TUGAS AKHIR
Oleh :
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada
Program Studi Petro Dan Oleo Kimia
Jurusan Teknik Kimia
Oleh :
NIM : 16614019
(Ananas Comosus)
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya
saya sendiri dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
Penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-
Samarinda, 2019
NIM : 16614019
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Pembimbing I
Dr.Sirajuddin,S.T.,M.Si
Mustafa, S.T,M.T
Alwathan, S.T., M.Si
NIP. 19700909 199903 1 001 NIP. 19740306 200112 1 001
Mengesahkan:
NAMA
NIP
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
NIM : 16614019
Dewan Penguji:
Moderator,
Nama : Firman, ST., M.Eng tanda tangan
NIP : 19741004 200112 1 001
Penguji I,
Nama : Kusyanto, S.ST., M.T tanda tangan
NIP : 19800803 200604 1 013
Penguji II,
Nama : Arief Adhiksana, S.ST., M.T tanda tangan
NIP : 19800703 200604 1 013
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi
Teknologi Kimia Industri,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
Akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh
Limbah Mahkota Nanas (Ananas Comosus)” ini dapat terselesaikan dengan baik.
pendidikan program Diploma III pada Program Studi Petro dan Oleo Kimia, Jurusan
kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
2. Bapak Dedy Irawan, S.T., M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.
3. Ibu Sitti Sahraeni, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Studi Petro dan Oleo
Kimia.
6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi/Analis serta Administrasi Jurusan Teknik
Kimia.
7. Keluarga dan teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2016 yang senantiasa
8. Pihak – pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dalam penlisan Laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi lebih
baik. Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
ABSTRAK............................................................................................................xii
ABSTRACK........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Nanas.............................................................................................................5
2.2 Karbonisasi....................................................................................................9
2.3 Aktivasi........................................................................................................10
2.6 Pirolisis........................................................................................................17
2.8 Titrimetri......................................................................................................21
2.8.1 Titrasi Iodimetri (Penentuan Daya Serap Terhadap Larutan Iod) …..22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................23
4.2 Pembahasan.................................................................................................33
5.1 Kesimpulan..................................................................................................44
5.2 Saran............................................................................................................44
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................45
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Produksi buah nanas menurut Badan Pusat Statistika pada tahun 2017 di
Provinsi Kalimantan Timur sebesar 8,184 ton/tahun. Setiap buah nanas mengandung
17% mahkota nanas (Atma, 2015) sehingga pada tahun 2015 potensi mahkota nanas
di Kalimantan Timur sebesar 2.086,92 ton. Namun, mahkota nanas biasanya hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak bahkan lansung dibuang sehingga berpotensi
sebagai limbah. Dalam mahkota nanas terdapat 69,5-71,5% selulosa sehingga
berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi aktivator H3PO4 dan KOH terhadap mahkota nanas
sehingga menghasilkan produk karbon aktif yang sesuai standart SII 0258-79.
Mahkota nanas di pirolisis dengan temperatur 400oC selama 2 jam dilanjutkan
aktivasi kimia dengan variasi konsentrasi aktivator H3PO4 dan KOH 3 M, 4 M, 5 M,
6 M, 7 M. Berdasarkan hasil Penelitian semua hasil yang di dapat telah memenuhi
standar SII 0258-79 dengan diperoleh hasil terbaik pada konsentrasi 7 M H3PO4
menghasilkan kadar air terendah 6,20%, kadar abu 0,63%, Volatile matter 2,53% dan
daya serap Iod 858,343 mg/g.
PENDAHULUAN
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang berasal dari Brasilia
(Amerika Selatan) dengan nama ilmiah Anenas comosus (L) Merr yang merupakan
Berdasarkan Badan Pusat Statistika Kalimantan Timur (2017) produksi buah nanas
sebesar 8.184 ton/tahun (Badan Pusat Statistika, 2017). Rata-rata berat buah nanas
1,5 kg/buah, 1 buah mengandung 17% mahkota nanas (Atma, 2015). Maka dapat
diperkirakan potensi mahkota nanas di Kalimantan Timur pada tahun 2015 adalah
2.086,92 ton/tahun.
Saat ini limbah mahkota nanas hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
bahkan mahkota nanas biasanya langsung dibuang atau tidak digunakan lagi (Swara,
2015). Limbah mahkota nanas mengandung kadar air yang tinggi dan menimbulkan
dampak negative bagi lingkungan yaitu mudah rusak serta menyebabkan bau yang
71,5%, lignin 4,4–4,7%, pentosan 17,0–17,8%, dan abu 0,71–0,87%, serta zat-zat lain
(protein, dll.) sebanyak 4,5–5,3%, (Onggo dan Astuti, 2005). Kandungan selulosa ini
13
Karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang besar dapat dimanfaatkan
untuk berbagai aplikasi yaitu sebagai bahan pemucatan dan penghilangan bau
contohnya pada industri minyak goreng, dan sebagai penyerap logam pada industri
pengolahan air minum dan air limbah di industri, serta sebagai katalis dalam
pembuatan sulfur dioksida, klorin dan sulfur klorida (Sudradjat dan Pari, 2011).
berbasis limbah Mahkota nanas telah dilakukan oleh Rahmadani dkk (2017) dengan
memvariasikan jenis aktivator dengan waktu aktivasi 24 jam. Dari penelitian ini
didapatkan hasil analisa terbaik yaitu bilangan iod 2415,8832 mg/g dan luas
Comosus) sebagai bahan dasar arang aktif untuk adsorpsi Fe (II) oleh Setiawan,
dkk (2017) juga memvariasikan penggunaan jenis aktivator dan tanpa activator.
