Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH JARAK ELEKTRODA DAN WAKTU REAKSI

PADA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK


JELANTAH DENGAN METODE ELEKTROLISIS
MENGGUNAKAN ELETRODA PERAK (Ag)

TUGAS AKHIR

Oleh:
Malik Mahendra
NIM 16614010

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA
SAMARINDA
2019
PENGARUH JARAK ELEKTRODA DAN WAKTU REAKSI
PADA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK
JELANTAH DENGAN METODE ELEKTROLISIS
MENGGUNAKAN ELETRODA PERAK (Ag)

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya pada


Program Studi Petro dan Oleo Kimia
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh:
Malik Mahendra
NIM 16614010

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA
SAMARINDA
2019
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Malik Mahendra

NIM : 16 614 010

Jurusan : Teknik Kimia

Program Studi : Petro dan Oleo Kimia

Jenjang : D3

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Jarak Elektroda dan Waktu Reaksi pada

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan

Metode Elektrolisis Menggunakan Eletroda Perak

(Ag)

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar.

Jika kemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam laporan

penelitian, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Samarinda, 30 Agustus 2019

Malik Mahendra
16 614 010
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH JARAK ELEKTRODA DAN WAKTU REAKSI PADA


PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN
METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELETRODA PERAK (Ag)

NAMA : MALIK MAHENDRA

NIM : 16 614 010

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : PETRO DAN OLEO KIMIA

JENJANG STUDI : D3

Laporan Penelitian ini telah disahkan


Pada tanggal, 2019

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dedy Irawan, S.T., M.T Andri Kurniawan, S.Pd., M.A


NIP. 19750208 200212 1 001 NIP. 19780906 200312 1 002

Mengesahkan:

Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PENGARUH JARAK ELEKTRODA DAN WAKTU REAKSI PADA


PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN
METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELETRODA PERAK (Ag)

NAMA : MALIK MAHENDRA

NIM : 16 614 010

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : PETRO DAN OLEO KIMIA

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui


Pada tanggal, 2019

Dewan Penguji
Ketua Sidang,
Nama : Fitriyana, S.Si., M.Si
NIP : 19790824 200501 2 004

Penguji I,
Nama : Muhammad Syahrir, S.T., M.T
NIP : 19690204 199802 1 001

Penguji II,
Nama : Firman, S.T., M.Eng
NIP : 19741004 200112 1 001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi
Petro dan Oleo Kimia

Dedy Irawan, S.T., MT Sitti Sahraeni, S.T., M.Eng


NIP. 19750208 200212 1 001 NIP. 19741007 200112 2 003
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhana wa ta’ala

karena atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir yang berjudul “Pengaruh Jarak Elektroda dan Waktu Reaksi pada

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Metode Elektrolisis

Menggunakan Eletroda Perak (Ag)” dengan baik.

Laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

jenjang pendidikan program Diploma III pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik

Negeri Samarinda. Dengan Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat

menerapkan ilmu yang telah diperoleh untuk mengaplikasikannya pada kehidupan

sehari-hari dan memberikan manfaat bagi kehidupan orang banyak.

Pada kesempatan ini penulis berkenan mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc. selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

2. Bapak Dedy Irawan , S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia,

Politeknik Negeri Samarinda. Sekaligus selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian Laporan

Tugas Akhir ini.

3. Ibu Sitti Sahraeni, ST., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Petro dan

Oleo Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda,

4. Bapak Andri Kurniawan S.Pd., M.A, selaku dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian

Laporan Tugas Akhir ini.

vi
5. Bapak Ibnu Eka Rahayu, S.ST.,M.T., selaku Kepala Laboratorium Pilot

Plant dan Dosen Team Penelitian, Politeknik Negeri Samarinda.

6. Bapak Kusyanto, S.ST., M.T., selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar

dan Dosen Team Penelitian, Politeknik Negeri Samarinda.

7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Analis/Teknisi serta Administrasi Jurusan

Teknik Kimia.

8. Orang tua, keluarga dan teman-teman Teknik Kimia Angkatan 2016 yang

selalu memberikan do’a dan semangat dalam mengerjakan Laporan Tugas

Akhir ini.

9. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan Laporan Tugas

Akhir.

Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga Laporan Tugas

Akhir ini dapat lebih baik kedepannya. Besar harapan penulis Laporan Tugas

Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.

Samarinda, 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

ABSTRAK ............................................................................................................ xii

ABSTRACT ........................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

2.1 Minyak Jelantah ............................................................................................. 5

2.2 Biodiesel ........................................................................................................ 6

A. Massa jenis pada 40ºC .................................................................................... 7

B. Viskositas kinematic pada 40ºC ...................................................................... 8

2.3 Reaksi Transesterifikasi ................................................................................. 8

2.4 Elektrolisis ................................................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 18

3.1 Waktu dan Tempat penelitian ...................................................................... 18

3.2 Rancangan Penelitian................................................................................... 18

3.3 Alat dan Bahan............................................................................................. 19

viii
3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 20

3.4.1 Diagram Alir Penelitian......................................................................... 20

3.4.2 Presedur Penelitian ................................................................................ 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 27

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 27

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 28

4.2.1 Pengaruh jarak dan waktu reaksi terhadap rendemen biodiesel ............ 28

4.2.2 Analisa Standar Mutu Biodiesel ............................................................ 30

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 33

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 33

5.2 Saran ............................................................................................................ 33

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 34

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Reaksi Transesterifikasi ..................................................................... 9

Gambar 2. 2 Pembentukan zat antara tetrahedral.................................................. 10

Gambar 2. 3 Pembentukan metil ester .................................................................. 11

Gambar 2. 4 Pembentukan digliserida .................................................................. 11

Gambar 2. 4 Pembentukan senyawa digliserida dan ion metoksida ..................... 12

Gambar 2. 5 mekanisme reaksi eletrolisis pada transesterifikasi .......................... 12

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian ..................................................................... 20

Gambar 3. 2 Rangaian alat elektrolisis ................................................................. 22

Gambar 4. 1 Jarak elektroda vs rendemen pada tegangan 15 volt ........................ 28

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar Biodiesel SNI 7182:2015 .......................................................... 7

Tabel 4. 1 Hasil Analisa bahan baku minyak jelantah .......................................... 27

Tabel 4. 2 Hasil Analisa Rendemen, Densitas, Viskositas dan Bilangan Asam ... 27

Tabel 4. 3 Sifat Fisika Biodiesel yang dihasilkan pada kondisi terbaik (jarak

elektroda : 1,5 cm dan waktu reaksi 2,5 jam) ....................................................... 32

xi
ABSTRAK

Minyak jelantah adalah limbah hasil pemakaian dari kegiatan masak. Minyak
jelantah dapat menjadi salah satu bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif
yaitu biodiesel. Tujuan dari peneltian adalah mengetahui pengaruh jarak antar
elektroda dan waktu reaksi terhadap rendemen biodiesel yang dihasilkan dengan
metode elektrolisis menggunakan elektroda perak (Ag). Pada penelitian ini,
dilakukan sintesis biodiesel dari minyak jelantah menggunakan metode elektrolis.
Elektroda yang digunakan adalah logam perak (Ag) dengan dimensi 2 cm × 2 cm
× 0,1 cm, yang mana jarak antar elektroda divariasikan yaitu 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5
cm, menggunakan katalis KOH dengan konsentrasi 0,5% dan perbandingan mol
minyak/metanol (1 : 6). Elektrolisis dilakukan pada tegangan listrik 15 Volt
dengan waktu reaksi yang divariasikan yaitu 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 jam. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jarak antar elektroda dan waktu reaksi saling
memiliki keterkaitan dan berpengaruh terhadap rendemen biodiesel yang
dihasilkan. Hasil biodiesel terbaik diperoleh pada kondisi jarak antar elektroda
sebesar 1,5 cm dan waktu reaksi selama 2,5 jam dengan rendemen biodiesel
sebesar 93,96%.

