Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH WAKTU KONTAK DENGAN ADSORBEN

KARBON AKTIF DARI SEKAM PADI SEBAGAI


PENGABSORBSI LOGAM BESI DAN MANGAN

LAPORAN PENELITIAN

Oleh:

Delisa Adelia
17 644 042

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2021
PENGARUH WAKTU KONTAK DENGAN ADSORBEN
KARBON AKTIF DARI SEKAM PADI SEBAGAI
PENGABSORBSI LOGAM BESI DAN MANGAN

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Sarjana Sains Terapan pada
Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh:

Delisa Adelia
NIM 17644042

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMA INDUSTRI
SAMARINDA
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Delisa Adelia

NIM : 17644042

Jurusan : Teknik Kimia

Program Studi : Teknologi Kimia Industri

Jenjang : S-1 Terapan


Judul Tugas : Pengaruh waktu kontak dengan adsorben karbon

Akhir
aktif dari sekam padi sebagai pengabsorbsi logam

besi dan mangan

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan penelitian ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam

Laporan maka saya siap menerima sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Samarinda, Januari 2021

Delisa Adelia
NIM. 17 644 042
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH WAKTU KONTAK DENGAN ADSORBEN


KARBON AKTIF DARI SEKAM PADI SEBAGAI
PENGABSORBSI LOGAM BESI DAN MANGAN

NAMA : DELISA ADELIA


NIM : 17644042
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JENJANG STUDI : S1 TERAPAN

Laporan Penelitian ini telah disahkan


Pada tanggal, 2021

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs.Harjanto, M.Sc Ir. Yuli Patmawati, S.T.,M.Eng


NIP.19610629 199003 1 001 NIP.19770716 200312 2 004

Mengesahkan :
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ramli Yusuf, S.T., M.Eng


NIP.19720403 200012 1 001
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PENGARUH WAKTU KONTAK DENGAN ADSORBEN


KARBON AKTIF DARI SEKAM PADI SEBAGAI
PENGABSORBSI LOGAM BESI DAN MANGAN

NAMA : DELISA ADELIA

NIM : 17644042

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JENJANG STUDI : S1 TERAPAN

Laporan Penelitian ini telah diuji dan disetujui


pada tanggal, Januari 2021

Dewan Penguji :
Moderator,
Nama : Drs. Harjanti, M.Sc
NIP : 19690629 199003 1 001

Penguji I,
Nama : Drs. Wahyudi, M.P
NIP : 19660222 199203 1 002

Penguji II,
Nama : Noorma Kurnyawaty, S.Si.,M.Si
NIP : 19950618 201903 2 016

Mengetahui :

Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi


Teknologi Kimia Industri

Muh. Irwan, S.T.,M.T Irmawati Syahrir, S.T., M.T


NIP. 19740310 200212 1 010 NIP. 19690326 200003 2 001
ABSTRAK

Data BPS tahun 2020 , produksi padi di provinsi Kalimantan Timur mencapai

152,11 ribu ton per tahun. Di kota samarinda mencapai 4123 ton per tahun, sekam

padi yang dihasilkan sebagai hasil samoing dari penggilinganpadi mencapai 10-

15%. Logam berat besi dan mangan dalam dunia industri menjadi salah satu

sumber pencemaran lingkungan. Metode adsorpsi menggunakan karbon akti dari

sekam padi merupakan salah satu upaya untuk menurunnkan konsentrasi logam

besi dan mangan pada limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

kapasitas adsorpsi karbon aktif yang berasal dari sekam padi pada proses adsorpsi

logam besi dan mangan. Penelitian ini meliputi 3 tahapan yaitu tahap preparasi

adsorben, proses adsorpsi dan tahap analisa konsentrasi akhir proses adsorpsi

menggunakan Spektrometri AAS. Proses adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu

kontak selama 2 jam dengan selang waktu 30 menit. Hasil penelitian

menunjukkan kondisi optimum proses adsorpsi diperoleh pada masing masing

logam adalah pada kondisi konsentrasi larutan Fe 20 ppm yaitu selama 90 menit

dan massa adsorben sebesar 1 gr. Efektivitas penyerapan logam Fe oleh adsorben

sebesar 99,86% dan dengan kapasitas penyerapan sebesar 1,9971 mg/g.

Sedangkan Waktu kontak optimum penyerapan dengan kondisi konsentrasi

larutan Mn 20 ppm yaitu selama 90 menit dan massa adsorben sebesar 1,5 gr.

Efektivitas penyerapan logam Fe oleh adsorben sebesar 98,74% dan dengan

kapasitas penyerapan sebesar 1,3162 mg/g

Kata Kunci : Adsorpsi, Industri Kimia, Karbon Aktif, Fe, Mn


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Pengaruh Waktu Kontak Dengan Adsorben Karbon Aktif Dari Sekam Padi

Sebagai Pengabsorbsi Logam Besi Dan Mangan” ini dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Kurikulum Semester VII program studi S1 Terapan Teknologi Kimia Industri

pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda. Laporan ini disusun

berdasarkan data yang penulis peroleh selama melakukan penelitian mulai dari

proses pengumpulan bahan baku sampai proses analisa. Dalam penulisan laporan

ini penulis mengalami beberapa kendala, namun berkat bantuan dari berbagai

pihak penulis dapat menyelesaikannya. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan

terima kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Ramli Yusuf, S.T., M.Eng., selaku Direktur Politeknik Negeri

Samarinda.

2. Bapak Muh. Irwan, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.

3. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi S1 Terapan Teknologi

Kimia Industri.

4. Bapak Drs. Harjanto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.


5. Ibu Ir. Yuli Patmawati, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi dan Analis serta Administrasi Jurusan

Teknik Kimia.

7. Orang tua dan keluarga peneliti yang tak pernah berhenti memberikan

semangat, dukungan dan doa agar penulis dapat dimudahkan dalam

menyelesaikan laporan ini.

8. Teman- teman Teknik Kimia Angkatan 2017 yang senantiasa saling

membantu dan memberikan semangat proses penyusunan laporan penelitian

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Penelitian ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sehingga dalam penulisan laporan penelitian ini dapat menjadi lebih

baik. Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

menggunakannya.

Samarinda, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL ITAS..............................................iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...................................................iv

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI............................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah...................................................................................2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1. Sekam Padi................................................................................................5

2.2. Adsorpsi.....................................................................................................8

2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi..............................8

2.2.2. Jenis Adsorpsi..................................................................................10


2.3. Karbon Aktif............................................................................................11

2.3.1. Sifat-Sifat Karbon Aktif...................................................................14

3.3.2. Kualitas Karbon Aktif......................................................................14

2.4. Logam Fe.................................................................................................16

2.5. Sumber Pencemaran................................................................................17

2.6. Logam Mn...............................................................................................19

2.7. Efek Toksik dari Mangan........................................................................20

2.8. Spektroskopi Serapan Atom....................................................................21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................20

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................20

3.2. Rancangan Penelitian..............................................................................20

3.2.1. Variabel Berubah.............................................................................20

3.2.2. Variabel Tetap..................................................................................20

3.2.3. Variabel Respon...............................................................................20

3.3. Alat dan Bahan........................................................................................21

3.3.1. Alat yang digunakan........................................................................21

3.3.2. Bahan yang digunakan.....................................................................21

3.4. Diagram Alir............................................................................................22

3.4.1. Preparasi Bahan Adsorben...............................................................22

3.4.2. Pembuatan Arang Aktif...................................................................23


3.4.3. Perlakuan Adsorbsi dengan larutan FeCl3 dan MnCl2......................24

3.4.3.1. Persiapan Larutan.........................................................................24

3.4.3.2. Perlakuan Adsorbsi.......................................................................24

3.5. Prosedur Penelitian..................................................................................24

3.5.2. Preparasi Bahan Adsorben Sekam Padi Tanpa Unsur Silika...........25

3.5.2. Pembuatan Karbon Aktif dari Sekam Padi......................................26

3.5.3. Pembuatan Larutan Fe3+ dan Mn2+...................................................27

3.5.4 Metode Aplikasi Adsorpsi...............................................................27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................29

4.1. Hasil Analisa...........................................................................................29

4.1.1. Logam Fe.........................................................................................29

4.1.2. Logam Mn........................................................................................30

4.2. Pembahasan.............................................................................................30

BAB V PENUTUP................................................................................................35

5.1. Kesimpulan..............................................................................................35

5.2. Saran........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sekam Padi..........................................................................................5

Gambar 3. 1 Diagram Alir Preparasi Bahan Sekam Padi......................................22

Gambar 3. 2 Diagram Alir Pembuatan Arang Aktif..............................................23

Gambar 3. 3 Diagram Alir Persiapan Larutan.......................................................24

Gambar 3. 4 Diagram Alir Perlakuan Adsorbsi.....................................................24


DAFTAR TABEL

YTabel 2. 1 Komposisi Kimia Sekam Padi

Tabel 2. 2 Jenis dan Komposisi Senawa pada Karbon Aktif.................................12

Tabel 2. 3 Sifat Kimia Besi....................................................................................16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan hidup merupakan masalah yang harus dihadapi

semua negara di dunia baik negara maju maupun berkembang. Sejumlah faktor

seperti pertumbuhan populasi dunia dan teknologi mendorong pemanfaatan

seluruh sumber daya alam sampai ke titik maksimum. Kemajuan di bidang

industri dimasa sekarang ini mengakibatkan banyaknya aktivitas manusia yang

menyebabkan dampak pencemaran lingkungan di sekitarnya meningkat. Lebih

jauh lagi, persoalan lingkungan tersebut dapat mengancam kehidupan makhluk

hidup terutama manusia. Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi salah

satu masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam

bidang industri yang semakin meningkat[ CITATION Rah12 \l 1057 ].

