SKRIPSI
Oleh:
ELEN REKNOSARI
NIM. 1607035033
SKRIPSI
Diajukan kepada
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pnegetahuan Alam
Universitas Mulawarman untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Memperolah Gelar Sarjana Sains Bidang Ilmu Kimia
Oleh:
ELEN REKNOSARI
NIM. 1607035033
i
Usulan Skripsi Oleh : Elen Reknosari
NIM : 1607035033
Judul penelitian : Adsorpsi Fenol Menggunakan Adsorben Komposit Fe3O4-
Arang Aktif Ampas Kopi
ii
ABSTRAK
Adsorpsi fenol menggunakan adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas
kopi telah dilakukan. Adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi disintesis
dari FeSO4.7H2O dan FeCl3.6H2O dengan perbandingan 3:2 kemudian dikomposit
dengan arang aktif ampas kopi. Adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infared (FTIR) dan Scanning Electron
Microscopy (SEM) serta dilakukan uji adsorpsi terhadap fenol. Hasil karakterisasi
dengan Fourier Transform Infared (FTIR), adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif
ampas kopi muncul peak pada panjang gelombang 509,21 cm-1 yang merupakan
gugus Fe-O menunjukkan bahwa nanopartikel Fe3O4 telah berhasil tercangkok
pada struktur arang aktif. Kondisi optimum adsorpsi fenol menggunakan adsorben
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi adalah pada waktu kontak 30 menit dan
pH 5. Kapasitas adsorpsi maksimum dihitung dengan menggunakan persamaan
isoterm Langmuir diperoleh hasil sebesar 8,9366 mg/g.
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan taufiq dan inayah-Nya
yang tiada putus dan henti-hentinya. Tak lupa pula shalawat dan salam senantiasa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang
menjadi tauladan hingga akhir zaman. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dari penelitian yang berjudul “Adsorpsi Fenol Menggunakan
Adsorben Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi”
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayah
tercinta Muji dan Almh. Mama Listiana atas doa yang tiada henti terucap dalam
tiap sujud, pengorbanan tanpa pamrih serta seluruh limpahan kasih sayang yang
senantiada tercurah serta adik M. Ubaidillah Habib Semoga keselamatan dan
kebahagiaan selalu diberikan oleh-Nya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Dr. Teguh Wirawan, M.Si dan Bapak Dr. Soerja Koesnarpadi, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir penyusunan
skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Idris Mandang, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas
Mulawarman atas fasilitas perkuliahan yang telah diberikan selama ini.
2. Bapak Dr. Rudi Kartika, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman.
3. Bapak Dr. Noor Hindryawati, M.Si dan Ibu Ika Yekti Lianasari, M.Si
selaku penguji yang telah memberikan kesediaan waktunya serta saran dan
masukkan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
v
4. Seluruh Dosen Kimia FMIPA Unmul yang telah memberikan pengajaran
selama masa perkuliahan sehingga banyak sekali ilmu yang penulis dapatkan.
5. Seluruh keluarga besar Laboratorium Organik, Biokimia, Analitik, Kimia
Dasar, Fisika dan Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Mulawarman.
6. Kak Manja’a Khasanah, S.Si selaku Laboran Laboratorium Kimia Analitik,
Keluarga Besar Laboratorium Kimia Analitik, Bapak Nanang Tri Widodo,
M.Si, Ibu Ika Yekti Liana Sari, M.Si dan Kak Nur Sabilillah, S.Si yang
telah banyak membantu, mendukung dan banyak memberikan pelajaran
kepada penulis selama perkuliahan hingga dalam penyelesaian tugas akhir.
7. Sahabat penelitian saya Harisma Nurfarizha, Rusda Ulfiya, Devika Safitri
Dirgayanti, Desy Youlanda, Astari Simbolon Monica Magdalena, Indra
Kurniawan yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa jurusan S1 kimia FMIPA khususnya
Kimia 2016 yang selalu memberikan dukungan.
9. Teman-teman seperjuangan PKL seluruh staff PT. Mutu Agung Lestari
terima kasih atas kerja sama dan dukunganya.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
membalas semua budi baik semuanya. Amin.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan dalam penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya bagi peminat Ilmu Kimia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Samarinda, Juni 2020
Penulis
Elen Reknosari
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
vii
2.2 Landasan Empiris ................................................................................ 15
viii
3.4.5.5 Pembuatan Larutan Induk Fenol 1000 mg/L ...................... 22
3.4.5.6 Pembuatan Larutan Standar Fenol ...................................... 22
3.4.6 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .............................. 22
3.4.7 Penentuan Kurva Kalibrasi ........................................................ 23
3.4.8 Adsorpsi Terhadap Fenol........................................................... 23
3.4.8.1 Penentuan pH Optimum ...................................................... 23
3.4.8.2 Penentuan Waktu Kontak Optimum ................................... 23
3.4.8.3 Penentuan Konsentrasi Maksimum Fenol ........................... 24
3.5 Analisis Data........................................................................................ 24
3.5.1 Isoterm Langmuir ....................................................................... 24
3.5.2 Isoterm Freundlich ..................................................................... 25
BAB 5 PENUTUP............................................................................................ 40
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 40
5.2 Saran .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Persyaratan Arang Aktif menurut SNI 06-3730-1995 ....................... 9
Tabel 4.1 Uji Karakterisasi Arang Aktif Ampas Kopi ....................................... 26
Tabel 4.2 Hasil Gugus Fungsi FTIR................................................................... 30
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bubuk Kopi.................................................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Kristal Fe3O4 .................................................................... 5
Gambar 2.2 Struktur Senyawa Fenol ................................................................ 7
Gambar 4.1 Arang aktif, Magnetit dan Komposit Fe3O4-Arang aktif .............. 29
Gambar 4.2 Spektra FTIR ................................................................................ 30
Gambar 4.3 Foto SEM Magnetit Fe3O4 perbesaran 20.000x ............................. 32
Gambar 4.4 Foto SEM Komposit Fe3O4-Arang Aktif perbesaran 20.000x ...... 32
Gambar 4.5 Panjang Gelombang Maksimum ................................................... 33
Gambar 4.6 Pengaruh Variasi pH ...................................................................... 34
Gambar 4.7 Pengaruh Variasi Waktu Kontak ................................................... 35
Gambar 4.8 Pengaruh Variasi Konsentrasi ....................................................... 37
Gambar 4.9 Grafik Isoterm Langmuir dan Freundlich Arang Aktif ................. 38
Gambar 4.10 Grafik Isoterm Langmuir dan Freundlich Komposit ................... 38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Flowsheet ...................................................................................... 45
Lampiran 2 Perhitungan ................................................................................... 51
Lampiran 3 Dokumentasi ................................................................................. 68
Lampiran 4 Hasil Spektra FTIR ........................................................................ 71
Lampiran 5 Hasil Foto SEM ............................................................................. 74
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi di dunia. Berdasarkan
data FAO, rata-rata produksi dan ekspor kopi indonesia dari tahun 2012-2016
sebesar 683,64 dan 601,38 ribu ton per tahun, terbesar keempat setelah Brazil,
Vietnam, dan Kolombia. Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
dari Kementrian Pertanian pada tahun 2018 produksi kopi Indonesia tahun 2017
mencapai 668,68 ribu ton, sebanyak 72,35% atau 483,82 ribu ton adalah kopi
robusta sementara sisanya sebanyak 27,65% atau 184,86 ribu ton adalah kopi
jenis arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia dari data rata-rata lima
tahun terakhir adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah. Harga kopi tahun 2017 di tingkat produsen Indonesia
rata-rata adalah Rp.24.802 per kg, sedangkan tingkat konsumsi kopi per kapita di
Indonesia pada tahun 2017 berdasarkan hasil SUSENAS yaitu sebesar 0,798
kg/kapita/tahun (Kementrian Pertanian, 2018).
