersulit tracing dengan menjauhkan dirinya dari aset,
memindahkan kepada orang lain seperti dengan
menggunakan perusahaan atau transaksi yang direkaya,
memakai namanya sendiri tetapi ditempatkan di luar negeri,
itu sudah merupakan maksud menyembunyikan dan/atau
menyamarkan dan itu sudah mempersulit pelacakan. 14

Bahwa walaupun unsur menyembunyikan atau


menyamarkan merupakan unsur esensial dalam delik
Pencucian Uang, akan tetapi terkadang baik Manjelis Hakim
maupun Penuntut Umum terkadang dalam penguraian unsur
masih menggabungkan unsur menyembunyikan atau
menyamarkan tersebut. Hal tersebut seperti yang ada pada
Putusan Putusan Nomor: 27-K/PM.11-AD/III/2011 atas nama
Terdakwa Joko Suripto, Putusan Nomor
43/Pid.Sus/2016/PN.Jkt.Pst atas nama Terdakwa Sonny
Sulaiman, Putusan Nomor 158/Pid.B/2016/PN Unr atas nama
Terdakwa Heri Hero, serta Putusan Nomor:
14/PID.Sus/2016/PN.Pkl atas nama Terdakwa Muhammad
Taufik.

Bahwa dalam perkara dengan Terdakwa Joko Suripto


serta Sonny Sulaiman, Majelis Hakim dalam Putusannya tidak
menguraikan unsur dengan tujuan menyembunyikan atau


14
Putusan Nomor 84/Pid.SUS/TPK/2013/PN.Jkt.Pst. atas nama Terdakwa
Deviardi, hlm. 439.

ϴ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
8 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
menyamarkan. Sedangkan dalam Putusan dengan Terdakwa
Heri Hero dan Muhammad Taufik sendiri unsur
menyembunyikan atau menyamarkan tersebut digabungkan
dengan unsur lainnya, akan tetapi di dalam penguraian unsur
tidak diuraikan unsur menyembunyikan atau menyamarkan.

Bahwa perlu adanya kajian yang mendalam mengenai


pembuktian unsur menyembunyikan dan/atau menyamarkan
dalam pemeriksaan perkara TPPU, hal tersebut mengingat
unsur menyembunyikan atau menyamarkan sebagai unsur
esensial (bestanden delict) dalam delik Pencucian Uang
khususnya Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU. Dimana di dalam
Pasal 3 UU TPPU, unsur menyembunyikan atau
menyamarkan tersebut ada di dalam ranah sikap batin pelaku
(mens rea) yang ditandai dengan adanya frasa “dengan
tujuan” di depan frasa menyembunyikan atau menyamarkan.
Sedangkan di dalam Pasal 4 UU TPPU, unsur
menyembunyikan atau menyamarkan tersebut ada dalam
ranah perbuatan (actus reus). Oleh karena hal tersebut di
atas, Penulis hendak menyusun kajian hukum dengan judul,
“Pembuktian Unsur Menyembunyikan Dan Menyamarkan
Dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang.”

ϵ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 9
B. Identifikasi Masalah

Dalam pembahasan kajian hukum ini, kami akan lebih


memfokuskan kepada permasalahan-permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana seharusnya Pembuktian Unsur
Menyembunyikan atau Menyamarkan dalam Pemeriksaan
Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang berdasarkan
ketentuan Perundang-Undangan?
2. Bagaimana praktik Pembuktian Unsur Menyembunyikan
atau Menyamarkan oleh Aparat Penegak Hukum
berdasarkan Putusan Pengadilan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian hukum ini


terbagi menjadi 2 (dua) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendukung tugas
PPATK dalam mencegah dan memberantas tindak pidana
pencucian uang dan fungsi dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.

ϭϬ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
10 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
2. Tujuan Khusus
1. Untuk menguraikan bagaimana seharusnya
Pembuktian Unsur Menyembunyikan atau
Menyamarkan dalam Pemeriksaan Perkara Tindak
Pidana Pencucian Uang berdasarkan ketentuan
Perundang-Undangan dan Putusan Pengadilan.
2. Untuk mengetahui bagaiamana praktik Pembuktian
Unsur Menyembunyikan atau Menyamarkan oleh
Aparat Penegak Hukum berdasarkan Putusan
Pengadilan?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat


memberikan wawasan terkait dengan Pembuktian
Unsur Menyembunyikan Dan/Atau Menyamarkan
Dalam Pemeriksaan Perkara Tindak Pidana
Pencucian Uang.

2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai


bahan rujukan terutama bagi pegawai Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Aparat

ϭϭ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 11
Penegak Hukum (Penyidik, Penuntut Hukum, dan
Majelis Hakim), serta Masyarakat.

ϭϮ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
12 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana

Hukum pidana merupakan suatu sistem norma yang


menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dimana
terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam
keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan,
serta hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi
tindakan-tindakan tersebut.15
Menurut Simons dalam PAF Lamintang hukum pidana itu
dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif atau
strafrecht in objectieve zin dan hukum pidana dalam arti
subjektif atau strafrecht in subjectieve zin. Hukum pidana dalam
arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku, atau yang juga
disebut sebagai hukum positif atau ius poenale. 16
Hukum pidana dalam arti obyektif adalah keseluruhan
dari larangan-larangan dan keharusan-keharusan, yang atas
pelanggarannya oleh negara atau oleh suatu masyarakat
hukum umum lainnya telah dikaitkan dengan suatu penderitaan
yang bersifat khusus berupa suatu hukuman, dan keseluruhan
dari peraturan-peraturan dimana syarat-syarat mengenai akibat
hukum itu telah diatur serta keseluruhan dari peraturan-


15
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
1984, hal. 1-2.
16
Ibid Hlm 3

ϭϯ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 15
peraturan yang mengatur masalah penjatuhan dan
pelaksanaan dari hukumannya itu sendiri. 17
Hukum pidana subjektif adalah sejumlah peraturan yang
mengatur hak negara untuk menghukum seseorang yang
melakukan perbuatan yang dilarang.18 Peraturan-peraturan ini
membatasi kekuasaan dari negara untuk menghukum. 19
Hukum pidana Subjektif tidak dapat dilaksanakan tanpa hukum
pidana objektif. Dengan kata lain, hukum pidana objektif
membatasi kekuasaan negara dalam konteks hukum pidana
subjektif.20
Kaitan antara hukum pidana subjektif (ius poenandi) dan
hukum pidana objektif (ius poenali) adalah kewenangan
pemerintah dalam menjatuhkan hukuman sebagai
pengejewantahan hukum pidana subjektif dijalankan
berdasarkan ketentuan maupun koridor yang telah ditetapkan
dalam konteks hukum pidana objektif.
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum larangan yang disertai dengan ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.21 Perbuatan pidana atau tindak
pidana diterjemahkan dari kata strafbaar feit. Simons
merumuskan bahwa “een strafbaar feit” adalah suatu handeling
(tindakan/perbuatan) yang diancam dengan pidana oleh


17
Ibid Hlm 4
18
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Hlm 4
19
P.A.F. Lamintang Op.Cit Hlm 4
20
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2012, hlm. 36
21
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015, hlm. 59.

ϭϰ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
16 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
undang-undang, bertentangan dengan hukum (onrechtmatig)
dilakukan dengan kesalahan (schuld) oleh seseorang yang
mampu bertanggung jawab. Simons membagi dalam 2 (dua)
golongan unsur, yaitu unsur objektif yang berupa tindakan yang
dilarang/diharuskan, akibat keadaan/masalah tertentu, dan
unsur subjektif yang berupa kesalahan (schuld) dan
kemampuan bertanggungjawab (toerekeningsvatbaar) dari
petindak.22
Perbuatan pidana pada praktiknya dan pada beberapa
literatur kerap disebut juga dengan istilah delik. Ungkapan yang
kerap digunakan adalah peristilahan “perbuatan yang
memenuhi unsur delik”. Oleh karena itu unsur-unsur perbuatan
pidana sama halnya dengan unsur-unsur perbuatan yang
memenuhi delik.
Rumusan delik memiliki dua fungsi, pertama, (secara
hukum pidana material) seperti kita ketahui, bertalian dengan
penerapan konkret dari asas legalitas, sanksi pidana hanya
mungkin diterapkan terhadap perbuatan yang terlebih dahulu
ditentukan sebagai perbuatan yang dapat dipidana oleh
pembentuk undang-undang. Pembentuk Undang-undang
melakukan hal ini melalui rumusan delik. Fungsi ini, mengingat
rasio dari asas legalitas, dapat dinamakan fungsi melindungi
dari hukum. Di samping dan berhubungan langsung dengan hal


22
E.Y. kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, Jakarta: Alumni Ahaem – Petehaem, 2002, hlm. 205

ϭϱ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 17
itu, rumusan delik masih mempunyai fungsi lain (secara hukum
acara pidana) yang dapat dinamakan fungsi petunjuk bukti.23
Senada dengan D, Schafmeisster, menurut Eddy O.S
Hairiej, rumusan delik tersebut mempunyai dua fungsi,
pertama,rumusan delik sebagai pengejewantahan dari asas
legalitas, kedua, rumusan delik berfungsi sebagai unjuk bukti
dalam konteks hukum acara pidana. 24 Menurut Simons, di
dalam beberapa rumusan delik dapat kita jumpai suatu
persyaratan berupa keadaan-keadaan tertentu yang harus
timbul setelah suatu tindakan itu dilakukan orang, dimana
timbulnya keadaan-keadaan semacam itu bersifat menentukan
agar tindakan orang itu dapat disebut sebagai suatu tindakan
yang dapat dihukum.25
Salah satu contoh perbuatan dimana “timbulnya
keadaan-keadaan yang menentukan agar tindakan orang itu
dapat disebut sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”
dapat dilihat pada rumusan delik pada Pasal 338 dan Pasal 340
KUHP. Pada ketentuan tersebut timbulnya keadaan-keadaan
yang menentukan agar tindakan orang itu dapat disebut
sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum” adalah adanya
seseorang yang nyawanya dirampas atau dalam hal ini
kehilangan nyawa. Apabila perbuatan seseorang tersebut tidak
berakibat pada hilangnya nyawa, maka perbuatan tersebut


23
D, Schaffmeister, N Keijzer dan E.P H. Sutorius, Hukum Pidana, PT Citra Aditya
Bakti, Cetakan ke-III 2011, Hlm 25
24
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit Hlm 130
25
P.A.F. Lamintang Op.Cit Hlm 186

ϭϲ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
18 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang memenuhi
rumusan delik Pasal 338 dan Pasal 340 KUHP.
Terkait dengan keadaan yang timbul yang menentukan
agar tindakan orang itu dapat disebut sebagai suatu tindakan
yang dapat dihukum oleh Simons dikenal dengan istilah
“bijkomende voorwarden der van strafbaarheid. 26 Tanpa
adanya keadaan-keadaan tersebut maka seseorang menjadi
tidak dapat dihukum.
Di dalam rumusan delik, terdapat syarat-syarat tertentu
yang menentukan apakah perbuatan seseorang sejalan
dengan kualifikasi perbuatan yang ditentukan di dalam suatu
delik. Lamintang mengkualifikasikan syarat tersebut ke dalam
tiga bentuk, yaitu, Pertama syarat berupa cara melakukan
suatu tindak pidana atau sarana yang digunakan dalam
melakukan suatu tindak pidana. Kedua, subjek maupun objek
dari suatu tindak pidana harus mempunyai sifat-sifat tertentu
dan ketiga waktu dan tempat dilakukannya suatu tindak pidana
itu harus sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Lamintang
menyebutkan bahwa Syarat atau keadaan tersebut dikenal
dengan istilah “essentialia van het delict”. Penjabaran dari
suatu tindak pidana ke dalam unsur-unsurnya dan penentuan
keadaan-keadaan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai
essentialia van het delict sangat penting dalam kaitannya
dengan opzet dan culpa serta dalam hubungannya dengan
penerapan hukum acara pidana.


26
P.A.F. Lamintang Op.Cit Hlm 188

ϭϳ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 19
Mengenai delik sendiri, para pakar hukum pidana
membagi delik atas bestanddelen van het delict dan elementen
van het delict. Bestanddelen van het delict adalah rumusan
delik yang tertulis dalam suatu rumusan unsur pada suatu
Pasal, sedangkan elementen van het delict meliputi unsur yang
tertulis maupun yang tidak tertulis pada suatu delik.
Menurut Van Bemmelen dan Van Hattum hanya elemen
yang tertulis saja yang merupakan elemen perbuatan pidana. 27
Bestandeleen atau bagian-bagian dari delik itu:
1. Terdapat di dalam rumusan delik
2. Oleh penuntut umum harus dicantumkan dalam tuduhan
3. Harus dibuktikan di dalam peradilan
4. Bilamana satu atau lebih bagian ternyata tidak dapat
dibuktikan, maka hakim harus membebaskan tertuduh
atau dengan perkataan lain hakim harus memutuskan
suatu vrijspraak.
Konsekuensi lebih lanjut, yang harus dibuktikan oleh
Penuntut Umum di Pengadilan hanyalah bestandeel.28 Pada
intinya, dengan mengacu pada pendapat Van Bemmelen
tersebut, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
Penuntut Umum berkewajiban untuk membuktikan semua
unsur yang menjadi bestabdeleen dari suatu delik. Kendati
demikian yang perlu dipahami adalah tidak selamanya unsur


27
J.M. Van Bemmelen dikutip dari bukur prinsip prof eddy
28
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit Hlm 131

ϭϴ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
20 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
delik tersebut bersifat kumulatif. 29 Rumusan delik tersebut
mempunyai dua fungsi, pertama,rumusan delik sebagai
pengejewantahan dari asas legalitas, kedua, rumusan delik
berfungsi sebagai unjuk bukti dalam konteks hukum acara
pidana.30

B. Pembuktian Dalam Perkara Pidana


1. Pengertian Pembuktian
Pembuktian adalah perbuatan membuktikan.
Membuktikan berarti memberi atau memperlihatkan bukti,
melakukan sesuatu sebagai kebenaran, melaksanakan,
menandakan, menyaksikan dan meyakinkan31.
Membuktikan berarti memperlihatkan bukti dan
pembuktian diartikan sebagai proses, perbuatan atau cara
membuktikan.32 M. Yahya Harahap, mendefinisikan
bahwa pembuktian merupakan ketentuan-ketentuan yang
berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang
dibenarkan oleh Undang-Undang dalam membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Dalam
pembuktian, juga perlu diatur alat-alat bukti yang


29
Ibid Hlm 132
30
Ibid Hlm 130
31
Soedirjo, Jaksa dan Hakim Dalam Proses Pidana (Jakarta: CV Akademika
Pressindo, 1985), Hlm 47 sebagaimana dikutip dalam Eddy O.S. Hiariej, Teori dan
Hukum Pembuktian, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012, hlm. 36
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka,1990), Hlm. 84. Sebagaimana dikutip dalam Ibid

ϭϵ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 21
dibenarkan undang-undang yang boleh dipergunakan
hakim dalam membuktikan kesalahan terdakwa. 33
R. Subekti berpendapat bahwa pembuktian
merupakan suatu proses dalam meyakinkan hakim
tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan dalam
persengketaan. Oleh karena itu menurut R. Subekti,
seseorang tidak dapat dihukum, kecuali jika hakim
berdasarkan alat-alat bukti yang sah memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana telah terjadi dan
bahwa terdakwa telah melakukannya.34
Menurut Sudikno Mertokusumo, membuktikan
mempunyai beberapa pengertian, yaitu arti logis,
konvensional dan yuridis. Pertama, membuktikan dalam
arti logis iala memberikan kepastian yang bersifat mutlak
karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinkan
adanya bukti lawan, kedua, pembuktian dalam arti
konvensional ialah memberikan kepastian yang bersifat
nisbi atau relative.35 Dalam konteks hukum, arti penting
pembuktian adalah mencari kebenaran suatu peristiwa
hukum. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang
mempunyai akibat hukum36.