Logam berat umumnya didefinisikan sebagai logam dengan densitas,

berat atom atau nomor atom tinggi, lebih besar daripad unsur lain didalam tabel

periodik dan memiliki kepadatan lebih dari 5 g/cm 3. Besi dan Mangan merupakan

salah satu contoh logam berat esensial yang mana keberadaannya dalam jumlah

tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup dan akan menimbulkan efek

racun bagi tubuh dalam jumlah yang berlebihan[ CITATION Fat19 \l 1057 ].

Adsorpsi merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran oleh

logam besi dan mangan. Metode adsorpsi umumnya berdasarkan interaksi ion
2

logam dengan gugus fungsional yang ada pada permukaan adsorben melalui

interaksi gaya van der waal, ikatan hidrogen, pertukaran ion atau pembentukan

kompleks dan biasanya terjadi pada permukaan padatan yang kaya gugus

fungsional [CITATION Has \l 1057 ]. Teknik penggunaan adsorben memiliki

beberapa keuntungan, yaitu lebih ekonomis dan juga tidak menimbulkan efek

samping yang beracun serta mampu meng-hilangkan bahan bahan organik

[ CITATION Wid12 \l 1057 ]

Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir

gabah. Pada penggilingan gabah, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi

bahan sisa atau limbah penggilingan padi. Sekam padi mengandung komponen-

komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Terdapatnya selulosa

dan hemiselulosa menjadikan sekam padi berpotensi untuk digunakan sebagai

bahan penyerap. Pemanfaatan serbuk sekam padi sebagai bahan material penyerap

merupakan salah satu teknologi yang muruh karena bahan bakunya mudah

didapat.

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian absorbsi logam besi sebelumnya telah dilakukan oleh

[ CITATION Nur16 \l 1057 ] mengenai pengaruh waktu aliran regenerasi dan ukuran

media bioadsorben sekam padi dalam penurunan konsentrasi besi total air sumur

artifisial. Pada penelitian tesebut diperoleh hasil optimum ukuran dari karbon aktif

yaitu 20 mesh dari 2 variasi (10 mesh dan 20 mesh) dengan waktu aliran

regenerasi 3 menit dengan konsentrasi jenuh setelah regenerasi adalah 1,567


3

mg/L. [ CITATION Sya20 \l 1057 ] juga telah melakukan penelitian mengenai

pengaruh variasi berat arang sekam padi sebagai media adsorben dalam

menurunkan kadar besi (Fe) pada air di banyumas. Secara statistik, data

penyerapan karbon aktif dari sekam padi yang didapatkan tidak berpengaruh

signifikan terhadap penurunan kadar besi pada air. Kadar besi (Fe) pada air

sebelum perlakuan dengan menggunakan arang sekam padi sebagai media

adsorben adalah 2,88 mg/l. Rata-rata kadar besi (Fe) pada air setelah perlakuan

dengan menggunakan arang sekam padi sebagai media adsorben dengan variasi

berat 1 kg adalah 7,47 mg/l, variasi berat 2 kg adalah 4,48 mg/l, variasi berat 3 kg

adalah 4,48 mg/l. Penelitian adsorpsi logam mangan (Mn) sebelumnya telah

dilakukan oleh [ CITATION Har17 \l 1057 ] mengenai penyerapan ion logam mangan

(Mn) menggunakan adsorben dari sekam padi hasil aktivasi dengan asam sitrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben yang dihasilkan dari sekam padi

setelah diaktivasi dengan asam sitrat 0,4 M dalam waktu adsorpsi selama 60 menit

merupakan kondisi terbaik dalam penyerapan ion Mn pada permukaan air dengan

efisiensi penyerapan sebesar 54,15% dan kapasitas penyerapannya mencapai

0,084 mg-Mn/mg-adsorben.

Proses penyerapan logam besi (Fe) dan mangan (Mn) dapat

disempurnakan dengan bahan adsorben arang dari sekam padi yang diaktivasi

dengan asam fosfat. Penelitian tentang pemanfaatan limbah padat proses sintesis

pembuatan furfural dari sekam padi sebagai arang aktif sebelumnya pernah

dilakukan[ CITATION Saf13 \l 1057 ]. Pembuatan arang aktif dilakukan dengan

karbonasi pada suhu 300°C dan aktivasi menggunakan H2SO4, HCl dan H3PO4.
4

Penyerapan kedua logam tersebut yaitu besi (Fe) dan mangan (Mn) dapat

disempurnakan dengan cara menambahkan variabel yang berbeda yang belum

pernah dilakukan penelitian sebelumnya.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu

kontak adsorben arang aktif dari sekam padi sebagai pengabsorpsi logam besi dan

mangan.

Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan limbah

sekam padi sebagai arang aktif sehingga tidak terbuang begitu saja dan menaikkan

nilai ekonomi sekam padi sebagai bahan baku pembuatan arang aktif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sekam Padi

Gambar 2. 1 Sekam Padi

Sekam padi atau kulit gabah merupakan bagian terluar dari butiran padi,

sekam padi memiliki kandungan silika terbanyak dibandingkan hasil samping dari

pengolahan padi lainnya. Hasil samping dari pengolahan lainnya antara lain

jerami (4,0 – 7,0)%, bekatul (0,6 – 1,1)%, dedak (0,2 – 0,3)% dan sekam (18,0 –

22,3)% [ CITATION Ola15 \l 1057 ].

Sekam padi digolongkan sebagai biomassa yang dapat digunakan sebagai

pakan ternak, bahan baku industry, dan energy atau bahan bakar ataupun

digunakan sebagai adsorpsi pada logam-logam berat [ CITATION Ola15 \l 1057 ].

Sekam padi mengandung 40% sellulosa, 30% lignin dan 20% abu. Abu

sekam padi terdiri dari opaline silika yang diperoleh dalam jaringan sellulosa dan

sedikit karbon. Sifat dari sekam padi pada umumnya yaitu higroskopis, berat jenis
rendah dan warna netral [ CITATION Con08 \l 1057 ] . Sekam padi memiliki

kandungan kimia didalamnya yang bisa dimanfaatkan. Ditinjau dari komposisi

kimiawinya, sekam padi mengandung beberapa unsur penting di dalamnya

[ CITATION Han16 \l 1057 ] . Komposisi kimia sekam padi dapat dilihat pada Tabel 5

berikut:

Tabel 2. 1 Komposisi Kimia Sekam Padi

Komposisi Kimia Sekam


% Berat
Padi (% berat) Komponen
Kadar air 32,40 – 11,35
Protein kasar 1,70 – 7,26
Lemak 0,38 – 2,98
Ekstrak nitrogen bebas 24,70 – 38,79
Serat 31,37 – 49,92
Abu 13,16 – 29,04
Pentosa 16,94 – 21,95
Sellulosa 34,34 – 43,80
Lignin 21,40 – 46,97

Sekam padi secara umum digunakan untuk media bercocok tanam,

sebagai briket arang sekam, alas pakan ternak, atau dimusnahkan dengan cara

pembakaran secara sembarangan dan tidak dikendalikan sehingga menimbulkan

polusi terhadap lingkungan di sekitarnya. Ada beberapa kendala yang

menyebabkan sekam padi tidak digunakan secara komersil, diantaranya:

1. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan


potensial yang dimiliki oleh sekam padi

2. Hambatan dari teknologi menyebabkan sekam padi tidak dapat

diproses menjadi barang bernilai jual yang lebih tinggi

3. Masalah sosial dan ekonomi [ CITATION Han16 \l 1057 ].

Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan

untuk berbagai kebutuhan, diantaranya:

a. Sumber Silika

Sekitar 20% silika dalam sekam padi merupakan sumber silika yang

cukup tinggi, selain itu silika yang terdapat dalam sekam padi memiliki sedikit

jumlah elemen lain (pengotor) yang tidak diinginkan dibandingkan jumlah

silikanya yang banyak. Silika diperoleh dari pembakaran sekam untuk

menghasilkan abu atau secara ekstraksi sebagai natrium silikat dengan larutan

alkali.

b. Pemurnian Air

Pemanfaatan sekam antara lain sebagai sumber energi, abu gosok yaitu

untuk keperluan rumah tangga, bahan pencampur untuk pembuatan semen

portland dalam bidang industri, dan dapat digunakan untuk menjernihkan air.