Kata kunci : biodiesel, elektrolisis, minyak jelantah, perak, rendemen

xii
ABSTRACT

Used cooking oil is waste from the use of cooking activities. Used cooking oil can
be one of the raw materials for making alternative fuels, namely biodiesel. The
purpose of the study is to determine the effect of the distance between electrodes
and reaction time on the rendement of biodiesel produced by the electrolysis
method using silver (Ag) electrodes. In this study, biodiesel synthesis from used
cooking oil was carried out using the electrolytic method. The electrode used is
silver metal (Ag) with dimensions of 2 cm × 2 cm × 0.1 cm, where the distance
between electrodes was varied, namely 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, and 2.5 cm, using a
KOH catalyst with a concentration of 0.5% and a mole ratio of oil / methanol (1 :
6). Electrolysis was carried out at 15 Volt electric voltage with varied reaction
time, namely 1.0, 1.5, 2.0, and 2.5 hours. The results of this study indicate that the
distance between electrodes and reaction time are interrelated and affect the
rendement of biodiesel produced. The best biodiesel results were obtained at
conditions between the electrode distance of 1.5 cm and reaction time of 2.5 hours
with biodiesel rendement of 93.96%.

Keywords : biodiesel, electrolysis, rendement, silver, used cooking oil

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak jelantah adalah limbah pemakaian dari kegiatan memasak

menggunakan minyak (menggoreng). Di kota Samarinda sendiri salah satu

perusahaan yang menampung minyak jelantah setiap bulannya dapat mencapai

angka 40 ton/bulan (PT. Borneo Sinergy Dua, 2017). Maka dapat diperkirakan

potensi minyak jelantah di Samarinda pada tahun 2017 lebih dari 480 ton.

Minyak goreng yang digunakan berulang-ulang dapat berdampak

negatif pada kesehatan, hal ini dikarenakan pemanasan minyak goreng

berulang kali dengan suhu tinggi (>170 ºC – 200 ºC) menyebabkan minyak

akan mengalami proses oksidasi yang membentuk senyawa peroksida dan

hidroperoksida yang merupakan radikal bebas (Ketaren, 2008 dalam Alamsyah,

2019). Minyak jelantah yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih

dahulu dapat menimbulkan pencemaran terhadap air maupun tanah (Putra, dkk,

2016).

Minyak jelantah dapat diolah menjadi biodiesel yang mana akan

menambah nilai jualnya. Karena minyak jelantah memiliki kadar FFA yang

tinggi, maka pada umumnya diperlukan dua tahap konversi minyak jelantah

menjadi biodiesel, yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi (Hambali, dkk,

2007).
2

Pembuatan biodiesel menggunakan metode konvensional, yang

umumnya melibatkan reaksi Esterifikasi dan Transesterfikasi membutuhkan

waktu proses yang lebih lama, yang mana hal ini akan menambah biaya proses

pembuatan biodiesel. Elektrolisis adalah salah satu cara untuk mensintesis atau

memproduksi suatu bahan yang didasarkan pada teknik elektrokimia.

Penggunanaan metode ini memiliki keuntungan seperti peralatan yang

diperlukan sangat sederhana, yakni terdiri dari dua sampai tiga batang

elektroda yang dihubungkan dengan sumber arus listrik, potensial elektroda

dan rapat arusnya dapat diatur sehingga selektivitas dan kecepatan reaksinya

dapat ditempatkan pada batas-batas yang diinginkan melalui pengaturan

besarnya potensial listrik serta tingkat polusi yang sangat rendah dan mudah

dikontrol. Dari keuntungan yang ditawarkan menyebabkan teknik elektrolisis

lebih menguntungkan dibandingkan metode sintesis secara konvensional

(Moeksin, dkk, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian pembuatan biodiesel menggunakan minyak jelantah dengan

metode elektrolisis yang dilakukan oleh Moeksin, dkk, (2017) dengan

memvariasikan tegangan listrik (6V, 9V, dan 12 V) serta rasio volume metanol

(20%, 30% dan 40%). Rendemen biodesel terbaik dengan nilai 38,3%, pada

kondisi jarak antar elektroda grafit sebesar 1,5 cm dengan rasio volume methanol

20%, tegangan listrik 12 V dan waktu reaksi selama 4 jam. Pada penelitian

pembuatan biodiesel berbahan minyak nabati dengan metode elektrolisis


3

menggunakan elektroda grafit yang dilakukan oleh Syahputra, dkk, (2018). Yang

mana penelitian yang dilakukan memvariasikan katalis OH --zeolit (2%, 3%, 5%,

10% dan 20%) yang dilakukan pencucian dengan aquadest hingga pH netral

setelah dilakukan aktivasi pada katalis. Diperoleh rendemen sebesar 70,1% pada

kondisi penambahan katalis OH--zeolit 5% dengan dicuci hingga pH 7 dengan

waktu elektrolisis selama 1 jam dan tegangan konstan 18,2 Volt.

Penelitian yang dilakukan oleh Nopal, (2019) pada kondisi yang sama

yaitu waktu elektrolisis selama 1 jam dengan jarak 1 cm dan tegangan konstan 15

Volt menggunakan elektroda perak mendapatkan rendemen sebesar 92,06%. Hal

ini menunjukkan bahwa penggunaan elektroda perak dapat menaikkan rendemen

yang cukup signifikan sebesar 21,96% dari hasil yang didapatkan oleh Syahputra,

dkk, (2018) menggunakan elektroda grafit.

Salah satu upaya untuk meningkatkan rendemen biodiesel yang diperoleh

Moeksin, dkk, (2017) adalah dengan mengganti elektroda grafit dengan perak,

seperti yang dilakukan oleh Nopal, (2019) untuk meningkatkan rendemen

biodiesel yang diperoleh. Hal ini dikarenakan perak memiliki konduktivitas listrik

yang yang besar dibandingkan dengan grafit dalam deret volta (Irawan, dkk,

2019) sehingga dapat meningkatkan proses efisiensi pembuatan biodiesel.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak

antara elektroda dan waktu reaksi terhadap rendemen biodiesel yang dibuat dari
4

minyak jelantah dengan metode elektrolisis menggunakan elektroda perak (Ag)

sesuai dengan Standar Nasional Indonesa Nomer 7182 Tahun 2015.

Menfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dan

manfaat dari hasil konversi minyak jelantah menjadi biodiesel dengan metode

elektrolisis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Jelantah

Minyak jelantah adalah minyak bekas hasil penggorengan dari

kegiatan masak-memasak. minyak jelantah memiliki kandungan asam lemak

jenuh yang tinggi yang dapat memicu penyakit degenerative, kualitas minyak

goreng jelantah dipengaruhi oleh beberap faktor (Sitepoe, 2008):

Sumber minyak goreng. Minyak goreng yang berasal dari tanaman

berumur pendek akan berkadar asam lemak jenuh rendah, sedangkan dari

tanaman berumur panjang akan berkadar asam lemak jenuh tinggi. Minyak

goreng hewani berkadar asam lemak jenuh tinggi, bahkan mengandung

kolestrol dan semakin memicu penyakit degenaratif.

Bahan makanan yang digoreng. Minyak goreng nabati dengan kadar

asam lemak jenuh yang tinggi akan menghasilkan makanan gorengan dengan

kadar asam lemak jenuh yang tinggi. Sementara itu, minyak goring nabati

dengan kadar asam lemak tak jenuh tinggi akan menghasilkan makanan

gorengan dengan kadar asam lemak tak jenuh tinggi pula. Minyak goring

hewani akan mempertinggi kadar asam lemak jenuh dan menambah kadar

kolesterol sehingga akan lebih cepat memicu penyakit degenaratif.

Jumlah frekuensi penggorengan dengan minyak goreng jelantah yang

sama. Semakin sering minyak jelantah digunakan untuk menggoreng, semakin

tinggi kadar asam lemak jenuh minyak itu.


