Anda di halaman 1dari 87

ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN

KOMPOSIT Fe3O4-ARANG AKTIF AMPAS KOPI

SKRIPSI

Oleh:

ELEN REKNOSARI
NIM. 1607035033

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN
KOMPOSIT Fe3O4-ARANG AKTIF AMPAS KOPI

SKRIPSI

Diajukan kepada
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pnegetahuan Alam
Universitas Mulawarman untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Memperolah Gelar Sarjana Sains Bidang Ilmu Kimia

Oleh:

ELEN REKNOSARI
NIM. 1607035033

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020

i
Usulan Skripsi Oleh : Elen Reknosari
NIM : 1607035033
Judul penelitian : Adsorpsi Fenol Menggunakan Adsorben Komposit Fe3O4-
Arang Aktif Ampas Kopi

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I, Tanggal: 15 Juni 2020

Dr. Teguh Wirawan, M.Si


NIP. 196902201994031001

Pembimbing II, Tanggal: 15 Juni 2020

Dr. Soerja Koesnarpadi, M.Si


NIP. 197409242000121001

ii
ABSTRAK
Adsorpsi fenol menggunakan adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas
kopi telah dilakukan. Adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi disintesis
dari FeSO4.7H2O dan FeCl3.6H2O dengan perbandingan 3:2 kemudian dikomposit
dengan arang aktif ampas kopi. Adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infared (FTIR) dan Scanning Electron
Microscopy (SEM) serta dilakukan uji adsorpsi terhadap fenol. Hasil karakterisasi
dengan Fourier Transform Infared (FTIR), adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif
ampas kopi muncul peak pada panjang gelombang 509,21 cm-1 yang merupakan
gugus Fe-O menunjukkan bahwa nanopartikel Fe3O4 telah berhasil tercangkok
pada struktur arang aktif. Kondisi optimum adsorpsi fenol menggunakan adsorben
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi adalah pada waktu kontak 30 menit dan
pH 5. Kapasitas adsorpsi maksimum dihitung dengan menggunakan persamaan
isoterm Langmuir diperoleh hasil sebesar 8,9366 mg/g.

Kata kunci: Adsorpsi, Fenol, Magnetit, Arang Aktif, Ampas Kopi

iii
ABSTRACT

Phenol adsorption using composite adsorbent Fe3O4-activated charcoal


coffee grounds has been done. Composite adsorbent Fe3O4-activated charcoal
coffee grounds are synthesized from FeSO4.7H2O and FeCl3.6H2O with a ratio of
3:2 and then compiled with activated coffee charcoal. The composite adsorbent
Fe3O4-activated coffee charcoal was characterized by Fourier Transform Infared
(FTIR) and Scanning Electron Microscopy (SEM) as well as the adsorption test
on phenol. The results of characterization with Fourier Transform Infared (FTIR),
adsorbent composites of Fe3O4-activated charcoal coffee peaks appear at peak
wavelengths of 509.21 cm-1 which is a Fe-O group in accordance with Fe3O4
nanoparticles that have been successfully grafted on the active charcoal structure.
The optimum conditions of phenol adsorption using adsorbent composite Fe3O4-
activated coffee grounds at 30 minutes contact time and pH 5. The maximum
adsorption capacity was calculated using the Langmuir isotherm equation
obtained a yield of 8.9366 mg/g.

Keywords: Adsorption, Phenol, Magnetite, Active Charcoal, Coffee Grounds

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan taufiq dan inayah-Nya
yang tiada putus dan henti-hentinya. Tak lupa pula shalawat dan salam senantiasa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang
menjadi tauladan hingga akhir zaman. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dari penelitian yang berjudul “Adsorpsi Fenol Menggunakan
Adsorben Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi”
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayah
tercinta Muji dan Almh. Mama Listiana atas doa yang tiada henti terucap dalam
tiap sujud, pengorbanan tanpa pamrih serta seluruh limpahan kasih sayang yang
senantiada tercurah serta adik M. Ubaidillah Habib Semoga keselamatan dan
kebahagiaan selalu diberikan oleh-Nya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Dr. Teguh Wirawan, M.Si dan Bapak Dr. Soerja Koesnarpadi, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir penyusunan
skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Idris Mandang, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas
Mulawarman atas fasilitas perkuliahan yang telah diberikan selama ini.
2. Bapak Dr. Rudi Kartika, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman.
3. Bapak Dr. Noor Hindryawati, M.Si dan Ibu Ika Yekti Lianasari, M.Si
selaku penguji yang telah memberikan kesediaan waktunya serta saran dan
masukkan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

v
4. Seluruh Dosen Kimia FMIPA Unmul yang telah memberikan pengajaran
selama masa perkuliahan sehingga banyak sekali ilmu yang penulis dapatkan.
5. Seluruh keluarga besar Laboratorium Organik, Biokimia, Analitik, Kimia
Dasar, Fisika dan Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Mulawarman.
6. Kak Manja’a Khasanah, S.Si selaku Laboran Laboratorium Kimia Analitik,
Keluarga Besar Laboratorium Kimia Analitik, Bapak Nanang Tri Widodo,
M.Si, Ibu Ika Yekti Liana Sari, M.Si dan Kak Nur Sabilillah, S.Si yang
telah banyak membantu, mendukung dan banyak memberikan pelajaran
kepada penulis selama perkuliahan hingga dalam penyelesaian tugas akhir.
7. Sahabat penelitian saya Harisma Nurfarizha, Rusda Ulfiya, Devika Safitri
Dirgayanti, Desy Youlanda, Astari Simbolon Monica Magdalena, Indra
Kurniawan yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa jurusan S1 kimia FMIPA khususnya
Kimia 2016 yang selalu memberikan dukungan.
9. Teman-teman seperjuangan PKL seluruh staff PT. Mutu Agung Lestari
terima kasih atas kerja sama dan dukunganya.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
membalas semua budi baik semuanya. Amin.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan dalam penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya bagi peminat Ilmu Kimia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Samarinda, Juni 2020
Penulis

Elen Reknosari

vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1 Landasan Teori ................................................................................... 4
2.1.1 Kopi .......................................................................................... 4
2.1.2 Magnetit (Fe3O4) ....................................................................... 5
2.1.3 Komposit ................................................................................... 6
2.1.4 Fenol .......................................................................................... 7
2.1.5 Arang Aktif ................................................................................ 8
2.1.5.1 Pembuatan Arang Aktif ....................................................... 8
2.1.5.2 Standar Karakteristik Arang Aktif ....................................... 9
2.1.5.3 Sifat Adsorpsi Arang Aktif .................................................. 10
2.1.6 Adsorpsi .................................................................................... 11
2.1.7 Spektrofotometri Inframerah ..................................................... 13
2.1.8 Scanning Electron Microscopy (SEM) ...................................... 14
2.1.9 Spektrofotometer UV-Vis.......................................................... 14

vii
2.2 Landasan Empiris ................................................................................ 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 16


3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 16
3.2 Waktu dan Tempat.............................................................................. 16
3.2.1 Waktu Penelitian ....................................................................... 16
3.2.2 Tempat Penelitian ...................................................................... 16
3.3 Alat dan Bahan ................................................................................... 17
3.3.1 Alat ............................................................................................ 17
3.3.2 Bahan ......................................................................................... 17
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................. 17
3.4.1 Preparasi Ampas Kopi ............................................................... 17
3.4.2 Pembuatan Arang Aktif Ampas Kopi ........................................ 17
3.4.2.1 Aktivasi Secara Fisika ......................................................... 17
3.4.2.2 Aktivasi Secara Kimia......................................................... 18
3.4.3 Pembuatan Adsorben Magnetit ................................................. 18
3.4.3.1 Pembuatan Fe3O4 ................................................................ 18
3.4.3.2 Pembuatan Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi...... 18
3.4.4 Uji Karakterisasi ........................................................................ 19
3.4.4.1 Kadar Air ............................................................................. 19
3.4.4.2 Kadar Abu ........................................................................... 19
3.4.4.3 Volatile Matter .................................................................... 19
3.4.4.4 Daya Serap Terhadap Iodium ............................................. 20
3.4.4.5 Daya Serap Metilen Biru ..................................................... 20
3.4.4.6 Fourier Transform Infrared (FT-IR) .................................. 21
3.4.4.7 Sacanning Electron Microscopy (SEM) ............................. 21
3.4.5 Pembuatan Larutan .................................................................... 21
3.4.5.1 Pembuatan Larutan Aminoantipirin 0,01 M ....................... 21
3.4.5.2 Pembuatan Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M................................. 21
3.4.5.3 Pembuatan Larutan NH4OH 0,5 M ..................................... 22
3.4.5.4 Pembuatan Larutan Asam Fosfat 10% ................................ 22

viii
3.4.5.5 Pembuatan Larutan Induk Fenol 1000 mg/L ...................... 22
3.4.5.6 Pembuatan Larutan Standar Fenol ...................................... 22
3.4.6 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .............................. 22
3.4.7 Penentuan Kurva Kalibrasi ........................................................ 23
3.4.8 Adsorpsi Terhadap Fenol........................................................... 23
3.4.8.1 Penentuan pH Optimum ...................................................... 23
3.4.8.2 Penentuan Waktu Kontak Optimum ................................... 23
3.4.8.3 Penentuan Konsentrasi Maksimum Fenol ........................... 24
3.5 Analisis Data........................................................................................ 24
3.5.1 Isoterm Langmuir ....................................................................... 24
3.5.2 Isoterm Freundlich ..................................................................... 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 26


4.1 Pembuatan Arang Aktif Dari Ampas Kopi ........................................ 26
4.2 Uji Karakterisasi Arang aktif ampas kopi .......................................... 26
4.3 Pembuatan Adsorben komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi ........ 28
4.4 Hasil Analisa Fourier Transform Infrared (FT-IR) ........................... 29
4.5 Hasil Analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) ........................ 31
4.6 Uji Adsorpsi ....................................................................................... 33
4.6.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ............................ 33
4.6.2 Penentuan pH Optimum ........................................................... 34
4.6.3 Penentuan Waktu Kontak Optimum ........................................ 35
4.6.4 Penentuan Kapasitas Adsorpsi Maksimum Fenol .................... 36

BAB 5 PENUTUP............................................................................................ 40
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 40
5.2 Saran .................................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Persyaratan Arang Aktif menurut SNI 06-3730-1995 ....................... 9
Tabel 4.1 Uji Karakterisasi Arang Aktif Ampas Kopi ....................................... 26
Tabel 4.2 Hasil Gugus Fungsi FTIR................................................................... 30

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bubuk Kopi.................................................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Kristal Fe3O4 .................................................................... 5
Gambar 2.2 Struktur Senyawa Fenol ................................................................ 7
Gambar 4.1 Arang aktif, Magnetit dan Komposit Fe3O4-Arang aktif .............. 29
Gambar 4.2 Spektra FTIR ................................................................................ 30
Gambar 4.3 Foto SEM Magnetit Fe3O4 perbesaran 20.000x ............................. 32
Gambar 4.4 Foto SEM Komposit Fe3O4-Arang Aktif perbesaran 20.000x ...... 32
Gambar 4.5 Panjang Gelombang Maksimum ................................................... 33
Gambar 4.6 Pengaruh Variasi pH ...................................................................... 34
Gambar 4.7 Pengaruh Variasi Waktu Kontak ................................................... 35
Gambar 4.8 Pengaruh Variasi Konsentrasi ....................................................... 37
Gambar 4.9 Grafik Isoterm Langmuir dan Freundlich Arang Aktif ................. 38
Gambar 4.10 Grafik Isoterm Langmuir dan Freundlich Komposit ................... 38

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Flowsheet ...................................................................................... 45
Lampiran 2 Perhitungan ................................................................................... 51
Lampiran 3 Dokumentasi ................................................................................. 68
Lampiran 4 Hasil Spektra FTIR ........................................................................ 71
Lampiran 5 Hasil Foto SEM ............................................................................. 74

xii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi di dunia. Berdasarkan
data FAO, rata-rata produksi dan ekspor kopi indonesia dari tahun 2012-2016
sebesar 683,64 dan 601,38 ribu ton per tahun, terbesar keempat setelah Brazil,
Vietnam, dan Kolombia. Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
dari Kementrian Pertanian pada tahun 2018 produksi kopi Indonesia tahun 2017
mencapai 668,68 ribu ton, sebanyak 72,35% atau 483,82 ribu ton adalah kopi
robusta sementara sisanya sebanyak 27,65% atau 184,86 ribu ton adalah kopi
jenis arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia dari data rata-rata lima
tahun terakhir adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah. Harga kopi tahun 2017 di tingkat produsen Indonesia
rata-rata adalah Rp.24.802 per kg, sedangkan tingkat konsumsi kopi per kapita di
Indonesia pada tahun 2017 berdasarkan hasil SUSENAS yaitu sebesar 0,798
kg/kapita/tahun (Kementrian Pertanian, 2018).
Bubuk kopi robusta biasanya diseduh menggunakan air panas menghasilkan
minuman kopi yang selanjutnya akan dihasilkan sisa berupa ampas kopi. Menurut
Wrigleg (1988) ampas kopi memiliki kandungan hidrokarbon cukup tinggi sekitar
19,9% sehingga dapat digunakan sebagai arang aktif. Selain itu juga ampas kopi
memiliki kandungan selulosa 22-27% (Asti, 2015). Kapasitas adsorpsi arang aktif
dapat ditingkatkan dengan aktivasi. Aktivasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi fisika dapat dilakukan dengan pemanasan
dengan suhu tinggi sedangkan aktivasi kimia dapat dilakukan dengan penambahan
larutan kimia (Sembiring dan Sinaga, 2003). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Nafie dkk., (2013) menunjukkan bahwa arang aktif dari tempurung lontar yang
diaktivasi kimia memiliki kadar air, kadar abu, luas permukaan dan kemampuan
adsorpsi lebih baik dibandingkan arang aktif yang tidak diaktivasi.
Beberapa penelitian mengenai adsorpsi dengan menggunakan arang aktif telah
banyak dilakukan. Mariana dkk., (2017) menggunakan arang aktif dari limbah
ampas kopi yang diaktivasi menggunakan HCl menunjukkan hasil karakterisasi