Pemanfaatan sekam padi untuk menjernihkan air yaitu melalui proses filtrasi

atau penyaringan partikel, koagulasi, dan adsorpsi.

c. Bahan Bakar
Pembakaran merupakan satu metode yang umum dan sering digunakan

dalam proses akhir pengolahan sekam padi. Sekam padi yang dibakar secara

langsung untuk meneruskan aliran uapnya atau digunakan di dalam generator

untuk menghasilkan tenaga penguat dengan minyak yang memiliki nilai bahan

bakar [ CITATION Han16 \l 1057 ].

2.2. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu substansi pada

permukaan zat padat. Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antara

substansi terserap dan penyerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi

dalam solid disebut adsorbat sedangkan solid tersebut adalah adsorben. Proses

adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada

permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung

menarik molekul- molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan,

baik fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi

molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat

terlarut dalam larutan. Proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaan, tidak

masuk dalam fasa bulk/ruah.

2.2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi


Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya

adsorpsi suatu adsorben (Treybal, 1980).

1. Jenis Adsorbat

a. Ukuran molekul adsorbat


Ukuran molekul merupakan hal yang sangat penting

diperhatikan supaya proses adsorpsi dapat terjadi dan berjalan

dengan baik. Ukuran molekul adsorbat nantinya mempengaruhi

ukuran pori dari adsorben yang digunakan. Molekul- molekul

adsorbat yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang

diameternya lebih kecil dari diameter pori adsorben.

b. Kepolaran Zar

Sifat kepolaran dari adsorbat dan adsorben juga

mempengaruhi proses adsorpsi. Misalnya karbon aktif, adsorpsi

lebih kuat terjadi pada molekul polar dibandingkan dengan

molekul non-polar pada kondisi diameter yang sama

2. Karakteristik Adsorben

a. Kemurnian Adsorben

Sebagai zat yang digunakan untuk mengadsorpsi, maka

adsorben yang lebih murni lebih diinginkan karena memiliki

kemampuan adsorpsi yang lebih baik.

b. Luas permukaan dan volume pori adsorben

Jumlah molekul adsorbat yang teradsorpsi meningkat

dengan bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben.

Dalam proses adsorpsi, adsorben sering kali ditingkatkan luas


permukaannya karena luas permukaan adsorben merupakan salah

satu faktor utama yang memperngaruhi proses adsorpsi.

3. Temperatur

Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses adsorpsi yang

merupakan proses eksotermis, dengan peningkatan temperatur pada

tekanan tetap akan mengurangi jumlah senyawa yang teradsorpsi.

4. Tekanan adsorbat

Untuk setiap jenis adsorpsi berdasarkan interaksi molekular yang

terjadi, tekanan adsorbat akan mempengaruhi jumlah molekul adsorbat.

Pada adsorpsi fisika, bila tekanan adsorbat meningkat, jumlah molekul

adsorbat akan bertambah. Namun pada adsorpsi kimia, jumlah molekul

adsorbat akan berkurang bila tekanan adsorbat meningkat

2.2.1.2. Jenis Adsorpsi

Berdasarkan daya tarik molekul adsorben dengan adsorbat,

adsorpsi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Adsorpsi fisika

Adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van Der Wall yang ada pada

permukaan adsorben, panas adsorpsinya rendah dan lapisan yang terjadi

pada permukaan adsorben biasanya lebih kecil dari satu molekul.

2. Adsorpsi kimia
Adsorpsi yang terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap

dengan adsorben panas adsorpsinya tinggi lapisan molekul pada adsorben

hanya satu lapis, terbentuk ikatan kimia. Peristiwa adsorpsi disebabkan

oleh daya tarik molekul di permukaan adsorben. Adsorpsi menurunkan

ketidakseimbangan daya tarik yang terjadi di permukaan.

Beberapa gaya yang dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi

diantaranya adalah :

(1) interaksi non polar Van der Wall,

(2) pembentukan ikatan hidrogen,

(3) pertukaran ion dan

(4) pembentukan ikatan kovalen.

Adsorpsi fisika sering sekali menunjukkan adsorpsi dari adanya

gaya Van der Wall, terjadi karena adanya gaya adhesi antara zat terlarut

dengan adsorben. Gaya-gaya paling kuat yang ada dalam adsorpsi

molekul-molekul kecil dari larutan cair yaitu pertukaran ion dan ikatan

hidrogen. Adsorpsi zat terlarut oleh adsorben padat cenderung

membentuk ikatan hidrogen jika salah satu mempunyai kelompok ikatan

hidrogen sebagai donor dan yang lainnya sebagai akseptor.

2.3. Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan sejenis adsorben (penyerap)

berwarna hitam, berbentuk granular, butir ataupun bubuk yang mempunyai


luas permukaan yang sangat besar yaitu 200 sampai 2000 m 2/g. Karbon aktif

merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan pada prose

adsorpsi. Hal ini disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorpsi

dan luas permukaan yang lebih baik dibandingkan adsorben lainnya. Luas

permukaan yang besar ini disebabkan karena mempunyai struktur pori-pori.

Pori-pori inilah yang menyebabkan karbon aktif mempunyai kemampuan

untuk menyerap (Sudibandriyo, 2003).

Berdasarkan hasil analisis Energy Dispersive X-ray (EDX) jenis dan

komposisi senyawa pada karbon aktif (Tabel 1) diantaranya terdiri dari senyawa

C, Na2O, MgO, Al2O3, SiO2, Cl, CaO, TiO2, FeO, CuO, dan K2O.

Tabel 2. 2 Jenis dan Komposisi Senawa pada Karbon Aktif

Senyawa Komposisi (%)


C 77,37
Na2O 1,35
MgO 0,70
Al2O3 2,95
SiO2 5,39
Senyawa Komposisi (%)
Cl 0,30
CaO 1,68
TiO2 0,15
FeO 2,81
CuO 5,48
K2O 1,83
Sumber : Haryono, dkk, 2012

Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun

mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi karbon aktif yaitu dibuat

melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktivasi). Dari semua bahan yang

mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/diaktifkan


dengan udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan

menghalangi/mengganggu penyerapan zat organik. Bahan tersebut antar lain

tulang, kayu lunak maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa,

ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara.

Karbon aktif memiliki luas permukaan serta ukuran pori yang berbeda untuk

setiap jenisnya. Ukuran pori karbon aktif biasa dinyatakan dalam ukuran mesh.

Luas permukaan dan ukuran pori ini sangat menentukan proses adsorpsi yang

mungkin terjadi. Semakin besar luas permukaan suatu karbon aktif, maka

semakin besar juga daya adsorpsinya terhadap molekul. Ukuran pori pada

karbon aktif menentukan dapat masuk atau tidaknya suatu molekul terhadap pori

tersebut. Jika ukuran pori karbon aktif yang tersedia lebih kecil dibandingkan

ukuran molekul yang akan diadsorpsi, maka proses adsorpsi tidak dapat terjadi

karena molekul tidak dapat masuk ke dalam pori karbon aktif.

Persyaratan mutu karbon aktif menurut SNI No. 06-3730-1995 terlihat

pada Tabel 2 bahwa untuk mengetahui mutu dari karbon aktif dapat dilihat dari

beberapa jenis uji yaitu kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon

tertambat dan daya serap terhadap I2.