6

2.2 Biodiesel

Biodiesel merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang dapat

diperoleh dari lemak dan tumbuhan hewan. Biodiesel merupakan monoalkil

ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang terkandung dalam minyak

nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai bahan bakar diesel

(Trisnaliani, dkk, 2017).

Biodiesel pada prinsipnya dihasilkan melalui proses transesterifikasi

minyak atau lemak dengan alkohol. Alkohol akan menggantikan gugus alkohol

pada struktur ester minyak dengan bantuan katalis. NaOH dan KOH adalah

katalis yang umumnya digunakan (Hambali, dkk, 2006).

Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga

sangat prospektif untuk dikembangkan. Biodiesel memiliki kelebihan lain

dibandingkan dengan solar, yaitu :

1 Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih

baik sesuai dengan isu-isu global,

2 Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik

dibandingkan dengan minyak kasar,

3 Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapa terurau

(biodegradable),

4 Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat

diperbaharui, dan

5 Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi

secara lokal.
7

Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia telah dilakukan dan diperbarui

dalam (Badan Standardisasi Nasional, 2015).

Tabel 2. 1 Standar Biodiesel SNI 7182:2015

No Parameter Uji Satuan, min/maks Persyaratan


o 3
1. Massa jenis 40 C Kg/m 850 – 890
o 2
2. Viskositas kinematik pada 40 C Mm /s(cSt) 2,3 – 6,0
3. Angka setana (Cetane Number) Min 51
o
4. Titik nyala (mangkok tertutup) C,min 100
o
5. Titik kabut C,maks 18
Korosi lempeng tembaga (3 jam
o
6. pada 50 C) Nomor 1
Residu karbon
7. - Dalam percontoh asli, atau %-massa, maks 0,05
- Dalam 10% ampas destilasi 0,3
8. Air dan sedimen %-volume, maks 0,05
o
9. Temperatur destilasi 90% C, maks 360
10. Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02
11. Belerang mg/Kg, maks 50
12. Fosfor mg/Kg, maks 4
13. Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5
14. Gliserol bebas %-massa, maks 0,02
15. Gliserol total %-massa, maks 0,24
16. Kadar ester metal %-massa, min 96,5
%-massa (g-I2/100g),
17. Angka iodium 115
maks
18. Monogliserida %-massa, maks 0,8
Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2015

A. Massa jenis pada 40ºC

Nilai ini merupakan indicator banyaknya zat-zat pengotor, seperti sabun

dan gliserol hasil reaksi penyabunan, asam-asam lemak yang tidak terkonversi

menjadi metil ester (biodiesel), air, sodium hidroksida sisa, ataupun sisa metanol

yang terdapat dalam biodiesel. Jika massa biodiesel melebihi ketentuan sebaiknya

tidak digunakan karena akan meningkatkan keausan mesin dan menyebabkan

kerusakan mesin (Setiawati dan Edwar, 2012).


8

B. Viskositas kinematic pada 40ºC

Biodiesel ini didominasi oleh metil oleat sehingga berkontribusi terhadap

rendahnya viskositas yang dihasilkan, selain itu karena tingkat efektivitas proses

reaksi yang tinggi. Jika bahan bakar terlalu kental, maka dapat menyulitkan aliran,

perpompaan dan penyalaan. Jika bahan bakar terlalu encer, maka menyulitkan

penyebaran bahan bakar sehingga sulit terbakar dan akan menyebabkan kebocoran

dalam pipa enjeksi.

C. Bilangan Asam

Bilangan asam adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk

menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau

lemak. Rendahnya asam lemak yang dihasilkan menandakan bahwa kandungan

asam lemak bebas pada bahan baku minyak jelantah telah menurun.

2.3 Reaksi Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah penggantian gugus alkohol dari ester dengan

alkohol lain. Umumnya katalis yang digunakan adalah NaOH atau KOH.

Metanol lebih umum digunakan untuk proses transesterifikasi karena

harganya lebih murah dan lebih mudah di-recovery, walaupun tidak menutup

kemungkinan untuk menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol.

Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk

mendorong reaksi agar bergerak ke kanan menghasilkan metil ester (biodiesel)

maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau salah satu produk

harus dipisahkan.
9

Berikut reaksi transesterifikasi trigiliserida dengan methanol untuk

menghasilkan metil ester (biodiesel).

Sumber : Hambali ,dkk, 2007

Gambar 2. 1 Reaksi Transesterifikasi

Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada

reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis

katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan

kandungan asam lemak bebas pada bahan baku yang dapat menghambat reaksi.

Pada proses transesterifikasi, selain menghasilkan biodiesel, hasil

sampingnya adalah gliserin (gliserol). Gliserin dapat dimanfaatkan dalam

pembuatan sabun (Hambali, dkk, 2006)

Metode transesterifikasi dapat menghasilkan biodiesel hingga rendemen

95% dari bahan baku minyak tumbuhan. Metode transesterifikasi pada

dasarnya terdiri atas 4 tahapan (Hambali, dkk, 2007)

1. Pencampuran katalis alkalin (NaOH atau KOH) dengan alkohol (methanol

atau etanol) pada konsentrasi katalis antara 0,5 – 1 wt% dan 10 – 20 wt%

metanol terhadap massa minyak.


10

2. Pencampuran alkohol dan katalis dengan minyak pada temperature 55 °C

dengan kecepatan pengadukan konstan. Reaksi dilakukan sekitar 30 – 45

menit.

3. Setelah reaksi berhenti, campuran didiamkan hingga terjadi pemisahan

antara metil ester dan gliserol.

4. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ketiga dicuci menggunaka air hangat

untuk memisahkan zat-zat pengotor dan kemudian dilanjutkan dengan

drying untuk menguakan air yang terkandung dalam biodiesel.

Reaksi transesterifikasi diawali dengan pembentukan ion metoksida. Ion

metoksida memliki aktivitas katalik yang tinggi. Tahapan selanjutnya adalah

pembentukan zat antara tetrahedral (Lestari, 2017).

Sumber: Lestari, 2017

Gambar 2. 2 Pembentukan zat antara tetrahedral


Ion metoksida yang reaktif mampu menyerang C=O (karbonil) yang ada

pada trigliserida, yang mengakibatkan terputusnya ikatan π pada C=O sehingga

muatan –O- menjadi negatif. Penyerangan ini mengarah pada pembentukan zat

antara tetrahedral. Tahapan berikutnya adalah pembentukan senyawa metil ester.


11

Sumber: Lestari, 2017

Gambar 2. 3 Pembentukan metil ester


Zat antara tetrahedral mengalami penataan ulang, dimana PEB (Pasangan

Elektron Bebas) dari atom –O- membentuk rangkap kembali dengan C=O

karbonil yang menyebabkan terlepasnya ikatan C-O sehingga mengasilkan

senyawa metil ester dan ion trigliserida. Tahap selanjutnya adalah pembentukan

senyawa digliserida.

Sumber: Lestari, 2017

Gambar 2. 4 Pembentukan digliserida


Ion digliserida bereaksi dengan H+ dari hasil reaksi samping pembentukan

ion metoksida. Ion digliserida dimungkinkan juga dapat bereaksi dengan metanol

membentuk senyawa digliserida dan ion metoksida.


12

Sumber: Lestari, 2017

Gambar 2. 5 Pembentukan senyawa digliserida dan ion metoksida

2.4 Elektrolisis

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis

oleh arus listrik. Elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari sel volta/galvani

yang potensial selnya negatif. Untuk elektrolisis pada transesterifikasi,

mekanisme reaksinya mengikuti persamaan (1) sampai dengan (5) pada gambar

berikut ini (Irawan, dkk, 2019).