Aktivator yang digunakan adalah H2SO4 1 M dan H3PO4 1 M dengan waktu aktivasi
H2SO4 1 M dengan kadar air 1,248%, kadar abu 0,950%; daya serap iodin sebesar
382,1576 mg/g; luas permukaan sebesar 725,1430 m2/g; dan daya serap metilen
14
Menurut standar (SII No.0258-79) syarat mutu arang aktif, dalam karbon aktif
harus memiliki parameter kadar air maksimal 10%, kadar abu maksimal 2,5%,
bilangan iod minimal 750 mg/g dan Methylene Blue minimal 120 mg/g. Hasil yang
diperoleh pada penelitian Rahmadani dkk (2017), bilangan iod dan luas permukaan
sudah memenuhi standar SII No.0258-79, sedangkan pada penelitian Setiawan dkk
(2017), diperoleh Hasil kadar air dan kadar abu yang telah memenuhi standart SII
No.0258-79, tetapi kedua penelitian ini memiliki kelemahan yaitu waktu proses
aktivasi yang dilakukan terlalu lama yaitu selama 24 jam dan jumlah bilangan iod
pada penelitian Setiawan dkk (2017) belum memenuhi standar SII No.0258-79..
Penelitian karbon aktif sudah banyak dilakukan namun untuk bahan baku
dari daun nanas masih jarang dilakukan, sehingga digunakan berbagai referensi dari
bahan baku berbeda sebagai jurnal pendukung untuk penelitian ini yaitu penelitian
Salamah (2008) menggunakan bahan baku kulit buah mahoni, dengan menggunakan
aktivator KOH variasi konsentrasi 1,2 dan 3 N , dan waktu aktivasi 1, 2, 3, 4 dan 5
jam didapatkan hasil terbaik yaitu pada konsentrasi KOH 3 N dan waktu aktivasi 4
jam yaitu 73.55 %. Dalam hal ini konsentrasi akan berbanding terbalik dengan
waktu aktivasi dimana jika semakin tinggi konsentrasi activator maka akan
memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai kondisi optimum sedangkan jenis
aktivator akan memudahkan produk untuk membuka pori-pori karbon aktif yang
15
Sehingga dari penelitian Rahmadani (2017) dan Setiawan dkk (2017) akan
dilakukan perbaikan terhadap waktu aktivasi yaitu mengganti waktu proses aktivasi
menjadi 2,5 jam dengan memvariasikan jenis activator yaitu H3PO4 dan KOH serta
memiliki kualitas yang sesuai standar SII No.0258-79 dengan waktu proses yang
singkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsetrasi aktivator
H3PO4 dan KOH terhadap kualitas karbon aktif dari mahkota nanas sehingga
Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dan nilai guna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanas
Nanas adalah tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas Comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple sedangkan orang spanyol
menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brisilia (Amerika Selatan) yang terkenal pada
masa Columbus. Pada abad ke-15 penjajah spanyol membawa nanas ke Indonesia
sebagai pengisi lahan pekarangan, tetapi tanaman nanas meluas hingga ke tegal dan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Famili : Bromeliaceace
Genus : Ananas
Tanaman nanas dibedakan dari genus yang lain berdasarkan tipe buah sinkarpus
(buah majemuk) yang tidak ditemukan pada genus yang lain. Nanas tergolong
nanas yaitu batang, daun, akar, bunga, buah dan mahkota buah sekitar 17 % (Atma,
2015). Secara vegetatife, panjang daun terus meningkat sampai mencapai maksimum
pertumbuhan dan perkembangan normal akan mempunyai daun sempurna lebih dari
Akar nanas bersifat serabut, dangkal dan tersebar luas. Kedalaman perakaran
pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasanya
jarang mencapai 30 cm. Akar tumbuh dari buku batang kemudian masuk keruang
antara batang dengan daun. Akar-akar cabang tumbuh setelah akar adventif dapat
keluar dari ruang antara batang dan daun. Bunga dibagian atas nanas merupakan
18
bentuk dari tunas nanas (shoot apex). Mahkota nanas ini biasa digunakan untuk
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas yaitu : Cayenne ( daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun
pendek, berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang
kecil,berduri halus sampai kasar,buah bulat dengan mata datar) , Abacaxi (daun
panjang berduri kasar, buah silidris atau seperti piramida). Verietas kultivar nanas
yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan
Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia.
Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas atau
kultivar nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan
Rasanya manis, aromanya harum, dan warna kulitnya menarik, kuning cerah
dan kemerahan. Bobotnya sekitar 1 kg. Bentuk buah cenderung memanjang Empulur
buah cukup lunak sehingga dapat dimakan. Kekurangan dari nanas ini yaitu ukuran
buah kecil, dan matanya agak dalam sehingga banyak daging buah yang terbuang
19
ketika dikupas. Varietas Queen yang paling dikenal ialah nenas dari Bogor (gati,
kapas, dan kiara), nenas Palembang, serta batu dari Kediri. Daerah lain yang dijumpai
varietas ini adalah: Pontianak (nenas cina), Palangkaraya (nenas betawi), Purwokerto
(nenas batu), Kediri (nenas bali/jawa), Jember (monserat dan bali), Bondowoso
(kidang dan uling), Sumenep (durian), dan Salatiga (nenas bogor) (Hadiati & Ni Luh
Putu, 2008).
Daun nenas ini tidak berduri. Rasanya manis asam.berbentuk silidris dengan
bobot 1,8-2,3 kg. Bahkan ada yang mencapai 5-7 kg karena jenis nanas ini berukuran
besar, yang dikenal dengan nama Walungka atau Sarawak. Kandungan airnya cukup
tinggi, dan empulur (hatinya) relatif kecil. Mata buah agak datar. Karena ukuran dan
rasanya, nenas ini paling cocok dikalengkan. Selain kelebihan itu, ada juga
kekurangannya Perubahan warna kulitnya agak lambat, sehingga kadang buah sudah
matang tapi kulitnya masih hijau. Varietas Cayenne dikenal di beberapa daerah di
Indonesia dengan nama berbeda. Seperti: Cayennelis (Palembang dan Salatiga). Suka
Menanti (Bukit Tinggi), Serawak (Tanjung Pinang dan Pacitan), Bogor (Pontianak,
pertumbuhan Cayenne amat baik sehingga sebutan nenas Subang seolah identik
varietas ini kurang disukai, karena berserat. Nenas ini banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat kertas dan tekstil. Kertas uang dolar Amerika dibuat dari serat nenas
ini yang diambil dari daunnya. Bobot buahnya 0,9-1,8 kg, jadi antara Cayenne dan
Queen diameternya 9-13 cm. Matanya cukup dalam sehingga daging buah banyak
terbuang ketika dikupas. Daunnya berduri, sedangkan kulit buahnya kasar dan kuat
sehingga buah tidak mudah rusak dalam pengangkutan. Jenis ini banyak ditanam
sebagai tanaman hias karena warna buahnya cukup menarik, merah oranye berkat zat
Varietas ini yang banyak dikenal ialah nenas merah dan hijau (Bondowoso),
rakyat merah dan rakyat hijau (Purwokerto). Nenas ini pun ditemui di Bukit Tinggi
(yang disebut gadut), Bali (madu dan kebo), Pontianak (towon, biasa, barak, tembaga,
kerbau), Kediri (jawa) Bondowoso (kuning), Sumenep (lomot), Kendal (sukun dan
Mahkota nanas merupakan bagian yang tumbuh diatas buah dari daun-daun
21
pendek yang tersusun seperti pilin. Apabila tanaman nanas banyak tunas maka tunas
tersebut akan menghasilkan buah nanas baru, Tanaman yang bagus bisa
Mahkota nanas memiliki kadar selulosa yang tinggi menurut Onggo dkk
organic, dll)
Sumber : Onggo & Astuti, 2005
Mahkota nanas merupakan llimbah nanas yang belum dimnfaatkan secara optimal
mengandung banyak kadar selulosa yang dapat diolah untuk berbagai alternative.
(Fessenden et al, 1992). Bahan ini merupakan komponen penyusun dinding sel
tumbuhan yang memberikan daya regang sangat tinggi sehingga tumbuhan dapat
22
tumbuh dan berkembang. Selulosa merupakan salah satu polimer alam yang
melimpah dan dapat dimodifikasi dimana kegunaannya sangat luas mulai dari bidang
industri kertas, film transparant, film fotografi, plastik biodegradable, sampai untuk
selulosa berbentuk linier dengan berat molekul bervariasi antara 50.000 sampai 2,5
juta. Struktur selulosa terdiri dari rantai polimer β-glukosa yang dihubungkan dengan
ikatan glikosida.