Bubuk kopi robusta biasanya diseduh menggunakan air panas menghasilkan
minuman kopi yang selanjutnya akan dihasilkan sisa berupa ampas kopi. Menurut
Wrigleg (1988) ampas kopi memiliki kandungan hidrokarbon cukup tinggi sekitar
19,9% sehingga dapat digunakan sebagai arang aktif. Selain itu juga ampas kopi
memiliki kandungan selulosa 22-27% (Asti, 2015). Kapasitas adsorpsi arang aktif
dapat ditingkatkan dengan aktivasi. Aktivasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi fisika dapat dilakukan dengan pemanasan
dengan suhu tinggi sedangkan aktivasi kimia dapat dilakukan dengan penambahan
larutan kimia (Sembiring dan Sinaga, 2003). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Nafie dkk., (2013) menunjukkan bahwa arang aktif dari tempurung lontar yang
diaktivasi kimia memiliki kadar air, kadar abu, luas permukaan dan kemampuan
adsorpsi lebih baik dibandingkan arang aktif yang tidak diaktivasi.
Beberapa penelitian mengenai adsorpsi dengan menggunakan arang aktif telah
banyak dilakukan. Mariana dkk., (2017) menggunakan arang aktif dari limbah
ampas kopi yang diaktivasi menggunakan HCl menunjukkan hasil karakterisasi
1
2
kadar air, kadar abu dan daya serap terhadap iodium sesuai SNI No. 06-3730-
1995. Arang aktif sendiri dapat berguna sebagai adsorben karena mengandung
karbon dan memiliki luas permukaan serta pori-pori yang besar, dimana semakin
luas permukaan arang aktif maka semakin tinggi daya adsorpsinya. Berdasarkan
penelitian Kyzas (2012) dalam penelitiannya menggunakan arang aktif ampas
kopi sebagai adsorben untuk mengadsorpsi Cu2+ dan Cr6+. Sunandar dkk., (2012)
arang aktif ampas kopi dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi
fenol. Lafi dkk., (2014) menggunakan arang aktif ampas kopi sebagai adsorben
untuk mengadsorpsi zat warna toluidine blue dan crystal violet.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fisli dkk., (2018) penggabungan
adsorben arang aktif dengan nanopartikel magnet menghasilkan bahan komposit
baru yang mempunyai dua sifat yaitu sifat adsorpsi dan sifat magnet. Sifat magnet
ini dimanfaatkan dalam proses pemisahan partikel komposit dalam air dengan
menggunakan batangan magnet sederhana sehingga pemisahan dapat dilakukan
dengan mudah, sederhana, cepat dan efisien dalam mengambil kembali adsorben
dari cairan limbah. Selain itu pembuatan komposit bertujuan untuk meningkatkan
sifat individu bahan seperti kekuatan, struktur, stabilitas sifat baik kimia maupun
fisika sehingga diperoleh bahan baru dengan mutu yang lebih baik.
Dalam penelitian Dewilda dkk, (2012), senyawa hidrokarbon aromatik fenol
merupakan polutan yang banyak ditemukan pada perairan laut. Senyawa fenolik
umumnya dihasilkan dari kegiatan industri seperti gasifikasi batubara, kilang
minyak, industri bahan kimia, permbuatan pewarna dan industri kertas (Canizares
dkk., 2006). Fenol merupakan jenis senyawa yang mengakibatkan pencemaran
karena memiliki bau yang menyengat, bersifat racun, korosif serta menyebabkan
gangguan kesehatan manusia ataupun kematian (Sukandar dkk., 2009). Menurut
Isyuniarto dkk., (2005) konsentrasi limbah fenol yang ditoleransi untuk limbah
migas adalah 2,0 mg/L. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi
pencemaran fenol di perairan yaitu dengan adsorpsi menggunakan karbon aktif
(Arninda dkk, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan
ampas kopi sebagai arang aktif untuk dijadikan adsorben magnetik dengan cara
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.1.3 Komposit
Komposit ialah material baru yang terbuat dari dua atau lebih material
berbeda yang bila digabungkan memiliki sifat lebih baik dari material asli. Bahan
komposit bertujuan untuk meningkatkan sifat individu bahan seperti kekuatan,
struktur, stabilitas sifat baik kimia dan fisika sehingga diperoleh bahan baru yang
memiliki kualitas yang lebih baik (Fisli dkk., 2018).
Berdasarkan Zega (2017), komposit Fe3O4/karbon aktif dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu pencampuran fisik dan reaksi kimia. Penggunaan kedua
metode ini dilakukan untuk melihat pengaruh arang aktif terhadap sifat komposit
yang dihasilkan.