Selama proses aktivasi, terjadi proses pemisahan antara komponen berkarbon

dengan komponen non-organik sehingga membentuk suatu ruang yang disebut

dengan pori

.3.1. Sifat-Sifat Karbon Aktif

Karbon aktif memiliki sifat-sifat yaitu diantaranya luas permukaan dan

porositas (porosity).
1. Ukuran partikel

Ukuran partikel karbon aktif mempengaruhi proses kecepatan adsorpsi, tetapi

tidak mempengaruhi kapasitas adsorpsi yang berhubungan dnegan luas

permukaan karbon.

2. Luas Pemukaan

Semakin luas permukaan karbon aktif maka semakin meningkatkan daya serap

karbon aktif tersebut

3. Porositas (Porosity)

Selama proses aktivasi, terjadi proses pemisahan antara komponen berkarbon

dengan komponen non-organik sehingga membentuk suatu ruang yang disebut

dnegan pori.

3.1.1.3.2. Kualitas Karbon Aktif


Kualitas karbon aktif dipengarui oleh jenis bahan baku. Bahan baku yang

keras mempunyai berat jenis tinggi sehingga akan menghasilkan daya serap yang

juga tinggi dibandingkan dengan bahan baku yang ringan dan mempunyai berat

jenis rendah.
1. Kadar Air Terikat (Inherent Mointure)

Kandungan air merupakan air yang terkandung dalam karbon aktif

setelah bahan baku berkarbon melalui tahap karbonisasi dan aktivasi kimia,

baik terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh luar seperti iklim,

ukuran butiran maupun proses penyaringan. Penetapan ini bertujuan untuk

mengetahui sifat higroskopis arang aktif.

2. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)

Zat terbang merupakan nilai yang menunjukkan persentase jumlah zat-

zat terbang yang terkandung di dalam karbon aktif seperti H2, CO, CH4, dan

uap-uap yang mengembun seperti tar, gas CO2 dan H2O.

3. Kadar Abu (Ash Content)

Abu di dalam karbon aktif merupakan kadar mineral matter yang

terkandung di dalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan

tidak terpisah pada proses aktivasi.

4. Kadar Karbon Tertambat (Fixed Carbon)

Penentuan karbon tertambat terikat bertujuan untuk mengetahui

kandungan karbon setelah proses karbonisasi dan aktivasi. Besar kecilnya

kardar karbon tertambat pada arang aktif dipengaruhi oleh variasi kadar air,

abu, dan zat terbang.


5. Daya Serap (Adsorpsi)

Karbon aktif merupakan adsorben yang paling banyak digunakan untuk

menyerap zat-zat dalam larutan. Daya Serap merupakan sifat karbon aktif

yang paling penting. Daya serap karbon aktif dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu pH, temperatur dan waktu singgung.

2.4. Logam Fe

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak

digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi

mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis

yang tinggi. Besi telah ditemukan sejak zaman dahulu dan tidak diketahui siapa

penemu sebenarnya dari unsur ini. Besi dan unsur keempat banyak dibumi dan

merupakan logam yang terpenting dalam industri.

Besi murni bersifat agak lunak dan kenyal. Oleh karena itu, dalam industri,

besi selalu dipadukan dengan baja. Baja adalah berbagai macam paduan logam

yang dibuat dari besi tuang kedalamnya ditambahkan unsur-unsur lain seperti Mn,

Ni, V, atau W tergantung keperluannya. Besi tempa adalah besi yang hampir

murni dengan kandungan sekitar 0.2% karbon.

Tabel 2. 3 Sifat Kimia Besi

1. Lambang Fe
2. No. Atom 26
3. Golongan, Periode 8,4
4. Penampilan Metalik Mengkilap Keabu-abuan
5. Massa Atom 55,854 g/mol
6. Konfigurasi Elektron [ Ar ] 3d64s2
7. Fase Padat
8. Massa Jenis (Suhu Kamar) 7,86 g/cm3
9. Titik Lebur 1811 ºK (1538 ºC, 2800 ºF)
10. Titik Didih 3134 ºK (2861 ºC, 5182 ºF)
11. Kapasitas Kalor (25 ºC) 25,10 J/ (mol.K)

2.5. Sumber Pencemaran

Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki-tangki besi adalah

akibat dari beberapa kondisi, di antaranya adalah :

Akibat pengaruh pH yang rendah (bersifat asam), dapat melarutkan logam besi.

1. Pengaruh akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan larutnya logam besi.

2. Pengaruh tingginya temperature air akan melarutkan besi-besi dalam air.

3. Kuatnya daya hantar listrik akan melarutkan besi.

4. Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi.

Apabila konsentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas tersebut akan

menyebabkan berbagai masalah, diantaranya :

1. Gangguan teknis

Endapan Fe (OH) bersifat korosif terhadap pipa dan akan mengendap

pada saluran pipa, sehingga mengakibatkan pembuntuan dan efek-efek yang

dapat merugikan seperti mengotori bak yang terbuat dari seng. Mengotori

wastafel dan kloset.

2. Gangguan Fisik

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air

adalah timbulnya warna, bau dan rasa. Air akan terasa tidak enak bila

konsentrasi besi terlarutnya >1,0 mg/l.


3. Gangguan kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil didalam tubuh manusia berfungsi

sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35

mg/hari yang sebagian diperoleh dari air, tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang

diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini

dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka

yang sering mendapat transfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena

akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa

mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding

usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe

yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit.

Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air

berbau seperti telur busuk.

Pada hemokromatesis primer besi yang diserap dan disimpan dalam

jumlah yang berlebihan di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh

akan besi sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks

dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosi hati dan

kerusakan pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Hemokromatis sekunder

terjadi karena transfusi yang berulang-ulang. Dalam keadaan ini besi masuk

kedalam tubuh sebagai hemoglobin dari darah yang ditransfusikan dan

kelebihan besi ini tidak disekresikan.


2.6. Logam Mn
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keperakan yang

merupakan unsru pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94 g.mol -
1
, nomor atom 25, berat jenis 7.43g.cm -3, dan mempunyai valensi 2, 4, dan 7

(selain 1, 3, 5, dan 6). Mangan digunakan dalam campuran baja, industri pigmen,

las, pupuk pestisida, keramik, eletronik dan alloy (campuran beberapa logam dan

bukan logam, terutama karbon), industri baterai, cat, dan zat tambahan makanan.

Di alam mangan (Mn) jarang seklai berada dalam keadaan unsur. Umumnya

dalam keadaan senyawan dengan berbagai macam valensi. Di dalam hubungannya

dengan kualitas air, senyawa mangan dan besi berubah-ubah tergantung derajat

keasaman (pH) air. Perubahan senyawa besi dan mangan di alam berdasarkan

kondisi pH. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan

yang memiliki valensi yang lebih tinggi tidak larut dalam air sehingga dapat

dengan mudah dipisahkan secara fisik. (Eaton Et.al.2005; Janelle, 2004 dan Said,

2003).

Konsentasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari

0,1 mg/L. Jika konsentrasi melebihi 1 mg/l maka dengan cara pengolahan biasa

sanagt sulit untuk menurunkan konsentrasi sampai derajat yang diijinkan sebagai

air minum. Oleh karena itu perlu cara pengolahan yang khusus. Pada tahun 1961

WHO menetapkan konsentrasi mangan dalam air minum di Eropa maksimum

sebesar 0,1 mg/l, tetapi selanjutnya diperbaharui menjadi 0,05 mg/l. Di Amerika

Serikat sejak awal menetapkan konsentrasi mangan di dalam air minum

maksimum 0,05 mg/l. Jepang menetapkan konsentrasi Fe dan Mn di dalam air


minum maksimum 0,3 mg/l. Indonesia bedasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 907 tahun 2002 menetapkan kadar zat besi di dalam air minum maksimum

0,3 dan mangan maksimum 0,1 mg/l.

2.7. Efek Toksik dari Mangan

Senyawa mangan ada secara alami di lingkungan sebagai padatan dalam

tanah dan partikel kecil di dalam air. Partikel mangan di udara yang hadir dalam

partikel debu. Ini biasanya menetap ke bumi dalam beberapa hari. Manusia

meningkatkan konsentrasi mangan di udara oleh kegiatan industri dan melalui

pembakaran bahan bakar fosil. Mangan yang berapsal dari sumber daya manusia

juga dapat memasukkan air permukaan, air tanah dan air limbah. Melalui

penerapan pestisida mangan, mangan akan masuk tanah.

Untuk hewan mangan adalah komponen penting dari lebih dari tiga puluh

enam enzim yang digunakan untuk karbohidrat, protein dan metabolisme lemak.