Sumber : Fereidooni dan Mehrpooya, 2017

Gambar 2. 6 mekanisme reaksi eletrolisis pada transesterifikasi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses elektrolisis adalah

(Mazloomi, dkk, 2012)

1. Kualitas Elektrolit

Basa dan asam diketahui mengubah sifat tidak murni dari air. Senyawa-

senyawa ini memiliki efek reduksi yang besar pada nilai tegangan lebih dari
13

elektrolit karena mereka meningkatkan konduktivitas ionik senyawa elektrolit

yang dapat lart pada air. Namun, tingkat konsentrasi larutan asam dan alkali

terbatas dalam proses elektrolisis karena dapat bersifat sangat korosif. Larutan ion

KOH 25% sampai 30% dilaporkan memiliki kegunaan yang luas dalam elektrolit.

Di sisi lain, kinerja elektrokatalitik sel elektrolisis air diketahui terbatas.

Keterbatasan ini menyebabkan resistansi listrik keseluruhan sel naik dan akan

menyebabkan efisiensi turun.

Selain itu, setiap keberadaan pengotor dapat menyebabkan reaksi samping

yang tidak diinginkan dalam sel elektrolisis. Ion magnesium, klorida dan kalsium

dapat disebut sebagai beberapa contoh umum dari pengotor ini. Selain itu,

kontaminasi dapat menghambat dan mengurangi keaktifan pelat elektroda dalam

proses transfer elektron. Kondisi tersebut adalah penyebab terjadinya

pembentukan resistensi ohmik berlebih dari jalur arus listrik.

2. Hambatan Listrik

Hambatan listrik dari suatu benda adalah evaluasi dari penentangannya

terhadap arus listrik. Tingkat gaya ini sebanding dengan luas penampang dan

panjang lintasan saat ini dan resistivitas material dari bahan konduksi. Hubungan

antara variabel yang disebutkan ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini.

R= ρl/A…………………………………(2.1)

Di mana A adalah luas penampang, ρ adalah resistivitas material, R adalah

hambatan listrik, dan l adalah jarak antar elektroda. Di dalam sel elektrolisis,

elektron memulai perjalanannya dari permukaan elektroda, bergerak melalui

elektrolit dan mengakhiri perjalanan mereka di permukaan elektroda lainnya. Kita


14

dapat menganggap jalur sebagai objek dengan panjang yang sama dengan jarak

antara elektroda, potongan melintang area elektroda tumpang tindih dan nilai

resistivitas yang setara. Resistivitas ekivalen terdiri dari variabel yang berbeda

seperti resistivitas elektroda, penerimaan listrik dari elektrolit dan reaksi antara

permukaan elektroda dan elektrolit. Oleh karena itu, resistivitas ekivalen adalah

fungsi dari variabel berikut :

A. Jarak antar elektroda

Menurut persamaan di atas (2.1), dengan mengurangi jarak antara

elektroda, hambatan listrik yang lebih rendah dapat diperoleh. Penempatan

elektroda yang terlalu dekat satu sama lain akan mengurangi efisiensi proses.

Hambatan listrik yang lebih besar dari elektrolit adalah hasil dari akumulasi

gelembung gas di daerah antar-elektroda. Oleh karena itu, akumulasi ini akan

menyebabkan proses menjadi kurang efisien. Variabel lain dari persamaan di

atas adalah luas penampang suatu objek. Seperti yang ditunjukkan hasilnya,

pada lebar elektroda yang sama, tinggi elektroda yang lebih besar akan

menyebabkan disipasi daya tambahan dalam sel.

Alasannya dinyatakan sebagai pembentukan fraksi void dengan volume

yang lebih besar. Model pergerakan gelembung gas jelas menggambarkan

jumlah yang lebih besar dari akumulasi gelembung di bagian elektroda yang

lebih tinggi. Eksperimen ini juga menunjukkan bahwa tingkat efisiensi yang

lebih tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan elektroda pada posisi

vertikal.
15

B. Memaksa gelembung untuk pergi

Resistensi ohmik dalam rendaman elektrolisis terkait dengan cakupan

gelembung semua permukaan karena akumulasi gelembung gas pada setiap

permukaan akan mengurangi konduktivitasnya. Oleh karena itu, ini

menyebabkan tingkat penurunan tegangan ohmik yang lebih tinggi. Di sisi lain,

diameter gelembung tergantung pada kepadatan saat ini, suhu dan tekanan.

Nilai tekanan memiliki korelasi terbalik dengan ukuran gelembung di mana

kerapatan dan suhu saat ini memiliki pengaruh yang berlawanan. Apalagi laju

pelepasan gas gelembung dari permukaan dan kecepatan keberangkatannya

memainkan peran penting dalam nilai resistansi listrik dari rendaman

elektrolitik.

C. Material elektroda

Berbagai bahan digunakan sebagai elektroda. Setiap logam memiliki

tingkat aktivitas, ketahanan listrik, dan resistivitas korosi yang berbeda.

Platinum dan emas dikenal sebagai dua pilihan terbaik untuk digunakan

sebagai elektroda. Namun, harga tinggi membatasi penggunaannya dalam

electrolyzers industri dan komersial. Aluminium, Nikel, Raney, nikel dan

kobalt adalah bahan elektroda yang paling umum untuk digunakan dalam

rendaman elektrolit alkali. Popularitas ini adalah hasil dari kisaran harga yang

memuaskan, ketahanan terhadap korosi dan stabilitas kimiawi. Selain itu,

penulis menemukan anyaman atau elektroda disinter berpori menjadi 30 kali

lebih aktif dengan permukaan yang halus.


16

D. Bahan Pemisah

Menempatkan pelat pemisah dalam sel, menghalangi pergerakan massa

dan ion secara bebas sampai batas tertentu. Selain itu, adanya penghalang

tersebut meningkatkan pembatalan pemutusan ikatan rantai dengan

mengakumulasi lebih lanjut gelembung gas dalam elektrolit. Selain itu,

hambatan listrik efektif pelat pemisah sering dihitung sebesar tiga hingga lima

kali lipat dari solusi elektrolit. Hambatan listrik pemisah tergantung pada

variabel yang berbeda seperti korosi, suhu dan tekanan.

Menurut (Rahmawati, 2013) Selain selain faktor diatas ada faktor lain

yang mempengaruhi proses elektrolisis yaitu :

A. Waktu Elektrolisis

Waktu adalah salah satu variabel dalam proses elektrolisis. Semakin lama

waktu elektrolisis maka, proses elektrolisis akan berjalan dengan optimal.

B. Konsentrasi Elektrolit

Semakin besar konsentrasi suatu larutan pereaksi maka akan semakin

besar pula laju reaksinya. Ini dikarenakan dengan prosentase katalis yang semakin

tinggi dapat mereduksi hambatan pada elektrolit. Sehingga transfer elektron dapat

lebih cepat meng-elektrolisis elektrolit dan didapat ditarik garis lurus bahwa

terjadi hubungan sebanding terhadap prosentase katalis dengan transfer elektron.

C. Kecepatan Pengadukan

Dalam literatur menyebutkan bahwa semakin cepat pengadukan pada saat

elektrolisis maka proses elektrolisis akan berjalan dengan baik. Kecepatan

pengadukan akan mempengaruhi laju difusi partikel larutan. Jika kecepatan


17

pengadukan memadai, maka laju difusi partikel akan meningkat dan terjadi difusi

pada batasan kecepatan tertentu. Menurut Weber pada umumnya batasan laju

penyerapan difusi adalah pada kecepatan pengadukan yang tinggi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari hingga Juli 2019. Penelitian,

serta analisa berat jenis, bilangan asam dan viskositas dilakukan di

Laboratorium Kimia Dasar Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda. Bahan

baku berupa minyak jelantah diperoleh dari penjual amplang Tepian

Samarinda.