1. Pencampuran Fisik
Metode pencampuran fisik dilakukan dengan mencampurkan karbon aktif
dengan Fe3O4. Komposit yang dihasilkan berwarna hitam kecoklatan dan
memiliki kekuatan magnet yang lebih lemah dibandingkan komposit yang
dihasilkan secara reaksi kimia. Hal ini disebabkan molekul Fe3O4 tidak dapat
memasuki pori-pori pada permukaan arang aktif. Ukuran molekul Fe3O4 hasil
sintesis lebih besar daripada ukuran pori yang terdapat pada permukaan karbon
aktif. Reaksi pencampuran antar padatan akan terjadi reaksi jika menggunakan
tekanan dan suhu yang tinggi, yaitu diatas 1000°C. Proses ini menyebabkan
komposit memiliki kekuatan magnet yang lemah ketika didekatkan dengan
medan magnet. Fase Fe3O4 dapat tertarik sedangkan karbon aktif tidak dapat
tertarik oleh medan magnet.
2. Reaksi Kimia
Proses pembuatan komposit secara kimia dilakukan dengan menggunakan
metode yang mirip dengan proses pembuatan Fe3O4. Proses pembuatan
komposit ini dilakukan dengan mencampurkan Fe2+ dan Fe3+ dengan rasio 1:2,
kemudian sebanyak 100 mg karbon aktif ditambahkan dan diaduk selama 1
menit. Setelah itu, larutan NaOH diteteskan sampai terbentuk endapan hitam
dengan pH = 12. Senyawa Fe3O4 yang terbentuk selama proses sintesis dapat
memasuki pori yang terdapat pada permukaan karbon aktif sehingga akan
menutup sebagian pori karbon aktif . Pori yang tertutup tersebut menyebabkan
7
luas permukaan karbon aktif menjadi lebih kecil. Selain itu, gugus fungsional
tertentu yang terdapat pada permukaan karbon aktif akan membantu proses
pengikatan molekul Fe3O4 secara kimia oleh karbon aktif. Komposit yang
dihasilkan berwarna hitam kecoklatan berupa serbuk yang lebih halus bila
dibandingkan dengan komposit hasil pencampuran secara fisik.
2.1.4 Fenol
Fenol (C6H6OH) merupakan jenis senyawa organik yang mempunyai gugus
hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Fenol memiliki rumus struktur yang
ada pada gambar 2.3.
OH
karbon dan gas. Dimana perlu adanya pengontrolan dan pengaturan temperatur
dan waktu karbonisasi yang dilakukan selama proses karbonisasi sehingga
arang aktif yang diperoleh dinyatakan baik. Oleh karena itu masih harus
dilakukan proses aktivasi untuk memperbaiki struktur pori dari arang.
c. Proses Aktivasi
Proses Aktivasi merupakan suatu proses pemecahan ikatan hidrokarbon untuk
menambah ukuran pori arang sehingga terjadi perubahan fisika dan kimia pada
arang dimana proses adsorpsi dipengaruhi dari besarnya luas permukaan suatu
material. Adapun macam-macam proses aktivasi yaitu aktivasi kimia dan
aktivasi fisika, dimana pada proses aktivasi kimia digunakan zat-zat kimia
sedangkan pada proses aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan udara
atau uap yang dialirkan ke dalam reaktor pada suhu tinggi. Pada proses aktivasi
ini, dilakukan pengurangan jumlah ter yang masih tertahan di dalam arang
menggunakan gas yang bersifat inert. Proses aktivasi pada dasarnya bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat pengotor di dalam pori ataupun unsur hidrogen
serta oksigen sehingga diharapkan unsur yang dominan terkandung dalam
arang hanya tertinggal karbonnya saja (Muna, 2011).
jumlah arang yang dipakai akan berbanding terbalik dengan waktu yang
dibutuhkan sehingga semakin banyak arang yang digunakan untuk adsorpsi
maka waktu kontak yang dibutuhkan semakin sedikit, begitupun sebaliknya,
semakin sedikit arang yang digunakan untuk adsorpsi maka akan lebih lama
waktu yang dibutuhkan.
2.1.6 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapan suatu substansi pada permukaan
zat padat. Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antara substansi
terjerap dan penjerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi dalam solid
disebut adsorbat sedangkan solid tersebut adalah adsorben. Adanya gaya tarik
menarik molekul pada permukaan padatan, dimana padatan lebih cenderung
menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan.
Akibatnya pada permukaan material memiliki konsentrasi molekul yang lebih
besar. Proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaan (Laksono, 2002).
Adsorpsi merupakan suatu proses terjadinya penjerapan pada permukaan zat
terhadap zat tertentu karena adanya gaya tarik molekul atau atom pada permukaan
zat padat tanpa meresap, dimana sifat-sifat senyawa akan mengalami modifikasi
atau perubahan karena interaksi tersebut. Adsorpsi yang terjadi antara adsorbat
dengan adsorben dapat dibedakan menjadi 2 yaitu adsorpsi kimia (chemisorption)
dan adsorpsi fisika (physisorption). Jika adsorbat dan permukaan adsorben
berinteraksi hanya dengan gaya Van der Waals, maka yang terjadi adalah adsorpsi
fisika. Molekul yang teradsorpsi terikat secara lemah pada permukaan dan panas
adsorpsi rendah sehingga naiknya temperatur ditandai dengan turunnya jumlah
adsorpsi. Dalam adsorpsi kimia partikel molekul pada permukaan dan membentuk
ikatan kimia kovalen (Khuluk, 2016).
Proses adsorpsi oleh adsorben ditentukan menggunakan isoterm adsorpsi.
Dimana isoterm adsorpsi merupakan hubungan antara distribusi adsorben dengan
fasa saat kesetimbangan dan fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben (Bird,
1993).
12
Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Qm = Kapasitas adsorpsi maksimum (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kads = Konstanta adsorpsi Langmuir
Kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan grafik
yang dibuat dengan slope dan intersep (Mandasari dan
Purnomo, 2016).
2. Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich mengemukakan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi karena adanya interaksi antar molekul yang membentuk suatu ikatan dan
molekul yang teradsorpsi tersebut membentuk banyak lapisan. Dimana adsorben
memiliki permukaan yang heterogen sehingga pada setiap molekulnya memiliki
potensi penjerapan yang berbeda-beda (Bird, 1993).