2.2 Karbonisasi
udara terbatas dari bahan yang mengandung karbon. Pada proses ini pembentukan
sturktur pori dimulai. Tujuan utama dalam proses ini adalaha untuk menghasilkan
butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang rapi. Proses ini juga
berbentuk methanol, uap asam asetat, tar-tar dan hidrokarbon. Produk padatan dari
pemanasan bahan baku tanpa adanya udara, hingga mencapai suhu tinggi. Suhu tinggi
dapat mengeringkan serta menguapkan senyaw a dalam arang karbon. Proses tersebut
23
2.3 Aktivasi
Proses aktivasi merupakan bagian dalam proses pembuatan arang aktif dimana
dalam prosesnya bertutujuan untuk membuka atau memperluas pori yang nantinya
akan dilalui oleh adsorbat. Tahap ini juga digunakan untuk memperbesar distribusi
dan ukuran pori serta memperbesar luas permukaan arang aktif. Luas permukaan
yang meningkat ini dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar dan sisa-sisa
senyawa lain pada proses pengarangan sebelumnya. Selain bahan baku yang
digunakan, pada proses aktivasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
sifat, baik fisika maupun kimianya. Tahap aktivasi memiliki 2 metode yang biasa
digunakan, yaitu :
3 Aktivasi Fisika
Karbon aktif yang diaktivasi secara fisika yaitu menggunakan bahan activator
dari gas CO2 pada temperature tinggi antara 800-1200oC sehingga terjadi pemutusan
rantai karbon dari senyawa organic yang ada. Hasil dari proses aktivasi fisika akan
mempengaruhi antara lain bahan dasar, laju aliran gas, laju aliran kalor furnace,
temperature pada saat proses aktivasi, activator yang digunakan, alat yang digunakan,
lama proses aktivasi dan proses karbonisasi selanjutnya. Pada aktivasi ini, terjadi
24
4 Aktivasi Kimia
Arang aktif yang di aktifkan secara kimia melalui proses perendaman bahan
dasar terlebih dahulu pada activator yang digunakan. Activator yang digunakan pada
aktivasi kimia ini berupa bahan kimia tertentu yang dapat bersifat basa (seperti:
NaOH, KOH) atau asam (H3PO4) merupakan bahan kimia yang cukup baik untuk
digunakan bahwa ZnCl2, NaOH dan H3PO4 merupakan bahan kimia yang cukup
baik untuk digunakan sebagai activator pada metode aktivasi kimia. Konsentrasi yang
ada pada garam klorida dan asam fosfat berkisar 10-15% sedangkan NaOH 1-2%
yang dapat digunakan tergantung dari kekerasan bahan dasar. Waktu yang dibutuhkan
Semakin besar konsentrasi zat aktivasi maka daya serap karbon yang dihasilkan
semakin besar, tetapi pada penggunaan konsentrasi yang telalu tinggi akan
mendegradasi atau merusak selullosa yang mengakibatkan daya serap karbon aktif
menurun.
Semakin kecil ukuran bahan baku yang diaktifkan semakin baik karena luas
dengan daya serap yang berbeda. Suhu yang biasa digunakan yaitu 400-900 0c, suhu
yang tinggi dapat mengeringkan serta menguapkan senyawa dalam karbon aktif.
Kenaikan daya serap karbon yang dihasilkan berbeda untuk tiap jenis zat
aktivasi. Proses aktivasi dengan menggunakan bahan kimia anorganik Bahan kimia
anorganik yang ditambahkan pada bahan baku untuk menurunkan atau menghilangkan
senyawa organik selama karbonasi atau kalsinasi. Bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai pengaktif adalah HNO3, H3PO4, Sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4), NaOH,
5. Waktu Aktivasi
pembentukan lignin, karena adanya lignin yang dapat membentuk senyawa tar.
Asam fosfat adalah yang kedua setelah asam sulfat sebagai asam industry
dan secara konsisten diperingkat dalam 10 bahan kimia teratas yang digunakan secara
26
global. Jumlah batuan fosfat yang diproses secara global di 2005 adalah 160 juta ton,
dengan sekitar 40 juta ton diproses di Amerika Serikat. Florida adalah produsen
fosfat, terhitung lebih dari 95% penggunaannya di Amerika Serikat, tetapi digunakan
H3PO4 and NaOH activation, menyimpulkan bahwa hasil Optimum pengujian daya
dengan Natrium Hidroksida, padat berwarna putih adalah basa kuat. Biasannya basa
bersifat korosif.
Pada pembuatan karbon aktif dari buah mahoni dengan perlakuan perendaman
dalam larutan KOH, menyimpulkan dari hasil penelitian untuk pengujian daya serap
iod didsapatkan hasil optimum pada konsentrasi larutan KOH 3N (Salamah, 2008).
hasil pembakaran dari bahan yang menggandung unsure karbon serta ditingkatkan
Karbon aktif memiliki kandungan air 5-15%, abu 2-35% dan sisanya terdiri
atas karbon sekitar 87-97%.karbon aktif disusun oleh atom karbon yang terikat secara
merupakan pelat-pelat dasar. Pelat ini bertumpuk satu dengan yang lain, serta dengan
menghilangkan hidrogen dan bahan aktif, maka permukaan dan pusat aktif akan
Pada dasarnya karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung
karbon baik yang berasal dari tumbuhan, binatang maupun barang tambang seperti
aktif. Karbon aktif yang baik mutunya adalah karbon yang memiliki kadar karbon
yang tinggi dan kadar abu serta air rendah (Othmer, 1978)
28
Karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang besar dapat dimanfaatkan
untuk berbagai aplikasi yaitu sebagai bahan pemucatan dan penghilangan bau
contohnya pada industri minyak goreng, dan sebagai penyerap logam pada industri
pengolahan air minum dan air limbah di industri, serta sebagai katalis dalam
pembuatan sulfur dioksida, klorin dan sulfur klorida (Sudradjat dan Pari, 2011).