3.2 Rancangan Penelitian

Adapun Variabel dari penelitian ini adalah

A. Variabel Berubah

a. Jarak Elektroda : 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 (cm)

b. Waktu Elektrolisis : 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 (jam)

B. Variabel Tetap

a. Volume bahan baku minyak jelantah 75 mL

b. Volume metanol 17,5 mL

c. Tegangan Listrik 15 Volt

d. Luas penampanh elektroda perak (2×2×0,1) cm

C. Variabel Respon
19

a. Rendemen Biodiesel

b. Viskositas kinematic biodiesel (40 ºC) (SNI 7182:2015)

c. Densitas biodiesel (40 ºC) (SNI 7182:2015)

d. Bilangan asam (SNI 7182:2015)

3.3 Alat dan Bahan

A. Alat

a. Power supply DC Edakai i. Piknometer

ALC-3030A j. Spatula

b. Elektroda plat (2×2×0,1) cm k. Kaca arloji

c. Pipet ukur 1 dan 25(mL) l. Neraca Digital

d. Hot plate m. Batang pengaduk

e. Megnetic stirrer n. Termometer 100 ºC

f. Digital voltase meter o. Erlenmeyer 250 mL

g. Gelas kimia 100, 250, 500 p. Gelas ukur 100 (mL)

(mL) q. Buret 50 mL

h. Corong pisah 150 (mL) r. Viskometer Ostwald

B. Bahan

a. Minyak jelantah e. Air alkali

b. Metanol P.A f. Indikator PP

c. Aquades g. Alkohol netral 95%

d. Padatan KOH P.A h. Indikator pH universal


20

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Diagram Alir Penelitian

Filtrasi Minyak Jelantah

Analisa FFA

Transesterifikasi menggunakan metode Tegangan : 15 Volt


elektrolisis dengan elektoda perak Pengadukan : 350 rpm

Proses Elektrolisis
Variasi Jarak elektroda : 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 (cm)
Waktu elektrolisis : 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 (jam)

Pemisahan Gliserol dan pengotor

Crude Biodiesel

Pencucian

Pemisahan Air dan katalis

Biodiesel

Analisa Fisik dan Kimia :


Rendemen, Viskositas Kinematik Biodiesel, Densitas
Biodiesel, Bilangan Asam (SNI 7182:2015)

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian


21

3.4.2 Presedur Penelitian

A. Preparasi bahan baku

1. Menyaring minyak jelantah dengan saringan kain

2. Menampung hasil saringan dalam wadah bahan baku

B. Proses analisa Free Fatty Acid bahan baku (sumber: Moeksin, dkk, 2017)

1. Menimbang minyak jelantah sebanyak 5 gram, menuang dalam

Erlenmeyer

2. Menambahkan 50 mL etanol kedalam larutan minyak jelantah lalu diaduk

3. Memanaskan campuran hingga suhu 40 ºC setelah itu ditambahkan 2 tetes

indikator PP

4. Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai campuran berubah

warna merah muda dan tidak hilang selama 30 detik

5. Menghitung asam lemak bebas (%FFA) dari minyak jelantah dengan

rumus

C. Prosedur

Prosedur Pembuatan Biodiesel dengan metode Elektrolisis

1. Merangkai alat elektrolisi yang terdiri dari Power Supply DC, Kabel, Plat

Perak dengan jarak antar plat 1 cm, Gabus/ Busa, Gelas kimia 250 ml dan

hot plate seperti Pada gambar berikut :


22

Gambar 3. 2 Rangaian alat elektrolisis


2. Mengukur minyak jelantah sebanyak 75 ml dengan menggunakan gelas

ukur 100 ml.

3. Memipet metanol sebanyak 19,5 mL dengan menggunakan pipet ukur 25

ml kemudian memasukkan kedalam gelas kimia 100 ml.

4. Menimbang katalis padatan KOH sebanyak 0,3504 gr menggunakan kaca

arloji pada neraca digital analitik, kemudian memasukkan kedalam gelas

kimia 100 ml yang telah terdapat metanol.

5. Mengaduk larutan hingga katalis KOH terlarut secara sempurna.

6. Memipet air alkali sebanyak 1,7 mL menggunakan pipet 5 mL kemudian

memasukkan air alkali kedalam larutan KOH dan metanol.

7. Memasukan minyak jelantah ke dalam gelas kimia 250 ml yang terdapat

pada rangkaian alat elektrolisis. Menyalakan power supply dengan

tegangan 15 volt dan menyalakan stirrer pada skala enam.

8. Memasukkan larutan pereaksi (metanol, KOH dan air alkali) secara

perlahan, setelah itu memastikan voltase masih dalam angka 15 volt

dengan menggunakan digital voltase meter.


23

9. Menjalankan proses elektrolisis selama 1,0 jam.

10. Setelah proses elektrolisis selesai pindahkan campuran ke dalam corong

pisah dan lakukan proses pemurnian.

11. Mengulangi langkah satu sampai dengan sepuluh dengan variasi yang

telah ditentukan jarak elekroda: 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 dan 2,5 (cm) dan waktu

reaksi : 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 (jam)

Prosedur Pemurnian Biodiesel

1. Memisahkan lapisan atas (crude biodiesel) dengan lapisan bawah (gliserol

dan pengotor lainnya) menggunakan corong pisah dan mengukur volume

lapisan atas.

2. Mencuci lapisan atas (biodiesel) dengan aquadest panas dengan

perbandingan volume 1 : 1 dari volume lapisan atas.

3. Melakukan pencucian hingga pH aquadest hasil pencucian sama dengan

Aquadest sebelum dipakai untuk pencucian dan lapisan atas (biodiesel)

sudah menjadi jernih.

4. Memanaskan biodiesel untuk menghilangkan sisa metanol dan aquadest

yang terdapat pada lapisan atas (biodiesel) dengan hot plat pada suhu 110

ºC, hingga gelembung yang muncul akibat pemanasan pada biodiesel

menghilang.

5. Melakukan analisa produk hasil (Rendemen , Viskositas Kinematic

Biodiesel (40 °C) (SNI 7182:2015), Densitas Biodiesel (40 °C) (SNI

7182:2015), dan Bilangan Asam (SNI 7182:2015)).


24

D. Analisa

1. Rendemen

a) Mengukur volume biodiesel yang diperoleh menggunakan gelas ukur.

b) Menghitung massa biodiesel yang diperoleh dari data densitas yang

telah dianalisa.

Rendemen dinyatakan dalam persentase berat produk akhir yang dihasilkan

per berat bahan olahan, dapat dirumuskan sebagai berikut :

.....................(3.1)

2. Viskositas kinematik biodiesel (40 oC), berdasarkan SNI 7182:2015

a) Membersihkan viskometer dengan alkohol, kemudian membilas

dengan aquades dan mengeringkan viskometer di udara terbuka.

b) Memasukkan aquades 3 ml (40 °C) kedalam tabung Viskometer

Ostwald

c) Menghisap air dalam viskometer dengan bulp hingga melewati tanda

batas atas dan diukur waktunya sampai tanda batas bawah.

d) Memasukkan biodiesel 3 ml (40 °C) kedalam tabung Viskometer

Ostwald

e) Menghisap biodiesel dalam viskometer dengan bulp hingga melebihi

tanda batas dan diukur waktunya sampai tanda batas.