13
og og f og (2.4)
n
Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kf = Konstanta adsorpsi Freundlich
n = Kapasitas adsorpsi (mg/g)
Menentukan kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan grafik
log Qa vs log Ca dengan slope dan intersep adalah log Kf (Mandasari dan
Purnomo, 2016).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di Laboratorium melalui tahap
sebagai berikut: pembuatan arang aktif ampas kopi yang diaktivasi dengan
menggunakan HCl 2 M dengan cara perendaman selama 24 jam serta arang aktif
ampas kopi yang tidak diaktivasi. Selanjutnya dilakukan pembuatan Fe3O4 dari
campuran FeCl3.6H2O dan FeSO4.7H2O dengan rasio massa 3:2 yang kemudian
dikomposit dengan arang aktif ampas kopi untuk membentuk adsorben magnetit.
Kemudian dilakukan uji karakterisasi pada arang aktif ampas kopi yaitu uji kadar
air, kadar abu dan volatil matter, daya serap terhadap iodium dan luas permukaan
terhadap metilen biru. Setelah itu dilakukan uji karakterisasi adsorben magnetit
dengan menggunakan Fourier Transform Infrared (FT-IR) dan Scanning Electron
Microscopy (SEM). Selanjutnya dilakukan proses aplikasi menggunakan adsorben
dalam mengadsorpsi fenol memvariasi pH larutan fenol (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8),
variasi waktu kontak (5, 10, 15, 20, 30, 60, 90 dan 120 menit) dan variasi
konsentrasi yaitu (5, 10, 25, 50, 75 dan 100 mg/L). Kemudian penentuan kapasitas
adsorpsi maksimum untuk adsorben magnetit terhadap fenol.
16
17
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bubuk kopi robusta,
aquades, alumunium foil, fenol, metilen biru, aminoantipirin, KI, FeCl3.6H2O,
FeSO4.7H2O, K3Fe(CN)6, Na2S2O3, KIO3, amilum, Larutan NH4OH 25%, Larutan
H3PO4, larutan HCl, kertas saring dan tissue.
2
( 00 )
2
Keterangan :
% IM = Kadar Air (%)
W1 = Berat cawan kosong (gram)
W2 = Berat cawan + sampel awal (gram)
W3 = Berat cawan + sampel akhir (gram)
20
25 ( blanko titrasi) 2 a2 S2
ilangan iod
0 massa adsorben
Keterangan :
V blanko = Volume titrasi blanko (mL)
V titrasi = Volume titrasi sampel (mL)
BE I2 = Berat Jenis I2 (126,91)
N = Normalitas Natrium Tiosulfat (0,1 N)
000
21
m
uas permukaan
r
Keterangan :
= Kapasitas adsorpsi metilen biru (mg/g)
V = Volume larutan (mL)
C = Konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi (mg/L)
N = Bilangan avogadro (6,02 × 1023 molekul/mol)
A = Luas penampang metilen biru (197 × 10-20 m2/molekul)
Mr = Massa relatif metilen biru (g/mol)
larutan K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk. Setelah itu didiamkan selama 15 menit
lalu diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh
panjang gelombang maksimum fenol.
a
( a) m
ads
Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Qm = Kapasitas adsorpsi maksimum (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kads = Konstanta adsorpsi Langmuir
Kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan
grafik yang dibuat dengan slope dan intersep .
25
Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kf = Konstanta adsorpsi Freundlich
n = Kapasitas adsorpsi (mg/g)
Menentukan kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan grafik
log Qa vs log Ca dengan slope dan intersep adalah log Kf. Berdasarkan data
isoterm yang dihasilkan, jenis isoterm yang tepat untuk digunakan sebagai
penggambaran kapasitas adsorpsi dari arang ampas kopi dapat ditentukan dengan
cara membandingkan linearitas kurva yang ditunjukkan oleh R2. Harga R2 yang
dapat diterima adalah < 0,95 atau > 0,95% (Suardana, 2008).
26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
27
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap kadar air yaitu untuk mengetahui
banyaknya air yang menutupi pori-pori arang aktif. Hasil pengujian kadar air pada
arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia masing-masing memperoleh
hasil sebesar 6,2883% dan 5,6355%. Nilai tersebut memenuhi standar SNI 06-
3730-1995 dengan kadar air dibawah 15%. Jika semakin banyak kadar air yang
dihasilkan maka akan menghambat daya serap adsorben terhadap adsorbat karena
pori-pori adsorben banyak mengandung air sehingga adsorben tersebut memiliki
sifat adsorpsi yang kurang baik.
Pengujian arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia terhadap kadar
abu yaitu untuk mengetahui banyaknya sisa-sisa mineral yang terdapat pada arang
aktif. Hasil pengujian kadar abu pada arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan
kimia memperoleh hasil masing-masing sebesar 3,1157% dan 1,3249%. Nilai
tersebut memenuhi standar SNI 06-3730-1995 dengan kadar abu di bawah 10%,
karena jika semakin banyak kadar abu yang terdapat pada arang aktif maka akan
menyebabkan penyumbatan pori-pori adsorben karena adanya mineral-mineral
yang masih tersisa sehingga dapat mempengaruhi daya serap adsorben terhadap
adsorbat.
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap kadar volatile matter yaitu untuk
mengukur kandungan senyawa yang belum menguap saat dilakukannya proses
karbonisasi pada arang aktif. Hasil pengujian kadar volatile matter pada arang
aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia masing-masing memperoleh hasil
sebesar 17,5780% dan 17,3412%. Nilai tersebut memenuhi standar SNI 06-3730-
1995 dengan kadar abu di bawah 25%, karena jika kadar volatile matter memiliiki
nilai yang tinggi maka mempengaruhi daya serap arang aktif, hal ini dikarenakan
masih terdapat senyawa-senyawa non karbon seperti CO,CO2 dan H2 pada pori-
pori arang aktif yang tidak hilang pada saat proses karbonisasi sehingga adsorben
tersebut memiliki sifat adsorpsi yang kurang baik.
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap daya serap iodium yaitu untuk
mengetahui kemampuan arang aktif dalam menyerap adsorbat berukuran molekul
kecil bekisar 1 nm. Hasil pengujian daya serap terhadap I2 pada arang aktif ampas
kopi teraktivasi fisika dan kimia memperoleh hasil sebesar 194,0695 mg/g dan
28
290,2887 mg/g. Nilai tersebut tidak memenuhi standar karena berada dibawah
nilai SNI 06-3730-1995 minimalnya yaitu 750 mg/g. Hal ini dikarenakan sebagian
besar pori arang aktif masih tertutup oleh hidrokarbon dan komponen lain seperti
air, abu, nitrogen dan sulfur yang menghambat daya serapnya. Menurut Imawati
dan Adhitiyawarman (2015), tingginya daya serap arang aktif terhadap iodium
menunjukkan semakin banyak mikropori dari arang aktif yang terbentuk sehingga
semakin baik arang aktif tersebut dalam menyerap adsorbat berukuran molekul
kecil.