M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
33

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali,


Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 279
34
Ibid.
35
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., hlm. 6
36
Ibid Hlm 7

ϮϬ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
22 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Menurut Lilik Mulyadi, pembuktian sendiri telah
dimulai sejak proses penyelidikan, Pada dasarnya, aspek
“pembuktian” ini sudah dimulai sebenarnya pada tahap
penyelidikan perkara pidana. Dalam tahap penyidikan
yakni tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan
sesuatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan, sehingga disini
sudah ada tahap pembuktian. Begitu pula halnya dengan
penyidikan yakni ditentukan adanya tindakan penyidik
untuk mencari serta mengumpulkan bukti dan dengan
bukti tersebut membuat terang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya. Oleh Karena itu
dengan tolak ukur ketentuan Pasal 1 angka 2 dan angka 5
KUHAP, untuk dapat dilakukanya tindakan penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan,
bermula dilakukan penyelidikan dan penyidikan sehingga
sejak tahap awal diperlukan adanya pembuktian dan alat-
alat bukti. Kongkretnya “pembuktian” berawal dari
penyelidikan dan berakhir di depan sidang pengadilan baik
ditingkat Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi jikalau
perkara tersebut dilakukan dengan upaya banding 37.”
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa
pembuktian dilihat dari perspektif hukum acara pidana,
yakni ketentuan yang membatasi siding pengadilan dalam
usaha mencari dan mempertahankan kebenaran, baik

Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik Dan
37

Permasalahannya, PT. Alumni, Bandung, 2007, hlm.160

Ϯϭ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 23
oleh hakim, penuntut umum, terdakwa maupun penasihat
hukum, semuanya terikat pada ketentuan dan tata cara,
serta penilaian alat bukti yang ditentukan oleh undang-
undang. Tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan yang
leluasa sendiri dalam menilai alat bukti dan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang.38 Terdakwa tidak
diperkenankan mempertahankan sesuatu yang dianggap
benar diluar ketentuan yang ditentukan oleh undang-
undang. Akan tetapi Dalam hal pembuktian ini, hakim perlu
memperhatikan kepentingan masyarakat dan kepentingan
terdakwa. Kepentingan masyarakat berarti, bahwa
seseorang yang telah melanggar ketentuan pidana
(KUHAP) atau Undang-undang pidana lainnya, harus
mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.
Sedangkan kepentingan terdakwa, berarti bahwa
terdakwa harus diperlakukan secara adil sedemikian rupa
sehingga tidak ada seseorang yang tidak bersalah
mendapat hukuman, atau kalau memang ia bersalah
jangan sampai mendapat hukuman yang terlalu berat,
tetapi hukuman itu harus seimbang dengan
kesalahannya39, dalam artian lain, pembuktian terhadap
Tersangka atau Terdakwa haruslah dilakukan sesuai
dengan koridor yang telah ditentukan oleh peraturan


38
Syaiful Bakhri, Hukum Pembuktian dalam praktik peradilan (Jakarta : P3IH dan
Total Media)
39
Darwan Prints, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik., Djambatan , Jakarta,
1998, hlm.133.

ϮϮ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
24 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
perundang-undangan mengenai mekanisme pembuktian
itu sendiri.
2. Parameter Pembuktian
a. Teori Pembuktian
Teori pembuktian atau dikenal dengan istilah
Bewijstheorie adalah teori yang oleh hakim dijadikan
sebagai dasar pembuktian dalam pengadilan. Dalam
perkembangannya dikenal ada 4 (empat) teori
pembuktian40:
1) Positief wettelijck Bewijs theorie,
Dalam sistem pembuktian yang menganut
teori Positief wettelijck Bewijs theorie, hakim
terikat secara positif kepada alat bukti menurut
undang-undang, artinya, jika dalam
pertimbangan, hakim telah menganggap terbukti
suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti
yang disebut dalam undang-undang tanpa
diperlukan keyakinan, hakim dapat menjatuhkan
putusan. Positief wettelijck bewijstheorie pada
prinsipnya digunakan dalam hukum acara
perdata. Oleh karena itu. Ada yang berpendapat
bahwa kebenaran yang dicari dalam hukum
perdata adalah kebenaran formal. Artinya,
kebenaran hanya didasarkan pada alat bukti


40
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., hlm. 15

Ϯϯ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 25
semata, sebagaimana disebutkan dalam undang-
undang.
2) Conviction Intime
Conviction Intime yang berarti keyakinan
semata. Artinya, dalam menjatuhkan putusan,
dasar pembuktiannya semata-mata diserahkan
kepada keyakinan hakim, dia tidak terikat pada
alat bukti, namun atas dasar keyakinan yang
timbul dari hati Nurani dan sifat bijaksana hakim,
ia dapat menjatuhkan putusan.
3) Conviction Raisonee
Conviction Raisonee Artinya, dasar
pembuktian menurut keyakinan hakim dalam
batas-batas tertentu atas alasan yang logis. Disini,
hakim diberi kebebasan untuk memakai alat-alat
bukti disertai dengan alasan yang logis. Dalam
konteks hukum acara pidana di Indonesia,
conviction raisonee digunakan dalam siding tindak
pidana ringan, termasuk dalam persidangan
perkara lalu lintas dan persidangan perkara pidana
dalam acara cepat yang tidak membutuhkan jaksa
penuntut umum untuk menghadirkan Terdakwa,
tetapi polisi mendapatkan kuasa dari Jaksa
penuntut umum dapat menghadirkan Terdakwa
dalam sidang pengadilan.
4) Negatief wettelijck bewijs theorie

Ϯϰ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
26 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Teori Negatief wettelijck bewijs theorie
merupakan teori yang secara umum dianut dalam
sistem peradilan pidana di Indonesia. Dasar
pembuktian menurut keyakinan hakim yang timbul
dari alat bukti dalam undang-undang secara
negative. Secara tegas dasar teori pembuktian ini
dinyatakan dalam ketentuan Pasal 183 KUHAP,
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah dia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
Terdakwalah yang bersalah melakukannya.

b. Alat Bukti
Bahan pembuktian atau Bewijsmiddelen
merupakan alat-alat bukti yang digunakan untuk
membuktikan telah terjadinya suatu peristiwa hukum.
Mengenai apa saja yang menjadi alat bukti akan diatur
dalam hukum acara41 . Yang dimaksud dengan alat bukti
adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut,
dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna
menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya


41
Ibid Hlm 17

Ϯϱ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 27
suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh
terdakwa42.
Pada dasarnya ketentuan mengenai alat-alat bukti
diatur sebagaimana dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
Oleh karena itu apabila ditelaah secara global proses
mendapatkan kebenaran materiel (materieele waarheid)
dalam perkara pidana alat-alat bukti memegang peranan
sentral dan menentukan. Oleh, karena itu secara teoritis
dan praktik suatu alat bukti haruslah dipergunakan dan
diberi penilaian secara cermat, agar tercapai kebenaran
sejati sekaligus tanpa mengabaikan hak asasi terdakwa.
Dalam buku IV Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Perdata yang mengatur tentang pembuktian dan
daluwarsa, alat bukti tercantum dalam Pasal 1865.
Secara eksplisit dikatakan , alat-alat bukti terdiri atas:
Bukti tulisan; Bukti dengan saksi-saksi; persangkaan-
persangkaan; pengakuan; sumpah dan segala
sesuatunya yang mengindahkan aturan-aturan yang
ditetapkan dalam bab-bab yang berikut. Dalam konteks
hukum acara pidana di Indonesia, adapun alat bukti yang
diakui di pengadilan pada prinsipnya sama dengan alat
bukti yang banyak digunakan di berbagai negara.


42
Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana
untuk Mahasiswa dan Praktisi, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm.11.

Ϯϲ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
28 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Berdasarkan ketentuan Pasal 184 KUHAP, alat
bukti yang sah dalam hukum acara pidana adalah :
a. Keterangan Saksi
b. Keterangan Ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan Terdakwa

Dalam perkembangan hukum di Indonesia, masing-


masing hukum acara memuat ketentuan mengenai
alat bukti yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Misalnya hukum acara mahkamah konstitusi
menyebutkan bahwa alat bukti dalam persidangan
Mahkamah Konstitusi adalah surat atau tulisan,
keterangan saksi, keterangan Ahli keterangan para
pihak, petunjuk dan alat bukti lain berupa informasi
yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan
secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa
dengan itu. Dalam konteks hukum pidana, untuk
menanggulangi kejahatan-kejahatan luar biasa, alat
bukti yang dapat digunakan pada sidang pengadilan,
tidak sebatas yang termaktub dalam ketentuan Pasal
184 KUHAP.

Ϯϳ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 29
c. Kekuatan Pembuktian
Proses pembuktian dalam hukum acara
pidana tidak hanya menitik beratkan pada
kuantitas dari jumlah alat bukti yang diajukan oleh
Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum.
Masing-masing alat bukti yang diajukan oleh para
pihak akan dilihat dari aspek kekuatan pembuktian
dalam rangka untuk menilai terbukti atau tidak
terbuktinya dakwaan yang diajukan oleh Jaksa
penuntut Umum. Kekuatan pembuktian dari
masing-masing alat bukti dikenal dengan istilah
Bewijskracht.
Penilaian mengenai kekuatan pembuktian
merupakan otoritas hakim. Hakimlah yang menilai
dan menentukan adanya kesesuaian antara alat
bukti yang satu dengan alat bukti yang lain.
Kekuatan pembuktian juga terletak pada bukti
yang diajukan, apakah bukti tersebut relevan atau
tidak relevan dengan perkara yang sedang
disidangkan. Jika bukti tersebut relevan, kekuatan
pembuktian selanjutnya akan mengarah pada
apakah bukti tersebut dapat diterima atau tidak.43
Dalam hukum pidana, kekuatan alat bukti
pada hakikatnya sama , tidak ada satu yang,
melebih yang lain. Tegasnya alat bukti dalam


43
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., hlm. 25

Ϯϴ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
30 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
hukum acara pidana tidak mengenal Hierarki.
Hanya saja ada ketentuan-ketentuan yang
mensyaratkan keterkaitan antara bukti yang satu
dengan bukti yang lain, oleh karena itu dalam
hukum acara pidana terdapat bukti yang bersifat
pelengkap, bukti tersebut timbul dari bukti yang
lain.44 Dalam hukum acara Perdata karena
didasarkan pada positief wettelijck bewijstheorie,
meskipun tidak mengenal hierarki alat bukti, alat
bukti tertulis seperti surat, sertifikat atau akta
autentik mempunyai kedudukan yang sangat kuat.
Terlebih akta autentik merupakan probation plena
yang berarti mempunyai kekuatan pembuktian
penuh dan sempurna yang kedudukannya sangat
kuat, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. 45

d. Minimum Alat Bukti


Minimum alat bukti sebagai bagian
daripada parameter pembuktian dikenal dengan
istilah bewijsminimum yang merupakan minimum
jumlah alat bukti yang diperlukan untuk mengikat
kebebasan hakim. Dalam konteks hukum acara
pidana di Indonesia, untuk menjatuhkan pidana


44
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., hlm. 26
45
Ibid

Ϯϵ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 31
terhadap terdakwa, harus ada dua alat bukti
ditambah dengan keyakinan hakim. Artinya untuk
dapat menjatuhkan pidana, bewijsminimum nya
adalah dua alat bukti. Ketentuan mengenai perihal
alat bukti ini diatur dalam ketentuan Pasal 183
KUHAP “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
Terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Masih berkaitan dengan bewijsminimum,
dalam hukum pembuktian juga dikenal istilah
probative evidence. Artinya, bukti probative
cenderung membuktikan proporsi suatu isu dalam
sebuah kasus. Tegasnya, agar dapat memberikan
kesampatan kepada triers of fact atau hakim yang
memeriksa fakta untuk menyimpulkan sebuah
fakta penting agar dapat diterima di pengadilan,
nilai probatif suatu bukti harus memiliki bobot yang
melebihi nilai prayudisialnya. Ada juga yang
dikenal dengan istilah preponderance of the
evidence, yakni standar pembuktian yang
lazimnya diterapkan dalam persidangan perkara
perdata. Preponderance of the evidence ini
mengharuskan hakim untuk menemukan bahwa
versi fakta penggugat lebih daripada tidak Artinya,

ϯϬ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
32 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
bobot bukti untuk salah satu pihak lebih besar
dibandingkan pihak lain (51% atau lebih dari bobot
bukti).46

e. Beban Pembuktian
Dalam hukum pembuktian, beban
pembuktian dikenal dengan istilah bewijslast.
Bewijslast atau burden of proof adalah pembagian
beban pembuktian yang diwajibkan oleh undang-
undang untuk membuktikan suatu peristiwa
hukum. Dalam hukum positif, asas pembagian
beban pembuktian tercantum dalam Pasal 163
Herzine Indische Reglement, Pasal 283
Reglement op de burgelijke dan Pasal 1865 KUH
perdata yang menyebutkan bahwa yang diembani
kewajiban untuk membuktikan adalah pihak yang
mendalihkan bahwa ia mempunyai sesuatu haka
tau untuk mengukuhkan haknya sendiri atau untuk
membantah suatu hak orang lain yang menunjuk
pada suatu peristiwa. Hal ini berdasarkan asas
actori incumbit probation yang berarti siapa yang
menggugat, dialah yang wajib membuktikan.


46
Mark Costanzo, Aplikasi Psikologis Dalam Sistem Hukum (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), Hlm 504 sebagaimana dikutip dalam Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit.,
hlm. 26

ϯϭ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 33
Dalam konteks perkara pidana yang
berlaku secara universal, kewajiban untuk
membuktikan dakwaan yang didakwakan kepada
tersangka merupakan kewajiban penuntut umum,
hal ini merupakan konsekuensi atas asas
diferensiasi fungsional dalam criminal process
yang menyerahkan fungsi penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pengadilan dan
kepada Lembaga yang berwenang yaitu
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga
pemasyarakatan.47
Dalam praktik, baik penuntut umum
maupun terdakwa atau penasihat hukumnya
saling membuktikan dihadapan persidangan 48.
Terdakwa dan penasihat hukumnya akan
membuktikan bahwa Terdakwa tidak terbukti
bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan Penuntut Umum. kondisi dimana
penuntut umum dan terdakwa sama-sama
membuktikan dihadapan pengadilan dinamakan
asas pembalikan beban pembuktian “berimbang”
seperti dikenal di Amerika Serikat dan juga di
Indonesia. Pembuktian oleh Terdakwa yang


47
Ibid Hlm 23
48
Ibid

ϯϮ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
34 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
menunjukkan bahwa dia tidak bersalah
melakukan tindak pidana dikenal dengan istilah
exculpatory evidence. Menurut Lilik Mulyadi,
beban pembuktian apabila dilihat dari tolak ukur
jaksa penuntut umum dan terdakwa, terbagi
menjadi dua. Pertama, sistem beban pembuktian
jaksa biasa atau konvensional, yakni Jaksa
Penuntut Umum yang membuktikan kesalahan
Terdakwa, kedua, teori pembalikan beban
pembuktian yang dalam aspek ini terbagi atas
teori pembalikan pembuktian yang bersifat absolut
dan teori pembalikan beban pembuktian yang
bersifat terbatas dan berimbang.49
Dalam konteks hukum nasional
Indonesia, pembalikan beban pembuktian yang
bersifat terbatas dan berimbang dikenal dalam
undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi. Dalam Undang-undang aquo,
pembuktian yang dilakukan oleh Terdakwa adalah
suatu hak, Artinya, jika Terdakwa melepaskan hak
tersebut atau sebaliknya menggunakan hak
tersebut, namun tidak dapat membuktikan bahwa
dia tidak bersalah, kondisi ini dianggap sebagai
hal yang memberatkan Terdakwa. Terdakwa juga
dapat menawarkan bukti-bukti baru dalam


49
Lilik Mulyadi, Op.Cit hlm 104

ϯϯ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 35
persidangan untuk menghindari hukuman berat.
Tegasnya, terdakwa menerima beban pembuktian
pembelaannya. Hal yang demikian dikenal
dengan istilah affirmative defense.
Pembalikan beban pembuktian atau
reversal burden of proof atau omkering van
bewijslast adalah absolut-pembuktian oleh
Terdakwa bahwa dia tidak bersalah merupakan
suatu kewajiban. Hanya ada dua kemungkinan,
apakah Terdakwa tidak dapat membuktikan
bahwa dia tidak bersalah ataukah Terdakwa dapat
membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Jika
Terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa dia
tidak bersalah, hakim dapat menjatuhkan pidana.
Sebaliknya, jika Terdakwa dapat membuktikan
bahwa dia tidak bersalah, jaksa Penuntut umum
wajib mengajukan bukti yang ada padanya bahwa
Terdakwa bersalah. Artinya, Jaksa penuntut
umum yang mendakwa Terdakwa harus tetap
membekali diri dengan sejumlah alat bukti untuk
membuktikan dakwaannya. Dalam kondisi dimana
Terdakwa dapat membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah dan penuntut umumpun dapat
membuktikan bahwa Terdakwa bersalah,

ϯϰ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
36 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
penilaian terhadap bukti-bukti yang ada dalam
persidangan dikembalikan kepada hakim.50
Lilik mulyadi berpendapat bahwa
dianutnya pembalikan beban pembuktian secara
murni menyebabkan beralihnya asas praduga
tidak bersalah menjadi asas praduga bersalah,
padahal praduga bersalah relatf cenderung
dianggap sebagai pengingkaran terhadap asa
yang bersifat universal khususnya terhadap asas
praduga tidak bersalah.51

f. Proses Pembuktian
Proses pembuktian dalam hukum
pembuktian dikenal dengan istilah bewijsvoering.
Secara harfiah bewijsvoering diatikan sebagai
penguraian cara bagaimana menyampaikan alat-
alat bukti kepada hakim di pengadilan. Bagi
negara-negara yang menggunakan Due process
model dalam sistem peradilan pidananya, perihal
bewijsvoering ini cukup mendapatkan perhatian.
Dalam Due Process Model, negara begitu
menjunjung tinggi Hak asasi manusia (hak-hak
tersangka) sehingga acap kali seorang tersangka


50
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., hlm. 25
51
Lilik Mulyadi, Op.Cit hlm 105

ϯϱ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 37
dibebaskan oleh pengadilan dalam pemeriksaan
praperadilan lantaran alat bukti yang diperoleh
dengan cara yang tidak sah atau yang disebut
dengan istilah unlawful legal evidence.52
Proses pembuktian haruslah dijalankan
dengan tetap memperhatikan apa yang menjadi
hak dari tersangka maupun Terdakwa, termasuk
dalam upaya pengumpulan alat bukti. Herbert L
Packer menyatakan bahwa suatu bukti illegally
acquired evidence (perolehan bukti secara tidak
sah) tidak patut dijadikan sebagai bukti di
persidangan53. Bewijsvoering ini semata-mata
menitikberatkan kepada hal-hal yang bersifat
formalisistis. Konsekuensi selanjutnya seringkali
mengesampingkan kebenaran dan fakta yang
ada.