Jenis ini berbentuk butiran atau pelet. Biasanya digunakan untuk proses
pada fluida fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, pemisahan
dan pemurnian gas. Karbon aktif granul diperoleh dari bahan baku yang memiliki
struktur keras seperti tempurung kelapa, tulang dan batubara. Ukuran partikel dari
29
adsorpsi fase gas ukuran granul yang sering digunakan adalah 4x8 mesh sampai
10x20 mesh dan untuk bentuk pelet memiliki ukuran partikel 4 mm – 6 mm.
Umumnya diproduksi dari bahan kayu dalam bentuk serbuk gergaji, ampas
pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan struktur
yang lemah. Jenis ini memiliki ukuran rata-rata 15–25 µm. Industri besar
menggunakan karbon aktif powder untuk penghilangan warna pada proses pembuatan
makanan. Belakangan karbon aktif powder digunakan pada water treatment untuk air
minum dan air limbah. Biasanya karbon aktif powder digunakan dalam fase cair
dan oksigen dalam udara. Karbon aktif molecular sieve merupakan suatu material
yang menarik sebagai model karbon aktif sejak memiliki ukuran mikropori yang
Karbon aktif fiber memiliki ukuran yang lebih kecil dari karbon aktif
powder. Sebagian besar karbon aktif fiber memiliki diameter antara 7–15 µm.
Aplikasi karbon aktif fiber dapat ditemukan dalam bidang perlakuan udara seperti
penangkapan larutan.
2.6 Pirolisis
organic tanpa mengandung oksigen. Apabila ada oksigen pada saat proses pirolisis
maka akan ada reaksi dengan material lain yang pada akhirnya akan menghasilkan
abu. Pada proses pirolisis, lignin terdegradasi sebagai akibat kenaikan suhu sehingga
Proses pirolisis berlangsung dalam dua tahapan yaitu pirolisis primer dan
pirolisis sekunder. Pirolisis primer terdiri dari proses cepat yang terjadi pada suhu 50 –
300 °C, dan proses lambat pada suhu 300 – 400 °C. Proses pirolisis primer cepat
menghasilkan arang, berbagai gas, dan H2O. Sedangkan proses lambat menghasilkan
arang, H2O, CO, dan CO2. Pirolisis sekunder merupakan proses pirolisis yang
berlangsung pada suhu lebih dari 600°C dan terjadi pada gas – gas hasil, serta
sabagai 1 set metode dalam kimia organik untuk penentuan secara kuantutatif dari
Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya dari semua contoh
untuk memisahkan analit dari gangguan. Suatu cara analisa gravimetri biasanya
Aa + Rr AaRr
R, hasil AaRr biasanya merupakan zat dengan kelarutan kecil yang dapat ditimbang
dalam bentuk padat, setelah di keringkan atau dibakar menjadi senyawa lain dengan
ditambahkan berlebih untuk menekan kelarutan endapan dan agar analit mengendap
Laboratorium, 2016).
32
Kandungan air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam arang aktif
setelah bahan baku berkarbon melalui tahapan karbonisasi dan aktivasi kimia, naik
yang terukat secara kimiawi maupu akibat pengaruh kondisi luar seperti iklim,
Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang tersisa
pada arang aktif melalui proses pengaktifan dengan zat aktivator. Keberadaan air di
dalam karbon berkaitan dengan sifat higroskopis dari arang aktif, dimana umumnya
arang aktif memiliki sifat afinitas yang besar terhadap air. Arang aktif mampu
menyerap uap air dalam jumlah yang sangat besar. Dari sifat yang sangat higroskopis
inilah, sehingga arang aktif digunakan sebagai adsorbent (Pari dkk, 2006). Penetapan
M 2−M 3
M= X 100 % .....................................................................(2.1)
M 2−M 1
pori arang aktif sehingga luas permukaan arang aktif menjadi berkurang. Selain itu
33
juga meyebabkan korosi dimana arang aktif yang telah terbentuk menjadi rusak
a
Kadar Abu= x 100 % ......................................................................(2.2)
b
yang belum menguap pada proses karbonasi dan aktivasi, tetapi menguap pada suhu
arang aktif adalah air, abu, karbon terikat, nitrogen, dan sulfur. Volatil matter yang
tinggi akan mengurangi kemampuan arang aktif dalam menyerap gas dan larutan.
mudah menguap (Sudradjat dan Pari, 2011). Bagian yang hilang pada pemanasan
ini terdiri sebagaian besar gas-gas yang mudah terbakar seperti hydrogen, CO 2, metan
dan sebagian uap kecil yang mengembun seperti tar, dan sebagainya (Pari dkk.,
2006). Penentuan volatil matter dapat ditentukan dengan cara memanaskan sampel
VM = ( MM 2−M 3
2−M 1
X 100 % )−M ...........................................................(2.3)
Keterangan :
M3= berat cawan petri isi arang aktif setelah dioven (gram)
2.8 Titrimetri
dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat
yangt akan ditetapkan. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tepat itu, disebut
larutan standar. Larutan standar biasanyan ditambahkan dari dalam sebuah buret.