Dengan hewan yang memakan gangguan mangan terlalu sedikit pertumbuhan

normal, pembentukan tulang dan reproduksi akan terjadi. Untuk beberapa hewan

dosis yang mematikan sangat rendah, yang berarti mereka memiliki sedikit

kesempatan untuk bertahan hidup dosis yang lebih kecil dari mangan saat ini

melebihi dosis yang penting. Zat mangan dapat menyebabkan gangguan paru-

paru, hati dan pembuluh darah, penurunan tekanan darah, kegagalan dalam

pengembangan janin hewan dan kerusakan otak. Ketika serapan mangan terjadi

melalui kulit dapat menyebabkan tremor dan kegagalan koordinasi. Akhirnya, tes

laboratorium dengan hewan uji menunjukkan bahwa keracunan mangan parah

harus bahkan dapat menyebabkan perkembangan tumor dengan binatang.


Pada tumbuhan ion mangan diangkut ke daun setelah penyerapan dari

tanah. Ketika mangan terlalu sedikit dapat diserap dari tanah ini menyebabkan

gangguan pada mekanisme tanaman. Misalnya gangguan dari pembagian air

menjadi hidrogen dan oksigen, di mana mangan memainkan peranan penting.

Mangan dapat menyebabkan toksisitas dan gejala defisiensi pada tanaman. Ketika

pH tanah rendah kekurangan mangan yang lebih umum.

Konsentrasi sangat beracun mangan di tanah dapat menyebabkan

pembengkakan dinding sel, layu daun dan bintik-bintik coklat pada daun.

Kekurangan juga dapat menyebabkan efek ini. Antara konsentrasi racun dan

konsentrasi yang menyebabkan kekurangan area kecil dari konsentrasi untuk

pertumbuhan tanaman yang optimal dapat dideteksi.

2.8. Spektroskopi Serapan Atom

Spektrokopi Serapan Atom (SSA) merupakan bentuk spektoskopi

serapan yang umum digunakan untuk menganalisis konsentrasi berbagai macam

unsur logam dalam matiks kompleks. Spektroskopi ini didasarkan pada jumlah

radiasi elektromagnetik dilewatkan melalui sistem yang mengandung atom-atom

bebas tersebut. Analisis kuantitatif logam dengan metode SSA didasarkan pada

fakta yang mana bahwa atom – atom suatu unsur pada keadaan dasar (ground

state) dapat menyerap energi radiasi dengan panjang gelombang tertentu

tergantung pada sifat unsurnya, dimana jumlah energi yang diserap sebanding

dengan jumlah atom yang menyerap energi tersebut (Haswel, 1991). Konsentrasi

analit dikolerasikan terhadap jumlah energi radiasi yang diserap melalui

penggunaan kurva kalibrasi yang dibuat dari suatu seri larutan standart. Batas
deteksi metode SSA sangat bervariasi dan dapat mencapai puluhan ppb,

tergantung sifat analit dan matriks serta kesensitifan instrument SSA yang

digunakan (Mulia, 1995).

SSA juga merupakan teknik analisa yang banyak digunakan untuk

menentukan kadar unsur-unsur logam dalam sampel penelitian. Teknik ini sangat

tepat untuk menganalisis unsur-unsur pada logam dalam sampel penelitian pada

konsentrasi yang rendah dan tidak banyak memerlukan perlakuan pendahuluan.

Prinsip penentuan metode ini didasarkan pada penyerapan energi radiasi

oleh atom-atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang tertentu

yang menyebabkan tereksitasinya dalam berbagai tingkat energi.

Keuntungan penggunaan SSA adalah analisanya peka, teliti, cepat dan

pengerjaannya relatif sederhana, dengan tidak diperlakukannya proses-proses

pemisahan dan logam yang dianalisa terhadap logam lain yang ada dalam

larutan. Pemilihan panjang gelombang maksimum (λ maksimum) yang tepat,

pengaturan nyala yang optimum, serta penggunaannya sumber radiasi dari unsur

tertentu akan diperoleh hasil dengan selektivitas yang tinggi. Dengan

membandingkan absorban larutan sampel dengan absorban larutan standart pada

kurva kalibrasi dari larutan standart yang berada garis lurus (Suharta, 2005).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu terhitung dari September

hingga Desember 2020. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Riset Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda. Sampel

Sekam Padi sebagai bahan baku pembuatan arang aktif diperoleh dari limbah

penggilingan padi Jl Jendral Ahmad Yani Samarinda Seberang Kota Samarinda.

Tempat Analisa uji kadar arsen dan merkuri dilakukan di Laboratorium Analisa

Instrumen Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda.

3.2. Rancangan Penelitian

Berikut adalah variabel dalam penelitian ini:

3.2.1. Variabel Berubah

Variabel berubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu

kontak : 30 menit; 60 menit; 90 menit; dan 120 menit

3.2.2. Variabel Tetap

- Massa Adsorben Media Sekam Padi

- Konsentrasi Aktivator Asam Fosfat

- Kecepatan Pengadukan

- Konsentrasi pH

3.2.3. Variabel Respon

- Kadar Besi (FeCl3) dan Mangan (MnCl2)


3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat yang digunakan

 Timbangan Analitik  Indikator pH


 Botol Kaca Sampel  Hotplate
 Beaker Glass 10 ml, 500 ml  Magnetic Stirrer

dan 1000 ml
 Labu Ukur 100 ml dan 500 ml  Mixing
 Pipet Ukur 10 ml dan 25 ml  Kaca Arloji
 Pipet Volume 1 ml  Bulp
 Erlenmeyer 250 ml dan 500 ml  Stopwatch
 Cawan Crucible  Spatula
 Corong Kaca  Kertas Saring
 Furnace  Oven
 Screenign 100 120  Eksikator
 Atomic Absorption Spectrophotometer

3.3.2. Bahan yang digunakan

 Adsorben Sekam Padi  KI


 Natrium Hidroksida  Asam Fosfat
 Asam Klorida  FeCl3
 Iod  MnCl2
3.4. Diagram Alir

3.4.1. Preparasi Bahan Adsorben

Proses pembuatan adsorben dimulai dari menyiapkan bahan yang

akan digunakan, adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain

adalah:

Gambar 3. 1 Diagram Alir Preparasi Bahan Sekam Padi


3.4.2. Pembuatan Arang Aktif

Bahan yang telah disiapkan dapat langsung digunakan untuk

membuat adsorbent, jenis asam yang digunakan sebagai aktivator disini

digunakan asam fosfat 25%. Adapun langkah yang dilakukan:

Gambar 3. 2 Diagram Alir Pembuatan Arang Aktif


3.4.3. Perlakuan Adsorbsi dengan larutan FeCl3 dan MnCl2

3.4.3.1. Persiapan Larutan

Gambar 3. 3 Diagram Alir Persiapan Larutan


3.4.3.2. Perlakuan Adsorbsi

Gambar 3. 4 Diagram Alir Perlakuan Adsorbsi 3.1.5. P


rosed
ur Penelitian

Pada tahap ini terdapat beberapa langkah sebelum melakukan proses

adsorpsi. Proses persiapan adalah proses pembatan karbon atau arang dari

sekam padi. Proses aktifasi secara kimia dan pengujian adsorben.


3.1.1.5.2. Preparasi Bahan Adsorben Sekam Padi Tanpa Unsur
Silika

1. Sekam padi dicuci dengan air panas, kemudian direndam dengan

air suling selama semalam dan dicuci kembali menggunakan air

panas keesokan paginya

2. Mengeringkan sekam padi dibawah sinar matahari langsung selama

1 hari.

3. Mengecilkan ukuran sekam padi yang telah dikeringkan

4. 100 gr sekam padi direndam menggunakan 500 ml HCl 1N dalam

gelas kimia 1000 ml selama 1 jam sambil diaduk dengan mixing

dan dipanaskan dengan hotplate pada suhu 75 oC

5. Menyaring larutan dan residu padatannya dicuci untuk

menghilangkan ion-ion logam yang masih menempel pada sekam

padi hingga pH air sesudah cucian sama dengan pH air sebelum

cucian.

6. Mengeringkan sekam padi dengan menggunakan oven pada suhu

90oC sampai berat konstan

7. 60 gram sekam padi dilarutkan dengan 500 gram NaOH 25%

dalam gelas kimia 1000 ml sambil diaduk dengan mixing dan

dipanaskan dengan hotplate pada suhu 90 oC selama semalam.

8. Disaring dengan kertas saring hingga diperoleh filtrat berupa silika

dan residu sekam padi. Sekam padi dicuci dengan menggunakan air

suling hingga didapatkan pH air sesudah cucian sama dengan pH

air sebelum cucian.


9. Dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 oC sampai

berat konstan untuk menghilangkan konsentrasi airnya

3.1.2.5.2. Pembuatan Karbon Aktif dari Sekam Padi

1. 50 gram sekam padi hasil ekstraksi silika dikarbonisasi

menggunakan furnace 300 oC selama 2 jam.

2. Karbon hasil furnace dimasukkan desikator kemudian dihaluskan

menggunakan lumpang porselin.

3. Karbon yang telah dihaluskan kemudian diayak dengan ukuran 100

120 mesh

4. Karbon yang telah diayak kemudian diaktivasi dengan


menggunakan H3PO4 25% dengan perbandingan 1:5 selama 24 jam.
5. Karbon yang telah diaktivasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring

6. Karbon dicuci dengan air suling hingga didapatkan pH air sesudah

cucian sama dengan pH air sebelum cucian kemudian dikeringkan

dalam oven pada suhu 100 oC selama 3 jam .

7. Karbon diaktivasi secara fisika menggunakan furnace pada suhu

900 oC selama 1,5 jam.

8. Karbon yang telah diaktivasi secara fisika dimasukkan dalam

desikator
3.1.1.5.3. Pembuatan Larutan Fe3+ dan Mn2+

4. Menimbang FeCl3 sebanyak 0,1453 gr diatas gelas arloji dengan

menggunakan neraca analitik

5. Melarutkan FeCl3 didalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas

6. Kemudian larutan diencerkan lagi hingga didapatkan konsentrasi

yang diinginkan yaitu 20 ppm

7. Menimbang MnCl2 sebanyak 0,1081 gr diatas gelas arloji dengan

menggunakan neraca analitik

8. Mengencerkan MnCl2 didalam labu ukur 100 ml sampai tanda

batas

9. Kemudian larutan diencerkan lagi hingga didapatkan konsentrasi

yang diinginkan yaitu 20 ppm

1. Metode Aplikasi Adsorpsi

1. Menyiapkan 12 botol sampel yang telah dicuci dan melalui proses

sterilisasi hingga kering.

2. Menimbang 0,5 gram karbon aktif diatas gelas arloji dengan

menggunakan neraca analitik (diulangi untuk 4 sampel)

3. Mencampurkan karbon aktif dengan 100 ml larutan Fe3+ 20 ppm

pada botol sampel.

4. Mengulangi langkah nomer 2 sampai dengan 3 untuk variasi

massa karbon aktif 1 gram dan 1,5 gram


5. Tiap selang waktu tertentu (30, 60, 90, 120 menit) larutan sampel

diambil dan disaring sebelum dimasukkan kedalam botol sampel

untuk dianalisa

6. Melakukan kembali langkah nomer 1-5 untuk aplikasi adsorpsi

logam Mn
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisa

Proses aktivasi sekam padi dengan penambahan aktivator H3PO4 25%

variasi waktu aktivasi (30 menit; 60 menit; 90 menit dan 120 menit). Pengujian

kemampuan adsorben dalam menjerap Fe dan Mn menggunakan larutan FeCl3 dan

MnCl2 dengan proses adsorpsi. Penurunan konsentrasi Fe dalam larutan dianalisa

menggunakan AAS, maka diketahui penurunan konsentrsai logam Fe dan Mn

yang tercantum pada tabel 4.1 dan besar kapasitas penyerapan adsorben yang

tercantum pada tabel 4.2.

4.1.1. Logam Fe

Tabel 4.1 Data efisiensi penyerapan ion logam Fe oleh adsorben dari sekam
padi hasil aktivasi dengan Asam Fosfat
Massa C Kapasitas
Waktu C akhir
Sampel Adsorben awal %Abs penyerapan
(menit) (mg/L)
(gr) (mg/L) (mg/g)
20 99,66
1 30 0,069 3,9862
%
99,71
2 60 0,059 3,9882
%
0,5
99,77
3 90 0,048 3,9904
%
99,83
4 120 0,034 3,9932
%
1,0 99,81
5 30 0,038 1,9962
%
6 60 0,038 99,81 1,9962
%
99,86
7 90 0,029 1,9971
%
99,86
8 120 0,029 1,9971
%
99,80
9 30 0,042 1,3305
%
99,78
10 60 0,046 1,3303
%
1,5
99,76
11 90 0,049 1,3301
%
99,88
12 120 0,024 1,3317
%
4.1.2. Logam Mn

Tabel 4.2 Data efisiensi penyerapan ion logam Mn oleh adsorben dari sekam
padi hasil aktivasi dengan Asam Fosfat
Massa Kapasitas
Sampe Waktu Cawal Cakhir
Adsorben %Abs Penyerapan
l (menit) (mg/L) (mg/L)
(gr) (mg/g)
20 75,58
1. 30 4,967 3,0066
%
67,06
2. 60 6,698 2,6604
%
0,5
67,58
3. 90 6,593 2,6814
%
87,57
4. 120 2,527 3,4946
%
95,10
5. 30 0,997 1,9003
%
95,22
6. 60 0,973 1,9027
%
1,0
95,99
7. 90 0,816 1,9184
%
91,40
8. 120 1,749 1,8251
%
1,5 95,55
9. 30 0,905 1,2730
%
98,00
10. 60 0,406 1,3063
%
11. 90 0,257 98,74 1,3162
%
84,84
12. 120 3,084 1,1277
%

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sekam padi dapat

digunakan sebagai bahan baku arang aktif serta pengaruh variasi waktu kontak

terhadap kualitas arang aktif dari sekam padi sebagai adsorben.

Bahan adsorben disiapkan melalui proses preparasi tanpa unsur silika.

Proses penghilangan silika dapat memperbaiki sifat permukaan dari suatu bahan

serta meningkatkan kualitas karbon aktif yang dihasilkan. [ CITATION Nas14 \l

1057 ] memperoleh hasil karbon aktif yang berpori pada permukaan adsorben dari

sekam padi yang sudah dihilangkan kadar silikanya. Pori-pori yang terdapat pada

karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan karbon aktif untuk mengadsorpsi

adasorbat karena pori tersebut merupakan celah yang memperluas permukaan

karbon aktif. Preparasi dimulai dengan pencucian dengan air panas dan

dilanjutkan perendaman dengan air suling selama semalam diharapkan dapat

menghilangkan kotoran yang menempel dan terikut dari proses penggilingan padi.

Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakna HCl 1 N selama 1 jam.

Kelarutan silika sangat rendah pada pH<10 sehingga silika dapat diendapkan

dengan asam. Asam klorida juga cukup efektif dalam melucuti (leach out) logam-

logam pengotor inorganik selain silika dalam sekam padi. Dengan hilangnya

pengotor – pengotor logam, maka tidak terjadi reaksi yang dapat menyebabkan

tertutupnya pori akibat pembentukan senyawa silikat yang dapat menurunkan luas

permukaan. Selesai perendaman larutan disaring dan residu padatannya dicuci

untuk menghilangkan ion-ion logam yang masih menempel pada sekam padi.
Selanjutnya sekam padi dikeringkan dan dilakukan ekstraksi padat cair silika

dengan perendaman kedua menggunakan pelarut NaOH 25% selama semalam.

Perendaman dengan basa dikarenakan kelarutan silika akan meningkat tajam pada

pH > 10 .

Selanjutnya dilakukan pembuatan karbon aktif dari sekam padi tanpa

unsur silika dengan aktivasi kimia dan fisika. Proses pembuatan meliputi

karbonasi bahan pada suhu 300°C selama 2 jam, aktivasi kimia dengan asam

fosfat, aktivasi fisika pada suhu 900 selama 1,5 jam dan screening pada ukuran

-100+120 mesh. Telah dilakukan uji analisa karbon aktif oleh PT.Tribhakti

Inspektama dengan metode uji ASTM/ISO pada tanggal 7 Januari 2021. Hasil uji

menunjukkan bahwa karkateristik yang dihasilkan berupa Moisture, Ash Content,

Volatile Matter dan Fixed Carbon secara berturut-turut 6,29%, 4,16%, 3,79% dan

85,76% dimana nilai tersebut telah sesuai dengan standar SNI 06-3790-1995.