C. Tindak Pidana Pencucian Uang


Secara umum defenisi tindak pidana pencucian
uang (TPPU) adalah serangkaian perbuatan atas harta
kekayaan yang diketahui atau patut diduga berasal dari
hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul, sumber, lokasi, peruntukan,


52
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., hlm. 20
53
Lilik Mulyadi, Op.Cit hlm 104

ϯϲ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
38 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya.
Pencucian uang dimaksudkan untuk melegalisasikan
uang hasil kejahatan yang dimasukkan ke dalam sistem
keuangan.54 Money laundering secara harfiah juga
diistilahkan dengan pemutihan uang, pendulangan uang
atau disebut pula dengan pembersihan uang hasil
transaksi gelap (legitimalizing illegitimate income) 55
Dalam Black’s Law Dictionary, istilah money
laundering diartikan sebagai56 Terms used to describe
investment or other transfer of money flowing from
racketeering, drug transaction and other illegal sources
into legitimate channels so that it’s original sources cannot
be traced.
Tidak ada definisi yang seragam dan
komprehensif mengenai pencucian uang. Adapun secara
yuridis, definisi dari Tindak pidana Pencucian Uang telah
dimuat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) yang
menyatakan bahwa Pencucian Uang merupakan segala


54
Ivan Yustiavandana, Arman Nevi, Adiwarman. Tindak Pidana Pencucian Uang
di Pasar Modal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) Hlm 11
55
N.H.T Siahaan. Pencucian uang dan Kejahatan Perbankan. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2005. hal.5 sebagaimana dikutip dalam Ivan Yustiavandana,
Op.Cit Hlm 11
56
Henry Campbell Black , M.A, Black's Law Dictionary, (st.paul, Minn, West
Publishing Co.) sixth edition, 1990, hal 884 sebagaimana dikutip dalam Ivan
Yustiavandana, Op.Cit Hlm 10

ϯϳ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 39
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini.57


57
Sutan Remy Sjahdeini. Pencucian Uang: Pengertian, Sejarah, Faktor Penyebab
dan Dampaknya bagi Masyarakat, Jurnal Hukum Bisnis Vo.22-No.3, 2003, hal. 5.
Sebagaimana dikutip dalam Ivan Yustiavandana, Op.Cit Hlm 10

ϯϴ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
40 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 41
BAB III
METODE PENELITIAN

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan


42 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
BAB III

METODE PENELITIAN HUKUM

A. Definisi Penelitian Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan


suatu bentuk kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu,
dengan jalan menganalisisnya. Disamping itu, juga diadakan
pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu faktor hukum
tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala
yang bersangkutan.58

B. Tipe Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah


metode yuridis-normatif. Metode penelitian hukum normatif
adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
normatifnya. Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah


58
Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm.
43

ϯϵ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 43
yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak
penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undangan.

Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan di


dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang
(statute approach) dilakukan dengan menelaah semua
undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang ditangani; pendekatan kasus (case
approach) dilakukan dengan cara melakukan telaah kasus-
kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah
menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
yang tetap; pendekatan konseptual (conceptual approach)
beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang
berkembang di dalam ilmu hukum.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam suatu


penelitian dapat berwujud data yang diperoleh melalui bahan-
bahan kepustakaan dan/atau secara langsung dari
masyarakat. Data yang diperoleh langsung dari masyarakat
dinamakan data primer, sedangkan data yang diperoleh
melalui bahan kepustakaan dan dokumentasi disebut data
sekunder.

ϰϬ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
44 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Sesuai dengan pembedaan tersebut, penelitian
hukum dapat dibedakan menjadi :

1) penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal,


yaitu penelitian hukum yang mempergunakan sumber data
sekunder;

2) penelitian hukum empiris atau penelitian hukum yang


mempergunakan data primer, yang oleh penulis
digunakan juga sebagai data pendukung dalam penelitian
ini, bukan sebagai data utama karena sebagai tambahan
interpretasi dari peran serta itu sendiri.

Data sekunder di bidang hukum (dipandang dari sudut


kekuatan mengikatnya) dapat dibedakan menjadi :

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang


bersifat autoritatif atau artinya mempunyai otoritas. Bahan-
bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan,
catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat


hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat
membantu menganalisis dan memahami bahan hukum
primer adalah buku-buku, artikel, jurnal hukum, rancangan
peraturan perundang-undangan, hasil karya ilmiah para
sarjana, hasil-hasil penelitian, yang tentunya mempunyai
relevansi dengan apa yang hendak diteliti.

ϰϭ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 45
D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal pengumpulan bahan hukum, baik bahan


hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan
berdasarkan topik permasalahan dengan melakukan studi
kepustakaan, yaitu peneliti mengumpulkan bahan-bahan
hukum dari berbagai peraturan perundang-undangan, buku-
buku, artikel, jurnal ilmiah, makalah, hasil penelitian pakar
hukum dan kliping koran serta melakukan browsing internet
mengenai segala hal yang terkait dengan permasalahan di
atas. Selain itu, dalam penelitian ini, penulis juga telah
melakukan wawancara kepada beberapa narasumber dari
Penyidik dari Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan. Jaksa
Penuntut Umum pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan
dan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Akademisi dari Universitas
Diponegoro, Universitas Airlangga dan Universitas Gajah
Mada.

E. Metode Analisis

Adapun metode analisis yang digunakan adalah


analisis deskriptif kualitatif yaitu menyajikan kajian pada data-
data yang diperoleh dari objek penelitian. Suatu penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.
Maksudnya adalah bahan hukum yang diperoleh dalam
penelitian diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa,

ϰϮ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
46 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

ϰϯ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
BAB IV

HASIL ANALISIS

A. Pembuktian Unsur Menyembunyikan atau


Menyamarkan dalam Pemeriksaan Perkara Tindak
Pidana Pencucian Uang berdasarkan ketentuan
Perundang-Undangan.
1. Kriminalisasi Tindak Pidana Pencucian Uang
Kriminalisasi, dapat diartikan sebagai proses
penetapan suatu perbuatan orang sebagai perbuatan
yang dapat dipidana. Proses itu diakhiri dengan
terbentuknya undang-undang, dimana perbuatan itu
diancam dengan suatu sanksi berupa pidana. 59 Soetandyo
Wignjosoebroto mengemukakan bahwa “kriminalisasi
ialah suatu pernyataan bahwa perbuatan tertentu harus
dinilai sebagai perbuatan pidana yang merupakan hasil
dari suatu penimbangan-penimbangan normatif yang
wujud akhirnya adalah suatu keputusan (decisions). 60
Munculnya money laundering dimulai dari negara
Amerika Serikat sejak tahun 1830.61 Pada waktu itu
banyak orang yang membeli perusahaan dengan uang
hasil kejahatan seperti hasil perjudian, penjualan

59
Teguh Prasetyo. Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana. Bandung. Penerbit Nusa
Media. 2010 Hlm. 2.
60
Soetandyo Wignjosoebroto, “Kriminalisasi Dan Dekriminalisasi: Apa Yang
Dibicarakan Sosiologi Hukum Tentang Hal Ini, disampaikan dalam Seminar
Kriminalisasi dan Dekriminalisasi dalam Pembaruan Hukum Pidana Indonesia,
Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 15 Juli 1993. Hlm. 1.
61
Yunus Husein dan Roberts K. Tipologi dan Perkembangan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Depok: Radjawali Pers, 2018. Hlm 1

ϰϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 49
narkotika, minuman keras secara illegal dan pelacuran. 62
Istilah money laundering mulai muncul Ketika salah satu
mafia besar Amerika, Al Capone mendirikan perusahaan
laundry untuk menyembunyikan hasil kejahatan perjudian,
prostitusi dan pobat bius sehingga uang tersebut seolah-
olah berasal dari kegiatan yang sah.
Istilah money laundering sebagai sebutan
sebenarnya belum lama dipakai. Penggunaan pertama
kali dipakai pada saat surat kabar dikaitkan dengan
pemberitaan mengenai skandal Watergate di Amerika
Serikat pada tahun 1973, sedangkan dalam konteks
pengadilan atau hukum, penggunaan istilah money
laundering muncul pertama kali pada tahun 198263
Bagi masyarakat Internasional praktik pencucian
uang sangat berbahaya, selain karena sifatnya sebagai
suatu perbuatan yang menyembunyikan hasil kejahatan
dengan berkamuflase sebagai perbuatan yang sah, juga
ternyata jumlah uang hasil kejahatan yang dicuci sangat
besar dan kemudian digunakan juga untuk
mengembangkan jaringan kejahatan selanjutnya terutama
untuk kejahatan terorganisasi seperti narkotika. 64


62
Munir Fuady. Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2001), hlm. 154
63
Sutan Remy Sjahdeini. “Pencucian Uang: Pengertian, Sejarah, Faktor-faktor,
Penyebab dan Dampaknya Bagi Masyarakat”, Jurnal Hukum Bisnis, (Jakarta:
Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis), Volume 22-No.3-Tahun 2003, hlm. 7.
Sebagaimana dikutip dalam Yunus Husein dan Roberts K. Op.Cit Hlm 2
64
Yenti Ganarsih, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang dan
Permasalahannya di Indonesia, Depok: Rajawali Pers, 2017, Hlm 2

ϰϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
50 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Pada prinsipnya hasil kejahatan (proceeds of crime)
dari suatu tindak pidana memiliki kedudukan yang sangat
penting demi kelangsungan dari tindak pidana tersebut.
Apabila para pelaku kejahatan tidak dapat memanfaatkan
hasil kejahatan untuk membiayai kembali kejahatannya,
maka tentu keberlangsungan dari tindak pidana tersebut
menjadi terancam dikarenakan tersendatnya modal
ekonomis untuk membiayai kejahatan tersebut.
Masyarakat internasional telah sepakat bahwa
kegiatan pencucian uang yang dilakukan oleh organisasi-
organisasi kejahatan dan oleh para penjahat sangat
merugikan masyarakat dan pemerintahan. Pencucian
uang bahkan sudah dianggap sebagai suatu fenomena
dunia sekaligus tantangan internasional untuk dapat
memeranginya.65
Sebagai langkah kongkrit dalam rangka melakukan
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian, negara-negara yang tergabung di dalam G-7
countries pada 1989 membentuk The Financial Action
Task Force (FATF). FATF kemudian menjadi gugus tugas
yang memiliki tugas dan kewenangan untuk Menyusun
suatu rekomendasi internasional dalam kaitannya
melaksanaan upaya untuk memerangi TPPU.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sejauh ini
FATF telah mengeluarkan 40 (empat puluh) rekomendasi

US Government, Secretary of the Treasury and Attorney General, The National
65

Money Laundering Strategy, March 2000, hlm.6.

ϰϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 51
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang serta 8 (delapan) rekomendasi khusus untuk
memberantas pendanaan terorisme.66 Semua kebijakan
FATF harus diadopsi oleh member (anggota) dan
associate member.67
Berkaitan dengan kriminalisasi pencucian uang,
rekomendasi terkait dengan kewajiban untuk melakukan
kriminalisasi terhadap pencucian uang diatur di dalam
ketentuan rekomendasi 3 FATF Recommendation.68
Pada rekomendasi tersebut disebutkan bahwa setiap
negara harus menetapkan banhwa pencucian uang
merupakan kejahatan berdasarkan Konvensi Wina
(United Nations Convention Against Illicit Traffic In
Narcotic Drugs And Psychotropic Substances, 1988) dan
Konvensi Palermo (United Nations Convention Against
Transnational-organized Crime). Setiap negara harus
menerapkan kejahatan pencucian uang pada semua
tindak pidana serius (serious crime).69 Vienna convention

66
Yunus Husein dan Roberts K, Op.Cit Hlm 91.
67
Ivan Yustiavandana, Arman Nevi, Adiwarman. Tindak Pidana Pencucian Uang
di Pasar Modal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) Hlm 11
68
Dalam Interpretative Note pada Rekomendasi 3 FATF Recommendation
dinyatakan bahwa :
“Countries should apply the crime of money laundering to all serious offences,
with a view to including the widest range of predicate offences. Predicate offences
may be described by reference to all offences; or to a treshold linked either to a
category of serious offences; or to the penalty of imprisonment applicable to the
predicate offences (treshold approach); or to a list of predicate offences; or a
combination of these approaches
69
Dalam Article 2 Point (b) United Nations Convention Against Transnational-
Organized Crime dinyatakan bahwa Tindak Pidana Serius merupakan tindakan
yang merupakan suatu tindak pidana yang dapat dihukum dengan maksimum

ϰϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
52 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
dianggap sebagai tonggak sejarah dan titik puncak dari
perhatian masyarakat internasional untuk menetapkan
rezim hukum internasional pencucian uang. 70
2. Unsur Menyembunyikan atau Menyamarkan
sebagai Bestandelen Delicten pada Delik TPPU.
Dalam hukum pidana, rumusan delik memiliki dua
fungsi, pertama, (secara hukum pidana material) seperti
kita ketahui, bertalian dengan penerapan konkret dari
asas legalitas, sanksi pidana hanya mungkin diterapkan
terhadap perbuatan yang terlebih dahulu ditentukan
sebagai perbuatan yang dapat dipidana oleh pembentuk
undang-undang. Pembentuk Undang-undang
melakukan hal ini melalui rumusan delik. Fungsi ini,
mengingat rasio dari asas legalitas, dapat dinamakan
fungsi melindungi dari hukum. Di samping dan
berhubungan langsung dengan hal itu, rumusan delik
masih mempunyai fungsi lain (secara hukum acara
pidana) yang dapat dinamakan fungsi petunjuk bukti.71
Menurut Eddy O.S Hairiej, rumusan delik tersebut
mempunyai dua fungsi, pertama,rumusan delik sebagai
pengejewantahan dari asas legalitas, kedua, rumusan


pidana penghilangan kemerdekaan paling kurang 4 (empat) tahun atau sanksi
yang lebih berat.
70
Yunus Husein dan Roberts K. Op.Cit Hlm 2
71
D, Schaffmeister, N Keijzer dan E.P H. Sutorius, Hukum Pidana, PT Citra Aditya
Bakti, Cetakan ke-III 2011, Hlm 25

ϰϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 53
delik berfungsi sebagai unjuk bukti dalam konteks hukum
acara pidana.72
Secara garis besar rumusan delik mengenai
perbuatan apa saja yang dapat dikualifisir sebagai TPPU
diatur di dalam ketentuan Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5.
Delik rumusan unsur pasal sebagai berikut:
a. Pasal 3, yang berbunyi: “Setiap Orang yang
menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan
hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan”.
b. Pasal 4, yang berbunyi: “Setiap Orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,
sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,
atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)”; dan
c. Pasal 5 Ayat (1) yang berbunyi: “Setiap Orang yang
menerima atau menguasai penempatan,


72
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit Hlm 130

ϰϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
54 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)”.
Selain itu, Ketentuan UU TPPU memungkinkan
untuk mendudukkan korporasi sebagai subjek pelaku
tindak pidana pencucian uang. Berdasarkan ketentuan
Pasal 1 angka 10 UU TPPU dinyatakan bahwa Korporasi
adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun
bukan badan hukum.
Secara spesifik ketentuan yang kemudian
mengkriminalisasi Korporasi sebagai subjek hukum
pidana dalam tindak pidana pencucian uang, dimuat di
dalam ketentuan Pasal 6 UU TPPU yang menyatakan
sebagai berikut:
(1) Dalam hal tindak pidana Pencucian Uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan oleh
Korporasi, pidana dijatuhkan terhadap
Korporasi dan/atau Personil Pengendali
Korporasi.
(2) Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi
apabila tindak pidana Pencucian Uang:
a. dilakukan atau diperintahkan oleh
Personil Pengendali Korporasi;

ϱϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 55
b. dilakukan dalam rangka pemenuhan
maksud dan tujuan Korporasi;
c. dilakukan sesuai dengan tugas dan
fungsi pelaku atau pemberi perintah;
dan
d. dilakukan dengan maksud
memberikan manfaat bagi Korporasi.