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap luas permukaan terhadap metilen
biru yaitu untuk mengetahui kemampuan arang aktif dalam menyerap adsorbat
dengan ukuran molekul besar bekisar 1,5-2,5 nm. Hasil pengujian luas permukaan
metilen biru pada arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia diperoleh
hasil masing-masing sebesar 68,4779 m2/g dan 71,4391 m2/g. Nilai tersebut tidak
memenuhi standar karena dibawah nilai SNI 06-3730-1995 minimalnya 300 m2/g.
Hal ini dikarenakan sebagian besar pori-pori yang terbentuk di permukaan arang
aktif mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada ukuran molekul metilen biru.
Menurut Alimah (2017) hasil karakterisasi arang aktif terhadap luas permukaan
menggunakan metilen biru yang tidak memenuhi SNI menunjukan bahwa arang
aktif tidak efektif bila digunakan sebagai penjerap warna.
Berdasarkan hasil karakterisasi kadar volatile matter, arang aktif ampas kopi
teraktivasi fisika memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang aktif
teraktivasi kimia, hal ini disebabkan karena pori-pori pada arang aktif ampas kopi
teraktivasi fisika masih terdapat senyawa-senyawa tar sisa proses karbonisasi.
Selanjutnya digunakan arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia untuk dilanjutkan
pada proses pembuatan komposit dengan nanopartikel magnet Fe3O4 karena
memiliki nilai kadar air, abu, volatil matter yang lebih rendah dibandingkan arang
aktif teraktivasi fisika.
komposit
magnetit-arang aktif
Intensitas (a.u)
arang aktif
magnetit
O-H
Fe-O
Gambar 4.2 Spektra FTIR arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia, magnetit dan
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
Dari hasil spektrum Frourier Transform Infrared (FTIR) diatas yaitu arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia, komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi dan
magnetit Fe3O4 dapat dirangkum pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Gugus Fungsi Pada Arang Aktif, Magnetit dan Komposit Fe3O4-
Arang aktif
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gugus Fungsi Literatur Komposit
(Anggraini, Arang Aktif Fe3O4-Arang Magnetit
2019) Aktif
O-H Ulur 3300-3600 3425,58 3425,58 3441,01
C-H Stretching 2850-2970 2931,80- 2924,09- 2931,80-
2862,36 2854,65 2862,36
C-H Bending 1340-1470 1373,32 1342,46 -
C=O 1540-1800 1604,77 1604,77 1635,64
O-H Tekuk 1500-1600 - - 1527,62
C-O 1050-1330 1265,30- 1265,30 1273,02
1219,01
Fe-O 500-610 - 509,21 586,36
31
Berdasarkan hasil karakterisasi FT-IR diatas, pada kurva arang aktif dan
komposit Fe3O4-arang aktif muncul pita serapan 3425,58 cm-1 dan pada magnetit
Fe3O4 muncul pita serapan 3441,01 cm-1 merupakan karakteristik dari vibrasi ulur
gugus hidroksi dari karboksilat, alkohol dan air yang terdapat pada permukaan
arang aktif, komposit maupun magnetit (Fisli dkk., 2018). Adanya vibrasi –OH
tekuk gugus hidroksi ini dibuktikan dengan munculnya pita serapan pada 1527,62
cm-1 (Koesnarpadi dkk., 2020). Selain itu pada kurva arang aktif muncul serapan
1604,77 cm-1 menunjukkan adanya serapan C=O yang menyatakan bahwa ampas
kopi telah membentuk zat karbon karena gugus C=O merupakan gugus khas dari
arang aktif. Pada magnetit Fe3O4 muncul serapan pada bilangan gelombang
586,36 cm-1 yang berasal dari vibrasi stretching pita serapan logam-oksigen.
Sedangkan pada komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi muncul serapan pada
bilangan gelombang 1604,77 cm-1 menunjukkan adanya serapan C=O menyatakan
bahwa masih terdapat gugus khas dari arang aktif, selain itu muncul serapan pada
bilangan gelombang 509,21 cm-1 menunjukkan dugaan adanya serapan logam-
oksigen yang berupa ikatan Fe-O. Menurut Fisli dkk., (2018) komposit Fe3O4-
arang aktif muncul serapan pada bilangan gelombang 560 cm-1 berasal dari vibrasi
stretching pita serapan logam-oksigen (ikatan Fe-O dalam kisi kristalin Fe3O4).
Berdasarkan penelitian Koesnarpadi dkk., (2020) pada material komposit Fe3O4-
Kitosan muncul serapan pada bilangan gelombang 570 cm-1 yang menunjukkan
adanya ikatan Fe-O. Berdasarkan data hasil karakterisasi tersebut menandakan
bahwa material Fe3O4 telah tercangkok dalam permukaan arang aktif.
Gambar 4.4 Foto SEM komposit Fe3O4-Arang aktif pada perbesaran 20.000x
507 nm
3,5
2,5
Qa (mg/g)
2 Arang Aktif
1,5
1 Komposit
magnetit-
0,5 arang aktif
0
0 2 4 6 8 10
pH
Gambar 4.6 Pengaruh variasi pH terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi (Qa) oleh
arang aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa
pH optimum yang diperoleh dari adsorben arang aktif ampas kopi teraktivasi
kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi terjadi pada pH 5 dengan
jumlah fenol teradsorpsi (Qa) masing-masing sebesar 3,6674 mg/g dan 3,5021
mg/g dengan % teradsorpsinya masing-masing yaitu sebesar 58,6777% dan
56,0331%. Ketika pH mencapai 3 terdapat penurunan adsorpsi pada adsorben
arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia, hal ini dapat disebabkan karena tidak
stabilnya pH larutan fenol yang dibuat sehingga dapat mempengaruhi daya
adsorpsi arang aktif ampas kopi terhadap fenol. Menurut Kuniati dkk., (2011)
arang aktif memiliki gugus fungsional pada permukaannya yaitu gugus hidroksil
35
dan gugus karboksil. Proses adsorpsi terhadap senyawa fenol oleh arang aktif
terjadi melalui adsorpsi fisika, dimana gugus hidroksil dari fenol akan membentuk
ikatan dengan gugus karboksil pada permukaan arang aktif membentuk ikatan
hidrogen. Berdasarkan penelitian Beker dkk., (2010) ketika pH meningkat maka
konsentrasi fenol terionisasi dan jumlah ion negatif pada adsorben juga meningkat
sehingga proses penyerapan mengalami penurunan sedangkan ketika pH berada
diantara 1 dan 3 merupakan titik isoelektrik, menyebabkan keseluruhan muatan
permukaan menjadi positif sehingga terjadi donor-akseptor dan terjadi interaksi
antara cincin aromatik fenol dengan adsorben.