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Saat
dimana reaksi itu tepat lengkap bereaski, disebut titi ekuivalen. Lengkapnya titrasu,
pembantu yang dikenal sebagai indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan
standar praktis lengkap indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas
35
dalam cairan yang sedang dititrasi. Saat dimana itu terjadi, disebut titik akhir titrasi
Daya serap terhadap larutan iod pada arang aktif merupakan parameter untuk
molekul kecil dan zat dalam fasa cair Daya serap arang aktif terhadap iodin
berat molekul (Tim Laboratorium, 2016). Penentuan daya serap iodin ditentukan
Daya Serap I 2=
(( 10−
N iod )x 126,9 x fpx N iod
) x 100 % … ..(2.4)
W
V tio x N tio
Da¿ Serap I 2=
(( 10−
N iod ) xBE x fpx N iod
) … … … … … … … … … .(2.4)
W
Keterangan :
Fp = Faktor pengenceran
36
37
BAB III
METODE PENELITIAN
sampai Juli 2019. Bahan baku diambil dari Samarinda, Kalimantan Timur. Preparasi,
karbonisasi, aktivasi dan uji kualitas arang aktif dilakukan di Laboratorium Jurusan
1. Variabel Berubah
3M,4M,5M,6M,7M.
2. Variabel Tetap
3. Variabel Respon
A. Alat
1. Cawan porselin
3. Indikator universal
4. Oven
6. Cawan petri
7. Spatula
8. Desikator
39
9. Alat Pirolisis
10. Furnace
13. Buret 25 ml
15. Corong
16. Stopwatch
B. Bahan
1. Mahkota Nanas
3. Aquadest
8. Kertas Saring
40
Mahkota Nanas
Pemotongan (± 3cm)
Filtrat Penyaringan
Residu
Filtrat Penyaringan
Residu
Uji kualitas
Tidak
Ya
SII 0258-79
B. Prosedur Penelitian
2. Prosedur Utama
1. Mahkota Nanas yang telah kering dibakar dengan pirolisis suhu 400° C
asap.
ruang
halus.
2,5 jam.
42
indikator universal).
proses pendinginan.
M air
6. Kadar air= x 100 % .................................................................(3.3)
Mo
Mabu
6. Kadar Abu= x 100 % .........................................................(3.4)
Mo
menggunakan stirer.
Thiosulfat 0,1N, jika warna kuning dari larutan telah samar, tambahkan
4. Menititrasi kembali sampai titik akhir yaitu warna biru telah hilang.
V tio x N tio
Keterangan :
Fp = Faktor pengenceran
3. Memasukkan cawan petri yang telah diisi arang aktif kedalam furnace
VM = ( MM 2−M 3
2−M 1
X 100 % )−M ..........................................................(3.5)
Keterangan :
45
M3= berat cawan petri isi arang aktif setelah dioven (gram)
BAB IV
Keterangan Hasil
Massa Awal Bahan Baku 14000g
Massa setelah pengeringan 2800g
Volatil
Fix 3XIodine
Moisture Ash e
Konsentrasi Carbon Number
(%) (%) Matter
(%) (mg/g)
(%)
3M 6,30 1,94 16,33 68,89 691,956
4M 6,77 1,48 15,54 69,55 740,047
KOH 5M 8,44 1,36 13,79 68,08 774,666
6M 7,76 1,17 13,73 69,51 876,291
7M 7,23 0,86 14,75 69,62 777,953
3M 8,85 2,53 8,77 71,00 681,969
4M 7,95 2,05 4,32 77,73 712,923
H3PO4 5M 7,22 1,60 4,04 79,92 751,435
6M 6,33 0,77 2,72 83,85 782,575
7M 6,20 0,63 2,53 84,44 858,343
Standar
Maks Maks Maks Min Min.750
SII 0258-
79 10% 2,5% 25 % 65% mg/g
47
4.2 Pembahasan
H3PO4 dan KOH terhadap proses aktivasi sehingga menghasilkan produk karbon aktif
Penelitian ini menggunakan mahkota nanas sebagai bahan baku untuk pembuatan
karbon aktif. Mahkota nanas dikarbonisasi pada suhu 400ºC selama 2 jam
kimia dengan variasi konsentrasi aktivator yaitu H3PO4 dan KOH. Karbon direndam
dalam masing-masing activator dengan konsentrasi yang berbeda selama 2,5 jam.
netral (pH 7). Selanjutkan dilakukan analisa parameter kadar air, kadar abu, zat
terbang dan daya serap iod untuk menentukan kualitas dari karbon aktif.