Telah dilakukan uji adsorpsi menggunakan adsorben dari sekam padi

yang telah diaktivasi dengan asam fosfat yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan adsorben mengurangi ion Fe dan Mn. Hasil uji diperlihatkan pada

Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 serta diilustrasikan pada gambar 4.1 dam 4.2

99.90%
Efisiensi Penyerapan (%)

99.85%
99.80%
99.75%
99.70% 0,5 gr Adsorben
99.65%
1 gr Adsorben
1,5 gr Adsorben
99.60%
99.55%
20 40 60 80 100 120 140
Waktu
Gambar 4.1 Efisiensi Penyerapan Ion Logam Fe oleh Adsorben dari Sekam Padi
Hasil Aktivasi dengan Asam Fosfat
4.5
Kapasitas Penyerapan (mg/g) 4
3.5
3
2.5
2
0,5 gr Adsorben
1.5
1
1 gr Adsorben
0.5
0
0 50 100 150 1,5 gr Adsorben
Waktu Kontak (menit)

Gambar 4.2 Kapasitas Penyerapan Ion Logam Fe oleh Adsorben dari Sekam
Padi Hasil Aktivasi dengan Asam Fosfat
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kemampuan adsorben dari sekam padi yang

diaktivasi asam fosfat menurunkan konsentrasi Fe sebesar 99,66 – 99,88% selama

120 menit. Massa karbon aktif sebagai adsorben mempengaruhi kemampuan

penyerapan ion Fe oleh adsorben. Waktu kontak optimum didapatkan pada nilai

Efisiensi penyerapan sebesar 99,86% selama 90 menit dengan massa adsorben 1

gr. Sedangkan pada Gambar 4.2 didapatkan nilai kapasitas penyerapan terbesar

yaitu 3,9932 mg Fe/g Adsorben pada massa adsorben sebesar 0,5 gr.

0,5 gr Adsorben
Efisiensi Penyerapan (%)

110%
100%
90% 1,5 Adsorben

80% 1,0 gr Adsorben


70%
0,5 gr Adsorben
60%
20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)
Gambar 4.3 Efisiensi Penyerapan Ion Logam Mn oleh Adsorben dari Sekam Padi
Hasil Aktivasi dengan Asam Fosfat

1,5 gr Adsorben
4
Kapasitas Penyerapan (mg/g)

3.5
3
2.5
0,5 gr Adsorben
2
1.5
1 1,5 gr Adsorben
0.5
0
0 50 100 150

Waktu (menit)

Gambar 4.4 Kapasitas Penyerapan Ion Logam Mn oleh Adsorben dari Sekam Padi
Hasil Aktivasi dengan Asam Fosfat
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kemampuan adsorben dari sekam padi yang

diaktivasi asam fosfat menurunkan konsentrasi Mn sebesar 67,06 – 98,74%

selama 120 menit. Massa karbon aktif sebagai adsorben mempengaruhi

kemampuan penyerapan ion Mn oleh adsorben. Waktu kontak optimum

didapatkan pada nilai Efisiensi penyerapan sebesar 98,74% selama 90 menit

dengan massa adsorben 1,5 gr. Sedangkan pada Gambar 4.4 didapatkan nilai

kapasitas penyerapan terbesar yaitu 3,4946 mg Mn/g Adsorben pada massa

adsorben sebesar 0,5 gr.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari penelitian ini dapat disimpulkan lama waktu kontak antara

adsorben karbon aktif dari sekam padi dengan adsorbat dalam hal ini

yaitu logam Fe dan logam Mn maka semakin baik pula proses

penyerapannya.

2. Waktu kontak optimum penyerapan dengan kondisi konsentrasi larutan

Fe 20 ppm yaitu selama 90 menit dan massa adsorben sebesar 1 gr.

Efektivitas penyerapan logam Fe oleh adsorben sebesar 99,86% dan

dengan kapasitas penyerapan sebesar 1,9971 mg/g

3. Waktu kontak optimum penyerapan dengan kondisi konsentrasi larutan

Mn 20 ppm yaitu selama 90 menit dan massa adsorben sebesar 1,5 gr.

Efektivitas penyerapan logam Fe oleh adsorben sebesar 98,74% dan

dengan kapasitas penyerapan sebesar 1,3162 mg/g

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka masih perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bebearapa variasi

lain yang dapat mempengaruhi optimasi penyerapan karbon aktif dari sekam

padi yaitu konsentrasi dari adsorbat


DAFTAR PUSTAKA

Coniwati, P., Srikandhy, R., & Apriliyanni. (2008). Pengaruh Proses Pengeringan,
Normalitas HCl dan Temperatur Pembakaran pada Pembuatan Silika dari
Sekam Padi. Diambil kembali dari
http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/viewFile/42/43
Fatmawati. (2019, October 26). Bahaya Logam Berat bagi Manusia. hal. 1.
Hananta, R. (2016). Makalah Abu Sekam Padi dan Manfaatnya.
Harahap, A. D., Verantika, F., Fahmi, N. Y., & Tanjung, A. P. (2017). Penyerapan
Ion Logam Mangan (Mn) Menggunakan Adsorben dari Sekam Padi Hasil
Aktivasi dengan Asam Sitrat. 1-5.
Hasan, N. L., & Abdullah, D. (2015). Kinetika Adsorpsi Logam Merkuri (Hg)
Oleh Karbon Aktif Tempurung Kelapa Pada Limbah Pengolahan Emas di
Kabupaten Buru Propinsi Maluku. Dipetik 09 11, 2020, dari
http://www.bimafikaunidar.or.id/index.php/bimafika/article/viewFile/106/
93
Nasir, L. H., Zakir, M., & Budi, P. (2014, December). Desilikasi Karbon Aktif
Sekam Padi Sebagai Adsorben Hg pada Limbah Pengolahan Emas di
Kabupaten Buru Propinsi Maluku. 7, 1-11.
Nurhidayah, A., Wardana, I. W., & Samudro, G. (2016). Pengaruh Waktu Aliran
Regenerasi dan Ukuran Media Bioadsorben Sekam Padi Dalam Penurunan
Konsentrasi Besi Total Air Sumur Artifisial. 1-11.
Ola, A. L. (2015, may 21). Efect of Rice Husk Ash as Filler for a Furnace of
Household. 06, 19-30. Diambil kembali dari
https://media.neliti.com/media/publications/285993-pengaruh-abu-sekam-
padi-sebagai-bahan-pe-628c6c34.pdf
Rahman, N., Darmayanti, & Supriadi. (2012). Adsorpsi Timbal (Pb) dan Zink
(Zn) dari Larutannya Menggunakan Arang Hayati (Biocharcoal) Kulit
Pisang Kepok Berdasarkan Variasi pH.
Safi'i, F. F., & Mitarlis. (2013, May). Pemanfaatan limbah padat proses sintesis
pembuatan furfural dari sekam padi sebagai arang aktif. 2.
Said, N. I. (2010). Metoda Penghilangan Logam Berat (As, Cd, Cr, Ag, Cu, Pb, Ni
dan Zn) di dalam Air Limbah Industri. Dipetik 08 17, 2020, dari
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/viewFile/2464/2075
Syarifatul , N., Budi , T., & Sugeng, A. (2020). Pengaruh Variasi Berat Arang
Sekam Padi Sebagai Media Adsorben dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe)
pada Air di Banyumas. 1-9.
Widayanti, Isa, I., & Aman, L. O. (2012). Studi Daya Aktivasi Arang Sekam Padi
Pada Proses Adsorpsi Logam Cd. Dipetik 09 11, 2020
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Penimbangan Bahan Preparasi Adsorben

No Perlakuan Berat Konstan


(gram)
1. Sebelum perendaman HCl (1) 200,0000
2. Setelah perendaman HCl dan pengeringan (1) 150,3664
3. Setelah perendaman NaOH dan pengeringan (1) 78,3873
4. Sebelum perendaman HCl (2) 300,0000
5. Setelah perendaman HCl dan pengeringan (2) 210,7066
6. Sebelum perendaman HCl (3) 300,0000
7. Setelah perendaman HCl dan pengeringan (3) 251,2661
8. Setelah perendaman NaOH dan pengeringan (2) 170,8798
9. Setelah perendaman NaOH dan pengeringan (3) 175,3452
Total Bahan baku untuk Karbonisasi 424,6123

Lampiran 2. Perhitungan Larutan 1N HCl

 Larutan HCl pekat  Konsentrasi HCl Pekat


Konsentrasi : 37% % × ρ ×10 × eqv
N=
Berat Jenis : 1,19 g/ml BM
Berat Molekul : 36,5 g/mol g
37 % × 1,19 ×10 ×1
ml
N=
g
36,5
mol
N=12,06 N
 Pengenceran
N 1 ×V 1 = N 2 ×V 2
12,06 N ×V 1 = 1 N × 1000 ml
V1 = 82,9187
≈ 83 ml
Lampiran 3. Tabel Penimbangan Karbon Aktif