1
2

kadar air, kadar abu dan daya serap terhadap iodium sesuai SNI No. 06-3730-
1995. Arang aktif sendiri dapat berguna sebagai adsorben karena mengandung
karbon dan memiliki luas permukaan serta pori-pori yang besar, dimana semakin
luas permukaan arang aktif maka semakin tinggi daya adsorpsinya. Berdasarkan
penelitian Kyzas (2012) dalam penelitiannya menggunakan arang aktif ampas
kopi sebagai adsorben untuk mengadsorpsi Cu2+ dan Cr6+. Sunandar dkk., (2012)
arang aktif ampas kopi dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi
fenol. Lafi dkk., (2014) menggunakan arang aktif ampas kopi sebagai adsorben
untuk mengadsorpsi zat warna toluidine blue dan crystal violet.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fisli dkk., (2018) penggabungan
adsorben arang aktif dengan nanopartikel magnet menghasilkan bahan komposit
baru yang mempunyai dua sifat yaitu sifat adsorpsi dan sifat magnet. Sifat magnet
ini dimanfaatkan dalam proses pemisahan partikel komposit dalam air dengan
menggunakan batangan magnet sederhana sehingga pemisahan dapat dilakukan
dengan mudah, sederhana, cepat dan efisien dalam mengambil kembali adsorben
dari cairan limbah. Selain itu pembuatan komposit bertujuan untuk meningkatkan
sifat individu bahan seperti kekuatan, struktur, stabilitas sifat baik kimia maupun
fisika sehingga diperoleh bahan baru dengan mutu yang lebih baik.
Dalam penelitian Dewilda dkk, (2012), senyawa hidrokarbon aromatik fenol
merupakan polutan yang banyak ditemukan pada perairan laut. Senyawa fenolik
umumnya dihasilkan dari kegiatan industri seperti gasifikasi batubara, kilang
minyak, industri bahan kimia, permbuatan pewarna dan industri kertas (Canizares
dkk., 2006). Fenol merupakan jenis senyawa yang mengakibatkan pencemaran
karena memiliki bau yang menyengat, bersifat racun, korosif serta menyebabkan
gangguan kesehatan manusia ataupun kematian (Sukandar dkk., 2009). Menurut
Isyuniarto dkk., (2005) konsentrasi limbah fenol yang ditoleransi untuk limbah
migas adalah 2,0 mg/L. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi
pencemaran fenol di perairan yaitu dengan adsorpsi menggunakan karbon aktif
(Arninda dkk, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan
ampas kopi sebagai arang aktif untuk dijadikan adsorben magnetik dengan cara
3

dikomposit dengan magnetik (Fe3O4) yang akan digunakan untuk mengadsorpsi


senyawa fenol sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini mampu meningkatkan
kegunaan dari limbah ampas kopi dan membantu dalam pemecahan permasalahan
lingkungan terhadap limbah fenol.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah karakteristik arang aktif ampas kopi dengan parameter uji
kadar air, kadar abu, volatile matter, daya serap iodium dan luas permukaan
menggunakan metilen biru?
2. Bagaimanakah karakteristik Fe3O4 dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas
kopi dengan menggunakan Fourier Transform Infrared (FT-IR) dan Scanning
Electron Microscopy (SEM)?
3. Berapakah pH, waktu kontak dan kapasitas adsorpsi maksimum komposit
Fe3O4-Arang aktif ampas kopi sebagai adsorben magnetit terhadap senyawa
fenol?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui karakteristik arang aktif ampas kopi dengan parameter uji kadar
air, kadar abu, volatile matter, daya serap iodium dan luas permukaan
menggunakan metilen biru.
2. Mengetahui karakteristik Fe3O4 dan komposit Fe3O4-Arang Aktif ampas kopi
dengan menggunakan Fourier Transform Infrared (FT-IR) dan Scanning
Electron Microscopy (SEM).
3. Menentukan pH, waktu kontak dan kapasitas adsorpsi maksimum komposit
Fe3O4-Arang aktif ampas kopi sebagai adsorben magnetit terhadap senyawa
fenol.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai metode alternatif dalam pemanfaatan limbah ampas kopi.
2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap metode
adsorpsi fenol dengan menggunakan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
sehingga dapat digunakan untuk menanggulangi masalah pencemaran fenol.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kopi (Coffea sp.)
Kopi merupakan jenis tanaman penghasil minuman, kopi bubuk dibuat dari
biji kopi yang disangrai, digiling kemudian ditumbuk hingga menjadi bubuk kopi
halus. Selanjutnya bubuk kopi biasanya diseduh dengan menggunakan air panas
menghasilkan minuman kopi yang selanjutnya akan dihasilkan sisa berupa ampas
kopi (Farhaty dan Muchtaridi, 2018).
Menurut Rahardjo (2012) klasifikasi tanaman kopi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.

Gambar 2.1 Bubuk Kopi Robusta (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

4
5

Kopi Robusta mengandung kafein yang cukup tinggi 1,8-4 % sehingga


membuat kopi Robusta memiliki rasa yang cenderung pahit. Selain itu harga kopi
Robusta dibanderol dengan harga yang relatif murah (Farhaty dan Muchtaridi,
2018). Kopi robusta mengandung kadar kafein 2%, minyak atsiri 10-16%, asam
klorogenat 6-10%, zat gula 4-12%, selulosa 22-27%, polifenol 0,2 % (Asti, 2015).
Sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Indonesia pada periode 2014-
2018 yang mencapai 77,40% dari total produksi kopi robusta di Indonesia,
terdapat di lima provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Konsumsi kopi robusta di Indonesia pada tahun
2017 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 0,798
kg/kapita sehingga semakin tinggi konsumsi kopi di Indonesia, semakin tinggi
pula jumlah ampas kopi yang dihasilkan (Kementrian Pertanian, 2018).

2.1.2 Magnetit (Fe3O4)


Magnetit (Fe3O4) atau oksida besi hitam adalah oksida besi yang paling kuat
sifat magnetitnya. Pemanfaatan magnetit berukuran nano banyak dimanfaatkan
pada proses-proses industri dan penanganan masalah pencemaran lingkungan.
Magnetit merupakan ferrimagnetik satu dari beberapa besi oksida. Para peneliti
dapat mensintesis partikel nano Fe3O4 dengan berbagai metode misalnya metode
sol-gel, hidrolisis terkontrol dan kopresipitasi di dalam air. Metode kopresipitasi
merupakan metode yang paling sederhana karena prosedurnya lebih mudah dan
dapat dilakukan pada suhu reaksi yang rendah. Magnetit (Fe3O4) dapat dihasilkan
dari hasil campuran FeCl2.4H2O dan FeCl3.6H2O dalam suasana basa (< 100oC).
Bentuk krisal dari Fe3O4 dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Struktur Kristal Fe3O4


(Teja dan Koh, 2009)
6

2.1.3 Komposit
Komposit ialah material baru yang terbuat dari dua atau lebih material
berbeda yang bila digabungkan memiliki sifat lebih baik dari material asli. Bahan
komposit bertujuan untuk meningkatkan sifat individu bahan seperti kekuatan,
struktur, stabilitas sifat baik kimia dan fisika sehingga diperoleh bahan baru yang
memiliki kualitas yang lebih baik (Fisli dkk., 2018).
Berdasarkan Zega (2017), komposit Fe3O4/karbon aktif dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu pencampuran fisik dan reaksi kimia. Penggunaan kedua
metode ini dilakukan untuk melihat pengaruh arang aktif terhadap sifat komposit
yang dihasilkan.
1. Pencampuran Fisik
Metode pencampuran fisik dilakukan dengan mencampurkan karbon aktif
dengan Fe3O4. Komposit yang dihasilkan berwarna hitam kecoklatan dan
memiliki kekuatan magnet yang lebih lemah dibandingkan komposit yang
dihasilkan secara reaksi kimia. Hal ini disebabkan molekul Fe3O4 tidak dapat
memasuki pori-pori pada permukaan arang aktif. Ukuran molekul Fe3O4 hasil
sintesis lebih besar daripada ukuran pori yang terdapat pada permukaan karbon
aktif. Reaksi pencampuran antar padatan akan terjadi reaksi jika menggunakan
tekanan dan suhu yang tinggi, yaitu diatas 1000°C. Proses ini menyebabkan
komposit memiliki kekuatan magnet yang lemah ketika didekatkan dengan
medan magnet. Fase Fe3O4 dapat tertarik sedangkan karbon aktif tidak dapat
tertarik oleh medan magnet.
2. Reaksi Kimia
Proses pembuatan komposit secara kimia dilakukan dengan menggunakan
metode yang mirip dengan proses pembuatan Fe3O4. Proses pembuatan
komposit ini dilakukan dengan mencampurkan Fe2+ dan Fe3+ dengan rasio 1:2,
kemudian sebanyak 100 mg karbon aktif ditambahkan dan diaduk selama 1
menit. Setelah itu, larutan NaOH diteteskan sampai terbentuk endapan hitam
dengan pH = 12. Senyawa Fe3O4 yang terbentuk selama proses sintesis dapat
memasuki pori yang terdapat pada permukaan karbon aktif sehingga akan
menutup sebagian pori karbon aktif . Pori yang tertutup tersebut menyebabkan
7

luas permukaan karbon aktif menjadi lebih kecil. Selain itu, gugus fungsional
tertentu yang terdapat pada permukaan karbon aktif akan membantu proses
pengikatan molekul Fe3O4 secara kimia oleh karbon aktif. Komposit yang
dihasilkan berwarna hitam kecoklatan berupa serbuk yang lebih halus bila
dibandingkan dengan komposit hasil pencampuran secara fisik.

2.1.4 Fenol
Fenol (C6H6OH) merupakan jenis senyawa organik yang mempunyai gugus
hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Fenol memiliki rumus struktur yang
ada pada gambar 2.3.
OH

Gambar 2.3 Struktur Senyawa Fenol (Fessenden dan Fessenden, 1992).


Fenol merupakan zat berbentuk kristal namun tidak berwarna dan memiliki
bau yang khas. Senyawa fenol dapat dikatakan sebagai reduktor karena dapat
mengalami peristiwa oksidasi (Dewilda dkk, 2012). Fenol dapat dikatakan lebih
asam bila dibandingkan dengan alkohol namun dapat juga dikatakan lebih basa
dibandingkan dengan asam karbonat, karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari
gugus hidroksilnya. Lepasnya ion H+ menjadikan anion fenoksida C6H5O- dapat
terlarut di dalam air. Fenol memiliki kelarutan yang terbatas di dalam air yaitu 8,3
gram/100 mL (Fessenden dan Fessenden, 1992).
Secara umum sumber dari pencemaran fenol di dalam perairan berasal dari
pertambangan batubara, kilang minyak dan air limbah yang berasal dari industri
plastik, besi, aluminium serta industri bahan bakar sintetik (Connell dan Miller,
1995). Menurut Isyuniarto dkk., (2005) konsentrasi fenol yang dapat ditoleransi
untuk limbah migas adalah 2,0 mg/L. Berdasarkan Peraturan Daerah Kalimantan
Timur No. 02 Tahun 2011 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencermaran air konsentrasi fenol yang dapat ditoleransi pada air golongan kelas
1, 2 dan 3 sebesar 1 µg/L.
8

2.1.5 Arang Aktif


Arang aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui tahap aktivasi
terlebih dahulu sehingga pori suatu material menjadi terbuka dan mengakibatkan
meningkatnya daya adsorpsi terhadap ion, zat warna maupun logam. Arang aktif
umumnya mengandung 5-15% air, 2-3% abu dan selebihnya karbon. Arang aktif
memiliki bentuk amorf, terdiri atas bagian pelat-pelat datar, disusun oleh atom-
atom C yang terikat secara kovalen (Sembiring dan Sinaga, 2003).
Arang aktif dapat bekerja mengadsorpsi senyawa atau gas tertentu dengan
sifat yang selektif, hal yang mempengaruhi daya adsorpsi yaitu besarnya luas
permukaan material tersebut. Daya jerap arang aktif sangat besar yaitu 25-100%
terhadap berat arang aktif (Villacarias, 2005).
Prinsip kerja arang aktif yaitu berdasarkan adsorpsi dimana terjadi proses
penjerapan di permukaan arang aktif (adsorben) terhadap substansi terlarut yang
ada dalam larutan (adsorbat). Pada saat proses penjerapan molekul oleh adsorben,
dimana molekul-molekul adsorbat dari substansi yang terlarut di dalam larutan
akan menyebar menuju pori-pori adsorben dan akan terjerap pada permukaan
pori-pori adsorben tersebut (Yuliastuti dan Cahyono, 2018).

2.1.5.1 Pembuatan Arang Aktif


Dalam pembuatan arang aktif terdapat 3 proses yaitu:
a. Proses Dehidrasi
Proses ini dilakukan dengan cara menguapkan seluruh kandungan air dan
menurunkan kelembapan pada bahan baku dengan cara memanaskan bahan
baku. Pada proses dehidrasi ini akan menghasilkan bahan baku kering yang
kandungan airnya sudah menguap.
b. Proses Karbonisasi
Proses ini pada prinsipnya didapatkannya karbon seperti hidrogen dan oksigen
yang dikeluarkan dalam bentuk gas dan atom yang terbebaskan melalui proses
menghilangkan unsur-unsur hidrogen serta oksigen yang terikat dalam bahan
baku. Digunakan metode sinar X (X-Ray Difraction) untuk mengetahui struktur
kristal. Pada proses ini akan menghasilkan 3 komponen pokok yaitu arang,
9

karbon dan gas. Dimana perlu adanya pengontrolan dan pengaturan temperatur
dan waktu karbonisasi yang dilakukan selama proses karbonisasi sehingga
arang aktif yang diperoleh dinyatakan baik. Oleh karena itu masih harus
dilakukan proses aktivasi untuk memperbaiki struktur pori dari arang.
c. Proses Aktivasi
Proses Aktivasi merupakan suatu proses pemecahan ikatan hidrokarbon untuk
menambah ukuran pori arang sehingga terjadi perubahan fisika dan kimia pada
arang dimana proses adsorpsi dipengaruhi dari besarnya luas permukaan suatu
material. Adapun macam-macam proses aktivasi yaitu aktivasi kimia dan
aktivasi fisika, dimana pada proses aktivasi kimia digunakan zat-zat kimia
sedangkan pada proses aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan udara
atau uap yang dialirkan ke dalam reaktor pada suhu tinggi. Pada proses aktivasi
ini, dilakukan pengurangan jumlah ter yang masih tertahan di dalam arang
menggunakan gas yang bersifat inert. Proses aktivasi pada dasarnya bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat pengotor di dalam pori ataupun unsur hidrogen
serta oksigen sehingga diharapkan unsur yang dominan terkandung dalam
arang hanya tertinggal karbonnya saja (Muna, 2011).