Penentuan kadar air bertujuan mengetahui sifat higroskopis dari karrbon aktif
dan untuk mengetahui kandungan air yang berada didalam rongga atau menutupi
pori-pori pada karbon aktif mahkota nanas yang ditunjukan dengan tinggi rendah
kadar air pada karbon. Kadar air yang rendah menunjukan banyak rongga atau celah
yang dapat ditempati oleh adsorbat sehingga absorbs akan berlangsung dengan baik.
Hasil penentuan kadar air terhadap konsentrasi aktivator H3PO4 dan KOH dapat
10.00
9.00
8.44
8.00 7.76
7.00 7.23
6.77
6.00 6.30
%Moisture
5.00
4.00 % MOISTURE H3PO4
% MOISTURE KOH
3.00
2.00
1.00
0.00
3M 4M 5M 6M 7M
Konsentrasi
penurunan setelah aktivasi dengan konsentrasi yang meningkat berkisar 8,85– 6,20%.
Berdasarkan Gambar 4.1 untuk aktivator H3PO4 menunjukan kadar air semakin
menurun sehingga air yang terdapat dipori pori karbon aktif kecil. Kadar air untuk
jenis aktivator H3PO4 kadar air tertinggi sebesar 8,85% pada konsentrasi 3 M dan
semakin tinggi konsentrasi aktivator bahan,maka kadar air yang ada akan semakin
menurun. Hal ini disebabkan adanya aktivator yang mengikat molekul air pada
karbon aktif yang telah diaktivasi. Sehingga, semakin tinggi konsetrasi aktivator
maka aktivator akan menyerap kadar air yang ada pada karbon.
49
peninggkatan kadar air dikonsentrasi 3 M hingga 5M, dimana kadar air tertinggi
untuk aktivator KOH sebesar 8,33% pada konsentrasi 5 M dan kadar air terendah
pada konsetrasi 3 M sebesar 6,56%. Hasil analisa kadar air ini mengalami naik dan
turun, hal ini karena terjadi kontak karbon aktif yang berlebih terhadap uap air,
sehingga uap air akan mengisi pori-pori karbon aktif.Kemudian pada konsentrasi ke 6
memberikan pengaruh terhadap kenaikan nilai kadar air karbon aktif. Sehingga,
semakin tinggi konstrasi maka semakin banyak pori yang terbentuk. Dengan kata
lain, semakin besar jumlah pori-pori karbon aktif maka semakin besar daya adsorpsi
serta sifat higroskopis karbon serta activator KOH yang bersifat hidrokopis.
Pernyataan yang sama juga di ungkapkan oleh Santoso,dkk (2014), bahwa semakin
tinggi konsentrasi aktivator KOH, maka akan semakin banyak permukaan yang
Kadar abu merupakan banyaknya kandungan oksida logam yang terdiri dari
mineral-mieral dalam suatu bahan yang tidak dapat menguap pada proses pengabuan
50
(Selan, 2016). Kandungan abu pada karbon aktif akan berpengaruh pada kualitas
karbon aktif, dimana jika kandungan abu tinggi maka akan terjadi penyumbatan pada
3.00
2.50 2.53
2.00 2.05
1.94
1.60
% Ash
1.50 1.48
1.36 % ASH H3PO4
1.17
1.00 % ASH KOH
0.77 0.86
0.63
0.50
0.00
3M 4M 5M 6M 7M
H3PO4 yakni konsntrasi kadar abu tertinggi sebesar 2,53% pada konsentrasi 3 M dan
terendah sebesar 1,24% pada konsntrasi 7 M, hasil ini menyatakan bahwa sisa-sisa
kandungan mineral dalam karbon aktif mengalami pembuangan pada saat proses
pada karbon aktif. Begitupun, pada aktivator KOH kadar abu diperoleh semakin
51
rendah dengan meningkatnya konsentrasi. Hasil analisa abu tertinggi sebesar 1,94%
pada konsentrasi 3 M dan terendah sebesar 0,77% pada konsentrasi 7 M. Hal ini
disebabkan karena luas permukan yang disebabkan oleh konsentrasi yang tinggi
karbon aktif berbahan dasar ampas tebu menyatakan bahwa bahwa semakin tinggi
konsentrasi maka semakin kecil kadar abu karbon yang dihasilkan disebabkan
karbon. Hasil analisa kadar abu karbon aktif mahkota nanas ini masih masuk dalam
Kadar volatile mrupakam kandungan senya non karbon yang terdapat pada
karbon aktif (Adinata, 2013), hasil analisa zat terbang. Berikut hasil pengujian kadar
18.00
16.00 16.33
15.54
14.75
14.00 13.79 13.73
12.00
10.00
% Vm
8.77
8.00 % VM H3PO4
6.00 % VM KOH
Pada gambar 4.3 kadar volatile yang dihasilkan berkisar 22,61-8,98%. Kadar
terbang untuk aktivator H3PO4 yakni zat terbang tertinggi sebesar 17,62% pada
Menurut Pari dkk, (2006) Tinggi rendahnya kadar zat terbang yang dihasilkan
53
menunjukan bahwa permukaan carbon aktif masih ditutupi oleh senyawa non karbon
sehingga mempengaruhi kemampuan daya serapnya. Hasil dari kadar zat terbang