4,5
4
3,5
3
Qa (mg/g)
Gambar 4.7 Pengaruh variasi waktu terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi (Qa)
oleh arang aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-arang aktif
36
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa
waktu kontak optimum yang diperoleh dari adsorben arang aktif ampas kopi
teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi terjadi pada waktu
kontak 30 menit dengan jumlah fenol teradsorpsi (Qa) sebesar 4,1632 mg/g dan
3,6467 mg/g dengan % teradsorpsinya masing-masing sebesar 66,6116% dan
58,3471%. Berdasarkan data tersebut semakin lama waktu yang diberikan maka
persen adsorpsi senyawa fenol semakin besar terbukti dari waktu kontak 5 menit
masih terus mengalami kenaikan hingga waktu kontak 30 menit. enurut afi’ah
(2016) semakin lama waktu interaksi maka semakin banyak adsorbat teradsorpsi
karena semakin banyak kesempatan partikel dari adsorben untuk bersinggungan
dengan adsorbat, hal ini menyebabkan semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi.
Namun pada menit 60 hingga menit 120 mengalami penurunan adsorpsi karena
apabila waktu kontak adsorben dengan adsorbat terlalu lama maka akan terjadi
pelepasan kembali adsorbat atau adsorben telah mencapai titik jenuh sehingga
terjadi penurunan daya adsorpsinya. Diperoleh daya adsorpsi yang paling bagus
berdasarkan variasi waktu kontak 30 menit yaitu adsorben arang aktif ampas kopi
teraktivasi kimia dengan jumlah fenol teradsorpsi sebesar 4,1632 mg/g dan %
teradsorpsi sebesar 66,6116% sedangkan untuk komposit Fe3O4-arang aktif ampas
kopi memiliki % teradsopsi jauh lebih rendah dikarenakan pori-pori dari adsorben
komposit telah terisi oleh material Fe3O4 sehingga kesempatan untuk menjerap
senyawa fenol lebih sedikit walaupun waktu kontak yang diberikan 30 menit.
18
16
14
12
Arang aktif
Qa(mg/g)
10
8
Komposit
6 magnetit-
4 arang aktif
2
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi Awal (mg/L)
Gambar 4.8 Pengaruh variasi konsentrasi terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi
(Qa) oleh arang aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-arang aktif
ampas kopi
R² = 0,9662 R² = 0,9483
Log Qa (mg/g)
0,8 1
0,6
0,4 0,5
0,2
0
0
-1 0 1 2
0 0,5 1 1,5
-0,5
1/Ca (mg/L) Log Ca (mg/L)
Gambar 4.9 Kurva isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich adsorpsi fenol
oleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia
Berikut data isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich pada adsorpsi fenol
oleh adsorben komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi seperti pada Gambar 4.10
1,5 1,5
y = 2,0433x + 0,1119
1/Qa (mg/g)
Log Qa (mg/g)
0,5 0,5
0
0
0 1 2
0 0,2 0,4 0,6 0,8
-0,5
1/Ca (mg/L) Log Ca (mg/L)
Gambar 4.10 Kurva isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich adsorpsi fenol
oleh Komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
Dari gambar 4.9 untuk arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia diperoleh
hasil yaitu pada jenis isoterm Langmuir memiliki R2 sebesar 0,9662 dan isoterm
Freundlich memiliki nilai R2 sebesar 0,9483, sedangkan dari gambar 4.10 untuk
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi diperoleh hasil yaitu untuk jenis isoterm
39
Langmuir memiliki nilai R2 sebesar 0,9491 dan isoterm Freundlich memiliki nilai
R2 sebesar 0,9256. Berdasarkan hasil tersebut, maka penentuan kapasitas adsorpsi
fenol oleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-Arang
aktif ampas kopi mengikuti jenis isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi
masing-masing 10,1317 mg/g dan 8,9366 mg/g. Pada penelitian ini digunakan
jenis isoterm Langmuir karena memiliki R2 mendekati 1 sehingga dapat dikatakan
bahwa interaksi adsorben dengan adsorbat terjadi secara monolayer atau terjadi
interaksi fisik (Van der walls) sehingga kemampuaan adsopsinya sangat terbatas
disebabkan setiap sisi-sisi aktif adsorben hanya mampu menjerap satu molekul
adsorbat saja (Handayani, 2009). Kapasitas adsorpsi pada adsorben komposit
Fe3O4-arang aktif ampas kopi lebih rendah bila dibandingkan dengan adsorben
arang aktif ampas kopi tanpa dikomposit, hal ini disebabkan karena pori-pori yang
terdapat pada adsorben komposit telah terisi oleh molekul Fe3O4 sehingga
kemampuan dari adsorben komposit Fe3O4-arang aktif untuk menyerap adsorbat
mengalami penurunan (Fisli, dkk., 2018).
Penggabungan nanopartikel magnet Fe3O4 dengan adsorben arang aktif dari
ampas kopi memiliki keunggulan jika dilihat dari segi proses pemisahan adsorben
dengan adsorbat, yaitu ketika proses adsorpsi fenol menggunakan adsorben hasil
komposit maka adsorben yang berada didalam cairan limbah fenol dapat dengan
mudah diambil kembali dengan menggunakan batangan magnet eksternal karena
adsorben hasil komposit memiliki sifat magnet sehingga dapat membantu dalam
pemecahan permasalahan pencemaran limbah fenol di perairan.
40
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil karakteristik arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dengan parameter
uji kadar air, kadar abu, volatile matter, daya serap terhadap iodium dan luas
permukaan terhadap metilen biru masing-masing sebesar 6,2883%, 3,1157%,
17,5780%, 194,0695 mg/g, dan 68,4779 m2/g sedangkan arang aktif ampas
kopi teraktivasi kimia yaitu masing-masing sebesar 5,6355%, 1,32495%,
17,3412%, 290,2887 mg/g, dan 71,5508 m2/g.