2.1.5.2 Standar Karakteristik Arang Aktif


Pengujian mutu dari arang aktif bertujuan untuk mengetahui kemampuan
arang aktif sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Standar mutu arang
aktif menurut SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Persyaratan Arang Aktif menurut SNI 06-3730-1995
Jenis Persyaratan SNI
Bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC Maksimum 15%
Kadar air Maksimum 10%
Kadar abu Maksimum 2,5%
Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan I2 Minimum 20%
Sumber: (Sembiring dan Sinaga, 2003)
10

2.1.5.3 Sifat Adsorpsi Arang Aktif


Berdasarkan Sembiring dan Sinaga (2003) sifat yang harus dimiliki arang
aktif yaitu daya serap. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
daya serap adsorpsi, yaitu :
1. Sifat sebagai adsorben
Arang aktif adalah adsorben yang berbentuk padatan berpori dan sebagian
besar terdiri dari unsur-unsur karbon yang berikatan kovalen serta permukaan
yang bersifat non polar. Semakin kecil pori-pori arang aktif menyebabkan luas
permukaan juga semakin besar, akibatnya kecepatan adsorpsi bertambah.
2. Sifat sebagai serapan
Arang aktif dapat menjerap berbagai macam senyawa tetapi kemampuan
adsorpsi setiap senyawa berbeda-beda. Kemampuan adsorpsi dipengaruhi oleh
ikatan rangkap, gugus fungsi, struktur rantai dan posisi gugus fungsi dari
senyawa yang menjadi serapan. Dimana adsorpsi arang aktif akan semakin
besar dengan bertambahnya luas permukaan adsorben tersebut.
3. Temperatur
Proses adsorpsi dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur pada proses adsorpsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu stabilitas dan viskositas termal pada
senyawa yang diserap. Jika temperatur tidak mempengaruhi sifat senyawa
maka dilakukan pemanasan pada titik didihnya. Sedangkan untuk senyawa
volatil, proses adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar.
4. pH
Dengan ditambahkan asam-asam mineral adsorpsi untuk asam organik akan
meningkat jika pH diturunkan, hal tersebut dikarenakan asam mineral
memiliki kemampuan untuk menurunkan ionisasi asam organik. Sebaliknya
adsorpsi akan berkurang saat pH pada asam organik dinaikkan dengan
penambahan alkali karena terbentuknya garam.
5. Waktu kontak
Pada proses adsorpsi arang aktif membutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan, untuk larutan yang memiliki viskositas tinggi membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses adsorpsi,
11

jumlah arang yang dipakai akan berbanding terbalik dengan waktu yang
dibutuhkan sehingga semakin banyak arang yang digunakan untuk adsorpsi
maka waktu kontak yang dibutuhkan semakin sedikit, begitupun sebaliknya,
semakin sedikit arang yang digunakan untuk adsorpsi maka akan lebih lama
waktu yang dibutuhkan.

2.1.6 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapan suatu substansi pada permukaan
zat padat. Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antara substansi
terjerap dan penjerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi dalam solid
disebut adsorbat sedangkan solid tersebut adalah adsorben. Adanya gaya tarik
menarik molekul pada permukaan padatan, dimana padatan lebih cenderung
menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan.
Akibatnya pada permukaan material memiliki konsentrasi molekul yang lebih
besar. Proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaan (Laksono, 2002).
Adsorpsi merupakan suatu proses terjadinya penjerapan pada permukaan zat
terhadap zat tertentu karena adanya gaya tarik molekul atau atom pada permukaan
zat padat tanpa meresap, dimana sifat-sifat senyawa akan mengalami modifikasi
atau perubahan karena interaksi tersebut. Adsorpsi yang terjadi antara adsorbat
dengan adsorben dapat dibedakan menjadi 2 yaitu adsorpsi kimia (chemisorption)
dan adsorpsi fisika (physisorption). Jika adsorbat dan permukaan adsorben
berinteraksi hanya dengan gaya Van der Waals, maka yang terjadi adalah adsorpsi
fisika. Molekul yang teradsorpsi terikat secara lemah pada permukaan dan panas
adsorpsi rendah sehingga naiknya temperatur ditandai dengan turunnya jumlah
adsorpsi. Dalam adsorpsi kimia partikel molekul pada permukaan dan membentuk
ikatan kimia kovalen (Khuluk, 2016).
Proses adsorpsi oleh adsorben ditentukan menggunakan isoterm adsorpsi.
Dimana isoterm adsorpsi merupakan hubungan antara distribusi adsorben dengan
fasa saat kesetimbangan dan fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben (Bird,
1993).
12

Berikut ini adalah isoterm-isoterm adsorpsi yaitu :


1. Isoterm Langmuir
Isoterm Langmuir mendefisinikan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum terjadi
karena adanya lapisan-lapisan tunggal yang berada dipermukaan adsorbat. Isoterm
ini menggunakan model sederhana yaitu berupa padatan yang akan mengadsorpsi
adsorbat pada permukaannya dimana terdapat sisi aktif di permukaan adsorben
yang memiliki sifat homogen. Kemampuan adsorpsi sangat terbatas dikarenakan
setiap sisi-sisi aktif hanya dapat menjerap satu molekul adsorbat saja (Handayani,
2009).
Berikut persamaan isoterm Langmuir:
ads a
a m (2.1)
ads a

Dalam persamaan linier dapat ditulis:


( ) (2.2)
a ads a m

Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Qm = Kapasitas adsorpsi maksimum (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kads = Konstanta adsorpsi Langmuir
Kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan grafik
yang dibuat dengan slope dan intersep (Mandasari dan

Purnomo, 2016).

2. Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich mengemukakan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi karena adanya interaksi antar molekul yang membentuk suatu ikatan dan
molekul yang teradsorpsi tersebut membentuk banyak lapisan. Dimana adsorben
memiliki permukaan yang heterogen sehingga pada setiap molekulnya memiliki
potensi penjerapan yang berbeda-beda (Bird, 1993).
13

Berikut persamaan isoterm Freundlich:


n
f (2.3)
Dalam persamaan linier dapat ditulis:

og og f og (2.4)
n

Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kf = Konstanta adsorpsi Freundlich
n = Kapasitas adsorpsi (mg/g)
Menentukan kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan grafik
log Qa vs log Ca dengan slope dan intersep adalah log Kf (Mandasari dan
Purnomo, 2016).

2.1.7 Spektrofotometri Inframerah


Spektrofotometri inframerah sangat penting dalam kimia modern, terutama
dalam bidang organik. Spektrofotometer ini merupakan alat yang digunakan untuk
mendeteksi gugus-gugus fungsional, mengidentifikasi senyawa dan menganalisis
campuran. Spektroskopi IR juga digunakan dalam penentuan struktur, khususnya
senyawa organik serta untuk analisis kuantitatif, seperti analisis kuantitatif untuk
pencemaran udara (Khopkar, 1990).
Spektrofotometri inframerah mempunyai dua macam instrumen yaitu:
a. Spektrofotometer inframerah dispersif, yang menggunakan monokromator
untuk memisahkan frekuensi individu yang melewati suatu sampel sehingga
absorbansi dari masing-masing frekuensi dapat diukur.
b. Spektrofotometer Fourier Transform Infrared, pada instrumen ini radiasi tidak
dipisahkan, tetapi hampir semua panjang gelombang mencapai detektor secara
bersamaan yang disebut Fourier Transform Infrared dimana digunakan untuk
mengubah hasil spektrum inframerah menjadi khas. euntungan Fourier
Transform Infrared dibandingkan dengan spektrofotometer dispersif adalah
menghasilkan spektrum lebih cepat, resolusinya lebih baik, dapat mengukur
sampel dalam jumlah yang sedikit (Silverstein dkk., 2005).
14

2.1.8 Scanning Electron Microscopy (SEM)


Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan alat yang mempunyai
kemiripan seperti mikroskop elektron yang dapat digunakan untuk menghasilkan
grafik dari suatu material dengan resolusi yang tinggi. SEM dimanfaatkan untuk
melihat topografi permukaan sampel dan ukuran sampel. Hasil yang diperoleh
berupa scanning electron micrograph yang memiliki bentuk tiga dimensi berupa
foto. Biasanya SEM memiliki perbesaran 1.000-40.000 kali. Bagian utama dari
SEM, yaitu penembak elektron, lensa magnetik dan lensa objektif, fine probe,
detektor, spesimen dan monitor (Farikhin, 2016).
Cara kerja dari instrumen SEM yaitu terkondensasinya gelombang elektron
yang dipancarkan elektron gun pada lensa kondensor dan lensa objektif terfokus
sebagai titik yang jelas. Scanning coil menyediakan medan magnet bagi sinar
elektron karena adanya pemberian energi. Dihasilkan elektron sekunder dari
berkas sinar elektron yang mengenai cuplikan pada sampel dan akan diinfokan ke
detektor backscatter atau detektor sekunder. Sehingga menghasilkan gambar yang
menunjukkan intensitas dari banyak titik pada permukaan Cathode Ray Tube
(CRT) sebagai topografi gambar (Gunawan, 1979).

2.1.9 Spektrofotometer UV-Vis


Spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan dua jenis instrumen yaitu
spektrofotometer ultraviolet dan visible yang sama-sama mengandalkan sumber
cahaya yang berasal dari dua sumber cahaya yaitu sumber cahaya UV dan sumber
cahaya Visible. Untuk sistem spektrofotometer UV-Vis memiliki kemudahan yang
lebih tinggi sehingga UV-Vis tergolong paling populer untuk digunakan dalam
berbagai analisis dikarenakan dapat digunakan pada sampel yang memiliki warna
maupun sampel tidak berwarna seperti senyawa organik, karena itu memerlukan
kromofor di dalam molekulnya. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum kira-
kira 200-700 nm (Day dan Underwood, 1986).
Prinsip kerja spektrofotometer yaitu didasarkan pada hukum Lambert-Beer,
dimana bila cahaya monokromatik yang melalui suatu larutan maka sebagian
cahaya tersebut akan diserap, sebagian akan dipantulkan, dan sebagian lagi akan
15

dipancarkan. Cahaya bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang


tertentu. Persyaratan hukum Lambert-Beer yaitu sumber radiasi yang digunakan
harus monokromatik sehingga energi radiasi yang diserap oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia dan sampel (larutan) yang akan mengabsorpsi harus
bersifat homogen (Bahera dkk., 2012). Proses penyerapan oleh radiasi gelombang
elektromagnetik pada cahaya visible dan ultraviolet dari suatu molekul atau
materi, menyebabkan terjadinya transisi eksitasi elektron dari tingkat energi dasar
(ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited stated) (Hendayana,
1994).

2.2 Landasan Empiris


Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Fisli,
dkk., (2018) tentang “analisis struktur dan porositas komposit Fe3O4-karbon aktif
dari limbah kertas sebagai adsorben magnetik”. Pada penelitian ini digunakan alat
SEM, XRD dan FTIR untuk mengetahui struktur dan porositas adsorben magnetik
terhadap senyawa metilen biru, metil jingga dan fenol serta kapastitas adsorpsi
maksimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oksida besi fasa magnetit telah
sukses tercangkok pada struktur karbon aktif melalui interaksi gugus hidroksi
pada permukaan karbon aktif dan kapasitas optimum adsorpsi senyawa fenol dan
metil jingga mampu diserap 30% dalam larutan air sedangkan senyawa metilen
biru mampu diserap 96,3%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunandar dkk., (2012) dalam
penelitiannya tentang “adsorpsi fenol oleh arang aktif ampas kopi” Hasil adsorpsi
optimum arang aktif ampas kopi yang diperoleh dari berbagai parameter pada
penelitian ini yaitu terjadi pada pH 4, waktu kontak selama 30 menit dan kapasitas
adsorpsi maksimum yang diperoleh arang aktif ampas kopi yang diaktivasi ZnCl2
yaitu sebesar 1,733 mg/g.
16

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di Laboratorium melalui tahap
sebagai berikut: pembuatan arang aktif ampas kopi yang diaktivasi dengan
menggunakan HCl 2 M dengan cara perendaman selama 24 jam serta arang aktif
ampas kopi yang tidak diaktivasi. Selanjutnya dilakukan pembuatan Fe3O4 dari
campuran FeCl3.6H2O dan FeSO4.7H2O dengan rasio massa 3:2 yang kemudian
dikomposit dengan arang aktif ampas kopi untuk membentuk adsorben magnetit.
Kemudian dilakukan uji karakterisasi pada arang aktif ampas kopi yaitu uji kadar
air, kadar abu dan volatil matter, daya serap terhadap iodium dan luas permukaan
terhadap metilen biru. Setelah itu dilakukan uji karakterisasi adsorben magnetit
dengan menggunakan Fourier Transform Infrared (FT-IR) dan Scanning Electron
Microscopy (SEM). Selanjutnya dilakukan proses aplikasi menggunakan adsorben
dalam mengadsorpsi fenol memvariasi pH larutan fenol (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8),
variasi waktu kontak (5, 10, 15, 20, 30, 60, 90 dan 120 menit) dan variasi
konsentrasi yaitu (5, 10, 25, 50, 75 dan 100 mg/L). Kemudian penentuan kapasitas
adsorpsi maksimum untuk adsorben magnetit terhadap fenol.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai April 2020.

3.2.2 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium
Biokimia, Laboratorium Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mulawarman, Fourier Transform Infrared (FT-IR), Scanning
Electron Microscopy (SEM) di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

16
17

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu neraca analitik, gelas kimia,
spatula, batang pengaduk, corong Buchner, corong kaca, oven, magnetic stirrer,
labu ukur, pH meter, stopwatch, cawan porselen, bulp, pipet volume, pipet ukur,
ayakan 100 mesh, tanur, buret, statif, klem, desikator, labu Erlenmeyer, shaker,
spektrofotometer UV-Vis tipe Evolusion 201, FTIR-8201 PC dan SEM JEOL
SSM-6510 LA.

3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bubuk kopi robusta,
aquades, alumunium foil, fenol, metilen biru, aminoantipirin, KI, FeCl3.6H2O,
FeSO4.7H2O, K3Fe(CN)6, Na2S2O3, KIO3, amilum, Larutan NH4OH 25%, Larutan
H3PO4, larutan HCl, kertas saring dan tissue.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Preparasi Ampas Kopi
Bubuk kopi diseduh dengan aquades panas selama 10 menit dan disaring.
Kemudian ampas kopi yang diperoleh dicuci dengan air hingga hasil air cucian
ampas kopi menjadi bening. Setelah itu, ampas kopi yang telah dicuci kemudian
dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada suhu 100ºC. Kemudian didinginkan,
ditimbang (Anggraini, 2019).