Adapun ketentuan sebagaimana yang disebutkan


di dalam Pasal 6 ayat (2) tersebut bersifat kemulatif.
Dengan kata lain Keseluruhan kualifikasi tersebut harus
terpenuhi untuk dapat mendudukkan korporasi sebagai
subjek pelaku TPPU.

Dalam praktiknya kualifikasi pelaku tindak pidana


pencucian uang dibagi atas pelaku aktif dan pelaku pasif.
Berdasarkan doktrin maupun Yurisprudensi Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia, terkait dengan
subjek atau pelaku sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 ayat (1) apabila
diklasifikasikan berdasarkan perbuatan, maka subjek
atau pelaku dalam ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4
diklasifikasikan sebagai pelaku Aktif, sedangkan pelaku
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 5 ayat
(1) diklasifikasikan sebagai pelaku Pasif.

Klasifikasi mengenai pelaku Aktif dan pelaku pasif


didasarkan pada keaktifan pelaku dalam perbuatan atau

ϱϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
56 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
aktifitas yang bertujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul proceeds of crime sebagaimana
yang diatur dalam ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 UU
TPPU. Definisi aktif dalam konteks pelaku aktif tindak
pidana pencucian uang adalah merupakan kegiatan-
kegiatan yang aktif dan beragam yang dilakukan oleh
pelaku tindak pidana pencucian uang. 73

Perbedaan prinsip antara ketentuan Pasal 3 dan


Pasal 4 UU TPPU serta dibandingkan dengan ketentuan
Pasal 5 ayat 1 UU TPPU, Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU
terdapat frasa menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan. Sedangkan
pada ketentuan Pasal 5 UU TPPU tidak terdapat adanya
frasa menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan.

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan


bahwa Rekomendasi 3 FATF menyebutkan bahwa
setiap negara untuk mengkriminasilasi pencucian uang
dengan mengacu pada Konvensi Wina (United Nations
Convention Against Illicit Traffic In Narcotic Drugs And
Psychotropic Substances, 1988) dan Konvensi Palermo
(United Nations Convention Against Transnational-
organized Crime,2000).


Reda Mantovani, Narendra Jatna, Rezim Anti Pencucian uang dan Perolehan
73

Hasil Kejahatan di Indonesia, UAI Press, Cetakan III, Oktober 2018

ϱϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 57
Pada konvensi Wina, pengaturan mengenai
pencucian merujuk pada article 6 paragraph (1) point a
sub-point (i) dan (ii), dengan ketentuang sebagai berikut:
(1) Each State Party shall adopt, in accordance with
fundamental principles of its domestic law, such
legislative and other measures as may be
necessary to establish as criminal offences,
when committed intentionally:
(i) The conversion or transfer of property,
knowing that such property is the proceeds
of crime, for the purpose of concealing or
disguising the illicit origin of the property or
of helping any person who is involved in the
commission of the predicate offence to
evade the legal consequences of his or her
action;
(ii) The concealment or disguise of the true
nature, source, location, disposition,
movement or ownership of or rights with
respect to property, knowing that such
property is the proceeds of crime.
Sedangkan pada Konvensi Palermo merujuk pada
article 3 paragraph (1) point b sub-point (i) dan (ii)

;ŝͿ The conversion or transfer of


property, knowing that such property
is derived from any offence or
offences established in accordance
with subparagraph a) of this
paragraph, or from an act of
participation in such offence or
offences, for the purpose of
concealing or disguising the illicit
origin of the property or of assisting
any person who is involved in the
commission of such an offence or
ϱϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
58 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
offences to evade the legal
consequences of his actions;
;ŝŝͿ The concealment or disguise of
the true nature, source, location,
disposition, movement, rights with
respect to, or ownership of property,
knowing that such property is
derived from an offence or offences
established in accordance with
subparagraph a) of this paragraph or
from an act of participation in such
an offence or offences;

Apabila mencermati ketentuan di atas, pada


Konvensi Wina sendiri belum terdapat terminology yang
secara spesifik menyebutkan frasa “money laundering”
atau “laundering of proceeds of crime”. akan tetapi
secara spesifik pada article 3 disebutkan bahwa salah
satu perbuatan yang harus dikriminalisasi berdasarkan
perbuatan tersebut adalah terhadap setiap orang yang
melakukan konversi atau perpindahan suatu aset
dengan tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul yang tidak sah dari property
tersebut. Adapun pada Konvensi Palermo sendiri, frasa
yang berkaitan dengan pencucian uang disebutkan
secara spesifik pada article 6” Criminalization of the
laundering of proceeds of crime”.
Meskipun pada prinsipnya pada article 3 konvensi
Wina tidak menyebutkan terminology yang berkaitan
dengan pencucian uang sebagaimana halnya dengan

ϱϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 59
article 6 konvensi Palermo, akan tetapi article 3 konvensi
Wina dan article 6 konvensi Palermo secara esensial
memerintahkan hal yang sama, yaitu agar dilakukan
suatu langkah kriminalisasi terhadap perbuatan for the
purpose of concealing or disguising the illicit origin.
Di dalam ketentuan hukum positif perundang-
undangan di Indonesia terkait dengan tindak pidana
pencucian uang, konkritisasi dari implementasi Konvensi
Wina dan Konvensi Palermo dituangkan pada ketentuan
Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU. Pasal 3 dan Pasal 4 UU
TPPU mengkriminalisasi perbuatan concealing or
disguising the illicit origin atau yang selanjutnya diartikan
dengan frasa “menyembunyikan atau menyamarkan”.
Adapun ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,


mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan
dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

ϱϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
60 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Pasal 4

Setiap Orang yang menyembunyikan atau


menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau
kepemilikan yang sebenarnya atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Ketentuan UU No 8 Tahun 2010 tentang


Pencegahan dan Pemberantasan TPPU tidak
memberikan definisi terkait dengan apa yang dimaksud
dengan perbuatan “menyembunyikan” dan apa yang
dimaksud dengan “menyamarkan”. Berdasarkan doktrin
dan yurispudensi, secara umum frasa
“menyembunyikan” didefinisikan sebagai kegiatan yang
dilakukan dalam upaya, sehingga orang lain tidak akan
tahu asal usul harta kekayaan berasal dari hasil kejahatan
antara lain dengan cara tidak menginformasikan kepada
petugas Penyedia Jasa Keuangan mengenai asal usul
sumber dananya dalam rangka penempatan (placement),
selanjutnya berupaya lebih menjauhkan harta kekayaan
(uang) dari pelaku dan kejahatannya melalui
pentransferan baik di dalam maupun ke luar negeri, atas
nama sendiri atau pihak lain atau melalui perusahaan fiktif
ϱϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 61
yang diciptakan atau perusahaan illegal dan seterusnya
(layering). Setelah placement dan layering berjalan mulus,
biasanya pelaku dapat menggunakan harta kekayaannya
secara aman baik untuk kegiatan yang sah atau illegal
(integration). Dalam konteks money laundering, ketiga
tahapan tidak harus semua dilalui, adakalanya hanya
cukup pada tahapan placement, layering atau placement
langsung ke integration.74
Adapun perbuatan menyamarkan didefinisikan
sebagai perbuatan mencampur uang haram dengan uang
halal agar uang haram nampak seolah-olah berasal dari
kegiatan yang sah, menukarkan uang haram dengan mata
uang lainnya dan sebagainya.75
Inti dari kriminalisasi pencucian uang pada
dasarnya adalah perbuatan menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil tindak
pidana sehingga harta kekayaan tersebut nampak seolah-
olah merupakan harta yang sah. Unsur menyembunyikan


74
Lihat Pertimbangan Majelis Hakim pada pembuktian unsur “dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan” pada Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 84/Pid.Sus/TPK/2013/PN.Jkt.Pst., hlm.
438.
75
Lihat Pertimbangan Majelis Hakim pada pembuktian unsur “dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan” pada Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 84/Pid.Sus/TPK/2013/PN.Jkt.Pst., hlm.
438 – 439.
Lihat Pertimbangan Majelis Hakim pada pembuktian unsur “dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan” pada Putusan
Pengadilan Negeri Jambi Nomor 637/Pid.Sus/2013/PN.Jmb hlm. 38.

ϱϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
62 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
atau menyamarkan ini lah yang kemudian menjadi
pembeda antara pelaku aktif dan pelaku Pasif TPPU. 76
Menurut Simons, di dalam beberapa rumusan
delik dapat kita jumpai suatu persyaratan berupa keadaan-
keadaan tertentu yang harus timbul setelah suatu tindakan
itu dilakukan orang, dimana timbulnya keadaan-keadaan
semacam itu bersifat menentukan agar tindakan orang itu
dapat disebut sebagai suatu tindakan yang dapat
dihukum.77 Keadaan tersebut dikenal dengan istilah
“bijkomende voorwarden der van strafbaarheid.78 Tanpa
adanya keadaan-keadaan tersebut maka seseorang
menjadi tidak dapat dihukum.
Dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian
uang, perbuatan seseorang dianggap memenuhi rumusan
delik apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dari
suatu harta kekayaan. Upaya atau tujuan untuk
“menyembunyikan atau menyamarkan” inilah yang
menjadi bestandelen delichten atau inti delik kriminalisasi
tindak pidana pencucian uang.
Apabila dari rangkaian perbuatan pelaku atas hasil
tindak pidana tidak terdapat indikasi adanya perbuatan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul


76
Pada kegiatan Focus Group Discussion Luhut M.P Pangaribuan menyampaikan
pendapat yang berbeda. Luhut M.P Pangaribuan menyampaikan bahwa yang
menjadi inti kriminalisasi TPPU adalah adanya harta kekayaan hasil tindak pidana
77
P.A.F. Lamintang Op.Cit Hlm 186
78
P.A.F. Lamintang Op.Cit Hlm 188

ϱϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 63
harta kekayaan hasil tindak pidana, maka terhadap
perbuatan tersebut tidak dapat dijerat menggunakan
ketentuan pencucian uang. Setiap perbuatan pelaku
dalam hal ini membelanjakan, membayarkan
mentransferkan dan lain sebagainya tidak mencerminkan
upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usulnya maka perbuatan tersebut hanya merupakan
bagian dari upaya pelaku tindak pidana untuk menikmati
hasil tindak pidana yang telah diperolehnya.
Menjadi sesuatu yang mutlak bagi penyidik
maupun penuntut umum untuk membuktikan bahwa dari
rangkaian perbuatan yang dilakukan oleh pelaku atas
harta kekayaan hasil kejahatan, ada “maksud atau tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan” dari tindakan
pelaku atas harta kekayaan yang diperoleh dari hasil
tindak pidana tersebut.
Antara perbuatan atas proceeds of crime dan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan tersebut
haruslah didudukkan sebagai suatu kesatuan, namun
pada hakikatnya harus dipandang sebagai sesuatu yang
berbeda. Dalam hal ini, dalam menguraikan perbuatan
pelaku kejahatan Ketika membelanjakan hasil kejahatan
untuk membeli aset tertentu misalnya, maka konstruksi
dari perbuatan tersebut harus dibangun dari setidak-
tidaknya dua fakta, yaitu Pelaku membelanjakan hasil
kejahatan untuk membeli suatu aset dan ada aktifitas atau
kondisi tidak lazim dari rangkaian peroses yang dilakukan

ϱϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
64 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
pelaku Ketika membelanjakan hasil kejahatan tersebut.
Sehingga aktifitas atau kondisi tidak lazim dari cara pelaku
membelanjakan hasil kejahatan tersebutlah yang
kemudian dapat menjadi identifikasi awal bahwa pelaku
bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan.

3. Pembuktian Unsur Menyembunyikan atau


Menyamarkan sebagai Bestandelen Delicten pada
Delik TPPU
Menurut Simons, dasar adanya
pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah
keadaan psikis tertentu pada orang yang melakukan
perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan
tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang
sedemikian rupa, hingga orang itu dapat dicela karena
melakukan perbuatan tadi.79
Dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian
uang, keadaan psikis dari pelaku adalah keinginan
ataupun maksud untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan.
Adapun mengenai bagaimana penentuan unsur
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayan, perlu dilihat dari berbagai aspek.


79
Moeljatno, Op.Cit Hlm 196

ϲϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 65
Meskipun dapat dipahami bahwa tidak ada
indikator mutlak bahwa suatu perbuatan atas harta
kekayaan hasil tindak pidana terdapat tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan. Ada beberapa
parameter yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
adanya pemenuhan unsur menyembunyikan atau
menyamarkan:
a. Tipologi TPPU Sebagai Indikasi Adanya Tujuan
Menyembunyikan atau Menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan
Pada prinsipnya pencucian uang didefinisikan
sebagai segala bentuk perbuatan yang dilakukan
dengan tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil tindak
pidana. Dengan kata lain, agar suatu perbuatan dapat
dikualifisir sebagai perbuatan pencucian uang, maka
setiap perbuatan atas harta kekayaan hasil tindak
pidana tersebut haruslah dilandasi pada maksud atau
tujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil tindak pidana.

Dalam praktiknya ukuran untuk menentukan


adanya upaya untuk menyembunyikan atau
menyamarkan hasil kejahatan selalu diidentikkan
dengan analisa terhadap tipologi. Tipologi pencucian
uang tersebut pada umumnya dilakukan oleh pelaku
tindak pidana untuk menyembunyikan atau

ϲϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
66 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil tindak
pidana, hal tersebut bertujuan agar harta kekayaan
hasil tindak pidana tersebut nampak seolah-olah
merupakan harta kekayaan yang sah. Perihal tipologi,
Egmont Group telah merilis beberapa cara atau
tipologi-tipologi terjadinya tindak pidana pencucian
uang, antara lain:80
1) Penyembunyian kedalam struktur bisnis
(concealment within business structure), yaitu
upaya untuk menyembunyikan dana
kejahatan ke dalam kegiatan normal dari
bisnis atau ke dalam perusahaan yang telah
ada yang dikendalikan oleh organisasi yang
bersangkutan.
2) Penyalahgunaan bisnis yang sah (misuse of
ligitimate business), yaitu dengan
menggunakan bisnis yang telah ada atau
perusahaan yang telah berdiri untuk
menjalankan proses pencucian uang tanpa
perusahaan yang bersangkutan mengetahui
kejahatan yang menjadi sumber dana tersebut.
3) Penggunaan identitas palsu, dokumen
palsu atau perantara (use of false identities,
documents or straw men) yaitu dengan
menyerahkan pengurusan aset yang berasal


80
Financial Intelligence Unit /FIU’s in Action: 100 Cases from the Egmont Group.

ϲϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 67
dari kejahatan kepada orang yang tidak ada
hubungannya dengan kejahatan tersebut
dengan menggunakan identitas dan dokumen
palsu.
4) Pengeksploitasian masalah-masalah yang
menyangkut yurisdiksi internasional (exploiting
international jurisdictional issues) dengan
mengeksploitasi perbedaan peraturan dan
persyaratan yang berlaku antara negara yang
satu dengan negara yang lain, misalnya
menyangkut rahasia bank, persyaratan
identifikasi, persyaratan transaparansi
(disclosure requirements) dan pembatasan
lalu lintas devisa (currency restriction).
5) Penggunaan harta kekayaan yang tanpa
informasi kepemilikan (use of anonymous
asset types) merupakan tipe paling
sederhana seperti uang tunai, barang
konsumsi, perhiasan, logam mulia, sistem
pembayaran elektronik (electronicpayment
system) dan produk finansial (financial
product).
Dalam FIU’S In Action 100 Cases from the
egmont group, dijelaskan bahwa Use of
anonymous asset types The final laundering
typology is in some res p e c ts the simplest.
Criminals are aware that the less audit trail

ϲϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
68 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
available to the inves t i g a t o r, the less likely
that a financial inves t i g a t i o n will either
detect or prove to a criminal standard the link
between the criminal and the asset. Some
asset forms are completely anonymous in
nature, so that actual ownership or sourcing is
virtually impossible to prove unless the criminal
is caught whilst interacting with the asset by law
enforcement.