2. Hasil karakteristik komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi berdasarkan hasil
analisa menggunakan FT-IR dan SEM menunjukkan bahwa magnetit Fe3O4
telah sukses tercangkok pada struktur arang aktif melalui gugus hidroksi pada
permukaan arang aktif.
3. Hasil kondisi optimum yang diperoleh komposit Fe3O4-Arang aktif ampas
kopi yaitu terjadi pada pH 5, waktu kontak 30 menit dan kapasitas adsorpsi
maksimum fenol sebesar 8,9366 mg/g.
5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya proses aktivasi kimia arang aktif ampas kopi
dapat menggunakan aktivator lain yang bersifat basa seperti NaOH dan KOH.
2. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan
karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dan Vibrating Sampel Magnetometer
(VSM) untuk mengidentifikasi fasa kristal dan sifat kemagnetan material
hasil komposit.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Alimah, D. 2017. Sifat dan Mutu Arang Aktif Tempurung Biji Mete (Anacardium
occidentale L.). Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehidupan Banjarbaru. 35(2). 123-133.
Beker, U., Ganbold, B., Dertli, H dan Gulbayir D.D. 2010. Adsorption Of Phenol
By Activated Carbon: Influence Of Activation Methods And Solution pH.
Journal Energy Conversion and Management. 51, 235-240.
Canizares, P., Carmona, M., Baraga, O., Delgado, A. dan Rodrigo, M. A. 2006.
Adsorption equilibrium of phenol onto chemically modified activated
carbon F400. J. Hazard. Mater.131, 243-248.
Connell, D.W Dan Miller G. J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran
(terjemahan Yanti Koestoer). Jakarta: UI-Press.
Day, R. A dan Underwood, A. L 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Dewilda, Y., Afrianita, R dan Iman, F. F. 2012. Degradasi Senyawa Fenol Oleh
Mikroorganisme Laut. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 59-73.
42
Isyuniarto., Usada, W., Purwadi, A. dan Suryadi. 2005. Degradasi Fenol Dalam
Limbah Pengolahan Minyak Bumi Dengan Ozon. Jurnal Prosiding PPI-
PDIPTN. ISSN:0216-3128, 76-82.
Kementerian Pertanian. 2018. Outlook Komoditi Kopi. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian.
Khuluk, R,.H. 2016. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Tempurung
Kelapa (Cocous nucifera L.) sebagai adsorben zat warna metilen biru.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Kurniati, F.D., Pardoyo dan Suhartana. 2011. Sintesis Arang Aktif Dari
Tempurung Kelapa Dan Aplikasinya Untuk Adsorpsi Asap Cair. Journal Of
Scientific and Applied Chemistry. 14(3), 72-76.
Lafi, R., Fradj, A.B., Hafiane, A dan Hameed, B.H. 2014. Coffe Waste as
Potential Adsorbent for the Removal of Basic Dyes from Aqueous Solution.
Korean Journal Chemistry Engineering. 31(12), 2198-2206.
Laos, L.E., Masturi dan Yulianti, I. 2016. Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Daya
Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri. Seminar Nasional Fisika. 5(1), 135-140.
Mandasari, I dan Purnomo, A. 2016. Penurunan Ion Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
dalam Air dengan Serbuk Gergaji Kayu Kamper. Jurnal Teknik Lingkungan
ITS. 5(1), F11-F16.
Muna, A. SM. 2011. Kinetika Adsorpsi karbon aktif dari batang pisang sebagai
adsorben untuk penyerapan ion logam Cr(IV) pada air limbah industri.
Semarang: Unversitas Negeri Semarang.
afi’ah, R. 2016. Kinetika Adsorpsi Pb (II) Dengan Adsorben Arang Aktif Dari
Sabut Siwalan. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. Vol. 1 No. 2.
Nafie, Y.S., Wogo, H.E. dan Tawa, B.D., 2013. Pemanfaatan Arang Aktif
Tempurung Lontar sebagai Adsorben Ca (II) dan Mg (II) dalam Air Sadah
di Kota Kupang. Jurnal Kimia Terapan, 1: 70-79.
Rahardjo, P. 2012. Kopi: Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sembiring, M.T dan Sinaga, T.R., 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya). Universitas Sumatra Utara. 1, 1-9.
44
Suardana. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium (III).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora. 2(1), 17-33.