3.4.2 Pembuatan Arang Aktif Ampas Kopi


3.4.2.1 Aktivasi Secara Fisika
Ampas kopi sebanyak 170,55 gram dikarbonisasi dalam tanur pada suhu
500ºC selama 45 menit hingga terbentuk arang. Selanjutnya didinginkan, diayak
menggunakan ayakan 100 mesh. Kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya
(Anggraini, 2019).
18

3.4.2.2 Aktivasi Secara Kimia


Arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika sebanyak 30,52 gram direndam
dengan larutan aktivator HCl 2 M sebanyak 250 mL selama 24 jam, disaring.
Selanjutnya dicuci arang aktif dengan aquades hingga pH sama dengan pH
aquades dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100ºC selama 4 jam.

3.4.3 Pembuatan Adsorben Magnetit


3.4.3.1 Pembuatan Fe3O4
Sebanyak 6 gram FeCl3.6H2O dan 4 gram FeSO4.7H2O (rasio massa 3:2)
dilarutkan masing-masing dalam 50 mL aquades. Selanjutnya dicampur kedua
larutan tersebut dan diaduk dengan magnetic stirer sampai larutan terlihat jernih
sambil dipanaskan pada suhu 70oC lalu ditambahkan 100 mL NH4OH 25% tetes
demi tetes (dijaga suhu 70oC selama 3 jam). Kemudian disaring menggunakan
corong Buchner dan pompa vakum. Endapan yang diperoleh dicuci hingga pH
sama dengan pH aquades lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 100oC selama
3 jam. Didinginkan di dalam desikator 15 menit dan ditimbang (Fisli dkk., 2018).

3.4.3.2 Pembuatan Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi


Sebanyak 6 gram FeCl3.6H2O dan 4 gram FeSO4.7H2O (rasio massa 3:2)
dilarutkan masing-masing dalam 50 mL aquades. Selanjutnya dicampur kedua
larutan tersebut dan diaduk dengan magnetic stirer sampai larutan terlihat jernih.
Pada wadah lain sebanyak 20 gram arang aktif ampas kopi yang telah diaktivasi
kimia dilarutkan dalam 200 mL aquades. Kemudian diaduk dengan menggunakan
magnetic stirer sambil dipanaskan pada suhu 70oC. Selanjutnya ditambahkan
larutan campuran (dengan perbandingan rasio 2:1). Setelah itu, ditambahkan 100
mL NH4OH 25% tetes demi tetes (dijaga suhu 70oC selama 3 jam). Kemudian
disaring menggunakan corong Buchner dan pompa vakum. Selanjutnya endapan
dicuci hingga pH sama dengan pH aquades lalu dikeringkan di dalam oven pada
suhu 100oC selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator 15 menit dan ditimbang
(Fisli dkk., 2018).
19

3.4.4 Uji Karakterisasi


3.4.4.1 Kadar Air
Sebanyak 1 gram arang aktif ampas kopi yang teraktivasi fisika dan kimia
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya. Kemudian
dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam. Selanjutnya didinginkan
dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan
secara berulang-ulang hingga mendapatkan berat konstan (Laos dkk., 2016).

Kadar Air (%)

3.4.4.2 Kadar Abu


Sebanyak 1 gram arang aktif ampas kopi yang teraktivasi fisika dan kimia,
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya. Kemudian
dipanaskan dalam tanur pada suhu 500ºC selama ± 4 jam hingga terbentuk abu.
Selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang (Laos
dkk., 2016).

Kadar abu (%)

3.4.4.3 Volatile Matter


Tanur diatur suhunya hingga 950ºC. Selanjutnya ditimbang arang aktif
ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia sebanyak 1 gram, dimasukkan ke dalam
cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam
tanur selama 2 menit. Selanjutnya didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
Kadar volatile matter dihitung dengan menggunakan rumus: (Aryani dkk., 2019).

2
( 00 )
2

Keterangan :
% IM = Kadar Air (%)
W1 = Berat cawan kosong (gram)
W2 = Berat cawan + sampel awal (gram)
W3 = Berat cawan + sampel akhir (gram)
20

3.4.4.4 Daya Serap Terhadap Iodium


Sebanyak 0,5 gram arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia,
dilarutkan dalam 25 mL larutan I2 0,1 N, kemudian diaduk selama 15 menit
menggunakan magnetic stirrer dan didiamkan beberapa saat lalu disaring.
Selanjutnya diambil 10 mL filtrat, dititrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3
0,1 N hingga larutan berwarna kuning muda. Ditambahkan indikator amilum 1%
dan dititrasi kembali hingga warna biru hilang. Dicatat volume titrasi dan dihitung
daya serap terhadap iodium menggunakan persamaan berikut: (Laos dkk., 2016).

25 ( blanko titrasi) 2 a2 S2
ilangan iod
0 massa adsorben

Keterangan :
V blanko = Volume titrasi blanko (mL)
V titrasi = Volume titrasi sampel (mL)
BE I2 = Berat Jenis I2 (126,91)
N = Normalitas Natrium Tiosulfat (0,1 N)

3.4.4.5 Luas Permukaan Metilen Biru


Penentuan luas permukaan metilen biru dilakukan dengan cara mengukur
panjang gelombang maksimum larutan metilen biru dengan konsentrasi 4 mg/L
pada range 400-700 nm. Selanjutnya dibuat kurva standar larutan metilen biru
dengan konsentrasi 0,5; 1; 2; 3 dan 4 mg/L dan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum metilen biru. Sebanyak 0,1 gram arang aktif
ampas kopi dimasukkan dalam 40 mL larutan metilen biru 50 mg/L dan diaduk
menggunakan magnetic stirer selama 50 menit, kemudian disaring dan filtrat yang
diperoleh diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum metilen biru. Luas permukaan metilen biru
dihitung menggunakan persamaan berikut: (Laos dkk., 2016).

000
21

m
uas permukaan
r
Keterangan :
= Kapasitas adsorpsi metilen biru (mg/g)
V = Volume larutan (mL)
C = Konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi (mg/L)
N = Bilangan avogadro (6,02 × 1023 molekul/mol)
A = Luas penampang metilen biru (197 × 10-20 m2/molekul)
Mr = Massa relatif metilen biru (g/mol)

3.4.4.6 Fourier Transform Infrared (FT-IR)


Arang aktif ampas kopi yang teraktivasi fisika dan kimia, magnetit Fe3O4
serta komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi dianalisa menggunakan alat Fourier
Transform Infrared (FT-IR) untuk mengetahui adanya gugus fungsi dari arang
aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi.

3.4.4.7 Scanning Electron Microscopy (SEM)


Arang aktif ampas kopi yang teraktivasi fisika dan kimia, magnetit Fe3O4
serta komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi dianalisa menggunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui morfologi arang aktif ampas kopi
dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi.

3.4.5 Pembuatan Larutan


3.4.5.1 Pembuatan Larutan Aminoantipirin 0,01 M
Sebanyak 0,2032 gram aminoantipirin dilarutkan dengan aquades dalam
gelas kimia 100 mL. Setelah itu dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar
100 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda tera lalu dihomogenkan.

3.4.5.2 Pembuatan Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M


Sebanyak 3,2924 gram K3Fe(CN)6 dilarutkan dengan aquades dalam gelas
kimia 100 mL. Setelah itu dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar 100
mL kemudian diencerkan dengan aquades hingga tanda tera dan dihomogenkan.
22

3.4.5.3 Pembuatan Larutan NH4OH 0,5 M


Sebanyak 1 mL larutan NH4OH dimasukkan kedalam labu takar 500 mL
yang telah berisi ± 250 mL aquades. Kemudian diencerkan dengan aquades
hingga tanda tera lalu dihomogenkan.

3.4.5.4 Pembuatan Larutan Asam Fosfat 10 %


Sebanyak 11,7647 mL larutan H3PO4 85% dimasukkan kedalam labu takar
100 mL yang telah berisi ± 50 mL aquades. Kemudian diencerkan dengan aquades
hingga tanda tera.

3.4.5.5 Pembuatan Larutan Induk Fenol 1000 mg/L


Ditimbang serbuk fenol sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan dengan
aquades dalam gelas kimia 100 mL. setelah itu dipindahkan secara kuantitatif
kedalam labu ukur 1000 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda tera
lalu dihomogenkan.

3.4.5.6 Pembuatan Larutan Standar Fenol


Larutan induk fenol 1000 mg/L diambil 10 mL kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 100 mL, diencerkan dengan aquades sampai tanda tera lalu
dihomogenkan dan didapatkan larutan standar fenol 100 mg/L. Larutan standar
fenol 100 mg/L diambil 50 mL, dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL lalu
diencerkan dengan aquades hingga tanda tera dan didapatkan larutan standar fenol
10 mg/L. Larutan standar fenol 10 mg/L diambil 0; 10; 20; 30; 40 dan 50 mL
masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan
aquades hingga tanda tera.

3.4.6 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Penentuan panjang gelombang maksimum larutan fenol dilakukan dengan
cara mengukur absorbansi salah satu dari larutan standar fenol. Larutan standar
fenol 4 mg/L ditambahkan sebanyak 2,5 mL larutan NH4OH 0,5 M. Kemudian
ditambahkan larutan H3PO4 10% hingga pH 7,9 ± 0,1 lalu ditambahkan 1 mL
larutan aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk. Kemudian ditambahkan 1 mL
23

larutan K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk. Setelah itu didiamkan selama 15 menit
lalu diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh
panjang gelombang maksimum fenol.

3.4.7 Penentuan Kurva Standar


Larutan standar fenol dengan konsentrasi 1, 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/L lalu
ditambahkan 2,5 mL larutan NH4OH 0,5 M. Selanjutnya ditambahkan larutan
H3PO4 10% hingga pH 7,9 ± 0,1 lalu ditambahkan 1 mL larutan aminoantipirin
0,01 M sambil diaduk. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan K3Fe(CN)6 0,1 M
dan diaduk. Setelah itu didiamkan selama 15 menit dan diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 507 nm.
Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara konsentrasi fenol dengan absorbansi.

3.4.8 Adsorpsi Terhadap Fenol


3.4.8.1 Penentuan pH Optimum
Sebanyak 0,1 gram arang aktif ampas kopi aktivasi kimia dan komposit
Fe3O4-arang aktif ampas kopi dimasukkan ke dalam 25 mL larutan fenol 25 mg/L
yang telah diatur pH nya menjadi 1. Kemudian diaduk menggunakan shaker
selama 15 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 2,5 mL larutan
NH4OH 0,5 M. Selanjutnya ditambahkan larutan H3PO4 10% hingga pH 7,9 ± 0,1
lalu ditambahkan 1 mL larutan aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk. Kemudian
ditambahkan 1 mL larutan K3Fe(CN)6 0,1 M dan diaduk. Setelah itu didiamkan 15
menit, lalu diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 507 nm. Dilakukan hal yang sama untuk pH 2, 3, 4, 5, 6, 7
dan 8.

3.4.8.2 Penentuan Waktu Kontak Optimum


Sebanyak 0,1 gram arang aktif ampas kopi aktivasi kimia dan komposit
Fe3O4-arang aktif ampas kopi dimasukkan ke dalam 25 mL larutan fenol 25 mg/L.
Kemudian diaduk menggunakan shaker selama 15 menit dan disaring. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan 2,5 mL larutan NH4OH 0,5 M. Selanjutnya ditambahkan
larutan H3PO4 10% hingga pH 7,9 ± 0,1 lalu ditambahkan 1 mL larutan
24

aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan


K3Fe(CN)6 0,1 M dan diaduk. Setelah itu didiamkan selama 15 menit lalu diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
507 nm. Dilakukan hal yang sama untuk waktu kontak 5, 10, 15, 20, 30, 60, 90
dan 120 menit.

3.4.8.3 Pengaruh Konsentrasi Fenol


Sebanyak 0,1 gram arang aktif ampas kopi aktivasi kimia dan komposit
Fe3O4-arang aktif ampas kopi dimasukkan ke dalam 25 mL larutan fenol 5 mg/L
yang telah diatur pH optimumnya. Kemudian diaduk menggunakan shaker selama
waktu kontak optimum dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 2,5 mL
larutan NH4OH 0,5 M. Selanjutnya ditambahkan larutan H3PO4 10% hingga pH
7,9 ± 0,1 lalu ditambahkan 1 mL larutan aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk.
Kemudian ditambahkan 1 mL larutan K3Fe(CN)6 0,1 M dan diaduk. Setelah itu
didiamkan selama 15 menit, diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 507 nm. Dilakukan hal yang sama untuk
konsentrasi 10, 25, 50, 75 dan 100 mg/L.

3.5 Analisis Data


3.5.1 Isoterm Langmuir

a
( a) m
ads

Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Qm = Kapasitas adsorpsi maksimum (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kads = Konstanta adsorpsi Langmuir
Kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan
grafik yang dibuat dengan slope dan intersep .
25

3.5.2 Isoterm Freundlich


og og f og
n

Keterangan:
Qa = Jumlah ion teradsorpsi (mg/g)
Ca = Konsentrasi akhir ion logam (mg/L)
Kf = Konstanta adsorpsi Freundlich
n = Kapasitas adsorpsi (mg/g)
Menentukan kapasitas adsorpsi maksimum dapat ditentukan dengan grafik
log Qa vs log Ca dengan slope dan intersep adalah log Kf. Berdasarkan data
isoterm yang dihasilkan, jenis isoterm yang tepat untuk digunakan sebagai
penggambaran kapasitas adsorpsi dari arang ampas kopi dapat ditentukan dengan
cara membandingkan linearitas kurva yang ditunjukkan oleh R2. Harga R2 yang
dapat diterima adalah < 0,95 atau > 0,95% (Suardana, 2008).
26

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Arang Aktif dari Ampas Kopi


Arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dibuat dari ampas kopi robusta yang
dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 45 menit, diperoleh arang aktif ampas kopi
teraktivasi fisika berbentuk serbuk berwarna hitam dengan % rendemen sebesar
23,8739%. Selanjutnya dari arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dibuat arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia dengan menggunakan larutan aktivator HCl,
diperoleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia berbentuk serbuk berwarna
hitam dengan % rendemennya sebesar 98,2879%. Proses aktivasi ini dilakukan
untuk memperbesar luas permukaan dan pori-pori arang aktif sehingga tingkat
adsorpsi terhadap analit akan semakin tinggi dikarenakan HCl berperan sebagai
activating agent yang akan mempengaruhi dekomposisi porolisis dan mengikat
senyawa tar sisa karbonisasi keluar dari mikropori arang sehingga permukaannya
semakin porous (Manocha, 2003).