...............(3.2)
25

Keterangan :

= Viskositas (cSt)

= Densitas (g/ml)

= Waktu (s)

3. Densitas biodiesel (40 oC), berdasarkan SNI 7182:2015

a) Membersihkan piknometer menggunakan alkohol, kemudian

membilasnya dengan eter dan dikeringkan.

b) Menimbang piknometer kemudia mengisi dengan aquades sampai

tanda tera, menutup kembali dan mengusahakan agar tidak ada

gelembung udara di dalamnya.

c) Mengeringkan piknometer dan menimbang pinometer dengan isiannya.

d) Mengukur berat jenis sampel dilakukan dengan cara yang sama.

e) Menghitung Berat Jenis dengan perhitungan ;

…(3.3)

4. Bilangan Asam, berdasarkan SNI 7182:2015

a) Menimbang 20 gram biodiesel, memasukkan ke dalam erlenmeyer dan

menambahkan 50 ml alkohol netral 95%. Setelah itu sampel di refluks,

panaskan hingga mendidih dan dikocok agar asam lemak bebas larut.

b) Mendinginkan sampel yang telah dipanaskan kemudian ditambahkan 3

tetes indikator PP dan dititrasi menggunakan larutan KOH 0,1 N. akhir


26

titrasi tercapai apabila terbentuk warna merah muda yang tidak hilang

selama 0,5 menit

c) Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk

menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram lemak atau minyak

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

...........................(3.4)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tabel 4. 1 Hasil Analisa bahan baku minyak jelantah

Densitas Viskositas Kinematik Bilangan Asam


(Kg/m3) (cSt) (mg-KOH/g)
934 15,0709 2,5288

Tabel 4. 2 Hasil Analisa Rendemen, Densitas, Viskositas dan Bilangan Asam

Variasi Densitas Viskositas


Bilangan Asam
SNI SNI
Rendemen SNI 7182:2015
Waktu Jarak 7182:2015 7182:2015
(%) Max 0,5
(Jam) (cm) 850 – 890 2,3 – 6,0
(mg-KOH/g)
(Kg/m3) (cSt)
0,5 72,57 862 5,8357 0,7739
1,0 73,98 864 5,7831 0,7741
1,0 1,5 77,27 860 4,7485 0,7223
2,0 77,79 865 5,7340 0,4127
2,5 84,00 866 6,0075 0,6444
0,5 82,77 866 6,0847 0,5156
1,0 83,80 864 5,5586 0,4643
1,5 1,5 85,38 867 6,2916 0,4901
2,0 86,41 865 5,6779 0,4899
2,5 88,73 864 5,5060 0,4384
0,5 87,50 864 5,5376 0,8254
1,0 88,84 865 5,7234 1,3670
2,0 1,5 90,46 869 6,2635 0,5415
2,0 86,32 864 5,7024 0,7480
2,5 87,61 865 5,2325 1,3154
0,5 86,29 864 5,4148 0,5414
1,0 87,22 861 4,7450 0,4124
2,5 1,5 93,96 878 4,0646 0,4900
2,0 88,66 863 5,2991 0,5672
2,5 89,83 862 5,2184 0,6449
28

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh jarak dan waktu reaksi terhadap rendemen biodiesel

Pengaruh jarak antar elektroda terhadap rendemen biodiesel dapat dilihat

pada Gambar 4.1 di bawah ini :

Gambar 4. 1 Jarak elektroda vs rendemen pada tegangan 15 volt


Dari Gambar 4.1 dapat dilihat rendemen cenderung mengalami kenaikan

setiap kenaikan variabel jarak sebesar 0,5 cm. Hanya saja dalam kondisi tertentu

dapat mengalami penurunan rendemen, seperti yang terjadi pada variable jarak 2,0

cm dengan waktu reaksi selama 2,0 dan 2,5 jam, kemudian bertambahnya jarak

sebesar 0,5 cm kembali mengalami kenaikan rendemen yang tidak terlalu

signifikan.

Diperoleh hasil terendah pada variabel jarak elektroda sebesar 0,5 – 1,0

cm, hal ini membuktikan penempatan elektroda yang terlalu dekat satu sama lain

akan mengurangi efisiensi proses, karena akan menyebabkan hubungan singkat

(arus pendek) antar elektron yang mengganggu reaksi pada proses


29

transesterifikasi. Jarak elektroda yang terlalu besar juga dapat menyebabkan

penurunan hasil rendemen biodiesel yang begitu signifikan, dapat dilihat

penurunan rendemen terjadi pada variable jarak 2,0 cm. Hal ini berkaitan dengan

hukum ohm yang menyatakan bahwa kuat arus listrik (sejumlah elektron yang

mengalir) adalah jumlah tegangan berbanding terbalik dengan hambatan (Ishaq,

2007), sehingga semakin besar hambatan yang ada maka akan semakin kecil

jumlah elektron yang akan mengalami proses transfer elektron , selain itu, medan

listrik (volt/cm) yang dihasilkan semakin kecil (Istadi, 2006) sehingga energi

elektron rata-rata yang dihasilkan lebih kecil yang membuat proses pembentukan

ion metoksida berkurang dan akan mempengaruhi pembentukan biodiesel.

Waktu reaksi berpengaruh dalam meningkatkan jumlah elektron yang

terbentuk dan mengoptimalkan proses pembentukan biodiesel. Hal ini dibuktikan

dengan naiknya rendemen biodiesel setiap penambahan variabel waktu setiap

setengah jam. Hanya saja pada satu waktu akan mengalami penurunan rendemen

akibat reaksi yang bersifat reversible, sehingga saat reaksi sudah mencapai

kondisi optimum maka reaksi dapat bergeser kembali ke arah reaktan dan akan

memperkecil produk yang diperoleh. Hal ini dibuktikan pada penurunan

rendemen yang terjadi pada waktu reaksi 2,5 jam dengan jarak elektroda sebesar

0,5 dan 1,0 cm.

Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan mengenai pengaruh waktu dan

jarak memiliki keterkaitan satu sama lain, semakin dekat jarak antar elektroda

maka membutuhkan waktu yang singkat untuk mencapai titik optimalnya,


30

sedangkan semakin jauh jarak antar elektroda membutuhkan waktu yang lama

untuk mencapai titik optimalnya.

Penggunaan perak sebagai elektroda dalam pembuatan biodiesel kali ini

juga sangat berpengaruh besar dalam meningkatkan hasil konversinya, hal ini

dikarenakan perak memiliki nilai konduktivitas yang tinggi dibandingkan dengan

grafit dalam deret volta (Irawan, dkk, 2019). Pada penelitian ini didapat efesiensi

jarak pada 1,5 cm dan waktu reaksi selama 2,5 jam untuk mendapatkan rendemen

yang optimal sebesar 93,96%.

4.2.2 Analisa Standar Mutu Biodiesel

Analisa fisik dibutuhkan dengan tujuan untuk melihat kualitas dari

biodiesel yang dihasilkan. Hasil analisa fisik menunjukkan sebagian besar

parameter sesuai dengan Standar Nasional Indonesia No. 7182 tahun 2015.

Parameter uji densitas dalam SNI:7182 2015 baku mutu yang dikehendaki

untuk densitas adalah 850 Kg/m3– 890 Kg/m3, sehingga nilai densitas dari semua

variasi yang tertera pada Tabel 4.1, masuk dalam Standar Nasional Indonesia No.

7182 tahun 2015 untuk biodiesel. Densitas biodiesel dipengaruhi oleh panjangnya

asam lemak penyusun. Densitas yang tinggi menunjukkan metil ester yang

diperoleh masih memiliki rantai asam lemak yang panjang. Jika nilai densitas

biodiesel melebihi ketentuan sebaiknya tidak digunakan karena akan

meningkatkan keausan mesin dan menyebabkan kerusakan mesin.

Parameter uji viskositas dengan standar baku mutu 2,3 cSt – 6,0 cSt, dari

semua nilai variasi seperti yang tertera pada Tabel 4.1, sebagian besar nilai
31

viskositasnya masuk dalam dalam Standar Nasional Indonesia No. 7182 tahun

2015 untuk biodiesel. Adapun viskositas sangat penting untuk masuk dalam

standar karena biodiesel akan berdampak terhapat kinerja dari biodiesel pada saat

pengaplikasian. Nilai viskositas yang terlalu rendah akan menyulitkan penyebaran

bahan bakar sehingga sulit terbakar dan akan menyebabkan kebocoran dalam pipa

injeksi. Sedangkan nilai viskositas yang terlalu tinggi, maka dapat menyulitkan

aliran, pemompaan dan penyalaan(Setiawati & Edwar, 2012)(Setiawati & Edwar,

2012) (Setiawati dan Edwar, 2012).