Berdasarkan statistik putusan, tipologi yang


paling sering digunakan oleh pelaku kejahatan dalam
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan adalah use of nominee,
commingling dan mekanisme transaksi tunai.

1) Use of nominee
Use of nominee pada prinsipnya adalah
penggunaan identitas pihak lain baik itu keluarga
maupun kerabat atau pihak lain dalam upaya
untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil tindak pidana.
Perwujudan dari adanya tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil tindak pidana
direpresentasikan dari tipologi use of nominee
dilihat dari adanya kecenderungan oleh pelaku
TPPU agar aktifitas suatu transaksi yang

ϲϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 69
menggunakan harta kekayaan hasil tindak
pidana tidak menunjukkan bahwa pelaku
tersebutlah yang menjadi beneficial owner atau
pemilik manfaat sebenarnya. Setidak-tidaknya
ada 3 (tiga) bentuk dari tipologi use of nominee
yang lazim digunakan oleh pelaku TPPU.
a) Menggunakan rekening atas nama orang
lain atau identitas atas nama perusahaan
sebagai rekening penampungan hasil
tindak pidana.
b) Menggunakan rekening yang dibuka
menggunakan identitas palsu/tidak benar
untuk menampung hasil tindak pidana
c) Menggunakan identitas pihak lain pada
dokumen kepemilikan aset yang dibeli
menggunakan hasil tindak pidana
Konkritisasi tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan dari tipologi use of nominee adalah
pelaku menginginkan agar identitasnya sebagai
beneficial owner tidak terungkap

2) Co-mingling
Co-mingling berasal dari kata mingle
atau pencampuran. Co-mingling sendiri
merupakan cara yang digunakan oleh pelaku
TPPU untuk menyamarkan asal-usul harta
ϲϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
70 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
kekayaan hasil tindak pidana dengan cara
mencampurkan harta kekayaan yang sah
dengan harta kekayaan hasil tindak pidana.
Perwujudan dari adanya tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil tindak pidana dari
penggunaan tipologi co-mingling dilihat dari
adanya kecenderungan oleh pelaku yang
berupaya untuk menyamarkan asal-usul dari
harta kekayaan hasil tindak pidana dengan
memanfaatkan keberadaan dari harta yang sah.
Apabila terjadi pencampuran antara
harta kekayaan hasil tindak pidan dan harta
kekayaan yang sah, hal tersebut tentu akan
mempersulit identifikasi maupun pelacakan dari
harta kekayaan hasil tindak pidana. Keadaan
inilah yang kemudian dikehendaki oleh para
pelaku TPPU, sekaligus menjadi perwujudan
dari adanya tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
tindak pidana.
Keadaan dimana terjadi pencampuran
antara harta kekayaan yang sah dan harta
kekayaan hasil tindak pidana akan menjadi alibi
atau argumentasi dari pelaku TPPU untuk
mengatakan bahwa harta kekayaan tersebut

ϲϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 71
adalah harta yang sah dan bukan berasal dari
suatu tindak pidana.
Setidak-tidaknya ada 2 (dua) bentuk dari
tipologi Co-mingling yang lazim digunakan oleh
pelaku TPPU.
a) Menggunakan uang hasil tindak pidana
sebagai modal usaha yang sah.
b) Menggunakan uang hasil tindak pidana untuk
berinvestasi pada lembaga keuangan yang
sah maupun instrumen investasi pada pasar
modal.

3) Pass by
Pass by sendiri merupakan cara yang
digunakan oleh pelaku TPPU untuk menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil tindak pidana
dengan cara melakukan penarikan tunai secara
massif terhadap uang hasil tindak pidana yang
telah ditempatkan pada suatu rekening
penampung. selanjutnya dilakukan penyetoran
tunai pada rekening penampung yang lain. Namun
pada praktiknya, penarikan tunai saja sudah
cukup tanpa perlu untuk ditempatkan lagi pada
rekening penampung yang lain.
Perwujudan dari adanya tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil tindak pidana dari
ϲϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
72 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
penggunaan tipologi Pass by dilihat dari adanya
kecenderungan oleh pelaku yang berupaya untuk
menyamarkan asal-usul dari harta kekayaan hasil
tindak pidana dengan cara memutus mata rantai
transaksi. Singkatnya, dengan melakukan
penarikan tunai terhadap hasil tindak pidana yang
ditempatkan pada suatu rekening, maka tentu alur
transaksi menjadi terputus. Biasanya, dalam
beberapa kasus, pelaku kejahatan kemudian
melanjutkan dengan menempatkan kembali uang
tersebut ke dalam institusi keuangan atau dalam
hal ini rekening penampung lain yang digunakan
oleh Pelaku tindak pidana untuk menempatkan
hasil tindak pidana.

b. Mengacu Pada Fakta Objektif dan Keadaan


Faktual
Pada prinsipnya seseorang tidak mungkin
dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) apabila
dia tidak melakukan perbuatan pidana. Tapi,
meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak
selalu dia dapat dipidana.81 Ilustrasi mengenai
perwujudan adanya unsur menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil


81
Moeljatno, Op.Cit Hlm 155

ϲϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 73
tindak pidana melalui tipologi TPPU hanya
merupakan salah satu parameter dalam
menentukan adanya unsur tersebut. Namun yang
perlu untuk ditegaskan adalah tipologi tidak
menjadi ukuran mutlak bahwa seorang pelaku
tindak pidana bertujuan untuk menyembunyikan
atau menyamarkan harta kekayaan hasil tindak
pidana. Perbuatan pelaku tindak pidana mungkin
saja sesuai dengan tipologi pada umumnya,
namun hal tersebut belum tentu atau secara serta-
merta perbuatan tersebut merupakan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil tindak pidana.
Sejatinya, tipologi TPPU tidak serta merta
memberikan justifikasi mutlak bahwa perbuatan
tersebut merupakan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil tindak pidana, namun tipologi
dapat menjadi titik awal dalam mengidentifikasi
apakah perbuatan tersebut terdapat indikasi
adanya tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
tindak pidana.
Untuk menentukan rumusan delik harus
mengacu pada adanya keadaan objektif yang
menyertai perbuatan tersebut. antara satu fakta
dengan fakta yang lain tidak ada yang bersifat

ϲϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
74 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
mutlak. Dengan demikian dalam menentukan
apakah suatu rumusan delik telah terpenuhi, maka
proses pembuktian tidak boleh
mengenyampingkan keadaan-keadaan objektif
yang ada dari suatu peristiwa pidana. 82
Ada keharusan untuk melihat dari keadaan-
keadaan objektif yang menyertai perbuatan
tersebut. Sehingga perlu mengidentifikasi adanya
keadaan-keadaan yang menyertai (begeleidende
omstandigheden).83 Misalnya di dalam sebuah
ilustrasi, seorang pelaku tindak pidana mungkin
saja menggunakan rekening atas nama orang lain
untuk menampung hasil tindak pidana karena
adanya alasan-alasan tertentu atau keadaan
objektif seperti orang tersebut memang sejak awal
tidak memiliki rekening. Selain itu dilihat dari
keadaan lain, darimana inisiatif timbul, apakah
murni berasal dari niat pelaku atau mungkin
inisiatif dari pihak lain.
Memperhatikan hubungan pikiran, perasaan
dan tindakan dalam analisis hukum merupakan hal
yang penting.84 Frasa “dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan” haruslah


82
Hasil wawancara dengan Taufik Rachman pada tanggal 16 juni 2021,
Akademisi/Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
83
Lebih lanjut lihat pendapat Simons dalam Moeljatno, Op.Cit Hlm 195
84
Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum, cet I, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm 100-101

ϳϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 75
dimaknai bahwa perbuatan tersebut memang
berasal dari kehendak atau dikehendaki oleh
pelaku tersebut. Menurut Van Hattum, frasa
”dengan maksud” dimaknai bahwa Terdakwa
harus sungguh-sungguh mengingini keadaan
tersebut.85
Menurut Moeljatno, untuk menentukan
bahwa suatu perbuatan memang dikehendaki oleh
pelaku dapat dilihat dari dua aspek, adanya
kesesuaian antara motif dan tujuan yang hendak
dicapai dan antara motif, perbuatan dan tujuan
harus ada hubungan kausal dalam batin pelaku. 86
Pendapat dari Moeljatno tersebut kemudian
dikaitkan dengan tipologi misalnya, seseorang
yang menggunakan rekening atas nama orang lain
untuk menempatkan hasil tindak pidana.
Perbuatan tersebut tidak serta merta kemudian
dapat dianggap bahwa orang tersebut
menggunakan tipologi use of nominee dan
memiliki maksud atau tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan.
Fakta objektif dapat dilihat dari ada atau
tidaknya alternatif lain yang kemudian menyertai


85
Moeljatno, Op.Cit Hlm 187
86
Ibid

ϳϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
76 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
suatu perbuatan. Misalnya Ketika seseorang
menggunakan rekening atas nama orang lain
sebagai rekening penampung untuk
menempatkan hasil tindak pidana, harus melihat
fakta, apakah sedari awal orang tersebut memang
tidak memiliki rekening sehingga harus
menggunakan rekening orang lain untuk
menampung hasil tindak pidana.
Pada ketentuan Pasal 3 UU TPPU terdapat
frasa kata “perbuatan lain” sebagai salah bentuk
kualifikasi perbuatan yang dikriminalisasi dalam
rumusan tersebut. Terminology dari perbuatan lain
tersebut bermakna bahwa perbuatan yang dapat
disangkakan sebagai perbuatan yang bertujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul harta kekayaan hasil tindak pidana tidak
terbatas hanya pada kualifikasi perbuatan
sebagaimana yang disebutkan pada ketentuan
tersebut. Melainkan meliputi semua bentuk
perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
tindak pidana.
Apabila pembuktian unsur menyembunyikan
atau menyamarkan semata-mata hanya berfokus
pada tipologi semata tentu akan menjadi sulit
apabila dihadapkan pada semakin canggihnya
metode yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana

ϳϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 77
dalam melakukan upaya menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
tindak pidana.

B. Praktik Pembuktian Unsur Menyembunyikan atau


Menyamarkan oleh Aparat Penegak Hukum
berdasarkan Putusan Pengadilan
Dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana
(criminal justice system) maka pidana menempati suatu
posisi sentral. Hal ini disebabkan karena keputusan di
dalam pemidanaan akan mempunyai konsekuensi luas,
baik yang menyangkut langsung pelaku tindak pidana
maupun masyarakat secara luas. Lebih-lebih kalau
keputusan pidana tersebut dianggap tidak tepat, maka
akan menimbulkan reaksi yang kontroversial, sebab
kebenaran di dalam hal ini sifatnya adalah relative
bergantung darimana kita memandangnya.87
Pada prinsipnya hukum pidana merupakan suatu
sistem norma-norma yang menentukan terhadap
tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat suatu
keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam keadaan-
keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta


Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, PT Alumni,
87

Cetakan ke-4 2010, Hlm 52

ϳϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
78 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi
tindakan-tindakan tersebut.88
Tugas pengadilan dalam perkara pidana ialah
mengadili semua delik yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan pidana Indonesia yang diajukan
(dituntut) kepadanya untuk diadili. 89 Rumusan delik
menunjukkan apa yang harus dibuktikan menurut
hukum.90 Rumusan delik mempunyai suatu fungsi
melindungi sehubungan dengan asas legalitas dan suatu
fungsi “unjuk bukti”.91 Oleh karena itu rumusan delik
menjadi aspek sentral dalam menentukan apakah
seseorang dapat dihukum.
Pasal 6 Undang-undang nomor 48 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Tidak seorang pun dapat dijatuhi
pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya. Keyakinan hakim dalam hal
menentukan Terdakwa bersalah atau tidak haruslah
didasari pada keyakinan tanpa keraguan yang masuk akal
(beyond reasonable doubt).


88
P.A.F. Lamintang, Op.Cit, hlm. 1-2.
89
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, 2008, Hlm 107
90
D, Schaffmeister, N Keijzer dan E.P H. Sutorius, Op.Cit Hlm 25
91
D, Schaffmeister, N Keijzer dan E.P H. Sutorius, Op.Cit Hlm 34

ϳϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 79
Esensi kriminalisasi daripada delik pencucian uang
adalah perbuatan dari pelaku kejahatan yang melakukan
rangkaian perbuatan dalam rangka untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan yang telah diperolehnya. Tujuan
dari menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dari
hasil kejahatan tersebut bertujuan agar para pelaku
kejahatan dapat menikmati harta kekayaan yang diperoleh
dari kejahatan tersebut seolah-olah merupakan harta
kekayaan yang sah.
Dalam kaitannya dengan pembuktian dari unsur
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan, maka penuntut umum dalam
membuktikan dakwaannya harus menjabarkan perbuatan
dari pelaku, kemudian bagaimana melihat bahwa
perbuatan tersebut terindikasi sebagai suatu perbuatan
yang disertai dengan tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan.
Pada dasarnya setiap pelaku kejahatan yang
melakukan tindak pidana yang bermotif ekonomi, maka
tentu orientasi akhirnya adalah memperoleh keuntungan
yang bersifat ekonomis, akan tetapi adanya perbuatan
“lanjutan” dimana pelaku kejahatan hendak membuat
sebuah kondisi yang menunjukkan bahwa seolah-olah
harta kekayaan tersebut berasal dari harta yang sah dan
bukan merupakan suatu tindak pidana, maka perbuatan
tersebutlah yang kemudian dikualifisir sebagai tindak

ϳϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
80 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
pidana pencucian uang. Menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan
inilah yang menjadi “essentialia van het delict” dari tindak
pidana pencucian uang itu sendiri.
Selanjutnya terkait dengan pertimbangan hukum
pada putusan Majelis Hakim dalam perkara tindak pidana
pencucian uang, uraian mengenai terpenuhinya unsur
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul harta kekayaan hasil haruslah diuraikan secara jelas.
Dari mana perolehan harta kekayaan hasil kejahatan
tersebut, fakta persidangan mana yang menunjukkan
adanya perbuatan Terdakwa atas harta kekayaan hasil
kejahatan dan yang paling utama adalah bagaimana
pertimbangan hukum yang menyatakan bahwa perbuatan
atas harta kekayaan yang dilakukan oleh Terdakwa
tersebut mengindikasikan adanya tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan.
Salah satu contoh putusan yang telah menguraikan
terpenuhinya unsur menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan dengan baik
adalah putusan pada perkara nomor 68/Pid.Sus-
TPK/2017/PN Jap. Pada pertimbangan hukumnya, Majelis
Hakim memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut
:

ϳϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 81
a. Pertimbangan Hukum
1) Unsur: “Dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan”:
2) Menimbang, bahwa unsur ini bersifat alternatif,
yaitu: “Dengan tujuan menyembunyikan asal usul
harta kekayaan” atau “Dengan tujuan”
menyamarkan asal usul harta kekayaan”, oleh
karena itu jika salah satu telah terbukti maka
terbuktilah unsur ini, artinya tidak harus semua
elemen unsur tersebut terbukti, boleh salah satu
atau kedua-duanya;
3) Menimbang bahwa kata “menyembunyikan”
artinya merahasiakan atau menyimpan supaya
diketahui, sedangkan kata “menyamarkan” artinya
mengaburkan atau agar sesuatu tidak terlihat
jelas.
4) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum
nomor 1, 3, 5, 11, 13, 15, 16, 17, 21, 22, dan 23
terungkap hal-hal sebagai berikut:
5) Bahwa setelah membuka rekening Nomor:
100.18.10.00.866371, atas nama Bagian
Keuangan dan nomor rekening nomor: 111 02 02
00- 1736, atas nama terdakwa THOMAS ALVA
EDISON ONDI, kemudian terdakwa melakukan
transaksi ke dalam kedua rekening tersebut dari
dana dari Dana Bendahara Umum Daerah, Dana
Sekretariat Daerah dan Dana Bagi Hasil yang

ϳϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
82 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
bersumber dari APBD Kabupaten Mambramo
Raya, sebagai berikut:
6) Pada tahun 2011, terdakwa telah melakukan
transaksi keuangan dari rekening Sekretariat
daerah Nomor : 111 21.10.05.00011-2 dan
selanjutnya sebagian besar dari dana tersebut
disetorkan oleh terdakwa ke rekening pribadinya
Nomor 1110202001736 dengan jumlah total
sebesar Rp33.605.303.113,00 (Tiga puluh tiga
milyar enam ratus lima juta tiga ratus tiga ribu
seratus tiga belas rupiah);
7) Pada tahun 2012, terdakwa telah melakukan
transaksi keuangan dari rekening Sekretariat
daerah Nomor: 111 21.10.05.00011-2 sebesar
Rp9.628.634.200,00 (sembilan milyard enam
ratus dua puluh delapan juta enam ratus tiga puluh
empat ribu dua ratus rupiah) kemudian dari total
dana tersebut, terdakwa memasukan kedalam
rekening pribadi terdakwa Nomor
1110202001736, namun berdasarkan audit yang
dilakukan oleh BPK RI Perwakilan Propinsi Papua
terdapat dana sebesar Rp5.878.621.000,00 (lima
milyard delapan ratus tujuh puluh delapan juta
enam ratus dua puluh satu ribu rupiah) yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan oleh terdakwa
8) Pada tahun 2013, terdakwa telah melakukan
transaksi keuangan dari rekening Dana Bagi Hasil

ϳϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 83
Darah Nomor: 111 21.10.06- 00006.5, Sebesar
Rp3.000.000.000,00 (Tiga milyar rupiah) dan
selanjutnya keseluruhan dari dana tersebut
disetorkan oleh terdakwa ke rekening pribadinya
Nomor 1110202001736;
9) Di tahun 2013, terdakwa juga telah melakukan
pemindabukuan dengan total sebesar
Rp35.000.000.000,00 (Tiga puluh lima milyar
rupiah) dari rekening BUD nomor:
111.21.10.06.00001.6 ke rekening atas nama
Bagian Keuangan Setda dengan nomor rekening
100.18.10.00.866371, yang mana rekening
tersebut dalam penguasaan terdakwa;
10) Bahwa pada tahun 2013, terdakwa pada saat
melakukan penutupan rekening atas nama Bagian
Keuangan Setda, dari rekening tersebut terdapat
dana sebesar Rp6.712.608.602,00 (enam milyar
tujuh ratus dua belas juta enam ratus delapan ribu
enam ratus dua rupiah) yang kemudian
dimasukkan oleh terdakwa ke rekening
pribadinya, sehinga total dana di tahun 2013 yang
dmasukan kedalam rekening pribadi terdakwa
maupun kedalam rekening atasnama bagian
keuangan yang dalam penguasaan terdakwa
adalah sebesar Rp44.712.608.602,00 (Empat
milyar tujuh ratus dua belas juta enam ratus
delapan ribu enam ratus dua rupiah)

ϳϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
84 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
11) Bahwa setelah menjabat sebagai Kepala Bagian
Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten
Mambramo Raya, membeli harta benda antara
lain berupa:
12) 1 (satu) unit mobil, merk Toyota New Avanza 1.3
G M/T, warna hitam, tahun pembuatan 2015, No.
Pol. DS-1613-CF, atas nama pemilik SUSAN
ANNAMERI WONATOREY (istri terdakwa) berikut
BPKB dan STNK-nya;
13) Satu (1) unit mobil, merk Toyota Kijang Innova 2.0
G M/T, warna putih, tahun pembuatan 2016, No.
Pol. DS-1810-CF, atas nama pemilik SUSAN
ANNAMERI WONATOREY (istri terdakwa) berikut
BPKB dan STNK-nya;
14) Satu (1) unit mobil, merk Toyota Kijang Innova V,
warna hitam metalik, tahun pembuatan 2015, No.
Pol. PA-1632-AR, atas nama pemilik SUSAN
ANNAMERI WONATOREY (istri terdakwa) berikut
BPKB dan STNK-nya;
15) Sebidang tanah seluas 264 m2 yang beralamat di
Kelurahan Vim Kecamatan Abepura Kota
Jayapura Propinsi Papua berdasarkan Sertifikat
Hak Milik No. 03412 atas nama SUWARDI.
16) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut di
atas, terungkap bahwa Terdakwa membuka
tabungan pada bank Papua Kantor cabang Utama
di Jayapura rekening Nomor:

ϴϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 85
100.18.10.00.866371 atas nama Bagian
Keuangan Setda Kab Mamberamo Raya tanpa
sepengetahuan dari Bupati Kab Mamberamo
Raya, hal tersebut menjadikan terlihat sebagai
rekening kedinasan, kemudian rekening a quo
oleh Terdakwa gunakan untuk melakukan
transaksi dengan menggunakan sumber dana
yang berasal dari Dana Bendahara Umum
Daerah, Dana Sekretariat Daerah dan Dana Bagi
Hasil yang bersumber dari APBD Kabupaten
Mambramo Raya, menjadikan terlihat sebagai
transaksi yang wajar untuk keperluan dinas, tidak
terlihat sebagai transaksi yang dilakukan untuk
kepentingan terdakwa (sebagai beneficial owner
atau penerima manfaat), sehingga asal usul harta
kekayaan tidak diketahui berasal dari hasil tindak
pidana;
17) Menimbang, bahwa dari pertimbangan-
pertimbangan tersebut di atas, terlihat bahwa
tujuan terdakwa membuka tabungan di Bank
Papua Cabang Jayapura nomor rekening Nomor:
100.18.10.00.866371, atas nama Bagian
Keuangan dan nomor rekening nomor: 111 02 02
00-1736, atas nama Terdakwa, adalah untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
uang atau harta kekayaan agar dapat dinikmati

ϴϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
86 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
atau digunakan secara aman, denga demikian
unsur ketiga ini telah terbukti dan terpenuhi.
b. Catatan atas putusan
Majelis Hakim dalam putusannya menyatakan
bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana Korupsi dan tindak pidana
pencucian uang. Predicate crime dari perkara a quo
dalam hal ini adalah tindak pidana Korupsi.
Pada bagian pertimbangan hukum Majelis
Hakim dalam kaitannya pemenuhan unsur dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan, Majelis Hakim mengutip rangkaian
fakta persidangan dimana Terdakwa melakukan
pembukaan rekening atas nama Bagian Keuangan
Setda Kab Mamberamo Raya pada Bank Papua tanpa
sepengetahuan dari Bupati Kab Mamberamo Raya.
Rekening atas nama Setda Kab Mamberamo
Raya pada Bank Papua inilah yang kemudian dikuasai
oleh Terdakwa untuk selanjutnya digunakan untuk
menampung uang yang berasal dari Kas negara atau
APBD Kabupaten Mamberamo Raya.
Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya
menyatakan bahwa Pengunaan rekening atas nama
Setda Kab Mamberamo Raya pada Bank Papua
menjadikan terlihat seolah-olah aktifitas transaksi pada
rekening tersebut seakan-akan terlihat sebagai aktifitas
yang berkaitan dengan kegiatan kedinasan, tidak

ϴϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 87
terlihat sebagai transaksi yang dilakukan untuk
kepentingan terdakwa (sebagai beneficial owner atau
penerima manfaat), sehingga asal usul harta kekayaan
tidak diketahui berasal dari hasil tindak pidana;
Fakta hukum tersebutlah yang menjadi salah
satu aspek pertimbangan Majelis Hakim dalam
putusannya bahwa unsur dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan telah terpenuhi.
Uraian tersebut pada prinsipnya telah disusun
dengan sistematis, dengan penjelasan yang tidak serta
merta mencocokkan antara perbuatan dengan
pemenuhan unsur. Majelis Hakim secara lebih spesifik
menguraikan bahwa mengapa penggunaan rekening
atas nama Setda Kab Mamberamo Raya bertujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan.
Dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim
menyatakan bahwa dengan menggunakan rekening
tersebut maka seluruh aktifitas dari rekening tersebut
akan namapak seolah-olah merupakan aktifitas
kedinasan dan menutupi fakta bahwa Terdakwalah
yang merupakan beneficial owner dari setiap transaksi
yang terjadi pada rekening tersebut. Selanjutnya dalam
pertimbangan hukum tersebut disebutkan pula fakta
dimana Pembukaan rekening tersebut dilakukan tanpa
sepengetahuan dari Bupati.

ϴϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
88 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Selanjutnya Majelis Hakim pada putusan
tersebut juga menguraikan pemenuhan unsur
kesalahan dari perbuatan Terdakwa, Menimbang,
bahwa kesalahan adalah dapat dicelanya pembuat
tindak pidana. Kesalahan tertuju kepada dua hal, yaitu
pencelaan terhadap perilaku menyimpang dari standar
etis (diformulasikan dalam hukum positif) yang berlaku
pada waktu tertentu dalam masyarakat dan penilaian
hukum terhadap psikologis perilaku tersebut. Orang
dikatakan mempunyai kesalahan jika perbuatan yang
dilakukannya tersebut tercela dan pada waktu
melakukan perbuatan menyadari perbuatannya itu dan
tidak menghidari perbuatan yang tercela/melawan
hukum itu.
Bahwa berdasarkan pertimbangan tentang
unsur tindak pidana yang telah terbukti tersebut di atas,
Terdakwa telah membuka rekening tabungan untuk
mengelola Keuangan Daerah kemudian
memindahbukukan Kas Daerah ke rekening tabungan
pribadinya, yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun
oleh orang lain atas perintahnya, dan pada akhirnya
terbukti ada penyimpangan pengelolaan keuangan
daerah dan dari itu terdakwa memperoleh uang
sejumlah sejumlah Rp36.753.640.515,00 (tiga puluh
enam milyar tujuh ratus lima puluh tiga juta enam ratus
empat puluh ribu lima ratus lima belas rupiah),
sehingga perbuatan terdakwa tersebut terbukti sebagai

ϴϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 89
tindak pidana pencucian uang, Terdakwa terbukti telah
melanggar peraturan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, yang masih diakui dan
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat dan
pelakunya dicela atas pelanggaran itu, dengan
demikian Terdakwa telah terbukti bersalah karena
melanggar hukum pidana materiel dan melanggar
standar etis masyarakat;
Uraian fakta hukum dan pertimbangan Majelis
Hakim pada putusan perkara a quo telah diuraikan
dengan baik dan jelas. Majelis Hakim tidak hanya serta
merta menyatakan bahwa perbuatan Terdakwa telah
mencocoki rumusan delik menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan. Melainkan didukung uraian mengenai
bagaimana perwujudan keadaan meyembunyikan atau
menyamarkan tersebut terpenuhi serta dengan adanya
fakta-fakta pendukung yang menegaskan bahw sedari
awal Terdakwa bertujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan.
Dalam beberapa putusan, masih ditemukan
adanya perumusan pertimbangan hakim yang menurut
hemat penulis belum optimal dalam mengurai perbuatan
Terdakwa yang dikualifisir sebagai perbuatan yang
menunjukkan adanya tujuan untuk menyembunyikan atau

ϴϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
90 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan
dari perbuatan tersebut.

1. Putusaan nomor 8/Pid.Sus-TPK/2017/PN.Bgl


a. Pertimbangan Hukum
1) Menimbang, bahwa perbuatan
menyembunyikan atau menyamarkan adalah
masuk ke dalam istilah Layering, yakni upaya
memisahkan hasil tindak pidana dari
sumbernya yaitu tindak pidana asalnya melalui
beberapa transaksi keuangan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
dana, dalam kegiatan ini atau pada tahap ini
terdapat proses pemindahan dana dari
beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai
hasil placement ke tempat lain melalui
serangkaian transaksi yang kompleks dan
didesain untuk menghilangkan jejak uang hasil
kejahatan dimaksud.
2) Menimbang, bahwa Tindak Pidana Pencucian
Uang yang diartikan “menyembunyikan” adalah
menyimpan (menutup dan sebagainya) supaya
jangan terlihat atau sengaja tidak
memperlihatkan (memberitahukan).
3) Bahwa Pengertian “menyamarkan” adalah
menjadikan (menyebabkan dan sebagainya)
samar atau mengelirukan, menyesatkan.

ϴϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 91
4) Menimbang, bahwa dalam hal ini perbuatan
Terdakwa menyimpan, mentransfer,
menukarkan, dan lain-lain haruslah dalam
rangka adanya kehendak batin dari Terdakwa
untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan, namun demikian
mengingat pembuktian dari sikap batin
seseorang tidaklah dapat diketahui selain dari
pengakuan dari si pelaku sendiri, maka
kehendak batin sebagai maksud tersebut
dapatlah diketahui dari cara-cara Terdakwa
memperlakukan uang tersebut yang menurut
keawaman tidak lazim dilakukan, sehingga
cukup apabila dari pola perlakuan dari uang
tersebut diketahui maksud atau kehendak batin
dari terdakwa.
5) Menimbang, Bahwa uang yang diperoleh
terdakwa dari hasil tindak pidana korupsi
sebagai bendahara pengeluaran dalam
pengelolaan Rumah Sakit Bhayangkara TK III
Bengkulu sebesar Rp. 7.934.811.953,- (tujuh
milyar sembilan ratus tiga puluh empat juta
delapan ratus sebelas ribu sembilan ratus lima
puluh tiga rupiah) atau setidak-tidaknya dalam
jumlah lain disekitar jumlah tersebut, telah
terdakwa pergunakan secara sadar
diantaranya:

ϴϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
92 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
6) Diserahkan kepada Joko Rianto dan Jhony
Wijaya Surya guna penggalangan dana untuk
keperluan rencana pencalonan terdakwa
menjadi Bupati, dengan rincian:
7) Diserahkan kepada Joko Rianto dan Jhony
Wijaya Surya guna penggalangan dana untuk
keperluan rencana pencalonan terdakwa
menjadi Bupati, dengan jumlah
Rp.1.515.000.000 (satu milyar lima ratus lima
belas juta rupiah) sebagai biaya penggalangan
dukungan.
8) Pembelian batu giok berbentuk pedang warna
hijau sebesar Rp.1.500.000.000,00 (satu milyar
lima ratus juta rupiah).
9) Pembelian batu giok berbentuk lambang
majapahit berwarna hijau Rp.3.500.000.000,00
(tiga milyar lima ratus juta rupiah).
10) Pembelian 2 (dua) unit ambulance L-300 dan
surat-surat mobil tersebut diatasnamakan
Karno sebesar Rp.485.000.000,00 (empat ratus
delapan puluh lima juta rupiah).
11) Uang komando bulan Juni s/d September 2016
sebesar Rp.251.228.200 (dua ratus lima puluh
satu juta dua ratus dua puluh delapan ribu dua
ratus rupiah).
12) Penyewaan orkes dangdut Rp.70.000.000
(tujuh puluh juta rupiah).

ϴϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 93
13) Renovasi Masjid Rp.12.000.000 (dua belas juta
rupiah).\Sumbangan sajadah ke beberapa
Masjid Rp.11.000.000 (sebelas juta rupiah)
14) Perbaikan lapangan sepak bola desa
Rp.30.000.000 (tiga puluh juta rupiah).
15) Bahwa tindakan terdakwa menggunakan uang
hasil tindak pidana korupsi tersebut dengan
cara diserahkan kepada Joko Rianto dan Jhony,
sebagai biaya penggalangan mendapatkan
dana untuk kepentingan persiapan terdakwa
mengikuti Pilkada di Blora, dibelikan benda –
benda antik berupa batu giok , pembelian
kendaraan dan perbuatan lainya berupa
penyerahan uang komando dan penyerahan
uang kepada penghubung Joko serta Jhoni
seolah-olah tindakan itu merupakan transaksi
yang sah dengan tujuan untuk menyamarkan
dan menyembunyikan hasil tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh terdakwa.
16) Menimbang, bahwa berdasarkan uraian
pertimbangan di atas, maka seluruh unsur
dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan, telah
terpenuhi.

b. Catatan atas Putusan

ϴϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
94 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Dalam putusan perkara a quo Majelis
Hakim dalam putusannya menyatakan bahwa
Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana Korupsi dan tindak
pidana pencucian uang. Predicate crime dari
perkara a quo dalam hal ini adalah tindak pidana
Korupsi. Terdakwa dinyatakan terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi
dalam pelaksaan tugasnya sebagai bendahara
pengeluaran dalam pengelolaan Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Bengkulu. Adapun kerugian
negara dalam perka a quo sebesar Rp.
7.934.811.953,- (tujuh milyar sembilan ratus tiga
puluh empat juta delapan ratus sebelas ribu
sembilan ratus lima puluh tiga rupiah).
Pada bagian pertimbangan hukum Majelis Hakim
dalam kaitannya pemenuhan unsur dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan, Majelis Hakim mengutip
rangkaian fakta persidangan dimana Terdakwa
menyerahkan uang hasil tindak pidana korupsi
kepada pihak lain sebagai biaya untuk
penggalangan dukungan dalam rangka
pencalonan Terdakwa sebagai kepala daerah.
Penggunaan proceeds of crime untuk
kegiatan penggalangan dukungan politik tersebut
dirincikan dalam beberapa penggunaan yang

ϵϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 95
didominasi untuk aktifitas social seperti bantuan
pembangunan rumah ibadah dan perbaikan
fasilitas umum.
Majelis Hakim dalam pertimbangan
hukumnya menyebutkan bahwa bahwa dalam hal
ini perbuatan Terdakwa menyimpan, mentransfer,
menukarkan, dan lain-lain haruslah dalam rangka
adanya kehendak batin dari Terdakwa untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
harta kekayaan, namun demikian mengingat
pembuktian dari sikap batin seseorang tidaklah
dapat diketahui selain dari pengakuan dari si
pelaku sendiri, maka kehendak batin sebagai
maksud tersebut dapatlah diketahui dari cara-cara
Terdakwa memperlakukan uang tersebut yang
menurut keawaman tidak lazim dilakukan,
sehingga cukup apabila dari pola perlakuan dari
uang tersebut diketahui maksud atau kehendak
batin dari terdakwa.
Majelis Hakim dalam pertimbangan
hukumnya menyebutkan bahwa perbutan
Terdakwa yang menyerahkan proceeds of crime
yang diperoleh dari tindak pidana korupsi untuk
kepentingan penggalangan dukungan politik
sebagai sebuah upaya untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan.

ϵϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
96 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Di dalam putusannya Majelis Hakim tidak
menyebutkan unsur perbuatan yang dilakukan
oleh Terdakwa dan tidak menjelaskan secara
spesifik mengapa penggunaan proceeds of crime
untuk penggalangan dukungan politik dapat
dikatakan sebagai sebuah upaya
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan. Seharusnya pada
pertimbangan hukum tersebut dijelaskan
mengenai bagaimana cerminan tujuan dari
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan dari perbutan
menggunakan proceeds of crime untuk
kepentingan kontestasi politik.
Berdasarkan uraian fakta yang terungkap
di persidangan, terdapat beberapa aspek yang
dapat di dalami dalam kaitannya menentukan
adanya perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan dari perbuatan Terdakwa tersebut.
Pertama, adanya pembelian ambulance
yang selanjutnya diatasnamakan orang lain.
Dalam pertimbangan hukumnya, Majelis Hakim
menguraikan fakta bahwa Terdakwa
membelanjakan proceeds of crime untuk
pembelian 2 (dua) unit ambulance L-300 dan
surat-surat mobil tersebut diatasnamakan orang

ϵϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 97
lain dalam hal ini atas nama Karno. Adapun harga
pembelian 2 (dua) unit ambulance sebesar
Rp.485.000.000,00 (empat ratus delapan puluh
lima juta rupiah).
Pada penjelasan sebelumnya, telah
diuraikan bahwa salah satu modus yang lazim
digunakan oleh pelaku kejahatan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
dari proceeds of crime adalah dengan cara
membeli aset dan selanjutnya aset tersebut
diatasnamakan orang lain. Dalam perkara a quo,
untuk kepentingan kampanye, Terdakwa membeli
2 (dua) unit ambulance yang selanjutnya di
atasnamakan orang lain. Fakta hukum inilah yang
seharusnya dapat dilakukan pendalaman lebih
lanjut. Mengapa Terdakwa mengatasnamakan
aset tersebut dengan atas nama orang lain. Hal ini
sejalan dengan pertimbangan hukum Majelis
Hakim yang menyatakan bahwa kehendak batin
sebagai maksud tersebut dapatlah diketahui dari
cara-cara Terdakwa memperlakukan uang
tersebut yang menurut keawaman tidak lazim
dilakukan. Pembelian sebuah aset yang
selanjutnya diatasnamakan orang lain merupakan
hal tidak lazim dan tidak sewajarnya. Oleh karena
itu, fakta tersebut dapat dilakukan pendalaman
lebih lanjut, apakah pembelian aambulance yang

ϵϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
98 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
diatasnamakan orang lain bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
dari proceeds of crime.
Kedua, terdapat adanya fakta
persidangan bahwa Terdakwa menggunakan
proceeds of crime untuk membeli batu giok.
Pembelian batu giok berbentuk pedang warna
hijau sebesar Rp.1.500.000.000,00 (satu milyar
lima ratus juta rupiah) dan pembelian batu giok
berbentuk lambang majapahit berwarna hijau
Rp.3.500.000.000,00 (tiga milyar lima ratus juta
rupiah). Angka tersebut tentu merupakan sebuah
harga yang fantastis untuk sebuah batu giok.
Apabila ditelisik lebih lanjut penggunaan
proceeds of crime tersebut sangat rentan untuk
dijadikan sarana menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul proceeds of crime.
Setidak-tidaknya ada beberapa cara yang
mungkin saja dapat dilakukan oleh Terdakwa
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul proceeds of crime melalui sarana pembelian
batu giok tersebut. diantaranya adalah
memanfaatkan fluktuasi harga batu giok yang
tidak menentu dan hanya didasarkan pada
penilaian suatu komunitas. Selain itu, Terdakwa
juga dapat memanfaatkan celah dimana lazimnya
batu giok sebagai sebuah komoditas sekaligus

ϵϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 99
benda antik tidak dilengkapi dengan dokumen
kepemilikan. Kondisi dimana Terdakwa
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
proceeds of crime melalui pembelian batu giok
dikaitkan dengan modus atau tipologi TPPU
adalah penggunaan modus Use of anonymous
asset types.92
Oleh karena itu, terhadap putusan
perkara a quo, seharusnya menguraikan lebih
lanjut mengenai pemenuhan unsur “dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul proceeds of crime dari perbuatan Terdakwa
menyerahkan sejumlah uang kepada pihak lain
guna kepentingan persiapan Terdakwa dalam
mengikuti Pilkada.


92
Lebih lanjut lihat FIU’S In Action 100 Cases from the egmont group, penjelasan
mengenai Use of anonymous asset types The final laundering typology is in some
res p e c ts the simplest. Criminals are aware that the less audit trail available to the
inves t i g a t o r, the less likely that a financial inves t i g a t i o n will either detect
or prove to a criminal standard the link between the criminal and the asset. Some
asset forms are completely anonymous in nature, so that actual ownership or
sourcing is virtually impossible to prove unless the criminal is caught whilst
interacting with the asset by law enforcement.

ϵϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
100 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
2. Putusan nomor 1373/Pid.B/2019/PN Jkt.Pst
a. Pertimbangan Hukum
1) Unsur menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana
Pencucian Uang ;
2) Menimbang, bahwa Terdakwa telah mengajak
saksi Andy Alijaya untuk bekerjasama berinvestasi
berbisnis Valas/Valuta uang asing dengan
mengatakan ada pabrik-pabrik besar yang
memerlukan uang rupiah yang Terdakwa kenal,
kemudian saksi Andy Alijaya tertarik dan
memberikan uangnya untuk dikelola oleh
Terdakwa, bisnis tersebut berjalan seperti biasa
dan Terdakwa memberikan keuntungan kepada
saksi Andy Alijaya, kemudian saksi Andy Alijaya
memberikan uangnya lagi dengan
mentransfernyaq secara bertahap sehingga
jumlah keseluruhannya adalah berjumlah Rp.
16.050.864.000,- ( enam belas milyar lima puluh
juta delapan ratus enam puluh empat ribu rupiah)
;
3) Menimbang, bahwa terhadap uang yang diberikan
saksi Andy Alijaya tersebut Terdakwa telah
mengembalikannya dengan melalui uang asing
yaitu dalam bentuk mata uang asing China
sebesar RMB 1.224.030 dirupiahkan senilai Rp.

ϵϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 101
2.646.483.000,- (dua milyar enam ratus empat
puluh enam juta empat ratus delapan puluh tiga
ribu rupiah), ditambah sebesar Rp. 751.400.000,-
(tujuh ratus lima puluh satu juta empat ratus ribu
rupiah) ditambah lagi sebesar Rp. 2.646.483.000,-
(dua milyar enam ratus empat puluh enam juta
empat ratus delapan puluh tiga ribu rupiah)
ditambah lagi sebesar 3.397.883.000,- (tiga milyar
tiga ratus sembilan pulu tujuh juta delapan ratus
delapan puluh tiga ribu rupiah) sehingga sisa yang
belum dibayar oleh Terdakwa sebesar Rp.
12.652.981.000,- (dua belas milyar enam ratus
lima puluh dua juta Sembilan ratus delapan puluh
satu ribu rupiah) ;
4) Menimbang, bahwa demikian juga saksi Ningsih
Wijayakusuma lebih kurang sebesar Rp.
2.600.000.000,- (dua milyar enam ratus juta
rupiah) dan uang kedua saksi tersebut bersisa
yaitu kepada saksi Andy Wijayakusuma sebesar
Rp. 12.652.981.000,- (dua belas milyar enam
ratus lima puluh dua juta sembilan ratus delapan
puluh satu ribu rupiah) dan uang saksi Ningsih
Wijayakusuma sebesar Rp. 900.000.000,-
(sembilan ratus juta rupiah);
5) Menimbang, bahwa terhadap uang yang telah
diterima Terdakwa tersebut ada beberapa
digunakan untuk membeli uang valuta asing
melalui money changer dengan tujuan uang
tersebut ditukarkan lagi apabila uang asing
tersebut mengalami turun naiknya uang asing
tersebut ;
6) Menimbang, bahwa uang yang telah diterima
Terdakwa tersebut digunakannya untuk
kepentingan sendiri dan tidak ada satu fakta yang
terungkap dipersidangan bahwa Terdakwa

ϵϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
102 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
harta kekayaannya untuk selanjutnya dapat dia
gunakan atau mengubah asal usul hasil
kejahatannya agar terhindar dari tuntutan hukum,
oleh karena itu unsure menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana
Pencucian Uang tidak terbukti dipenuhi Terdakwa.

b. Catatan atas putusan

Dalam pertimbangan hukum pada putusan nomor


1373/Pid.B/2019/PN Jkt.Pst , Majelis Hakim
menyatakan bahwa unsur perbuatan dengan tujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil tindak pidana tidak terbukti
dengan pertimbangan bahwa Terdakwa menggunakan
proceds of crime untuk kepentingan Pribadi, sehingga
dari perbuatan tersebut tidak terdapat perbuatan yang
terindikasi sebagai suatu perbuatan yang bertujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan.

ϵϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 103
Penentuan mengenai apakah perbuatan pelaku
terdapat unsur menyembunyikan atau menyamarkan
tidak sememstinya hanya ditentukan pada untuk apa
penggunaan uang tersebut. Dengan kata lain apabila
digunakan untuk kepentingan sendiri atau pribadi maka
tidak ada tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan. Majelis Hakim perlu kiranya untuk
kemudian mempertimbangkan rangkaian perbuatan-
perbuatan lain yang dilakukan oleh Terdakwa.
Penggunaan uang hasil kejahatan meskipun untuk
kebutuhan sendiri mungkin saja telah melalui rangkaian
proses penyembunyian atau penyamaran hasil
kejahatan.
Berdasarkan fakta yang terungkap di
persidangan, terdapat perbuatan dimana Terdakwa
melakukan penukaran proceeds of crime dalam bentuk
valuta asing. Apabila dilakukan Analisa lebih lanjut,
aktifitas menukarkan uang hasil tindak pidana ke mata
uang asing atau sebaliknya merupakan salah satu
bentuk unsur perbuatan yang diatur di dalam ketentuan
Pasal 3 UU TPPU.
Tentu tidak semata-mata Ketika seseorang
menukarkan proceeds of crime ke dalam valuta asing
dengan serta merta kemudian perbuatan tersebut
dianggap telah memenuhi unsur menukarkan
sebagaimana dimaksud pada ketentuan Pasal 3 UU
TPPU. Perbuatan menukarkan tersebut haruslah

ϵϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
104 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan. Tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan tersebut dilihat
dari fakta objektif yang menyertai perbuatan tersebut.
Ada beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk melihat indikasi adanya tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan dari perbuatan “menukarkan” proceeds of
crime. Pertama, Identitas yang digunakan oleh
Terdakwa pada saat melakukan penukaran.
Berdasarkan ketentuan (xxxxxx) setiap orang yang
melakukan penukaran mata uang diwajibkan untuk
menunjukkan identitas. Identitas tersebut nantinya
menjadi salah instrument untuk menilai adanya indikasi
transaksi keuangan mencurigakan dari aktifitas
penukaran tersebut yang selanjutnya dilaporkan oleh
pihak money changer tersebut ke PPATK. Oleh karena
itu, apabila terdakwa menggunakan identitas orang lain
dalam melakukan penukaran uang atau meminta orang
lain untuk menukarkan uang tersebut dengan mata
uang asing maka perbuatan tersebut mengindikasikan
adanya tujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan.
Kedua, kebenaran informasi yang dicantumkan
oleh Terdakwa, berdasarkan ketentuan (xxx) setiap
penukaran mata uang asing dengan jumlah di atas

ϭϬϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 105
(xxxx) maka setiap customer diwajibkan untuk
mencantumkan asal-usul sumber dana yang
sebenarnya. Apabila customer atau dalam hal ini
Terdakwa tidak mencantumkan informasi yang
sebenarnya, maka perbuatan tersebut dapat
diindikasikan sebagai perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan.
Ketiga, Di dalam kegiatan penukaran tersebut,
Terdakwa memperoleh sejumlah keuntungan yang
didapatkan dari hasil selisih mata uang. Adanya
keuntungan yang diperoleh tersebut maka sejatinya
dalam hal ini terdakwa telah memperolah “harta yang
sah” yang timbul dari pemanfaatan proceeds of crime.
Di sisi lain kemudian hal tersebut mengakibatkan terjadi
pencampuran antara proceeds of crime dan
keuntuangan yang diperoleh dari selisih mata uang.
Dengan adanya pencampuran tersebut maka
keberadaan dari proceeds of crime menjadi
tersamarkan utamanya apabila ditempatkan pada
rekening yang sama.
Dalam kaitannya dengan putusan pada perkara a
quo, tidak terbuktinya unsur “dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan tidak semestinya hanya
didasarkan pada fakta bahwa uang tersebut digunakan
untuk kepentingan pribadi. Melainkan fakta-fakta lain

ϭϬϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
106 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
yang menyertai perbuatan Terdakwa atas proceeds of
crime tersebut. Menggunakan proceeds of crime untuk
kepentingan Pribadi mungkin saja menjadi “ujung”,
yang sebelumnya telah melalui serangkaian perbuatan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
dari proceeds of crime.

3. Putusaan nomor 145/Pid.B/2019/PN Jkt.Pst


a. Pertimbangan Hukum
1) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta
persidangan setelah Terdakwa menerima
transferan dari PT. Humpuss sebesar Rp.
7.000.000.000,- (Tujuh milyar rupiah) uang
tersebut telah habis dibagikan kepada Ratna
Subekti, SH.,M.Kn alias Nana Gading sebesar
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada
saksi Nuny Melanie sebesar Rp.250.000.000,-
(dua ratus lima puluh juta rupiah) kepada Alm.
Suharto secara tunai sebesar Rp.250.000.000,-
(dua ratus lima puluh juta rupiah), kepada saksi
Murdian Noor alias Yayan secara tunai sebesar
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan kepada
saksi Abdullah Harun (selaku pemilik CV Iktika
Jaya) sebesar Rp.3.627.000.000,- (tiga milyar
enam ratus dua puluh tujuh juta rupiah) untuk
pembelian batubara di Banjarmasin sebagaimana

ϭϬϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 107
perjanjian Terdakwa FARAH DIANA ADITHA
PUTRI dan Ny HJ. RITHA CHASANAH A.M.,
(DPO) (PT Chasadiana Adita) dengan saksi
Abdullah Harun (CV Iktika Jaya) yang tertuang
dalam Surat Perjanjian Kerjasama No. 003-
OKT/CA/2012 taggal 16 Oktober 2012 dan kepada
saksi Fahriansyah (karyawan CV Iktika Jaya)
sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah),
sedangkan sisanya ada sebesar Rp. Sisa uang
sejumlah Rp.1.973.000.000,- (satu milyar
Sembilan ratus tujuh puluh tiga juta rupiah)
dipergunakan Terdakwa bersama Ny. HJ. RITHA
CHASANAH A.M untuk kepentingan pribadinya
2) Menimbang, bahwa apa yang dilakukan oleh
Terdakwa bersama Ny. HJ. RITHA CHASANAH
A.M dilakukan secara dengan sengaja yang
diartikan “willens en weten”, yang bermakna
seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan
dengan sengaja, harus menghendaki (willens)
perbuatan itu serta harus menginsyafi/mengerti
(weten) akan akibat dari perbuatan itu.
3) Menimbang, bahwa dari jumlah uang yang
diterima Terdakwa dan Ny. HJ. RITHA
CHASANAH A.M sebesar Rp. 7.000.000.000,-
tersebut yang kemudian diberikan kepada
berbagai orang baik untuk kepentingan seperti
pembayaran harga batubara maupun untuk jasa

ϭϬϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
108 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
karena membantu telah mencairkan dana
diantaranya kepada Ratna Subekti, SH.,M.Kn
alias Nana Gading, kepada Nuny Melanie dan
kepada Alm. Suharto secara tunai sebesar
Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta
rupiah), serta kepada saksi Murdian Noor alias
Yayan secara tunai sebesar Rp.100.000.000,-
(seratus juta rupiah) dan kepada saksi Abdullah
Harun (selaku pemilik CV Iktika Jaya) sebesar
Rp.3.627.000.000,- (tiga milyar enam ratus dua
puluh tujuh juta rupiah) untuk pembelian batubara
di Banjarmasin serta jumlah Rp. 1.973.000.000,-
untuk kepentingan pribadi Terdakwa adalah
berasal dari hasil Penipuan sebagaimana
dipertimbangkan dalam dakwaan Pertama
4) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan
tersebut diatas maka Unsur yang diketahui atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan telah
terpenuh;

ϭϬϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 109
b. Catatan atas putusan
Majelis Hakim dalam putusannya menyatakan
bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana penipuan dan tindak pidana
pencucian uang. Predicate crime dari perkara a quo
dalam hal ini adalah tindak pidana penipuan.
Pada bagian pertimbangan hukum Majelis
Hakim dalam kaitannya pemenuhan unsur dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul Harta Kekayaan, Majelis Hakim mengutip
rangkaian fakta persidangan dimana dari total jumlah
uang milik korban yang telah diserahkan kepada
Terdakwa atau dalam hal ini proceeds of crime adalah
sebesar Rp.7.000.000.000,00 (tujuh milyar rupiah).
Selanjutnya pada pertimbangan hukum
tersebut diuraikan mengenai rangkaian perbuatan
dari Terdakwa atas proceeds of crime, dimana
Terdakwa membagikan uang tersebut kepada
beberapa pihak. Apabila diuraikan, maka rangkaian
perbuatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Diserahkan kepada pihak-pihak yang membantu
pencairan dana, dalam hal ini Ratna Subekti,
SH.,M.Kn alias Nana Gading sebesar
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
2) Kepada saksi Nuny Melanie sebesar
Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta
rupiah)

ϭϬϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
110 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
3) Kepada Alm. Suharto secara tunai sebesar
Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta
rupiah).
4) Kepada saksi Murdian Noor alias Yayan secara
tunai sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta
rupiah) dan
5) kepada saksi Abdullah Harun (selaku pemilik CV
Iktika Jaya) sebesar Rp.3.627.000.000,- (tiga
milyar enam ratus dua puluh tujuh juta rupiah)

Rangkaian perbutan tersebut yang kemudian


diuraikan sebagai perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil tindak pidana. Akan tetapi, pada
pertimbangan hukum tersebut, tidak dikonkritisasi,
bagaimana perwujudan adanya tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan dari rangkaian perbuatan
tersebut.