4.2 Uji Karakterisasi Arang Aktif Ampas Kopi


Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi arang aktif ampas kopi bertujuan
untuk mengetahui kualitas dari arang aktif ampas kopi sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Berikut merupakan hasil karakterisasi arang aktif ampas
kopi teraktivasi fisika dan kimia seperti pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Uji Karakterisasi Arang Aktif Ampas Kopi
SNI Jenis Arang Aktif
Parameter
06-3730-1995 Aktivasi Fisika Aktivasi Kimia
Kadar Air Maksimal 15% 6,2883% 5,6355%
Kadar Abu Maksimal 10% 3,1157% 1,3249%
Volatile Matter Maksimal 25% 17,5780% 17,3412%
Daya Serap Iod Minimal 750 mg/g 194,0695 mg/g 290,2887 mg/g
2 2
Luas Permukaan Minimal 300 m /g 68,4779 m /g 71,5508 m2/g
Metilen Biru

26
27

Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap kadar air yaitu untuk mengetahui
banyaknya air yang menutupi pori-pori arang aktif. Hasil pengujian kadar air pada
arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia masing-masing memperoleh
hasil sebesar 6,2883% dan 5,6355%. Nilai tersebut memenuhi standar SNI 06-
3730-1995 dengan kadar air dibawah 15%. Jika semakin banyak kadar air yang
dihasilkan maka akan menghambat daya serap adsorben terhadap adsorbat karena
pori-pori adsorben banyak mengandung air sehingga adsorben tersebut memiliki
sifat adsorpsi yang kurang baik.
Pengujian arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia terhadap kadar
abu yaitu untuk mengetahui banyaknya sisa-sisa mineral yang terdapat pada arang
aktif. Hasil pengujian kadar abu pada arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan
kimia memperoleh hasil masing-masing sebesar 3,1157% dan 1,3249%. Nilai
tersebut memenuhi standar SNI 06-3730-1995 dengan kadar abu di bawah 10%,
karena jika semakin banyak kadar abu yang terdapat pada arang aktif maka akan
menyebabkan penyumbatan pori-pori adsorben karena adanya mineral-mineral
yang masih tersisa sehingga dapat mempengaruhi daya serap adsorben terhadap
adsorbat.
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap kadar volatile matter yaitu untuk
mengukur kandungan senyawa yang belum menguap saat dilakukannya proses
karbonisasi pada arang aktif. Hasil pengujian kadar volatile matter pada arang
aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia masing-masing memperoleh hasil
sebesar 17,5780% dan 17,3412%. Nilai tersebut memenuhi standar SNI 06-3730-
1995 dengan kadar abu di bawah 25%, karena jika kadar volatile matter memiliiki
nilai yang tinggi maka mempengaruhi daya serap arang aktif, hal ini dikarenakan
masih terdapat senyawa-senyawa non karbon seperti CO,CO2 dan H2 pada pori-
pori arang aktif yang tidak hilang pada saat proses karbonisasi sehingga adsorben
tersebut memiliki sifat adsorpsi yang kurang baik.
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap daya serap iodium yaitu untuk
mengetahui kemampuan arang aktif dalam menyerap adsorbat berukuran molekul
kecil bekisar 1 nm. Hasil pengujian daya serap terhadap I2 pada arang aktif ampas
kopi teraktivasi fisika dan kimia memperoleh hasil sebesar 194,0695 mg/g dan
28

290,2887 mg/g. Nilai tersebut tidak memenuhi standar karena berada dibawah
nilai SNI 06-3730-1995 minimalnya yaitu 750 mg/g. Hal ini dikarenakan sebagian
besar pori arang aktif masih tertutup oleh hidrokarbon dan komponen lain seperti
air, abu, nitrogen dan sulfur yang menghambat daya serapnya. Menurut Imawati
dan Adhitiyawarman (2015), tingginya daya serap arang aktif terhadap iodium
menunjukkan semakin banyak mikropori dari arang aktif yang terbentuk sehingga
semakin baik arang aktif tersebut dalam menyerap adsorbat berukuran molekul
kecil.
Pengujian arang aktif ampas kopi terhadap luas permukaan terhadap metilen
biru yaitu untuk mengetahui kemampuan arang aktif dalam menyerap adsorbat
dengan ukuran molekul besar bekisar 1,5-2,5 nm. Hasil pengujian luas permukaan
metilen biru pada arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia diperoleh
hasil masing-masing sebesar 68,4779 m2/g dan 71,4391 m2/g. Nilai tersebut tidak
memenuhi standar karena dibawah nilai SNI 06-3730-1995 minimalnya 300 m2/g.
Hal ini dikarenakan sebagian besar pori-pori yang terbentuk di permukaan arang
aktif mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada ukuran molekul metilen biru.
Menurut Alimah (2017) hasil karakterisasi arang aktif terhadap luas permukaan
menggunakan metilen biru yang tidak memenuhi SNI menunjukan bahwa arang
aktif tidak efektif bila digunakan sebagai penjerap warna.
Berdasarkan hasil karakterisasi kadar volatile matter, arang aktif ampas kopi
teraktivasi fisika memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang aktif
teraktivasi kimia, hal ini disebabkan karena pori-pori pada arang aktif ampas kopi
teraktivasi fisika masih terdapat senyawa-senyawa tar sisa proses karbonisasi.
Selanjutnya digunakan arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia untuk dilanjutkan
pada proses pembuatan komposit dengan nanopartikel magnet Fe3O4 karena
memiliki nilai kadar air, abu, volatil matter yang lebih rendah dibandingkan arang
aktif teraktivasi fisika.

4.3 Pembuatan Adsorben Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi


Nanopartikel magnet Fe3O4 dibuat dengan menggabungkan antara FeCl3.6H2O
dengan FeSO4.7H2O (rasio massa 3:2) dan ditambahkan NH4OH 25% hingga pH
29

mencapai 12. Penambahan NH4OH berfungsi untuk mengendapkan Fe3O4 agar


terpisah dari zat pengotornya dan terbentuk serbuk Fe3O4 berwarna hitam dengan
% rendemen sebesar 51,3875%. Selanjutnya dilakukan penggabungan arang aktif
ampas kopi teraktivasi kimia dengan nanopartikel magnet Fe3O4 (rasio 2:1) dan
terbentuk komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi berwarna hitam dengan %
rendemennya sebesar 77,9989%. Penambahan Fe3O4 pada arang aktif bertujuan
untuk mempermudah dalam proses pemisahan adsorben dari larutan limbah,
seperti yang telah dilakukan oleh Fisli dkk., (2018) menunjukkan bahwa untuk
mempermudah proses pemisahan adsorben dari cairan limbah maka dilakukan
penggabungan arang aktif dengan nanopartikel magnet Fe3O4 sehingga adsorben
dapat diambil kembali dengan menggunakan batangan magnet eksternal. Gambar
4.1 berikut adalah gambaran fisik dari arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia,
magnetit dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi. Secara fisik bentuk ketiga
adsorben tersebut sama-sama berwarna hitam. Akan tetapi terdapat perbedaan jika
dilihat dari sifat kemagnetannya, ketika adsorben didekatkan oleh agen magnet
eksternal, arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia tidak menunjukkan adanya
sifat magnet, magnetit Fe3O4 menunjukkan adanya sifat magnet yang sangat kuat
sedangkan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi memiliki sifat magnet. Hal ini
menunjukkan bahwa Fe3O4 telah berhasil di komposit dengan arang aktif ampas
kopi teraktivasi kimia.

(a) (b) (c)


Gambar 4.1 Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia (a). Magnetit (b).
Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi (c).

4.4 Hasil Analisa Frourier Transform Infrared (FT-IR)


Arang aktif teraktivasi kimia, magnetit dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas
kopi dikarakterisasi menggunakan alat Frourier Transform Infrared (FT-IR) yang
30

bertujuan untuk menentukan gugus fungsi dengan bilangan gelombang yang


sesuai. Berikut merupakan spektra hasil analisa FT-IR pada Gambar 4.2

komposit
magnetit-arang aktif
Intensitas (a.u)

arang aktif

magnetit

O-H

Fe-O

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

Bilangan gelombang (1/cm)

Gambar 4.2 Spektra FTIR arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia, magnetit dan
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi

Dari hasil spektrum Frourier Transform Infrared (FTIR) diatas yaitu arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia, komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi dan
magnetit Fe3O4 dapat dirangkum pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Gugus Fungsi Pada Arang Aktif, Magnetit dan Komposit Fe3O4-
Arang aktif
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gugus Fungsi Literatur Komposit
(Anggraini, Arang Aktif Fe3O4-Arang Magnetit
2019) Aktif
O-H Ulur 3300-3600 3425,58 3425,58 3441,01
C-H Stretching 2850-2970 2931,80- 2924,09- 2931,80-
2862,36 2854,65 2862,36
C-H Bending 1340-1470 1373,32 1342,46 -
C=O 1540-1800 1604,77 1604,77 1635,64
O-H Tekuk 1500-1600 - - 1527,62
C-O 1050-1330 1265,30- 1265,30 1273,02
1219,01
Fe-O 500-610 - 509,21 586,36
31

Berdasarkan hasil karakterisasi FT-IR diatas, pada kurva arang aktif dan
komposit Fe3O4-arang aktif muncul pita serapan 3425,58 cm-1 dan pada magnetit
Fe3O4 muncul pita serapan 3441,01 cm-1 merupakan karakteristik dari vibrasi ulur
gugus hidroksi dari karboksilat, alkohol dan air yang terdapat pada permukaan
arang aktif, komposit maupun magnetit (Fisli dkk., 2018). Adanya vibrasi –OH
tekuk gugus hidroksi ini dibuktikan dengan munculnya pita serapan pada 1527,62
cm-1 (Koesnarpadi dkk., 2020). Selain itu pada kurva arang aktif muncul serapan
1604,77 cm-1 menunjukkan adanya serapan C=O yang menyatakan bahwa ampas
kopi telah membentuk zat karbon karena gugus C=O merupakan gugus khas dari
arang aktif. Pada magnetit Fe3O4 muncul serapan pada bilangan gelombang
586,36 cm-1 yang berasal dari vibrasi stretching pita serapan logam-oksigen.
Sedangkan pada komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi muncul serapan pada
bilangan gelombang 1604,77 cm-1 menunjukkan adanya serapan C=O menyatakan
bahwa masih terdapat gugus khas dari arang aktif, selain itu muncul serapan pada
bilangan gelombang 509,21 cm-1 menunjukkan dugaan adanya serapan logam-
oksigen yang berupa ikatan Fe-O. Menurut Fisli dkk., (2018) komposit Fe3O4-
arang aktif muncul serapan pada bilangan gelombang 560 cm-1 berasal dari vibrasi
stretching pita serapan logam-oksigen (ikatan Fe-O dalam kisi kristalin Fe3O4).
Berdasarkan penelitian Koesnarpadi dkk., (2020) pada material komposit Fe3O4-
Kitosan muncul serapan pada bilangan gelombang 570 cm-1 yang menunjukkan
adanya ikatan Fe-O. Berdasarkan data hasil karakterisasi tersebut menandakan
bahwa material Fe3O4 telah tercangkok dalam permukaan arang aktif.

4.5 Hasil Analisa Scanning Electron Microscopy (SEM)


Magnetit Fe3O4 dan hasil komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi dianalisa
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui morfologi
dari magnetit dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi. Berikut merupakan
foto hasil karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) dari magnetit dan
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4
32

Gambar 4.3 Foto SEM Magnetit Fe3O4 pada perbesaran 20.000x

Arang aktif (b).

Gambar 4.4 Foto SEM komposit Fe3O4-Arang aktif pada perbesaran 20.000x

Berdasarkan hasil karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) pada


gambar 4.3 menunjukkan bahwa bentuk morfologi dari magnetit Fe3O4 yang
terbetuk pada perbesaran 20.000x memiliki bentuk sferis (buat-bulat kecil) yang
berukuran nano. Sedangkan pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa bentuk
morfologi dari material hasil komposit Fe3O4-arang aktif yang terbentuk pada
perbesaran 20.000x hampir mirip dengan magnetit, berbentuk sferis (bulat-bulat
kecil) namun lebih rapat dan memiliki pori-pori serta luas permukaan yang kecil.
Hal ini dikarenakan pada hasil karakterisasi arang aktif ampas kopi teraktivasi
kimia terhadap daya serap iodium dan luas permukaan menggunakan metilen biru
tidak memenuhi SNI 06-3730-1995 sehingga ketika proses komposit dengan
33

nanopartikel magnet Fe3O4 dan dilakukan karakterisasi menggunakan Scanning


Electron Microscopy (SEM) menghasilkan hasil foto dengan pori-pori adsorben
lebih rapat dibandingkan magnetit Fe3O4 tanpa dikomposit karena adanya arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia yang tertutupi oleh magnetit.

4.6 Uji Adsorpsi


4.6.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan fenol dilakukan dengan
mengukur nilai absorbansi larutan standar fenol 4 mg/L yang telah dikomplekskan
selanjutnya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh panjang
gelombang maksimum sebesar 507 nm seperti terlihat pada gambar 4.5. Sunandar
(2012) melakukan penentuan panjang gelombang maksimum fenol menggunakan
pengompleks aminoantipirin yang didasarkan SNI 06-6989.21-2004 diperoleh
larutan berwarna kuning kemerahan dan panjang gelombang sebesar 500 nm
dimana hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil penentuan panjang
gelombang maksimum fenol yang telah dilakukan.