Parameter uji bilangan asam dari data yang di tampilkan pada Tabel 4.1

mengalami penurunan dari nilai bilangan asam bahan baku miyak jelantah, yang

menunjukkan bahwa kandungan asam lemak bebas pada bahan baku minyak

jelantah telah menurun, hanya saja sebagian besar variasi memiliki nilai bilangan

asam yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia No. 7182 tahun 2015

untuk biodiesel yang di tentukan, yaitu maksimal sebesar 0,5 mg-KOH/g. Nilai

bilangan asam yang tidak masuk dalam standar mungkin dikarenakan kurangnya

pembentukan ion metoksida (CH3O-) pada proses elektrolisis. Dimana ion

metoksida berpengaruh dalam pemutusan gugus karbonil dalam rantai trilgliserida

dalam minyak jelantah, semakin sedikit ion metoksida yang terbentuk akan

menyebabkan berkurangnya pemutusan gugus karbonil sehingga asam lemak

bebas yang masih terkandung dalam biodiesel tidak terkonversi dengan baik

membentuk biodiesel. Asam lemak bebas yang tidak bereaksi sempurna selama

proses transesterifikasi inilah yang menyebabkan nilai dari bilangan asam pada

biodiesel sebagian besar tidak memenuhi Standar Nasional Indonesi No. 7182
32

tahun 2015. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan ion

metoksida adalah besarnya hambatan listrik dalam proses elektrolisis. Semakin

besar hambatan listrik yang ada maka akan semakin kecil jumlah elektron yang

akan mengalami transfer elektron. Sehingga ion hidroksil (OH-) yang dihasilkan

akan mengalami penurunan, dimana ion hidroksil ini akan berpengaruh terhadap

metanol dan bereaksi membentuk ion metoksida.

Sehingga perlu dilakukan optimalisasi dalam proses elektrolisis untuk

mengkonversi minyak jelantah menjadi biodiesel sesuai dengan Standar Nasional

Indonesi No. 7182 tahun 2015, yaitu dengan cara memperhatikan hambatan listrik

selama proses elektrolisis. Hambatan listrik yang terlalu besar akan mengurangi

efisiensi dalam pembentukan ion metoksida yang berfungsi memutuskan ikatan

karbonil pada trigliserida.

Pada kondisi optimal yang diperoleh saat penelitian kali ini, yaitu jarak

elektroda sebesar 1,5 cm dan waktu reaksi selama 2,5 jam. Uji kualitas yang

diperoleh sesuai dengan Standar Nasional Indonesi No. 7182 tahun 2015, yang

ditunjukkan pada Tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4. 3 Sifat Fisika Biodiesel yang dihasilkan pada kondisi terbaik (jarak

elektroda : 1,5 cm dan waktu reaksi 2,5 jam)

Parameter SNI 7182 tahun 2015 Hasil Penelitian


Berat Jenis 850 Kg/m3– 890 Kg/m3 878 Kg/m3
Viskositas 2,3 cSt – 6,0 cSt 4,0646 cSt
Bilangan Asam ≤ 0,5 mg-KOH/g 0,4900 mg-KOH/g
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Jarak antar elektroda dan waktu reaksi saling memiliki keterkaitan.

Semakin dekat jarak antar elektroda maka membutuhkan waktu yang

singkat untuk mencapai titik optimalnya, sedangkan semakin jauh jarak

antar elektroda membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai titik

optimalnya.

2. Hasil terbaik yang diperoleh dari penilitian adalah biodiesel dengan

rendemen sebesar 93,96 % pada kondisi operasi pada jarak antar elektroda

sebesar 1,5 cm dan waktu reaksi selama 2,5 jam.

3. Produk biodiesel yang diperoleh sebagian besar memenuhi Standar

Nasional Indonesi No. 7182 tahun 2015 dalam nilai densitas dan viskositas

kinematik, sedangkan nilai bilangan asam hanya sebagian kecil yang

masuk dalam standar.

5.2 Saran

Perlu dilakukan optimalisasi dalam proses elektrolisis untuk mengkonversi

minyak jelantah menjadi biodiesel sesuai dengan Standar Nasional Indonesi No.

7182 tahun 2015, yaitu dengan cara memperhatikan hambatan listrik agar tidak

besar selama proses elektrolisis berlangsung.


DAFTAR RUJUKAN

Alamsyah, M., Kalla, R., & La Ifa, L. I. (2019). Pemurnian Minyak Jelantah
Dengan Proses Adsorbsi. Journal Of Chemical Process Engineering, 2(2),
22. https://doi.org/10.33536/jcpe.v2i2.162

Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI No. 7182:2015. Biodiesel.

Basiron, Y. (2005). Palm oil - Edible oil and fats product: Chemistry, Properties,
and health effects. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, 333–425.
https://doi.org/10.1002/ejlt.200600223

Fereidooni, L., & Mehrpooya, M. (2017). Experimental assessment of electrolysis


method in production of biodiesel from waste cooking oil using zeolite /
chitosan catalyst with a focus on waste biorefinery. Journal of Energy
Conversion and Management, 147, 145–154.
https://doi.org/10.1016/j.enconman.2017.05.051

Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, A. W., & Hendroko, R.
(2007). Teknologi Bioenergi (1st ed). Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka.

Hambali, E., Suryani, A., Dadang, Hariyadi, Hanafie, H., Reksowardojo, I. K., &
Rivai, M. (2006). Jarak Pagar : tanaman penghasil biodiesel. Depok:
Penebar Swadaya.

Irawan, D., Arifin, Z., Olivia, C., & Nopal, M. (2019). Pengaruh Rasio Metanol
Dan Koh Pada Proses Pembuatan Biodiesel Dengan Metode Elektrolisis
Menggunakan Elektroda Perak. Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi
Teknologi di Industri. Politeknik Negeri Samarinda.

Lestari, N. F. (2017). Analisis Fisik Biodiesel Berbahan Baku Minyak Hasil


Pengolahan Limbah Industri Pengalengan Ikan. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Mazloomi, K., Sulaiman, N. B., & Moayedi, H. (2012). Electrical efficiency of


electrolytic hydrogen production. International Journal of Electrochemical
Science, 7(4), 3314–3326.

Moeksin, R., Shofahaudy, M. Z., & Warsito, D. P. (2017). Elektrolisis Terhadap


Yield Biodiesel Dari Minyak Jelantah. Jurnal Teknik Kimia, 23(1), 39–47.
35

Nopal, M. (2019). Pengaruh jarak elektroda dan waktu reaksi terhadap rendemen
biodiesel dari minyak kelapa sawit menggunakan metode elektrolisis.
Laporan penelitian. Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.

Putra, R. S., Pratama, K., Antono, Y., Idris, M., Rua, J., & Ramadhani, H. (2016).
Enhanced Electrocatalytic Biodiesel Production with Chitosan Gel (Hydrogel
and Xerogel). Journal of Procedia Engineering, 148, 609–614.
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.522

Rahmawati, F. (2013). Elektrokimia Transformasi Energi Kimia-Listrik.


Yogyakarta: Graha Ilmu (Edisi ke-1).

Setiawati, E., & Edwar, F. (2012). Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak
Goreng Bekas Dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi sebagai
Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel. Jurnal Riset Industri, VI(2), 117–127.
Opgehaal van http://aesigit.multiply.com/journal/item/1

Sitepoe, M. (2008). Corat-coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Jakarta:


Kepustakaan Populer Gramedia.

Syahputra, R., Permata, R. U., & Hilmiati, M. (2018). Efek Konsentrasi Katalis
OH--zeolit pada Produksi Biodiesel dengan Metode Elektrolisis. Prosiding.
(June), 7–13.