No Perlakuan Berat Konstan


(gram)
1. Setelah Karbonisasi Total 120,1676
2. Setelah Bahan baku di screening 112,5234
3. Setelah Aktivasi kimia (1) 51,8972
4. Setelah aktivasi kimia (2) 47,6175
5. Setelah aktivasi fisika 800°C 18,3331
6. Setelah aktivasi fisika 900°C 50,6426

Lampiran 4. Data Analisa Proksimat Karbon Aktif

Analisa Standar Nilai


Moisture Maks 15% 6,29 %
Ash Content Maks 10% 4,16 %
Volatile Matter - 3,79 %
Fixed Carbon - 85,76 %

Lampiran 5. Perhitungan Larutan Fe3+


300 mg 30 mg 0,03 g
300 ppm3 +¿¿ ¿ = =
1000 mL 1L 1L
Ar Fe massa Fe
¿
Mr FeCl 3 .6 H 2 O massa FeCl 3 .6 H 2 O
gr
55,85
mol 0,03 gram
¿
gr massa FeCl 3 .6 H 2 O
270,47
mol
massa FeCl3 .6 H 2 O ¿ 0,1453 gram
Pengenceran
M×V1 = M 2× V 2
300 ppm×V 1 = 25 ppm×100 ml
V1 = 8,3333 ml
≈ 8,3 ml

Lampiran 6. Perhitungan Larutan Mn2+


300 mg 30 mg 0,03 g
300 ppm3 +¿¿ ¿ = =
1000 mL 1L 1L
Ar Mn massa Mn
¿
Mr MnCl2 .4 H 2 O massa MnCl 2 .4 H 2 O
gr
54,94
mol 0,03 gram
¿
gr massa MnCl 2 .4 H 2 O
197,94
mol
massa Mn Cl3 .4 H 2 O ¿ 0,1081 gram
Pengenceran
M×V1 = M 2× V 2
300 ppm×V 1 = 25 ppm×100 ml
V1 = 8,3333 ml
≈ 8,3 ml

Lampiran 7. Data Hasil Analisa Fe3+

 Data Larutan Standar Fe

C Absorbansi X rata
Larutan SD %RSD
(mg/L) A1 A2 A3 rata

Standar 1 0,4 0,0106 0,0114 0,0106 0,0109 0,0005 4,20%

Standar 2 0,8 0,0323 0,0293 0,0291 0,0302 0,0018 6,00%

Standar 3 1,2 0,0405 0,0414 0,0393 0,0404 0,0291 2,60%

Standar 4 1,6 0,0635 0,0641 0,0654 0,0643 0,0010 1,50%

Standar 5 2,0 0,0860 0,0829 0,0778 0,0822 0,0041 5,00%


 Kurva Standar
0.1000

0.0800
f(x) = 0.04 x − 0.01
R² = 0.99
Absorbansi

0.0600

0.0400

0.0200

0.0000
0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2
Konsentrasi Larutan Fe (ppm)

 Data Penurunan Konsentrasi Logam Fe

Larutan Massa Waktu Cakhir %Abs Q (mg/g)


Adsorben (gr) (menit)

Sampel 1 0,5 30 0,069 99,66% 3,9862

Sampel 2 0,5 60 0,059 99,71% 3,9882

Sampel 3 0,5 90 0,048 99,77% 3,9904

Sampel 4 0,5 120 0,034 99,83% 3,9932

Sampel 5 1,0 30 0,038 99,81% 1,9962

Sampel 6 1,0 60 0,038 99,81% 1,9962

Sampel 7 1,0 90 0,029 99,86% 1,9971

Sampel 8 1,0 120 0,029 99,86% 1,9971

Sampel 9 1,5 30 0,042 99,80% 1,3305

Sampel 10 1,5 60 0,046 99,78% 1,3303

Sampel 11 1,5 90 0,049 99,76% 1,3301


Sampel 12 1,5 120 0,024 99,88% 1,3317

Keterangan : Pengujian Sampel menggunakan alat instrumen yaitu AAS


(Atomic Absorption Spectrophotometer)
Cawal = Konsentrasi Awal Logam Fe ( 20 ppm)
Cakhir = Konsentrasi Akhir Logam Fe (ppm)
%Abs = Efektivitas Adsorpsi (%)
Q = Kapasitas Adsorpsi (mg/g)
 Perhitungan Penurunan Konsentrasi Logam Fe

Perhitungan Efektivitas Adsorpsi

( Cawal −C akhir )
%Abs ¿ ×100 %
Cawal

Contoh Perhitungan Sampel 1

( 20,000 ppm−0,069 ppm)


¿ × 100 %
20,000 ppm

¿ 99,655 %

Perhitungan Kapasitas Adsorpsi

Q
( Cawal −C akhir ) ×V
¿
w

Contoh Perhitungan Sampel 1

( 20,000 ppm−0,069 ppm) ×0,1 l


¿
0,5 gram
mg
¿ 3,9862
g

Keterangan : C awal = Konsentrasi Awal Logam dari Larutan (ppm)


C akhir = Konsentrasi Akhir Logam dari Larutan (ppm)
Q = Kapasitas Adsorpsi (mg/g)
V = Volume Larutan (liter)
w = Berat / Massa Adsorben yang digunakan (gr)
Lampiran 8. Data Hasil Analisa Mn2+

 Data Larutan Standar Mn

C Absorbansi
Larutan X rata rata SD %RSD
(mg/L) A1 A2 A3

Standar 1 0,5 0,0600 0,0611 0,0614 0,0608 0,0007 1,20%

Standar 2 1,0 0,1303 0,1353 0,1340 0,1332 0,0026 1,90%

Standar 3 2,0 0,2561 0,2683 0,2728 0,2657 0,0086 3,30%

Standar 4 4,0 0,5307 0,5102 0,5443 0,5284 0,0172 3,20%

Standar 5 8,0 0,8864 0,9088 0,9146 0,9033 0,0149 1,60%

Standar 6 10,0 1,0543 1,0749 1,0714 1,0669 0,0110 1,00%


 Kurva Standar
1.2000

1.0000 f(x) = 0.11 x + 0.04


R² = 0.99

0.8000
Absorbansi

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0

Konsentrasi Larutan Mn (ppm)

 Data Penurunan Konsentrasi Logam Mn

Massa Waktu Cakhi


Larutan %Abs Q (mg/g)
Adsorben (gr) (menit) r

Sampel 1 0,5 30 4,967 75,58% 3,0740

Sampel 2 0,5 60 6,698 67,06% 2,7278

Sampel 3 0,5 90 6,593 67,58% 2,7488

Sampel 4 0,5 120 2,527 87,57% 3,5620

Sampel 5 1,0 30 0,997 95,10% 1,9340

Sampel 6 1,0 60 0,973 95,22% 1,9364

Sampel 7 1,0 90 0,816 95,99% 1,9521

Sampel 8 1,0 120 1,749 91,40% 1,8588

Sampel 9 1,5 30 0,905 95,55% 1,2955

Sampel 10 1,5 60 0,406 98,00% 1,3287

Sampel 11 1,5 90 0,257 98,74% 1,3387


Sampel 12 1,5 120 3,084 84,84% 1,1502

Keterangan : Pengujian Sampel menggunakan alat instrumen yaitu AAS


(Atomic Absorption Spectrophotometer)
Cawal = Konsentrasi Awal Logam Mn ( 20 ppm)
Cakhir = Konsentrasi Akhir Logam Mn (ppm)
%Abs = Efektivitas Adsorpsi (%)
Q = Kapasitas Adsorpsi (mg/g)
 Perhitungan Penurunan Konsentrasi Logam Mn

 Perhitungan Efektivitas Adsorpsi

( Cawal −C akhir )
%Abs ¿ ×100 %
Cawal

Contoh Perhitungan Sampel 1

( 20,337 ppm−4,967 ppm )


¿ ×100 %
20,337 ppm

¿ 75,576 %

Perhitungan Kapasitas Adsorpsi

Q
( Cawal −C akhir ) ×V
¿
w

Contoh Perhitungan Sampel 1

( 20,337 ppm−4,967 ppm ) ×0,1 l


¿
0,5 gram
mg
¿ 3,0740
g

Keterangan : C awal = Konsentrasi Awal Logam dari Larutan (ppm)


C akhir = Konsentrasi Akhir Logam dari Larutan (ppm)
Q = Kapasitas Adsorpsi (mg/g)
V = Volume Larutan (liter)
w = Berat / Massa Adsorben yang digunakan (gr)

Anda mungkin juga menyukai