507 nm

Gambar 4.5 Panjang Gelombang Maksimum Fenol


34

4.6.2 Penentuan pH Optimum


Pada penelitian ini dilakukan uji adsorpsi dengan variasi pH yang bertujuan
untuk mengetahui pH optimum dari fenol untuk di adsorpsi menggunakan arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi.
Berikut grafik pengaruh pH terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi (Qa) pada arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi
ditunjukkan pada Gambar 4.6

3,5

2,5
Qa (mg/g)

2 Arang Aktif

1,5

1 Komposit
magnetit-
0,5 arang aktif

0
0 2 4 6 8 10
pH

Gambar 4.6 Pengaruh variasi pH terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi (Qa) oleh
arang aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa
pH optimum yang diperoleh dari adsorben arang aktif ampas kopi teraktivasi
kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi terjadi pada pH 5 dengan
jumlah fenol teradsorpsi (Qa) masing-masing sebesar 3,6674 mg/g dan 3,5021
mg/g dengan % teradsorpsinya masing-masing yaitu sebesar 58,6777% dan
56,0331%. Ketika pH mencapai 3 terdapat penurunan adsorpsi pada adsorben
arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia, hal ini dapat disebabkan karena tidak
stabilnya pH larutan fenol yang dibuat sehingga dapat mempengaruhi daya
adsorpsi arang aktif ampas kopi terhadap fenol. Menurut Kuniati dkk., (2011)
arang aktif memiliki gugus fungsional pada permukaannya yaitu gugus hidroksil
35

dan gugus karboksil. Proses adsorpsi terhadap senyawa fenol oleh arang aktif
terjadi melalui adsorpsi fisika, dimana gugus hidroksil dari fenol akan membentuk
ikatan dengan gugus karboksil pada permukaan arang aktif membentuk ikatan
hidrogen. Berdasarkan penelitian Beker dkk., (2010) ketika pH meningkat maka
konsentrasi fenol terionisasi dan jumlah ion negatif pada adsorben juga meningkat
sehingga proses penyerapan mengalami penurunan sedangkan ketika pH berada
diantara 1 dan 3 merupakan titik isoelektrik, menyebabkan keseluruhan muatan
permukaan menjadi positif sehingga terjadi donor-akseptor dan terjadi interaksi
antara cincin aromatik fenol dengan adsorben.

4.6.3 Penentuan Waktu Kontak Optimum


Pada penelitian ini dilakukan uji variasi waktu kontak yang bertujuan untuk
mengetahui lamanya waktu yang diperlukan arang aktif ampas kopi teraktivasi
kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi dalam mengadsorpsi senyawa
fenol. Berikut grafik pengaruh waktu kontak terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi
(Qa) pada arang aktif teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas
kopi ditunjukkan pada Gambar 4.7

4,5
4
3,5
3
Qa (mg/g)

2,5 Arang Aktif


2
1,5 Komposit
1 magnetit-
arang aktif
0,5
0
0 50 100 150
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 4.7 Pengaruh variasi waktu terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi (Qa)
oleh arang aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-arang aktif
36

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa
waktu kontak optimum yang diperoleh dari adsorben arang aktif ampas kopi
teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi terjadi pada waktu
kontak 30 menit dengan jumlah fenol teradsorpsi (Qa) sebesar 4,1632 mg/g dan
3,6467 mg/g dengan % teradsorpsinya masing-masing sebesar 66,6116% dan
58,3471%. Berdasarkan data tersebut semakin lama waktu yang diberikan maka
persen adsorpsi senyawa fenol semakin besar terbukti dari waktu kontak 5 menit
masih terus mengalami kenaikan hingga waktu kontak 30 menit. enurut afi’ah
(2016) semakin lama waktu interaksi maka semakin banyak adsorbat teradsorpsi
karena semakin banyak kesempatan partikel dari adsorben untuk bersinggungan
dengan adsorbat, hal ini menyebabkan semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi.
Namun pada menit 60 hingga menit 120 mengalami penurunan adsorpsi karena
apabila waktu kontak adsorben dengan adsorbat terlalu lama maka akan terjadi
pelepasan kembali adsorbat atau adsorben telah mencapai titik jenuh sehingga
terjadi penurunan daya adsorpsinya. Diperoleh daya adsorpsi yang paling bagus
berdasarkan variasi waktu kontak 30 menit yaitu adsorben arang aktif ampas kopi
teraktivasi kimia dengan jumlah fenol teradsorpsi sebesar 4,1632 mg/g dan %
teradsorpsi sebesar 66,6116% sedangkan untuk komposit Fe3O4-arang aktif ampas
kopi memiliki % teradsopsi jauh lebih rendah dikarenakan pori-pori dari adsorben
komposit telah terisi oleh material Fe3O4 sehingga kesempatan untuk menjerap
senyawa fenol lebih sedikit walaupun waktu kontak yang diberikan 30 menit.

4.6.4 Penentuan Kapasitas Adsorpsi Maksimum Fenol


Pada penelitian ini dilakukan penentuan kapasitas adsorpsi maksimum fenol
dengan menggunakan variasi konsentrasi untuk menunjukkan kemampuan arang
aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi
dalam mengadsorpsi fenol. Berikut grafik pengaruh komsentrasi terhadap jumlah
fenol teradsorpsi (Qa) oleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit
Fe3O4-arang aktif ditunjukkan pada Gambar 4.8
37

18
16
14
12
Arang aktif
Qa(mg/g)

10
8
Komposit
6 magnetit-
4 arang aktif

2
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi Awal (mg/L)

Gambar 4.8 Pengaruh variasi konsentrasi terhadap jumlah ion fenol teradsorpsi
(Qa) oleh arang aktif ampas kopi dan komposit Fe3O4-arang aktif
ampas kopi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peningkatan


adsorpsi oleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-arang
aktif ampas kopi yaitu pada variasi konsentrasi 100 mg/L dengan jumlah fenol
teradsorpsi (Qa) masing-masing sebesar 16,4463 mg/g dan 14,4628 mg/g dengan
% teradsorpsinya masing-masing sebesar 65,7851% dan 57,8512%. Hal tersebut
disebabkan karena permukaan pada adsorben yang belum jenuh sehingga
adsorben tersebut masih dapat menyerap molekul-molekul fenol. Namun jika
permukaan adsorben telah mencapai kejenuhan maka adsorben akan melepas
molekul-molekul fenol yang telah diserapnya sehingga daya adsorpsinya akan
menurun. Kenaikan daya adsorpsi disebabkan karena interaksi adsorben dengan
molekul fenol yang semakin banyak jika konsentrasi fenol dinaikkan. Berdasarkan
hasil uji adsorpsi fenol terhadap variasi konsentrasi diperoleh daya adsorpsi pada
adsorben komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi lebih rendah dibandingkan
dengan adsorben arang aktif ampas kopi, hal ini disebabkan karena pori-pori yang
terdapat pada adsorben komposit telah terisi oleh nanopartikel magnet Fe3O4
sehingga kemampuan untuk menyerap adsorbat mengalami penurunan.
38

Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum arang aktif ampas kopi teraktivasi


kimia dan komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi digunakan data dalam bentuk
mg/g yaitu jumlah ion teradsorpsi. Dari data tersebut dapat digunakan untuk
menentukan isoterm yang sesuai untuk kedua adsorben. Isoterm yang ditentukan
yaitu isoterm Freundlich dan Langmuir. Berikut data isoterm pada adsorpsi fenol
oleh arang aktif ampas kopi seperti pada Gambar 4.9
1,2 1,5
y = 0,932x + 0,0987 y = 0,7466x - 0,04
1
1/Qa (mg/g)

R² = 0,9662 R² = 0,9483

Log Qa (mg/g)
0,8 1
0,6
0,4 0,5
0,2
0
0
-1 0 1 2
0 0,5 1 1,5
-0,5
1/Ca (mg/L) Log Ca (mg/L)

Gambar 4.9 Kurva isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich adsorpsi fenol
oleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia

Berikut data isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich pada adsorpsi fenol
oleh adsorben komposit Fe3O4-arang aktif ampas kopi seperti pada Gambar 4.10

1,5 1,5
y = 2,0433x + 0,1119
1/Qa (mg/g)

Log Qa (mg/g)

R² = 0,9491 y = 0,7966x - 0,3246


1 1
R² = 0,9256

0,5 0,5

0
0
0 1 2
0 0,2 0,4 0,6 0,8
-0,5
1/Ca (mg/L) Log Ca (mg/L)

Gambar 4.10 Kurva isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich adsorpsi fenol
oleh Komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi

Dari gambar 4.9 untuk arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia diperoleh
hasil yaitu pada jenis isoterm Langmuir memiliki R2 sebesar 0,9662 dan isoterm
Freundlich memiliki nilai R2 sebesar 0,9483, sedangkan dari gambar 4.10 untuk
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi diperoleh hasil yaitu untuk jenis isoterm
39

Langmuir memiliki nilai R2 sebesar 0,9491 dan isoterm Freundlich memiliki nilai
R2 sebesar 0,9256. Berdasarkan hasil tersebut, maka penentuan kapasitas adsorpsi
fenol oleh arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan komposit Fe3O4-Arang
aktif ampas kopi mengikuti jenis isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi
masing-masing 10,1317 mg/g dan 8,9366 mg/g. Pada penelitian ini digunakan
jenis isoterm Langmuir karena memiliki R2 mendekati 1 sehingga dapat dikatakan
bahwa interaksi adsorben dengan adsorbat terjadi secara monolayer atau terjadi
interaksi fisik (Van der walls) sehingga kemampuaan adsopsinya sangat terbatas
disebabkan setiap sisi-sisi aktif adsorben hanya mampu menjerap satu molekul
adsorbat saja (Handayani, 2009). Kapasitas adsorpsi pada adsorben komposit
Fe3O4-arang aktif ampas kopi lebih rendah bila dibandingkan dengan adsorben
arang aktif ampas kopi tanpa dikomposit, hal ini disebabkan karena pori-pori yang
terdapat pada adsorben komposit telah terisi oleh molekul Fe3O4 sehingga
kemampuan dari adsorben komposit Fe3O4-arang aktif untuk menyerap adsorbat
mengalami penurunan (Fisli, dkk., 2018).
Penggabungan nanopartikel magnet Fe3O4 dengan adsorben arang aktif dari
ampas kopi memiliki keunggulan jika dilihat dari segi proses pemisahan adsorben
dengan adsorbat, yaitu ketika proses adsorpsi fenol menggunakan adsorben hasil
komposit maka adsorben yang berada didalam cairan limbah fenol dapat dengan
mudah diambil kembali dengan menggunakan batangan magnet eksternal karena
adsorben hasil komposit memiliki sifat magnet sehingga dapat membantu dalam
pemecahan permasalahan pencemaran limbah fenol di perairan.
40

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hasil karakteristik arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dengan parameter
uji kadar air, kadar abu, volatile matter, daya serap terhadap iodium dan luas
permukaan terhadap metilen biru masing-masing sebesar 6,2883%, 3,1157%,
17,5780%, 194,0695 mg/g, dan 68,4779 m2/g sedangkan arang aktif ampas
kopi teraktivasi kimia yaitu masing-masing sebesar 5,6355%, 1,32495%,
17,3412%, 290,2887 mg/g, dan 71,5508 m2/g.
2. Hasil karakteristik komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi berdasarkan hasil
analisa menggunakan FT-IR dan SEM menunjukkan bahwa magnetit Fe3O4
telah sukses tercangkok pada struktur arang aktif melalui gugus hidroksi pada
permukaan arang aktif.
3. Hasil kondisi optimum yang diperoleh komposit Fe3O4-Arang aktif ampas
kopi yaitu terjadi pada pH 5, waktu kontak 30 menit dan kapasitas adsorpsi
maksimum fenol sebesar 8,9366 mg/g.

5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya proses aktivasi kimia arang aktif ampas kopi
dapat menggunakan aktivator lain yang bersifat basa seperti NaOH dan KOH.
2. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan
karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dan Vibrating Sampel Magnetometer
(VSM) untuk mengidentifikasi fasa kristal dan sifat kemagnetan material
hasil komposit.

40
41

DAFTAR PUSTAKA

Alimah, D. 2017. Sifat dan Mutu Arang Aktif Tempurung Biji Mete (Anacardium
occidentale L.). Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehidupan Banjarbaru. 35(2). 123-133.

Anggraini, E. J. 2019. “Karakterisasi Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Fisik


dan Kimia Sebagai Adsorben Rhodamin B”. Skripsi. FMIPA, Jurusan
Kimia, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Arninda, A., Sjahrul, M. dan Zakir, M. 2014. Adsorpsi Ion Logam Pb (II) Dengan
Menggunakan Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.). Jurnal Indonesia
Chimica Acta. 7(2), 21-26.
Aryani, F., Mardiana, F dan Wartomo. 2019. Aplikasi Metode Aktivasi Fisika dan
Aktivasi Kimia Pada Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Kelapa
(Cocos nuci fera L). Indonesian Journal of Laboratory. 1(2),16-20.
Asti, S. I. P. 2015. “Pengaruh Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea robusta)
Terhadap Aktivitas Fagositosis Sel Monosit”. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Jember, Jember.
Bahera, S., Ghanti, F., Ahmad, S., Santra dan Barnerjee, S. 2012. UV -Visible
Spektrophotometric Method Development and Validation Of Assay Of
Paracetamol Tablet Formulation. Journal Analytical and Bioanalytical
Techniques. 3(6), 1-6.

Beker, U., Ganbold, B., Dertli, H dan Gulbayir D.D. 2010. Adsorption Of Phenol
By Activated Carbon: Influence Of Activation Methods And Solution pH.
Journal Energy Conversion and Management. 51, 235-240.

Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.

Canizares, P., Carmona, M., Baraga, O., Delgado, A. dan Rodrigo, M. A. 2006.
Adsorption equilibrium of phenol onto chemically modified activated
carbon F400. J. Hazard. Mater.131, 243-248.
Connell, D.W Dan Miller G. J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran
(terjemahan Yanti Koestoer). Jakarta: UI-Press.
Day, R. A dan Underwood, A. L 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Dewilda, Y., Afrianita, R dan Iman, F. F. 2012. Degradasi Senyawa Fenol Oleh
Mikroorganisme Laut. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 59-73.
42

Farhaty, N dan Muchtaridi. 2018. Tinjauan Kimia Dan Aspek Farmakologi


Senyawa Asam Klorogenat Pada Biji Kopi. Universitas Padjajaran.1 (14) :
214-227
Farikhin, F. 2016. Analisa Scanning Electron Microscope Komposit Polyester
dengan Filler Karbon Aktif dan Karbon Non Aktif. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Fisli, A., Safitri R. D., Nurhasni dan Deswita. 2018. Analisis Struktur Dan
Porositas Komposit Fe3O4-Karbon Aktif Dari Limbah Kertas Sebagai
Adsorben Magnetik. Jurnal Sains Materi Indonesia. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Gunawan, B. 1979. Karakterisasi Spektrofotometri IR dan Scanning Electron
Microscopy (SEM) Sensor Gas dari Bahan Polimer Poly Ethelyn Glycol
(PEG). Surabaya: ITS.
Handayani, M. 2009. Uji Persamaan Langmuir dan Freundlich Pada Penyerapan
Limbah Chrom (VI) Oleh Zeolit. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Nuklir. 1, 130-136.

Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrument Edisi Kesatu. Semarang: Penerbit


IKIP Semarang Press

Imawati, A dan Adhitiyawarman. 2015. Kapasitas Adsorpsi Maksimum Ion Pb


(II) Oleh Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi HCl dan H3PO4. Jurnal Kimia
Khatulistiwa. 4(2). 50-61.

Isyuniarto., Usada, W., Purwadi, A. dan Suryadi. 2005. Degradasi Fenol Dalam
Limbah Pengolahan Minyak Bumi Dengan Ozon. Jurnal Prosiding PPI-
PDIPTN. ISSN:0216-3128, 76-82.
Kementerian Pertanian. 2018. Outlook Komoditi Kopi. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Khuluk, R,.H. 2016. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Tempurung
Kelapa (Cocous nucifera L.) sebagai adsorben zat warna metilen biru.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Koesnarpadi, S., Astuti, W., Lianasari I. Y. 2020. Nanoparticles Fe3O4 Modified


Chitosan and its Antibacterial Applications. AIP Conference Proceedings,
2237
43

Kurniati, F.D., Pardoyo dan Suhartana. 2011. Sintesis Arang Aktif Dari
Tempurung Kelapa Dan Aplikasinya Untuk Adsorpsi Asap Cair. Journal Of
Scientific and Applied Chemistry. 14(3), 72-76.

Kyzas, G.Z. 2012. Commercial Coffe Wastes as Materials for Adsorption of


Heavy Metals from Aquoeus Solution. Materials. 5, 1826-1840

Lafi, R., Fradj, A.B., Hafiane, A dan Hameed, B.H. 2014. Coffe Waste as
Potential Adsorbent for the Removal of Basic Dyes from Aqueous Solution.
Korean Journal Chemistry Engineering. 31(12), 2198-2206.

Laksono, E. W. 2002. Analisis Daya Adsorpsi suatu Adsorben. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta.

Laos, L.E., Masturi dan Yulianti, I. 2016. Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Daya
Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri. Seminar Nasional Fisika. 5(1), 135-140.

Mandasari, I dan Purnomo, A. 2016. Penurunan Ion Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
dalam Air dengan Serbuk Gergaji Kayu Kamper. Jurnal Teknik Lingkungan
ITS. 5(1), F11-F16.

Manocha, Statish M. 2003. Porosus Carbon. Department of Materials Science,


Standar Patel Universtiy, India. Sadhana. 28 (1 dan 2), 335-348

Mariana, M., Mahidin, M., Mulana, F dan Aman, F. 2017. Untilization of


Activated Carbon Prepared from Aceh Coffe Grounds as Bio-sorbent for
Treatment of Fertilizer Industrial Waste Water. Materials Science and
Engineering. 358, 1-6.

Muna, A. SM. 2011. Kinetika Adsorpsi karbon aktif dari batang pisang sebagai
adsorben untuk penyerapan ion logam Cr(IV) pada air limbah industri.
Semarang: Unversitas Negeri Semarang.
afi’ah, R. 2016. Kinetika Adsorpsi Pb (II) Dengan Adsorben Arang Aktif Dari
Sabut Siwalan. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. Vol. 1 No. 2.
Nafie, Y.S., Wogo, H.E. dan Tawa, B.D., 2013. Pemanfaatan Arang Aktif
Tempurung Lontar sebagai Adsorben Ca (II) dan Mg (II) dalam Air Sadah
di Kota Kupang. Jurnal Kimia Terapan, 1: 70-79.
Rahardjo, P. 2012. Kopi: Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sembiring, M.T dan Sinaga, T.R., 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya). Universitas Sumatra Utara. 1, 1-9.
44

Silverstein M, Webster FX dan Kiemle DJ. 2005. Spectrofotometric Identification


of Organic Compounds. 7th ed. New York: John Wiley and Sons.

Suardana. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium (III).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora. 2(1), 17-33.

Sukandar, D., Heru, T, P. dan Faziah, A. H. 2009. Identifikasi dan Penentuan


Kadar Senyawa Fenol Pada Sedimen Tambak Di Kabupaten Sidoarjo.
Jurnal Valensi Volume 1 (4), 163-170.

Sunandar, N. H. S., Wirawan, T., dan Gunawan, R. 2012. Adsorpsi Fenol Oleh
Arang Aktif Dari Ampas Kopi. Jurnal Kimia Mulawarman. 9(2), 2476-9258.

Teja, A. S. dan Koh, P. Y. 2009. Synthesis Properties and Applications of


Magnetit Iron Oxide Nanoparticles. Progress in Crystal Growth and
Characterization of Materials, 55(2),22-45.

Villacarias, F. 2005. Adsorption of Simple Aromatic Compound on Activated


Carbon. Jurnal Colloid and Interface Science. 293:128-136.
Wrigleg, G.. 1988. Coffee. Longman Scientific and Technologi Copublished in
The United State with John Wiley and Sons, Inc. New York.
Yuliastuti, R dan Cahyono, B.H. 2018. Penggunaan Karbon Aktif yang
Teraktivasi Asam Phosphat pada Limbah Cair Industri Krisotil. Jurnal
Teknologi Proses dan Inovasi Industri. 3(1), 23–26.

Zega, S. 20 7. “Sintesis Komposit Fe3O4/Karbon Aktif Sebagai Adsorben Biru


Metilena dan Jingga Metil”. Skripsi. FMIPA, Departemen Kimia, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowsheet
1. Preparasi Ampas Kopi
Bubuk Kopi
Diseduh dengan akuades panas selama 15 menit
Disaring

Ampas Kopi

Dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada suhu 100oC


Didinginkan
Ditimbang
Bubuk ampas kopi

2. Pembuatan Arang Aktif Ampas Kopi


b. Aktivasi Fisika
Bubuk ampas kopi

Ditanur pada suhu 500oC selama 45 menit


Didinginkan
Diayak dengan ayakan 100 mesh

Arang aktif ampas kopi


Dihitung rendemennya

Rendemen

c. Aktivasi Kimia
Arang ampas kopi (Fisika)

Direndam arang ampas kopi (Fisika)


kedalam HCl 2 M selama 24 jam
Disaring

Residu Filtrat

Dicuci hingga pH netral


Dioven pada suhu 100oC selama 4 jam
Didinginkan
Ditimbang

Arang aktif ampas kopi (Kimia)


46

3. Pembuatan Adsorben Magnetit


a. Pembuatan Fe3O4
6 gram FeCl3.6H2O 4 gram FeSO4.7H2O
Dilarutkan dalam 50 mL aquades Dilarutkan dalam 50 mL aquades
Larutan FeCl3 berwarna orange Larutan FeSO4 bening

Dicampur diaduk dengan magnetic stirer


sambil dipanaskan pada suhu 70oC
Larutan campuran

Ditambahkan 100 mL NH4OH 25% tetes demi


tetes (dijaga suhu 70oC selama 3 jam)
Disaring

Residu Filtrat

Dicuci hingga pH netral


Dioven pada suhu 100oC selama 3 jam Dibuang
Didinginkan
Ditimbang

Serbuk Fe3O4

b. Pembuatan Komposit Fe3O4-Arang Aktif ampas kopi

20 gram Arang aktif ampas kopi (Aktivasi Kimia)


Dilarutkan dalam 200 mL aquades
Distirer sambil dipanaskan pada suhu 70oC

Suspensi arang aktif


Ditambahkan larutan campuran FeCl3 dan FeSO4
Ditambahkan 100 mL NH4OH 25% tetes demi
tetes (dijaga suhu 70oC selama 3 jam)

Komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi


Disaring

Residu Filtrat

Dicuci hingga pH netral


Dioven pada suhu 100oC selama 3 jam Dibuang
Didinginkan
Ditimbang

Serbuk Komposit Fe3O4-Arang


aktif ampas kopi
47

4. Uji Karakterisasi
a. Kadar Air
1 gram arang aktif ampas kopi
aktivasi fisika dan kimia
Dimasukkan kedalam cawan porselin
Di oven pada suhu 105oC selama 2 jam
Didesikator 15 menit
Ditimbang

Hasil kadar air

b. Kadar Abu

1 gram arang aktif ampas kopi


aktivasi fisika dan kimia

Dimasukkan kedalam cawan porselin


Ditanur pada suhu 500oC selama 4 jam
Didesikator 15 menit
Ditimbang

Hasil kadar abu

c. Volatile Matter
1 gram arang aktif ampas kopi
aktivasi fisika dan kimia
Dipanaskan furnace sampai suhu 950oC ± 20
Ditimbang cawan kosong + tutup
Dimasukkan arang aktif ampas kopi
Ditanur selama 2 menit
Didinginkan dalam desikator
Ditimbang

Hasil Volatile Matter


48

d. Daya Serap Terhadap Iodium


0,5 gram arang aktif ampas kopi
Dilarutkan dalam 25 mL larutan I2 0,1 N
Diaduk dengan magnetic stirrer selama
10 menit
Disaring

Filtrat Residu
Diambil 10 mL filtrat
Dimasukkan dalam labu Erlenmeyer Dibuang
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
hingga larutan berwarna kuning muda
Ditambahkan 5 tetes indikator amilum 1%
Dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
hingga larutan menjadi jernih
Dicatat volume titrasi
Volume titrasi
Dihitung daya serap iod
Daya serap iod

e. Luas Permukaan Metilen Biru

0,1 gram arang aktif ampas kopi


Dimasukkan dalam 40 mL larutan metilen biru
50 mg/L
Diaduk selama 50 menit
Disaring

Filtrat Residu
Diukur adsorbansinya menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis Dibuang
Nilai absorbansi
Dihitung daya serap metilen biru
Hasil daya serap metilen biru
49

5. Uji Adsorpsi Fenol


a. Penentuan pH Optimum
Arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
Ditimbang sebanyak 0,1 gram
Dimasukkan kedalam 25 mL Fenol 25 mg/L
Diatur pH larutan menjadi 1,2,3,4,5,6,7 dan 8
Diaduk menggunakan shaker selama 15 menit
Disaring

Residu Filtrat
Ditambahkan 2,5 mL NH4OH 0,5 M
Ditambahkan H3PO4 hingga pH 7,9 ± 0,1
Ditambahkan 1 mL aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk
Ditambahkan 1 mL K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk
Didiamkan selama 15 menit
Dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis

pH optimum

b. Penentuan Waktu Kontak


Arang aktif ampas kopi teraktivasi kimia dan
komposit Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
Ditimbang sebanyak 0,1 gram
Dimasukkan kedalam 25 mL Fenol 25 mg/L
Diaduk menggunakan shaker selama 15, 30, 60, 90 dan 120 menit
Disaring

Residu Filtrat
Ditambahkan 2,5 mL NH4OH 0,5 M
Ditambahkan H3PO4 hingga pH 7,9 ± 0,1
Ditambahkan 1 mL aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk
Ditambahkan 1 mL K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk
Didiamkan selama 15 menit
Dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis

Waktu kontak optimum


50

c. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Maksimum


Arang aktif teraktivasi kimia dan komposit
Fe3O4-Arang aktif ampas kopi
Ditimbang sebanyak 0,1 gram
Dimasukkan kedalam 25 mL Fenol 5, 10, 25, 50, 75 dan 100 mg/L
Diaduk menggunakan shaker selama 15 menit
Disaring

Residu Filtrat
Ditambahkan 2,5 mL NH4OH 0,5 M
Ditambahkan H3PO4 hingga pH 7,9 ± 0,1
Ditambahkan 1 mL aminoantipirin 0,01 M sambil diaduk
Ditambahkan 1 mL K3Fe(CN)6 0,1 M sambil diaduk
Didiamkan selama 15 menit
Dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
Kapasitas adsorpsi maksimum
51

Lampiran 2. Perhitungan
1. Hasil karakteristik arang aktif ampas kopi teraktivasi fisika dan kimia
a. Penentuan Persen Rendemen
1. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Fisika
Diketahui :
Berat ampas kopi = 170,5505 gram
Berat arang aktif = 40,7170 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
% Rendemen = Berat arang aktif teraktivasi fisika x 100 %
Berat ampas kopi
= 40,7170 gram x 100 %
170,5505 gram
= 23,8739 %
2. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
Diketahui :
Berat arang aktif teraktivasi fisika = 30,5240 gram
Berat arang aktif teraktivasi kimia = 30,0014 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
% Rendemen = Berat arang aktif teraktivasi kimia x 100 %
Berat arang aktif teraktivasi fisika
= 30,0014 gram x 100 %
30,5240 gram
= 98,2879 %
3. Magnetit Fe3O4
Diketahui :
Berat awal = 10,1225 gram
Berat magnetit = 5,2017 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
52

% Rendemen = Berat magnetit x 100 %


Berat awal
= 5,2017 gram x 100 %
10,1225 gram
= 51,3875 %
4. Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi
Diketahui :
Berat awal = 30,1821 gram
Berat komposit = 23,5417 gram
Ditanya : % Rendemen ?
Perhitungan :
% Rendemen = Berat komposit x 100 %
Berat awal
= 23,5417 gram x 100 %
30,1821 gram
= 77,9989 %

b. Penentuan Kadar Air


1. Secara Fisika
Diketahui :
Berat cawan kosong (W1) = 23,2756 gram
Berat cawan + sampel awal (W2) = 24,2870 gram
Berat cawan + sampel akhir (W3) = 24,2234 gram
Ditanya : Kadar Air ?
Perhitungan :
Kadar Air = W2 - W3 x 100 %
W2 - W1
= 24,2870 gram - 24,2234 gram x 100 %
24,2870 gram - 23,2756 gram
= 6,2883 %
53