Catatan lain terkait dengan putusan tersebut


adalah adanya penggabungan unsur yang diketahui
atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) dan unsur dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan pada
pertimbangan hukum. Seharusnya pertimbangan
hukum terhadap kedua unsur ini dilakukan

ϭϬϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 111
pemisahan. Sehingga menjadi jelas apa yang
menjadi parameter bahwa pelaku mengetahui atau
setidak-tidaknya patut menduga bahwa uang tersebut
berasal dari suatu tindak pidana dan bagaimana
perwujudan dari pemenuhan unsur menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan dari perbuatan tersebut.

Dengan tidak adanya penjelasan lebih lanjut


mengenai hal tersebut, maka tidak terlihat secara
jelas indikator apa yang mencerminkan bahwa
perbuatan menyerahkan uang ke pihak laian sebagai
succes fee pencairan dana, penyerahan uang untuk
pembayaran hutang, penyerahan sejumlah uang
untuk pembelian batu bara memenuhin unsur dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul Harta Kekayaan dari rangkaian perbuatan yang
telah dilakukan oleh Terdakwa tersebut.

Apabila mencermati rangkaian perbuatan


Terdakwa dari keseluruhan faka hukum di
persidangan, Terdakwa sejak awal telah
menyampaikan informasi yang tidak benar kepada
korban. Terdakwa menjelaskan bahwa dirinya
berkecimpung dalam usaha ekspor batu bara. Namun
faktanya, informasi tersebut tidak benar.

Dalam kaitannya dengan pemenuhan unsur


“dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
ϭϬϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
112 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan, ada
beberapa fakta yang dapat dilakukan analisis lebih
lanjut. Pertama, rekening yang digunakan oleh
Terdakwa untuk menerima sejumlah uang dari
korban. Rekening yang digunakan apakah rekening
atas nama Pribadi atau atas nama pihak lain.

Dalam perkara a quo, Terdakwa menggunakan


rekening atas nama perusahaan untuk menerima
sejumlah uang dari korban. Selanjutnya dapat
dilakukan proses analisa lebih lanjut apakah
perusahaan tersebut adalah memang perusahaan
yang telah didirikan sejak lama atau sebaliknya,
perusahaan tersebut didirkan dalam rentan waktu
yang tidak jauh dari tempus delicti. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pendirian perusahaan dan
rekening atas perusahaan mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut didirikan dalam rangka untuk
menampung proceeds of crime.

Kedua, identifikasi selanjutnya adalah mengenai


perbuatan lanjutan Terdakwa setelah menerima
proceeds of crime, apabila Terdakwa melakukan
penarikan tunai dalam jumlah besar, maka perbuatan
tersebut juga dapat terindikasi sebagai perbuatan
yang bertujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil

ϭϬϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 113
kejahatan dengan cara memutus mata rantai
transaksi melalui penarikan tunai.

4. Putusaan nomor 322/Pid.Sus/2019/PN Jkt.Sel


a. Pertimbangan Hukum
1) Dengan Tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan:
2) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang
terungkap dipersidangan ternyata Terdakwa telah
mengakui telah menggunakan uang yang berasal
dari 3(tiga) orang nasabah yang hasil pencairan
kreditnya telah dibatalkan/uangnya dikembalikan
kepada Terdakwa yaitu nasabah atas nama
:YENNY KRISTIANA dengan nilai pencairan
kreditnya sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus juta
rupiah), nasabah atas nama FATIMAH pencairan
kredit sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus juta
rupiah) dan OTON JAJULI dua kali pengajuan kredit
masing-masing sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus
juta rupiah), sehingga total ketiga nasabah tersebut
jumlah kredit yang telah dicairkan sejumlah
Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).
3) Bahwa, uang hasil pencairan kredit atas nama
OTON JAJULI sejumlah Rp.200.000.000,-(dua
ratus juta rupiah) oleh Terdakwa dibagi-bagikan
dengan perincian untuk pencairan kredit yang
pertama sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus juta
ϭϬϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
114 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
rupiah) yaitu sejumlah Rp.40.000.000,- (empat
puluh juta rupiah) diserahkan kepada sdr. NANANG
dan sisanya sejumlah Rp.60.000.000,- (enam puluh
juta rupiah) bagian Terdakwa, sedangkan untuk
uang hasil pencairan kredit yang kedua yaitu
sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)
oleh Terdakwa diserahkan kepada saksi DODY
MULYADI sejumlah Rp.60.000.000,- (enam puluh
juta rupiah) dan sisanya sejumlah Rp.40.000.000,-
(empat puluh juta rupiah) bagian Terdakwa.
Selanjutnya uang hasil pencairan kredit bagian
Terdakwa tersebut oleh Terdakwa dipakai untuk
menalangi angsuran kredit atas nama nasabah
OTON JAJULI dan nasabah lain yang menunggak
angsurannya serta sebagian lagi oleh Terdakwa
dipakai untuk biaya operasional pada saat
melakukan survei kelapangan, Hingga akhirnya
perbuatan terdakwa dapat diketahui pihak Bank
Mandiri, sehingga tersamarkan asal usul harta
kekayaan tersebut seolah seperti hasil kerja / uang
milik terdakwa sendiri.
4) Menimbang bahwa atas uraian diatas unsur inipun
telah terbukti adanya tujuan untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan;

ϭϭϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 115
b. Catatan atas putusan
Majelis Hakim dalam putusannya menyatakan
bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana di bidang perbankan
dan tindak pidana pencucian uang. Predicate crime dari
perkara a quo dalam hal ini adalah tindak pidana di
bidang perbankan.
Berdasarkan uraian fakta persidangan, terungkap
bahwa Terdakwa melakukan perbuatan antara lain
mengajukan permohonan kredit fiktif dengan
memalsukan form permohonan pengajuan kredit, tidak
menyetorkan kepada pihak bank sejumlah uang
pembayaran kredit nasabah dan juga Terdakwa tidak
menyetorkan ke bank sejumlah uang pengembalian
atau pembatalan kredit oleh nasabah.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan unsur
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul Harta Kekayaan, Majelis Hakim mengutip
rangkaian fakta persidangan dimana Terdakwa
menerima pengembalian sejumlah uang dari nasabah
sebagai pengembalian atas pembatalan pengajuan
kredit.
Selanjutnya pada pertimbangan hukum tersebut
diuraikan mengenai rangkaian perbuatan dari
Terdakwa atas proceeds of crime, dimana Terdakwa
membagikan uang tersebut kepada beberapa pihak
yang membantu Terdakwa dalam mengajukan dan

ϭϭϭ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
116 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
meloloskan proses pengajuan kredit para nasabah.
Selain itu diuraikan bahwa Terdakwa kemudian
menggunakan proceeds of crime untuk membayarkan
angsuran kredit para nasabah dan untuk keperluan
Pribadi dari Terdakwa.
Pada paragraph terakhir dari pertimbangan
hukum tersebut selanjutnya Majelis Hakim
menyebutkan bahwa Selanjutnya uang hasil pencairan
kredit bagian Terdakwa tersebut oleh Terdakwa dipakai
untuk menalangi angsuran kredit atas nama nasabah
OTON JAJULI dan nasabah lain yang menunggak
angsurannya serta sebagian lagi oleh Terdakwa
dipakai untuk biaya operasional pada saat melakukan
survei kelapangan, Hingga akhirnya perbuatan
terdakwa dapat diketahui pihak Bank Mandiri, sehingga
tersamarkan asal usul harta kekayaan tersebut seolah
seperti hasil kerja / uang milik terdakwa sendiri.
Dari uraian tersebut tidak terlihat adanya
sinkronisasi yang jelas antara perbuatan Terdakwa
yang menggunakan proceeds of crime untuk
membayar angsuran kredit nasabah maupun survei
lapangan dan unsur menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan. Selain itu pada
pertimbangan hukum tersebut tidak terdapat uraian
bagaimana kaitan antara terpenuhinya unsur
menyamarkan dengan cara membuat proceeds of

ϭϭϮ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 117
crime seolah-olah diperoleh tersangka dari gaji dan
penghasilannya sebagai Pegawai Bank.
Perlu kiranya untuk diuraikan lebih lanjut
bagaimana kemudian perbuatan Terdakwa yang
menyerahkan sejumlah uang kepada pihak lain dan
menggunakan uang tersebut untuk kepentingan
operasional Terdakwa dalam melakukan survey
mencerminkan adanya tujuan untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan.

ϭϭϯ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
118 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 119
BAB V
PENUTUP

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan


120 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Inti delik (bestandelen delict) dari pencucian uang adalah
adanya tujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan. Konsekuensi
dari hal tersebut, maka perbuatan dari pelaku yang
dinyatakan memenuhi rumusan delik TPPU, utamanya
perbuatan yang dilakukan dalam rangka menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan haruslah diuraikan secara jelas dari aspek
perbuatan yang dilakukan terhadap proceeds of crime dan
parameter apa yang tercermin dari perbuatan tersebut
sehingga dapat dikualifisir bahwa perbuatan tersebut
bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul dari proceeds of crime. Pembuktian unsur
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan hasil kejahatan dapat dilakukan dengan merujuk
pada Analisa tipologi pada perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku serta Analisa terhadap fakta objektif ataupun
faktual yang menyertai perbuatan tersebut.
2. Dalam beberapa putusan masih ditemukan pertimbangan
hukum yang tidak memberikan uraian yang sistematis
terkait dengan pemenuhan unsur menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan.

ϭϭϰ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 121
Pada beberapa putusan hanya menyebutkan bahwa ada
perbuatan seperti menempatkan, membayarkan ataupun
mentransfer, namun tidak menjelaskan perwujudan dari
perbuatan pelaku yang dianggap mencerminkan adanya
tujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul harta kekayaan hasil kejahatan. Selain itu pada
beberapa putusan masih terdapat pertimbangan hukum
yang menggabungkan antara pertimbangan hukum
pemenuhan unsur “diketahui atau patut diduga” dan unsur
“dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan. Hal ini kemudian
berimplikasi pada pertimbangan hukum yang menjadi bias
dan tidak diuraikan secara lengkap dan jelas antara
pengetahuan pelaku dan perbuatan pelaku yang bertujuan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
harta kekayaan hasil kejahatan.

B. SARAN
1. Agar pembuktian unsur menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan
dalam perkara tindak pidana pencucian uang dilakukan
dengan Analisa terhadap tipologi serta fakta objektif atau
keadaan faktual yang menyertai perbuatan yang dilakukan
pelaku.
2. Agar uraian pertimbangan hukum terkait dengan
terpenuhinya uraian unsur menyembunyikan atau

ϭϭϱ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
122 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan
setidak-tidaknya menguraikan perbuatan apa yang
dilakukan oleh pelaku dalam menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil kejahatan
dan bagaimana cerminan adanya tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan hasil
kejahatan dari setiap perbuatan tersebut.

ϭϭϲ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 123
DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

1. Muhammad Yusuf, Mengenal, Mencegah,


Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang,
(Jakarta: Pustaka Juanda Tigalima, 2014)

2. Yudi Kristiana, Pemberantasan Tindak Pidana


Pencucian Uang Perspektif Hukum Progresif,
Yogyakarta: Thafa Media, 2015

3. Yunus Husein dan Roberts K. Tipologi dan


Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang,
Depok: Radjawali Pers, 2018

4. P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana


Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984,

5. Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana,


Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012

6. Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian,


Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012

7. Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Balai Lektur


Mahasiswa,

8. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 2015

9. Munir Fuady. Hukum Perbankan Indonesia, Bandung:


PT Citra Aditya Bakti, 2001)
ϭϭϳ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
124 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
10. Yenti Ganarsih, Penegakan Hukum Anti Pencucian
Uang dan Permasalahannya di Indonesia, Depok:
Rajawali Pers, 2017

11. D, Schaffmeister, N Keijzer dan E.P H. Sutorius,


Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-III
2011

12. Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif,


Teoretis, Praktik Dan Permasalahannya, PT. Alumni,
Bandung, 2007,

13. Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian


Hukum, UI Press, Jakarta

14. Darwan Prints, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik.,


Djambatan , Jakarta, 1998

15. Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian


Dalam Perkara Pidana untuk Mahasiswa dan Praktisi,
Mandar Maju, Bandung, 2003,

16. Mark Costanzo, Aplikasi Psikologis Dalam Sistem


Hukum (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),

17. Ivan Yustiavandana, Arman Nevi, Adiwarman. Tindak


Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014)

18. N.H.T Siahaan. Pencucian uang dan Kejahatan


Perbankan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

ϭϭϴ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 125
19. Henry Campbell Black , M.A, Black's Law Dictionary,
(st.paul, Minn, West Publishing Co.) sixth edition,
1990 Reda Mantovani, Narendra Jatna, Rezim Anti
Pencucian uang dan Perolehan Hasil Kejahatan di
Indonesia, UAI Press, Cetakan III, Oktober 2018

20. Teguh Prasetyo. Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana.


Bandung. Penerbit Nusa Media. 2010

21. Soetandyo Wignjosoebroto, “Kriminalisasi Dan


Dekriminalisasi: Apa Yang Dibicarakan Sosiologi
Hukum Tentang Hal Ini, disampaikan dalam Seminar
Kriminalisasi dan Dekriminalisasi dalam Pembaruan
Hukum Pidana Indonesia, Fakultas Hukum UII,
Yogyakarta, 15 Juli 1993.

22. Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum, cet I, Yogyakarta:


Kanisius, 2009

23. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan


Penerapan KUHAP (Penyidikan dan Penuntutan),
Edisi ke 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2004

B. Peraturan

1. Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang


Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang dan Penjelasannya

ϭϭϵ

Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
126 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
2. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman

C. Putusan

1. Putusan Pengadilan Negeri Jayapura nomor


68/Pid.Sus-TPK/2017/PN Jap

2. Putusan Pengadilan Negeri Bengkulu nomor


8/Pid.Sus-TPK/2017/PN.Bgl

3. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat nomor


1373/Pid.B/2019/PN Jkt.Pst

4. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat nomor


145/Pid.B/2019/PN Jkt.Pst

5. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan nomor


322/Pid.Sus/2019/PN Jkt.Sel

ϭϮϬ
 Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang 127
Kajian Hukum: Pembuktian Unsur Menyembunyikan dan Menyamarkan
128 dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang

Anda mungkin juga menyukai