Sunandar, N. H. S., Wirawan, T., dan Gunawan, R. 2012. Adsorpsi Fenol Oleh
Arang Aktif Dari Ampas Kopi. Jurnal Kimia Mulawarman. 9(2), 2476-9258.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Flowsheet
1. Preparasi Ampas Kopi
Bubuk Kopi
Diseduh dengan akuades panas selama 15 menit
Disaring
Ampas Kopi
Rendemen
c. Aktivasi Kimia
Arang ampas kopi (Fisika)
Residu Filtrat
Residu Filtrat
Serbuk Fe3O4
Residu Filtrat
4. Uji Karakterisasi
a. Kadar Air
1 gram arang aktif ampas kopi
aktivasi fisika dan kimia
Dimasukkan kedalam cawan porselin
Di oven pada suhu 105oC selama 2 jam
Didesikator 15 menit
Ditimbang
b. Kadar Abu
c. Volatile Matter
1 gram arang aktif ampas kopi
aktivasi fisika dan kimia
Dipanaskan furnace sampai suhu 950oC ± 20
Ditimbang cawan kosong + tutup
Dimasukkan arang aktif ampas kopi
Ditanur selama 2 menit
Didinginkan dalam desikator
Ditimbang
Filtrat Residu
Diambil 10 mL filtrat
Dimasukkan dalam labu Erlenmeyer Dibuang
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
hingga larutan berwarna kuning muda
Ditambahkan 5 tetes indikator amilum 1%
Dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
hingga larutan menjadi jernih
Dicatat volume titrasi
Volume titrasi
Dihitung daya serap iod
Daya serap iod
Filtrat Residu
Diukur adsorbansinya menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis Dibuang
Nilai absorbansi
Dihitung daya serap metilen biru
Hasil daya serap metilen biru
49
Residu Filtrat
Ditambahkan 2,5 mL NH4OH 0,5 M
Ditambahkan H3PO4 hingga pH 7,9 ± 0,1
Ditambahkan 1 mL aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk
Ditambahkan 1 mL K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk
Didiamkan selama 15 menit
Dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
pH optimum
Residu Filtrat
Ditambahkan 2,5 mL NH4OH 0,5 M
Ditambahkan H3PO4 hingga pH 7,9 ± 0,1
Ditambahkan 1 mL aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk
Ditambahkan 1 mL K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk
Didiamkan selama 15 menit
Dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
Residu Filtrat
Ditambahkan 2,5 mL NH4OH 0,5 M
Ditambahkan H3PO4 hingga pH 7,9 ± 0,1
Ditambahkan 1 mL aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk
Ditambahkan 1 mL K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk
Didiamkan selama 15 menit
Dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
Kapasitas adsorpsi maksimum
51
Lampiran 2. Perhitungan
1. Hasil karakteristik arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia
a. Penentuan Persen Rendemen
1. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Fisika
Diketahui :
Berat ampas kopi = 170,5505 gram
Berat arang aktif = 40,7170 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
% Rendemen = Berat arang aktif teraktivasi fisika x 100 %
Berat ampas kopi
= 40,7170 gram x 100 %
170,5505 gram
= 23,8739 %
2. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
Diketahui :
Berat arang aktif teraktivasi fisika = 30,5240 gram
Berat arang aktif teraktivasi kimia = 30,0014 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
% Rendemen = Berat arang aktif teraktivasi kimia x 100 %
Berat arang aktif teraktivasi fisika
= 30,0014 gram x 100 %
30,5240 gram
= 98,2879 %
3. Magnetit Fe3O4
Diketahui :
Berat awal = 10,1225 gram
Berat magnetit = 5,2017 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
52
2. Secara Kimia
Diketahui :
Berat cawan kosong (W1) = 23,2756 gram
Berat cawan + sampel awal (W2) = 24,2764 gram
Berat cawan + sampel akhir (W3) = 24,2200 gram
Ditanya : Kadar Air ?
Perhitungan :
Kadar Air = W2 - W3 x 100 %
W2 - W1
= 24,2764 gram - 24,2200 gram x 100 %
24,2764 gram - 23,2756 gram
= 5,6355 %
2. Secara Kimia
Diketahui :
Berat cawan kosong (W1) = 27,0365 gram
Berat cawan + sampel awal (W2) = 28,0423 gram
Berat cawan + sampel akhir (W3) = 27,8112 gram
% IM = 5,6355 %
Ditanya : Volatile Matter ?
Perhitungan :
1. Secara Fisika
Diketahui :
V blanko = 8,52 mL
V titrasi = 5,5 mL
BE I2 = 126,91 g/mol
N Na2S2O3 = 0,1020 N
Massa Adsorben = 0,5036 gram
Ditanya : Daya serap iod ?
Perhitungan :
Daya serap Iod = 25 x (V blanko - V titrasi) x BE I2 x N Na2S2O3
10 Massa Adsorben
= 25 x (8,25 mL - 5,5 mL) x 126,91 g/mol x 0,0120 meq/L
10 0,5036 gram
= 194,0695 mg/g
2. Secara Kimia
Diketahui :
V blanko = 8,52 mL
V titrasi = 4 mL
BE I2 = 126,91 g/mol
N Na2S2O3 = 0,1020 N
56
0,8
0,7 y = 0,1836x - 0,0228
0,6 R² = 0,9908
Absorbansi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi (mg/L)
1. Secara Fisika
Diketahui :
V = 40 mL
W = 0,1064 gram
C = 49,1024 mg/L
N = 6,022x1023 mol-1
A = 197x10-20 m2
Mr = 320,5 g/mol
Ditanya : Luas Permukaan ?
Perhitungan :
V
x C
1000
Xm =
W
40 x 49,1024
1000
=
0,1064
= 18,4595 mg/g
= 0,0184 g/g
Luas Permukaan = Xm x N x A
Mr
= 0,0184 x 6,022 x 1023 x 197 x 10-20
320,5
= 68,4779 m2/g
2. Secara Kimia
Diketahui :
V = 40 mL
W = 0,1022 gram
C = 49,3366 mg/L
N = 6,022x1023 mol-1
A = 197x10-20 m2
Mr = 320,5 g/mol
58
507 nm
59
Kurva Standar
Konsentrasi Absorbansi
0 0,000
2 0,025
4 0,047
6 0,066
8 0,097
10 0,123
0,14
0,12 y = 0,0121x - 0,001
R² = 0,9956
0,1
Absorbansi
0,08
0,06
0,04
0,02
0
-0,02 0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (mg/L)
Contoh Perhitungan
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(25 - 14.7107)
= x 100 %
25
= 41,1570 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (25 - 14,7107) x 0,025
0,1
= 2,5723 mg/g
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
61
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
62
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(25 - 11,3223)
= x 100 %
25
= 54,7107 %
63
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(5 - 0,9917)
= x 100 %
5
= 80,1653 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (5 - 0,9917) x 0,025
0,1
= 1,0021 mg/g
64
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(5 - 1,7355)
= x 100 %
5
= 65,2893 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (5 - 1,7355) x 0,025
0,1
= 0,8161 mg/g
65
a. Isoterm Langmuir
Diketahui :
y = 0,932x + 0,0987
R2 = 0,9662
Ditanya : Qm ?
Perhitungan :
1
b =
Qm
1
0,0987 =
Qm
1
Qm =
0,0987
= 10,1317 mg/g
b. Isoterm Freundlich
Diketahui :
y = 0,7466x – 0,04
R2 = 0,9483
Ditanya : Qm ?
66
Perhitungan :
1
a =
n
1
0,7466 =
n
1
n =
0,7466
= 1,3394 mg/g
a. Isoterm Langmuir
Diketahui :
y = 2,0433x + 0,1119
R2 = 0,9491
Ditanya : Qm ?
Perhitungan :
1
b =
Qm
1
0,1119 =
Qm
1
Qm =
0,1119
= 8,9366 mg/g
67
b. Isoterm Freundlich
Diketahui :
y = 0,7966x – 0,3246
R2 = 0,9256
Ditanya : n ?
Perhitungan :
1
a =
n
1
0,7966 =
n
1
n =
0,7966
= 1,2553 mg/g
68
Lampiran 3. Dokumentasi
3. Magnetit Fe3O4
74