2. Secara Kimia
Diketahui :
Berat cawan kosong (W1) = 23,2756 gram
Berat cawan + sampel awal (W2) = 24,2764 gram
Berat cawan + sampel akhir (W3) = 24,2200 gram
Ditanya : Kadar Air ?
Perhitungan :
Kadar Air = W2 - W3 x 100 %
W2 - W1
= 24,2764 gram - 24,2200 gram x 100 %
24,2764 gram - 23,2756 gram
= 5,6355 %

c. Penentuan Kadar Abu


1. Secara Fisika
Diketahui :
Berat abu total = 0,0313 gram
Berat sampel = 1,0046 gram
Ditanya : Kadar Abu ?
Perhitungan :
Kadar Abu = Berat abu total x 100 %
Berat sampel
= 0,0313 x 100 %
1,0046
= 3,1157 %
2. Secara Kimia
Diketahui :
Berat abu total = 0,0133 gram
Berat sampel = 1,0038 gram
Ditanya : Kadar Abu ?
Perhitungan :
54

Kadar Abu = Berat abu total x 100 %


Berat sampel
= 0,0133 x 100 %
1,0038
= 1,3249 %
d. Penentuan Volatile Matter
1. Secara Fisika
Diketahui :
Berat cawan kosong (W1) = 27,0365 gram
Berat cawan + sampel awal (W2) = 28,0421 gram
Berat cawan + sampel akhir (W3) = 27,8021 gram
% IM = 6,2883 %
Ditanya : Volatile Matter ?
Perhitungan :

Volatile Matter = W2 - W3 x 100 % - % IM


W2 - W1
= 28,0421 gram - 27,8021 gram x 100 % - 6,2883 %
28,0421 gram - 27,0365 gram
= 17,5780 %

2. Secara Kimia
Diketahui :
Berat cawan kosong (W1) = 27,0365 gram
Berat cawan + sampel awal (W2) = 28,0423 gram
Berat cawan + sampel akhir (W3) = 27,8112 gram
% IM = 5,6355 %
Ditanya : Volatile Matter ?
Perhitungan :

Volatile Matter = W2 - W3 x 100 % - % IM


W2 - W1
= 28,0423 gram - 27,8112 gram x 100 % - 5,6355 %
28,0423 gram - 27,0365 gram
= 17,3412 %
55

e. Penentuan Daya Serap Iod


Pembakuan Larutan Standar Na2S2O3
Diketahui :
V KIO3 (V2) = 10 mL
N KIO3 (N2) = 0,1 N
V Na2S2O3 (V1) = 9,8 mL
Ditanya : N Na2S2O3 (N1)?
Perhitungan :
N1V1 = N2V2
N1 x 9,8 = 0,1 x 10
N1 = 0,1020 N

1. Secara Fisika
Diketahui :
V blanko = 8,52 mL
V titrasi = 5,5 mL
BE I2 = 126,91 g/mol
N Na2S2O3 = 0,1020 N
Massa Adsorben = 0,5036 gram
Ditanya : Daya serap iod ?
Perhitungan :
Daya serap Iod = 25 x (V blanko - V titrasi) x BE I2 x N Na2S2O3
10 Massa Adsorben
= 25 x (8,25 mL - 5,5 mL) x 126,91 g/mol x 0,0120 meq/L
10 0,5036 gram
= 194,0695 mg/g

2. Secara Kimia
Diketahui :
V blanko = 8,52 mL
V titrasi = 4 mL
BE I2 = 126,91 g/mol
N Na2S2O3 = 0,1020 N
56

Massa Adsorben = 0,5039 gram


Ditanya : Daya serap iod ?
Perhitungan :
Daya serap Iod = 25 x (V blanko - V titrasi) x BE I2 x N Na2S2O3
10 Massa Adsorben
= 25 x (8,25 mL - 4 mL) x 126,91 g/mol x 0,0120 meq/L
10 0,5039 gram
= 290,2887 mg/g

f. Penentuan Luas Permukaan Metilen Biru


Konsentrasi Absorbansi
0,5 0,086
1 0,135
2 0,368
3 0,499
4 0,726

0,8
0,7 y = 0,1836x - 0,0228
0,6 R² = 0,9908
Absorbansi

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi (mg/L)

Kurva Kalibrasi Standar Metilen biru

Jenis Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Faktor


Arang Awal Akhir Teradsorpsi pengenceram
Aktif (mg/L) (mg/L) (mg/L)
Fisika 50 0,8976 49,1024 1
Kimia 50 0,6634 49,3366 1
57

1. Secara Fisika
Diketahui :
V = 40 mL
W = 0,1064 gram
C = 49,1024 mg/L
N = 6,022x1023 mol-1
A = 197x10-20 m2
Mr = 320,5 g/mol
Ditanya : Luas Permukaan ?
Perhitungan :
V
x C
1000
Xm =
W
40 x 49,1024
1000
=
0,1064
= 18,4595 mg/g
= 0,0184 g/g
Luas Permukaan = Xm x N x A
Mr
= 0,0184 x 6,022 x 1023 x 197 x 10-20
320,5
= 68,4779 m2/g
2. Secara Kimia
Diketahui :
V = 40 mL
W = 0,1022 gram
C = 49,3366 mg/L
N = 6,022x1023 mol-1
A = 197x10-20 m2
Mr = 320,5 g/mol
58

Ditanya : Luas Permukaan ?


Perhitungan :
V
x C
1000
Xm =
W
40 x 49,3366
1000
=
0,1022
= 19,3098 mg/g
= 0,0193 g/g
Luas Permukaan = Xm x N x A
Mr
= 0,0193 x 6,022 x 1023 x 197 x 10-20
320,5
2
= 71,4391 m /g
 Penentuan Panjang Gelombang maksimum

507 nm
59

 Kurva Standar
Konsentrasi Absorbansi
0 0,000
2 0,025
4 0,047
6 0,066
8 0,097
10 0,123

0,14
0,12 y = 0,0121x - 0,001
R² = 0,9956
0,1
Absorbansi

0,08
0,06
0,04
0,02
0
-0,02 0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (mg/L)

Kurva Kalibrasi Standar Fenol

2. Hasil Variasi pH terhadap Adsorpsi Fenol


1. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
pH Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi % Qa
Awal Akhir Teradsorpsi Teradsorpsi (mg/g)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 25 14,7107 10,2893 41,1570 2,5723
2 25 14,5454 10,4545 41,8182 2,6136
3 25 15,7025 9,2975 37,1901 2,3244
4 25 12,5619 12,4380 49,7521 3,1095
5 25 10,3306 14,6694 58,6777 3,6673
6 25 13,1405 11,8595 47,4380 2,9649
7 25 13,3884 11,6116 46,4463 2,9029
8 25 15,4545 9,5454 38,1818 2,3864
60

Contoh Perhitungan
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(25 - 14.7107)
= x 100 %
25
= 41,1570 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (25 - 14,7107) x 0,025
0,1
= 2,5723 mg/g

2. Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi

pH Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi % Qa


Awal Akhir Teradsorpsi Teradsorpsi (mg/g)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 25 16,5289 8,4711 33,8843 2,1178
2 25 15,0413 9,9587 39,8347 2,4897
3 25 15,5372 9,4628 37,8512 2,3657
4 25 11,1570 13,8430 55,3719 3,4607
5 25 10,9917 14,0083 56,0331 3,5021
6 25 13,8843 11,1157 44,4628 2,7789
7 25 13,3058 11,6942 46,7769 2,9236
8 25 15,8677 9,1322 36,5289 2,2831

Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
61

Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?


Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(25 - 16,5289)
= x 100 %
25
= 33,8843 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (25 - 16,5289) x 0,025
0,1
= 2,1178 mg/g

3. Hasil Variasi Waktu Kontak terhadap Adsorpsi Fenol


1. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
Waktu Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi % Qa
(Menit) Awal Akhir Teradsorpsi Teradsorpsi (mg/g)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
5 25 9,9174 15,0826 60,3306 3,7707
10 25 9,3388 15,6612 62,6446 3,9153
15 25 9,1735 15,8264 63,3058 3,9566
20 25 8,8429 16,1570 64,6281 4,0392
30 25 8,3471 16,6529 66,6116 4,1632
60 25 10,4132 14,5868 58,3471 3,6467
90 25 10,7438 14,2562 57,0248 3,5640
120 25 11,2397 13,7603 55,0413 3,4400

Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
62

(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %


% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(25 - 9,9174)
= x 100 %
25
= 60,3306 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (25 - 9,9174) x 0,025
0,1
= 3,7707 mg/g

2. Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi


Waktu Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi % Qa
(Menit) awal (mg/L) Akhir Teradsorpsi Teradsorpsi (mg/g)
(mg/L) (mg/L)
5 25 11,3223 13,6777 54,7107 3,4194
10 25 11,2397 13,7603 55,0413 3,4400
15 25 11,0744 13,9256 55,7025 3,4814
20 25 10,6611 14,3388 57,3554 3,5847
30 25 10,4132 14,5868 58,3471 3,6467
60 25 11,4876 13,5124 54,0496 3,3781
90 25 13,3058 11,6942 46,7768 2,9235
120 25 15,1239 9,8760 39,5041 2,4690

Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(25 - 11,3223)
= x 100 %
25
= 54,7107 %
63

(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V


Qa =
W
= (25 - 11,3223) x 0,025
0,1
= 3,4194 mg/g

4. Hasil Penentuan Variasi Konsentrasi terhadap Adsorpsi Fenol


1. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi % Qa
Awal Akhir Teradsorpsi Teradsorpsi (mg/g)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
5 0,9917 4,0083 80,1653 1,0021
10 2,7273 7,2727 72,7272 1,8182
25 8,5124 16,4876 65,9504 4,1219
50 24,1322 25,8677 51,7355 6,4669
75 25,0413 49,9587 66,6116 12,4897
100 34,2149 65,7851 65,7851 16,4463

Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(5 - 0,9917)
= x 100 %
5
= 80,1653 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (5 - 0,9917) x 0,025
0,1
= 1,0021 mg/g
64

2. Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi % Qa
Awal Akhir Teradsorpsi Teradsorpsi (mg/g)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
5 1,7355 3,2645 65,2893 0,8161
10 4,6281 5,3719 53,7190 1,3429
25 10,6612 14,3388 57,3554 3,5847
50 30,9091 19,0909 38,1818 4,7727
75 41,2397 33,7603 45,0138 8,4401
100 42,1488 57,8512 57,8512 14,4628

Contoh Perhitungan :
Diketahui :
W = 0,1 gram
V = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : % Teradsorpsi dan Qa ?
Perhitungan :
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x 100 %
% Teradsorpsi =
Konsentrasi Awal
(5 - 1,7355)
= x 100 %
5
= 65,2893 %
(Konsentrasi Awal - Konsentrasi Akhir) x V
Qa =
W
= (5 - 1,7355) x 0,025
0,1
= 0,8161 mg/g
65

5. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Fenol pada Jenis Isoterm Langmuir dan


Freundlich oleh Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
Konsentrasi Qa 1/Ca 1/Qa Log Ca Log Qa
Akhir (Ca) (mg/g) (mg/L) (mg/g) (mg/L) (mg/g)
(mg/L)
0,9917 1,0021 1,0083 0,9979 -0,0036 0,0009
2,7273 1,8182 0,3667 0,5500 0,4357 0,2596
8,5124 4,1219 0,1175 0,2426 0,9300 0,6151
24,1322 6,4669 0,0414 0,1546 1,3826 0,8107
25,0413 12,4897 0,0399 0,0801 1,3987 1,0966
34,2149 16,4463 0,0292 0,0608 1,5342 1,2161

a. Isoterm Langmuir
Diketahui :
y = 0,932x + 0,0987
R2 = 0,9662
Ditanya : Qm ?
Perhitungan :
1
b =
Qm
1
0,0987 =
Qm
1
Qm =
0,0987
= 10,1317 mg/g
b. Isoterm Freundlich
Diketahui :
y = 0,7466x – 0,04
R2 = 0,9483
Ditanya : Qm ?
66

Perhitungan :
1
a =
n
1
0,7466 =
n
1
n =
0,7466
= 1,3394 mg/g

6. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Fenol pada Jenis Isoterm Langmuir dan


Freundlich oleh Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi
Konsentrasi Qa 1/Ca 1/Qa Log Ca Log Qa
Akhir (Ca) (mg/g) (mg/L) (mg/g) (mg/L) (mg/g)
(mg/L)
1,7355 0,8161 0,5762 1,2253 0,2394 -0,0882
4,6281 1,3430 0,2161 0,7446 0,6654 0,1281
10,6612 3,5847 0,0938 0,2790 1,0278 0,5545
30,9091 4,7727 0,0324 0,2095 1,4901 0,6788
41,2397 8,4401 0,0243 0,1185 1,6153 0,9264
42,1488 14,4628 0,0237 0,0691 1,6248 1,1603

a. Isoterm Langmuir
Diketahui :
y = 2,0433x + 0,1119
R2 = 0,9491
Ditanya : Qm ?
Perhitungan :
1
b =
Qm
1
0,1119 =
Qm
1
Qm =
0,1119
= 8,9366 mg/g
67

b. Isoterm Freundlich
Diketahui :
y = 0,7966x – 0,3246
R2 = 0,9256
Ditanya : n ?
Perhitungan :
1
a =
n
1
0,7966 =
n
1
n =
0,7966
= 1,2553 mg/g
68

Lampiran 3. Dokumentasi

Sampel Bubuk Kopi Robusta Bubuk Ampas Kopi Robusta

Arang aktif ampas kopi Arang aktif teraktivasi HCl

Pembuatan Komposit Fe3O4-Arang Serbuk Komposit Fe3O4-Arang aktif


aktif ampas kopi ampas kopi

Karakterisasi Kadar Air Karakterisasi Kadar Abu


69

Karakterisasi Volatile Matter Karakterisasi Daya Serap Iod

Karakterisasi Luas Permukaan Uji Adsorpsi Arang aktif terhadap


Metilen biru Variasi pH (Setelah diadsorpsi)

Uji Adsorpsi Komposit terhadap Uji Adsorpsi Arang aktif terhadap


Variasi pH (Setelah diadsorpsi) Variasi Waktu (Setelah diadsorpsi)

Uji Adsorpsi Komposit terhadap Uji Adsorpsi Arang aktif terhadap


Variasi Waktu (Setelah diadsorpsi) Variasi Konsentrasi (Setelah
diadsorpsi)
70

Uji Adsorpsi Komposit terhadap


Variasi Konsentrasi (Setelah
diadsorpsi)
71

Lampiran 4. Hasil Karakterisasi FTIR


1. Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi Kimia
72

2. Komposit Fe3O4-Arang Aktif Ampas Kopi


73

3. Magnetit Fe3O4
74

Lampiran 5. Foto SEM

Foto SEM magnetit Fe3O4 pada Perbesaran 20.000x

Foto SEM komposit Fe3O4-Arang aktif pada Perbesaran 20.000x

Anda mungkin juga menyukai