Trisnaliani, L., Zubaidah, N., & Moulita, R. N. (2017). Proses Pembuatan


Biodiesel Berbahan Baku Minyak Jelantah dengan Pemanfaatan Gelombang
Mikro dan Tegangan Tinggi. Jurnal Kinetika, (November), 12–18.
LAMPIRAN
37

Lampiran 1. Perhitungan

1. Perhitungan Persiapan Penelitian

A. Perhitungan BM Minyak Jelantah

= (fraksi massamiristat x BMmiristat) + (fraksi massapalmitat x BMpalmitat)


+(fraksi massalinoleat x BMlinoleat) + (fraksi massaoleat x BMoleat) +(fraksi
massastaerat x BMstearat) + (fraksi massaLaurat x BMLaurat) + (fraksi
massaPalmitoleat x BMPalmitoleat) + (fraksi massalinolenat x BMlinolenat) +
(fraksi massaaridat x BMarisidat)

+
+ +
+
= 851,4720 g/gmol
Sumber : (Basiron, 2005)

B. Perhitungan Berat Jenis Minyak Jelantah

Diketahui : Massa piknometer kosong = 14,5046 gram

Massa piknometer + isi = 23,8500 gram

Volume pikno = 10 mL

= 0,93454 g/mL
38

C. Perhitungan Masssa Minyak Jelantah

Basis Volume Minyak Jelantah = 75 ml

= 75 ml x 0,93454 g/ml

= 70,0905 g

D. Perhitungan Mol Minyak Jelantah

= 0,0821 gmol

E. Perhitungan Berat Katalis KOH

Diketahui : Rasio KOH = 0,5% x Berat Minyak

= 0,5% x 70,0905 g

= 0,3504 g

F. Perhitungan Berat Jenis Metanol

Diketahui : Massa piknometer kosong = 14,5184 gram

Massa piknometer + isi = 22,5780 gram

Volume pikno = 10 mL

= 0,80596 g/mL
39

G. Perhitungan Volume metanol

Diketahui BM Metanol = 32.04 g/gmol

H. Perhitungan Massa Metanol dan Volume Air Alkali

Mmetanol = Volume Metanol x Densitas Metanol

= ⁄ = 15,7968 g

= 70,0905 g + 15,7968 g + 0,3504 g = 86,2377 g

= 1,7248 ml = 1,7 ml

I. Perhitungan viskositas kinematik minyak jelantah


40

Konversi


( ) ⁄


V

J. Perhitungan FFA minyak jelantah

Massa Sampel = 10, 0617 g

Volume = 9,8 ml

FFA minyak jelantah =

= 8,2887 %

K. Perhitungan Bilangan Asam minyak jelantah

Massa Sampel = 20, 0054 g

Volume = 9,8 ml

Bilangan Asam =

= 2,5288 mg-KOH/g
41

2. Perhitungan Hasil Analisa

Sampel Variasi Jarak 1,5 cm dan Waktu 2,5 Jam

A. Perhitungan densitas biodiesel (40 )

Diketahui : Massa piknometer kosong = 14,8119 gram

Massa piknometer + isi = 23,5932 gram

Volume pikno = 10 mL

= = 0,8781 g/mL

B. Perhitungan densitas Air (40 )

Diketahui : Massa piknometer kosong = 15,4723 gram

Massa piknometer + isi = 25,3423 gram

Volume pikno = 10 mL

= 0,9870 g/mL

C. Perhitungan viskositas kinematik (40 )

Diketahui :

t biodiesel = 5,80 s

t air =1s

= 0,9870 g/ml
42

= 0,7 cP

= 1 mm2/s

Konversi


( ) ⁄


D. Perhitungan Rendemen

Massa produk = x Vol. Biodeisel = = 62,3736 g

Massa bahan baku = x Volume BB = 0,9034 g/mL x 75 ml = 65,8575g

Rendemen (%) =

= = 93,96%
43

E. Perhitungan Bilangan Asam

Massa Sampel = 20, 0164 g

Volume = 1,9 ml

Bilangan Asam =

= 0,4900 mg-KOH/g
44

Lampiran 2. Tabel Perhitungan

Tabel 1. Berat jenis, rendemen dan viskositas biodiesel.

Variasi Berat jenis Viskositas biodiesel


Volu Rende
Wakt Pikno T T Suhu
Jarak me Pikno + BJ men
u kosong Air Biodiesel µ (cSt) (°C)
(cm) (mL) isi (g) (g/mL) (%)
(Jam) (g) (s) (s)
0,5 59 14,8478 23,4686 0,86208 72,57 1,00 8,32 5,8357 30
1,0 60 14,8241 23,4657 0,86416 73,98 1,00 8,25 5,7831 29
1,0 1,5 63 14,8329 23,4294 0,85965 77,27 1,00 6,77 4,7485 31
2,0 63 14,8231 23,4776 0,86545 77,79 1,00 8,18 5,7340 30
2,5 68 14,8128 23,4715 0,86587 84,00 1,00 8,57 6,0075 30
0,5 67 14,8093 23,4685 0,86592 82,77 1,00 8,68 6,0847 31
1,0 68 14,8101 23,4474 0,86373 83,80 1,00 7,93 5,5586 30
1,5 1,5 69 14,8090 23,4824 0,86734 85,38 1,00 8,97 6,2916 30
2,0 70 14,8080 23,4599 0,86519 86,41 1,00 8,10 5,6779 29
2,5 72 14,8105 23,4485 0,86380 88,73 1,00 7,85 5,5060 30
0,5 71 14,8196 23,4574 0,86378 87,50 1,00 7,90 5,5376 31
1,0 72 14,8077 23,4560 0,86483 88,84 1,00 8,16 5,7234 31
2,0 1,5 73 14,8191 23,5050 0,86859 90,46 1,00 8,93 6,2635 30
2,0 70 14,8125 23,4553 0,86428 86,32 1,00 8,13 5,7024 30
2,5 71 14,8110 23,4597 0,86487 87,61 1,00 7,46 5,2325 30
0,5 70 14,8079 23,4482 0,86403 86,29 1,00 7,72 5,4148 29
1,0 71 14,8111 23,4216 0,86105 87,22 1,00 6,77 4,7450 31
2,5 1,5 75 14,8119 23,5932 0,87813 93,96 1,00 5,80 4,0646 30
2,0 72 14,8105 23,4411 0,86306 88,66 1,00 7,56 5,2991 31
2,5 73 14,8092 23,4341 0,86249 89,83 1,00 7,44 5,2184 31
45

Tabel 2. Berat jenis, rendemen dan viskositas biodiesel.

Variasi BM N
Volume Massa Bilangan
Volume KOH KOH
Waktu Jarak Titrasi sampel Asam (mg-
(mL) (mg/mg (mgm
(Jam) (cm) (mL) (g) KOH/g)
mol) ol/ml)
0,5 59 3,0 56,11 20,0105 0,092 0,7739
1,0 60 3,0 56,11 20,0045 0,092 0,7741
1,0 1,5 63 2,8 56,11 20,0113 0,092 0,7223
2,0 63 1,6 56,11 20,0145 0,092 0,4127
2,5 68 2,5 56,11 20,0255 0,092 0,6444
0,5 67 2,0 56,11 20,0233 0,092 0,5156
1,0 68 1,8 56,11 20,0110 0,092 0,4643
1,5 1,5 69 1,9 56,11 20,0130 0,092 0,4901
2,0 70 1,9 56,11 20,0188 0,092 0,4899
2,5 72 1,7 56,11 20,0177 0,092 0,4384
0,5 71 3,2 56,11 20,0135 0,092 0,8254
1,0 72 5,3 56,11 20,0140 0,092 1,3670
2,0 1,5 73 2,1 56,11 20,0196 0,092 0,5415
2,0 70 2,9 56,11 20,0135 0,092 0,7480
2,5 71 5,1 56,11 20,0142 0,092 1,3154
0,5 70 2,1 56,11 20,0224 0,092 0,5414
1,0 71 1,6 56,11 20,0268 0,092 0,4124
2,5 1,5 75 1,9 56,11 20,0164 0,092 0,4900
2,0 72 2,2 56,11 20,0213 0,092 0,5672
2,5 73 2,5 56,11 20,0113 0,092 0,6449
46

Lampiran 3. Gambar penelitian

Gambar 1. Persiapan Alat elektrolisis Gambar 2. Proses elektrolisis

Gambar 3. Mengatur tegangan Gambar 4. Memisahkan gliserol


dengan crude biodiesel
47

Gambar 5. Hasil pemisahan Gambar 6. Proses pencucian biodiesel

Gambar 7. Produk biodiesel

Anda mungkin juga menyukai