yang diperoleh masih rendah sehingga sesuai standar SII 0258-79 dengan nilai
terdapat dalam karbon aktif tersebut dan besar kecilnya kadar karbon ini
dipengaruhi oleh jumlah kadar air, kadar abu, dan kadar zat mudah menguap pada
karbon (Sutapa dalam Permatasari, dkk 2014). Berikut hasil fixed carbon terhadap
konsentrasi aktivator KOH dan H3PO4 , dapat dilihat pada Gambar 4.4:
95.00
90.00
85.00
80.00
Fixed Carbon
75.00
70.00
H3PO4
65.00 KOH
60.00
55.00
50.00
3M 4M 5M 6M 7M
Konsentrasi
Kadar fixed karbon yang dihasilkan pada penelitian ini mengalami kenaikan
dan penurunan berkisar 68,30% hingga 83,83%. Berdasarkan Gambar 4.4 untuk
aktivator H3PO4 kadar fixed carbon mengalami kenaikan. Kadar fixed carbon tertinggi
sebesar 83,83% pada konsentrasi 7 M dan yang terendah sebesar 17,62% pada
dan penurunan. Kadar fixed karbon tertinggi yakni sebesar 72,36 % pada konsentrasi
6 M dan terendah sebesar 68,30% pada konsentrasi 3 M. Hal ini, disebabkan karena
pengaruh dari kadar air, kadar abu, dan kadar zat terbang pada bahan, dimana pada
konsentrasi 6 M kadar abu dan kadar zat terbang rendah. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kandungan selulosa dan lignin bahan yang dikonversi menjadi atom carbon (Pari
dkk 2006).
Berdasarkan standar SII 0258-79 terhadap kadar fixed carbon minimal 65%.
Hasil fixed carbon pada penelitian ini masih memenuhi standar kualitas karbon aktif
SII 0258-79.sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi fixed carbon yang
Hal ini sama seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subadra, dkk
(2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi aktivator maka akan
Penentuan daya serap iod terhadap daya adsorpsi karbon aktif memiliki
korelasi dengan luas permukaan dari karbon aktif.luas permukaan merupakan suatu
parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas dari suatu karbon aktif
900.000
850.000
800.000
Daya serap iod
750.000
700.000
650.000 IOD H3PO4
IOD KOH
600.000
550.000
500.000
3M 4M 5M 6M 7M
Daya adsorbsi tersebut dapat ditunjukan dengan besarnya nilai iod yang
menunjukan seberapa besar adsorben dapat mengadsoprsi iod. Pada Gambar 4.4
daya serap adsorbs berbanding lurus dengan meningkatnya konsentrasi, daya serap
iod terendah yakni 681,946 mg/gram pada konsentrasi 3M belum memenuhi standar
SII 0258-88, tetapi seiring meningkat konsentrasi activator maka daya serap iod
menggunakan aktivator KOH menunjukan hal yang Sama yakni semakin tinggi
konsentrasi activator maka daya serap iod yang dihasilkan meningkat. Kadar iod
terendah yakni sebesar 691,956 mg/g pada 3 M dan tertinggi sebesar 777,953 mg/g
pada konsentrasi 7 M.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya serap yang tinggi
menunjukan bahwa karbon aktif memiliki luas permukaan yang tinggi pula. Serta,
hasil dari penelitian ini telah memnuhi standar SII 0258-79 minimal 750 mg/g
BAB V
5.1 Kesimpulan
aktivator H3PO4 7 M. Karbon aktif tersebut telah memenuhi syarat mutu karbon
aktif SII No. 0258-79 dengan data nilai kadar air sebesar 6,20%;Kadar abu sebesar
0.63%; Kadar zat terbang sebesar 8,73%; Fixed Carbon sebesar 84,44%; dan Daya
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka masih perlu penelitian lebih
DAFTAR RUJUKAN
KARBON AKTIF.
Hadiati, S., & Ni Luh Putu, I. (2008). Petunjuk Teknis Budidaya Nenas.
Nugraheni. (2016). Sehat Tanpa Obat dengan Nanas. (Ignas, Ed.). Andi.
Onggo, H., & Astuti, J. T. (2005). Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen
Peroksida terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nenas. Journal
Pari, G., Hendra, D., & Pasaribu, R. A. (2006). PENGARUH LAMA WAKTU
2
Greenwood Press.
Santoso, R. H., Susilo, B., & Nugroho, W. A. (2014). Pembuatan dan Karakterisasi
from Cassava Peel ( Manihot esculenta Crantz ) Using Activating Agent KOH,
2(3), 279–286.
Selan, A. (2016). Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif,
32–36.
Subadra, I., Setiaji, B., & Tahir, I. (2005). ACTIVATED CARBON PRODUCTION
Sudradjat, R., & Pari, G. (2011). Arang Aktif : Teknologi Pengolahan dan Masa
Negeri Sriwijaya.
4
Negeri Samarinda.